“CERPEN”
Kelas : XII-IPS2
SMA AL CHASANAH
JAKARTA
1. Membaca cerpen tidak hanya mendapat hiburan semata, tetapi juga ada nila-nilai
kehidupan yang dapat kita ambil dari cerpen tersebut. Salah satu nilai yang
terkandung dalam cerpen adalah nilai agama (relegius) adalah...
a. nilai yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan tuhan
b. nilai yang menyangkut atura-aturan yang terkait dengan hubungan antar
manusia dengan Tuhan
c. nilai yang menyangkut masalah baik buruk, sopan santun, dan etika antar manusia
d. menyangkut masalah adat istiadat, kebiasaan, dan bahasa, dalam kehidupan
sosialnya
e. nilai yang menyangkut hubungan antara manusia dengan orang lain dalam
kehidupan
(1) Teman teman fajar bersorak gembira, (2) Daffa terkulai lemas karena layang-
layang putus. (3) Senja pun tiba. (4) Ketika terdengar suara azan, anak-anak mulai
membubarkan diri untuk pergi ke masjid. (5) Berita kemenangan Fajar atas daffa
makin menambah keyakinan anak-anak desa itu bahwa layang-layang milik
fajarmemang sakti. (6) Fajar menjadi makin tinggi hati.
Bukti nilai agama terdapat pada kalimat bertanda nomor ….
a. (1)
b. (2)
c. (3)
d. (4)
e. (5)
6. Nilai yang terdapat dalam cerpen yang menyangkut masalah baik buruk, sopan
santun, dan etika antar manusia adalah nilai….
a. sosial
b. budaya
c. agama
d. politik
e. Moral
7. Salah satu nilai yang terkandung dalam cerpen adalah nilai sosial. Nilai sosial adalah
…
a. nilai yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan tuhan
b. nilai yang menyangkut aturan-aturan yang terkait dengan hubungan antara manusia
dengan tuhan
c. nilai yang menyangkut masalah baik buruk, sopan santun, dan etika antar manusia
d. menyangkut masalah adat istiadat, kebiasaan, dan bahasa dalam kehidupan
sosialnya
e. nilai yang menyangkut hubungan antar manusia dengan orang lain dalam
kehidupan
13. Pada tahapan yang penulis mulai memperkenalkan masalah yang akan dihadapi oleh
tokoh utamanya disebut alur dalam tahapan ….
a. perkenalan
b. pemunculan masalah
c. menuju konflik
d. ketegangan
e. Penyelesaian
Setibanya Pak Usman di restoran kecil sepulang dari sekolah, Larasati segera
memulai pembicaraan. “Sebelum membicarakan soal Diah, saya perlu menjelaskan
mengapa saya tidak mau membicarakan hal ini di sekolah karena saya ingin bicarakan
adalah masalah yang harus diselesaikan dengan kacamata kemanusiaa, bukan
kedinasan” “Maksud ibu apa? Saya khawatir, keinginan bapak untuk menghabisi Diah
itu karena kebencian bapak terhadap saya. Selama ini orang kan tahu saya sangat
perhatian terhadap Diah. Dia anak yang lemah Pak, sudah mengalami berbagai
cobaan hidup, sering murung karena menerima beban yang terlalu banyak dalam
hidupnya.
14. Sifat tokoh Larasati berdasarkan kutipan di atas adalah …
a. sabar dan penyayang
b. angkuh dan disiplin
c. tegas dan pemberani
d. penuh perhatiaan dan tegas
e. angkuh dan pemberani
15. Karakter tokoh pak Usman dalam kutipan cerpen tersebut memiliki sifat...
a. pendendam
b. keras kepala dan mudah marah
c. tidak bisa membedakan urusan dinas dan pribadi
d. ingin menang sendiri
e. Pemurah
17. Kedudukan tokoh pak Usman dan Larasati dalam kutipan cerpen di atas adalah ….
a. tokoh antagonis, tokoh penengah
b. tokoh protagonis, tokoh penengah
c. tokoh antagonis, tokoh protagonis
d. tokoh protagonis, tokoh protagonis
e. tokoh antagonis, tokoh antagonis
Setiap sore menjelang, bapak selalu duduk di bangku tua kesayangannya. Bangku
yang terbuat dari bamboo itu telah menemani bapak melewati senja yang begitu
indah. Duduk dengan tenang sembari melempar pandang ke luar jendela untuk
menyaksikan betapa indah panorama yang senja sajikan. [ … .] Rasa lelah setelah
seharian memeras keringat tampak memudar ketika ia duduk di bangku tua
kesayangannya itu.
18. Kalimat yang tepat untuk melengkapi kutipan teks novel tersebut adalah...
Kali ini, untuk menggarap batik pesanan lelaki itu, ia memilih saat malam buta di
sebuah kamar berhias sarang laba-laba. Kamar penyimpan langut dan kemelut.
Sebelumnya, hampir lima tahun pintu kamar itu dibiarkan terkatup serupa kabisuan
mulut disumpal ujung selimut.
19. Makna kata langut dan kemelut dalam kutipan cerpen tersebut menyimbolkan ….
1) Kalau ada pertandingan dini hari, aku dan Ayah bahu-membahu untuk
membangunkan. 2) Kami berdua beranak batanggang, atau tidak tidur sampai dini
hari, duduk terpaku di depan TV Grundig 14 inci yang berkerai kayu tripleks,
ditemani bergal-gelas kopi. 3) Di Stadion Ullevi Gothenburg, tim berambut pirang ini
meledakkan gawang Belanda hanya dalam 5 menit pertama melalui tandukan Larsen:
1 – 0. 4) Aku mengepalkan tangan tinggi-tinggi di udara, “Yes!” teriakku. 5) Aku lirik
Ayah, beliau menggeleng-geleng sambil mendeham.
20. Bukti latar tempat dalam kutipan novel tersebut ditunjukkan kalimat ….
A.1
B.2
C.3
D. 4
E.5
“Kang, kita harus benar-benar pergi dari sini?” Tanya Siti Halimah di sela tangisnya.
“Tentu saja. Seperkasa apa pun perlawanan kita, ternyata tetap kalah melawan yang
berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang iskin,” sahut Karjan sembari melihat
rumah Lik Paijan yang siap diruntuhkan.
Teriakan Lik Paijan masuh terdengar menyayat hati. Lelaki tua itu merebut tali yang
mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris terbakar, suaranya
melengking-lengking menolak pengosongan rumahnya. Tetapi, pelawanan Lik Paijan
pun percuma saja. Beberapa petugas berbadan tegap mengangkat tubuhnya. Melihat
itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satriya Piningit lebih erat.
“Akhirnya kita harus pergi dari rumah kita sendiri, Kang. Pergi dari kampong yang
membesarkan kita,” ucap Siti Halimah getir.
“Iya, mau tak mau kita harus mengalah. Gusti Allah tidak tidur, Bune. Di tempat lain,
semoga kita mendapat ladang rezeki yang lebih baik lagi,” ujar Karjan.
A.sosial
B. politik
C. agama
D.ekonomi
E. pendidikan
22. Latar suasana yang tergambar dalam kutipan cerpen tersebut adalah ….
A.menakutkan
B.mengenaskan
C. mengharukan
D. menegangkan
E.membingungkan
E. campuran
A. mudah pasrah
B. mudah mengalah
C. mudah menangis
E. mudah menyerah
25. Hubungan antar unsur intrinsik dalam kutipan cerpen tersebut adalah ….
1) Kalau ada pertandingan dini hari, aku dan Ayah bahu-membahu untuk
membangunkan. 2) Kami berdua beranak batanggang, atau tidak tidur sampai dini
hari, duduk terpaku di depan TV Grundig 14 inci yang berkerai kayu tripleks,
ditemani bergal-gelas kopi. 3) Di Stadion Ullevi Gothenburg, tim berambut pirang ini
meledakkan gawang Belanda hanya dalam 5 menit pertama melalui tandukan Larsen:
1 – 0. 4) Aku mengepalkan tangan tinggi-tinggi di udara, “Yes!” teriakku. 5) Aku lirik
Ayah, beliau menggeleng-geleng sambil mendeham.
26. Bukti latar tempat dalam kutipan novel tersebut ditunjukkan kalimat ….
A.1
B.2
C. 3
D. 4
E. 5
Kali ini, untuk menggarap batik pesanan lelaki itu, ia memilih saat malam buta di
sebuah kamar berhias sarang laba-laba. Kamar penyimpan langut dan kemelut.
Sebelumnya, hampir lima tahun pintu kamar itu dibiarkan terkatup serupa kabisuan
mulut disumpal ujung selimut.
27. Makna kata langut dan kemelut dalam kutipan cerpen tersebut menyimbolkan ….
Setiap sore menjelang, bapak selalu duduk di bangku tua kesayangannya. Bangku
yang terbuat dari bamboo itu telah menemani bapak melewati senja yang begitu
indah. Duduk dengan tenang sembari melempar pandang ke luar jendela untuk
menyaksikan betapa indah panorama yang senja sajikan. [ … .] Rasa lelah setelah
seharian memeras keringat tampak memudar ketika ia duduk di bangku tua
kesayangannya itu.
28. Kalimat yang tepat untuk melengkapi kutipan teks novel tersebut adalah …
Kau senang sekali bunga. Setiap hari, kupetikkan bunga untuk kubawa ke
rumah mungilmu, bahkan kau senang sekali kalau aku juga memakainya, lalu
bersenandung meninabobokanmu. Apabila aku tak pergi ke rumah mungilmu, kau
yang datang ke rumahku. Selalu memintakumemakai bunga hiasan di rambutku
hingga kepalaku penuh bunga. Kalau sudah begitu, kau akan tertawa dan aku pun ikut
tertawa. Ah, bahagianya! Ternyata kau tak membenciku. Tapi kebahagiaan bercumbu
dengan anakku seringterganggu orang-orang di sekelilingku. Merek aselalu
membawaku pulang ketika kau sedang berdua denganku.
“Sadar Las, nyebut ... istigfar ... ada enam anak yang masih membutuhkan
perhatianmu.Relakan dia. Dia sudah tenang di sana ....” Begitu selalu orang-orang
menasehati hatiku, juga suamiku. Heran aku, apa mereka tak melihat aku sedang
bercumbu dengan anakku? Kenapa mereka melarang? Sirik ... begitu pikirku. Hari-
hariku jadi begitu membosankan.Apa yang kukerjakan di mata mereka selalu salah.
Bahkan bunga-bunga kesenangan anakku yang kukumpulkan ikut jadi sasaran.
Selalu mereka buang. Jelas aku jadi marah. Kumaki mereka, kulempari batu mereka.
Bahkan kukejar mereka.
e. suami yang tidak bertanggung jawab terhadap istrinya yang gangguan jiwa
Pusing kepala Inop sekarang. Rasanya tumbuh sebuah uban sehari di kepalanya. Ke
mana hendak dicarikannya uang tiga juta rupiah untuk diserahkan kepada keluarga
calon mertuanya. Uang itu akan digunakan sebagai pengisi sudut namanya, suatu
istilah untuk menamakan pemberian pihak calon mempelai laki-laki kepada keluarga
calon mempelai perempuan.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Mak?” tanya Inop agak melotot kepada
Anaknya.
“Kau sudah aku bilang, tak usah buru-buru kawin. Kababini seperti orang sasak
cirik sajo. Kini aden juo yang susah!” jawab Mak marah.
Sekarang bukan satu, tiga puluh tiga uban sehari bertunas di kepala Inop.
30. Nilai budaya yang terkandung dalam kutipan cerpen tersebut adalah….