JCI EDISI 5
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
AHMAD SUBHAN.S.Si.,M.Si.,Apt
Kepala Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Surveior Manajemen KARS
• Email :Ahmadsapt@gmail.com
• TELPON : 081210253525
Overview
Latar Belakang
Legal Aspek dan Definisi
Definisi
High Alert dalam Akreditasi Pelayanan
Kefarmasian?
Bagaimana upaya pengendalian high
alert?
Mengapa mesti diwaspadai ?
Kasus Insiden
• Beberapa penelitian telah mengidentifikasi Adverse Drug
Events (ADEs) merupakan sumber utama paling sering
menyebabkan insiden selama perawatan, sehingga
secara terus menerus menempatkan pasien pada risiko
cedera.1,2,3,4,5,6
• Pada sebanyak 400.000 kejadian ADE per tahun pada
pasien yang dirawat di rumah sakit, Komite IOM
memperkirakan bahwa ADE menyumbang $ 3,5 miliar
(pada tahun 2006 dolar) dari biaya tambahan yang
dikeluarkan oleh rumah sakit 7.
1. Rozich JD, Haraden CR, Resar RK. Adverse drug event trigger tool: A practical methodology for measuring medication-related harm. Qual Saf Health Care.
2003;12:194-200.
2. Bates DW, Boyle DL, Vander Vliet VM, et al. Relationship between medication errors and adverse drug events. J Gen Intern Med. 1995;10:199-205.
3. Bates DW, Cullen DJ, Laird NM, et al. Incidence of adverse drug events and potential adverse drug events: Implications for prevention. JAMA. 1995;274:29-34.
4. Lesar TS, Briceland L, Stein DS. Factors related to errors in medication prescribing. JAMA. 1997;277:312-317.
5. Ebbesen J, Juajordet I, Erikssen J, et al. Drug-related deaths in a department of internal medicine. Arch Intern Med. 2001;161:2317-2323.
6. Committee on Identifying and Preventing Medication Errors. Aspden P, Wolcott J, Bootman JL, Cronenwett LR (editors). Preventing Medication Errors: Quality
Chasm Series. Washington, DC: National Academies Press; July 2006.
Lanjutan…
• Menurut hasil penelitian dalam data base reaksi obat yang merugikan
(Adverse drug reactions-ADE), dari total kasus kejadian, diketahui
sebanyak 317 kasus ADE merupakan kategori dapat dicegah. Dari hasil
analisis lanjutan berdasarkan kategorisasi jenis kesalahan, maka
diketahui ada tiga ADE yang dapat dicegah dengan prioritas tinggi,
yang menyumbang 50% dari semua laporan: 1
1. overdosis antikoagulan disebabkan pemantauan dan penyesuaian
dosis yang tidak memadai (berdasarkan nilai uji laboratorium)
sehingga menimbulkan kejadian hemoragik;
2. overdosis atau kegagalan mencegah adanya interaksi obat-obat
agonis opiat menimbulkan somnolen dan depresi pernafasan;
3. pemberian dosis yang tidak tepat atau pemantauan yang tidak
memadai terhadap insulin dikaitkan dengan hipoglikemia.
1. Winterstein AG, Hatton RC, Gonzalez-Rothi R, Johns TE, Segal R. Identifying clinically significant preventable adverse drug
events through a hospital's database of adverse drug reaction reports. Am J Health Syst Pharm. 2002 Sep;59(18):1742-1749.
Apa definisi High alert medication ?
Kenapa harus waspada
terhadap obat High
Alert?
1. Institute for Safe Medication Practices [Internet]. Institutional High-Alert Medication List. Horsham,
PA. http://www.ismp.org/tools/institutionalhighAlert.asp (accessed 2019).
Bagaimana Standar High Alert (HA)
Dalam SNARS1-KARS ?
STANDAR AKREDITASI SNARS1
Lanjutan….
Standar SNARS1 –
Sasaran Keselamatan Pasien #3
Standar SNARS1 –
Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat (PKPO) #3
Elemen Penilaian PKPO.3.1
1. Ada regulasi tentang pengaturan tata kelola bahan berbahaya,
obat narkotika dan psikotropika yang baik, benar dan aman
sesuai peraturan perundang-undangan (R)
2. Ada bukti penyimpanan bahan berbahaya yang baik, benar
dan aman sesuai regulasi (O,W)
3. Ada bukti penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang
baik, benar dan aman sesuai regulasi. (O,W)
4. Ada bukti pelaporan obat narkotika dan psikotropika
secara akurat sesuai peraturan dan perundang-undangan.
(D,W)
Elemen Penilaian PKPO.3.2
1. Ada regulasi rumah sakit tentang proses larangan menyimpan
elektrolit konsentrat di daerah rawat inap kecuali bila
dibutuhkan secara klinik, dan apabila terpaksa disimpan di
area rawat inap harus diatur tentang keamanannya untuk
menghindari kesalahan (lihat juga, SKP.3.1). (R)
2. Ada bukti penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik, benar
dan aman sesuai regulasi (O,W)
3. Elektrolit konsentrat diberi label obat yang harus diwaspadai
(high alert) sesuai regulasi. (O,W)
Bagaimana Implementasinya ?
Sejarah Akreditasi
RSUP Fatmawati :
1. Institute for Safe Medication Practices [Internet]. Institutional High-Alert Medication List. Horsham,
PA. http://www.ismp.org/tools/institutionalhighAlert.asp (accessed 2019).
Cont..
Penandaan
1. Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker warna merah “high alert
double check” pada obat.
2. Obat kategori look alike and sound alike (LASA) ditempatkan pada box warna
kuning. Dan posisi box obat terpisah dari tempat obat non LASA.
3. Obat kemoterapi diberikan penanda stiker penanda obat Kemoterapi warna
Ungu.
Penyimpanan:
1. Obat elektrolit konsentrasi tinggi (electrolit high Concentrate) hanya boleh di
simpan di Instalasi Farmasi (Gudang & Depo Farmasi) dan disimpan dalam
jumlah terbatas di:
a. IBS
b. IRI (ICU,ICCU,NICU,PICU)
2. Obat LASA ditempatkan secara terpisah antara satu sama lain, untuk menghindari
kesalahan pengambilan dan penggunaan obat.
3. Obat kemoterapi hanya boleh disimpan di Instalasi Farmasi (Gudang Farmasi dan
depo farmasi)
Aturan penyimpanan :
1. Persyaratan suhu dan kelembaban pada penyimpanan, mengacu pada
nilai yang dipersyaratkan dalam Farmakope Indonesia (FI) update.
Penyimpanan pada Suhu kamar (25oC) diperuntukkan bagi obat-obat,
cairan infus, alat kesehatan, pembalut dan gas medis yang
dipersyaratkan penyimpanannya pada suhu kamar.
2. Produk sampel tertinggal disimpan diruang produksi dalam waktu 1 (satu)
tahun dengan variasi suhu penyimpanan dari 250 C – 300 C, untuk
mengetahui stabilitas dan konsistensi produk selama dalam
penyimpanan.
3. Penyimpanan pada suhu dingin (dalam lemari pendingin) yaitu pada
suhu 2-8oC diperuntukan bagi obat-obat tertentu seperti: suppositoria,
insulin, produk biologis (vaksin,sera) dan reagensia yang membutuhkan
suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai dengan
persyaratan penyimpanan pada etiket/ brosur produk.
Aturan penyimpanan :
1. Seluruh perbekalan farmasi baik obat maupun alat kesehatan
habis pakai harus dapat teridentifikasi dengan mudah dan jelas
melalui Label yang menempel pada sediaan.
2. Label tersebut telah dibuat oleh Pabrik produsen atau oleh
Bagian Produksi Farmasi. Label identifikasi minimal memuat
informasi tentang: Nama produk, jumlah isi/kekuatan produk,
nomor bach, tanggal pembuatan, Nama Pembuat, tanggal
kadaluarsa, peringatan. Pembuatan label produk dengan
menggunakan Prosedur Pembuatan Label Produksi.
Prosedur Penyimpanan:
1.LASA ( Look Alike Sound Alike )
warning untuk ”Patient Safety”.
2.Perbekalan farmasi yang
bentuknya mirip mirip TIDAK
BOLEH diletakkan berdekatan.
Prosedur Penyimpanan:
1.Walaupun terletak pada
kelompok abjad yang sama,
harus diselingi dengan minimal
2 (dua) obat non kategori LASA
diantara atau ditengahnya.
2.Dalam Box warna Kuning
1- Kemoterapi
Lanjutan….
Lanjutan….
4. Pencegahan saat memberikan obat sitostatika
1) Pakailah proteksi secara lengkap.
2) Gunakan spuit / set injeksi yang telah disediakan.
3) Gunakan kateter kecil, jangan menggunakan wing needle karena
kaku dan merusak vena
4) Teliti dan hati-hati saat menyuntikkan obat sitostatika dan ketika
penggantian jarum
5) Alasi dibawah penyuntikan dengan pengalas untuk menghindarkan
tumpahan atau lelehan
6) Hindari obat jatuh ke alat – alat tenun diatas tempat tidur.
• Adverse effet :
- Respiratory depression
- Confusion
- Lethargy
3- Injeksi Potassium Chloride atau
Phosphate
Efek samping:
1- Muscular or respiratory
paralysis.
2- Mental confusion.
3- Hypotension.
4- Cardiac arrhythmia.
5- Heart block.
Lanjutan….
2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor11 Tahun 2017 Tentang Sasaran
Keselamatan Pasien
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
5.Donaldson .L.J, Kelley.E.T,et all .Medication Without Harm: WHO's Third Global Patient Safety
Challenge. The Lancet. Volume 389, No. 10080, p1680–1681, 29 April 2017.
9.ISQua. Guidelines and Principles for the Development of Health and Social Care Standards, Ed
4th ,2015