Anda di halaman 1dari 91

KARS VERSI SNARS 1

JCI EDISI 5
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)

“PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN BERTARAF INTERNASIIONAL”

AHMAD SUBHAN.S.Si.,M.Si.,Apt
 Kepala Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
 Surveior Manajemen KARS

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
Curriculum Vitae
• NAMA : Ahmad Subhan,SSi.,MSi.,Apt
• PENDIDIKAN & PEKERJAAN :
PENDIDIKAN

S1-FARMASI UII JOGJA 2003

APOTEKER UII JOGJA 2004

S2 FARMASI KLINIK UGM JOGJA 2008

S3 IFO (FARMAKOLOGI) IPB - BOGOR Mhs. 2018


PEKERJAAN
2008 FARMASI KLINIK RSKD DHARMAIS
2010 FARMASI KLINIK RSUP FATMAWATI
2012 KEPALA INSTALASI FARMASI RSUP FATMAWATI

2014 Ketua Sub Komite PPI RSUP FATMAWATI


2016 KEPALA INSTALASI FARMASI RSUP FATMAWATI

2018 Surveior KARS : Manajemen KARS

• Email :Ahmadsapt@gmail.com
• TELPON : 081210253525
Overview

Latar Belakang
Legal Aspek dan Definisi
Definisi
High Alert dalam Akreditasi Pelayanan
Kefarmasian?
Bagaimana upaya pengendalian high
alert?
Mengapa mesti diwaspadai ?
Kasus Insiden
• Beberapa penelitian telah mengidentifikasi Adverse Drug
Events (ADEs) merupakan sumber utama paling sering
menyebabkan insiden selama perawatan, sehingga
secara terus menerus menempatkan pasien pada risiko
cedera.1,2,3,4,5,6
• Pada sebanyak 400.000 kejadian ADE per tahun pada
pasien yang dirawat di rumah sakit, Komite IOM
memperkirakan bahwa ADE menyumbang $ 3,5 miliar
(pada tahun 2006 dolar) dari biaya tambahan yang
dikeluarkan oleh rumah sakit 7.
1. Rozich JD, Haraden CR, Resar RK. Adverse drug event trigger tool: A practical methodology for measuring medication-related harm. Qual Saf Health Care.
2003;12:194-200.
2. Bates DW, Boyle DL, Vander Vliet VM, et al. Relationship between medication errors and adverse drug events. J Gen Intern Med. 1995;10:199-205.
3. Bates DW, Cullen DJ, Laird NM, et al. Incidence of adverse drug events and potential adverse drug events: Implications for prevention. JAMA. 1995;274:29-34.
4. Lesar TS, Briceland L, Stein DS. Factors related to errors in medication prescribing. JAMA. 1997;277:312-317.
5. Ebbesen J, Juajordet I, Erikssen J, et al. Drug-related deaths in a department of internal medicine. Arch Intern Med. 2001;161:2317-2323.
6. Committee on Identifying and Preventing Medication Errors. Aspden P, Wolcott J, Bootman JL, Cronenwett LR (editors). Preventing Medication Errors: Quality
Chasm Series. Washington, DC: National Academies Press; July 2006.
Lanjutan…
• Menurut hasil penelitian dalam data base reaksi obat yang merugikan
(Adverse drug reactions-ADE), dari total kasus kejadian, diketahui
sebanyak 317 kasus ADE merupakan kategori dapat dicegah. Dari hasil
analisis lanjutan berdasarkan kategorisasi jenis kesalahan, maka
diketahui ada tiga ADE yang dapat dicegah dengan prioritas tinggi,
yang menyumbang 50% dari semua laporan: 1
1. overdosis antikoagulan  disebabkan pemantauan dan penyesuaian
dosis yang tidak memadai (berdasarkan nilai uji laboratorium)
sehingga menimbulkan kejadian hemoragik;
2. overdosis atau kegagalan mencegah adanya interaksi obat-obat
agonis opiat  menimbulkan somnolen dan depresi pernafasan;
3. pemberian dosis yang tidak tepat atau pemantauan yang tidak
memadai terhadap insulin dikaitkan dengan hipoglikemia.

1. Winterstein AG, Hatton RC, Gonzalez-Rothi R, Johns TE, Segal R. Identifying clinically significant preventable adverse drug
events through a hospital's database of adverse drug reaction reports. Am J Health Syst Pharm. 2002 Sep;59(18):1742-1749.
Apa definisi High alert medication ?
Kenapa harus waspada
terhadap obat High
Alert?

“High alert medication adalah


obat yang mempunyai risiko
tinggi dapat menyebabkan
bahaya pada pasien secara
signifikan apabila terjadi error
pada penggunaanya.
Meskipun kesalahan tersebut
mungkin terjadi secara
sederhana dan prinsipnya dapat
dicegah, namun konsekuensi dari
kesalahan tersebut jelas sangat
merugikan bagi pasien”
a. High-Alert Medication: ISMP Examples1
• Insulin • Dialysis solution
• Anticoagulants • Liposomal formulations
• Opioids • Immunosuppressants
• Concentrated electrolytes • Pregnancy category X drugs
• Antineoplastic agents • Pediatric liquid formulations
• Antiretroviral agents • Oral hypoglycemic agents
• Anesthetic agents • IV radiocontrast agents
• Antiarrhythmic agents • Hypertonic saline
• Epidural/intrathecal • Neurommuscular Blocking
formulations Agents
• Adrenergic agonists
• Adrenergic antagonists
• Parenteral nutrition

1. Institute for Safe Medication Practices [Internet]. Institutional High-Alert Medication List. Horsham,
PA. http://www.ismp.org/tools/institutionalhighAlert.asp (accessed 2019).
Bagaimana Standar High Alert (HA)
Dalam SNARS1-KARS ?
STANDAR AKREDITASI SNARS1
Lanjutan….
Standar SNARS1 –
Sasaran Keselamatan Pasien #3
Standar SNARS1 –
Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat (PKPO) #3
Elemen Penilaian PKPO.3.1
1. Ada regulasi tentang pengaturan tata kelola bahan berbahaya,
obat narkotika dan psikotropika yang baik, benar dan aman
sesuai peraturan perundang-undangan (R)
2. Ada bukti penyimpanan bahan berbahaya yang baik, benar
dan aman sesuai regulasi (O,W)
3. Ada bukti penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang
baik, benar dan aman sesuai regulasi. (O,W)
4. Ada bukti pelaporan obat narkotika dan psikotropika
secara akurat sesuai peraturan dan perundang-undangan.
(D,W)
Elemen Penilaian PKPO.3.2
1. Ada regulasi rumah sakit tentang proses larangan menyimpan
elektrolit konsentrat di daerah rawat inap kecuali bila
dibutuhkan secara klinik, dan apabila terpaksa disimpan di
area rawat inap harus diatur tentang keamanannya untuk
menghindari kesalahan (lihat juga, SKP.3.1). (R)
2. Ada bukti penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik, benar
dan aman sesuai regulasi (O,W)
3. Elektrolit konsentrat diberi label obat yang harus diwaspadai
(high alert) sesuai regulasi. (O,W)
Bagaimana Implementasinya ?
Sejarah Akreditasi
RSUP Fatmawati :

17 Februari 1997 : Akreditasi Penuh


Tahap I 5 Bidang Pelayanan
27 September 2002 : Akreditasi Penuh
Tahap II 12 Bidang Pelayanan
14 April 2004 : Akreditasi Penuh Tingkat
Lengkap 16 Bidang Pelayanan
25 Januari 2008 : Akreditasi Penuh
Tingkat Lengkap 16 Bidang
Pelayanan (yang ke-2)
Desember 2010 : LULUS TERAKREDITASI 16
Pelayanan yang ke 3 kali
Januari 2013: LULUS TERAKREDITASI
PARIPURNA (versi 2012 – JCI)
Maret 2016 : LULUS AKREDITASI KARS
PARIPURNA (VERSI 2012)
JUNI 2016: LULUS AKREDITASI JCI EDISI V
Juni 2018: Lulus Paripurna SNARS1

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
27

1. PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT

Kebijakan Penyimpanan Obat high alert di RS:X :


• Disesuaikan dengan bentuk Sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan
dan stabilitasnya,sifat bahan, dan ketahanan terhadap Cahaya (lihat
petunjuk penyimpanan masing-masing obat
• Obat disusun alphabetis
• Sistem FIFO (First in first out} atau FEFO( first expired first out)
• Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan
obat diberi label: isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
• Elektrolit pekat konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan
• Unit tertentu yang dapat menyimpan elektrolit konsentrat harus
dilengkapi dengan SPO Khusus untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati
• Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, obat NORUM/LASA diberi
stiker NORUM/LASA
• Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam formulir
rekonsiliasi obat dan disimpan di ……………
2. PENYUSUNAN DAFTAR OBAT HIGH ALERT MEDICATION

a. High-Alert Medication: ISMP Examples1


• Insulin • Dialysis solution
• Anticoagulants • Liposomal formulations
• Opioids • Immunosuppressants
• Concentrated electrolytes • Pregnancy category X drugs
• Antineoplastic agents • Pediatric liquid formulations
• Antiretroviral agents • Oral hypoglycemic agents
• Anesthetic agents • IV radiocontrast agents
• Antiarrhythmic agents • Hypertonic saline
• Epidural/intrathecal • Neurommuscular Blocking
formulations Agents
• Adrenergic agonists
• Adrenergic antagonists
• Parenteral nutrition

1. Institute for Safe Medication Practices [Internet]. Institutional High-Alert Medication List. Horsham,
PA. http://www.ismp.org/tools/institutionalhighAlert.asp (accessed 2019).
Cont..

b. Berdasarkan kelas risiko;


Lima Besar high-alert medications
1- Elektrolit pekat
2. Anestesi
3. Narkotika
4. Kemoterapi.
5- Injectable Anticoagulant.
DAFTAR OBAT HIGH ALERT DI RSUP FATMAWATI
DAFTAR OBAT HIGH ALERT DI RSUP FATMAWATI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
3. PENANDAAN / PELABELAN OBAT HIGH ALERT

Penandaan
1. Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker warna merah “high alert
double check” pada obat.
2. Obat kategori look alike and sound alike (LASA) ditempatkan pada box warna
kuning. Dan posisi box obat terpisah dari tempat obat non LASA.
3. Obat kemoterapi diberikan penanda stiker penanda obat Kemoterapi warna
Ungu.
Penyimpanan:
1. Obat elektrolit konsentrasi tinggi (electrolit high Concentrate) hanya boleh di
simpan di Instalasi Farmasi (Gudang & Depo Farmasi) dan disimpan dalam
jumlah terbatas di:
a. IBS
b. IRI (ICU,ICCU,NICU,PICU)
2. Obat LASA ditempatkan secara terpisah antara satu sama lain, untuk menghindari
kesalahan pengambilan dan penggunaan obat.
3. Obat kemoterapi hanya boleh disimpan di Instalasi Farmasi (Gudang Farmasi dan
depo farmasi)

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
Label obat
1. Label harus jelas :
Nama pasien
Nomer RM
Tanggal Lahir (Usia)
Nama Obat
Dosis obat
Rute Pemberian
Waktu dan Frekwensi
Pemberian
Tgl ED setelan pelarutan
2. Kirim obat ke ruang perawatan
dengan troley tertutup.
Label Obat
4. PENGATURAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI

Verifikasi Penyimpanan : Klasifikasi Penyimpanan:


1. Penyimpanan Berdasar
1. Double check kondisi dan stabilitas
2. Terdapat label obat 2. Narkotika &
3. Verifikasi cek BENAR psikotropika
3. Hihg Alert Medication
4. Gas medis
5. Nutrisi parentral
6. Eemergency
Tempat Penyimpanan : 7. Investigasi
1. GUDang PUSAT 8. Sampel Penelitian
9. Recall
2. Depo Farmasi

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
PENYIMPANAN HIGH ALERT MEDICATION

Penyimpanan High Alert medication dilakukan sesuai


dengan kondisi persyaratan penyimpanannya:
1. sebagaimana yang dianjurkan oleh pabrik pembuat
terkait persyaratan
2. suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan masa
expired date, dengan menggunakan Prosedur
Penyimpanan Perbekalan Farmasi Berdasarkan
Kondisi dan Stabilitasnya.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI

Aturan penyimpanan :
1. Persyaratan suhu dan kelembaban pada penyimpanan, mengacu pada
nilai yang dipersyaratkan dalam Farmakope Indonesia (FI) update.
Penyimpanan pada Suhu kamar (25oC) diperuntukkan bagi obat-obat,
cairan infus, alat kesehatan, pembalut dan gas medis yang
dipersyaratkan penyimpanannya pada suhu kamar.
2. Produk sampel tertinggal disimpan diruang produksi dalam waktu 1 (satu)
tahun dengan variasi suhu penyimpanan dari 250 C – 300 C, untuk
mengetahui stabilitas dan konsistensi produk selama dalam
penyimpanan.
3. Penyimpanan pada suhu dingin (dalam lemari pendingin) yaitu pada
suhu 2-8oC diperuntukan bagi obat-obat tertentu seperti: suppositoria,
insulin, produk biologis (vaksin,sera) dan reagensia yang membutuhkan
suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai dengan
persyaratan penyimpanan pada etiket/ brosur produk.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI

Aturan penyimpanan sesuai Regulasi:


1. Penyimpanan sediaan psikotropika dan narkotika
dilakukan dengan menggunakan Prosedur
Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika.
2. Pencatatan terhadap seluruh jumlah persediaan stok
obat dilakukan secara simultan dengan menggunakan
Prosedur Monitoring Stok Perbekalan Farmasi.
(Undang – undang R.I. Nomor: 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika; Undang – undang R.I. Nomor: 5
Tahun 1999 Tentang Psikotropika)

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI

Aturan penyimpanan :
1. Seluruh perbekalan farmasi baik obat maupun alat kesehatan
habis pakai harus dapat teridentifikasi dengan mudah dan jelas
melalui Label yang menempel pada sediaan.
2. Label tersebut telah dibuat oleh Pabrik produsen atau oleh
Bagian Produksi Farmasi. Label identifikasi minimal memuat
informasi tentang: Nama produk, jumlah isi/kekuatan produk,
nomor bach, tanggal pembuatan, Nama Pembuat, tanggal
kadaluarsa, peringatan. Pembuatan label produk dengan
menggunakan Prosedur Pembuatan Label Produksi.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
Lemari Penyimpanan High Alert Medication

Obat High Alert :


1.Double check
2.Penyimpanan dalam lemari khusus
3.Terdapat label : High Alert Double Check

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
44

Penyimpanan obat high alert di Instalasi Rawat Inap (IRNA)

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
5. PENGENDALIAN DAN MONITORING PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT

Monitoring suhu dan


kelembabab
Formulir Supervisi
Kefarmasian
52
6. PENGATURAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT – KEMOTERAPI
PINTU AKSES
SISTEM APAR
SISTEM PENGAMAN INSIDEN
7. PENGATURAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT – NARKOTIKA
PENYIMPANAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
GUDANG FARMASI
Laporan SIPNAP Narkotika
Laporan SIPNAP Psikotropika
8. PENGATURAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT – LASA

Prosedur Penyimpanan:
1.LASA ( Look Alike Sound Alike )
warning untuk ”Patient Safety”.
2.Perbekalan farmasi yang
bentuknya mirip mirip TIDAK
BOLEH diletakkan berdekatan.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
Penyimpanan Obat LASA (look alike sound alike)

Prosedur Penyimpanan:
1.Walaupun terletak pada
kelompok abjad yang sama,
harus diselingi dengan minimal
2 (dua) obat non kategori LASA
diantara atau ditengahnya.
2.Dalam Box warna Kuning

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
Penyimpanan Obat LASA (look alike sound alike)

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
64
9. PENYIAPAN DAN PEMBERIAN OBAT HIGH ALERT KEPADA PASIEN

1- Kemoterapi

• Risiko Paparan/kontak pada petugas : merupakan risiko


terbesar dari obat golongan ini

• Faktor penyebab risiko berbahaya:

- Kompleksitas perhitungan dosis: LPB/BSA; AUC.

- Risiko dari sifat zat aktif: teratogenic,mutagenic,iritan,

- fartor farmakokinetika dari obat-obat kemoterapi: mual,


muntah, nyeri (inflamasi)
66

Petugas kesehatan dirumah sakit yang berpotensi untuk terpapar


obat antineoplasma adalah sebagai berikut (NIOSH, 2004a,b)

1. Staf rumah sakit yang bekerja ditempat cairan tersebut


berada mulai dari persiapan, pemberian dan
pembuangan alat-lat yang digunakan (termasuk
persiapan obat dengan menghancurkan obat tablet).
2. Petugas farmasi yang menyiapkan cairan [obat
kemoterapi]
3. Petugas rumah sakit dibagian onkologi, yang
melakukan infuse dan memberikan cairan tersebut.
4. Petugas kesehatan yang membuang feses, urin dan
lain-lain dari pasien yang diobati dengan obat tersebut.
5. Petugas kesehatan yang menangani linen yang
digunakan oleh pasien yang diberikan obat kemoterapi
Penggunaan obat-obat kemoterapi :

• Kumpulan obat-obat sitostatika disebut regimen


kemoterapi.
• Regimen tunggal :
• Digunakan zaman dulu (sampai sekarang)
• Khasiat kurang dibanding kombinasi
• Regimen kombinasi :
• Untuk meningkatkan khasiat
• Mengurangi efek samping
69

NAMA-NAMA OBAT KEMOTERAPI YANG SERING DIGUNAKAN


• Agent Ankylating (mengganggu mitosis dan pebelahan sel normal)
a. Chlombucil (Leukeran ®) kanker payudara, paru, ovarium dan testis; Penyakit Hidgkin’s
b. Cyclophosphamide (Cytoxan ®)multiple myeloma; kanker payudara, paru dan ovarium.
c. Carmustine (BiCNU ®)melanoma maligna, tumor otak.
• Antimetabolit (mengganggu sintesis asam folat, purin dan pyrimidine)
a. Methotrexate (Mexate ®)leukemia, kanker paru, dan kanker payudara
b. Fluorouracil (Adrucil ®)kanker kandung kemih, hati, pancreas, paru, dan payudara
c. Mercaptopurine (Purinethol ®)leukemia akut.
• Antibiotik (menyebabkan pemecahan rantai tunggal atau rantai ganda DNA)
a. Actinomycin D (Cosmegen ®)Sarkoma Kaposi, rhabdomyocarcoma
b. Doxorubicin (Adriamycin) leukemia akut, kanker payudara
c. Bleomycin (Bleo ®)Limfoma Hodgkins/ non Hodgkins, Kanker testis
• Produk Alami (obat antimitosis) (mencegah mitosis dan menyebabkan penghentian metaphase).
a. Vinblastine (Velban ®)Limfoma non Hodgkin, kanker payudara dan testis.
b. Vincristine (Oncovin ®)kanker paru sel kecil, Limfoma non Hodgkins
c. Paclitaxel (Taxol ®)Kanker ovarium dan kanker payudara
• Agent miscellaneous
a. Hydroxyurea (Hydrea ®)bekerja sebagai anti metabolit dalam fase S; melanoma maligna,
kanker ovarium metastasis
b. Estrogen¾mengganggu reseptor hormone dan protein dalam semua fase siklus sel; kanker
prostate, kanker payudara lanjut postmenopause
Dosis Kemoterapi
• Sebagian besar berdasarkan luas permukaan tubuh
(Body Surface Area)
• Beberapa berdasarkan dosis tetap, BB, AUC, umur.
• Dosis masing-masing orang berbeda, harus dihitung.
• BSA : TB(cm)xBB(kg)
3600
• Dosis berdasarkan AUC = Calvert Formula
Target AUC x ( GFR + 25 ), target AUC ditentukan dari
riwayat kemoterapi sebelumnya.
PERALATAN PENCAMPURAN
KEMOTERAPI
Biological safety cabinet (BSC)

Biological Safety Cabinet or


Chemotherapy Cabinet
• Aliran Udara Vertical ~ Udara mengalir
dari atas - bawah untuk menjaga
sterilitas produk dan melindungi
operator
• Digunakan untuk produk chemotherapy
73

Cytotoxic Safety Cabinet


74
75

TIP PERLINDUNGAN DIRI (NIOSH, 2004a,b):


• Jangan makan atau minum [atau merokok] ditempat dimana
obat antineoplastik disiapkan atau diberikan
• Biasakan atau mampu untuk mengenali sumber paparan
terhadap antineoplasma.
• Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan
melepaskan alat pelindung diri seperti baju pelindung
disposibel dan sarung tangan disposibel.
• Tangani sampah yang berhubungan dengan obat
antineoplasma secara terpisah dengan sampah rumah sakit
lain. Tangani sampah tersebut sebagai sampah-sampah
berbahaya.
• Bersihkan tumpahan obat sesegera mungkin dengan
menggunakan metode kewasapadaan yang tepat.
• Pelajari kebjakatan tertulis rumah sakit dalam menangani
obat antineoplasma.
• Pelajari dan akses jurnal serta publikasi yang berhubungan
dengan penanganan obat kemoterapi yang aman.
76

PENCEGAHAN PAPARAN OBAT KEMOTERAPI


1. Mencegah resiko yang berasal dari petugas
1) Tidak boleh makan dan minum ditempat pencampuran obat.
2) Tidak boleh mengunyah makanan dan merokok.
3) Tidak boleh memakai kosmetik ditempat pencampuran.
4) Tidak boleh menyimpan makanan dan minuman bersama sama dengan obat
kemoterapi dalam satu kulkas.
5) Harus memakai tehnik mencuci tangan yang baik.
6) Harus menggunakan alat pelindung diri.
b. Pencegahan paparan melalui alat.
1) Harus memakai proteksi lengkap saat menangai alat alat yang habis dipakai.
2) Alat – alat direndam dengan deterjen kemudian bilas dengan air.
2. Pencegahan saat persiapan
1) Pakailah pakaian pelindung dengan lengan panjang dan bermanset elastis
dengan bahan yang bersifat menahan penetrasi partikel obat
2) Gunakan topi untuk melindungi kepala.
3) Gunakan kaca mata untuk melindungi dari percikan.
4) Gunakan masker untuk mengurangi resiko terhirupnya melalui mulut dan hidung.
5) Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak dengan obat pada tangan.
77

Lanjutan….

3.Pencegahan saat persiapan obat sitostatika


1) Cuci tangan
2) Cegah kebocoran pada sarung tangan.
3) Sediakan alat-alat yang diperlukan.
4) Tutup troli dengan pengalas dan kertas/ bahan yang menyerap.
5) Jangan tumpah dan meninggalkan aerosol.
6) Wajah jangan terlalu dekat saat membuka ampul.
7) Sebelum membuka ampul pastikan tidak ada cairan di ujung ampul.
8) Gunakan kasa pada waktu membuka ampul .
9) Cegah kevakuman yang berlebihan pada ampul
10)Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup agar tidak
mengulang dua kali.
11) Gunakan kasa steril untuk mengeluarkan kelebihan udara dari spuit
12) Buat label dengan lengkap ( nama pasien, MR, obat, dosisi,tgl
pencampuran ) tempelkan di spuit/ plabot/ botol
13) Letakkan obat pada tempat yang aman ( bak spuit, box tertutup )
78

Lanjutan….
4. Pencegahan saat memberikan obat sitostatika
1) Pakailah proteksi secara lengkap.
2) Gunakan spuit / set injeksi yang telah disediakan.
3) Gunakan kateter kecil, jangan menggunakan wing needle karena
kaku dan merusak vena
4) Teliti dan hati-hati saat menyuntikkan obat sitostatika dan ketika
penggantian jarum
5) Alasi dibawah penyuntikan dengan pengalas untuk menghindarkan
tumpahan atau lelehan
6) Hindari obat jatuh ke alat – alat tenun diatas tempat tidur.

5. Pencegahan saat membuang sampah sitostatika


• 1) Material/ bahan–bahan yang terkontaminasi harus dibungkus dengan
aman, material yang tajam dimasukkan ketempat yang tidak mudah
bocor
2) Bahan dan sampah terkontaminasi dengan obat antineoplasma
dimusnahkan di incenerator dengan suhu >1000 C
79

Pengelolaan Ceceran Obat Kemoterapi


1. Hanya petugas yang terlatih yang membersihkan ceceran obat
kemoterapi.
2. Secepatnya diberi tanda dan beri peringatan kepada staf yang lain bahwa
telah terjadi ceceran obat kemoterapi pada tempat yang diberi tanda.
3. Pakai alat pelindung diri lengkat dan gunakan sarung tangan double
4. Gunakan masker dianjurkan oleh NIOSH
5. Tempatkan kasa atau handuk yang menyerap diatas ceceran
6. Ambili pecahan kaca dengan menggunakan alat atau skop kecil dan
buang pecahan kaca ke dalam tempat sampah khusus yang tahan
tusukan.
7. Bersihkan daerah ceceran obat tiga kali dengan menggunakan detergen
yang kemudian dibilas dengan air, dimulai dari area terkontaminasi
kemudian daerah sekiranya.
8. Buka alat pelindung diri dan buang ditempat sampah khusus.
2- Opiates and Narcotics

risiko timbulnya penyalahgunaan dan ketergantungan dosis


Faktor penyebab risiko berbahaya :
1) Risiko penyalahgunaan obat
2) Risiko ketergantungan dosis
3) terjadi kesalahan konfersi potensi efek obat,
saat terjadi perubahan dari penggunaan satu
merek diganti dengan produk lain.
4) adanya beberapa varian produk.
Lanjutan….

5) penyimpanan obat narkotik injeksi di area perawat dengan


metode floor stock.
6) Rancu antara hydromorphone dan morphine.
7) Patient-controlled analgesia (PCA) errors
8) terkait dengan konsetrasi obat dalam darah.

• Adverse effet :

- Respiratory depression
- Confusion
- Lethargy
3- Injeksi Potassium Chloride atau
Phosphate

• Faktor Risiko umum:


1) penyimpanan elektrolit pekat dilakukan diluar farmasi dalam
bentuk utuh.
2) minta dilarutkan dengan konsentrasi dan komposisi tidak lazim
Lanjutan….

1. KCL 7,46% injeksi (Konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 mEq=1


mL) harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1
mL KCL : 10 mL pelarut (WFI/NaCl 0,9%). Konsentrasi dalam larutan
maksimum adalah 10 mEq/100 mL. Pemberian KCL Injeksi melalui
perifer diberikan secara perlahan-lahan dengan kecepatan infuse 10
mEq/Jam (atau 10 mEq KCL dalam 100 mL pelarut/jam). Pemberian
obat KCL melalui central line (vena sentral), konsentrasi maksimum
adalah 20 mEq/100 mL, kecepatan infus maksimum 20 mEq/Jam
(atau 20 mEq KCL dalam 100 mL pelarut/jam).
2. KCL telah tersedia premix – solution dengan bentuk:
a. KCL 10 mEq dalam NaCl 0,9% 100 mL ~ stabilitas < 6 hari
b. KCL 50 mEq dalam NaCl 0,9% 500 mL ~ stabilitas < 6 hari

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
Lanjutan….

Efek samping:
1- Muscular or respiratory
paralysis.

2- Mental confusion.

3- Hypotension.

4- Cardiac arrhythmia.

5- Heart block.
Lanjutan….

4- Injectable anticoagulant ( Heparin )

Faktor Risiko Umum:

1) Indek terapi sempit.


2) sediaan dosis bervariasi.
3) membutuhkan pengawasan intensive.
4) memerlukan kepatuhan pasien.
5) kemungkinan berinteraksi:
 Dengan obat lain
 Obat OTC
Lanjutan….
Faktor Risiko Umum

 tidak jelas label obat terkait dengan konsentrasi


dan konsentrasi dalam volume total jika dibuat
larutan Intravena.
 Sediaan Multi-dose.
 Rancu: antara Heparin dengan Insulin terutama
terkait dengan penggunaan satuan unit yang
hampir sama.
Contoh dosis kebutuhan
• Heparin (inviclot) = 25.000 unit/vial 5mL
• 1 mL = 5000 unit
----------------------------------------
• Dosis Dewasa biasa untuk Trombosis Vena Dalam: Infus IV secara
berlanjut: 5000 unit IV untuk satu kali pemakaian sebagai bolus,
dilanjutkan dengan infus IV 1.300 unit/jam secara berlanjut.
• Atau, satu kali pemakaian bolus IV 80 unit/kg dilanjutkan dengan
penggunaan infus IV 18 unit/kg/jam.
• Dosis Anak Biasa untuk trombosis/ gangguan tromboembolik : aliran
garis IV:
• Dosis bayi: 10 unit/mL setiap 6 sampai 8 jam.
• Dosis Anak: 100 unit/mL setiap 6 sampai 8 jam untuk kateter PVC dan
pengunci Heparin perifer.
Lanjutan….

5- Sodium chloride solution 3%

• Faktor Risiko Umum:

1) penyimpanan sediaan Nacl 3% ada di nursing units.


2) tersedia dalam bentuk sediaan dengan konsentrasi
volume besar.
3) tidak ada mekanisme double check sebelum
pemberian pada pasien.
Aturan Pemberian:

 Periksa label identitas pasien dan obat sebelum diberikan.


 Lakukan double check sebelum obat diberikan dengan minimal 2
(dua) petugas yang berbeda
 NaCl 3% Injeksi Intravena diberikan melalui Vena Sentral dengan
kecepatan infus tidak lebih dari 100 mL/Jam.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
TERIMAKASIH

Terimakasih - Thanks - gracias - 謝謝- 谢谢 - salamat - merci - grazie - ありが


とう - teşekkür ederim - 감사합니다 - gratias - - ‫ آپ کا شکریہ‬- ‫شكرا‬cảm ơn bạn -
คุณขอบคุณ - Vielen Dank - matur nuwon

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
KEPUSTAKAAN
1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor11 Tahun 2017 Tentang Sasaran
Keselamatan Pasien

3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

4.WHO Global Patient Safety Challenge: Medication Without Harm

5.Donaldson .L.J, Kelley.E.T,et all .Medication Without Harm: WHO's Third Global Patient Safety
Challenge. The Lancet. Volume 389, No. 10080, p1680–1681, 29 April 2017.

6.Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.

7.JCI Accreditation International Standards For Hospitals, 5th Edition.2014

8.JCI Accreditation International Standards For Hospitals, 4th Edition.2011

9.ISQua. Guidelines and Principles for the Development of Health and Social Care Standards, Ed
4th ,2015

Komisi Akreditasi Rumah Sakit91

Anda mungkin juga menyukai