Anda di halaman 1dari 113

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi
sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi
bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara
lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta
orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain
menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer
di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer
yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai
tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan
terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et
al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas
yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan
(Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004). Terapi komplementer dan alternatif termasuk
didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna
sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer
mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih
menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama akan
dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi
modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar
dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer
(Nezabudkin, 2007).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit cardiovasculer yang
menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi yaitu sebesar
25,8% sesuai data Riskesdas 2013. Kondisi hipertensi ini paling sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Saat ini hipertensi bukan
dialami oleh lansia saja melainkan telah menyerang individu di usia
dewasa awal juga. Penderita dewasa awal seringkali sudah mengalami pre-
hipertensi.Individu dikategorikan menderita pre hipertensi jika tekanan
darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan penyebab.
Pertama yaitu hipertensi primer atau esensial, yang mana penyebabnya
tidak pasti namun dominan dikaitkan dengan pola makan dan gaya hidup
yang cenderung diam (inaktivitas). Kondisi ini terjadi sekitar 90 % pada
penderita hipertensi. Kedua yaitu hipertensi sekunder, yaitu hipertensi
yang diketahui penyebabnya diantaranya penyakit ginjal dan penggunaan
obat tertentu seperti pil KB. (Riskesdas, 2013)
Metode untuk mengontrol tekanan darah berada dalam rentang
normal dapat dilakukan dengan metode non-farmakologi dan metode
farmakologi. Hingga saat ini sudah banyak program yang diupayakan oleh
pihak kesehatan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah penderita
hipertensi. Salah satunya pengobatan dengan metode farmakologis
melalui adanya program prolanis di puskesmas. Program ini mewadahi
lansia ataupun individu yang memiliki penyakit kronis seperti hipertensi
untuk dapat melakukan kontrol rutin setiap bulannya, serta difasilitasi
dengan pemberian obat – obatan pengontrol tekanan darah. Salah satu
terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk mengontrol dan
menurunkan tekanan darah yaitu terapi akupressure.
Terapi akupressure adalah salah satu bentuk terapi komplementer
yang dapat diberikan kepada penderita hipertensi ataupun pre hipertensi.
Terapi ini salah satu terapi yang memanfaatkan titik meridian (energi)
tubuh. Terapi ini selain menurunkan tekanan darah juga untuk mengatasi
gejala – gejala hipertensi yang muncul seperti sakit kepala, nyeri tengkuk,
mual dan lainnya. Menurut penelitian oleh Majid dan Rini menyebutkan
terapi akupressure dapat menurunkan tekanan darah sebelum dan seduah
melakukan terapi. Terapi ini mestimulasi sel sarah sensorik disekitar titik
akupressure yang akan diteruskan ke medula spinalis, kemudian
diteruskan ke mesensefalon dan pituitari hipotalamus. Selanjutnya ketiga
bagian ini diaktifkan untuk mensekresi hormon endorfin yang dapat
memberikan rasa rilej dan nyaman. Akupressure juga dapat mensekresi
histamin yang berpengaruh terhadap vasodilatasi pembuluh darah,
sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Majid & Rini, 2016).
Penelitian lain dari Priyo dkk, menyebutkan terdapat penurunan tekanan
darah sistolik maupun diastolik setelah melakukan terapi akupressure
terutama pada penderita hipertensi (Priyo, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep terapi komplementer?
2. Bagaimana penerapan terapi komplementer pada asuhan
keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep terapi komplementer pada
asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui konsep terapi komplementer, definisi,
klasifikasi terapi komplementer
b. untuk mengetahui peran perawat dalam praktik terapi
komplementer
c. untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan menggunakan
terapi komplementer

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan nonkonvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi
komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis
Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar
Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang
bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat
75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani
pengobatan nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran
pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan 3
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan
– iklan terapi non – konvensional di berbagai media. Terapi
komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini
dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan
pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi
komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi. Pendapat lain menyebutkan terapi
komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam
sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan
cara berbeda 4 dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di
masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam
Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif
termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan
oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut
menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi
tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip
keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang
holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).

B. Jenis dan Klasifikasi Terapi Komplementer


Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer
bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran
dan konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk
membanti individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan
kondisi akut dan akut. Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses
keperawatan, yaitu :
a. Terapi Relaksasi Respon relaksasi merupakan bagian dari
penurunan umum kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku.
Relaksasi juga melibatkan penurunan stimulasi. Proses
relaksasi memperpanjuang serat otot, mengurangi pengiriman
impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas
otak juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu
membangun keterampilan kognitif untuk mengurangi cara
yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan
mereka. Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut :
a) Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan,
mempertahankan perhatian pada, dan mengembalikan
perhatian pada rangsangan ringan untuk periode yang
lama).
b) Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis
dan tujuan yang tidak berguna).
c) Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima
pengalaman yang tidak pasti, tidak dikenal, atau
berlawanan). Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah
agar individu memonitor dirinya secara terusmenerus
terhadap indikator ketegangan, serta untuk membiarkan
dan melepaskan dengan sadar 56 ketegangan yang
terdapat di berbagai bagian tubuh.
b. Meditasi dan Pernapasan Meditasi adalah segala kegiatan yang
membatasi masukan rangsangan dengan perhatian langsung
pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap. Ini
merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas dari praktik
yang melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran.
Menurut Benson, komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu :
a) ruangan yang tenang,
b) posisi yang nyaman,
c) sikap mau menerima, dan
d) fokus perhatian.

C. Fokus Terapi Komplementer


1. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik
dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh
(imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan hypnoterapy).
2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan
yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis
(cundarismo, homeopathy, nautraphaty).
3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-
hasilya misalnya herbal, dan makanan.
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi
dan pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat,
rolfiing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh
(biofields) atau mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik
sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet)
terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.
D. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan (Didukung oleh
teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971). Tujuan
keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien
mencapai perawatan diri secara total. Tujuan keperawatan untuk
pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan memanipulasi
lingkungan klien. Untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta
merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan
pendekatan humanistic keperawatan). Peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien Peran ini dilakukan
perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan
atas tindakan keperawatan berkaitan dengan terapi
komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
3. Peran edukator Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan
keperawatan untuk mengembangkan interaksi antara perawat
dan klien. King (1971), tujuan keperawatan untuk
memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai
kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Peran ini
dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan (Perry, 2009).

E. Teknik Terapi Komplementer


Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak
individu mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah
untuk diajarkan . Sebagian besar teknik meditasi melibatkan
pernapasan, biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks, dan
perlahan.
1. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik
dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh
(imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan hypnoterapy).
2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan
yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis
(cundarismo, homeopathy, nautraphaty).
3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-
hasilya misalnya herbal, dan makanan.
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi
dan pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat,
rolfiing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh
(biofields) atau mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik
sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet)
terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik (Smith,
2014).

Teknik terapi komplementer yang biasa di gunakan dalam mengatasi


hypertensi
A. Akupresur
Akupresur merupakan teknik pengobatan tradisional dari Tiongkok.
Teknik ini mirip dengan akupunktur, namun tidak menggunakan jarum.
Akupresur diduga memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan, seperti
membantu meningkatkan sirkulasi darah, merangsang sistem saraf, serta
membuat tubuh menjadi rileks dan lebih bertenaga.
Akupresur telah digunakan sejak ribuan tahun lalu di Tiongkok. Akupresur
dilakukan dengan cara memberikan tekanan di bagian tubuh tertentu. Tekanan ini
bisa diberikan melalui siku, tangan, atau alat bantu khusus, namun tidak
menggunakan jarum. Karena itu, akupresur sering kali dinamakan akupunktur
tanpa jarum.

Sama seperti akupunktur, pengobatan ini juga dipercaya baik untuk merelaksasi
dan mengobati beragam jenis penyakit.
Ada ratusan titik akupresur di permukaan tubuh, namun titik yang umum
digunakan antara lain:
 LR-3 atau titik hati 3. Titik ini berada bagian lunak di antara ibu jari kaki
dan jari kedua pada kaki.
 LI4 atau titik usus besar berada di jari tangan. Posisinya di bagian lunak
antara jari telunjuk dan ibu jari.

 SP-6 atau titik limpa 6. Titik ini berada sekitar tiga jari di atas pergelangan
kaki, tepatnya pada bagian lunak atau otot betis bagian bawah.

Manfaat Akupresur Untuk Tubuh


Dalam ilmu pengobatan tradisional Tiongkok, ada teori yang menyebutkan bahwa
munculnya suatu penyakit disebabkan oleh adanya gangguan aliran energi yang
disebut "chi” di dalam tubuh. Akupresur bekerja dengan cara membebaskan
sumbatan energi tersebut.
Teknik akupresur yang menekan titik-titik tertentu pada tubuh dipercaya bisa
mengatasi penyumbatan aliran energi dan mengembalikan keseimbangan energi di
tubuh Anda.

Manfaat Akupresur

1. Meredakan rasa sakit


Akupresur bisa meredakan rasa nyeri, seperti nyeri punggung, sakit kepala, atau
nyeri pasca operasi, dengan cara memancing tubuh untuk memproduksi hormon
endorfin. Hormon inilah yang akan mengurangi rasa sakit, sekaligus
menimbulkan perasaan positif.

2. Membantu meringankan efek samping kemoterapi


Pasien yang menjalani kemoterapi sering kali merasakan mual, lemas, mudah
lelah, atau bahkan stres.
Akupresur dipercaya dapat meringankan stres, mual, meredakan rasa sakit,
meningkatkan energi, dan mengatasi konstipasi yang mungkin terjadi sebagai efek
samping kemoterapi.

3. Meredakan stres dan rasa cemas


Kecemasan, stres, dan depresi adalah gangguan psikologis yang umum terjadi.
Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mengganggu kesehatan, serta
mengurangi kualitas hidup.
Pada suatu penelitian, diketahui bahwa pasien yang menjalani pengobatan untuk
mengatasi depresi dan cemas, mengalami perbaikan gejala setelah mendapatkan
terapi tambahan berupa akupresur selama beberapa bulan.
Akupresur juga terlihat dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan pada
pasien yang akan menjalani prosedur medis tertentu, seperti cuci darah.

4. Memperbaiki kualitas tidur


Susah tidur dapat membuat tubuh terasa tidak berenergi, sulit berkonsentrasi, dan
mengantuk saat bekerja. Untuk membantu mengatasinya, terapi akupresur
mungkin dapat membantu. Hal ini diduga terkait efek endorfin yang dilepaskan
tubuh ketika menjalani terapi akupresur.
Selain beberapa manfaat di atas, akupresur juga diduga baik untuk membantu
mengurangi nyeri otot dan sendi, seperti pada penyakit arthritis

B. BEKAM
1.Definisi Terapi Bekam

Terapi Bekam merupakan suatu proses membuang darah kotor/toksin yang


berbahaya dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan cara menyedot.
Darah kotor adalah darah yang mengandung racun/toksin atau darah statis yang
menyumbat peredaran darah, mengakibatkan sistem peredaran darah tidak dapat
berjalan lancar sehingga akan mengganggu distribusi nutrisi dan imunitas
seseorang, baik secara fisik maupun secara mental. Toksin adalah endapan
racun/zat kimia yang tidak bisa diurai oleh tubuh. Toksin-toksin ini berasal dari
pencemaran udara, maupun dari makanan yang banyak mengandung zat pewarna,
zat pengembang, penyedap rasa, pemanis, pestisida sayuran, dan lain-lain. Melalui
minuman seperti zat pewarna, zat aroma, logam berat, bahan kimia dan lain-lain.
Melalui pernapasan disebabkan oleh asap kendaraan, asap pabrik, asap rokok dan
sebagainya. Serta melalui obat-obatan yang berupa antibiotic, analgesic, anti
pyretic dan sebagainya. Sebutan awal yang dipakai dalam terapi jenis ini adalah
Al-Hijamah. Al-Hijamah berasal dari bahasa arab yang artinya “pelepasan darah
kotor”. Setelah itu, muncul istilah-istilah yang digunakan untuk memudahkan
dalam penyebutan dan pemahaman di setiap bangsa. Ada beberapa istilah yang
dipakai dalam bentuk terapi yang satu ini, diantaranya hijamah istilah dalam
bahasa Arab, bekam istilah Melayu, gua-sha dalam bahasa Cina, cantuk dan kop
istilah yang dikenal oleh orang Indonesia. (Ahmad Fatahillah, 2006) 2 Dari Ibnu
Abbas r.a Rasulullah bersabda: “kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan
meminum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku
melarang umatku dengan besi panas.

3. Sejarah Terapi Bekam


Bekam sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi, yaitu di kerajaan
Sumeria, kemudian terus berkembang sampai Babilonia, Mesir kuno, Saba, dan
Persia. Pada zaman Mesir kuno, dimana kehidupan masyarakat Mesir mempunyai
aktivitas berdagang yang tidak hanya antarsuku tapi juga menjangkau ke berbagai
bangsa. Perjalanan yang jauh dan cukup melelahkan, membuat kondisi tubuh
terasa tidak nyaman, maka masyarakat Mesir berupaya untuk mengurangi rasa
sakit dibagian anggota tubuhnya yang dirasa sakit, dengan mengeluarkan cairan-
cairan darah yang dianggap mempengaruhi keseimbangan atau metabolisme
tubuhnya (Ahmad Fatahillah, 2006) Cara tersebut memberikan efek positif
terhadap anggota tubuh yang dirasa tidak nyaman. Tindakan ini merupakan
metode pembersihan darah yang tidak saja memberikan kenyamanan,
keseimbangan dan menjaga metabolisme tubuh. Akan tetapi, merupakan salah
satu cara untuk penyembuhan penyakit dengan cara pelepasan/pengeluaran darah
dari anggota tubuh.

3. Manfaat Terapi Bekam

Sebagai suatu metode pengobatan, tentunya bekam mempunyai khasiat.


Diantaranya adalah:

1. Mengeluarkan darah kotor, baik darah yang teracuni maupun darah yang statis,
sehingga peredaran darah yang semula tersumbat menjadi lancar kembali.

2. Meringankan tubuh. Banyaknya kandungan darah kotor yang menumpuk di


bawah permukaan kulit seseorang akan mengakibatkan terasa malas dan berat.
Dengan dibekam, maka akan meringankan tubuh.

3. Menajamkan penglihatan. Tersumbatnya peredaran darah ke mata


mengakibatkan penglihatan akan menjadi buram. Setelah dibekam, peredaran
darah yang tersumbat kembali lancar dan mata bisa melihat dengan terang.

4. Menyembuhkan berbagai macam penyakit. Rasulullah SAW mengisyaratkan


ada 72 macam penyakit yang dapat disembuhkan dengan jalan berbekam, seperti:
asam urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin, migrain, sakit mata,
stroke, sakit gigi, vertigo, sinusitis, jerawat, sembelit, wasir, impotensi, kencing
manis, liver, ginjal, pengapuran dan lain – lain. (Tatang Rahmat, 2008)

5. Macam-macam Terapi Bekam

Terapi bekam terbagi dua, yaitu bekam kering dan bekam basah. Terapi bekam
kering dilakukan dengan penghisapan pada permukaan kulit di bagian tubuh
tertentu (khususnya daerah punggung) menggunakan kop vakum selama 3-4
menit. Terapi bekam kering dilakukan pada mereka yang menderita kesulitan
bergerak, mengalami mimisan, gangguan buang air, haid tidak lancar, dan rasa
mual. Terapi bekam basah diawali dengan pengkopan pada daerah tubuh tertentu
selama 3-4 menit. Setelah kop dilepas, dilakukan pelukaan daerah yang sama
menggunakan jarum steril, 4 dilanjutkan dengan pengkopan berikutnya untuk
mengeluarkan darah.

6. Alat Terapi Bekam

Alat terapi bekam dari tahun ke tahun mengalami modifikasi kearah yang lebih
mudah dan praktis. Pada masa kenabian, alat bekam dikabarkan hanya
menggunakan tanduk binatang, kemudian meningkat menggunakan gelas atau
benda setengah bola. Untuk menempelkannya pada permukaan tubuh digunakan
prinsip vakum dengan berbagai teknik. Pelukaan kulit pada awalnya
menggunakan ujung pedang, lalu berkembang menggunakan silet, lebih
berkembang lagi menggunakan pisau bedah, dan saat ini lebih banyak digunakan
jarum dengan dibantu alat pemantik. Perkembangan tersebut tidak mengubah
esensi terapi bekam, prinsip detoksifikasi tetap dipertahankan.

7. Langkah Melakukan Terapi Bekam

1. Mendata Pasien dan Melakukan Anamnesis (Wawancara) Catatan data pasien


sangatlah penting untuk merekam identitas, diagnosis penyakit, terapi yang sudah
diberikan serta mengetahui perkembangan penyakitnya.

Data yang perlu dicatat antara lain adalah:

a. Identitas pasien, meliputi: Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat dan
status perkawinan.

b. Identitas keluarga, meliputi: kedudukan dalam keluarga, pekerjaan dan alamat


tinggal. Beberapa penyakit berkaitan erat dengan pekerjaan / lokasi pemukiman.
Tujuan melakukan anamnesis (wawancara) adalah untuk mengetahui maksud
pasien berobat, serta mendalami penyakit dan keluhan yang dialami.

Melakukan pemeriksaan dan menentukan Diagnosa penyakit Pemeriksaan ini


berguna untuk membuktikan apa yang dikeluhkan pasien tersebut sesuai dengan
kelainan fisik yang ada. Adakalanya pasien mengeluhkan sesuatu tetapi tidak
ditemukan kelainan fisik apapun dan begitu juga sebaliknya.

Pemeriksaan fisik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan umum, meliputi:


tekanan darah, nadi, temperatur tubuh, pernafasan, lidah iris (iridology), telapak
tangan dan lain-lain. Yang terpenting adalah bisa mengetahui penyakit yang di
derita pasien.

b. Dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna kulit, bentuk,
tekstur atau perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula ekspresi wajah,
bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien.

c. Palpasi (Perabaan, penekanan) atau perkusi (pengetukan) disekitar tubuh yang


mengalami keluhan. Auskultasi, yakni pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop untuk mengetahui adanya kelainan pada rongga dada (jantung dan paru-
paru) serta rongga perut (lambung, usus, dan lain-lain).

d. Jika diperlukan lakukanlah pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium darah,


urin dan tinja, rontgen (radiologi) dan sebagainya.

e. Setelah diketahui keluhannya melalui anamnesis dan telah dilakukan


pemeriksaan maka dapat diambil kesimpulan mengenai penyakit yang dialami
oleh pasien (diagnosa). Diagnosa penyakit ini sebagai modal dasar untuk
menentukan langkah selanjutnya mengenai jenis terapi apa yang cocok dilakukan,
titik bekam mana yang akan dipilih serta herbal penunjang apa yang memang
diperlukan.

4. Menentukan Titik Bekam

Dalam menentukan titik bekam terdapat beberapa versi ada yang berdasarkan
lokasi keluhan, berdasarkan titik akupuntur dan ada yang mendasarkan pada
anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah.

a. Dalam memilih titik bekam ini, maka tidak perlu memakai banyak titik. Sebab
titik bekam yang banyak belum tentu lebih baik dan efektif dibandingkan dengan
satu titik.

b. Ada sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits (disebut titik bekam
nabi), selebihnya merupakan pengembangan dari itu.

Diantaranya adalah titik di kepala, leher dan punggung, kaki dan lain sebagainya.
Beberapa titik yang terlarang untuk dilakukan bekam adalah:

a. Pusat kelenjar limfa atau getah bening di leher samping bawah telinga kanan
dan kiri (di ketiak kanan dan kiri, dan dilipatan selangkangan kanan dan kiri

b. Otak kecil bagian bawah (akhir tengkorak belakang bagian bawah),

c. leher depan di bagian tenggorokan.


d. ulu hati

e. lubang alami seperti pusar, dubur, puting payudara, telinga, dll

f. lutut belakang, depan dan samping

g.terlalu dekat dengan mata

h. perut dan pinggang wanita hamil

i.tepat pada varises,

4. Mempersiapkan peralatan dan Pasien

a. Mempersiapkan peralatan bekam dan ruangan Yang paling utama adalah


menyiapkan agar alat-alat yang digunakan bisa steril mengingat banyak penyakit
yang dimungkinkan bisa menular melalui perantara alat bekam seperti pasien
hepatitis dan HIV-AIDS. Menggunakan ruangan yang bersih, cukup penerangan,
cukup ventilasi dan aliran udara.

b. Mempersiapkan pasien Pasien perlu dipersiapkan terlebih dahulu baik secara


fisik maupun mental. Pasien perlu mendapatkan penjelasan mengenai dasar terapi
bekam sebagai tehnik pengobatan yang dituntunkan Rasulullah Shallallaahu
„alaihi wasallam, cara membekam, manfaat, efek samping yang mungkin terjadi
baik ketika sedang dibekam maupun setelahnya,kontraindikasi (pantangan)
bekam, serta proses kesembuhan dan yang lainnya.

1. Pasien diberikan support agar tidak gelisah dan takut terutama bagi yang baru
pertama kali dibekam.

2. Disiapkan minuman air putih, madu atau sari kurma untuk pasien, karena
terkadang ketika sedang dibekam pasien merasa haus dan untuk mengantisipasi
jika pasien merasa lemas.

3. Pasien wanita harus ditangani oleh ahli bekam wanita dan pasien laki-laki oleh
laki-laki. Untuk menjaga aurat maka hindari membuka bagian tubuh yang tidak
perlu.

4. Posisi pasien dan ahli bekam harus nyaman agar pasien lebih rileks dan bagi
yang membekam bisa lebih mudah dan optimal dalam mencapai titik-titik yang
akan dibekam.

5. Melakukan Bekam Bekam dapat dipelajari oleh semua orang, akan tetapi harus
mengikuti tata cara yang benar yang dianjurkan untuk berbekam.
Cara-cara untuk melakukan bekam yaitu:

a. Mempersiapkan alat – alat untuk berbekam.

b. Sebelum berbekam dianjurkan untuk berdoa sesuai agama dan kepercayaan.

c. Memukul-mukul bagian tubuh yang akan dibekam dengan sebat rotan agar
peredaran darah lancar.

d. Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan.

e. Menghisap kulit dengan menggunakan gelas bekam.

f. Menusuk-nusuk bagian tubuh yang akan dibekam dengan jarum.

g. Menghisap kembali bagian tubuh yang telah ditusuk. h. Diamkan selama


kurang lebih 5-9 menit sampai darah kotor keluar.

i. Membersihkan dan membuang darah yang tertampung dalam gelas bekam.

j. Membersihkan bekas luka bekam.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A) PENGKAJIAN
I. HIPERTENSI
A. DATA DEMOGRAFI
Wilayah Kerja : RW VIII yang terdiri dari RT 1,3, dan 4
Kelurahan : Kebon nanas
Jumlah responden : 26
RW : VIII
Jumlah KK : 108 KK

B. DATA SOSIAL
1. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan usia penderita hipertensi
di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September
2018 (n=26)

Diagram 1 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang


menderita HT berusia 41-65 tahun (dewasa menengah) yaitu
sebanyak 22 orang (84%).

2. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin penderita


hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=26)

Diagram 2 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang


menderita HT berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14
orang (54%).

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan jenis pekerjaan penderita


hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=26)
Diagram 3 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang
menderita HT bekerja sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta
yaitu masing-masing sebanyak 10 orang (38%).

3. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pendidikan penderita


hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=26)

Diagram 4 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang


menderita HT berpendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 16 orang
(62%).

4. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan tanggungan keluarga


penderita hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 5 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang
menderita HT memiliki tanggungan keluarga 3-4 orang yaitu
sebanyak 12 orang (46%).

5. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pendapatan penderita


hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=26)

Diagram 6 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang


menderita HT memiliki pendapatan < Rp 2.310.088,- (dibawah
UMR) yaitu sebanyak 14 orang (54%).

6. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan kualitas hidup penderita


hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=26)
Diagram 7 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang
menderita HT memiliki kualitas hidup dengan stressor tinggi yaitu
sebanyak 4 orang (15%).

C. EPIDEMIOLOGI
7. Proporsi penderita hipertensi di RW VIII Kelurahan Kebon nanas

berdasarkan genetik (riwayat hipertensi dalam keluarga) September


2018 (n=26)

Diagram 8 menunjukkan bahwa warga yang memiliki riwayat


hipertensi dalam keluarga dan yang tidak memiliki, masing-masing
sebanyak 13 orang (50%).

8. Proporsi penderita hipertensi di RW VIII Kelurahan Kebon nanas


berdasarkan kejadian hipertensi dalam 6 bulan terakhir, September
2018 (n=26)
Diagram 9 menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi dalam 6
bulan terkahir adalah sebanyak 13 orang (50%).

9. Proporsi penderita hipertensi di RW VIII Kelurahan Kebon nanas


berdasarkan kematian anggota keluarga akibat hipetensi,
September 2018 (n=26)

Diagram 10 menunjukkan bahwa 8 orang (31%) yang menderita


hipertensi memiliki anggota keluarga yang meninggal akibat
hipertensi.

D. PERILAKU DAN LINGKUNGAN


10. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan konsumsi sayur bayam
dan air putih di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol
pada bulan September 2019 (n=26)
Diagram 11 menunjukkan sebagian besar warga yang menderita
hipertensi tidak mengonsumsi sayuran dan air putih yaitu sebanyak
6 orang (23%).

11. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan konsumsi makanan asin


di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)

Diagram 12 menunjukkan warga yang menderita hipertensi


mengonsumsi makanan asin yaitu sebanyak 16 orang (62%).

12. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan konsumsi kolestrol tinggi


di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)
Diagram 13 menunjukkan warga yang menderita hipertensi
mengonsumsi kolestrol tinggi sebanyak 15 orang (58%).

13. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan konsumsi makanan


instan di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada
bulan September 2019 (n=26)

Diagram 14 menunjukkan warga yang menderita hipertensi


mengonsumsi makanan instant sebanyak 7 orang (27%).

14. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan konsumsi daging di RW


VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)
Diagram 15 menunjukkan warga yang menderita hipertensi
mengonsumsi mengonsumsi daging sebanyak 6 orang (23%).

15. Proporsi penderita hipertensi yang mengonsumsi kopi dan soda di


RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)

Diagram 16 menunjukkan warga yang menderita hipertensi


mengonsumsi kopi dan soda sebanyak 11 orang (42%).

16. Proporsi penderita hipertensi yang mengonsumsi alkohol di RW


VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)

Diagram 17 menunjukkan sebagian besar warga yang menderita


hipertensi mengonsumsi alkohol sebanyak 4 orang (15 %).

17. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan kualitas tidur di RW VIII


Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan September
2019 (n=26)
Diagram 18 menunjukkan warga yang menderita hipertensi
memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 4 orang (15%).

18. Proporsi penderita hipertensi yang merokok di RW VIII Kel.


Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan September 2019
(n=26)

Diagram 19 menunjukkan warga yang menderita hipertensi yang


merokok sebanyak 6 orang (23%).

19. Proporsi penderita hipertensi yang mengonsumsi obat tradisional di


RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)
Diagram 20 menunjukkan warga yang menderita hipertensi tidak
mengonsumsi obat tradisional sebanyak 17 orang (65%).

20. Proporsi penderita hipertensi yang mengunjungi program prolanis


di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)

Diagram 21 menunjukkan warga yang menderita hipertensi yang


tidak mengunjungi prolanis sebanyak 25 orang (96%).

21. Proporsi penderita hipertensi yang melakukan cek tekanan darah


rutin di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada
bulan September 2019 (n=26)
Diagram 22 menunjukkan warga yang menderita hipertensi tidak
melakukan cek darah rutin sebanyak 19 orang (73%).

22. Proporsi penderita hipertensi yang melakukan senam hipertensi di


RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)

Diagram 23 menunjukkan warga yang menderita hipertensi yang


tidak melakukan senam hipertensi sebanyak 23 orang (88%).

23. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan dukungan keluarga di


RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2019 (n=26)
Diagram 24 menunjukkan sebagian besar warga yang menderita
hipertensi tidak mendapat dukungan keluarga yaitu sebanyak 9
orang (42%).

24. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan penderita


hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2019 (n=26)

Diagram 25 menunjukkan sebagian besar warga yang menderita


hipertensi bekerja melebihi 8 jam perhari yaitu sebanyak 5 orang
(19%).

E. EDUKASI DAN ORGANISASI


25. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga mengenai
definisi hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 26 menunjukkan bahwa warga yang tidak mengetahui
definisi hipertensi sebanyak 4 orang (15%).

26. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga


mengenai perasaan pusing akibat hipertensi di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)

Diagram 27 menunjukkan bahwa warga yang mengalami keluhan


pusing sebanyak 20 orang (77%).

27. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga mengenai


perasaan kelelahan akibat hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas,
Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 28 menunjukkan bahwa warga yang mengalami keluhan
kelelahan akibat hipertensi sebanyak 4 orang (15%)

28. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga mengenai


keluhan berkunang-kunang akibat hipertensi di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)

Diagram 29 menunjukkan bahwa warga yang mengalami keluhan


berkunang-kunang akibat hipertensi sebanyak 15 orang (58%)

29. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga mengenai


keluhan peningkatan detak jantung akibat hipertensi di RW VIII
Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 30 menunjukkan bahwa warga yang mengalami
peningkatan detak jantung akibat hipertensi sebanyak 9 orang
(35%).

30. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga mengenai


penyebab hipertensi disebabkan oleh makanan berlemak di RW
VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018
(n=26)

Diagram 31 menunjukkan bahwa warga yang tidak tahu penyebab


hipertensi disebabkan makanan berlemak sebanyak 15 orang
(58%).

31. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga mengenai


penyebab hipertensi disebabkan oleh merokok di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 32 menunjukkan bahwa warga yang tidak mengetahui
penyebab hipertensi disebabkan merokok sebanyak 15 orang
(58%)

32. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi warga mengenai


penyebab hipertensi disebabkan oleh keturunan di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)

Diagram 33 menunjukkan bahwa warga yang tidak mengetahui


penyebab hipertensi disebabkan oleh keturunan sebanyak 18 orang
(69%)

33. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi pencegahan


penderita mengurangi rokok di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 34 menunjukkan bahwa pencegahan hipertensi dengan
mengurangi rokok sebanyak 14 orang (54%).

34. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi pencegahan


dengan olahraga di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 (n=26)

Diagram 35 menunjukkan bahwa pencegahan hipertensi dengan


olahraga sebanyak 7 orang (27%)

35. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan persepsi pencegahan


dengan Pola hidup sehat di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 36 menunjukkan bahwa pencegahan hipertensi dengan
pola hidup sehat sebanyak 6 orang (23%).

36. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pemanfaatan


ketersediaan fasilitas layanan kesehatan di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)

Diagram 37 menunjukkan bahwa pemanfaatan ketersediaan


fasilitas layanan kesehatan sebanyak 0 (0%)

37. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan kunjungan ke fasilitas


pelayanan kesehatan di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 (n=26)
Diagram 38 menunjukkan bahwa kunjungan penderita hipertensi
ke fasilitas layanan kesehatan sebanyak 7 (27%).

38. Proporsi penderita hipertensi berdasarkan dukungan lingkungan


melalui pendidikan kesehatan di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018 (n=26)

Diagram 39 menunjukkan bahwa dukungan lingkungan melalui


pendidikan kesehatan sebanyak 3 (12%).

F. ADMINISTRASI KEBIJAKAN
39. Proporsi Penggunaan Asuransi Kesehatan Warga RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan September 2018
Diagram 40 menunjukkan bahwa terdapat 5 orang (19%) yang
tidak menggunakan asuransi kesehatan

40. Proporsi penerimaan pendidikan kesehatan mengenai Hipertensi di


RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2018

Diagram 41 menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (81%) tidak


mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi

41. Proporsi penanganan hipertensi dengan senam hipertensi di RW


VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan
September 2018
Diagram 42 menunjukkan sebanyak 14 orang (54%) menyatakan
bahwa tidak terdapat program penanganan berupa senam hipertensi

42. Proporsi program pemeriksaan tekanan darah rutin di RW VIII Kel.


Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol pada bulan September 2018

Diagram 43 menunjukkan 18 orang (69%) menyatakan bahwa


tidak terdapat program penanganan berupa pemeriksaan tekanan
darah rutin.

Hasil Wawancara dengan Perawat Puskesmas Cikokol Mengenai Hipertensi

A. Administrasi dan Kebijakan


1. Petugas Puskesmas Cikokol berkata, “Jumlah pasti angka kejadian

penyakit Hipertensi di warga RW 8 belum terekap mba, hal ini


menjadi salah satu hambatan kami karena sebagian besar warga
memiliki kesibukan setiap harinya untuk bekerja, jadi kadang ya
skrinning berjalan kurang maksimal karena banyak yang tidak di
rumah. Selain itu, banyak warga yang lebih memilih untuk periksa ke
dokter keluarga daripada ke Puskesmas dengan alasan Karena
puskesmas cikokol harus mengantri”.
2. Petugas Puskesmas Cikokol berkata, “yaa kita dari Puskesmas, sudah
ada petugas untuk di setiap wilayah kerja mbak, dibagi-bagi. Dari
setiap petugas tersebut membawahi kader-kader jadi jadi bisa
mengetahui status kesehatan setiap warga di RW. Kemarin dari satu
kelurahan sudah ada juga data menangani warga yang berisiko
terkait penyakit hasil data yang didominasi Hipertensi dan DM ”.
3. Petugas Puskesmas berkata, “Pelaksanaan program Prolanis di
Puskesmas Cikokol berjalan sebulan sekali yaitu setiap hari Kamis
mbak minggu ke 4. Untuk masyarakat Kebon nanas sedikit yang aktif
karena waktu pelaksanaan bersamaan dengan jam kerja warga
sehingga sedikit yang datang.”
4. Ny. E Kader RW 8 berkata, “Kalau program Puskesmas tentang
penyuluhan kesehatan saya belum pernah tau mbak, di RW sini belum
ada sepertinya, kalau Posyandu Lansia belum pernah diadakan di
RW 8, yang sudah berjalan hanya Posyandu Balita yang diadakan
sebulan sekali yaitu setiap Sabtu minggu kedua”.
II. DIABETES MELLITUS
A. DATA DEMOGRAFI
Wilayah Kerja : RW VIII yang terdiri dari RT 1,3, dan 4
Kelurahan : Kebon nanas
Jumlah responden : 7
RW : VIII
Jumlah KK : 108 KK

B. DATA SOSIAL
1. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan usia penderita
Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)

Diagram 1 menunjukkan bahwa warga yang menderita DM berusia


40-65 tahun (dewasa menengah) yaitu sebanyak 7 orang (100%).

2. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin


penderita Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018 (n=7)

40
Diagram 2 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang menderita
DM berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 5 orang (71%)
perempuan

3. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan penderita


Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)

Diagram 3 menunjukkan bahwa pekerjaan sebagian besar warga yang


menderita DM yaitu sebanyak 3 orang (43%) bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan sebanyak 3 orang (43%) bekerja sebagai
wiraswasta.

4. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan penderita


Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)

41
Diagram 4 menunjukkan bahwa pendidikan sebagian besar warga
yang menderita DM yaitu sebanyak 4 orang (57%) menempuh
pendidikan SD.

5. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan tanggungan keluarga


penderita Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 (n=7)

Diagram 5 menunjukkan bahwa tanggungan keluarga sebagian besar


warga yang menderita DM yaitu sebanyak 4 orang (57%)
menanggung 3-4 orang anggota keluarga

6. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan pendapatan penderita


Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)

Diagram 6 menunjukkan bahwa pendapatan sebagian besar warga


yang menderita DM yaitu sebanyak 3 dari 7 orang (43%) lebih dari
Rp2.300.000

42
7. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan dampak psikologis
penderita Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 (n=7)

Diagram 7 menunjukkan bahwa dampak psikologis sebagian besar


warga yang menderita DM yaitu sebanyak 2 dari 7 orang (29%) malu
karena menderita penyakit diabetes.

8. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan dampak fisik:sulit


beraktivitas pada penderita Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=7)

Diagram 8 menunjukkan bahwa dampak fisik sebagian besar warga


yang menderita DM yaitu sebanyak 4 dari 7 orang (57%) sulit
beraktivitas karena diabetes yang diderita.

9. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan dampak fisik: mudah


lelah pada penderita Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas,
Kec. Pinang, Cikokol, Desember 2019 (n=7)

43
Diagram 9 menunjukkan bahwa dampak fisik sebagian besar warga
yang menderita DM yaitu sebanyak 6 dari 7 orang (86%) mudah lelah

10. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan kualitas hidup


penderita Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, Desember 2019 (n=7)

Diagram 10 menunjukkan bahwa kualitas hidup sebagian besar warga


yang menderita DM yaitu sebanyak 5 orang (71%) merasa tidak puas
dengan kehidupannya.

C. Epidemiologi
11. Proporsi riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit Diabetes
Melitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol ,
September 2018 (n=7)

44
Diagram 11 menunjukkan bahwa penderita Diabetes Melitus yang
memiliki anggota keluarga dengan riwayat Diabetes Melitus yaitu
sebanyak 6 orang (86%).

12. Proporsi anggota keluarga yang meninggal akibat Diabetes Melitus di


RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol , September 2018
(n=7)

Diagram 12 menunjukkan bahwa anggota keluarga yang meninggal


akibat Diabetes Melitus yaitu sebanyak 4 orang (57%).

13. Proporsi penderita diabtes melitus yang memiliki luka yang lama
sembuh di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)

45
Diagram 13 menunjukkan bahwa penderita diabetes yang memiliki
luka yang lama sembuh sebanyak 3 orang (43 %).

D. Perilaku dan Lingkungan


14. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan Kesukaan Konsumsi
Makan dan Minuman Manis pada penderita Diabetes Melitus di RW
VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018
(n=7)

Diagram 14 menunjukkan bahwa warga yang menderita DM yang


menyukai makanan dan minuman manis seperti kopi manis, jahe, jeruk
manis yaitu sebanyak 4 (57%).

15. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan jumlah


pengkonsumsian nasi sebanyak 3 centong atau lebih pada penderita
Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol
bulan September 2018 (n=7)

46
Diagram 15 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
yang mengkonsumsi nasi sebanyak 3 centong atau lebih dan dengan
sedikit lauk sebanyak 3 orang (43%).

16. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan konsumsi gorengan


setiap hari pada penderita Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 16 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM


mengonsumsi gorengan setiap hari yaitu sebanyak 4 orang (57%).

17. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan frekuensi makan


dalam sehari penderita Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

47
Diagram 17 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
yang tidak melakukan medical check up dalam sebulan minimal 1 kali
kunjungan yaitu sebanyak 4 (57%).

18. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan konsumsi daging


dalam seminggu pada penderita Diabetes Melitus di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 18 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM


makan daging sebanyak minimal 4 kali dalam seminggu sebanyak 1
orang (14%).

19. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan aktivitas melakukan


Olahraga pada penderita Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

48
Diagram 19 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
tidak melakukan aktivitas fisik olah raga minimal sekali dalam
seminggu yaitu sebanyak 6 orang (86%).

20. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan banyak minum manis


dalam sehari penderita Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 20 menunjukkan bahwa semua warga yang menderita DM


yang tidak minum minuman manis >3 gelas dalam sehari (100%).

21. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan konsumsi obat


pengontrol gula darah pada penderita Diabetes Melitus di RW VIII
Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

49
Diagram 21 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang
menderita DM yang tidak mengkonsumsi obat pengontrol gula darah
secara rutin yaitu sebanyak 2 orang (29%).

22. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan yang melakukan


perawatan luka secara mandiri dirumah menggunakan betadine atau
obat luka kemudian membalutnya pada penderita Diabetes Melitus di
RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September
2018 (n=7)

Diagram 22 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM


yang tidak melakukan perawatan luka secara mandiri dirumah
menggunakan betadine atau obat luka kemudian membalutnya yaitu
sebanyak 4 orang (57%).

23. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan jumlah yang


menggunakan alas kaki penderita Diabetes Melitus di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

50
Diagram 23 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM
yang tidak menggunakan alas kaki yaitu sandal atau sepatu tidur
sebanyak 2 orang (29%).

24. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan kualitas hidup


penderita Diabetes Melitus yang mempunyai sarana tempat umum
yang digunakan untuk berolahraga di sekitar rumah di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 24 menunjukkan bahwa sebagian warga yang menderita DM


yang tidak memiliki sarana tempat umum yang dipakai untuk
berolahraga di sekitar Rumah yaitu sebanyak 5 orang (71%).

25. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan ketersediaan keluarga


atau kerabat yang bersedia mengantar ke pelayanan kesehatan di RW
VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018
(n=7)

51
Diagram 25 menunjukkan bahwa ada sebagian yang menderita DM
mengatakan bahwa keluarga atau kerabat tidak bersedia mengantar ke
fasilitas kesehatan jika dibutuhkan yaitu sebanyak 2 orang (29%).

26. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan ketersediaan keluarga


atau kerabat yang bersedia diajak berbagi mendengarkan keluhan pada
Klien dengan Diabetes Melitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 26 menunjukkan bahwa ada sebagian warga yang menderita


DM mengatakan bahwa ada keluarga atau kerabat yang tidak bersedia
diajak berbagi mendengarkan keluhan terkait penyakit yang dirasakan
sebanyak 1 orang (14%)

E. Pengetahuan dan Organisasi


27. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan pengertian Diabetes
Mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan
September 2018 (n=7)

52
Diagram 27 menunjukkan bahwa klien yang menderita Diabetes
Mellitus mengetahui pengertian penyakit Diabetes Mellitus yaitu
sebanyak 6 orang (86%).

28. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan penyebab Diabetes


Mellitus mengkonsumsi gula berlebihan di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 28 menunjukkan bahwa klien mengatakan penyebab Diabetes


Mellitus karena mengkonsumsi gula berlebihan sebanyak 7 orang
(100%).

29. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan penyebab Diabetes


Mellitus karena kurang atau tidak ada produksi hormon insulin di RW
VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018
(n=7)

53
Diagram 29 menunjukkan bahwa klien mengatakan penyebab Diabetes
Mellitus karena kurang atau tidak ada produksi hormon insulin
sebanyak 5 orang (71%).

30. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan penyebab Diabetes


Mellitus karena kegemukan dan kurang olahraga di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 30 menunjukkan bahwa klien mengatakan penyebab Diabetes


Mellitus karena kegemukan dan kurang olahraga sebanyak 5 orang
(71%).

31. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan tanda dan gejala


Diabetes Mellitus (banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
dan sering haus) di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol
bulan September 2018 (n=7)

54
Diagram 31 menunjukkan bahwa klien mengatakan tanda dan gejala
Diabetes Mellitus (banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
dan sering haus), sebanyak 6 orang (86%).

32. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan komplikasi Diabetes


Mellitus (darah tinggi) di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 32 menunjukkan bahwa sebagian warga tidak mengetahui


bahwa darah tinggi adalah komplikasi dari Diabetes Mellitus,
sebanyak 4 orang (57%).

33. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan komplikasi Diabetes


Mellitus (katarak) di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol
bulan September 2018 (n=7)

55
Diagram 33 menunjukkan bahwa sebagian warga tidak mengetahui
bahwa katarak adalah komplikasi dari Diabetes Mellitus, sebanyak 4
orang (57%).

34. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan kunyit sebagai obat


herbal untuk menurunkan kadar gula darah di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 34 menunjukkan bahwa sebagian warga tidak mengetahui


bahwa kunyit adalah obat herbal untuk menurunkan kadar gula darah,
sebanyak 6 orang (86%).

35. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan penyakit Diabetes


Mellitus bisa diobati di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol bulan September 2018 (n=7)

56
Diagram 35 menunjukkan bahwa penyakit Diabetes Mellitus bisa
diobati sebanyak 6 orang (86%).

36. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan pengetahuan


mengenai tanda dan gejala kegawatan Diabetes Mellitus di RW VIII
Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 36 menunjukkan bahwa klien tidak mengetahui mengenai


tanda dan jejala kegawatan Diabetes Mellitus sebanyak 4 orang (57%).

37. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan perawatan di rumah


dengan minum obat teratur dan diet rendah gula di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

57
Diagram 37 menunjukkan bahwa klien mengetahui perawatan di
rumah dengan minum obat teratur dan diet rendah gula sebanyak 6
orang (86%).

38. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan keluarga mencari


pertolongan ke orang pintar jika terjadi kegawatan Diabetes Mellitus
di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan September
2018 (n=7)

Diagram 38 menunjukkan bahwa keluarga klien mencari pertolongan


ke orang pintar jika terjadi kegawatan Diabetes Mellitus sebanyak 4
orang (57%).

39. Proporsi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan penyakit Diabetes


Mellitus merupakan teguran dari Tuhan di RW VIII Kel. Kebon nanas,
Kec. Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 39 menunjukkan bahwa penyakit Diabetes Mellitus


merupakan teguran dari Tuhan, sebanyak 5 orang (71%).
40. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan kemudahan akses
pelayanan keseatan pada warga yang mempunyai penyakit diabetes

58
mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)

Diagram 40 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang


menderita DM menyatakan pelayanan kesehatan mudah diakses
sebanyak 6 orang (86%)

41. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan frekuensi mendapat


dukungan keluarga dan masyarakat sebagai usaha penanganan DM
pada warga yang mempunyai penyakit diabetes mellitus di RW VIII
Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=7)

Diagram 41 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang


menderita DM menyatakan mendapatkan dukungan keluarga dan
masyarakat sebagai usaha penanganan DM sebanyak 7 orang (100%)

42. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan frekuensi mendapat


pujian saat berhasil melakukan penanganan DM pada warga yang
mempunyai penyakit diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas,
Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 (n=7)

59
Diagram 42 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang
menderita DM menyatakan tidak mendapatkan pujian saat berhasil
melakukan penanganan DM sebanyak 4 orang (54%)

43. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan frekuensi sanksi


diacukan oleh masyarakat pada warga yang mempunyai penyakit
diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=27)

Diagram 43 menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang


menderita DM menyatakan diacuhkan masyarakat sebanyak 2 orang
(29%).

44. Proporsi penderita Diabetes Melitus berdasarkan kepercayaan berserah


diri kepada Tuhan pada warga yang mempunyai penyakit diabetes
mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=27)

60
Diagram 44 menunjukkan bahwa kepercayaan sebagian besar warga
yang menderita DM yaitu sebanyak 1 orang (86%) tidak
berserah/mendekatkan diri kepada Tuhan saat sakit.

F. Administrasi dan Kebijakan


45. Proporsi berdasarkan program cek gula darah rutin oleh pelayanan
kesehatan untuk klien DM di RW 8 Kelurahan Kebon nanas,
Kecamatan Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 45 menunjukkan bahwa sebanyak 2 orang (29%) tidak


mengikuti program cek gula darah rutin dari pelayanan kesehatan

46. Proporsi berdasarkan program senam diabetes mellitus oleh pelayanan


kesehatan untuk klien DM di RW 8 Kelurahan Kebon nanas,
Kecamatan Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

61
Diagram 46 menunjukkan bahwa sebanyak 4 orang (57%) tidak
mengikuti program senam DM rutin dari pelayanan kesehatan.

47. Proporsi berdasarkan program pendidikan kesehatan diabetes mellitus


dari pelayanan kesehatan di RW 8 Kelurahan Kebon nanas,
Kecamatan Pinang, Cikokol bulan September 2018 (n=7)

Diagram 47 menunjukkan bahwa sebanyak 5 orang (71%) tidak


mengikuti program pendidikan kesehatan diabetes mellitus dari
pelayanan kesehatan.

48. Proporsi berdasarkan program kesehatan untuk klien DM berjalan


dengan rutin di RW 8 Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang,
Cikokol bulan September 2018 (n=7)

62
Diagram 48 menunjukkan sebanyak 5 orang (71%) tidak mengikuti
program kesehatan untuk DM dengan rutin.

49. Proporsi berdasarkan akses menuju pelayanan kesehatan di RW 8


Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol, September 2018
(n=7)

Diagram 49 menunjukkan bahwa sebanyak 7 orang (100%)


mendapatkan akses yang terjangkau menuju pelayanan kesehatan.

50. Proporsi berdasarkan penggunaan asuransi kesehatan oleh penderita


DM di RW 8 Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol,
September 2018 (n=7)

Diagram 50 menunjukkan sebanyak 2 orang (29%) tidak


menggunakan asuransi kesehatan seperti BPJS dari pemerintah atau
yang ditanggung secara mandiri.

Hasil wawancara dengan perawat Puskesmas Cikokol mengenai Diabetes


Mellitus

63
A. Administrasi dan Kebijakan
1. Petugas Puskesmas Cikokol berkata, “Jumlah pasti angka kejadian
Diabetes Melitus di RW 8 tidak diketahui secara pasti mba, hal ini
menjadi salah satu hambatan bagi kami karena sebagian besar warga
memiliki kesibukan setiap harinya untuk bekerja, jadi kadang ya
skrinning berjalan kurang maksimal karena banyak yang tidak di rumah.
Selain itu, banyak warga yang lebih memilih untuk periksa ke dokter
keluarga daripada ke Puskesmas, karena harus mengantri”.
2. Petugas Puskesmas Cikokol berkata, “Jadi Puskesmas mempunyai
petugas Gasurkes mbak yang bertugas untuk melakukan skrinning ke
wilayah kerja Puskesmas Pudak Payung. Selain itu nanti petugas
Gasurkes bersama dengan kader datang ke rumah warga untuk
melakukan skrinning pada semua warga untuk mengetahui warga yang
sudah terkena DM maupun berisiko terkena DM. Selain itu ketika ada
kegiatan pengajian yang di adakan satu bulan sekali di tingkat RW
biasanya kita sekalian ngadain skrinning gitu mbak”.
3. Petugas Puskesmas berkata, “Pelaksanaan program Prolanis di
Puskesmas Cikokol berjalan sebulan sekali yaitu setiap hari kamis mbak
minggu ke 4. Untuk masyarakat Kebon nanas sedikit yang aktif karena
waktu pelaksanaan bersamaan dengan jam kerja warga sehingga sedikit
yang datang.
4. Ny. E Kader RW 8 berkata, “Kalau program dari Puskesmas tentang
penyuluhan kesehatan saya belum pernah tau mbak, di RW sini belum
ada sepertinya, kalau Posyandu Lansia belum pernah diadakan di RW 8,
yang sudah berjalan hanya Posyandu Balita yang diadakan sebulan
sekali yaitu setiap Sabtu minggu kedua. Paling tu penyuluhan kesehatan
ya kayak dari mbak-mbaknya sekarang atau kalau ada KKN dan
kegiatan lain mba”.

64
65
B) ANALISA DATA

No. Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah


1. 13 September Sosial Kurang pengetahuan, Ketidakefektifan
2018 DS : - ketidakcukupan manajemen
DO : petunjuk untuk kesehatan terkait
- Sebanyak 4 orang (15%) penderita hipertensi bertindak,kurang hipertensi pada
memiliki kualitas hidup dengan stressor tinggi dukungan sosial warga RW VIII
kelurahan Kebon
Epidemiologi nanas (00078)
DS : -
DO :
- Sebanyak 13 orang (50%) mempunyai anggota
dengan Hipertensi.

Perilaku lingkungan
DS : -
DO:
- Sebanyak 16 orang (62%) penderita hipertensi
mengonsumsi makanan asin
- Sebanyak 15 orang (58%) penderita hipertensi
mengonsumsi makanan berkolestrol tinggi
- Sebanyak 7 orang (27%) penderita hipertensi
mengonsumsi makanan instant
- Sebanyak 11 orang (42%) penderita hipertensi
mengonsumsi kopi dan soda
- Sebanyak 4 orang (15%) penderita hipertensi
memiliki lama tidur selama minimal 4-5 jam

66
- Sebanyak 6 orang (23%) penderita hipertensi
merokok
- Sebanyak 25 orang (96%) penderita hipertensi tidak
mengikuti program prolanis.
- Sebanyak 19 orang (73%) penderita hipertensi tidak
melakukan cek tekanan darah rutin.
- Sebanyak 23 orang (88%) penderita hipertensi tidak
melakukan senam hipertensi.
- Sebanyak 9 orang (42%) penderita hipertensi tidak
mendapat dukungan keluarga.
- Sebanyak 5 orang (19%) penderita hipertensi bekerja
melebihi 8 jam perhari.

Edukasi organisasi
DS: -
DO:
- Sebanyak 4 orang (15%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui tentang pengertian hipertensi
- Sebanyak 6 orang (23%) penderita hipertensi yang
tidak mengalami keluhan pusing
- Sebanyak 11 orang (42%) penderita hipertensi yang
tidak mengalami keluhan berkunang-kunang
- Sebanyak 17 orang (65%) penderita hipertensi yang
tidak mengalami keluhan peningkatan detak jantung
- Sebanyak 15 orang (58%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui penyebab hipertensi yaitu makanan
berlemak
- Sebanyak 11 orang (42%) penderita hipertensi yang

67
tidak mengetahui penyebab hipertensi yaitu merokok
- Sebanyak 8 orang (31%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui penyebab hipertensi karena
genetik/keturunan
- Sebanyak 14 orang (46%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui pencegahan penyakit dengan
mengurangi rokok
- Sebanyak 19 orang (73%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui pencegahan hipertensi dengan
olahraga
- Sebanyak 20 orang (77%) penderita hipertensi yang
tidak mengetahui pencegahan hipertensi dengan pola
hidup sehat

Kebijakan administrasi
DS :
- Petugas Puskesmas berkata, “Jumlah pasti angka
kejadian hipertensi di RW 8 tidak diketahui secara
pasti mba, hal ini menjadi salah satu hambatan bagi
kami karena sebagian besar warga memiliki
kesibukan setiap harinya untuk bekerja, jadi kadang
ya skrinning berjalan kurang maksimal. Selain itu,
banyak warga yang lebih memilih untuk periksa ke
dokter keluarga daripada ke Puskesmas, karena
harus mengantri puskesmas cikokol ”.
- Petugas Puskesmas berkata, “Kita dari Puskesmas,
sudah ada petugas untuk di setiap wilayah kerja
mbak, dibagi-bagi. Dari setiap petugas tersebut

68
membawahi kader-kader jadi bisa mengetahui status
kesehatan setiap warga di RW”
- Petugas Puskesmas berkata, “Pelaksanaan program
Prolanis di Puskesmas cikokol berjalan sebulan
sekali yaitu setiap hari kamis mbak minggu ke 4.”
- Ny.E kader RW 8 berkata, “Kalau program dari
Puskesmas tentang penyuluhan kesehatan saya
belum pernah tau mbak, di RW sini belum ada
sepertinya, kalau Posyandu Lansia belum pernah
diadakan di RW 8, yang sudah berjalan hanya
Posyandu Balita yang diadakan sebulan sekali yaitu
setiap Sabtu minggu kedua. Paling tu penyuluhan
kesehatan ya kayak dari mbak-mbaknya sekarang
atau kalau ada KKN dan kegiatan lain mba”
DO :
- Sebanyak 5 orang (19%) penderita hipertensi tidak
menggunakan asuransi kesehatan
- Sebanyak 21 orang (81%) penderita hipertensi
menyatakan tidak mendapatkan program pendidikan
kesehatan mengenai hipertensi
- Sebanyak 14 orang (54%) penderita hipertensi
menyatakan tidak mendapatkan program penanganan
berupa senam hipertensi
- Sebanyak 18 orang (69%) penderita hipertensi
menyatakan bahwa tidak terdapat program
pemeriksaan tekanan darah rutin

2. 13 September Sosial Perilaku hidup sehari – Kesiapan

69
2018 DS : - hari yang tidak tepat. meningkatkan
DO : manajemen
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus kesehatan :
merasa malu karena menderita penyakit diabetes
Diabetes Mellitus
melitus
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
pada lansia di RW
merasa sulit beraktivitas karena penyakit yang 8 Kelurahan Kebon
diderita nanas (00162)
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
merasa mudah lelah
Epidemiologi

DS : -
DO :
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
memiliki anggota keluarga dengan riwayat diabetes
melitus
- Sebanyak 3 orang (43%) yang penderita diabetes
melitus memiliki luka yang lama sembuh

Perilaku lingkungan

DS : -
DO :
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
menyukai makanan dan minuman manis seperti kopi
manis,jahe,jeruk manis
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus

70
mengonsumsi makanan yang digoreng setiap hari
- Sebanyak 3 orang (43%) penderita diabetes melitus
tidak melakukan kontrol gula darah dalam sebulan
minimal 1 kali kunjungan
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
tidak melakukan aktivitas fisik olah raga minimal
sekali dalam seminggu
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
tidak mengkonsumsi obat pengontrol gula darah
secara rutin
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
yang tidak menggunakan alas kaki yaitu sandal atau
sepatu
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
mengatakan ada keluarga yang tidak bersedia
mengantar ke fasilitas kesehatan jika dibutuhkan
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
mengatakan tidak punya anggota keluarga untuk
bebagi cerita

Edukasi organisasi
DS: -
DO:
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
mengetahui pengertian penyakit diabetes melitus
- Sebanyak 7 orang (100%) penderita diabetes melitus
mengkonsumsi gula berlebihan
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus

71
tidak mengetahui penyebab diabetes mellitus karena
kurang hormone insuin
- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui penyebab DM karena kegemukan
dan kurang olah raga
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
mengatakan tidak mengtahui tanda gejala DM
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
TIDAK mengetahui bahwa darah tinggi adalah
komplikasi dari DM
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui katarak adalah komplikasi dari DM
- Sebanyak 6 orang (86%) penderita diabetes melitus
mengatakan penyakitnya bisa diobati
- Sebanyak 3 orang (43%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui tanda dan gejala kegawatan DM
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
tidak mengetahui perawatan dirumah dengan minum
obat teratur dan diet rendah gula
- Sebanyak 1 orang (14%) penderita diabetes melitus
mengatakan bahwa pelayanan kesehatan tidak
mudah diakses
- Sebanyak 4 orang (54%) penderita diabetes melitus
menyatakan tidak mendapatkan dukungan saat
berhasil melakukan penanganan DM
Kebijakan administrasi

DS :

72
- Petugas Puskesmas berkata, “Jumlah pasti angka
kejadian hipertensi dan DM di RW 8 tidak diketahui
secara pasti mba, hal ini menjadi salah satu
hambatan bagi kami karena sebagian besar warga
memiliki kesibukan setiap harinya untuk bekerja,
jadi kadang ya skrinning berjalan kurang maksimal.
Selain itu, banyak warga yang lebih memilih untuk
periksa ke dokter keluarga daripada ke Puskesmas,
karena harus mengantri dipuskesmas ”.
- Petugas Puskesmas berkata, “Kita dari Puskesmas,
sudah ada petugas untuk di setiap wilayah kerja
mbak, dibagi-bagi. Dari setiap petugas tersebut
membawahi kader-kader jadi bisa mengetahui status
kesehatan setiap warga di RW”
- Petugas Puskesmas berkata, “Pelaksanaan program
Prolanis di Puskesmas Pudak Payung berjalan
sebulan sekali yaitu setiap hari kamis mbak minggu
ke 4.”
- Ny.E kader RW 8 berkata, “Kalau program dari
Puskesmas tentang penyuluhan kesehatan saya
belum pernah tau mbak, di RW sini belum ada
sepertinya, kalau Posyandu Lansia belum pernah
diadakan di RW 8, yang sudah berjalan hanya
Posyandu Balita yang diadakan sebulan sekali yaitu
setiap Sabtu minggu kedua. Paling tu penyuluhan
kesehatan ya kayak dari mbak-mbaknya sekarang
atau kalau ada KKN dan kegiatan lain mba”

73
DO :

- Sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes melitus


tidak mengikuti program cek gula darah rutin dari
pelayanan kesehatan
- Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus
menyatakan tidak mengikuti program senam DM
rutin dari pelayanan kesehatan
- Sebanyak 5 orang (71%) penderita diabetes melitus
tidak mengikuti program pendidikan kesehatan untuk
DM dengan rutin.
- Sebanyak 2 orang (71%) penderita diabetes melitus
tidak menggunakan asuransi kesehatan seperti BPJS
dari pemerintah atau yang ditanggung secara
mandiri.

74
C. PRIORITAS MASALAH
Keterangan :
A : Presentasi Populasi yang Mengalami Masalah
B : Keseriusan masalah
C : Keefektifan intervensi

No Diagnosa Kriteria Skor Keterangan


Keperawatan A B C Total
(A+2B)
XC
1. Ketidakefektifan 8 7 6 132 A: 8
manajemen Jumlah penerita hipertensi pada RW 8 kelurahan Kebon nanas sebanyak 26
kesehatan terkait orang, sebanyak 16 orang (62%) penderita hipertensi mengonsumsi makanan
hipertensi pada asin, sebanyak 25 orang (96%) penderita hipertensi tidak mengikuti program
warga RW VIII prolanis, sebanyak 19 orang (73%) penderita hipertensi tidak melakukan cek
kelurahan Kebon tekanan darah rutin, sebanyak 23 orang (88%) penderita hipertensi tidak
nanas berhubungan melakukan senam hipertensi, sebanyak 9 orang (42%) penderita hipertensi tidak
dengan kurang mendapat dukungan keluarga.sebanyak 5 orang (19%) penderita hipertensi
pengetahuan, bekerja melebihi 8 jam perhari, sebanyak 4 orang (15%) penderita hipertensi
ketidakcukupan yang tidak mengetahui tentang pengertian hipertensi, sebanyak 15 orang (58%)
petunjuk untuk penderita hipertensi yang tidak mengetahui penyebab hipertensi yaitu makanan
bertindak, kurang berlemak, sebanyak 11 orang (42%) penderita hipertensi yang tidak mengetahui
dukungan sosial penyebab hipertensi yaitu merokok, sebanyak 8 orang (31%) penderita
(00078) hipertensi yang tidak mengetahui penyebab hipertensi karena genetik/keturunan,
sebanyak 14 orang (46%) penderita hipertensi yang tidak mengetahui
pencegahan penyakit dengan mengurangi rokok, sebanyak 19 orang (73%)
penderita hipertensi tidak mengetahui pencegahan hipertensi dengan olahraga,

75
sebanyak 20 orang (77%) penderita hipertensi yang tidak mengetahui
pencegahan hipertensi dengan pola hidup sehat
B:7
a. Kedaruratan : gejala pada penderita hipertensi dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari dan apabila tanpa penanganan dapat mengakibatkan
komplikasi yang berpengaruh pada organ tubuh yang lain.
b. Kegawatan : Potensi kehilangan nyawa relatif besar, karena jika tidak
diobati secara benar akan menyebabkan kematian
c. Kerugian ekonomi : semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
perkembangan zaman jenis pengobatan juga semakin berkembang
mengakibatkan pengeluaran biaya juga semakin bertambah, apabila tidak
segera ditangani dengan tepat pada penderita hipertensi berpotensi
mengeluarkan biaya lebih.
d. Keterlibatan resiko lain : Kurangnya menjaga pola makan dan pola hidup
yang sehat, dapat menyebabkan penyakit ini semakin parah dan
mengakibatkan berbagai masalah
C:6
a. Memberikan penkes terkait pengertian, etiologi, tanda gejala, penyebab
serta penatalaksanaan untuk tekanan darah tinggi
b. Memberikan motivasi kepada warga untuk saling mendukung penderita
tekanan darah tinggi dalam penatalaksaan dan keberhasilan dalam
membuat program tekanan darah tinggi.
c. Memberikan dan mengajarkan terapi nonfarmakologis untuk membantu
berkurangkan tekanan darah
2. Kesiapan 8 6 6 120 A: 8
meningkatkan Jumlah penderita DM pada RW 8 kelurahan Kebon nanas sebanyak 7 penderita
manajemen DM. Sebanyak 4 orang (57%) penderita diabetes melitus menyukai makanan
dan minuman manis seperti kopi manis,jahe,jeruk manis, sebanyak 6 orang
kesehatan :

76
Diabetes Mellitus (86%) penderita diabetes melitus tidak melakukan aktivitas fisik olah raga
pada lansia di RW minimal sekali dalam seminggu, sebanyak 2 orang (29%) penderita diabetes
8 Kelurahan Kebon melitus tidak mengkonsumsi obat pengontrol gula darah secara rutin, sebanyak
2 orang (29%) penderita diabetes melitus yang tidak menggunakan alas kaki
nanas berhubungan
yaitu sandal atau sepatu
dengan perilaku B: 9
hidup sehari – hari a. Kedaruratan : gejala pada penderita DM dapat mengganggu aktivitas sehari-
yang tidak tepat hari dan apabila tanpa penanganan dapat mengakibatkan komplikasi yang
(00162) berpengaruh pada organ tubuh yang lain.
b. Kegawatan : kadar gula darah yang tidak dikontrol akan semakin
memberatkan kinerja organ lain dan dalam jangka waktu tertentu akan
muncul komplikasi yang membahayakan nyawa. Persepsi yang keliru juga
akan menyebabkan individu kurang tepat dalam mengontrol DM.
c. Kerugian ekonomi : semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
perkembangan zaman jenis pengobatan juga semakin berkembang
mengakibatkan pengeluaran biaya juga semakin bertambah, apabila tidak
segera ditangani dengan tepat pada penderita DM berpotensi mengeluarkan
biaya lebih untuk mengobati komplikasi yang muncul.
d. Keterlibatan resiko lain : Kurangnya menjaga pola makan dan pola hidup
yang sehat, dapat menyebabkan penyakit ini semakin parah dan
mengakibatkan berbagai masalah lain.
C: 6
a. Memberikan penkes terkait pengertian, etiologi, tanda gejala, penyebab serta
penatalaksanaan untuk DM.
b. Memberikan motivasi kepada warga untuk saling mendukung penderita DM
dalam penatalaksaan dan keberhasilan dalam membuat program pelaksanaan
DM.
c. Memberikan dan mengajarkan terapi nonfarmakologis untuk membantu

77
mengontrol kadar gula darah.

1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan terkait hipertensi pada warga RW VIII kelurahan Kebon nanas berhubungan dengan
kurang pengetahuan, ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak,kurang dukungan sosial (00078)
2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan : Diabetes Mellitus pada lansia di RW 8 Kelurahan Kebon nanas berhubungan
dengan perilaku hidup sehari – hari yang tidak tepat (00162)

78
D. POHON MASALAH
Defisiensi Keperawatan
Komunitas: Diabetes Mellitus

Ketidakefektifan Kesiapan meningkatkan


manajemen kesehatan manajemen kesehatan:
terkait hipertensi Diabetes Mellitus

Kurang aktivitas Kurang memanfaatkan Ketidaktepatan


pelayanan kesehatan perilaku sehari-hari

E. INTERVENSI KEPERAWATAN Dukungan


sosial kurang
Diagnosa Tujuan Tidak ada petunjuk
untuk bertindak Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Ketidakefektifan Edukasi : Perilaku : Epidemiologi : Community health development


manajemen Setelah dilakukan (8500)
kesehatan: intervensi keperawatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
Pengetahuan kurang intervensi keperawatan intervensi 1. Diskusikan fokus masalah
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Hipertensi pada selama 3 x 24 jam selama 3 bulan dengan keperawatan selama 6 kesehatan di RW VIII dan
warga RW VIII dengan 3 kali5 x pertemuan selama bulan 10 kali membuat rencana tindakan.
Kelurahan pertemuan, diharapkan 30 menit pertemuan pertemuan selama 30 2. Motivasi warga untuk
Kebon nanas pengetahuan warga diharapkan perilaku menit pertemuan meningkatkan kesadaran
berhubungan mengenai Hipertensi kesehatan warga diharapkan dapat tentang masalah kesehatan.
dengan kurang dapat meningkat menunjukkan berkurangkan angka
pengetahuan, dengan kriteria hasil: pemeliharaan yang persebaran Hipertensi Health Education (5510)
ketidakcukupan efektif dengan kriteria dengan kriteria hasil:
petunjuk untuk 1. 2 dari 4 orang hasil : 1. 7 dari 13 orang 3. Kaji pengetahuan warga
bertindak, mengetahui tidak mengalami tentang Hipertensi.
kurang pengertian 1. 8 dari 16 orang tidak hipertensi dalam 6 4. Tentukan materi yang akan
dukungan sosial hipertensi mengkonsumsi bulan terakhir diberikan dalam pendidikan
(00078) 2. 3 dari 6 orang makanan asin kesehatan: manajemen
mengetahui berlebihan Sosial : hipertensi
keluhan hipertensi 2. 8 adri 15 orang tidak 5. Siapkan media yang
adalah pusing mengkonsumsi Setelah dilakukan diperlukan dalam
3. 6 dari 11 orang makanan intervensi penyampaian materi
mengetahui berkolesterol tinggi keperawatan selama 6 pendidikan kesehatan: berupa
keluhan hipertensi 3. 4 dari 7 orang tidak bulan 10x pertemuan leaflet dan ppt..
berkunang-kunang mengkonsumsi selama 30 menit 6. Berikan pendidikan kesehatan
4. 9 dari 17 orang makanan instan pertemuan diharapkan pada warga tentang
mengetahui 4. 6 dari 11 orang status kesehatan warga penanganan Hipertensi dengan
keluhan hipertensi tidak meminum kopi meningkat dengan memberikan demontrasi teknik
adalah peningkatan dan soda kriteria hasil: akupresur dan teknik relaksasi
detak jantung 5. 2 dari 4 orang tidur Ajarkan warga untuk

80
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

5. 8 dari 15 orang selama minimal 4-5 3 dari 5 orang tidak melakukan senam ROP atu
mengetahui jam per hari bekerja lebih dari 8 senam hipertensi 1 minggu 3
penyebab 6. 3 dari 6 orang tidak jam per hari (stressor kali3
hipertensi adalah merokok tinggi) 7. Ajarkan warga untuk
makanan berlemak 7. 13 dari 25 orang melakukan rendam kaki
6. 6 dari 11 orang mengikuti program menggunakan air campuran
mengetahui prolanis garam dan serai4
penyebab 8. 10 dari 19 orang 8. Lakukan pemeriksaan tekanan
hipertensi adalah melakukan cek darah secara rutin dan berkala
merokok tekanan darah rutin sebelum dan setelah tindakan:
7. 4 dari 8 orang 9. 12 dari 23 orang senam Hipertensi.
mengetahui melakukan senam
penyebab hipertensi Health Care Systems Guideline
hipertensi karena 10. 5 dari 9 orang (7400)
genetik atau mendapatkan
keturunan dukungan keluarga 9. Bantu komunitas memilih
8. 7 dari 14 orang profesional perawatan
mengetahui kesehatan yang tepat
pencegahan 10. Informasikan kepada
hipertensi dengan komunitas mengenai berbagai
mengurangi jenis fasilitas pelayanan
merokok kesehatan (praktik mandiri,
9. 10 dari 19 orang puskesmas, dan rumah sakit)
mengetahui 11. Informasikan mengenai
olahraga dapat sumber daya kesehatan

81
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

mencegah masyarakat (kader kesehatan


hipertensi dan petugas kesehatan)
10. 10 dari 20 orang 12. Informasikan cara mengakses
mengetahui pola layanan kesehatan tersebut
hidup sehat dapat 13. Meminta layanan kesehatan
mencegah dari fasilitas pelayanan
hipertensi kesehatan setempat
14. Beri petunjuk mengenai tujuan
dan lokasi kegiatan perawatan
kesehatan yang tersedia

Kesiapan Edukasi : Perilaku : Sosial : Self- efficacy enhacement (5395)


meningkatkan Setelah dilakukan
manajemen intervensi keperawatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan warga di
kesehatan : selama 3 x 24 jam intervensi keperawatan intervensi RW VIII terkait dengan
Diabetes Mellitus sebanyak 3x pertemuan selama 3 bulan keperawatan selama 6 perubahan perilaku DM
pada lansia di dalam satu minggu sebanyak 10x bulan 10x pertemuan perilaku yang diinginkan.
RW 8 Kelurahan selama 30 menit pertemuan selama 30 selama 30 menit 2. Berikan pendidikan kesehatan/
Kebon nanas diharapkan menit diharapkan pertemuan diharapkan penyuluhan mengenai
berhubungan pengetahuan warga perilaku kesehatan status kesehatan warga perubahan perilaku yang
dengan perilaku mengenai Hipertensi warga menunjukkan meningkat dengan diinginkan
hidup sehari – dapat meningkat pemeliharaan yang kriteria hasil:
hari yang tidak dengan kriteria hasil: efektif dengan kriteria Self-modicification assistance
hasil : 1. 2 dari 2 orang (4470)
tepat (00162) semua klien menjawab
tidak malu

82
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

benar bahwa 1. Konsumsi makanan dengan 3. Beri penilaian terhadap alasan


yang digoreng penyakit DM warga kebon nanas RW VIII
1. Penyebab diabetes berkurang dari 4 2. 2 dari 4 orang yang menderita DM
melitus karena menjadi 2. tidak kesulitan menginginkan perubahan
kurang hormon 2. Konsumsi makanan dalam 4. Bantu warga untuk
insuline manis berkurang dari beraktivias mengindentifikasi tujuan
2. Katarak merupakan 4 menjadi 2. akibat DM spesifik terhadap perubahan
komplikasi DM 3. Melakukan kontrol sikap dan perilaku bagi
3. Mengetahui tanda gula darah penderita DM
dan gejala meningkat dari 4 5. Kaji potensial hambatan yang
kegawatan DM menjadi 7 dihadapi warga terhadap
4. Penyebab DM 4. Melakukan aktivitas perubahan perilaku.
karena kegemukan fisik olahraga
dan kurang olahraga meningkat dari 1
5. Mengetahui tanda menjadi 4
dan gejala DM 5. Konsumsi obat
Kebijakan : pengontrol gula
darah meningkat dari
Setelah dilakukan
5 menjadi 7.
intervensi keperawatan
6. Rutin menggunakan
selama 3 x 24 jam
alas kaki dari 2
dalam 3 kali pertemuan
menjadi 5
sebanyak 2x pertemuan
diharapkan pihak RW
ataupun kelurahan

83
Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Keperawatan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

setempat dapat
membuat kebijakan
dengan kriteria hasil :
1. 2 dari 2 orang
mengikuti program
cek gula darah rutin
dan pendidikan
kesehatan
2. 6 dari 7 orang
menggunakan
asuransi kesehatan

84
F. EVALUASI
1) HIPERTENSI
A) Evaluasi Proses
Sosial
1. Diagram 1 Proporsi pernyataan mengenai bekerja melebihi 8

jam dalam sehari di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,


Cikokol September 2018 – Agustus 2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita hipertensi


yang bekerja lebih dari 8 jam yaitu dari 5 orang (19%) menjadi
4 orang (15%).

Edukasi
2. Diagram 2 Proporsi Pernyataan penderita hipertensi tentang

hipertensi adalah tekanan darah tinggi di atas 140/90 mmHg di


RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September
2019-Agustus 2018 (n=26)
Menunjukkan terdapat peningkatan jumlah penderita hipertensi
yang mengetahui bahwa hipertensi adalah tekanan darah tinggi
melebihi 140/90 mmHg yaitu dari 22 orang (84%) menjadi 26
orang (100%).

3. Diagram 3 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


hipertensi membuat pusing atau nyeri tengkuk di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018-Agustus
2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat peningkatan jumlah penderita hipertensi


yang mengetahui bahwa hipertensi mengakibatkan pusing atau
nyeri tengkuk dari 20 orang (76%) menjadi 25 orang (96%).

4. Diagram 4 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


hipertensi membuat mata berkunang-kunang, di RW VIII Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 - Agustus 2018
(n=26)

86
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai
hipertensi membuat mata tidak berkunang-kunang dari 11 orang
(42%) menjadi 14 orang (54%).

5. Diagram 5 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


hipertensi membuat detak jantung tidak teratur di RW VIII
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 - Agustus
2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai


hipertensi membuat detak jantung tidak teratur dari 6 orang
(23%) menjadi 9 orang (34%).

6. Diagram 6 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


penyebab hipertensi adalah makanan berlemak, pada warga
penderita hipertensi RW VIII Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 - Agustus 2018 (n=26)

87
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai
penyebab hipertensi adalah makan makanan berlemak dari 20
orang (78%) menjadi 26 orang (100%).

7. Diagram 7 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


penyebab hipertensi adalah keturunan dari orangtua RW VIII
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 - Agustus
2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai


penyebab hipertensi adalah keturunan dari orangtua yaitu dari
20 orang (78%) menjadi 26 orang (100%).

8. Diagram 8 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


menghindari merokok dapat mengurangi potensi hipertensi di
RW VIII Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 -
Agustus 2018 (n=26)

88
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan bahwa
menghindari merokok dapat mengurangi potensi hipertensi dari
18 orang (70%) menjadi 26 orang (100%).

9. Diagram 9 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


pencegahan hipertensi dengan olahraga di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 - Agustus 2018
(n=26)

Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai


pencegahan hipertensi dengan olahraga dari 17 orang (65,3 %)
26 orang (100%).

10. Diagram 10 Proporsi pernyataan penderita hipertensi mengenai


pencegahan hipertensi dengan pola hidup sehat di RW VIII Kel.

89
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September - Agustus 2018
(n=26)

Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai


pencegahan hipertensi dengan pola hidup sehat dari 65,3 % (17)
menjadi 100% (26 orang)

B) Evaluasi Dampak
PERILAKU DAN LINGKUNGAN
11. Diagram 11 Proporsi pernyataan mengenai penderita hipertensi
yang suka mengkonsumsi makanan yang asin di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol September 2018 – Agustus
2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita hipertensi


yang suka mengkonsumsi makanan yang asin yaitu dari 16
orang (61,53%) menjadi 3 orang (11,53%).

90
12. Diagram 12 Proporsi pernyataan mengenai kesukaan
mengkonsumsi makanan yang berkolestrol tinggi seperti daging,
makanan bersantan, dan di goring, jeroan dan seafood pada
penderita hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol September 2018 -Agustus 2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita hipertensi


yang suka mengkonsumsi makanan yang berkolestrol tinggi
seperti daging, makanan bersantan, dan di goring, jeroan dan
seafood yaitu dari 15 orang (57,69%) menjadi 4 orang (15,38%).

13. Diagram 13 Proporsi pernyataan penderita hipertensi yang rutin


mengkonsumsi kopi dan minuman bersoda di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus
2018 (n=26)

91
Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita hipertensi
yang rutin mengkonsumsi kopi dan minuman bersoda yaitu dari
11 orang (42,30%) menjadi 1 orang (3,84%).

14. Diagram 14 Proporsi perilaku konsumsi makanan instan pada


penderita hipertensi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah warga penderita


hipertensi yang mengonsumsi makanan instant yaitu dari 7
orang (27%) menjadi 1 orang (3,8%).

15. Diagram 15 Proporsi perilaku penderita hipertensi yang


merokok di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 – Agustus 2018 (n=26)

92
Menunjukkan terdapat penurunan jumlah warga penderita
hipertensi yang merokok dari 6 orang (23%) menjadi 2 orang
(7,6%).

16. Diagram 16 Proporsi kualitas tidur penderita hipertensi di RW


VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018
– Cikokol 2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah warga penderita


hipertensi yang memiliki kualitas tidur kurang yaitu dari 4 orang
(15%) menjadi 0 (0%).

17. Diagram 17 Proporsi perilaku penderita hipertensi yang


mengunjungi program prolanis di RW VIII Kel. Kebon nanas,
Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=26)

93
Menunjukkan terdapat penurunan jumlah warga penderita
hipertensi yang tidak mengunjungi prolanis dari 1 orang (3,8%)
menjadi 13 orang (50%).

18. Diagram 18 Proporsi perilaku penderita hipertensi yang


melakukan cek tekanan darah rutin di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus 2018
(n=26)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah warga penderita


hipertensi yang tidak melakukan cek tekanan darah rutin yaitu
dari 19 (73%) menjadi 3 (11,5%).

19. Diagram 19 Proporsi perilaku penderita hipertensi yang


melakukan senam hipertensi setidaknya sekali dalam seminggu
di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September
2018 – Agustus 2018 (n=26)

94
Menunjukkan terdapat peningkatan jumlah penderita hipertensi
yang melakukan senam hipertensi sekali dalam seminggu yaitu
dari 3 orang (11%) menjadi 19 orang (73%).

20. Diagram 20 Proporsi perilaku penderita hipertensi yang


mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol makanan
yang dikonsumsi di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=26)

Menunjukkan terdapat peningkatan jumlah penderita hipertensi


yang mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol
makanan yang dikonsumsi yaitu dari 15 orang (57%) menjadi
26 orang (100%).

C) EVALUASI HASIL
SOSIAL

95
21. Diagram 21 Proporsi umur pada penderita Hipertensi di di RW
VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol,
September 2018 – Agustus 2018 (n=26)

Menunjukkan bahwa penderita Hipertensi terbanyak berumur


41- 65 tahun.

PERILAKU DAN LINGKUNGAN


22. Diagram 22 Proporsi perubahan tekanan darah (sistole diastole)

setelah dilakukan implementasi pertama pada penderita


Hipertensi di di RW VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan
Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=9)

96
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, rendam kaki menggunakan air garam dan air
hangat yang ditambah rebusan sereh, serta demonstrasi
minuman sehat didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan
sistole paling banyak adalah 10 mmHg sebanyak 4 orang.
Penurunan diastole paling banyak yaitu 10 mmHg sebanyak 6
orang.

23. Diagram 23 Proporsi perubahan tekanan darah (sistole diastole)


setelah dilakukan implementasi kedua pada penderita Hipertensi
di di RW VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang,
Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=7)

97
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, senam SKJ 2012 dan rendam kaki
menggunakan air hangat, serta ROP didapatkan hasil bahwa
terdapat penurunan sistole paling banyak adalah 10 mmHg
sebanyak 3 orang dan 20 mmHg sebanyak 3 orang, serta pada
diastole tidak terdapat perubahan sebanyak 4 orang.

24. Diagram 24 Proporsi perubahan tekanan darah (sistole diastole)


setelah dilakukan implementasi ketiga pada penderita Hipertensi
di di RW VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang,
Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=5)

98
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, terapi kelereng, yoga, dan brisk walk (jalan
sehat) didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan sistole paling
banyak adalah 20 mmHg sebanyak 2 orang, dan penurunan
diastole paling banyak yaitu 20 mmHg sebanyak 2 orang.

25. Diagram 25 Proporsi perubahan tekanan darah (sistole diastole)


setelah dilakukan implementasi keempat pada penderita
Hipertensi di di RW VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan
Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=9)

99
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, senam kaki diabetes mellitus dan foot
massase (spa kaki) didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan
sistole paling banyak adalah 20 mmHg sebanyak 4 orang, dan
penurunan diastole paling banyak yaitu 10 mmHg sebanyak 6
orang.

26. Diagram 26 Proporsi perubahan tekanan darah (sistole diastole)


setelah dilakukan implementasi kelima pada penderita
Hipertensi di di RW VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan
Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=12)

100
Dari data diatas menunjukkan setelah dilakukan kegiatan berupa
senam hipertensi, SKJ 2012 dan demonstrasi minuman sehat
didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan sistole paling
banyak adalah 10 mmHg sebanyak 6 orang, dan tidak terdapat
perubahan diastole sebanyak 5 orang.

101
2) DIABETES MELLITUS
A) Evaluasi Proses

SOSIAL
1. Diagram 1 Proporsi penderita Diabetes Melitus
berdasarkan dampak psikologis: malu pada penderita
Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018- Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan terdapat penurunan dampak psikologis


malu pada sebagian besar warga yang menderita DM
yaitu dari 2 orang (29%) menjadi 1 orang (19,5%).

2. Diagram 2 Proporsi penderita Diabetes Melitus


berdasarkan dampak fisik: sulit beraktivitas pada
penderita Diabetes Melitus di RW V Kel. Kebon nanas,
Kec. Pinang, Cikokol, September 2018-Agustus 2018
(n=7)
Menunjukkan bahwa terdapat penurunan dampak
fisik:sulit beraktivitas pada warga yang menderita DM
yaitu dari 4 orang (57%) menjadi 3 orang (43%).

EDUKASI
3. Diagram 3 Proporsi pengetahuan berdasarkan pernyataan
penyebab diabetes mellitus karena kurang atau tidak
adanya produksi hormon insulin pada penderita diabetes
mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang,
Cikokol bulan September 2018 - Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita


diabetes melitus yang memiliki persepsi mengenai
penyebab diabetes mellitus karena kurang atau tidak ada

103
produksi hormon insulin di dari 2 orang (29%) menjadi 1
orang (14%)

4. Diagram 4 Proporsi pengetahuan berdasarkan pernyataan


penyebab diabetes mellitus karena kegemukan dan
kurang olahraga pada penderita diabetes mellitus di RW
VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol bulan
September-Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita


diabetes melitus yang memiliki persepsi mengenai
penyebab diabetes mellitus karena kegemukan dan
kurang olahraga dari 2 orang (29%) menjadi tidak ada.

5. Diagram 5 Proporsi pengetahuan berdasarkan pernyataan


tanda dan gejala diabetes mellitus (banyak makan,
banyak minum, banyak kencing, dan sering haus) pada
penderita diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol September 2018 – Agustus
2018 (n=7)

104
Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan pada
penderita diabetes mellitus mengenai tanda dan gejala
diabetes mellitus (banyak makan, banyak minum,
banyak kencing, dan sering haus) dari 6 orang (86%)
menjadi 7 orang (100%).

6. Diagram 6 Proporsi pengetahuan berdasarkan


komplikasi Diabetes Mellitus salah satunya adalah
katarak pada penderita diabetes mellitus di RW VIII Kel.
Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 –
Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan pada


penderita diabetes mellitus mengenai komplikasi
Diabetes Mellitus yaitu katarak dari 3 orang (43%)
menjadi 7 orang (100%).

105
7. Diagram 7 Proporsi pengetahuan berdasarkan tanda dan
gejala kegawatan Diabetes Mellitus pada penderita
diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuanpada


penderita diabetes mellitus mengenai tanda dan gejala
kegawatan Diabetes Melitus dari 3 orang (43%) menjadi
5 orang (71 %).

B) Evaluasi dampak
PERILAKU DAN LINGKUNGAN
8. Diagram 8 Proporsi perilaku dan lingkungan pada

pernyataan saya menyukai makanan dan minuman manis


seperti teh, kopi manis, wedang jahe, jeruk manis pada
penderita diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus
2018 (n=7)

106
Menunjukan terdapat penurunan jumlah penderita
diabetes mellitus yang mengonsumsi makanan/minuman
manis dari 4 orang (57%) menjadi tidak ada.

9. Diagram 9 Proporsi perilaku dan lingkungan pada


pernyataan saya makan gorengan setiap hari pada
penderita diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus
2018 (n=7)

Menunjukan terdapat penurunan jumlah penderita


diabetes mellitus yang mengonsumsi gorengan setiap
hari yaitu 4 orang (57%) menjadi 3 orang (43%).

10. Diagram 10 Proporsi perilaku dan lingkungan pada


pernyataan saya berolahraga minimal seminggu sekali

107
pada penderita diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon
nanas, Kec. Pinang, Cikokol, September 2018 – Agustus
2018 (n=7)

Menunjukan terdapat peningkatan jumlah penderita


diabetes mellitus yang melakukan olahraga minimal
seminggu sekali dari 1 orang (14%) menjadi 6 orang
(86%).

11. Diagram 11 Proporsi perilaku dan lingkungan pada


pernyataan Saya mengonsumsi minuman manis lebih
dari 3 gelas perhari pada penderita diabetes mellitus di
RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 – Agustus 2018 (n=7)

Menunjukan semua warga penderita diabetes mellitus


dapat mempertahankan perilaku mengonsumsi minuman
manis kurang dari 3 gelas perhari.

108
12. Diagram 12 Proporsi perilaku dan lingkungan pada
pernyataan saya megonsumsi obat pengontrol gula darah
di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec. Pinang, Cikokol,
September 2018 - Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan tidak ada perubahan jumlah penderita


Diabetes Melitus yang tidak mengkonsumsi obat
pengontrol gula darah secara rutin yaitu sebanyak 2
orang (29%).

13. Diagram 13 Proporsi perilaku dan lingkungan pada


pernyataan saya menggunakan alas kaki pada penderita
diabetes mellitus di RW VIII Kel. Kebon nanas, Kec.
Pinang, Cikokol, September-Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita


Diabetes Melitus yang tidak menggunakan alas kaki dari
2 orang (29%) menjadi 1 orang (14%).

109
14. Diagram 14 Proporsi berdasarkan program cek gula
darah rutin oleh pelayanan kesehatan untuk penderita
Diabetes Melitus pada warga RW VIII Kelurahan Kebon
nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol September 2018 –
Agustus 2018 (n=7)

Menunjukkan terdapat peningkatan program cek gula


darah rutin oleh pelayanan kesehatan untuk penderira
diabetes mellitus dari 4 orang (57%) menjadi 7 orang
(100%).

15. Diagram 15 Proporsi penderita Diabetes Melitus


berdasarkan penggunaan asuransi kesehatan pada warga
RW VIII Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang
(n=7)

110
Menunjukkan tidak ada peningkatan penggunaan
asuransi kesehatan pada penderita diabetes mellitus yaitu
5 orang (71%).

D) EVALUASI HASIL
16. Diagram 16 Proporsi perubahan hasil pemeriksaan gula
darah pada penderita Diabetes Melitus di RW VIII
Kelurahan Kebon nanas, Kecamatan Pinang, Cikokol
September 2018 – Agustus 2018 (n=5)

Dari data diatas didapatkan bahwa hasil pemeriksaan


gula darah sebelum diberikan implementasi data
terendah yaitu 67 mg/dL sebanyak 1 orang dan tertinggi
354 mg/dL sebanyak 1 orang, setelah diberikan
implementasi data pemeriksaan gula darah terendah
yaitu 84 mg/dL sebanyak 1 dan tertinggi yaitu 366
mg/dL sebanyak 1

111
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer adalah terapi non farmakologis yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah keperawatan tanpa obat. Berdasarkan
hasil dari asuhan keperawatan yang penulis lakukan dan beberapa referensi
yang telah dibaca, terapi komplementer dalam bentuk akupressure dapat
menurunkan nilai tekanan darah warga.
B. Saran
Diharapkan perawat mampu menerapkan terapi komplementer sesuai
dengan proses keperawatan dengan tetap melihat keadaan pasien.

112
DAFTAR PUSTAKA

3) Kharisna, D., Dewi, W. N., & Lestari, W. (2012). Efektifitas Konsumsi Jus
Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jurnal Ners Indonesia, 2(2),
124-131.

4) Susanti, M. T., Suryani, M., & Shobirun. (2012). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan tentang Hipertensi terhadap Pengetahuan dan Sikap Mengelola
Hipertensi di Puskesmas Pandanaran Cikokol. Diakses pada tanggal 20
September 2018 pukul 10.00 WIB dari http://182.253.197.100/e-
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/66

5) Safitri, W.,& Astuti, H. P. (2019). Pengaruh Senam Hipertensi terhadap


Penurunan Tekanan Darah di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas
Gondangrejo. Jurnal KesMaDaSka, 8(2), 130-135

6) Wulandari, P., Arifianto, & Sekarningrum, D. (2016). Pengaruh Rendam Kaki


Menggunakan Air Hangat dengan Campuran Garam dan Serai terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Podorejo Rw
8 Ngaliyan. Jurnal Keperawatan, 7(1), 43-47.

Anda mungkin juga menyukai