Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di

temui pada anak - anak maupun dewasa di seluruh dunia.

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana feses hasil dari

buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun

setengah cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada

umumnya. Selain dari konsistensinya, bisa disertai dengan mual

muntah dan frekuensi dari buang air besar lebih dari 3 kali dalam

sehari.

Gastroentritis akut adalah diare yang berlangsung dalam

waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan

peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada feses

yang paling sering menjadi penyebabnya adalah infeksi yaitu

berupa virus, bakteri dan parasit .

Gastroenteritis akut masih menjadi salah satu

penyumbang morbiditas tertinggi hingga saat ini di berbagai

negara di dunia dan khususnya di negara berkembang dengan

tingkat sanitasi yang masih tergolong kurang seperti Indonesia.

Data Profil Kesehatan Nasional Tahun 2017 terdapat

4.274.790 kasus Gastro Enteritis Akut ( Diare Akut ) yang datang

dan di layani di fasilitas kesehatan dan terjadi peningkatan

kasus menjadi 4.504.524 pada tahun 2018. Menurut data dari

World Health Organization (WHO ) tahun 2003, terdapat 1,87

juta orang meninggal akibat gastroenteritis di seluruh dunia.

Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus


dilakukan dalam mengatasi gastroenteritis akut agar pasien tidak

jatuh ke kondisi yang lebih parah. Mulai dari diagnosis,

pemberian terapi , tindakan perawatan sampai nutrisi bagi

penderita harus diberikan dengan tepat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan penyakit Gastroenteritis.

2. Apa etiologi dari penyakit Gastrienteritis.

3. Bagaimana Patofisiologi dari penyakit Gastrienteritis.

4. Apa saja manifestasi klinik dari penyakit Gastrienteritis.

5. Apa saja komplikasi dari penyakit Gastrienteritis.

6. Bagaimana penatlaksanaan dari penyakit Gastrienteritis.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Gastrienteritis.

b. Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dari


Gastrienteritis.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja etiologi
dari penyakit Gastrienteritis.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja
Patofisiologi dari penyakit Gastrienteritis.
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja
Manifestasi dari penyakit Gastrienteritis.
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja
komplikasi dari penyakit Gastrienteritis.
6. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja
pemerikasaan penunjang dari penyakit Gastrienteritis.
7. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja
penatalaksanaan dari penyakit Gastrienteritis.
8. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja asuhan
keperawatan dari penyakit Gastrienteritis.

nfeksi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi.

Gastroenteritis ( Diare Akut ) adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau

tanpa darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7

hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer Arif, 2000).

Gastroenteritis (Diare akut ) adalah buang air ( defekasi )dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam ( Sudoyo aru, 2009).

Diare akut adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsistensi encer , dapat berwarna hiaju / dapat pula

bercampur darah dan lender.

B. Etiologi

1. Diare akut

a. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus

b. Parasite :Protozoa, giardia lambdia, Entamoeba histolitika, trikhomonasis,

isopora, cacing ( ascaris lumbricoides, ascaris duodenale, N americanus, T

trichiura, O vermicularis, S Strerocolaris, T saginata, T solium ).

c. Bakteri : yang memproduksi enterovirus ( Saures, C perfringens, E Coli, V

Cholera, C difficile ) dan yang menimbulkan inplamasi mukosa usus ( shigella,

salmonella, Yersisia

2. Diare kronik

Umunnya gastroenteritis kronik ( diare kronik)

da

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada


lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau
tanpa disertai muntah (Sowden, et all, 1996).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan


intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,
virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari
dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat (Mansjoer Arif, 2000).

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari


4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali sehari pada anak
dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau/ dapat pula
bercampur lendir dan darah/ lendir saja. (Ngastiyah, 2005).

Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :

1. Akut : jika < 1 minggu

2. Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari

3. Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi

4. Persisten : > 14 hari, disebabkan oleh infeksi

B. Etiologi

Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab


gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:

a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia


coli, Shigella dysentriae.

b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.

c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba


hystolitica, Giardiosis lambia.

2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat


disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan,gangguan psikis (ketakutan, gugup),
gangguan saraf, hawa dingin, alergi.

b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :

1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah,


protein, vitamin dan mineral).

2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).

3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi


baru lahir. (Suharyono dkk.,1994 dalam
Wicaksono, 2011)

C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap


akan mengakibatkan tekanan asmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan


terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap


makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan menyebabkan
bakteri tumbuh berlebihan, sehingga timbul diare juga.

D. Manifestasi klinik
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

2. Kram perut

3. Demam

4. Mual

5. Muntah

6. Kembung

7. Anoreksia

8. Lemah

9. Pucat

10. Urin output menurun (oligouria,anuria)


11. Turgor kulit menurun sampai jelek
12. Ubun-ubun atau fontanela cekung (pada bayi)
13. Kelopak mata cekung
14. Membran mukosa kering
(Suriadi, 2001).

A B C
Yang dinilai
(Tanpa dehidrasi) (dehidrasi tak berat) (Dehidrasi
berat)
Riwayat <4x /hari cair 4-10 x / hari cair >10 x / hari cair
 Diare sedikit/ tidak beberapa kali haus sangat sering
 Muntah minum biasa tidak sekali , rakus ingin tidak dapat
 Rasa haus haus minum banyak minum

 Air kemih Normal Sedikit gelap Tidak ada dalam


6 jam
Periksa
 Keadaan umum Sehat ,aktif Tampak sakit, Sangat
 Air mata mengantuk, lesu, mengantuk,
 Mata Ada rewel, gelisah lemah, letargi,
 Mulut / lidah Normal Tidak ada Cekung tidak sadar/koma
 Nafas Basah * Tidak ada
Kering ** Kering,
Normal Agak cepat sangat
cekung
Sangat
kering
Cepat dan dalam
Raba
 Kulit (dicubit) Kembali cepat kembali lambat *** Kembali
 Denyut nadi Normal Normal agak cepat cekung sangat lambat
 Ubun-ubun Sangat cepat, lemah
tidak teraba
Sangat cekung
Kehilangan
Berat badan < 40 g/KgBB 40-100 g/KgBB > 100 g/KgBB
Cairan < 5% BB 5-10% BB > 10% BB
Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu
dikonfirmasikan dengan orang tua
** Kekeringan mulut dan lidah tidak dapat diraba dengan jari bersih dan
kering, mulut selalu kering pada anak yang biasa bernafas dengan mulut,
mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor
atau anak gemuk (sangat lambat jika kembali > 2 detik)
A = Tidak atau tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda
adalah*
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adala
E. Patofisiologi

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam
basa. Invasi dan destruksi padasel epitel, penetrasi ke lamina propia serta
kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan mal digesti dan mal
absorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya
virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia danlainnya), parasit
(Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis
akut.

Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke


yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi darah
F.        PATHWAYS

Faktor makanan                      faktor malabsorpsi                     Faktor infeksi


( Makanan basi, beracun, (karbonhidrat,protein, lemak) (bakteri & virus)
 alergi terhadap makanan )
             
Masuk kedalam tubuh                  Makanan tidak terserap           Masuk kedalam tubuh
Mencapai usus halus             oleh vili usus                      bersama makanan
dan minuman yang tercemar

                                                 Peningkatan tekanan osmotik


Merangsang/menstimulasi                 dalam lumen usus                Mencapai usus halus

dinding usus halus


                                               Pergeseran air dan elektrolit           Menyebabkan infeksi

Peningkatan isi (rongga)              kedalam lumen usus                     pada usus halus

malabsorpsi makanan dan cairan


Hiperperistaltik

Peningkatan percepatan kontak antara makanan dan air dengan mukosa usus
Penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu

GASTROENTERITIS AKUT (DIARE)

Kehilangan cairan dan elektrolit         Muntah & sering defekasi                  Reflek spasme


otot pada dinding perut

        Dehidrasi     intake tidak adekuat               


Kehilangan yang Nyeri
aktif melalui
akut
feses dan muntah
                              
Sirkulasi darah menurun                    
Merangsang hypothalamus Perubahan nutrisi
kurang Resiko tinggi
dari kebutuhan tubuh kekurangan volume
                                                                        cairan
Hipertermi
F. Komplikasi

1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolik

2. Syok

3. Kejang

4. Sepsis

5. Gagal ginjal akut

6. Ileus paralitik

7. Malnutrisi

8. Gangguan tumbuh kembang.

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan feses
Darah samar mungkin positis (erosi mukosa), steatorea dan garam empedu
dapat ditemukan.
2. Foto
Menelan barium dapat menunjukkan penyempitan lumen pada ileum
terminal, kekakuan dinding usus, mukosa mudah terangsang atau ulkus.
3. Enema barium
Usus halus hampir selalu terkena, tetapi area rektal dipengaruhi hanya 50%.
Fistula sering dan biasanya ditemukan pada ujung ileum tetapi hanya ad
apada segmen sepanjang saluran gastrointestinal.
4. Pemeriksaan sigmoideskopi
Dapat menunjukkan edema hiperemik mukosa kolon, celah transversal atau
ulkus longitudinal.
5. Endoskopi
Memberikan visualisasi area yang terlibat
6. Darah lengkap
Anemia (hipokromik, kadang-kadang makrositik) dapat terjadi karena
malnutrisi atau malabsorbsi atau tekanan fungsi sumsum tulang (proses
inflamasi kronis), peningkatan sel darah putih.
7. ESR Peningkatan menunjukkan inflamasi

8. Albumin atau protein total Menurun.


9. Kolesterol Meningkat (dapat mengalami batu empedu).
10. Kapasitas asam folat- besi serum Menurun sehubungan dengan infeksi
kronis
atau sekunder terhadap kehilangan darah.
11. Pemeriksaan pembekuan
Gangguan dapat terjadi sehubungan dengan absorbsi vitamin
B12 buruk.
12. Elektrolit
Penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dengan
peningkatan natrium.
13. Urine
Hiperoksalaria (dapat menyebabkan batu ginjal).
14. Kultur urine
Bila ada organisme Eschericia colli, diduga pembentukan
fistula pada kandung kemih.

H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang


dewasa terdiri atas: rehidrasi sebagai prioritas utama
pengobatan, memberikan terapi simptomatik, dan
memberikan terapi definitif.

1. Terapi Rehidrasi

Langkah pertama dalam menterapi diare adalah


dengan rehidrasi, dimana lebih disarankan dengan
rehidrasi oral.

Akumulasi kehilangan cairan (dengan


penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan
normal pasien dan berat badan saat pasien diare) harus
ditangani pertama.

Selanjutnya, tangani kehilangan cairan dan cairan


untuk pemeliharaan. Hal yang penting diperhatikan agar
dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a. Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan
pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran,
meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila 11
dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila
tidak tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl
isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl
isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran
cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha
awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai
akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung
garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.

b. Jumlah Cairan

Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan


sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
memakai Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis
dengan skor.

Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-2 jam untuk


mencapai kondisi rehidrasi.

Tabel 1. Skor Daldiyono

N KELUHAN score
o
1 Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor, atau 2
koma
Frekuensi napas > 30 x/menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Sianosis 1
Washer’s woman’s hand 2
Umur 50-60 tahun -1

Umur > 60 tahun -2


Kebutuhan Cairan = Skor 15 x 10% x kgBB x 1 liter

c. Jalur Pemberian Cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan intravena.
Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang komposisinya
berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan 1,5g KCI
setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk memperlahankan
hidrasi setelah rehidrasi inisial.

2. Terapi Simtomatik

Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah


benar-benar dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada
keuntungannya. Hal yang harus sangat diperhatikan pada pemberian
antiemetik, karena Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang
pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada diare akut
yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat
dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun loperamid dalam
waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimikrobial.

3. Terapi Antibiotik

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut


infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong dan pasien
immunocompromised. Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi
antibiotic spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DAN KASUS

1. Pengkajian

Menurut Doenges, dkk (2000) fokus pengkajian yang didapatkan pada pasien dengan
masalah hipovolemi adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise cepat lelah, perasaan gelisah dan
ansietas, pembatasan aktivitas atau kerja sehubungan dengan proses penyakit

b. Integritas ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya atau tak ada
harapan, faktor stres akut/ kronis , misal hubungan keluarga/ pekerjaan,
pengobatan yang mahal

Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi


c. Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang timbul,
sering, tak terkontrol, flatus lembut dan semicair, bau busuk dan berlemak
(steatorea), melena, konstipasi hilang timbul, riwayat batu ginjal
(meningkatnya oksalat pada urine)
d. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tak toleran
pada diet/ sensitif misal produk susu, makan berlemak.
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus otot
buruk dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
e. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.

F. Nyeri atau kenyamanan


Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan
bawah, nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum), nyeri tekan
menyebar ke bagian periumbilikal, titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis),
nyeri mata, fotofobia (iritis).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
f. Interaksi sosial
Gejala : Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan kondisi.
Ketidakmampuan aktif secara sosial.

g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat ;
7,1 hari. Bantuan dalam program diet, program obat, dukungan psikologis.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut Doenges (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien dengan Gastroenteritis, adalah:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare berat, muntah.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan absorpsi nutrisi, mual.
d. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/ rangsangan simpatis (proses
inflamasi).

e. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau
jaringan.

f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stressor berat,


pengulangan periode waktu, nyeri hebat.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.
3. Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pada pasien


Gastroenteritis adalah:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.
Tujuan : melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali
normal, mengidentifikasi atau menghindari faktor pemberat.

Intervensi :
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor
pencetus.

Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji


beratnya episodik
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur
Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju
metabolisme, jika infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.Defekasi
tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan
risiko inkontinensia/ jatuh bila alat-alat tidak dijangkauan tangan.

3) Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.


Rasional : Menurunkan bau tak sedap untuk menurunkan rasa malu
pasien.

4) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, misal: sayuran


segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu.

5) Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau


menurunkan rangsang cairan/ makanan.Mulai lagi pemasukan cairan per
oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam : Hindari
minuman dingin
Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang makanan atau cairan. Makan kembali secara
bertahan cairan mencegah kram dan diare berulang : namun cairan dingin
dapat menimbulkan reaksi stress yang dapat meningkatkan motilitas
usus.Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional : Memberikan kesempatan pada lambung untuk mencerna
makanan
6) Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sehubungan dengan
proses penyakit.
Rasional : Adanya penyakit dengan penyebab tak diketahui sulit untuk
sembuh dan yang memerlukan intervensi bedah dapat menimbulkan
reaksi stress yang dapat memperburuk situasi.Observasi demam, letargi,
takhikardi, leukositosis, penurunan protein ureum, ansietas dan kelesuan.
Rasional : Tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis
akan terjadi/ telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.

7) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi pengobatan (sesuai indikasi) :

- Antikollinergik contoh belladonna tinktur, atropin difenoksilat


(Lomotil), anodin supositoria

Rasional : Menurunkan motilitas/ peristaltik GI dan menurunkan


sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare. Catatan :
penggunaan dengan hati-hati pada PKU karena dapat mencetuskan
toksik megakolon.

- Sulfasalazin (Azulfidine)
erbasi ringan/sedang. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi
lamanya. Catatan : Dianjurkan untuk berlapis enterik

- Loperamid (Imodium), kodein


Rasional : Diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan :
Penggunaan dengan hati-hati karena toksik dilatasi dapat terjadi.

- Mesalamin (Rowasa)
Rasional : Diberikan sebagai enema dengan Azulfidin untuk pasien
yang sensitif terhadap obat sulfa.

- Psillium (Metamucil)

- Rasional : Mengabsorbsi air untuk meningkatkan bulk feses,


sehingga menurunkan diareKolestiramin (Questran)
Rasional : Mengikat garam empedu, menurunkan diare yang
diakibatkan oleh kelebihan asam empedu.

- Steroid, misal : ACTH, hidrokortison, prednisolon (Delta Cortef),


prednisolon (Deltason).

Rasional : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi. Catatan :


Kontraindikasi pada penyakit Crohn bila abses intraabdomen
dicurigai.

- Azatioprin (Imuran)Rasional : Imunosupresan dapat diberikan untuk


menghambat respons inflamasi, menurunkan kebutuhan steroid,
meningkatkan penyembuhan fistula. Mungkin diberikan bersama
dengan sulfasalazin.Antasida
Rasional : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan
menurunkan risiko infeksi pada kolitis.
- Enema (hidrokortison) dengan atau tanpa suppositori)
Rasional : Enema steroid dapat diberikan pada penyakit
ringan/sedang untuk membantu absorbsi obat. Mungkin diberikan
dengan atropin sulfat atau belladonna supositoria.

- Antibiotik
Rasional : Mengobati infeksi supuratif lokal.Kolaborasi dengan
dokter : bantu atau siapkan intervensi bedah
Rasional : Mungkin perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi
atau penyakit tidak berespons terhadap pengobatan medik.

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare berat, muntah.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, pengisian kapiler baik , tanda-tanda vital stabil,
keseimbangan masukan, haluaran urine normal dalam konsentrasi dan jumlah
Intervensi :

1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan


kehilangan cairan yang tak terlihat, misal: berkeringat. Ukur berat jenis
urine, observasi oliguria.

Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi


ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)
3) Rasional : Hipotensi (termasuk postural), takhikardi, demam dapat
menunjukkan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan
cairan.Observasi kulit kering berlebihan dan
membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisisan kapiler lambat.

Rasional : Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi.

4) Ukur berat badan setiap hari.


Rasional : Indikator cairan dan status nutrisi.

5) Pertahankan pembatasan oral, tirah baring, hindari kerja.


Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus.
6) Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari dan adanya darah samar.

Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorpsi dapat menimbulkan


defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial risiko perdarahan.

7) Catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung.


Rasional : Kehilangan cairan usus berlebih dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit, misal: kalium yang perlu untuk fungsi
tulang dan jantung.
8) Kolaborasi

- Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.


Rasional : Mempertahankan cairan usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia. Catatan:
cairan mengandung natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis
regional.
- Awasi hasil laboratorium, contoh: elektrolit (khususnya kalium,
magnesium) dan keseimbangan asam-basa

Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan


terapy
- Berikan obat sesuai indikasi:

 Anti diare
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.

 Antiemetik, misal: trimetobenzamidea (tigan), hidroksin


(vistaril), proklorperazin (compazine)

Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/ muntah pada


eksaserbasi akut.
Elektrolit, misal: tambahan kalium (LCI-IV, K-lyte, Slow-K)
Rasional : Elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada
usus yang gundul, area ulkus dan diare dapat juga menimbulkan
asidosis metabolik karena kehilangan bikarbonat (HCO)

 Vitamin K (Mephyton)
Rasional : Merangsang pembentukan protrombin hepatik,
menstabilisasi koagulasi dan menurunkan risiko perdarahan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorpsi nutrisi, status hipermetabolik, secara medik masukan
dibatasi (takut makanan menyebabkan diare).

Tujuan : Menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat badan


sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak adanya tanda
malnutrisi.
Intervensi :

1) Timbang berat badan setiap hari


Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diit/ keefektifan
therapy.
2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit
akut.

Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah


penurunan kalori dan simpanan energi.

3) Anjurkan istirahat sebelum makan


Rasional : Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan.
4) Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang
menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru.
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk makan.

 Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan,


memberikan penghilangan kram dan diare. Rasional :
Menurunkan mobilitas Gaster dan meningkatkan waktu untuk
absorpsi nutrien.
6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus
(misal: produk susu)

Rasional : Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala.

7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.


Rasional : Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan
untuk memilih makanan yang diinginkan/ dinikmati, dapat
meningkatkan masukan.
8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah memulai makan.

Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin di akibatkan oleh


takut makan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
9) Kolaborasi :

- Pertahankan puasa sesuai indikasi.


Rasional : Istirahat usus menurunkan peristaltik dan diare dimana
menyebabkan malabsorpsi atau kehilangan nutrien.

Mulai/ tambahkan diit sesuai indikasi, misal: cairan jernih maju


menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa, rendah serat, tinggi
kalori dan protein

Rasional : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali


proses pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas
jaringan. Rendah bulk menurunkan respon peristaltik terhadap
makanan.
- Berikan obat sesuai indikasi:
Misal: donnatal, natrium harbital dengan belladonna, propantalen
bromida.

 Besi (Imeron yang disuntikan)


Rasional : Mencegah/ mengobati anemia, rute oral untuk
tambahan besi tidak efektif karena gangguan usus berat
menurunkan absorpsi.
 Vitamin B12 (Crystamin, Rubisol)
Rasional : Malabsorpsi Vit B12 akkibat kehilangan nyata
fungsi ileum. Penggantian mengatasi depresi sumsum
tulang karena proses inflamasi lama, meningkatkan
produksi eritrosit/ memperbaiki anemia.
 Asam Folat
Rasional : Kekurangan folat pada umumnya ada pada
penyakit Chorn sehubungan dengan penurunan masukan/
absorpsi, efek terapi obat (Azulfidine).

- Berikan nutrisi parenteral total, tetapi sesuai indikasi Rasional :


Program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan
nutrisi penting.

d. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/


rangsangan simpatis (proses inflamasi).

Tujuan : Menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai


tingkat dapat ditangani, menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara
sehat menerimanya
Intervensi :

1) Catat petunjuk perilaku, misal gelisah, peka rangsang, menolak,


kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.

Rasional : Indikator derajat ansietas/ stress, missal: pasien dapat


merasa tidak terkontrol di rumah, kerja/ maslah pribadi. Stress dapat
terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga reaksi lain.

2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.

Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/orang


terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres.
Pasien dnegan diare berat dapat ragu- ragu untuk meminta bantuan
karena takut terhadap staff.

3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan


orang lain.

Rasional : Tingkatkan perhatian mendengar pasien. Validasi bahwa


perasan normal dapat membantu menurunkan stress/ isolasi dan
meyakini bahwa “saya satu-satunya”
4) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan,
misal: tirah baring, pembatasan masukan per oral dan prosedur.

Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan


memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.
5) Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk istirahat Rasional
: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi dan
membantu menurunkan ansietas.

6) Dorong pasien /orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku


perhatian.

Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stress


berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada
penyembuhan / perbaikan.
7) Bantu pasien untuk mengidentifikasikan/ memerlukan perilaku
koping yang digunakan pada masa lalu.

Rasional : Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan


masalah stress saat ini. Meningkatkan rasa kontrol diri pasien.
8) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misal:
teknik mengatasi stress, keterampilan, organisasi

Rasional : Belajar cara baru untuk mengatasi masalah


dapat membantu dalam menurunkan ansietas,
meningkatkan kontrol penyakit.

9) Kolaborasi

- Berikan obat sesuai indikasi:

 Sedatif, misal: barbiturat (Luminal), agen ansietas, misal:


diazepam (valium)

Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas


dan memudahkan istirahat, khususnya pasien dengan
KU.

- Rujuk pada perawat spesialis psikiatri pelayanan sosial,


penasehat agama.

e. Rasional : Dibutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan kontrol dan


mengatasi episode akut/ eksaserbasi dengan belajar untuk menerima penyakit
kronis dan konsekuensinya serta program terapi. Nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau jaringan.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol, tampak rileks dan mampu
tidur/ istirahat dengan tepat
Intervensi :

1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri


Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta
analgesik.

2) Catat petunjuk non verbal, misal: gelisah, menolak untuk bergerak,


berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi.

Rasional : Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.


Bahasa tubuh atau petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan
fisiologik dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal
untuk mengidentifikasi luas/ beratnya masalah.

3) Kaji ulang faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau


menghilangkan nyeri

Rasional : Dapat menunjukan dengan tepat pencetus atau faktor


pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan)
atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

4) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misal: lutut


fleksi. Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan
rasa kontrol.

5) Berikan tindakan rasa nyaman (misal: pijatan punggung, ubah


posisi) dan aktivitas waktu senggang.

6) Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali


perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping.Bersihkan area
rektal dengan sabun ringan dan air/ lap setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit, misal: salep A & D, salep sween, jel karaya, desitin,
jeli minyak.

Rasional : Melindungi kulit dari asam lambung,


mencegah ekskoriasi.

7) Berikan rendam duduk dengan tepat.

8) Rasional : Meningkatkan kebersihan dan kenyamanan pada adanya


iritasi fisura perianal.Observasi adanya isorektal dan fistula perianal.
Rasional : Fistula dapat terjadi dari erosi dan
kelemahan dinding usus.

9) Observasi/ catat distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan


tekanan darah.

Rasional : Dapat menunjukan terjadinya obstruksi usus karena


inflamasi, edema dan jaringan parut.
Kolaborasi dengan dokter pemberian :
- Lakukan modifikasi diit sesuai resep, misal: memberikan cairan dan
memberikan makanan padat sesuai toleransi.

Rasional : Istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram

- Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi:

 Analgesik
Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu
penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan
penyembuhan.
 Antikolinergik
Rasional : Menghilangkan spasme saluran GI dan berlanjutnya
nyeri kolik.

 Anodin supositoria
Rasional : Merelaksasikan otot rektal, menurunkan nyeri
spasme.
- Kolaborasi : Bantu mandi rendam duduk sesuai indikasi.
Rasional : Memberikan kesejukan lokal dan kenyamanan untuk area
iritasi rektal.

f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stressor berat,


pengulangan periode waktu, nyeri hebat, kurang tidur dan istirahat, krisis
situasi, tidak adekuat metode kping : kurang sistem pendukung, proses
penyakit yang tidak diduga, kerentanan pribadiijkan

Tujuan : Mengkaji situasi pada saat itu dengan tepat, mengidentifikasi


perilaku koping tidak efektif dan konsekuensinya, mengatur kemampuan
koping sendiri, menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk
membatasi/ mencegah kejadian berulang.
Intervensi :

1) Kaji pemahaman pasien/orang terdekat dan metode sebelumnya


dalam menerima proses penyakit.

Rasional : Memampukan perawat untuk menerima lebih nyata


tentang masalah saat ini. Ansietas dan masalah lain dapat
mempengaruhi penyuluhan kesehatan/belajar pasien sebelumnya.
2) Tentukan stres luar, misal : keluarga, teman, lingkungan kerja atau
sosial.

Rasional : Stres dapat mengganggu respons saraf otonomik dan


mendukung eksaserbasi penyakit. Meskipun tujuan kemandirian pada
pasien tergantung menjadi penambah stresor.

3) Berikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan bagaimana


penyakit telah mempengaruhi hubungan, termasuk masalah seksual.

Rasional : Stresor penyakit mempengaruhi semua area hidup dan


pasien mengalami kesulitan mengatasi perasaan lemah/ nyeri
sehubungan dengan kebutuhan hubungan/ seksual.

4) Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping efektif secara


individu.

Rasional : Penggunaan perilaku yang berhasil sebelumnya dapat


membantu pasien menerima situasi/ rencana saat ini untuk masa
datang

5) Berikan dukungan emosi :

- Mendengarkan dengan aktif dengan sikap


tidak menghakimi

Rasional : Membantu dalam komunikasi dan pemahaman titik


pandang pasien. Menambah perasaan pasien akan harga diri.

- Pertahankan bahasa tubuh yang tidak menghakimi bila merawat


pasien

Rasional : Mencegah penguatan perasaan pasien tentang menjadi


beban, misal : kebutuhan pengosongan pispot dengan sering.

- Tugaskan staf yang sama sebanyak mungkin


Rasional : Memberikan lingkungan lebih terapeutik dan
mengurangi stres penilaian secara terus menerus.

6) Berikan periode tidur/ istirahat tanpa gangguan


Rasional : Kelelahan karena penyakit cenderung merupakan masalah
berarti, mempengaruhi kemampuan mengatasinya.

7) Dorong penggunaan keterampilan menangani stres, misal : teknik


relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan napas dalam.

Rasional : Memusatkan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi,


dan meningkatkan kemampuan koping.

8) Kolaborasi : masukan pasien/ orang terdekat dalam tim pertemuan


untuk mengembangkan program individual

Rasional : Meningkatkan kontinuitas keperawatan dan memampukan


pasien/ orang terdekat untuk merasakan sebagai bagian perencanaan,
memberikan mereka perasaan kontrol dan meningkatkan kerjasama
dalam program terapi.

9) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi

- Antipsikosis, misal : tioridazin (mellaril), agen antiansietas,


contoh lorazepam (Ativan), alprazolam (Xanax)

Rasional : Bantuan dalam istirahat psikologis/ fisik. Menghemat


energi dan dapat menguatkan kemampuan koping.

10) Kolaborasi : rujuk ke sumber sesuai indikasi, misal : pekerja


sosial, perawat psikiatrik, penasehat agama.

Rasional : Dukungan tambahan dan konseling dapat membantu


pasien/ orang terdekat menerima stres khusus/ area masalah.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengingat, tidak mengenal sumber.

Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan,


mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus untuk menerimanya,
berpartisipasi dalam program pengobatan, melakukan perubahan pola
hidup tertentu.
1) Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.

Raisonal : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran


kebutuhan belajar individu.

2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek hubungan faktor yang


menimbulakn gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor
pendukung. Dorong pertanyaan.

Rasional : Faktor pencetus/ pemberat individu, sehingga kebutuhan


pasien untuk waspada terhadap makanan, cairan dan faktor pola
hidup dapat mencetuskan gejala. Pengetahuan dasar yang akurat
memberikan kesempatan pasien untuk membuat keputusan
informasi/ pilihan tentang masa depan dan kontro lpenyakit kronis.
Meskipun kebanyakan pasien tahu tentang proses penyakitnya
sendiri, mereka dapat mengalami informasi yang telah tertinggal
atau salah konsep.

3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis dan


kemungkinan efek samping

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan


kerjasama dalam program.

4) Ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping apabila steroid


diberikan, dalam jangka panjang, misal : ulkus, edema muka,
kelemahan otot.

Rasional : Steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan


mempengaruhi remisi penyakit, namun obat dapat menurunkan
ketahanan terhadap infeksi dan menyebabkan retensi cairan.

5) Tekankan pentingnya perawatan kulit, misal : teknik cuci tangan


yang baik dan perawatan perineal yang baik.

Raisonal : Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi


kulit/kerusakan, infeksi

6) Anjurkan menghentikan merokok


Raisonal : Dapat meningkatkan motilitas usus, meningkatkan gejala.
7) Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang
periodik
Raisonal : Pasien dengan inflamasi penyakit usus beresiko untuk
kanker kolon/ rektal dan evaluasi diagnostik teratur dapat
diperlukan.

8) Rujuk ke sumber komunitas yang tepat, misal : perawat kesehatan


masyarakat, ahli diet, kelompok pendukung dan pelayanan sosial.

Rasional : Pasien mendapat keuntungan dari pelayanan agen ini


dalam koping dengan penyakit koping dengan penyakit kronis dan
evaluasi pengobatan.
A. Analisa Data

No. Data Fokus Problem Etiologi


1 DS:
1. Klien mengatakan BAB cair Diare Proses infeksi
tanpa ampas berwarna kuning (D0020)
disertai lendir
2. Klien mengatakan BAB > dari
15 kali dalam sehari
3. Klien mengatakan perut terasa
sakit dan mules saat akan BAB dan
setelah BAB
DO:
1 Klien tampak lemas
2 Kesadaran kompos mentis
3 Bising usus (+) 40x /menit
4 Tanda vital :
TD: 90/60 mmhg
N : 110 x / m
S : 38.5
Rr : 20 x/ m
2. DS: Hypovolemia 1.Kehilangan
1. Klien mengatakan BAB cair tanpa (D0023) cairan aktif
ampas berwarna kuning disertai 2.Kekurangan
lendir intake cairan
2. Klien mengatakan BAB > dari 15
kali dalam sehari
3. Klien mengatakan muntah setiap
makan
4. Klien mengatakan badan terasa
panas dan Lemas
DO:
1. Klien tampak lemas
2. Bibir dan mulut tampak kering
3. Mata tampak cekung
4. Turgor kulit sedang
5. Tanda vital : TD : 90/60 mmhg
N : 110 x/ m
Rr : 20x/ m
S : 39

3. DS Resiko defisit Ketidak


1. Klien mengatakan nafsu makan nutrisi mampuan
menurun (D.0032) mencerna
2. Klien mengeluh mual makanan
3. Klien mengatakan muntah
setiap makan

DO
1. Klien hanya makan sebanyak 3
sendok setiap makan selama sakit
2. Klien tampak mual
3. Klien tampak muntah berisi makanan

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lab
Hasil HB 11,7 g/dl

B. Diagnosa Keperawatan

1. Diare d.d proses infeksi

2. Hypovolemia d.d kehilangan cairan aktif, kekurangan intake cairan ( diare,

muntah )

3. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna makanan

C. Intervensi Keperawatan

N Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi


o / Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
jam
Ja
1. 12 feb 2020 Diare d.d proses Setelah dilakukan Manajemen diare
Jam 15.15 tindakan (I03101)
infeksi keperawatan 1x 7 1. observasi
jam diharafkan  Identifikasi
Eliminasi Fekal penyebab
Membaik (L04033) diare
dengan kriteria  Monitor
hasil: warna,
1. Konsistensi feses volume,
membaik frekuensi, dan
( lembek) konsistensi
2. Frekuensi tinja
defekasi  Identifikasi
membaik (1-2x/ riwayat
hari) pemberian
3. Peristaltic usus makanan
membaik (5-30x/  Monitor tanda
m) dan gejala
4. Nyeri abdomen hypovolemia
menurun  Monitor
jumlah
pengeluaran
diare
2. Terapetik
 Berikan
asupan cairan
oral (oralit)
 Pasang jalur
intra vena
 Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan
lab
3. Edukasi
 Anjurkan
makan porsi
kecil tapi
sering secara
bertahap
 Anjurkan
untuk
menghindari
makanan
pembentuk
gas, pedas dan
mengandung
lactose
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
obat anti
motilitas
 Kolaborasi
pemberian
obat anti
spasmodic
 Kolaborasi
pemberian
obat pengeras
feses
2. 12 feb Hypovolemia d.d Setelah dilakukan Manajemen
2020 tindakan hypovolemia (I03114)
Jam 15.15 kehilangan cairan
keperawatan 1x 7 1. observasi:
aktif, kekurangan jam keseimbangan  Periksa tanda
cairan meningkat dan gejala
intake cairan
(L02009) Kriteria hypovolemia(
hasil: nadi
1. Asupan meningkat,
cairan tekanan darah
meningkat menurun,
2. Asupan turgor kulit
makanan menurun
meningkat membran
3. Dehidrasi mukosa
menurun kering, haus,
4. Denyut nadi lemah,
radialis hematocrit
membaik meningkat)
(60-100) 2. Terapetik:
5. Turgor kulit
membaik  Hitung
6. Mata cekung kebutuhan
membaik cairan
 Beri asupan
1. cairan oral
3. Edukasi
 Anjurkan
memperbnaya
k asupan
cairan oral
 Anjurkan
menghindari
posisi
mendadak
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian IV
isotonis.
1.
3.33 
4. 12 februari Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I
2020 nutrisi d.d tindakan 03119)
Jam 15.15 ketidakmampua keperawatan 3x 24 1. Observasi:
n mencerna jam funngsi gastro  identifikasi
makanan intestinal membaik ( status nutrisi
L030019) . Kriteria  identifikasi
hasil: jenis makanan
1. Nafsu makan yang di sukai
meningkat (porsi  identifikasi
makan habis) jenis nutrisi
2. Mual menurun dan kebutuhan
3. muntah menurun kalori
4. nyeri abdomen  monitor
menurun asupan
5. frekuensi BAB makanan
membaik(1-2x/  monitor berat
hari) badan
6. konsistensi feses  monitor hasil
membaik(lembek pemeriksaan
) lab
7. peristaltic usus 2. terapetik
membaik (15-  lakukan oral
35x/ m) hygiene
 sajikan
makanan
secara
menarik dan
hangat
 berikan
sulemen
maknan bila
perlu
3. edukasi
 annjurkan
posisi duduk
jika mampu
 ajarkan diet
yang di
anjurkan
4. kolaborasi :
 kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan ( anti
emetic dan
anti nyeri)
 kolaborasi ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori

A. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Keperawatan


Keperawatan Keperawatan
24 September Gangguan mobilitas - Mengidentifikasi S =
2019 08.00 fisik b.d adanya nyeri atauklien mengatakan tubuh sebelah
penuruan keluhan fisik kanan masih sulit untuk
kekuatan otot lainnya digerakan
11.00 d.d motorik - Memonitor TTV O =
hemiparase TD = 164/89 mmHg - Hasil TTV (TD = 164/89
dextra N = 58x/mnt mmHg, N= 58x/mnt, S =
S = 35,1°C 35,1°C, RR = 21x/mnt
RR =21x/mnt - Motorik Hemiparase
Dextra
A = Diagnosa gg. Mobilitas fisik
- Mengidentifikasi belum teratasi
14.00 adanya nyeri saat P = Intervensi dilanjutkan
bergerak atau - Monitor frekuensi jantung
keluhan fisik dan TD sebelum memulai
lainnya ambulasi.
15.15 - Melakukan ROM - Fasilitasi melakukan
18.00 pasif mobilisasi fisik.
- Memonitor TTV - Anjurkan melakukan
TD = 138/87 mmHg ambulasi dini
N = 55x/mnt
S = 35°C
RR = 16x/mnt

21.00 - Mengidentifikasi
adanya nyeri saat
bergerak atau
keluhan fisik
lainnya
- Memonitor TTV
TD = 140/80 mmHg
N = 51x/mnt
S = 34,3°C
RR = 20x/mnt
- Menanyakan
keluhan klien
24 September Gangguan S = Keluarga Klien mengatakan
2019 08.10 komunikasi - Menanyakan masih sulit bicara dan bicara
verbal b.d keluhan klien pelo.
penurunan O=
sirkulasi serebral - Menganjurkan -Klien tampak sulit saat
d.d disorientasi klien berbicara berbicara
perlahan. -Klien tampak Tidak ada
16.00 kontak mata (apatis)
- Memonitor TTV A = Diagnosa gg. Komunikasi
TD = 138/87 mmHg Verbal belum teratasi.
N = 55x/mnt P = Intervensi dilanjutkan
S = 35°C - Gunakan metode
RR = 16x/mnt komunikasi alternatif
- Anjurkan berbicara
21.15 perlahan
- Memonitor TTV
TD = 140/80 mmHg
N = 51x/mnt
S = 34,3°C
RR = 20x/mnt
- Menanyakan
keluhan klien

24 September Risiko perfusi - Pemberian obat S = -Klien mengatakan


2019 08.00 serebral tidak melalui IV: kepalanya masih pusing.
efektif d.d 1. Citicholin (IV) Klien mengatakan badannya
aterosklerosis 200 mg lemas
2. Clopidogrel O =
(PO) 75 mg - Klien tampak gelisah
3. Lonovex (SC) - Hasil TTV
0,4 mg TD = 164/89 mmHg, N=
- Monitor TTV 58x/mnt.
11.00 TD = 164/89 mmHg - GCS = 13
N = 58x/mnt (E=4, V=4, M=5)
S = 35,1°C A = Diagnosa Resiko perfusi
RR =21 serebral tidak efektif belum
- Berikan posisi teratasi.
11.20 semi fowler P = Intervensi dilanjutkan
- Memberikan - Monitor tanda/gejala
12.00 cairan infus peningkatan TIK.
RL/12 jam - Berikan posisi semi fowler
- Cegah terjadinya kejang
- Pemberian obat - Kolaborasi pemberian obat
melalui IV: anti konvulsan
16.00 1. Citicholin (IV)
200 mg
2. Clopidogrel
(PO) 75 mg
3. Lonovex (SC)
0,4 mg
- Memonitor TTV
TD = 138/87 mmHg
17.00 N = 55x/mnt
S = 35°C
RR = 16x/mnt

- Mengganti cairan
20.00 infus
05.00 - Memonitor TTV
TD = 140/80 mmHg
N = 51x/mnt
S = 34,3°C
RR = 20x/mnt
24 September Risiko defisit
2019 08.00 nutrisi d.d - Memberikan obat S = keluarga Klien mengatakan
ketidakmampua melalui IV nafsu makan menurun.
n menelan :Ranitidhin 50mg-klien mengatakan masih tidak
12.00 makanan - Memberikan enak saat menelan.
makan siang oleh O=
petugas gizi - Klien tampak
kesulitan menelan.
- Pemeriksaan lab
(HB
16.00 - Memberikan obat 11,7
melalui IV: g/dl)
Ranitidhin 50mg -
17.00 - Memberikan A = Diagnosa Risiko defisit
makan malam nutrisi belum teratasi.
oleh petugas gizi P = Intervensi dilanjutkan
05.00 - Ajarkan pengaturan diet
- Memberikan yang tepat (makanan
sarapan oleh lunak)
petugas gizi. - Kolaborasi dengan ahli
gizi dan dokter tentang
target BB, kebutuhan
kalori, pilihan makanan
dan obat mual.
25 September Gangguan - Mengidentifikasi S = klien mengatakan lemah
2019 08.00 mobilitas fisik adanya nyeri atau anggota gerak kanan.
b.d penuruan keluhan fisik Klien mengatakan tubuh
11.00 kekuatan otot lainnya sebelah kanannya sudah
d.d motorik - Memonitor TTV mulai bisa bergerak sedikit
hemiparase TD = 146/97 mmHg sedikit
dextra N = 53x/mnt O=
S = 36,2°C - Hasil TTV (TD = 146/97
RR = 20x/mnt mmHg,
- Melakukan ROM - N= 58x/mnt,
pasif - S = 35,1°C, RR =
21x/mnt
14.00 - Motorik Hemiparase
Dextra
- Mengidentifikasi A = Diagnosa gg. Mobilitas fisik
adanya nyeri saat teratasi sebagian.
17.00 bergerak atau
P = Intervensi dilanjutkan
keluhan fisik sebagian
lainnya - Monitor TD sebelum
- Memonitor TTV memulai ambulasi.
TD = 126/80 mmHg - Fasilitasi melakukan
19.00 N = 56x/mnt mobilisasi fisik.
S = 36°C - Anjurkan melakukan
RR = 20x/mnt ambulasi dini
- Melakukan ROM
pasif

21.00
- Mengidentifikasi
adanya nyeri saat
bergerak atau
05.00 keluhan fisik
lainnya
- Memonitor TTV
TD =126/87 mmHg
N = 56x/mnt
S = 36°C
RR = 20x/mnt
- Menanyakan
keluhan klien
25 September Gangguan S=
2019 08.00 komunikasi - Menanyakan -Keluarga Klien mengatakan
verbal b.d keluhan klien dengan gerakan isyarat saat
08.00 penurunan - Memonitor TTV komunikasi.
sirkulasi serebral TD = 146/97 mmHg -Klien mengatakan masih sulit
d.d disorientasi N = 53x/mnt berbicara dan hanya dengan
S = 36,2°C isyarat.
RR = 20x/mnt
- Menganjurkan O =
klien berbicara -Klien tampak masih sulit
perlahan saat berbicara.
Klien tampak menggunakan
14.00 TD = 126/80 mmHg
N = 56x/mnt kontak mata saat
15.00 S = 36°C komunikasi.
RR = 20x/mnt -Klien tampak bisa diajak
- Melakukan ROM komunikasi dengan isyarat.
pasif A = Diagnosa gg. Komunikasi
Verbal teratasi sebagian.
21.00 - Mengidentifikasi P = Intervensi dilanjutkan
adanya nyeri saat - Gunakan metode
bergerak atau komunikasi alternatif
keluhan fisik - Anjurkan berbicara
lainnya perlahan
- Memonitor TTV
TD =126/87 mmHg
N = 56x/mnt
S = 36°C
RR = 20x/mnt
Menanyakan keluhan
klien
25 September Risiko perfusi S = Klien mengatakan sudah
2019 08.00 serebral tidak - Pemberian obat tidak pusing lagi.
efektif d.d melalui IV:
aterosklerosis 1. Citicholin O =
(IV) 200 mg Hasil TTV (TD = 120/87
2. Clopidogrel mmHg
(PO) 75 mg N = 53x/mnt,
3. Lonovex (SC) - GCS = 13
0,4 mg (E=4, V=4, M=5)
11.00 - Monitor TTV
TD = 146/97 mmHgA = Diagnosa Resiko perfusi
N = 53x/mnt serebral tidak efektif
S = 36,2°C teratasi.
RR = 20x/mnt
14.00 - Berikan posisi
P = intervensi dihentikan.
semi fowler
- Memberikan
cairan infus
17.00 RL/12 jam

- Pemberian obat
melalui IV:
4. Citicholin (IV)
19.00 200 mg
5. Clopidogrel
(PO) 75 mg
6. Lonovex (SC)
0,4 mg
21.00
- Memonitor TTV
TD = 126/80 mmHg
N = 56x/mnt
05.00 S = 36°C
RR = 20x/mnt

- Mengganti cairan
infus
- Memonitor TTV
TD = 120/87 mmHg
N = 53x/mnt
S = 36°C
RR = 20x/mnt

25 September Risiko defisit - Menanyakan S = Klien mengatakan mulai


2019 08.00 nutrisi d.d keluhan klien sedikit mau makan.
ketidakmampua - Memberikan obat -Klien mengatakan makan
08.00 n menelan melalui IV yang lembut.
makanan. :Ranitidhin 50mg-keluarga klien mengatakan
- Memberikan kadang klien masih mual.
11.00 makan siang oleh
petugas gizi O=
- Klien tampak ingin
makan sedikit.
Dines Sore - Klien tampak
- Memberikan obat kesulitan menelan.
16.00 melalui IV: - Klien tampak mual.
Ranitidhin 50mg A = Diagnosa Risiko defisit
17.00 - Memberikan nutrisi teratasi sebagian.
makan malamP = Intervensi dilanjutkan
oleh petugas gizi sebagian.
04.30 - Memberikan - Ajarkan pengaturan diet
sarapan oleh yang tepat (makanan
07.00 petugas gizi lunak)
- Menanyakan
keadaan umum
klien
18.0
0
- Memberikan
makan malam
oleh petugas gizi.
- Memberikan
sarapan oleh
petugas gizi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Hari, tanggal : Kamis, 02 Januari 2014
Waktu : Pukul 24.00 WIB
Tempat : Bangsal Candi Sambisari, kamar 6A
Oleh : Vinda Astri Permatasari
Sumber Data : Pasien, keluarga pasien, catatan medis dan keperawatan, tim
kesehatan lain
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen

I. Identitas
a.Pasien
Nama : Ny. “A”
Umur : 44 tahun
Tanggal lahir : 14 September 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Suku : Jawa
Alamat : Gunung Gebang, Sumberharjo,
Prambanan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Dagang
Tanggal Masuk RS : Rabu, 01 Januari 2014
No. CM 035985
b. Penanggung jawab
Nama : Bp. “S”
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Advokat/ pengacara
Alamat : Gunung Gebang, Sumberharjo,
Prambanan
Hubungan dgn pasien : Suami
c. Diagnosis Medis : Gastroenteritis Akut (GEA)

II. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh lemas dan perut terasa nyeri. Nyeri skala 8 dari
1-10 skala yang diberikan, perut terasa seperti di remas-remas,
nyeri hilang timbul. Pasien mengeluhkan diare konsistensi cair dan
berwarna hijau.
2. Alasan masuk RS
Pasien menyatakan sewaktu di rumah memakan buah mangga
busuk yang sudah jatuh dari pohon mangga yang berada di depan
rumahnya. Akibat memakan buah mangga yang busuk, pasien
kemudian mengalami diare dengan konsistensi cair dan berwarna
hijau (tanggal 29 Desember 2013). Sudah 3 hari diare disertai
muntah, demam dan nyeri perut yang tidak sembuh-sembuh,
pasien kemudian dibawa oleh suaminya ke RSUD Prambanan
untuk dilakukan pengobatan dan perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menyatakan hari ini (02 Januari 2013) sudah BAB 3x
dengan konsistensi feses cair dan berwarna hijau, tidak disertai
lendir maupun darah. Pasien mengeluhkan nafsu makannya
menurun dan perutnya masih terasa sakit. Pasien terlihat lemah
dan lemas. Pasien mengeluhkan perutnya bersuara secara terus-
menerus dan keras. Bising usus 34 x/menit.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien menyatakan sudah menjalani operasi sebanyak 7 kali. Tahun
1996 pasien operasi ileus, 1997 pasien operasi KET (Kehamilan
Ektopik Terganggu), tahun 1998 pasien pernah dilakukan
appendiktomi. Pasien menyatakan pernah dioperasi trakoma
(silindris) dan amandel. Pasien alergi obat-obatan golongan sulfa.
Pasien menyatakan mempunyai penyakit jantung bawaan, yaitu
jantungnya tidak bersekat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram

Keterangan :

= perempuan

= laki-laki

= pasien
= garis pernikahan

= garis keturunan

= keluarga yang tinggal serumah

d. Diagnosa medis saat masuk rumah sakit : Gastroenteritis Akut (GEA)

III. Pola Kebiasaan


A. Aspek Fisik dan Psikologi
1. Pola Nutrisi
a. Intake Nutrisi
1) Sebelum sakit
Kebiasaan pasien makan sebelum sakit yaitu 3 x sehari, dengan
menu nasi, sayur dan lauk. Pasien menyatakan makan hanya
habis ½ porsi saja, karena sudah merasa kenyang. Makanan
favorit pasien adalah pempek dan siomay. Pasien menyatakan
sehari-harinya susah makan (sudah bawaan dari kecil).
2) Selama di rumah sakit
Pasien makan hanya setengah porsi dari diet lunak yang diberikan
oleh RS. Pasien menyatakan tidak merasa nafsu makan dan perut
terasa kenyang.
b. Intake cairan
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan setiap harinya jarang minum, hanya ± 4 gelas
(± 1000 cc) per hari. Pasien hanya suka minum minuman yang
manis.
2) Selama di rumah sakit
Saat dirawat di RS pasien menyatakan minum 2 – 3 gelas (± 750
cc) per hari.
c. Pola Eliminasi
1) BAK
a) Sebelum sakit
Pasien BAK, warna kuning jernih, ± 5 – 6 x dalam sehari.
b) Selama di rumah sakit
Pasien BAK warna kuning jernih ±5 – 6 x dalam sehari.
Pasien menyatakan tidak pernah menahan miksi
2) BAB
a) Sebelum sakit

Pasien BAB di WC rumah, pasien mengatakan BAB 2x


sehari, konsistensi feses keras dan tidak ada lendir
ataupun darah. Pasien menyatakan sakit di daerah anus
saat mengedan.
b) Selama di rumah sakit
Pasien mengatakan sehari sudah BAB 3x dengan
konsistensi cair dan berwarna hijau. Pasien terakhir BAB
malam ini (01 Januari 2014) 10.30 WIB tidak terlihat lendir
dan darah. Pasien tidak menggunakan obat dulcolax.
d. Pola Istirahat
1) Jumlah : Sebelum sakit dan selama di rumah sakit pasien
menyatakan tidak bisa tidur, tidur hanya sebentar dan tidak
pulas.
2) Waktu : Sebelum sakit : malam 21.00 WIB – 05.00 WIB tidur
tidak pulas. Selama sakit pasien menyatakan tidak bisa tidur
dengan pulas.

2. Personal hygiene
a. Frekuensi mandi : Sebelum sakit 2x sehari, selama di rumah
sakit 2x sehari setiap pagi dan sore, pasien menyatakan mandi
hanya dilap dengan air hangat.

b. Kebersihan : Rambut terlihat rapi, kuku terlihat rapi dan bersih,


mulut selalu bersih dan pakaian diganti setiap hari.

3. Aktivitas.
a) Sebelum sakit
Kemampuan
perawatan 0 1 2 3 4
diri

Makan dan
minum 

Mandi 

Toiletting 

Berpakaian 

Mobilitas di 
tempat tidur

Berpindah 

ROM 

Keterangan :

1 :Tergantung total

2 :Dibantu orang lain dan alat

2 :Dibantu orang lain

3 :Alat bantu

4 :Mandiri

Kesimpulan : Sebelum sakit pasien dapat melakukan kegiatan sehari


– hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu.

b) Selama di rumah sakit


Kemampuan
perawatan 0 1 2 3 4
diri

Makan dan
minum 

Mandi 

Toiletting 

Berpakaian 
Mobilitas di
tempat tidur 

Berpindah 

ROM 

Keterangan :

1 : Tergantung total

2 : Dibantu orang lain dan alat

2 : Dibantu orang lain

3 : Alat bantu

4 : Mandiri

Kesimpulan : Selama sakit atau di rumah sakit aktivitas pasien untuk


makan, minum, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan
ROM dapat dilakukan secara mandiri tanpa dibantu
orang lain walaupun dengan gerakan yang pelan-pelan
dan hati-hati. Untuk mandi, toiletting dan berpakaian,
pasien masih memerlukan sedikit bantuan orang lain,
karena kondisi pasien yang masih lemah.

B. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual


1) Konsep diri
Pasien menyatakan tidak merasa percaya diri ketika tidak memakai
kosmetik, karena wajahnya terlihat pucat ketika diajak berbicara (saat
dilakukan pengkajian). Pasien kemudian meminta kepada suaminya
(lewat HP) untuk membawakannya perlengkapan kosmetik miliknya.
Pasien mengatakan dirinya adalah orang yang aneh, berbeda dari
orang yang lain dalam kebiasaan makan dan minum.
2) Intelektual
Pasien sedikit mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.

3) Hubungan interpersonal
Hubungan dengan anggota keluarga sangat harmonis walaupun
berjarak jauh. Hubungan dengan tetangga dan kerabat terjalin
silturahmi dengan sangat baik.

4) Mekanisme koping
Pasien menganggap penyakit ini sebagai cobaan dari Allah SWT. Dan
pasien menganggap cobaan ini pasti ada hikmahnya.

5) Support system
Saudara-saudara pasien selalu mendoakan pasien agar segera
sembuh dari sakit dan pulang kembali ke rumah. Begitu pula dengan
suami pasien, yang setia menunggu pasien.

6) Aspek mental emosional


Pasien sabar menghadapi penyakit ini. Pasien tidak pernah mengeluh
ataupun marah terhadap penyakit yang dideritanya.

7) Aspek intelegensi
Ketika dilakukan pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan baik dan lancar. Pasien masih mengingat
kejadian sebelum sakit.

8) Hubungan sosial
Pasien menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari – hari. Pasien tinggal di rumahnya sendiri.
Lingkungan pasien berada di wilayah pedesaan. Air yang digunakan
dan dikonsumsi sehari – hari menggunakan air sumur. BAB, BAK dan
dan kegiatan MCK dilakukan di rumah. Hubungan pasien dan keluarga
dengan para perawat dan pasien lain yang satu ruangan dengan
pasien terjalin dengan baik.

4. Pola seksualitas dan reproduksi


Pasien berjenis kelamin perempuan dan belum mempunyai anak.
5. Sistem nilai dan keyakinan

Pasien rutin melaksanakan sholat lima waktu walaupun dengan


keterbatasan gerak, suami pasien sering membantu pasien untuk
melaksanakan sholat di atas tempat tidur.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status Gizi :
a) TB : 153 cm
b) BB : 44 kg
c) IMT : 18,8 kg/m2 (normal)
d. Tanda-tanda vital :
a) Suhu : 36,3º C
b) Nadi : 80 x/menit
c) TD : 100/70 mmHg
d) RR : 20 x/menit

1. Pemeriksaan cepalo-kaudal
a. Kepala : Bentuk kepala normal, terlihat bekas luka jahitan di dahi
sebelah kiri.
a) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata
terlihat sayu.
b) Telinga : Bersih, simetris, tidak keluar secret, tidak ada
gangguan pendengaran.
c) Hidung : Bersih, simetris, fungsi pembauan baik.
d) Mulut : Bibir terlihat kering, gigi bagian depan terlihat
karies gigi.
b. Leher
Tidak terlihat benjolan dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada
Bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru
simetris, ekspansi dada simetris, suara paru sonor, suara nafas
vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
d. Punggung
Punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang.
e. Abdomen
Bising usus 34 x/menit, hiperperistaltik. Pasien menyatakan perutnya
bersuara secara terus-menerus dan terdengar keras, pasien
menyatakan sakit pada perut
P : Nyeri abdomen
Q : Diremas-remas
R : Abdomen
S : 8 (1-10)
T : Hilang timbul
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter
g. Ekstrimitas :
a) Atas
Lengkap, pasien bisa menggerakkan tangan kiri dan kanan, tidak
terdapat oedem, tidak terlihat atrofi, infus RL 40 tpm makro
terpasang di tangan kanan pasien sejak 01 Januari 2014 kondisi
balutan bersih, tidak terlihat tanda-tanda infeksi.
b) Bawah
Lengkap, kaki kiri dan kanan bisa digerakkan dan tidak ada
gangguan. Tidak terdapat oedema. Otot kaki tidak atrofi.

C. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium hematologi (darah)
Pemeriksaan tanggal 01 Januari 2014
Komponen Hasil Nilai normal Satuan
L : 14,0-18,0
P : 12,0-16,0
Hemoglobin 11,7 An (1-4 thn) : gr/dL
12,0-14,0
Bayi : 13,5-19,5
Dws : 4,0-11,0
An (1-4 thn) : 5,0
Leukosit 5,8 – 13,5 ribu/mm3
Bayi : 10,0 –
26,0
L : 4,5-6,2
Eritrosit 4,31 juta/mm3
P : 4,0-5,4
Dws : 150,0-
Trombosit 202 450,0 ribu/mm3
Bayi : 100-450
L : 42-52
Hematokrit 39,4 %
P : 37-47
Netrofil Segmen 78,2 50-65 %
Dws : 20-40
Limfosit 12,7 %
Anak : 45-65

b. Hasil pemeriksaan laboratorium faal ginjal


Pemeriksaan tanggaL 01 januari 2014
Komponen Hasil Nilai normal Satuan
Ureum 16,0 10-50 mg/dL
Kreatinin 1,28 L : 0,8-1,4 mg/dL
P : 0,6-1,0

c. Hasil pemeriksaan analisis feses


Pemeriksaan tanggal 02 Januari 2014
Komponen Hasil Nilai normal Satuan
Warna Cokelat Cokelat -
Konsistensi Lembek Lembek -
d. Hasil pemeriksaan urin lengkap
Pemeriksaan tanggal 02 Januari 2014
Komponen Hasil Nilai normal Satuan
Warna Kuning Kuning muda –
kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
pH 7,0 4,6-8,5
Berat jenis 1,010 1,003-1,030
Protein - Negatif mg/dL
Reduksi - Negatif mg/dL
Urobilinogen Normal Normal mg/dL
Bilirubin - Negatif mg/dL
Keton 2+ Negatif mg/dL
Nitrit - Negatif mg/dL
Lekosit esterase - Negatif Leu/mikro l
Blood (Eri/Hb) - Negatif mg/dL

D. Program terapi
1. Infus RL 40 tpm makro terpasang di tangan kanan pasien sejak 01
Januari 2014 kondisi balutan bersih, tidak terlihat tanda-tanda infeksi.
2. Injeksi ethiferan (metoclopramide HCI) 10mg/ 8jam
3. Injeksi ranitidin 50mg/ 8jam
4. Obat oral antasida 4x 2 sendok teh
5. Obat oral sukralfat 3x 500mg
6. Obat oral lansoprazol 3x 30mg
7. Diet lunak tanpa serat tanpa buah (Diet LTSTB)
ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI

DO : Diare Proses infeksi

- Bising usus 34 x/menit

- Pasien terdiagnosis GEA

- Pasien terlihat lemah dan


lemas
DS :

- Pasien menyatakan nyeri di


perut

- Pasien menyatakan perutnya


bersuara secara terus-menerus
dan terdengar keras

- Pasien mengatakan sehari


sudah BAB 3x dengan
konsistensi cair dan berwarna
hijau, tanpa lendir dan darah

DO : Resiko tinggi Kehilangan cairan aktif

- Pasien terlihat lemah kekurangan volume


cairan
- Bibir terlihat kering

- Infus RL 40 tpm makro


terpasang di tangan kanan
pasien sejak 01 Januari 2014

- Pasien terdiagnosa GEA

- Tanda-tanda vital

Suhu : 36,3º C
Nadi : 80 x/menit
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit

- Pemeriksaan lab

Hematokrit : 39,4 %

DS :

- Saat dirawat di RS pasien


menyatakan minum 2 – 3 gelas
(± 750 cc) per hari

- Pasien menyatakan diare


sudah 3 hari, frekuensi >3x
sehari, konsistensi cair, warna
hijau

- Pasien menyatakan muntah


disertai demam saat di rumah

DO : Nyeri akut Hiperperistaltik, diare

- Tanda-tanda vital : lama, iritasi kulit atau


jaringan
Suhu : 36,3º C
Nadi : 80 x/menit
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit

- Mata terlihat sayu

- Bising usus : 34 x/menit

- Pasien terdiagnosis GEA

DS :

- Pasien menyatakan tidak


merasa nafsu makan dan perut
terasa kenyang.
- Pasien menyatakan sakit pada
perut

P : Nyeri abdomen
Q : Diremas-remas
R : Abdomen
S : 8 (1-10)
T : Hilang timbul
- Selama di rumah sakit pasien
menyatakan tidak bisa tidur,
tidur hanya sebentar dan tidak
Pulas
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan


DO :

- Bising usus 34 x/menit

- Pasien terdiagnosis GEA

- Pasien terlihat lemah dan lemas


DS :

- Pasien menyatakan nyeri di perut

- Pasien menyatakan perutnya bersuara secara terus-menerus dan


terdengar keras

- Pasien mengatakan sehari sudah BAB 3x dengan konsistensi cair


dan berwarna hijau, tanpa lendir dan darah
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif ditandai dengan
DO :

- Pasien terlihat lemah

- Bibir terlihat kering

- Infus RL 40 tpm makro terpasang di tangan kanan pasien sejak 01


Januari 2014

- Pasien terdiagnosa GEA

- Tanda-tanda vital
Suhu : 36,3º C
Nadi : 80 x/menit
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit

- Pemeriksaan lab
Hematokrit : 39,4 %
DS :

- Saat dirawat di RS pasien menyatakan minum 2 – 3 gelas (± 750


cc) per hari
- Pasien menyatakan diare sudah 3 hari, frekuensi >3x sehari,
konsistensi cair, warna hijau

- Pasien menyatakan muntah disertai demam saat di rumah


3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit
atau jaringan ditandai dengan
DO :

- Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,3º C
Nadi : 80 x/menit
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit

- Mata terlihat sayu

- Bising usus : 34 x/menit

- Pasien terdiagnosis GEA


DS :

- Pasien menyatakan tidak merasa nafsu makan dan perut terasa


kenyang.

- Pasien menyatakan sakit pada perut


P : Nyeri abdomen
Q : Diremas-remas
R : Abdomen
S : 8 (1-10)
T : Hilang timbul

- Selama di rumah sakit pasien menyatakan tidak bisa tidur, tidur


hanya sebentar dan tidak pulas
PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

Diare Kamis, 02 1. Observasi dan catat 1. Membantu


berhubungan Januari 2014 frekuensi defekasi, membedakan penyakit
dengan proses Pukul 24.00 karakteristik, jumlah individu dan mengkaji
infeksi ditandai WIB dan faktor pencetus. beratnya episodik
dengan
2. Tingkatkan tirah 2. Istirahat menurunkan
Setelah
DO : baring, berikan alat- motilitas usus juga
dilakukan
- Bising usus 34 tindakan alat di samping tempat menurunkan laju
x/menit tidur. metabolisme, jika
keperawatan
infeksi atau perdarahan
- Pasien selama 3x24
sebagai komplikasi.
terdiagnosis jam diharapkan
GEA Defekasi tiba-tiba dapat
pasien
terjadi tanpa tanda dan
- Pasien terlihat melaporkan
dapat tidak terkontrol,
lemah dan penurunan
peningkatan risiko
lemas diare dengan
inkontinensia/ jatuh bila
DS : kriteria hasil :
alat-alat tidak
- Pasien 1. Bising usus
dijangkauan tangan.
menyatakan <25 x/menit
nyeri di perut 2. Melaporkan 3. Menurunkan bau tak
- Pasien penurunan 3. Buang feses dengan sedap untuk
menyatakan frekuensi cepat, berikan menurunkan rasa malu
perutnya defekasi (1 pengharum ruangan. pasien
bersuara x/hari)
4. Memberikan istirahat
secara terus- 3. Melaporkan
4. Identifikasi makanan kolon dengan
menerus dan konsistensi
dan cairan yang menghilangkan atau
terdengar feses menjadi
mencetus diare, misal: menurunkan rangsang
keras lunak
sayuran segar dan cairan/ makanan
Vinda
buah, sereal, bumbu,
minuman karbonat,
- Pasien produk susu.

mengatakan
5. Mulai lagi pemasukan 5. Memberikan istirahat
sehari sudah
cairan per oral secara kolon dengan
BAB 3x
bertahap. Tawarkan menghilangkan atau
dengan
minuman jernih tiap jam menurunkan rangsang
konsistensi cair
: Hindari minuman makanan atau cairan.
dan berwarna
dingin Makan kembali secara
hijau, tanpa
bertahan cairan
lendir dan
mencegah kram dan
darah
diare berulang : namun
cairan dingin dapat
menimbulkan reaksi
stress yang dapat
meningkatkan motilitas
usus.

6. Anjurkan pasien untuk 6. Memberikan


makan sedikit tapi kesempatan pada
sering lambung untuk
mencerna makanan

7. Berikan kesempatan 7. Adanya penyakit


untuk menyatakan dengan penyebab tak
frustasi sehubungan diketahui sulit untuk
dengan proses sembuh dan yang
penyakit. memerlukan intervensi
bedah dapat
menimbulkan reaksi
stress yang dapat
memperburuk situasi.

8. Observasi demam, 8. Tanda bahwa toksik


letargi, takikardi, megakolon atau
leukositosis, perforasi dan peritonitis
penurunan protein akan terjadi/ telah
ureum, ansietas dan terjadi memerlukan
kelesuan. intervensi medik
segera.

9. Kelola pemberian obat 9. Diberikan untuk


sukralfat 3x 500mg mengurangi proses
dan lansoprazol 3x inflamasi dan
30mg mencegah mual

10. Kelola pemberian oral 10. Menurunkan iritasi


Antasida : FF 4x2 gaster, mencegah
sendok teh inflamasi dan
menurunkan risiko
Vinda infeksi pada kolitis.

Vinda

Resiko tinggi Kamis, 02 1. Awasi masukan dan 1. Memberikan informasi


kekurangan Januari 2014 haluaran, karakter dan tentang keseimbangan
volume cairan Pukul 24.00 jumlah feses, perkiraan cairan, fungsi ginjal dan
berhubungan WIB kehilangan cairan yang kontrol penyakit usus
dengan kehilangan tak terlihat, misal: juga merupakan
cairan aktif Setelah berkeringat. Ukur berat pedoman untuk
ditandai dengan dilakukan jenis urine, observasi penggantian cairan.
DO : tindakan oliguria.

- Pasien terlihat keperawatan 2. Kaji tanda-tanda vital 2. Hipotensi (termasuk


lemah selama 3x24 (tekanan darah, nadi, postural), takhikardi,
jam diharapkan suhu) demam dapat
- Bibir terlihat
kering pasien dapat menunjukan respon
mempertahanka terhadap dan/ atau efek
- Infus RL 40 tpm
n volume cairan kehilangan cairan.
makro
yang adekuat 3. Observasi kulit kering 3. Menunjukan kehilangan
terpasang di
dengan kriteria berlebihan dan cairan berlebihan/
tangan kanan
pasien sejak 01 hasil : membran mukosa, dehidrasi
Januari 2014 1. Mukosa penurunan turgor kulit,

- Pasien lembab pengisisan kapiler

terdiagnosa 2. Tanda vital lambat.


GEA dalam batas 4. Ukur berat badan setiap 4. Indikator cairan dan
normal hari. status nutrisi.
- Tanda-tanda
vital 3. Keseimbanga 5. Pertahankan 5. Kolon diistirahatkan

Suhu : 36,3º C n masukan pembatasan oral, tirah untuk penyembuhan

Nadi : 80 dan haluaran baring, hindari kerja. dan untuk menurunkan

x/menit dengan urine kehilangan cairan usus.

TD : 100/70 normal dalam 6. Observasi perdarahan 6. Diet tak adekuat dan

mmHg konsentrasi/ dan tes feses tiap hari penurunan absorpsi

RR : 20 jumlah dan adanya darah dapat menimbulkan

x/menit Vinda samar defisiensi vitamin K dan


merusak koagulasi,
- Pemeriksaan lab
potensial risiko
Hematokrit :
perdarahan.
39,4 %
7. Catat kelemahan otot 7. Kehilangan cairan usus
DS :
umum atau disritmia berlebih dapat
- Saat dirawat di
jantung. menimbulkan
RS pasien
ketidakseimbangan
menyatakan
elektrolit, misal: kalium
minum 2 – 3
yang perlu untuk fungsi
gelas (± 750 cc)
tulang dan jantung.
per hari
8. Kelola pemberian terapi 8. Digunakan untuk
- Pasien
Injeksi ethiferan mengontrol mual/
menyatakan
(metoclopramide HCI) muntah pada
diare sudah 3
10mg/ 8jam dan Injeksi eksaserbasi akut
hari, frekuensi
ranitidin 50mg/ 8jam
>3x sehari,
9. Kolaborasi : 9. Kolaborasi
konsistensi cair,
- Berikan cairan - Mempertahankan
warna hijau
parenteral, transfusi cairan usus akan
- Pasien darah sesuai memerlukan
menyatakan indikasi. penggantian cairan
muntah disertai untuk memperbaiki
demam saat di kehilangan/ anemia.
rumah Catatan: cairan
mengandung
natrium dapat
dibatasi pada
adanya enteritis
regional.
- Berikan obat anti - Menurunkan
diare sesuai indikasi kehilangan cairan
Vinda dari usus.
Vinda

Nyeri akut Kamis, 02 1. Dorong pasien untuk 1. Mencoba untuk


berhubungan Januari 2014 melaporkan nyeri. mentoleransi nyeri dari
dengan Pukul 24.00 pada meminta
hiperperistaltik, WIB analgesik.
diare lama, iritasi 2. Catat petunjuk non 2. Selidiki perbedaan
kulit atau jaringan Setelah verbal, misal: gelisah, petunjuk verbal dan non
ditandai dengan dilakukan menolak untuk verbal. Bahasa tubuh
DO : tindakan bergerak, berhati-hati atau petunjuk non

- Tanda-tanda selama 3x24 dengan abdomen, verbal dapat secara


vital : jam diharapkan menarik diri dan psikologis dan fisiologik
nyeri akut depresi. dan dapat digunakan
Suhu : 36,3º C
pasien hilang/ pada hubungan
Nadi : 80
terkontrol petunjuk verbal untuk
x/menit
dengan kriteria mengidentifikasi luas/
TD : 100/70
hasil : beratnya masalah.
mmHg 3. Kaji ulang faktor-faktor
1. Tanda vital 3. Dapat menunjukan
RR : 20 x/menit yang dapat
dalam batas dengan tepat pencetus
- Mata terlihat normal meningkatkan atau atau faktor pemberat
sayu 2. Skala nyeri menghilangkan nyeri (seperti kejadian stress,
- Bising usus : 34 menjadi 3 tidak toleran terhadap
x/menit atau kurang makanan) atau
Vinda mengidentifikasi
- Pasien terjadinya komplikasi.
terdiagnosis 4. Izinkan pasien untuk 4. Menurunkan tegangan
GEA memulai posisi yang abdomen dan

DS : nyaman, misal : lutut meningkatkan rasa


fleksi. kontrol.
- Pasien
menyatakan 5. Berikan tindakan rasa 5. Meningkatkan
tidak merasa nyaman (misal: pijatan relaksasi,
nafsu makan punggung, ubah posisi) memfokuskan kembali
dan perut terasa dan aktivitas waktu perhatian, dan
kenyang. senggang. Bersihkan meningkatkan
area rektal dengan kemampuan koping.
- Pasien
sabun ringan dan air/ Rasional : Melindungi
menyatakan
lap setelah defekasi kulit dari asam
sakit pada perut
dan berikan perawatan lambung, mencegah
P : Nyeri kulit, misal: salep A & ekskoriasi.
abdomen D, salep sween, jel
Q : Diremas- karaya, desitin, jeli
remas minyak.
6. Rasional :
R : Abdomen
6. Berikan rendam duduk Meningkatkan
S : 8 (1-10)
dengan tepat. kebersihan dan
T : Hilang timbul
kenyamanan pada
- Selama di adanya iritasi fisura
rumah sakit perianal.
pasien
menyatakan 7. Rasional : Fistula dapat

tidak bisa tidur, 7. Observasi adanya terjadi dari erosi dan

tidur hanya isorektal dan fistula kelemahan dinding

sebentar dan perianal. usus.

tidak pulas
8. Dapat menunjukan
8. Observasi/ catat
distensi abdomen, terjadinya obstruksi
peningkatan suhu, usus karena inflamasi,
penurunan tekanan edema dan jaringan
darah. parut.

9. Kolaborasi : 9. Kolaborasi :

- Lakukan modifikasi diit - Istirahat usus penuh


sesuai resep, misal: dapat menurunkan
memberikan cairan dan nyeri, kram
memberikan makanan
padat sesuai toleransi.

- Berikan obat sesuai


indikasi:

 Analgesik  Nyeri bervariasi dari


ringan sampai berat
dan perlu
penanganan untuk
memudahkan
istirahat adekuat dan
penyembuhan.

 Antikolinergik  Menghilangkan
spasme saluran GI
Vinda
dan berlanjutnya
nyeri kolik.
.

Vinda
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. A ada beberapa
masalah yang belum teratasi, ada pula yang sebagian teratasi.

Diagnosa pertama yaitu diare yang sebagian masalahnya sudah


teratasi. Faktor penghambat untuk tercapainya kriteria hasil yang telah
ditetapkan adalah terbatasnya waktu rawat inap pasien untuk mengatasi
secara total masalah kesehatan pasien. Dokter menyarankan untuk
mengakhiri masa rawat inap pasien, tetapi pasien dianjurkan untuk tetap
kontrol ke RSUD Prambanan secara rutin. Faktor pendukung
ketercapaian sebagian kriteria hasil antara lain pasien yang mematuhi
diet yang ditetapkan oleh ahli gizi, yaitu diet lunak tanpa buah dan tenpa
serat.

Diagnosa kedua yaitu resiko tinggi kekurangan volume cairan juga


sebagian sudah teratasi. Faktor penghambat untuk ketercapaian kriteria
hasil antara lain pasien yang susah untuk minum air putih banyak. Pasien
sehari-hari hanya minum air ±750 cc perhari. Pasien juga menyatakan
hanya suka minum minuman yang manis.

Diagnosa ketiga yaitu masalah nyeri akut yang sebagian teratasi.


Faktor penghambat tercapainya kriteria hasil antara lain pasien yang tidak
diresepkan oleh dokter pemberian obat analgetik untuk mengurangi dan
mengontrol nyeri abdomen pasien, faktor lain adalah keterbatasannya
waktu perawatan inap. Pasien hanya dirawat inap di RSUD Prambanan
selama 3 hari dan selebihnya akan dilakukan rawat jalan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, ( Edisi 3 ). Jakarta


: EGC

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan : definisi dan


klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI : Jakarta

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC

Whaley and Wong. 1995. Nursing Care of Infants and Children. St.Louis : Mosby
Year Book

Suriadi. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai