Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ruang Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013

ISSN 1858-3881
________________________________________________________________________________________________________________

BENTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR BERKELANJUTAN


DI KABUPATEN PEKALONGAN

Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi dan Novia Sari Ristianti
Dosen Jurusan Perencanan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Abstrak: Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dengan panjang pantai 81.000 km dan terbentang di
sepanjang wilayah pesisirnya yang mempunyai berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan bagi keberlanjutan
pembangunan. Oleh karena itu dengan adanya beberapa potensi yang terdapat di kawasan pesisir tersebut,
saat ini kawasan pesisir banyak yang dimanfaatkan sebagai aktivitas utama masyarakat. Begitu pula yang
terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Pekalongan dimana mempunyai beberapa potensi wisata pesisir yang
dapat dikembangkan. Namun dalam perkembangannya, timbul berbagai macam permasalahan yang berkaitan
dengan kawasan pesisirnya. Permasalahan tersebut apabila tidak ditindaklanjuti akan mempengaruhi
keberlanjutan dan keberadaan wisata pesisirnya. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
memberikan arahan pengembangan wisata pesisir di Kabupaten Pekalongan dalam mewujudkan keberlanjutan
kawasan pesisir berupa konsep pengembangan, kebijakan dan pengelolaan serta pembiayaan kawasan.
Pendekatan penelitian yang dipakai dalam studi ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini yang dilakukan dalam memetakan potensi dan masalah serta kondsi eksiting
kawasan dalam menentukan arahahan pegembangan wisata pesisir di Kabupaten Pekalongan melalui metode
deskriptif analisis. Sedangkan pendekatan kuantitatif yang dilakukan adalah dalam menentukan lokasi prioritas
yang akan dikembangkan sebagai wisata pesisir di Kabupaten Pekalongan dengan melihat keberlanjutannya
melalui metode scoring dan pembobotan.

Kata Kunci : pengembangan, wisata, pesisir

Abstract:. Indonesia has a long coastline with long sandy beaches and stretches 81,000 km along the coastal
areas that have the potential that can be harnessed for sustainable development. Therefore, the presence of
several potential contained in the coastal areas, many coastal areas currently utilized as the primary activity of
the community. Similarly, occurring in coastal areas and Pekalongan regency, which had some coastal tourism
potential that can be developed. But in its development, a wide range of issues arise relating to the coastal
region. These problems, if not acted upon and will affect the sustainability of coastal tourism destinations.
Based on this, the study aims to provide guidance on the development of coastal tourism in the District and the
City of Pekalongan in realizing sustainability of coastal areas such as concept development, policy and
management and finance areas. The research approach used in this study is a quantitative and qualitative
approach. Qualitative approach in this study were done in mapping the potential and problems as well as in
determining the region eksiting kondsi arahahan pegembangan coastal tourism in the District and the City of
Pekalongan through descriptive analysis method. While the quantitative approach taken is to determine the
location of which will be developed as a priority coastal tourism in Pekalongan to see sustainability through
scoring and weighting methods.

Keywords: development, tourism, coastal

Ruang; Vol. 1; No. 2; 2013; hal. 261-270 | 261


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

PENDAHULUAN berlimpah dengan adanya tambak-tambak


Wilayah pesisir memiliki potensi lain yang dikembangkan serta Tempat Pelelangan
berupa keunikan dan keindahan alam yang Ikan (TPI) yang mendukung aktivitas
dapat menjadi daya tarik wisata sehingga perdagangan bagi masyarakat dan nelayan
aktivitas pariwisata pun dapat dikembangkan sekitar. Hal tersebut dapat mendukung
dan menghasilkan dampak positif dengan ikut potensi perikanan yang ada di wilayah pesisir
meningkatkan perekonomian kawasan. Kabupaten Pekalongan, sehingga peluang
Pengembangan pariwisata pesisir sendiri pada usaha tersebut masih sangat luas untuk
dasarnya difokuskan pada pemandangan, dikembangkan. Selain berpotensi untuk usaha
karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya pengembangannya juga dapat memberikan
dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan peluang investasi dalam usaha
dasar yang dimiliki oleh masing – masing pengolahannya.
daerah. Reaksi atas pengembangan pariwisata Namun dalam perkembangannya,
ini dapat berupa implikasi negatif berupa timbul berbagai macam permasalahan yang
terdegradasinya lingkungan akibat eksploitasi berkaitan dengan kawasan pesisirnya.
sumber daya untuk aktivitas pariwisata, Permasalahan tersebut apabila tidak
sehingga diperlukan pengelolaan dan ditindaklanjuti akan mempengaruhi
pengembangan pariwisata bahari yang keberlanjutan dan keberadaan wisata
berkelanjutan yang memperhatikan pesisirnya. Pada dua dekade terakhir ini, erosi
kebutuhan generasi saat ini dengan tetap dan abrasi pantai telah menyebabkan
mempertimbangkan kebutuhan (hidup) kemunduran garis pantai di berbagai wilayah
generasi penerus di waktu yang akan datang. pantai yang mengancam kehidupan dan
Pengembangan wisata bahari yang penghidupan masyarakat pesisir (Wahyudi,
berkelanjutan juga dapat memberikan 2009). Berdasarkan data dari Balitbang
implikasi positif bagi kelestarian lingkungan Provinsi Jawa Tengah tahun 2004,
pesisir. menunjukkan bahwa tekanan abrasi di
Begitu pula yang terjadi di kawasan Kabupaten Pekalongan telah mencapai
pesisir Kabupaten Pekalongan dimana sebesar 24,145 Ha dengan laju 2,012
mempunyai beberapa potensi wisata pesisir Ha/tahun kemudian disusul Kota Pekalongan
yang dapat dikembangkan. Kawasan pesisir sebesar 5,150 Ha dengan laju 0,49 Ha/tahun.
pantai tersebut menjadi kawasan unggulan Terjadinya abrasi di Kabupaten
pengembangan ekonomi yang mempunyai Pekalongan tersebut salah satunya disebabkan
potensi ekonomi cepat tumbuh sehingga karena hilangnya sabuk hijau pantai
ditetapkan menjadi salah satu Kawasan khususnya hutan mangrove yang ada di
Strategis Provinsi (KSP) Jawa Tengah yang sekitarnya (Suara Merdeka, 2006). Hal
meliputi Kota Pekalongan – Kabupaten Batang tersebut akan berdampak secara langsung
- Kabupaten Pekalongan (Petanglong). Potensi terhadap hilangnya tempat-tempat berpijah
wisata pesisir menjadi daya tarik visual bagi dan pemeliharaan ikan. Disamping itu, potensi
Kabupaten Pekalongan yang dapat wisata pesisirnya juga akan terganggu karena
memberikan implikasi positif dalam abrasi juga menyebabkan kenaikan
pengembangan ekonomi dan mendukung permukaan air laut dan menimbulkan rob di
fungsi perdagangan dan jasa bagi kota. kawasan sekitar. Lebih lanjut hal tersebut
Kabupaten Pekalongan mempunyai akan menimbulkan dampak secara tidak
beberapa potensi wisata pesisir yang meliputi langsung yang dapat mengancam rusaknya
potensi wisata alam berupa hamparan pantai wilayah pesisir dimana ekosistem laut akan
dan laut seperti pantai Slamaran, pantai Pasir berkurang sehingga akan mempengaruhi hasil
Kencana, pantai Wonokerto dan pantai tangkapan dan pendapatan bagi masyarakat
Depok. Disamping itu, potensi wisata pesisir pesisir pantai Kabupaten Pekalongan yang
Kabupaten Pekalongan juga didukung dengan beraktivitas di sekitarnya. Permasalahan
adanya potensi perikanan yang sangat tersebut apabila tidak segera ditangani akan

262| Ruang; Vol. 1; No. 2; Th. 2013; hal. 261-270


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

mempengaruhi sustainability coastal tourism sosial dan estetika tercapai, dengan tetap
khususnya berkaitan dengan hilangnya menjaga integritas budaya proses-proses dan
keberlanjutan pelestarian lingkungan kawasan keanekaragaman hayati. Selanjutnya
pesisir yang menjadi salah satu sumber pariwisata berkelanjutan dapat dicapai bila
pendapatan utama masyarakat pesisir di pertumbuhan yang selaras antara ekologi,
Kabupaten Pekalongan. ekonomi dan sosial serta instansi-instansi yang
Berdasarkan permasalahan dan potensi terkait.
yang dimiliki wilayah pesisir Kabupaten Commonwealth Coastal Action Program
Pekalongan tersebut, maka perlu adanya (1997) menyatakan bahwa pengembangan
pengembangan wilayah pesisir yang pariwisata yang berkelanjutan (sustainable
berkelanjutan dengan pengembangan wisata coastal tourism) adalah pengembangan
dengan konsep sustainable coastal tourism. pariwisata yang memperhatikan wilayah
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan konservasi dan perubahan komunitas ekologi
dilihat mengenai isu-isu pengembangan yang ditimbulkannya, meliputi perlindungan
wisata pesisir di Kabupaten Pekalongan terhadap satwa liar dan menjaga kualitas
sehingga pengembangan kawasan pesisir kehidupan yang ada di lingkungan tersebut
tetap menjadi salah satu sumber daya untuk generasi yang akan datang. Jadi
pariwisata alam yang dapat menciptakan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
keberlanjutan dari segi ekonomi, lingkungan sangat erat kaitannya dengan keramahan
dan sosial. lingkungan di sekitarnya.

KAJIAN LITERATUR Prinsip-Prinsip Pariwisata Pesisir Berkelanjutan


Pengertian Pariwisata Pesisir Berkelanjutan 1. Prinsip Keseimbangan
Konsep pariwisata pesisir berkelanjutan Pengelolaan pariwisata harus didasarkan
(sustainable coastal tourism) adalah pada komitmen pola keseimbangan antara
pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi, sosial budaya dan
wisatawan maupun daerah tujuan wisata pada konservasi.
masa kini, sekaligus melindungi dan 2. Prinsip Partisipasi Masyarakat
mendorong kesempatan serupa dimasa yang Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan
akan datang. Pariwisata berkelanjutan usaha pariwisata.
mengarah pada pengelolaan seluruh 3. Prinsip Konservasi
sumberdaya sedemikian rupa sehingga Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan
kebutuhan ekonomi, sosial, estetika dapat komitmen terhadap pelestarian lingkungan
terpenuhi sekaligus memelihara integritas (alam dan budaya). Pengembangan harus
kultural, proses ekologi essensial diselenggarakan secara bertanggung jawab
keanekaragaman hayati dan sistem dan mengikuti kaidah-kaidah ekologi serta
pendukung kehidupan (WTO 1980). peka dan menghormati nilai-nilai sosial
Peraturan Menteri Kebudayaan dan budaya dan tradisi keagamaan masyarakat
Pariwisata Nomor: Km. 67/Um.001/Mkp/2004 setempat.
tentang Pedoman Umum Pengembangan 4. Prinsip Keterpaduan
Pariwisata menyatakan bahwa pembangunan Pengelolaan memperhatikan kondisi
pariwisata berkelanjutan adalah ekosistem dan disinerjikan dengan
pembangunan yang mampu memenuhi pembangunan berbagai sektor.
kebutuhan wisatawan dan masyarakat di 5. Prinsip Penegakan Hukum
daerah tujuan saat ini dengan tetap menjaga Pengelolaan pariwisata harus
dan meningkatkan kesempatan pemenuhan dikembangkan sesuai dengan aturan-aturan
kebutuhan di masa yang akan datang. yang ada,serta dilaksanakan dengan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan penegakan hukum maupun peraturan yang
dicitrakan menjadi patokan dalam pengaturan berlaku untuk menjamin kepastian hukum
sumberdaya sehingga kebutuhan ekonomi, dalam pengelolaan pariwisata.

Ruang; Vol. 1; No. 2; 2013; hal. 261-270 | 263


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

Indikator Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan


TABEL I
INDIKATOR SUSTAINABLE COASTAL TOURISM
INDIKATOR
KETERANGAN
Sustainable Coastal Tourism (SCT)
1. Konservasi kawasan yang mampu  Mengelola sumber daya perikanan dan kelautan tanpa
melindungi dan memelihara ekosistem merusak atau membahayakan ekosistem
wisata pesisir  Melestarikan hutan mangrove sebagai sabuk hijau
kawasan pesisir untuk mencegah abrasi
 Mengelola kualitas dan kuantitas air yang baik yang
dapat mempertahankan jumlah dan jenis biota
perairan
 Keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya kawasan pesisir
2. Pemberdayaan masyarakat terhadap  Mengembangkan dan menciptakan lapangan
kontribusi ekonomi masyarakat pesisir pekerjaan sesuai potensi pesisir yang mampu
melalui pemanfaatan potensi wisata memberikan penghasilan yang kontinyu (tidak
pesisir musiman)
 Mendorong berkembangnya usaha perdagangan dan
jasa pendukung aktivitas wisata pesisir lainnya
 Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat seperti pelatihan untuk memberdayakan
masyarakat dalam pemanfaatan wisata pesisir
 Menanamkan kesadaran masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan pesisir
 Mengembangkan atraksi budaya setempat sebagai
daya tarik wisata
 Melestarikan nilai-nilai adat/tradisi masyarakat pesisir
3. Peningkatan jumlah pengunjung dilokasi  Keindahan panorama pesisir pantai sebagai embrio
wisata pesisir atraksi wisata alam.
 Kondisi fisik pantai yang menunjang kegiatan
pengunjung dalam berwisata
 Terdapat fasilitas ekonomi yang mendukung daya tarik
wisata
4. Kebudayaan masyarakat lokal yang kuat  Terdapat kebudayaan setempat yang dilaksanakan
dan berkesinambungan sebagai daya secara berkala sebagai daya tarik pengunjung.
tarik pengunjung.  Terdapat kehidupan khas bernelayan.
Sumber : Analisis Peneliti Lab. Rancang T. PWK UNDIP, 2013

METODE PENELITIAN Analisis yang digunakan antara lain:


Pendekatan kualitatif dalam penelitian 1. Analisis Pemilihan Lokasi Pengembangan
ini yang dilakukan dalam memetakan potensi Sustainable Coastal Tourism. Berisi
dan masalah serta kondsi eksiting kawasan tentang pemilihan lokasi prioritas pada
dalam menentukan arahahan pegembangan wisata pesisir di Kabupaten Pekalongan
wisata pesisir di Kabupaten Pekalongan yang cocok dikembangan sebagai
melalui metode deskriptif analisis. Sedangkan Sustainable Coastal Tourism.
pendekatan kuantitatif yang dilakukan adalah 2. Analisis Pemetaan Potensi dan
dalam menentukan lokasi prioritas yang akan Permasalahan pada Lokasi Pengembangan
dikembangkan sebagai wisata pesisir di Sustainable Coastal Tourism. Berisi
Kabupaten Pekalongan dengan melihat tentang penggalian potensi dan
keberlanjutannya melalui metode scoring dan permasalahan terkait dengan
pembobotan. pengembangan Sustainable Coastal

264| Ruang; Vol. 1; No. 2; Th. 2013; hal. 261-270


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

Tourism di lokasi terpilih dengan melihat pesisir berkelanjutan di lokasi terpilih


faktor secara fisik dan non fisik. Fisik kemudian diberikan rekomendasi bentuk
berupa sarana prasarana penunjang pengembangan Sustainable Coastal
pengembangan wisata sedangkan non fisik Tourism di lokasi terpilih baik secara fisik
berupa kelembagaan dalam maupun secara non fisik.
pengembangan wisata.
3. Analisis Kebijakan Pengembangan HASIL PEMBAHASAN
Sustainable Coastal Tourism. Berisi Pemilihan lokasi prioritas
tentang penggalian kebijakan-kebijakan pengembangan Sustainable Coastal Tourism
pengembangan wisata pesisir pada lokasi dilakukan secara kuantitatif melalui skoring
terpilih dengan melihat RIPP (Rencana pada lokasi – lokasi wisata di Kabupaten
Induk Pengembangan Pariwisata) di Pekalongan. Skroring dilakukan dengan
Kabupaten Pekalongan. Hal-hal yang akan melakukan penilaian lokasi – lokasi wisata di
dicermati adalah terkait dengan kebijakan Kabupaten Pekalongan berdasarkan indikator
pengaturan fisik dan non fisik likasi terpilih Sustainable Coastal Tourism dan potensi serta
dengan melihat indikator keberhasilan permasalahan yang ada di lokasi wisata pesisir
pengembangan wisata pesisir yang Kabupaten Pekalongan. Untuk lebih jelasnya,
berkelanjutan. hasil skoring lokasi dapat dilihat pada tabel 2.
4. Analisis Bentuk Pengembangan Berdasarkan hasil skoring di atas, maka
Sustainable Coastal Tourism. Berisi lokasi prioritas pengembangan Sustainable
tentang meilhat secara rinci hasil dari Coastal Tourism yang terpilih adalah Wisata
analisis kebijakan pengembangan wisata Pesisir Wonokerto.

TABEL II
SKORING LOKASI WISATA PESISIR PEKALONGAN
LOKASI
No. INDIKATOR
Wisata Pesisir Wonokerto Wisata Pesisir Depok
1. Sektor Konservasi  Terdapat kawasan  Banyak terdapat
Lingkungan kawasan yang hutan mangrove pohon mangrove di
mampu sebagai daerah pematang-
melindungi dan pemijahan jenis ikan pematang tanah
memelihara dan menambah dan saluran air
ekosistem wisata keindahan panorama
pesisir pesisir
SKOR 3 2
2. Sektor Pemberdayaan  Partisipasi masyarakat  Belum ada
Ekonomi masyarakat dalam pengelolaan keikutsertaan
terhadap wisata pesisir belum masyarakat dalam
kontribusi berkontribusi besar pengelolaannya
ekonomi  Terdapat Kelompok  Masyarakat yang
masyarakat pesisir Usaha Bersama (KUB) ada lebih peduli
melalui Nelayan dan Pertanian terhadap
pemanfaatan sebagai bentuk perkembangan
potensi wisata pemberdayaan kawasan.
pesisir masyarakat.
 Masyarakat yang ada
memiliki nilai-nilai
adat/tradisi
masyarakat pesisir.

Ruang; Vol. 1; No. 2; 2013; hal. 261-270 | 265


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

LOKASI
No. INDIKATOR
Wisata Pesisir Wonokerto Wisata Pesisir Depok
SKOR 3 2
3. Sektor Peningkatan  Mempunyai pesisir  Terdapat budidaya
Ekonomi jumlah pantai landai dan perikanan tambak
pengunjung berpasir dengan lebar yang memberikan
dilokasi wisata pantai ± 50 m sampai kontribusi ekonomi
pesisir dengan 200 m, yang bagi masyarakat
menjadi daya tarik sekitar
wisatawan  Memiliki pesisir
 Adanya areal pantai dengan
pertambakan yang sederetan pohon
mempunyai potensi nyiur yang menjadi
perikanan laut dan daya pemikat yang
terdapat 2 buah TPI utama
yang cukup besar
SKOR 2 1
4. Sektor Sosial Kebudayaan  Adanya upacara  Tidak terdapat
masyarakat lokal sedekah laut (nyadran) kebudayaan khusus
yang kuat dan yang dikombinasikan pada kawasan
berkesinambungan dengan budaya wisata.
sebagai daya tarik tradisional lainnya
pengunjung. seperti pementasan
wayang kulit, gamelan,
maupun tari-tarian
tradisional
SKOR 3 1
TOTAL SKOR 11 6
Sumber : Hasil Analisis, 2013. Keterangan tabel : 1 = buruk; 2 = sedang; 3 = baik

Kawasan wisata pantai Wonokerto Berdasarkan potensi dan permasalahan


memiliki potensi secara fisik berupa adanya pengembangan Pantai Wonokerto maka
kampung nelayan dan TPI yang dapat menjadi bentuk pegembangan Sustainable Coastal
pusat aktivitas perekonomian masyarakat Tourism secara fisik di Kawasan Pesisir Pantai
serta kondisi pantainya yang landai sehingga Wonokerto adalah sebagai berikut :
dapat mendukung pengembangan aktivitas a. Atraksi
tersebut. Keberadaan areal pertambakan dan Salah satu bentuk pendekatan dalam
dermaga kapal juga dapat ikut mendukung pengembangan pariwisata yang
pengembangan aktivitas pariwisata di berkelanjutan adalah pendekatan
Kawasan Pantai Wonokerto sehingga dapat pengembangan sarana dan prasarana.
tercipta sebuah kawasan wisata yang memiliki Sehingga dalam pengembangan kawasan
atraksi yang beragam. wisata pesisir Pantai Wonokerto, Desa
Sedangkan permasalahan yang terdapat Wonokerto Kulon dan Desa Tratebang
di Kawasan Wisata Pesisir Pantai Wonokerto dalam menunjang atraksi yang ada harus
adalah belum terakodomasi dengan baikny tetap memerlukan sarana dan prasana
akebutuhan pengunjung seperti keberadaan guna mencapai pembangunan yang
sarana prasarana yang baik dan tidak adanya berkelanjutan.
fasilitas umum pendukung yang dapat
menunjang aktivitas pariwisata pengunjung.

266| Ruang; Vol. 1; No. 2; Th. 2013; hal. 261-270


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

b. Wisatawan wonokerto sebagai sebuah kawasan


Untuk mendatangkan wisatawan pada wisata.
kawasan wisata maka dibutuhkan sarana e. Pelayanan
dan prasaran yang menunjang aktifitas Kepariwisataan pantai Wonokerto tidak
berwisata pada wisatawan. Dalam kawasan akan pernah maju seperti sekarang bila
pesisir Pantai Wonokerto, Desa Wonokerto tanpa adanya fasilitas-fasilitas yang
Kulon dan Desa Tratebang untuk menujang memberikan rasa nyaman kepada
para wisatawan masih sangat minim wisatawan. Fasilitas yang ada yaitu:
sedangan dilihat dari kondisi eksisting ada  Fasilitas utama wisata bahari seperti
pada kawasan pesisir Pantai Wonokerto, usaha-usaha tirta, kelompok nelayan,
Desa Wonokerto Kulon dan Desa persatuan pencinta olahraga pantai, live
Tratebang pengunjung/wisatawan yang guard, non government organization,
datang bisa dikatakan ramai pengunjung, yang semua ini berperan aktif dalam
terutama pada hari jum’at sore dan hari kegiatan pariwisata bahari Wonokerto.
minggu pagi dimana para wisatawan  Fasilitas umum (public facilty) dalam
datang dalam rangka berlibur. penelitian ini seperti: kamar mandi
c. Aksesibilitas dan Transportasi umum, ruang ganti dan shower, tempat
Kondisi aksesibitas Pantai Wonokerto dari sampah, parkir, alat komunikasi, papan-
segi jarak dan waktu masih kurang papan informasi dan pengaturan.
mendukung pariwisata yang ada padahal  Fasilitas penunjang wisata bahari yaitu
untuk menciptakan sebuah lokasi wiata usaha-usaha yang menawarkan produk
yang berkelanjutan diperlukan aksesibilitas ataupun jasa non wisata bahari yang ada
yang terjaga dengan baik kondisinya. salah di sekitaran pantai Wonokerto seperti:
satu cara untuk mengatasi permasalah ini Hotel, restoran, bar, mini market, art
adalah dengan mengaplikasi konsep shop, jasa pijat, warung-warung non
carrying capacity yang di ambil dari teori permanen dan pedagang kaki lima.
teori pemanfaatan lingkungan alam secara Fasilitas-fasilitas bahari ini wajib untuk
berkelanjutan yaitu dengan: dikelola agar tidak menggangu atau pun
 Menentukan jumlah perahu yang ideal merusak SDA dan kegiatan wisata bahari
agar tidak melebihi daya tampung pantai Wonokerto serta mengurangi
perairan pariwisata bahari Pantai gesekan berbagai macam kepentingan,
Wonokerto. semua ini perlu ditangani oleh pemerintah
 Mengatur dan memanfaatkan akses jalan secara serius. Bila dilihat dari keadaan
umum sebaiknya tanpa merugikan pihak kunjungan wisatawan sangat perlu
lain. pemerintah mencanangkan program pantai
 Menentukan daya tampung parkir yang Wonokerto bebas dari sampah dan
dapat di toleransi. permasalahan lainnya.
 Manajemen aksesibilitas tidak boleh di Pengembangan pariwisata pesisir pantai
tentukan oleh salah satu pihak, Wonokerto merupakan suatu usaha yang
pemerintah yang berhak mengatur dan sangat kompleks yang melibatkan banyak
membuat peraturan. sektor. Sehingga dalam penentuan pengelola
d. Promosi dan Informasi kelembagaannya harus melibatkan berbagai
Media promosi dan informasi merupakan pihak/stakeholder.
salah satu elemen yang diperlukan untuk
menunjang keberlanjutan sebuah lokasi KESIMPULAN & REKOMENDASI
wisata. Pada kawasan wisata pantai Kesimpulan
wonokerto, media promosi dan informasi Sustainable Coastal Tourism merupakan
yang ada belum terlalu memadai sehingga konsep pengembangan pariwisata yang yang
dibutuhkan peningkatan jumlah media dapat memenuhi kebutuhan wisatawan
tersebut untuk memperkenalkan pantai

Ruang; Vol. 1; No. 2; 2013; hal. 261-270 | 267


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

maupun daerah tujuan wisata pada masa kini, menjaga kelestarian pantai. Kawasan pesisir
sekaligus melindungi dan mendorong Pantai Wonokerto juga memiliki kampung
kesempatan serupa dimasa yang akan datang nelayan dimana keberadaan kampung nelayan
dengan memanfaatkan potensi kawasan tersebut juga didukung oleh aktivitas-aktivitas
pesisir yang memiliki karakteristik yang unik yang berkaitan dengan bernelayan. Aktivitas-
dan sumber daya alam yang berlimpah. aktivitas tersebut akan menjadi daya tarik
Kabupaten Pekalongan merupakan salah pengembangan kampung wisata nelayan yang
satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki dapat menarik pengunjung untuk datang dan
kawasan pesisir dengan potensi pariwisata melihat aktivitas nelayan di kampung
yang cukup besar. Kawasan Pesisir Kabupaten tersebut. Sehingga masyarakat kampung
Pekalongan terletak di tiga kecamatan. nelayan juga dapat ikut berpartisipasi dalam
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai
Pekalongan No. 17 Tahun 2009 tentang Wonokert dengan mempertahankan tradisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten dan budaya kampung nelayan yang menjadi
Pekalongan, ketiga kecamatan tersebut adalah aktivitas utama selama ini. Kemudian dalam
Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto pelaksanaannya, masyarakat juga dianjurkan
dan Kecamatan Tirto. untuk ikut melindungi ekosistem mangrove
Wisata Pesisir yang ada di Kawasan yang ada dengan tidak menebangi mangrove
Pesisir Kabupaten Pekalongan adalah Pantai dan merubahnya menjadi areal pertambakan,
Wonokerto dan Pantai Depok yang terdapat di agar kondisi pantai dapat tetap terjaga dan
Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan menghindari laju abrasi di kawasan wisata
Siwalan. Permasalahan yang terjadi di Wisata pantai.
Pesisir Pantai Wonokerto dan Depok secara
fisik adalah tidak tersedia dengan baiknya b. Rekomendasi untuk Pemerintah
sarana prasana di Kawasan Pantai mulai dari Pengembangan wisata pesisir yang
kondisi jalan yang rusak dan terbatasnya berkelanjutan membutuhkan partisipasi
tempat pembuangan sampah di sekitar pantai. dari beberapa stakeholder, baik itu
Permasalahan secara kelembagaan adalah masyarakat, pihak swasta ataupun
kurang tertatanya sistem pengelolaan wisata lembaga masyarakat. Banyaknya
pesisir seperti pantai dan pantai depok oleh stakeholder yang terlibat seharusnya
pemerintah Kabupaten Pekalongan. tidak membuat pemerintah daerah
Berdasarkan hasil skoring yang telah melakukan pengelolaan secara otoriter.
dilakukan, maka lokasi prioritas Meskipun sebagai stakeholder yang
pengemabangan Sustainable Coastal Tourism mempunyai otoritas terhadap pengelolan
adalah Wisata Pantai Wonokerto. Luas lokasi kawasan pesisir, seyogyanya dalam
prioritas ini adalah 71 Ha, terletak di pelaksanaan pengelolaannya melibatkat
Kecamatan Wonokerto dan meliputi Desa berbagai stakeholder yang terkait. Agar
Wonokerto Kulon, Desa Api – Api, Desa pengelolaan pariwisata pesisir dapat
Tratebang, Desa Semut, Desa Wonokerto berjalan harmonis dan berkelanjutan
Wetan dan Desa Pecakaran. setidaknya ada dua opsi pengelolaan
yang ditawarkan, yaitu : pertama,
Rekomendasi Kemitraan Unit Pelaksana Teknis Dinas
a. Rekomendasi untuk Masyarakat Pariwisata dengan stakeholder dan
Pengembangan wisata yang kedua, Badan Layanan Usaha Daerah
berkelanjutan membutuhkan partisipasi yang terdiri dari unsur pemerintah dan
masyarakat dalam proses pelaksanaannya, stakeholder.
untuk itu masayarakat yang berada di
Kawasan Pesisir Pantai Wonokerto dapat ikut

268| Ruang; Vol. 1; No. 2; Th. 2013; hal. 261-270


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

1. Kemitraan Unit Pelaksana Teknis Penerbit Andi. Yogyakarta. Drumm, A


(UPT) Dinas Pariwisata dengan dan Moore, A.
stakeholder Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002.
Unit Pelaksana Teknis merupakan Pedoman Umum Kelembagaan Tempat
kepanjangan tangan dari Dinas Pelelangan Ikan. Direktorat Pemasaran
Pariwisata dalam pengelolaan Dalam Negeri. Direktorat Jenderal
pariwisata pesisir di pantai Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Wonokerto, namun dalam Perikanan. Jakarta: Departemen
pelaksanaan pengelolaannya Kelautan dan Perikanan Republik
melakukan kemitraan dengan Indonesia.
berbagai pihak/stakeholder. Dahuri, Rokhmin. 2001. Pengelolaan Sumber
Kemitraan disini dimaksudkan untuk Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
mengakomodasi kepentingan Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
stakeholder terhadap pariwisata dan Iqbal, Hasan. 2002. Metode penelitian dan
juga sebagai rekan kerja dalam aplikasinya. Cetakan pertama. Jakarta. :
pengelolaan pariwisata pesisir. Ghalia Indonesia.
Keterlibatan para pihak dapat Johannes, H., Diposaptono, Sugianto. 2011.
diakomodir dalam bentuk forum/mitra Strategi Adaptasi Dan Mitigasi Bencana
pariwisata. Pesisir Akibat Perubahan Iklim Terhadap
2. Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Badan Layanan Usaha Daerah Kementerian Kehutanan Balai Pengelolaan
merupakan organisasi yang Hutan Mangrove Wilayah I. 2011.
bertangungjawab langsung terhadap Kompas. 2012. www.kompas.com
Kepala Daerah, karena dibentuk Moleong, L J. 2004. Metodologi Penelitian
dengan Surat Keputusan Kepala Kualitatif. Bandung: PT.Remaja.
Daerah. Pejabat Pengelola dan Pemerintah Kabupaten Pekalongan. 2013.
pegawai BLUD dapat berasal dari PNS Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelititan
dan/atau non PNS atau pihak lain yang Survei. LP3S, Jakarta.
terlibat dalam kepariwisataan di Siti Nurisyah. 1998. Rencana pengembangan
pesisir pantai Wonokerto dengan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah
diberi renumerasi sesuai dengan Pesisir Indonesia. Bulletin Taman dan
tingkat tanggungjawab dan tuntutan Lanskap Indonesia. Perencanaan,
profesionalisme Perancangan dan Pengelolaan. Volume
3, Nomor 2, 2000.
DAFTAR PUSTAKA Soegiarto A. 1976. Pedoman Umum
American Heritage Dictionary. 2012. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga
Definition, 50, Backlinks to Oseanologi Nasional, Yakarta.
repository.usu.ac.id, 6, 2012-12-13. Soemarwoto, Otto. 1987. Ekologi, Lingkungan
Budiharsono S., 2001. Teknik Analisis Hidup dan Pembangunan. Jakarta
Pembangunan Wilayah Pesisir dan :Djambatan.
Lautan. Pradnya Paramita: Jakarta. Sons, Inc. Kusmayadi, Endar Sugiarto. 2000.
Brundtland Report. 1987. Our Common Metodologi Penelitian dalam Bidang.
Future. Oxford University Press, Oxford. Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia
Creswell, John W.. 2003. Research Design: Pustaka Utama.
Qualitative, Quantitative, and. Mixed Sorensen JC, Mc Creary. 1990. Coastal:
Method Approaches. London: Sage Institutional Arrangements for
Publications. Management of Coastal Resources.
Damanik, J dan Weber,H.F. 2006. Perencanaan Berkeley: University of California of
Ekowisata: Dari Teori ke. Aplikasi. Berkeley.

Ruang; Vol. 1; No. 2; 2013; hal. 261-270 | 269


Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Di Kabupaten Pekalongan Musaddun, Wakhidah Kurniawati, Santy Paulla Dewi, Novia Sari Ristianti

Splillane, J.J. 1987. Pariwisata Indonesia


Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Suara Merdeka. 2006.
www.suaramerdeka.com
Supriharyono, 2007. Konservasi Sumberdaya
Hayati di Wilayah Pesisir Tropis. Pustaka
Pelajar. Yogjakarta.
UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Yoeti, Oka A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Bandung: Angkasa.

270| Ruang; Vol. 1; No. 2; Th. 2013; hal. 261-270

Anda mungkin juga menyukai