PENDAHULUAN
Organization (WHO) tahun 2016, diseluruh dunia sekitar 162 juta anak balita
Sub-Sahara Afrika (40%) dan Asia (39%). Angka kejadian stunting di Asia pada
Menurut WHO (2010), stunting atau terlalu pendek adalah status gizi yang
didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri
penilaian status gizi anak dan hasil pengukurannya berada pada ambang batas
terjadi akibat kondisi kekurangan gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis.
mental.
ke-5 setelah Tiongkok China, India, Nigeria dan Pakistan dengan jumlah anak
1
2
Indonesia berada pada 27,5%, dengan status sebelumnya 37,2% atau sebanyak
Selain data kejadian stunting pada tahun 2016, hasil Riset Kesehatan
dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%), yang artinya tidak menunjukkan
Y, Su. X, Wang. C, Zhang. L, Zhang. X, Wang. L and Cui. Y (2014), bahwa 301
orang dari 1115 anak dibawah lima tahun atau sekitar 27% mengalami stunting,
dan mengalami stunting parah sebanyak 147/1115 anak balita (13,2%). Beberapa
lain, lingkungan tempat tinggal, tingkat pendidikan orang tua, jenis kelamin
Didapatkan angka stunting Nigeria sebesar 17,4% pada anak sekolah dan
asupan nutrisi dan penyakit infeksi sebagai faktor langsung. Asupan energi dan
imunisasi, pekerjaan dan tingkat pendidikan orang tua serta status ekonomi
pada balita.
Banyak dampak negatif yang ditimbulkan jika seorang anak dalam periode
permasalahan gizi yang berakibat pada stunting. Dalam jangka pendek yaitu
angka kematian bayi dan anak, mudah terserang penyakit, memiliki postur tubuh
tidak maksimal saat dewasa, resiko tinggi munculnya berbagai macam penyakit
serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
mendorong pertanian yang berkelanjutan. Dalam program ini terdapat dua target
4
yang salah satunya berkaitan dengan perhatian pada gizi balita yaitu, pada tahun
target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita
(Bappenas, 2017).
A. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini yaitu “Faktor-Faktor apa saja yang berhubungan
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Medan.
Medan.
Medan.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a) Bagi masyarakat
anaknya
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Stunting
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan
Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) yang
pendek).
stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang
berada di bawah minus dua standar deviasi (<-2SD dari tabel status gizi
WHO child growth standard). Balita Pendek (stunting) adalah status gizi
yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar
antropometri penilaian status gizi anak dan hasil pengukurannya berada pada
Kebudayaan (2017), stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita
akibat dari kekurangan gizi kronis; kekurangan gizi sejak bayi dalam
kandungan dan pada awal masa anak lahir. Adapun intervensi yang sangat
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai
janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian pada
bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur
tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga
terjadi antar generasi ditambah dengan penyakit yang sering dialami. Hal
tersebut adalah ciri khas endemik kemiskinan. Stunting terkait dengan lebih
dan peringatan telah diberikan oleh Presiden RI, yang tertantang untuk
2. Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau
lebih popular dengan usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Menurut
9
Sutomo (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita)
dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi,
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut
Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh
derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari
pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri dan
dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Masalah gizi anak secara garis
hal yang mutlak karena usia ini anak akan tumbuh dan berkembang dengan
yang sarat akan gizi dan nutrisi sesuai kebutuhan anak dan memperhatikan
menu gizi seimbang perlu diperhatikan, agar anak terhindar dari malnutrisi
gizi sebagai akibat dari pengobatan penyakit yang tidak memadai, tingkat
yang buruk, termasuk keberadaan air bersih, juga menempatkan anak pada
gizi. Pola asuh bayi dan anak, bersama dengan ketahanan pangan rumah
adalah prasyarat yang diperlukan untuk gizi yang cukup (Paramitha, 2012).
a. Asupan Energi
Metabolic Rate (RMR) dua kali lipat dibandingkan dengan masa dewasa.
aktivitas fisik, ukuran lahir, usia, jenis kelamin, faktor genetik, asupan
3) Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk
energi sehari diperoleh dari 50-60% karbohidrat, 25-35% lemak, dan 10-
atau kurang aktifitas fisik. Sebaliknya, bila asupan energi kurang dari
lebih rendah dari normal atau ideal. Keadaan kurang berat pada bayi dan
b. Asupan Protein
12
yang dapat dipenuhi dari ASI, susu formula, dan MP-ASI. Kandungan
jaringan mata, kulit, otot, jantung, paru, otak dan organ lain
akan kandungan energi, protein dan zat gizi mikro dapat menjadi
yang penting sebagai sumber protein dan zat gizi mikro. Rendahnya
antara asupan energi dan protein. Jika asupan energi kurang, protein akan
(I Dewa, 2016).
adanya hubungan antara asupan protein tinggi pada bayi dan balita
c. Penyakit Infeksi
Infeksi adalah salah satu faktor selain asupan energi dan protein
karena perbedaan antara jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan
jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi sebagai
memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit, mudah sakit
baik pada saluran nafas atas dan bawah. ISPA disebabkan oleh
sistem imun dan polusi udara. Infeksi saluran nafas bagian atas
sinus atau sinusitis, radang amandel atau tonsillitis, radang pita suara
paru. Infeksi ini dapat berakibat pada penyakit seperti radang tabung
berkaitan dengan lima atau lebih periode kejadian diare pada umur
diare akut dan diare persisten (kejadian diare dengan lama waktu
(Maxwell, 2011).
darah dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi
oleh berbagai penyebab. Bakteri penyebab diare pada bayi dan akan-
risiko terhadap kejadian stunting balita. Diare dan ISPA merupakan salah
satu penyakit infeksi yang sering diderita oleh anak dan memberikan
dampak negatif terhadap status gizi anak dalam hal mengurangi nafsu
katabolisme sehingga cadangan zat gizi yang tersdia tidak cukup untuk
kejadian ISPA dan diare pada balita menggambarkan bahwa penyakit ini
perkembangan balita.
diare memiliki pertumbuhan tinggi badan lebih 6,3% dan berat badan
tinggi. Diare juga memiliki efek yang sama pada pertumbuhan anak di
Gambia, dimana ada hubungan antara tinggi dan berat badan anak yang
lebih rendah pada anak dengan prevalensi diare tinggi (Preedy, 2012).
memiliki tingkat daya imun lebih rendah, sehingga jika terpapar dengan
Air Susu Ibu atau ASI adalah species specific dan merupakan
sumber yang dapat mencukupi secara penuh atas kebutuhan energi dan
protein dalam masa bayi 6 bulan, secara tidak langsung pemberian ASI
bioaktif di dalam ASI yang merupakan hal yang sangat penting untuk
19
pertumbuhan.
di samping ASI. ASI eksklusif hanya berlaku bagi bayi yang lahir full
(Ranuh, 2013). Oleh karena itu, kaitannya dengan ASI eksklusif WHO
bayi sejak lahir sampai dengan 6 bulan. Namun ada pengecualian, bayi
tetes atas saran dokter. Selama 6 bulan pertama pemberian ASI eksklusif,
bayi tidak diberikan makanan dan minuman lain (susu, formula, jeruk,
madu, air, teh, dan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu,
ASI kepada bayi, tetap pernah memberikan sedikit air atau minuman
kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Sehingga dapat dikatakan
20
eksklusif dan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Penelitian
peluang 1,56 kali lebih besar tidak mengalami stunting daripada balita
karena ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. MP-ASI
(keterampilan otomotor).
hipoalergenik
dan mineral.
balita.
f. Status Imunisasi
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes, 2015).
22
membentuk antibodi atau respon imun seluler yang dapat melawan agen
lain : TBC, difteri, tetanus, pertusis, polio, campak, hepatitis B dan lain
imunisasi 8,7%.
anak-anak mereka, hal ini diketahui bahwa masih adanya faham yang
orangtua mengenai hal tersebut, antara lain karena anaknya takut panas,
lebih besar mengalami gizi buruk kronis yang berakibat pada kejadian
kematian janin, neonatal, dan post neonatal; mordibitas bayi dan anak;
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
lahir kurang dari 2.500 gram di sebut Low Birth Weight Infants. BBLR
Bayi dengan berat lahir < 2.500 gram bisa dikarenakan dia lahir secara
seorang anak dan memerlukan perhatian yang lebih banyak lagi di hari-
kurang gizi sedang dan berat yang ternyata turun sedikit sebesar 10%
dari pada situasi pada tahun 1989 dan hampir separuhnya adalah stunted.
Anak yang menderita malnutrisi dengan BBLR dan stunted ketika pada
(Ranuh, 2013).
bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN).
hari.
neurologi.
anak usia 6-24 bulan yaitu 5,6 kali lebih berisiko untuk mengalami
berat badan lahir dengan kejadian stunting pada balita. Balita yang
hari. Hal ini karena pada umumnya bayi yang mengalami Intra Uterine
Karias, Hulu Sungai Utara. Kondisi ini dapat terjadi karena pada bayi
dapat menyebabkan bayi lahir dengan panjang badan lahir pendek. Bayi
yang dilahirkan memiliki panjang badan lahir normal bila panjang badan
lahir bayi tersebut berada pada panjang 48-52 cm (Kemenkes RI, 2010).
penelitian ini, panjang badan lahir dibagi menjadi dua kategori, pendek
27
dan tidak pendek. Pendek jika balita lahir dengan panjang badan <48 cm,
dan kategori tidak pendek jika balita lahir dengan panjang badan ≥48 cm.
Selain itu penelitian lain oleh Luh Sri Suciari (2015), bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara panjang badan lahir dan berat
hubungan antara panjang badan lahir rendah (<48 cm) terhadap kejadian
faltering) lebih besar pada bayi yang telah mengalami falter sebelumnya
status gizi dan kesehatan ibu pada saat hamil sehingga menyebabkan
jika pendapatan < Rp. 1.452.400 dan status ekonomi ≥ UMK jika
pendapatan ≥ Rp 1.452.400.
Penyakit seperti kurang gizi, TBC, dan penyakit infeksi lain sering kali
memiliki ekonomi yang baik. Selain itu, masalah gizi kurang erat
keluarga dengan status ekonomi tinggi yang hanya sebesar 7,7%. Pada
29
kejadian stunting leibih tinggi terjadi pada status ekonomi rumah tangga
dilakukan oleh Zilda Oktarina (2013), balita yang berasal dari keluarga
perkotaan.
a. Antropometri
dalam hal dimensi tulang otot, dan jaringan adipose atau lemak. Karena
status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, tinggi duduk, lingkar perut, lingkar pinggul,
1) Keunggulan antropometri
oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat agar dapat
lampau.
berikutnya.
2) Kelemahan antropometri
pengukuran antropometri.
antropometri gizi.
petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat yang tidak
b. Ukuran Antropometri
a. Umur
status gizi yang tidak tepat. Hasil pengukuran berat badan dan
32
panjang badan tidak akan berarti jika penentuan umur salah. Batasan
umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (completed year) dan
b. Berat Badan
baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi
tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lain. Berat badan dipakai
dibawa dari satu tempat ke tempat lain, Mudah diperoleh dan relatif
(Hasdianah, 2014).
c. Tinggi Badan
pada lantai yang rata, tidak menggunakan alas kaki, kepala sejajar
lurus, tumit, bokong dan bahu menyentuh dinding yang lurus, tangan
c. Indeks Antropometri
gizi. Indeks antropometri terdiri dari berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB).
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berasarkan
Indeks Antropometri
Indeks Kategori Ambang Batas
Status Gizi (Z-score)
Berat Badan menurut Umur Gizi Buruk < -3 SD
(BB/U) Gizi Kurang -3 SD sampai dengan -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek < - 3 SD
Umur (PB/U) atau Tinggi Pendek -3 SD sampai dengan -2 SD
Badan menurut Umur Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
(TB/U) Tinggi >2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan
Berat Badan menurut Sangat Kurus < - 3 SD
Panjang Badan (BB/PB) Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD
atau Berat Badan menurut Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk >2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan
Indeks Masa Tubuh Sangat Kurus < - 3 SD
menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Indeks Masa Tubuh Sangat Kurus < - 3 SD
menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD
34
dicapai, dapat digunakan sebagai indeks status gizi atau kesehatan masa
pertumbuhan linier. Hasil dari proses yang terakhir ini disebut “stunting”
(Paramitha, 2011).
Pada prinsipnya, ada tiga cara pemaparan indikator ini, yaitu (1)
persentase, (2) persentil, dan (3) z-skor, atau simpang baku terhadap nilai
Status Gizi Anak bahwa untuk menilai status gizi anak diperlukan
dengan standar +1 SD atau -1 SD. Jadi apabila TB/U pada kasus lebih
B. Keranga Konsep
Penyakit Infeksi
Pemberian ASI Eksklusif
Status Imunisasi Stunting pada anak
Berat Badan Lahir prasekolah
Panjang Badan lahir
Status Ekonomi Keluarga
Status Gizi Balita
dengan panjang
badan < 48 cm,
dan kategori tidak
pendek jika balita
lahir dengan
panjang badan ≥
48 cm.
7 Status Pendapatan yang Kuesioner Wawancar 1. Dibawah Nomina
ekonomi didapatkan a UMK l
keluarga keluarga balita 2. Diatas
dalam waktu satu UMK
bulan. Hasil ukur (Perda DIY,
pendapatan 2015)
dibawah UMR
Kota Yogyakarta
jika < Rp.
1.452.400. Diatas
8 Status UMR jika ≥ Rp. Kuesioner 1. Baik
gizi 1.452.400. dan buku Wawancar 2. Kurang Nomina
Sebagian besar KIA/ a Baik l
balita memiliki KMS (Amerta
tingkat konsumsi nurt,
energi, 2018)
lemak,protein,karb
ohidrat,seng dan
zat besi yang
cukup. terdapat
hubungan asupan
energy, protein,
lemak,
karbohidrat, dan
seng pada balita
dengan status gizi
(TB/U), sehingga
dibutuhkan asupan
gizi yang adekuat
selama masa
balita.
38
C. Hipotesis
pada balita
pada balita .
3. Ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian stunting pada balita
4. Ada hubungan antara berat lahir balita dengan kejadian stunting pada balita
5. Ada hubungan antara panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada
balita
pada balita
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
faktor-faktor risiko dan efek (dapat berupa penyakit atau status kesehatan
yang termasuk faktor-faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi
sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama bukan berarti pada
suatu saat observasi dilakukan pada semua subyek untuk variabel, tetapi tiap
subyek hanya diobservasi satu kali, dan faktor risiko serta efek diukur menurut
B. Variabel Penelitian
uatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
39
penelitian ini yaitu : penyakit infeksi, pemberian ASI ekskluisf, status imunisasi,
berat lahir balita, panjang badan lahir balita dan status ekonomi keluarga.
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel terikat pada
b. Pemberian MP-ASI
40
C. Definisi Operasional Penelitian
instrumen/alat ukur.
1. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
a. Kriteria inklusi
1) Anak pra sekolah stunting dan normal usia 3-5 thn yang datang saat berobat
41
2) Ibu balita yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
b. Kriteria eksklusi
slovin untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti dari keseluruhan
jumlah populasi :
Keterangan :
N : Jumlah populasi
n : Jumlah sampel
e : Tingkat signifikansi
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada didalam populasi itu dan purposive sampling merupakan teknik penentuan
kegiatan Puskesmas.
E. Etika Penelitian
42
Ethical clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik
Penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu
maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia diteliti, maka harus bersedia
memberikan nama responden pada lembar alat ukur, jadi hanya menuliskan kode
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
a. Microtoise
200 cm dan tingkat ketelitian 0,1 cm. Selanjutnya, data tinggi balita diolah
dengan melihat tabel status gizi berdasarkan standar baku WHO-2005 (Z-skor
43
b. Kuesioner
ditanyakan kepada ibu balita. Pertanyaan dalam kuesioner meliputi data status
kelamin, berat lahir balita, panjang badan lahir), karakteristik orang tua balita
(pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan status ekonomi keluarga).
Kuesioner Penelitian ini di adopsi dari Penelitian Paramitha Anisa (2012), dengan
Usia 25-60
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
(ibu balita) yang menjadi sampel dalam penelitian. Data primer yang diperlukan
a. Data tinggi badan balita berdasarkan status gizi Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U), dengan melakukan pengukuran tinggi badan (untuk anak usia 24-60
b. Data tentang data status penyakit infeksi, pemberian ASI ekskluisf, status
imunisasi, berat lahir balita, panjang badan lahir, status ekonomi keluarga,
karakteristik balita dan orang tua, didapatkan melalui pengisian angket kuesioner.
44
Setelah dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, kuesioner dalam
penelitian ini tidak memerlukan uji validitas dan reliabilitas. Karena data primer yang
diinginkan oleh peneliti dari responden penelitian hanya berupa data demografi dan
karakteristik responden.
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kebenaran data yang diperoleh dan
setiap variabel.
b. Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode pada tiap variabel yang
diteliti. Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kode pada
1) Stunting
2) Penyakit Infeksi
45
Kode 2 untuk : Tidak Sakit
4) Status Imunisasi
5) Usia Balita
6) Jenis Kelamin
9) Pendidikan Ayah
46
Kode 2 untuk : Tinggi
c. Entry
Data entry adalah memasukkan data dari kuesioner yang telah di coding
kedalam program pengolahan data yang ada didalam komputer, sesuai dengan
variabel yang telah disusun dan dianalisis. Dalam melakukan entry data
data yang dimasukan untuk menghindari dan mengurangi risiko kesalahan entry
data.
d. Cleaning
Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali data yang telah dimasukkan, apakah
ada bagian yang belum terisi, data yang belum diberi kode atau kesalahan dalam
pemberian kode.
e. Tabulating
47
Tabulating yaitu setelah data tersebut masuk ke dalam program SPSS dalam
komputer, kemudian direkam dan disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca
dengan jelas kemudian dilakukan analisis data secara univariat dan bivariat.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
variabel tunggal (Topan, 2015). Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi tiap variabel yang diteliti, baik variabel terikat (kejadian
stunting: penyakit infeksi, pemberian ASI ekskluisf, status imunisasi, berat lahir
balita, panjang badan lahir dan status ekonomi keluarga. Dalam penelitian ini
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antar variabel bebas dan
variabel terikat. Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
hubungan stunting dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada balita usia 24-
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Uji Chi Square. Uji Chi Square (Kai
Kuadrat) adalah uji analisis yang digunakan untuk melihat hubungan atau
pengaruh antar variabel yang terdapat pada Baris dan Kolom dengan mencari
nilai Asym. Sig (2-tailed). Dalam mengolah hasil analisis bivariat, peneliti pun
menggunakan program SPSS dalam komputer. Adapun syarat Uji Chi Square
yaitu :
48
2) Skala Data Variabel Kategorik
4) Jumlah cell dengan expected count kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
hubungan secara statistik, jika p value <0,05 maka terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik. Jika pada tabel memiliki expected count kurang
dari 5 dan lebih dari 20% maka yang digunakan adalah uji Fisher Excact.
49