PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi
sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi
bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara
lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta
orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain
menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer
di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer
yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai
tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan
terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et
al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas
yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan
(Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004). Terapi komplementer dan alternatif termasuk
didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna
sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer
mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih
menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama akan
dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi
modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar
dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer
(Nezabudkin, 2007).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit cardiovasculer yang
menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi yaitu sebesar
25,8% sesuai data Riskesdas 2013. Kondisi hipertensi ini paling sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Saat ini hipertensi bukan
dialami oleh lansia saja melainkan telah menyerang individu di usia
dewasa awal juga. Penderita dewasa awal seringkali sudah mengalami pre-
hipertensi.Individu dikategorikan menderita pre hipertensi jika tekanan
darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan penyebab.
Pertama yaitu hipertensi primer atau esensial, yang mana penyebabnya
tidak pasti namun dominan dikaitkan dengan pola makan dan gaya hidup
yang cenderung diam (inaktivitas). Kondisi ini terjadi sekitar 90 % pada
penderita hipertensi. Kedua yaitu hipertensi sekunder, yaitu hipertensi
yang diketahui penyebabnya diantaranya penyakit ginjal dan penggunaan
obat tertentu seperti pil KB. (Riskesdas, 2013)
Metode untuk mengontrol tekanan darah berada dalam rentang
normal dapat dilakukan dengan metode non-farmakologi dan metode
farmakologi. Hingga saat ini sudah banyak program yang diupayakan oleh
pihak kesehatan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah penderita
hipertensi. Salah satunya pengobatan dengan metode farmakologis
melalui adanya program prolanis di puskesmas. Program ini mewadahi
lansia ataupun individu yang memiliki penyakit kronis seperti hipertensi
untuk dapat melakukan kontrol rutin setiap bulannya, serta difasilitasi
dengan pemberian obat – obatan pengontrol tekanan darah. Salah satu
terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk mengontrol dan
menurunkan tekanan darah yaitu terapi akupressure.
Terapi akupressure adalah salah satu bentuk terapi komplementer
yang dapat diberikan kepada penderita hipertensi ataupun pre hipertensi.
Terapi ini salah satu terapi yang memanfaatkan titik meridian (energi)
tubuh. Terapi ini selain menurunkan tekanan darah juga untuk mengatasi
gejala – gejala hipertensi yang muncul seperti sakit kepala, nyeri tengkuk,
mual dan lainnya. Menurut penelitian oleh Majid dan Rini menyebutkan
terapi akupressure dapat menurunkan tekanan darah sebelum dan seduah
melakukan terapi. Terapi ini mestimulasi sel sarah sensorik disekitar titik
akupressure yang akan diteruskan ke medula spinalis, kemudian
diteruskan ke mesensefalon dan pituitari hipotalamus. Selanjutnya ketiga
bagian ini diaktifkan untuk mensekresi hormon endorfin yang dapat
memberikan rasa rilej dan nyaman. Akupressure juga dapat mensekresi
histamin yang berpengaruh terhadap vasodilatasi pembuluh darah,
sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Majid & Rini, 2016).
Penelitian lain dari Priyo dkk, menyebutkan terdapat penurunan tekanan
darah sistolik maupun diastolik setelah melakukan terapi akupressure
terutama pada penderita hipertensi (Priyo, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep terapi komplementer?
2. Bagaimana penerapan terapi komplementer pada asuhan
keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep terapi komplementer pada
asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui konsep terapi komplementer, definisi,
klasifikasi terapi komplementer
b. untuk mengetahui peran perawat dalam praktik terapi
komplementer
c. untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan menggunakan
terapi komplementer
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan nonkonvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi
komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis
Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar
Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang
bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat
75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani
pengobatan nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran
pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan 3
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan
– iklan terapi non – konvensional di berbagai media. Terapi
komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini
dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan
pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi
komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi. Pendapat lain menyebutkan terapi
komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam
sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan
cara berbeda 4 dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di
masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam
Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif
termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan
oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut
menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi
tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip
keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang
holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Sama seperti akupunktur, pengobatan ini juga dipercaya baik untuk merelaksasi
dan mengobati beragam jenis penyakit.
Ada ratusan titik akupresur di permukaan tubuh, namun titik yang umum
digunakan antara lain:
LR-3 atau titik hati 3. Titik ini berada bagian lunak di antara ibu jari kaki
dan jari kedua pada kaki.
LI4 atau titik usus besar berada di jari tangan. Posisinya di bagian lunak
antara jari telunjuk dan ibu jari.
SP-6 atau titik limpa 6. Titik ini berada sekitar tiga jari di atas pergelangan
kaki, tepatnya pada bagian lunak atau otot betis bagian bawah.
Manfaat Akupresur
B. BEKAM
1.Definisi Terapi Bekam
1. Mengeluarkan darah kotor, baik darah yang teracuni maupun darah yang statis,
sehingga peredaran darah yang semula tersumbat menjadi lancar kembali.
Terapi bekam terbagi dua, yaitu bekam kering dan bekam basah. Terapi bekam
kering dilakukan dengan penghisapan pada permukaan kulit di bagian tubuh
tertentu (khususnya daerah punggung) menggunakan kop vakum selama 3-4
menit. Terapi bekam kering dilakukan pada mereka yang menderita kesulitan
bergerak, mengalami mimisan, gangguan buang air, haid tidak lancar, dan rasa
mual. Terapi bekam basah diawali dengan pengkopan pada daerah tubuh tertentu
selama 3-4 menit. Setelah kop dilepas, dilakukan pelukaan daerah yang sama
menggunakan jarum steril, 4 dilanjutkan dengan pengkopan berikutnya untuk
mengeluarkan darah.
Alat terapi bekam dari tahun ke tahun mengalami modifikasi kearah yang lebih
mudah dan praktis. Pada masa kenabian, alat bekam dikabarkan hanya
menggunakan tanduk binatang, kemudian meningkat menggunakan gelas atau
benda setengah bola. Untuk menempelkannya pada permukaan tubuh digunakan
prinsip vakum dengan berbagai teknik. Pelukaan kulit pada awalnya
menggunakan ujung pedang, lalu berkembang menggunakan silet, lebih
berkembang lagi menggunakan pisau bedah, dan saat ini lebih banyak digunakan
jarum dengan dibantu alat pemantik. Perkembangan tersebut tidak mengubah
esensi terapi bekam, prinsip detoksifikasi tetap dipertahankan.
a. Identitas pasien, meliputi: Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat dan
status perkawinan.
b. Dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna kulit, bentuk,
tekstur atau perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula ekspresi wajah,
bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien.
Dalam menentukan titik bekam terdapat beberapa versi ada yang berdasarkan
lokasi keluhan, berdasarkan titik akupuntur dan ada yang mendasarkan pada
anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah.
a. Dalam memilih titik bekam ini, maka tidak perlu memakai banyak titik. Sebab
titik bekam yang banyak belum tentu lebih baik dan efektif dibandingkan dengan
satu titik.
b. Ada sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits (disebut titik bekam
nabi), selebihnya merupakan pengembangan dari itu.
Diantaranya adalah titik di kepala, leher dan punggung, kaki dan lain sebagainya.
Beberapa titik yang terlarang untuk dilakukan bekam adalah:
a. Pusat kelenjar limfa atau getah bening di leher samping bawah telinga kanan
dan kiri (di ketiak kanan dan kiri, dan dilipatan selangkangan kanan dan kiri
1. Pasien diberikan support agar tidak gelisah dan takut terutama bagi yang baru
pertama kali dibekam.
2. Disiapkan minuman air putih, madu atau sari kurma untuk pasien, karena
terkadang ketika sedang dibekam pasien merasa haus dan untuk mengantisipasi
jika pasien merasa lemas.
3. Pasien wanita harus ditangani oleh ahli bekam wanita dan pasien laki-laki oleh
laki-laki. Untuk menjaga aurat maka hindari membuka bagian tubuh yang tidak
perlu.
4. Posisi pasien dan ahli bekam harus nyaman agar pasien lebih rileks dan bagi
yang membekam bisa lebih mudah dan optimal dalam mencapai titik-titik yang
akan dibekam.
5. Melakukan Bekam Bekam dapat dipelajari oleh semua orang, akan tetapi harus
mengikuti tata cara yang benar yang dianjurkan untuk berbekam.
Cara-cara untuk melakukan bekam yaitu:
c. Memukul-mukul bagian tubuh yang akan dibekam dengan sebat rotan agar
peredaran darah lancar.
BAB III
A) PENGKAJIAN
I. HIPERTENSI
A. DATA DEMOGRAFI
Wilayah Kerja : RW VIII yang terdiri dari RT 1,3, dan 4
Kelurahan : Kebon nanas
Jumlah responden : 26
RW : VIII
Jumlah KK : 108 KK
B. DATA SOSIAL
1. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan usia penderita hipertensi
di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September
2018 (n=26)
C. EPIDEMIOLOGI
7. Proporsi penderita hipertensi di RW VIII Kelurahan Kebon nanas
F. ADMINISTRASI KEBIJAKAN
39. Proporsi Penggunaan Asuransi Kesehatan Warga RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan September 2018
Diagram 40 menunjukkan bahwa terdapat 5 orang (19%) yang
tidak menggunakan asuransi kesehatan
B. DATA SOSIAL
1. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan usia penderita
Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)
40
Diagram 2 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang menderita
DM berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 5 orang (71%)
perempuan
41
Diagram 4 menunjukkan bahwa pendidikan sebagian besar warga
yang menderita DM yaitu sebanyak 4 orang (57%) menempuh
pendidikan SD.
42
7. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan dampak psikologis
penderita Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 (n=7)
43
Diagram 9 menunjukkan bahwa dampak fisik sebagian besar warga
yang menderita DM yaitu sebanyak 6 dari 7 orang (86%) mudah lelah
C. Epidemiologi
11. Proporsi riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit Diabetes
Melitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol ,
September 2018 (n=7)
44
Diagram 11 menunjukkan bahwa penderita Diabetes Melitus yang
memiliki anggota keluarga dengan riwayat Diabetes Melitus yaitu
sebanyak 6 orang (86%).
13. Proporsi penderita diabtes melitus yang memiliki luka yang lama
sembuh di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)
45
Diagram 13 menunjukkan bahwa penderita diabetes yang memiliki
luka yang lama sembuh sebanyak 3 orang (43 %).
46
Diagram 15 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
yang mengkonsumsi nasi sebanyak 3 centong atau lebih dan dengan
sedikit lauk sebanyak 3 orang (43%).
47
Diagram 17 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
yang tidak melakukan medical check up dalam sebulan minimal 1 kali
kunjungan yaitu sebanyak 4 (57%).
48
Diagram 19 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
tidak melakukan aktivitas fisik olah raga minimal sekali dalam
seminggu yaitu sebanyak 6 orang (86%).
49
Diagram 21 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang
menderita DM yang tidak mengkonsumsi obat pengontrol gula darah
secara rutin yaitu sebanyak 2 orang (29%).
50
Diagram 23 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
yang tidak menggunakan alas kaki yaitu sandal atau sepatu tidur
sebanyak 2 orang (29%).
51
Diagram 25 menunjukkan bahwa ada sebagian yang menderita DM
mengatakan bahwa keluarga atau kerabat tidak bersedia mengantar ke
fasilitas kesehatan jika dibutuhkan yaitu sebanyak 2 orang (29%).
52
Diagram 27 menunjukkan bahwa klien yang menderita Diabetes
Mellitus mengetahui pengertian penyakit Diabetes Mellitus yaitu
sebanyak 6 orang (86%).
53
Diagram 29 menunjukkan bahwa klien mengatakan penyebab Diabetes
Mellitus karena kurang atau tidak ada produksi hormon insulin
sebanyak 5 orang (71%).
54
Diagram 31 menunjukkan bahwa klien mengatakan tanda dan gejala
Diabetes Mellitus (banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
dan sering haus), sebanyak 6 orang (86%).
55
Diagram 33 menunjukkan bahwa sebagian warga tidak mengetahui
bahwa katarak adalah komplikasi dari Diabetes Mellitus, sebanyak 4
orang (57%).
56
Diagram 35 menunjukkan bahwa penyakit Diabetes Mellitus bisa
diobati sebanyak 6 orang (86%).
57
Diagram 37 menunjukkan bahwa klien mengetahui perawatan di
rumah dengan minum obat teratur dan diet rendah gula sebanyak 6
orang (86%).
58
mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)
59
Diagram 42 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang
menderita DM menyatakan tidak mendapatkan pujian saat berhasil
melakukan penanganan DM sebanyak 4 orang (54%)
60
Diagram 44 menunjukkan bahwa kepercayaan sebagian besar warga
yang menderita DM yaitu sebanyak 1 orang (86%) tidak
berserah/mendekatkan diri kepada Tuhan saat sakit.
61
Diagram 46 menunjukkan bahwa sebanyak 4 orang (57%) tidak
mengikuti program senam DM rutin dari pelayanan kesehatan.
62
Diagram 48 menunjukkan sebanyak 5 orang (71%) tidak mengikuti
program kesehatan untuk DM dengan rutin.
63
A. Administrasi dan Kebijakan
1. Petugas Puskesmas Cikokol berkata, “Jumlah pasti angka kejadian
Diabetes Melitus di RW 8 tidak diketahui secara pasti mba, hal ini
menjadi salah satu hambatan bagi kami karena sebagian besar warga
memiliki kesibukan setiap harinya untuk bekerja, jadi kadang ya
skrinning berjalan kurang maksimal karena banyak yang tidak di rumah.
Selain itu, banyak warga yang lebih memilih untuk periksa ke dokter
keluarga daripada ke Puskesmas, karena harus mengantri”.
2. Petugas Puskesmas Cikokol berkata, “Jadi Puskesmas mempunyai
petugas Gasurkes mbak yang bertugas untuk melakukan skrinning ke
wilayah kerja Puskesmas Pudak Payung. Selain itu nanti petugas
Gasurkes bersama dengan kader datang ke rumah warga untuk
melakukan skrinning pada semua warga untuk mengetahui warga yang
sudah terkena DM maupun berisiko terkena DM. Selain itu ketika ada
kegiatan pengajian yang di adakan satu bulan sekali di tingkat RW
biasanya kita sekalian ngadain skrinning gitu mbak”.
3. Petugas Puskesmas berkata, “Pelaksanaan program Prolanis di
Puskesmas Cikokol berjalan sebulan sekali yaitu setiap hari kamis mbak
minggu ke 4. Untuk masyarakat Kebon nanas sedikit yang aktif karena
waktu pelaksanaan bersamaan dengan jam kerja warga sehingga sedikit
yang datang.
4. Ny. E Kader RW 8 berkata, “Kalau program dari Puskesmas tentang
penyuluhan kesehatan saya belum pernah tau mbak, di RW sini belum
ada sepertinya, kalau Posyandu Lansia belum pernah diadakan di RW 8,
yang sudah berjalan hanya Posyandu Balita yang diadakan sebulan
sekali yaitu setiap Sabtu minggu kedua. Paling tu penyuluhan kesehatan
ya kayak dari mbak-mbaknya sekarang atau kalau ada KKN dan
kegiatan lain mba”.
64
65
B) ANALISA DATA
Perilaku lingkungan
DS : -
DO:
- Sebanyak 16 orang (62%) penderita hipertensi
mengonsumsi makanan asin
- Sebanyak 15 orang (58%) penderita hipertensi
mengonsumsi makanan berkolestrol tinggi
- Sebanyak 7 orang (27%) penderita hipertensi
mengonsumsi makanan instant
- Sebanyak 11 orang (42%) penderita hipertensi
mengonsumsi kopi dan soda
- Sebanyak 4 orang (15%) penderita hipertensi
memiliki lama tidur selama minimal 4-5 jam
66
- Sebanyak 6 orang (23%) penderita hipertensi
merokok
- Sebanyak 25 orang (96%) penderita hipertensi tidak
mengikuti program prolanis.
- Sebanyak 19 orang (73%) penderita hipertensi tidak
melakukan cek tekanan darah rutin.
- Sebanyak 23 orang (88%) penderita hipertensi tidak
melakukan senam hipertensi.
- Sebanyak 9 orang (42%) penderita hipertensi tidak
mendapat dukungan keluarga.
- Sebanyak 5 orang (19%) penderita hipertensi bekerja
melebihi 8 jam perhari.
Edukasi organisasi
DS: -
DO:
- Sebanyak 4 orang (15%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui tentang pengertian hipertensi
- Sebanyak 6 orang (23%) penderita hipertensi yang
tidak mengalami keluhan pusing
- Sebanyak 11 orang (42%) penderita hipertensi yang
tidak mengalami keluhan berkunang-kunang
- Sebanyak 17 orang (65%) penderita hipertensi yang
tidak mengalami keluhan peningkatan detak jantung
- Sebanyak 15 orang (58%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui penyebab hipertensi yaitu makanan
berlemak
- Sebanyak 11 orang (42%) penderita hipertensi yang
67
tidak mengetahui penyebab hipertensi yaitu merokok
- Sebanyak 8 orang (31%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui penyebab hipertensi karena
genetik/keturunan
- Sebanyak 14 orang (46%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui pencegahan penyakit dengan
mengurangi rokok
- Sebanyak 19 orang (73%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui pencegahan hipertensi dengan
olahraga
- Sebanyak 20 orang (77%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui pencegahan hipertensi dengan pola
hidup sehat
Kebijakan administrasi
DS :
- Petugas Puskesmas berkata, “Jumlah pasti angka
kejadian hipertensi di RW 8 tidak diketahui secara
pasti mba, hal ini menjadi salah satu hambatan bagi
kami karena sebagian besar warga memiliki
kesibukan setiap harinya untuk bekerja, jadi kadang
ya skrinning berjalan kurang maksimal. Selain itu,
banyak warga yang lebih memilih untuk periksa ke
dokter keluarga daripada ke Puskesmas, karena
harus mengantri puskesmas cikokol ”.
- Petugas Puskesmas berkata, “Kita dari Puskesmas,
sudah ada petugas untuk di setiap wilayah kerja
mbak, dibagi-bagi. Dari setiap petugas tersebut
68
membawahi kader-kader jadi bisa mengetahui status
kesehatan setiap warga di RW”
- Petugas Puskesmas berkata, “Pelaksanaan program
Prolanis di Puskesmas cikokol berjalan sebulan
sekali yaitu setiap hari kamis mbak minggu ke 4.”
- Ny.E kader RW 8 berkata, “Kalau program dari
Puskesmas tentang penyuluhan kesehatan saya
belum pernah tau mbak, di RW sini belum ada
sepertinya, kalau Posyandu Lansia belum pernah
diadakan di RW 8, yang sudah berjalan hanya
Posyandu Balita yang diadakan sebulan sekali yaitu
setiap Sabtu minggu kedua. Paling tu penyuluhan
kesehatan ya kayak dari mbak-mbaknya sekarang
atau kalau ada KKN dan kegiatan lain mba”
DO :
- Sebanyak 5 orang (19%) penderita hipertensi tidak
menggunakan asuransi kesehatan
- Sebanyak 21 orang (81%) penderita hipertensi
menyatakan tidak mendapatkan program pendidikan
kesehatan mengenai hipertensi
- Sebanyak 14 orang (54%) penderita hipertensi
menyatakan tidak mendapatkan program penanganan
berupa senam hipertensi
- Sebanyak 18 orang (69%) penderita hipertensi
menyatakan bahwa tidak terdapat program
pemeriksaan tekanan darah rutin
69
2018 DS : - hari yang tidak tepat. meningkatkan
DO : manajemen
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus kesehatan :
merasa malu karena menderita penyakit diabetes
Diabetes Mellitus
melitus
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
pada lansia di RW
merasa sulit beraktivitas karena penyakit yang 8 Kelurahan Kebon
diderita nanas (00162)
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
merasa mudah lelah
Epidemiologi
DS : -
DO :
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
memiliki anggota keluarga dengan riwayat diabetes
melitus
- Sebanyak 3 orang (43%) yang penderita diabetes
melitus memiliki luka yang lama sembuh
Perilaku lingkungan
DS : -
DO :
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
menyukai makanan dan minuman manis seperti kopi
manis,jahe,jeruk manis
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
70
mengonsumsi makanan yang digoreng setiap hari
- Sebanyak 3 orang (43%) penderita diabetes melitus
tidak melakukan kontrol gula darah dalam sebulan
minimal 1 kali kunjungan
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
tidak melakukan aktivitas fisik olah raga minimal
sekali dalam seminggu
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
tidak mengkonsumsi obat pengontrol gula darah
secara rutin
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
yang tidak menggunakan alas kaki yaitu sandal atau
sepatu
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
mengatakan ada keluarga yang tidak bersedia
mengantar ke fasilitas kesehatan jika dibutuhkan
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
mengatakan tidak punya anggota keluarga untuk
bebagi cerita
Edukasi organisasi
DS: -
DO:
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
mengetahui pengertian penyakit diabetes melitus
- Sebanyak 7 orang (100%) penderita diabetes melitus
mengkonsumsi gula berlebihan
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
71
tidak mengetahui penyebab diabetes mellitus karena
kurang hormone insuin
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui penyebab DM karena kegemukan
dan kurang olah raga
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
mengatakan tidak mengtahui tanda gejala DM
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
TIDAK mengetahui bahwa darah tinggi adalah
komplikasi dari DM
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui katarak adalah komplikasi dari DM
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
mengatakan penyakitnya bisa diobati
- Sebanyak 3 orang (43%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui tanda dan gejala kegawatan DM
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui perawatan dirumah dengan minum
obat teratur dan diet rendah gula
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
mengatakan bahwa pelayanan kesehatan tidak
mudah diakses
- Sebanyak 4 orang (54%) penderita diabetes melitus
menyatakan tidak mendapatkan dukungan saat
berhasil melakukan penanganan DM
Kebijakan administrasi
DS :
72
- Petugas Puskesmas berkata, “Jumlah pasti angka
kejadian hipertensi dan DM di RW 8 tidak diketahui
secara pasti mba, hal ini menjadi salah satu
hambatan bagi kami karena sebagian besar warga
memiliki kesibukan setiap harinya untuk bekerja,
jadi kadang ya skrinning berjalan kurang maksimal.
Selain itu, banyak warga yang lebih memilih untuk
periksa ke dokter keluarga daripada ke Puskesmas,
karena harus mengantri dipuskesmas ”.
- Petugas Puskesmas berkata, “Kita dari Puskesmas,
sudah ada petugas untuk di setiap wilayah kerja
mbak, dibagi-bagi. Dari setiap petugas tersebut
membawahi kader-kader jadi bisa mengetahui status
kesehatan setiap warga di RW”
- Petugas Puskesmas berkata, “Pelaksanaan program
Prolanis di Puskesmas Pudak Payung berjalan
sebulan sekali yaitu setiap hari kamis mbak minggu
ke 4.”
- Ny.E kader RW 8 berkata, “Kalau program dari
Puskesmas tentang penyuluhan kesehatan saya
belum pernah tau mbak, di RW sini belum ada
sepertinya, kalau Posyandu Lansia belum pernah
diadakan di RW 8, yang sudah berjalan hanya
Posyandu Balita yang diadakan sebulan sekali yaitu
setiap Sabtu minggu kedua. Paling tu penyuluhan
kesehatan ya kayak dari mbak-mbaknya sekarang
atau kalau ada KKN dan kegiatan lain mba”
73
DO :
74
C. PRIORITAS MASALAH
Keterangan :
A : Presentasi Populasi yang Mengalami Masalah
B : Keseriusan masalah
C : Keefektifan intervensi
75
sebanyak 20 orang (77%) penderita hipertensi yang tidak mengetahui
pencegahan hipertensi dengan pola hidup sehat
B:7
a. Kedaruratan : gejala pada penderita hipertensi dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari dan apabila tanpa penanganan dapat mengakibatkan
komplikasi yang berpengaruh pada organ tubuh yang lain.
b. Kegawatan : Potensi kehilangan nyawa relatif besar, karena jika tidak
diobati secara benar akan menyebabkan kematian
c. Kerugian ekonomi : semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
perkembangan zaman jenis pengobatan juga semakin berkembang
mengakibatkan pengeluaran biaya juga semakin bertambah, apabila tidak
segera ditangani dengan tepat pada penderita hipertensi berpotensi
mengeluarkan biaya lebih.
d. Keterlibatan resiko lain : Kurangnya menjaga pola makan dan pola hidup
yang sehat, dapat menyebabkan penyakit ini semakin parah dan
mengakibatkan berbagai masalah
C:6
a. Memberikan penkes terkait pengertian, etiologi, tanda gejala, penyebab
serta penatalaksanaan untuk tekanan darah tinggi
b. Memberikan motivasi kepada warga untuk saling mendukung penderita
tekanan darah tinggi dalam penatalaksaan dan keberhasilan dalam
membuat program tekanan darah tinggi.
c. Memberikan dan mengajarkan terapi nonfarmakologis untuk membantu
berkurangkan tekanan darah
2. Kesiapan 8 6 6 120 A: 8
meningkatkan Jumlah penderita DM pada RW 8 kelurahan Kebon nanas sebanyak 7 penderita
manajemen DM. Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus menyukai makanan
dan minuman manis seperti kopi manis,jahe,jeruk manis, sebanyak 6 orang
kesehatan :
76
Diabetes Mellitus (86%) penderita diabetes melitus tidak melakukan aktivitas fisik olah raga
pada lansia di RW minimal sekali dalam seminggu, sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes
8 Kelurahan Kebon melitus tidak mengkonsumsi obat pengontrol gula darah secara rutin, sebanyak
2 orang (29%) penderita diabetes melitus yang tidak menggunakan alas kaki
nanas berhubungan
yaitu sandal atau sepatu
dengan perilaku B: 9
hidup sehari – hari a. Kedaruratan : gejala pada penderita DM dapat mengganggu aktivitas sehari-
yang tidak tepat hari dan apabila tanpa penanganan dapat mengakibatkan komplikasi yang
(00162) berpengaruh pada organ tubuh yang lain.
b. Kegawatan : kadar gula darah yang tidak dikontrol akan semakin
memberatkan kinerja organ lain dan dalam jangka waktu tertentu akan
muncul komplikasi yang membahayakan nyawa. Persepsi yang keliru juga
akan menyebabkan individu kurang tepat dalam mengontrol DM.
c. Kerugian ekonomi : semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
perkembangan zaman jenis pengobatan juga semakin berkembang
mengakibatkan pengeluaran biaya juga semakin bertambah, apabila tidak
segera ditangani dengan tepat pada penderita DM berpotensi mengeluarkan
biaya lebih untuk mengobati komplikasi yang muncul.
d. Keterlibatan resiko lain : Kurangnya menjaga pola makan dan pola hidup
yang sehat, dapat menyebabkan penyakit ini semakin parah dan
mengakibatkan berbagai masalah lain.
C: 6
a. Memberikan penkes terkait pengertian, etiologi, tanda gejala, penyebab serta
penatalaksanaan untuk DM.
b. Memberikan motivasi kepada warga untuk saling mendukung penderita DM
dalam penatalaksaan dan keberhasilan dalam membuat program pelaksanaan
DM.
c. Memberikan dan mengajarkan terapi nonfarmakologis untuk membantu
77
mengontrol kadar gula darah.
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan terkait hipertensi pada warga RW VIII kelurahan Kebon nanas berhubungan dengan
kurang pengetahuan, ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak,kurang dukungan sosial (00078)
2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan : Diabetes Mellitus pada lansia di RW 8 Kelurahan Kebon nanas berhubungan
dengan perilaku hidup sehari – hari yang tidak tepat (00162)
78
D. POHON MASALAH
Defisiensi Keperawatan
Komunitas: Diabetes Mellitus
Hipertensi pada selama 3 x 24 jam selama 3 bulan dengan keperawatan selama 6 kesehatan di RW VIII dan
warga RW VIII dengan 3 kali5 x pertemuan selama bulan 10 kali membuat rencana tindakan.
Kelurahan pertemuan, diharapkan 30 menit pertemuan pertemuan selama 30 2. Motivasi warga untuk
Kebon nanas pengetahuan warga diharapkan perilaku menit pertemuan meningkatkan kesadaran
berhubungan mengenai Hipertensi kesehatan warga diharapkan dapat tentang masalah kesehatan.
dengan kurang dapat meningkat menunjukkan berkurangkan angka
pengetahuan, dengan kriteria hasil: pemeliharaan yang persebaran Hipertensi Health Education (5510)
ketidakcukupan efektif dengan kriteria dengan kriteria hasil:
petunjuk untuk 1. 2 dari 4 orang hasil : 1. 7 dari 13 orang 3. Kaji pengetahuan warga
bertindak, mengetahui tidak mengalami tentang Hipertensi.
kurang pengertian 1. 8 dari 16 orang tidak hipertensi dalam 6 4. Tentukan materi yang akan
dukungan sosial hipertensi mengkonsumsi bulan terakhir diberikan dalam pendidikan
(00078) 2. 3 dari 6 orang makanan asin kesehatan: manajemen
mengetahui berlebihan Sosial : hipertensi
keluhan hipertensi 2. 8 adri 15 orang tidak 5. Siapkan media yang
adalah pusing mengkonsumsi Setelah dilakukan diperlukan dalam
3. 6 dari 11 orang makanan intervensi penyampaian materi
mengetahui berkolesterol tinggi keperawatan selama 6 pendidikan kesehatan: berupa
keluhan hipertensi 3. 4 dari 7 orang tidak bulan 10x pertemuan leaflet dan ppt..
berkunang-kunang mengkonsumsi selama 30 menit 6. Berikan pendidikan kesehatan
4. 9 dari 17 orang makanan instan pertemuan diharapkan pada warga tentang
mengetahui 4. 6 dari 11 orang status kesehatan warga penanganan Hipertensi dengan
keluhan hipertensi tidak meminum kopi meningkat dengan memberikan demontrasi teknik
adalah peningkatan dan soda kriteria hasil: akupresur dan teknik relaksasi
detak jantung 5. 2 dari 4 orang tidur Ajarkan warga untuk
80
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
5. 8 dari 15 orang selama minimal 4-5 3 dari 5 orang tidak melakukan senam ROP atu
mengetahui jam per hari bekerja lebih dari 8 senam hipertensi 1 minggu 3
penyebab 6. 3 dari 6 orang tidak jam per hari (stressor kali3
hipertensi adalah merokok tinggi) 7. Ajarkan warga untuk
makanan berlemak 7. 13 dari 25 orang melakukan rendam kaki
6. 6 dari 11 orang mengikuti program menggunakan air campuran
mengetahui prolanis garam dan serai4
penyebab 8. 10 dari 19 orang 8. Lakukan pemeriksaan tekanan
hipertensi adalah melakukan cek darah secara rutin dan berkala
merokok tekanan darah rutin sebelum dan setelah tindakan:
7. 4 dari 8 orang 9. 12 dari 23 orang senam Hipertensi.
mengetahui melakukan senam
penyebab hipertensi Health Care Systems Guideline
hipertensi karena 10. 5 dari 9 orang (7400)
genetik atau mendapatkan
keturunan dukungan keluarga 9. Bantu komunitas memilih
8. 7 dari 14 orang profesional perawatan
mengetahui kesehatan yang tepat
pencegahan 10. Informasikan kepada
hipertensi dengan komunitas mengenai berbagai
mengurangi jenis fasilitas pelayanan
merokok kesehatan (praktik mandiri,
9. 10 dari 19 orang puskesmas, dan rumah sakit)
mengetahui 11. Informasikan mengenai
olahraga dapat sumber daya kesehatan
81
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
82
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
83
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
setempat dapat
membuat kebijakan
dengan kriteria hasil :
1. 2 dari 2 orang
mengikuti program
cek gula darah rutin
dan pendidikan
kesehatan
2. 6 dari 7 orang
menggunakan
asuransi kesehatan
84
F. EVALUASI
1) HIPERTENSI
A) Evaluasi Proses
Sosial
1. Diagram 1 Proporsi pernyataan mengenai bekerja melebihi 8
Edukasi
2. Diagram 2 Proporsi Pernyataan penderita hipertensi tentang
86
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai
hipertensi membuat mata tidak berkunang-kunang dari 11 orang
(42%) menjadi 14 orang (54%).
87
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai
penyebab hipertensi adalah makan makanan berlemak dari 20
orang (78%) menjadi 26 orang (100%).
88
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan bahwa
menghindari merokok dapat mengurangi potensi hipertensi dari
18 orang (70%) menjadi 26 orang (100%).
89
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September - Agustus 2018
(n=26)
B) Evaluasi Dampak
PERILAKU DAN LINGKUNGAN
11. Diagram 11 Proporsi pernyataan mengenai penderita hipertensi
yang suka mengkonsumsi makanan yang asin di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol September 2018 – Agustus
2018 (n=26)
90
12. Diagram 12 Proporsi pernyataan mengenai kesukaan
mengkonsumsi makanan yang berkolestrol tinggi seperti daging,
makanan bersantan, dan di goring, jeroan dan seafood pada
penderita hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol September 2018 -Agustus 2018 (n=26)
91
Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita hipertensi
yang rutin mengkonsumsi kopi dan minuman bersoda yaitu dari
11 orang (42,30%) menjadi 1 orang (3,84%).
92
Menunjukkan terdapat penurunan jumlah warga penderita
hipertensi yang merokok dari 6 orang (23%) menjadi 2 orang
(7,6%).
93
Menunjukkan terdapat penurunan jumlah warga penderita
hipertensi yang tidak mengunjungi prolanis dari 1 orang (3,8%)
menjadi 13 orang (50%).
94
Menunjukkan terdapat peningkatan jumlah penderita hipertensi
yang melakukan senam hipertensi sekali dalam seminggu yaitu
dari 3 orang (11%) menjadi 19 orang (73%).
C) EVALUASI HASIL
SOSIAL
95
21. Diagram 21 Proporsi umur pada penderita Hipertensi di di RW
VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol,
September 2018 – Agustus 2018 (n=26)
96
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, rendam kaki menggunakan air garam dan air
hangat yang ditambah rebusan sereh, serta demonstrasi
minuman sehat didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan
sistole paling banyak adalah 10 mmHg sebanyak 4 orang.
Penurunan diastole paling banyak yaitu 10 mmHg sebanyak 6
orang.
97
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, senam SKJ 2012 dan rendam kaki
menggunakan air hangat, serta ROP didapatkan hasil bahwa
terdapat penurunan sistole paling banyak adalah 10 mmHg
sebanyak 3 orang dan 20 mmHg sebanyak 3 orang, serta pada
diastole tidak terdapat perubahan sebanyak 4 orang.
98
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, terapi kelereng, yoga, dan brisk walk (jalan
sehat) didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan sistole paling
banyak adalah 20 mmHg sebanyak 2 orang, dan penurunan
diastole paling banyak yaitu 20 mmHg sebanyak 2 orang.
99
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, senam kaki diabetes mellitus dan foot
massase (spa kaki) didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan
sistole paling banyak adalah 20 mmHg sebanyak 4 orang, dan
penurunan diastole paling banyak yaitu 10 mmHg sebanyak 6
orang.
100
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, SKJ 2012 dan demonstrasi minuman sehat
didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan sistole paling
banyak adalah 10 mmHg sebanyak 6 orang, dan tidak terdapat
perubahan diastole sebanyak 5 orang.
101
2) DIABETES MELLITUS
A) Evaluasi Proses
SOSIAL
1. Diagram 1 Proporsi penderita Diabetes Melitus
berdasarkan dampak psikologis: malu pada penderita
Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018- Agustus 2018 (n=7)
EDUKASI
3. Diagram 3 Proporsi pengetahuan berdasarkan pernyataan
penyebab diabetes mellitus karena kurang atau tidak
adanya produksi hormon insulin pada penderita diabetes
mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol bulan September 2018 - Agustus 2018 (n=7)
103
produksi hormon insulin di dari 2 orang (29%) menjadi 1
orang (14%)
104
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan pada
penderita diabetes mellitus mengenai tanda dan gejala
diabetes mellitus (banyak makan, banyak minum,
banyak kencing, dan sering haus) dari 6 orang (86%)
menjadi 7 orang (100%).
105
7. Diagram 7 Proporsi pengetahuan berdasarkan tanda dan
gejala kegawatan Diabetes Mellitus pada penderita
diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=7)
B) Evaluasi dampak
PERILAKU DAN LINGKUNGAN
8. Diagram 8 Proporsi perilaku dan lingkungan pada
106
Menunjukan terdapat penurunan jumlah penderita
diabetes mellitus yang mengonsumsi makanan/minuman
manis dari 4 orang (57%) menjadi tidak ada.
107
pada penderita diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus
2018 (n=7)
108
12. Diagram 12 Proporsi perilaku dan lingkungan pada
pernyataan saya megonsumsi obat pengontrol gula darah
di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 - Agustus 2018 (n=7)
109
14. Diagram 14 Proporsi berdasarkan program cek gula
darah rutin oleh pelayanan kesehatan untuk penderita
Diabetes Melitus pada warga RW VIII Kelurahan Kebon
nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol September 2018 –
Agustus 2018 (n=7)
110
Menunjukkan tidak ada peningkatan penggunaan
asuransi kesehatan pada penderita diabetes mellitus yaitu
5 orang (71%).
D) EVALUASI HASIL
16. Diagram 16 Proporsi perubahan hasil pemeriksaan gula
darah pada penderita Diabetes Melitus di RW VIII
Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol
September 2018 – Agustus 2018 (n=5)
111
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi komplementer adalah terapi non farmakologis yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah keperawatan tanpa obat. Berdasarkan
hasil dari asuhan keperawatan yang penulis lakukan dan beberapa referensi
yang telah dibaca, terapi komplementer dalam bentuk akupressure dapat
menurunkan nilai tekanan darah warga.
B. Saran
Diharapkan perawat mampu menerapkan terapi komplementer sesuai
dengan proses keperawatan dengan tetap melihat keadaan pasien.
112
DAFTAR PUSTAKA
3) Kharisna, D., Dewi, W. N., & Lestari, W. (2012). Efektifitas Konsumsi Jus
Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jurnal Ners Indonesia, 2(2),
124-131.