Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
selalu memberikan kita rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Pertama
sekali penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada para dosen dan asisten laboratorium yang telah bersedia membimbing
dan mengarahkan penulis dan seluruh praktikan dalam kegiatan praktikum
lapangan di daerah Sabak yang bertujuan untuk pendalaman mata kuliah
petrologi pada semester tiga ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih kepada rekan-rekan praktikan dari
Teknik Pertambangan dan Teknik Geologi 2017 yang telah membantu penulis
dalam kegiatan praktikum lapangan kali ini. Penulis menyadari masih banyak
sekali kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan praktikum lapangan
ini,untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
saya harapkan untuk hasil yang yang lebih baik di masa mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula
pembentukan batuan, pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik
didalam maupun dipermukaan bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek
genesa-interpretasi. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun
kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral
yang telah menghablur (mengkristal). Aspek pemberian nama antara lain
meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan,
kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan
batuan. Aspek genesa – interpretasi mencakup tentang sumber asal (“source”)
hingga proses atau cara terbentuknya batuan.
Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak
(kulit)bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang
telah menghablur (mengkristal). Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan
adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia,
fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas
tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk batuan.Dalam penentuan
nama suatu batuan beku, diperlukan pendeskripsian terlebih dahulu untuk
mendapatkan hasil yang tepat dalam penamaan suatu batuan beku yang
apabila ditemukan dalam suatu daerah. Pendeskripsian ini dilakukan dengan
beberapa langkah tertentu serta dengan bantuan alat tertentu agar hasil yang
didapat maksimal serata tepat.
Dalam suatu batuan (termasuk batuan beku) tersusun atas bebrapa
mineral yang terdiri dari tiga pengelompokkan mineral yaitu mineral primer
atau mineral utama, mineral sekunder, dan mineral tambahan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktikum lapangan ini adalah :
1. Mengetahui keadaan di lapangan dan menerapkan teori yang diperoleh
di perkuliahan
2. Mengetahui tentang pendeskriprian batuan sedimen dan batuan beku
di lapangan berdasarkan teori selam perkuliahan.
3. Mengetahui jenis batuan sedimen dan batuan beku yang diamati di
lapangan sesuai dengan teori yang telah dipelajari selama perkuliahan.
1.3 Alat dan Bahan
Tabel 1.1 Alat dan bahan

No Nama alat Keterangan


1 Kompas geologi Untuk mengukur strike dan dip
2 Palu geologi Untuk mengambil sampel
3 Alat tulis Untuk mencatat data di lapangan
4 Gps Untuk menentukan koordinat
5 Komparator batuan Untuk pendeskripsian batuan beku/sedimen
6 Plastik sampel Tempat penyimpanan sampel

1.4 Kesampaian lokasi


Adapun lokasi pada praktikum kali ini adalah bertempat di
sabak,kabupaten tanjung jabung timur provinsi Jambi yang bertepatan pada
tanggal 4 november 2018 ,cuaca pada saat pengamatan adalah mendung,waktu
yang diperlukan untuk sampai di lokasi pengamatan adalah sekitar tiga
jam.Pada praktikum lapangan kali ini ada dua lokasi pengamatan yang diteliti.
praktikan dan asisten melakukan pemanasan dan pemeriksaan alat terlebih
dahulu. Lalu, praktikan dan asisten pergi menuju lokasi praktikum lapangan.
Cuaca pada pagi hari saat menju lokasi yaitu mendung berawan. keadaan jalan
saat menuju ke lapangan yaitu ramai tapi lancar. Perjalananlokasi yang
pertama bertujuan untuk mengamati singkapan batuan sedimen,setelah sampai
di klokasi singkapan praktikan melakukan pengukuran pada singkapan,baik itu
pengukuran strike dip,tebal dan kedalaman,maupun pengukuran yang
lainnya.Setelah itu praktikan melakukkan pendesdkripsian terhadap singkapan
batuan.Adapun lokasi pengamatan yang kedua yaitu pengamatan terhadap
singkapan batuan beku.Berdasarkan pendeskripsian sampel oleh praktilkan
,singkapan yang diperoleh merupakan singkapan batuan andesit.

1.5 Metodelogi
Adapun Kegiatan orientasi praktikum lapangan ini memiliki berbagai
pekerjaan yaitu :
1. Tahap Persiapan
tahap ini meliputi perencanaan dan persiapan kegiatan orientasi praktikum
lapangan, peminjaman alat dan persiapan bahanserta mental dan fisik.
2. Tahap pelaksanaan
tahap pelaksanaan berupa orientasi lapangan, yang dimana kehiatan yabg
di maksud yaitu pengumpulan data geologi di lapangan yang meliputi lokasi
pengamatan, pencatatan keadaan geomorfo, litologi, pengambilan sampel,
serta dokumentasi.
3. Tahapan studi pustaka
Pengamatan yang dilakukan praktikan juga di dasarkan atas kajian
pustaka, yang dimana terdapat literatur-literatur yang berhubungan
dengan hal-hal yang di amati di lapangan. Sehingga pada tahap inilah
sebagai referensi penulis dalam membuat laporan resmi supaya
mendukung kegiatan di lapangan.
4. Tahap pembuatan laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam kegiatan ekskursi yang meliputi
penulisan laporan dari hasil data geologi sesuai dengan yang
dipraktikumkan.
PERSIAPAN

Tinjauan Awal :
pelaksanaan
 Pengamatan daerah secara
topografi
 Pencarian akses jalan menuju
 Pengumpulan data daerah yang akan di amati
sekunder  Penentuan metode geologi yang
dilakukan
 Persiapan alat dan
 Menentukan geomorfologinya
bahan
 Persiapan pribadi
 Pembekalan dari kegiatan ekskursi
asisten
 litologi
 geomorfologi
 pengambilan sampel
 pengukuran streak dip
 dokumentasi lapangan

Tahap Pengolahan
Data Dan Analisis

Analisi Kuantitatif :

Studi literatur dari materi


praktikum petrologi

TAHAP PENYELESAIAN :

Laporan orientasi praktikum


lapangan petrologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiografi regional
Pulau Sumatra terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan
merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup
di sebelah barat Lempeng Eurasia/Sundaland.Konvergensi lempeng
menghasilkan subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral
menganan dari Sistem Sesar Sumatra (Barber. 2005)
Subduksi dari Lempeng Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia
pada masa Paleogen diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia
termasuk Sumatra searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang
sebelumnya berarah E-W menjadi SE-NW dimulai pada Eosen-Oligosen.
Perubahan tersebut juga mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar
mendatar Sumatra seiring dengan rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh
sistem mendatar Sumatra menjadikan kompleksitas regim stress dan pola
strain pada Sumatra.Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai dengan
pembentukkan cekungan-cekungan belakang busur sepanjang Pulau Sumatra,
yaitu Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan
Sumatra Selatan (Darman. 2000).
Menurut Salim dkk (1995) Cekungan Sumatra Selatan merupakan
cekungan belakang busur karena berada di belakang Pegunungan Barisan
sebagai volcanic-arc-nya. Cekungan ini berumur Tersier yang terbentuk sebagai
akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda sebagai bagian dari Lempeng
Kontinen Asia dan Lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi
daerah seluas 330 x 510 km2, bagian barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-
Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sundaland),
sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara
dibatasi oleh Tinggian Lampung.
Menurut( Pringgoprawiro. 1983) perkembangan struktur maupun evolusi
cekungan sejak Tersier merupakan hasil interaksi dari ketiga arah struktur
utama yaitu, berarah timurlaut-baratdaya atau disebut Pola Jambi, berarah
baratlaut-tenggara atau disebut Pola Sumatra, dan berarah utara-selatan atau
disebut Pola Sunda. Hal inilah yang membuat struktur geologi di daerah
Cekungan Sumatra Selatan lebih kompleks dibandingkan cekungan lainnya di
Pulau Sumatra. Struktur geologi berarah timurlaut-baratdaya atau Pola Jambi
sangat jelas teramati di Sub-Cekungan Jambi. Terbentuknya struktur berarah
timurlaut-baratdaya di daerah ini berasosiasi dengan terbentuknya sistem
graben di Cekungan Sumatra Selatan. Struktur lipatan yang berkembang pada
Pola Jambi diakibatkan oleh pengaktifan kembali sesar-sesar normal tersebut
pada periode kompresif Plio-Plistosen yang berasosiasi dengan sesar mendatar
(wrench fault). Namun, intensitas perlipatan pada arah ini tidak begitu kuat.
Pola Sumatra sangat mendominasi di daerah Sub-Cekungan Palembang
(Pulunggono dan Cameron, 1984). Manifestasi struktur Pola Lematang saat ini
berupa perlipatan yang berasosiasi dengan sesar naik yang terbentuk akibat
gaya kompresi Plio-Pleistosen. Struktur geologi berarah utara-selatan atau Pola
Sunda juga terlihat di Cekungan Sumatra Selatan. Pola Sunda yang pada
awalnya dimanifestasikan dengan sesar normal, pada periode tektonik Plio-
Pleistosen teraktifkan kembali sebagai sesar mendatar yang sering kali
memperlihatkan pola perlipatan di permukaan.
2.2 Struktur regional
Geologi Cekungan Sumatera Selatan adalah suatu hasil kegiatan
tektonik yang berkaitan erat dengan penunjaman Lempeng Indo-Australia, yang
bergerak ke arah utara hingga timurlaut terhadap Lempeng Eurasia yang relatif
diam. Zona penunjaman lempeng meliputi daerah sebelah barat Pulau
Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Beberapa lempeng kecil (micro-plate) yang
berada di antara zona interaksi tersebut turut bergerak dan menghasilkan zona
konvergensi dalam berbagai bentuk dan arah. Penunjaman lempeng Indo-
Australia tersebut dapat mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik
dan struktur di Sumatera Selatan. Tumbukan tektonik lempeng di Pulau
Sumatera menghasilkan jalur busur depan, magmatik, dan busur belakang
(Bishop, 2000).
Cekungan Sumatera Selatan termasuk kedalam cekungan busur
belakang (Back Arc Basin) yang terbentuk akibat interaksi antara lempeng Indo-
Australia dengan lempeng mikro-sunda. Cekungan ini dibagi menjadi 4 (empat)
sub cekungan (Pulonggono, 1984) yaitu Sub Cekungan Jambi, Sub Cekungan
Palembang Utara,Sub Cekungan Palembang Selatan,Sub Cekungan Palembang
Tengah.
2.3 Stratigrafi regional
Stratigrafi daerah cekungan Sumatra Selatan secara umum dapat
dikenal satu megacycle (daur besar) yang terdiri dari suatu transgresi dan
diikuti regresi. Formasi yang terbentuk selama fase transgresi dikelompokkan
menjadi Kelompok Telisa (Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi
Gumai). Kelompok Palembang diendapkan selama fase regresi (Formasi Air
Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai), sedangkan Formasi Lemat
dan older Lemat diendapkan sebelum fase transgresi utama. Stratigrafi
Cekungan Sumatra Selatan menurut De Coster 1974 adalah sebagai
berikut:Kelompok Pra Tersier,Formasi ini merupakan batuan dasar (basement
rock) dari Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum,
batuan metamorf
Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat yang termetamorfosa.
Hasil dating di beberapa tempat menunjukkan bahwa beberapa batuan
berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal. Batuan metamorf Paleozoikum-
Mesozoikum dan batuan sedimen mengalami perlipatan dan pensesaran akibat
intrusi batuan beku selama episode Orogenesa Mesozoikum Tengah (Mid-
Mesozoikum).
Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan
adalah batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada Formasi
ini terdiri dari batupasir tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung. Batuan-
batuan tersebut kemungkinan merupakan bagian dari siklus sedimentasi yang
berasal dari Continental, akibat aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan disertai
aktivitas tektonik pada akhir Kapur-Awal Tersier di Cekungan Sumatera
Selatan.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Lokasi pengamatan I
3.1.1 Ciri litologi
Pada praktikum lapangan petrologi tanggal 4 november 2018 yang
dilaksanakan di Kecamatan Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi, praktikan melakukan pengamatan pada dua lokasi yang berbeda. Lokasi
pengamatan yang pertama praktikan melakukan pengamatan terhadap
singkapaan batuan sedimen yang berada di Talang Babat. Batuan sedimen
sendiri adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau
hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis
pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. 70 % batuan di
permukaan bumi berupa batuan sedimen.

Gambar 1:Singkapan batuan sedimen (Azimuth : N 172˚ E)


Lokasi : Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani
Pendeskripsian batuan sedimen didasarkan atas beberapa hal yaitu
berdasarkan jenis dari batuan sedimen yang dideskripsikan yang terdiri atas
batuan sedimen klastik dan non klastik. Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan
sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian
tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.
Dikelompokkan berdasarkan butir materialnya. Untuk itu diperlukan satu
acuan butir komponen materialnya, dan telah dibuat oleh Wentworth, dikenal
sebagai skala Wenworth. Boulder dan Cobble dapat diartikan sebagai bongkah,
pebble sama dengan kerakal, granule seukuran dengan kerikil, sand sama
dengan pasir, sedangkan silt dan clay adalah lempung.Batuan sedimen klastik
terdiri dari butiran-butiran. Butiran yang besar disebut fragmen dan diikat oleh
masa butiran-butiran yang lebih halus, matriks. Batuan sedimen klastik yang
dikelompokkan berdasarkan besar butir materialnya, sebagai konglomerat, batu
pasir, serpih dan batu lempung. Batuan Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan
sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah
kimiawi dan organis.Batuan sedimen nonklastik yang banyak dijumpai adalah
batu gamping atau (limestone)
Pendeskripsian selanjutnya yaitu warna dari batuan tersebut yang
terbagi atas warna segar dan warna lapuk. Kemudian, berdasarkan tekstur dari
batuan piroklastik tersebut yang terdiri atas ukuran butir,derajat kebundaran
dan derajat pemilahan Selanjutnya berdasarkan struktur yang Merupakann
bentuk batuan sedimen dalam skala besar yang terdiri atas struktur Masif
(tidak adanya fragmen batuan lain).Selain itu juga dideskripsikan porositas dari
batuan sedimen yang diteliti.Setelah itu baru ditentukan nama daari batuan
sedimen yang dideskripsikan melalui data yang diperoleh pada pengamatan
sifat fisik dari batuan sedimen terseburt.Kemudian pendeskripsian yang
terakhir yaitu genesa dari batuan sedimen yang kita amati dalam praktikum.
Dalam pengamatan batuan sedimen pada lokasi yang pertama ini jenis
batuan sedimen yang diamati ada satu jenis litologi batuan sedimen,yaitu
batuan sedimen pasir,dalam pengamatan yang dilakukan pada lokasi yang
pertama ini ada 4 jenis ukuran butir batuan sedimen pasir.

Gambar 2 :Batupasir sedang (Azimuth : N 112˚ E)


Lokasi : Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani
Sampel yang pertama yaitu batupasir sedang, batuan ini memiliki warna
fresh yaitu abu-abu dan memiliki warna lapuk yaitu coklat. Sementara tekstur
diantaranya adalah; ukuran butirnya 0,25 - 0,5mm (pasir sedang),derajat
pemilahannya tepilah baik,derajat kebundarannya membundar, dan kemas
yang dimiliki adalah terbuka karena teradapatnya rongga udara. Tidak memiliki
fragamen dimana penyusun matriks/semen nya adalah pasir sangat
halus/silika sementara struktur yang dimiliki adalah perlapisan, dan untuk
porositas adalah baik karena batuan ini mampu menyerap air dengan baik.
Jenis batuan ini adalah sedimen klastik.Dari pendeskripsian batuan ini dapat
disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batupasir kasar yang memiliki
ganesa yaitu terbentuk dari sedimen pasir yang tertransportasi dan
terendapkan hingga membentuk batupasir.

Gambar 3 :Batupasir halus (Azimuth : N 112˚ E)


Lokasi : Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani

Sampel yang kedua yaitu batupasir halus batuan ini memiliki warna
fresh yaitu abu-abu dan memiliki warna lapuk yaitu coklat. Sementara tekstur
diantaranya adalah; ukuran butirnya 0,125 - 0,25 mm (pasir halus),derajat
pemilahannya tepilah baik,derajat kebundarannya membundar, dan kemas
yang dimiliki adalah terbuka karena teradapatnya rongga udara. Tidak memiliki
fragamen dimana penyusun matriks/semen nya adalah pasir sangat
halus/silika sementara struktur yang dimiliki adalah perlapisan, dan untuk
porositas adalah baik karena batuan ini mampu menyerap air dengan baik.
Jenis batuan ini adalah sedimen klastik. Dari pendeskripsian batuan ini dapat
disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batupasir kasar yang memiliki
ganesa yaitu terbentuk dari sedimen pasir yang tertransportasi dan
terendapkan hingga membentuk batupasir.
U

Gambar 4 :Batupasir sedang (Azimuth : N 112˚ E)


Lokasi : Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani

Sampel yang ketiga yaitu batupasir sedang batuan ini memiliki warna
fresh yaitu abu-abu dan memiliki warna lapuk yaitu coklat. Sementara tekstur
diantaranya adalah; ukuran butirnya 0,25 – 0,5 mm (pasir sedang), derajat
pemilahannya tepilah baik,derajat kebundarannya membundar, dan kemas
yang dimiliki adalah terbuka karena teradapatnya rongga udara. Tidak memiliki
fragamen dimana penyusun matriks/semen nya adalah pasir sangat
halus/silika sementara struktur yang dimiliki adalah perlapisan, dan untuk
porositas adalah baik karena batuan ini mampu menyerap air dengan baik.
Jenis batuan ini adalah sedimen klastik.Dari pendeskripsian batuan ini dapat
disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batupasir kasar yang memiliki
ganesa yaitu terbentuk dari sedimen pasir yang tertransportasi dan
terendapkan hingga membentuk batupasir.

Gambar 5 :Batupasir sangat halus (Azimuth : N 112˚ E)


Lokasi : Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani

Sampel yang keempat yaitu batupasir sangat halus, batuan ini memiliki
warna fresh yaitu abu-abu dan memiliki warna lapuk yaitu coklat. Sementara
tekstur diantaranya adalah; ukuran butirnya < 0,0625 mm (pasir sangat
halus),derajat pemilahannya tepilah baik,derajat kebundarannya membundar,
dan kemas yang dimiliki adalah terbuka karena teradapatnya rongga udara.
Tidak memiliki fragamen dimana penyusun matriks/semen nya adalah pasir
sangat halus/silika sementara struktur yang dimiliki adalah perlapisan, dan
untuk porositas adalah baik karena batuan ini mampu menyerap air dengan
baik. Jenis batuan ini adalah sedimen klastik.Dari pendeskripsian batuan ini
dapat disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batupasir kasar yang memiliki
ganesa yaitu terbentuk dari sedimen pasir yang tertransportasi dan
terendapkan hingga membentuk batupasir.

Gambar 6 :Batupasir sedang (Azimuth : N 112˚ E)


Lokasi : Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani

Sampel yang kelima yaitu batupasir sedang batuan ini memiliki warna
fresh yaitu abu-abu dan memiliki warna lapuk yaitu coklat. Sementara tekstur
diantaranya adalah; ukuran butirnya 0,125 - 0,5 mm (pasir sedang),derajat
pemilahannya tepilah baik,derajat kebundarannya membundar, dan kemas
yang dimiliki adalah terbuka karena teradapatnya rongga udara. Tidak memiliki
fragamen dimana penyusun matriks/semen nya adalah pasir sangat
halus/silika sementara struktur yang dimiliki adalah perlapisan, dan untuk
porositas adalah baik karena batuan ini mampu menyerap air dengan baik.
Jenis batuan ini adalah sedimen klastik. Dari pendeskripsian batuan ini dapat
disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batupasir kasar yang memiliki
ganesa yaitu terbentuk dari sedimen pasir yang tertransportasi dan
terendapkan hingga membentuk batupasir.
U

Gambar 7:Batupasir halus (Azimuth : N 112˚ E)


Lokasi : Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani

Sampel yang keenam yaitu batupasir halus batuan ini memiliki warna
fresh yaitu abu-abu dan memiliki warna lapuk yaitu coklat. Sementara tekstur
diantaranya adalah; ukuran butirnya 0,0625 - 0,125 mm (pasir halus),derajat
pemilahannya tepilah baik,derajat kebundarannya membundar, dan kemas
yang dimiliki adalah terbuka karena teradapatnya rongga udara. Tidak memiliki
fragamen dimana penyusun matriks/semen nya adalah pasir sangat
halus/silika sementara struktur yang dimiliki adalah perlapisan, dan untuk
porositas adalah baik karena batuan ini mampu menyerap air dengan baik.
Jenis batuan ini adalah sedimen klastik.Dari pendeskripsian batuan ini dapat
disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batupasir kasar yang memiliki
ganesa yaitu terbentuk dari sedimen pasir yang tertransportasi dan
terendapkan hingga membentuk batupasir.

3.2.2 Genesa
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses litifikasi
dari hasil proses pelapukan batuan serta erosi yang kemudian akan terbawa
dan diendapkan. Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku yang telah
mengalami pelapukan di suatu tempat tertentu yang kemudian mengendap dan
menjadi keras. Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen terbagi
menjadi 3 macam, yaitu batuan sedimen klastik, batuan sedimen organik dan
batuan sedimen kimiawi. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas
tentang batuan sedimen kimiawi.Batuan sedimen kimiawi yaitu salah satu jenis
batuan sedimen yang terbentuk karena proses pengendapan yang berasal dari
pelapukan batuan beku yang disebabkan oleh unsur kimia tertentu. Beberapa
contoh sifat kimia tertentu yang dimiliki oleh beberapa komponen yang
dimaksud adalah udara atau air, dimana 2 komponen kimia tersebut akan
membuat permukaan batuan menjadi sebuah partikel-partikel yang halus.
Apabila terjadi kontak secara terus menerus dan dalam jangka waktu
yang lama maka batuan sedimen yang terbentuk akan semakin banyak
sehingga sifat kimiawi dari batuan sedimen ini akan berbeda dengan sifat
kimiawi dari batu asalnya, hal ini terjadi karena terjadinya perubahan sifat
kimia yang diakibatkan oleh pelarutan bahan kimia. Kebanyakan batuan
sedimen kimiawi terbentuk karena pengikisan oleh air yang kaya akan garam
dan juga konsentrasi pengendapan. Pada umumnya batuan sedimen kimiawi
tersusun atas garam garam yang terlarut dalam air laut seperti unsur kimia
berikut: NaCl, KCl, MgSO4, CaCO3, CaCO4 dan lainnya.

3.2 Lokasi pengamatan II


3.2.1 Ciri litologi
Pada lokasi pengamatan yang kedua singkapan batuan yang diamati
adalah singkapan batuan beku. Batuan beku merupakan batuan yang
terbentuk dari magma yang mengalami pendinginan atau penurunan suhu
kemudian mengeras melalui proses kristalisasi baik diatas pemukaan(batuan
ekstrusif) atapun dibawah permukaan (batuan intrusif). Berdasarkan
teksturnya, batuan beku dibagi menjadi dua macam yaitu batuan beku
vulkanik dan batuan beku plutonik. Perbedaan dari kedua batuan tersebut
terdapat pada waktu pembekuannya. Batuan beku vulkanik biasanya lebih
cepat mengalami pembekuan dibandingkan batuan beku plutonik.Mineral
penyusun batuan beku vulkanik biasanya lebih kecil dibandingkan dengan
mineral penyusun batuan beku plutonik. Contoh batuan beku vulkanik yaitu
basalt, andesit, dan dacite. Sedangkan batuan beku plutonik yaitu gabro, diorit,
dan granit. Batuan beku ini dapat terbentuk dari magma yang keluar dari
proses meletusnya gunung api. Magma itu sendiri berasal dari batuan setengah
cair ataupun batuan yang sudah ada, baik dimantel ataupun dikerak bumi.
Gambar 8:Singkapan Batuan Beku Andesit (Azimuth : N 278˚ E)
Lokasi : Parit Culum I, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani

Dalam lokasi pengamatan yang kedua ini ditemukan satu jenis batuan
beku,dan berdasarkan pendeskripsian dari praktikan dapat disimpulkan bahwa
jenis batuan beku ini adalah andesit. Pendeskripsian batuan beku didasarkan
atas beberapa hal yaitu berdasarkan warna dari batuan tersebut yang terbagi
atas warna segar dan warna lapuk. Kemudian, berdasarkan jenis batuan
apakah batuan tersebut Merupakann batuan vulkanik atau batuan plutonik.
Selanjutnya berdasarkan struktur yang Merupakann bentuk batuan beku
dalam skala besar yang terdiri atas struktur Masif (tidak adanya fragmen
batuan lain), Pillow Lava (masa berbentuk bantal dengan jarak berdekan dank
has pada vulkanik bawah laut), Joint (kekar yang tersusun osecara tegak lurus
arah aliran), Vesikuler (adanya lubang-lubang gas), Skoria (adanya lubang gas
yang lebih banyak dari vesikuler), Amigdaloidal (lubang gasnya terisi mineral
sekunder), Xenolith (fragmen batuan yang masuk ke dalam batuan beku) dan
Autobreccia (struktur yang memperlihatlkan fragmen lava).
U

Gambar 9:Sampel Batu Andesit (Azimuth : N 65˚ E)


Lokasi : Parit Culum I, Kecamatan Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi. Foto diambil oleh : M. Ghufron Pringgodani
Pada sampel batuan beku, batuan ini memiliki warna fresh yaitu abu-
abu dan memiliki warna lapuk yaitu coklat. Batuan ini termasuk kedalam
batuan beku vulkanik yang berarti terbentuk diluar permukaan bumi. Struktur
batuan ini masif karena pengamatan hanya dilakukan di laboratorium melalui
sampel yang ada dan tidak secara langsung. Batuan memiliki derajat
kristalisasi yaitu hipokristalin dimana berarti batuan ini batuan tersusun atas
massa kristal dan sebagian massa gelas. Granularitas dari batuan ini adalah
afanitik yang berarti kristalnya lembut atau halus. Relasi dari batuan ini
adalah equigranular dimana memiliki arti mineralnya relative seragam.
Komposisi mineral dari batuan ini adalah biotit, plagioklas, dan kuarsa. Dari
deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah batuan andesit.
Andesit terbentuk secara ekstrusif yang artinya terbentuk di permukaan
bumi.Sampel batuan yang ketiga juga batuan andesit ,yang membedakan
keduanya adalah warna pada batuannya.
Setelah pelaksanaan praktikum di lapangan,ternyata pendeskripsian
singkapan dan batuan di lapangan jauh berbeda dengan pendeskripsian di
laboratorium ,sehingga praktikan harus sangat teliti dalam proses
pendeskripsian singkapan dan batuan. Mengetahui sifat fisik dari batuan,baik
dari segi tekstur,struktur ataupun warna dari batuan sangatlah penting untuk
mendeskripsikan suatu batuan.Dengan mendeskripsi suatu batuan kita dapat
mengklasifikasikan suatu batuan beku.
3.2.2 Genesa
Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau
mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun
oleh batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun
di kerak bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu
proses dari kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan
komposisi. Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga
terkadang tergantung pada jenis batuan bekunya masing- masing.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-
mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal
dengan Bowen’s Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat
perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan
komposisi mineral batuan beku. Karena lava mendingin dan mengkristal dengan
cepat, batuan ini berbutir halus. Jika pendinginan begitu cepat sehingga
mencegah pembentukan bahkan kristal-kristal kecil setelah ekstrusi, batuan
yang dihasilkan mungkin sebagian besar kaca/gelas (seperti batuan obsidian).
Jika pendinginan lava terjadi lebih lambat, batuan akan kasar.Karena
mineralnya sebagian besar halus, jauh lebih sulit untuk membedakan antara
berbagai jenis batuan beku ekstrusif dibandingkan antara berbagai jenis batuan
beku intrusif. Umumnya, konstituen mineral halus batuan beku ekstrusif
hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan sayatan tipis dari batuan di
bawah mikroskop polarisasi, sehingga hanya klasifikasi perkiraan yang dapat
dibuat di lapangan.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari praktikum lapangan yang telah dilaksanakan dapat sdisimpulkan
bahwa keadaan di lapangan jauh berbeda dari yang dipelajari pada saat
perkuliahan,dimana untuk mengamati suatu singkapan atau pun batuan
di lapangan membutuhkan ketelitian yang tinggi guna mendapatkan hasil
yang maksimal.
2. Pendeskripsian batuan di lapangan dapat dilakukan dengan
memperhatikan dan menyesuaikan sesuai dengan literature yang telah
dipelajari selama perkuliahan.
3. Dalam praktikum lapangan ini ada dua jenis batuan yang diamati,pada
lokasi pengamatan yang pertama,praktikan melakukan pendeskripsian
batuan sedimen,jenis batuan yang diamati yaitu batupasir.Pada lokasi
pengamatan yang kedua sinfgkapan batuan yang diamati adalah
singkapan batuan beku,dan jenis batuannya adalah andesit.
4.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum lapangan selanjutnya asisten laboratorium
dapat menjelaskan lebih detail mengenai materi praktikum yang sedang
berlangsung.Diharapkan juga agara asisten laboratorium selalu mendampingi
asisten saat praktikum lapangan berlangsung,dan juga agar pada praktikum
lapangan selanjutnya penggunaan waktu dapat secara lebih efisien lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Sukendar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur, Departemen Teknik
Geologi ITB. Bandung
Badgley, P.C. 1959. Structural Methot For The Exploration Geologist. Oxford Book
Company. New Delhi.
Bishop, M. G., 2000, Petroleum systems of the northwest Java province, Java
andoffshore southeast Sumatra, Indonesia: USGS Open-file report 99-
50R.
Billings, M.P. 1977. Struktur Geologi. Third Edition, and Pretice Hail Of India.
New Delhi.
Compton, Robert. R. 1962. Manual Of Field Geologi. John Wiley and Sons, Inc.
New York.
Darman, H. dan Sidi, F.H., 2000, An Outline of The Geology of Indonesia,Ikatan
Ahli Geologi Indonesia.
Endarto, Danang, Pengantar geologi,: Lembaga LPP UNS danUPT UNS Press,
Surakarta. 2005
Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.
Pulunggono dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene
Neogene merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa,
Proceeding Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Percetakan NAFIRI,
Yogya.
Pringgoprawiro, H., 1983, Biostratigrafi dan Paleogeografi Cekungan Jawa
Timur Utara: Suatu Pendekatan Baru. Disertasi Doktor, ITB,
Bandung (tidak diterbitkan)
Twiss,R.J.1992.Structural geology,Freeman and company.New york.
Wilson, M. 1989. Igneous Petro-genesis. Unwin Hyman: London
Endarto, Danang, Pengantar geologi,: Lembaga LPP UNS danUPT UNS Press,
Surakarta. 2005

Anda mungkin juga menyukai