Anda di halaman 1dari 68

493

,''B A B g:7
Ventilasi'Paru

Tujuan dari pernapasan dalah untukm$yediataa ok,


sigen.'b,4gi jaringan dan manbuang"karbon dioksida.
Uut*k merreppai hrjuan ini, pernapasan dapat dibagi
menjadi', e,rnpat fungsi. utama : 11 ) v en I i I as i p a r u, y ang
berasi:mas&dan kelnarnya udara antara atmosfir dan
al*ecli paru; 8J difusi oksigen daw karhon dioksida
,antaro alveoli rlan darah; {3} pengangkutan:oksigen
dan karbon diakidq dalafi durah dan eairan tabuhk* dan dari sel jaringan,fubuh;
dan,{4} pefigatilrun ventilasi dan hal-hal lain dari'pemspasan 'Bab ini'membaha*
mengenai ventilasi paru, dan lima bab selanjutnya membahas fungsi pemapasan yang
lain,juga fisiologi abno64alitas pernapasan yang khusus. I ":

Mekanika Ventilasi Paru


6tot yang Menimb-ull{an: , ,r ,r' . ,'-..',:.;, '-
..Pengembdfigafi,,dfln P.engsmpisan Faru , .

Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara: ( l) dengan gerakan naik tu-
,,runnye,diaficgrna,uutuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, dalr ($ deng4a.., ,' ,'.,.
-depresi:dan,elevasi tulang,iga un&!.m,emperberar atau rnemperkecil.diameter antqo*
posterior rongga dada. Gambar 37- I melukisk4n kedua metode ini.
Pernapasan nonnal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui
melode pertama, yaitu mclalui gerakan diafragrna. Selarna inspiiasio kontraksi.di r,.,.l ,:r
,fiagma nnenari.k peimukaan bawah paru ke a1ah bgwah, Kemudisn,selartraekspirasi,, r .:i.:ir,
rneagadakan.relakgusi, Sry,1ifut glas|ii daya lenting paru {eXastie 'regoil}, ,.-:::.,
'diaf,ragma
. {ind-{ng dada, dan,struk*r a}do*nen akan menekafr paru-paru dan mengelustkan uda;, , ',,.,,,:,

'ia.'Narnun, selama'bernapas kuat, 4gya elastis tidak culqup kuat untuk rnenghasilkan ,,
,
'
l,ekspiiasi cep*t yang dipertrul<an, sehingga diperlukan tenaga ekstftr yang torutiln&
,

diperoleh dari kontraksi otot-olot abclomen, yang mendorong isi abdomen ke atas
melawan dasar diafragma; sehingga mengkompresi paru
Metode kedua uriruk mengembangka.n pam adalah dengan mengangkat rangka
iga. Pengembangan paru ini dapat te4ad; t atena pada posisi istirahai. iga miring ke
:,r.,r:;,,r:
'ba*ah, sepert-i:yaag tampak pada Gambar 37-1', dengan:demftianrstertuirt,ful'sp fts
belakang ke arah kolumna vertebralis. Tetapi. bila rangka iga dielevasikan, tulang
'iga langsung maju sehingga steinufii sekarang bergerak ke depan menjauhi'spin&1,' ; ,, r,.'-.
,,meiltbeiltuklarak'ant*posprior dada',kirs-kira 20%o lebih besar se}a$a migbi{
i',i'il'"]i,
,', aksiffrunx,dibandingk*n selamaekspirasi-Oleh katena itu, otot-otot y.etxg ryerrgeler' ,,,.,"-,
vasikan rangka dada dapat diklasifikasikan sebagai otot-otot inspirasi, dan otot-otot
yang menurunkan rangka dada diklasifikasikan sebagai otot-otot ekspirasi. Otot pa-
ling penting yang mengangkat rangka iga adalah otot interkoslalis eksterna. tetapi
'r"1u1'.o.tot lsifii ng'm
anlqqya anU* 1r1 ltemo&eid*masloideas,,4renga*g\at.""" '
sternum ke atas. (2) serratus anlerior, mengangkat sebagian besar iga: dan, (3) sftale-
/rrl.r, mengangkat dua iga pertama.
rlt t.-jirl :rrr.r,: ,,r,r,:: r:r,r ::::::rl rrl, rrl.:j:::r:l

r*95
496 UNIT Vll Pernapasan

Penambahan f(,
diameter vertikal
Penambahan
diameter A-P =0,50
o
E
Kontraksi otot
interkostalis
E o,zs
eksternus .G
Relaksasi
t!
otot lnterkostalis
internus o
OJ
Kontraksi o-
otot abdomen +2
EKSPIRASI

GAMBAR 37-1. Pengembangan dan pengempisan rangka dada 0


selama ekspirasi dan inspirasi, menggambarkan kontraksi di-
afragma, fungsi otot interkostalis, elevasi dan depresi rangka
a
iga.
E* -2
E
.!,
c-4
(E'
L
Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama G
j
ekspirasi adalah (1) rektus abdominis,yang mempunyai e-6
efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat terhadap
iga-iga bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika +
otot-otot ini dan otot-otot abdomen lainnya menekan isi
abdomen ke atas ke arah diafragma, dan (2) interkostalis
inlernus.
Gambar 37-l juga melukiskan mekanisme kerja otot
GAMBAR 37-2. Perubahan pada volume paru, tekanan alveolus,
interkostalis internus dan eksternus untuk menimbulkan tekanan pleura, dan tekanan transpulmona! selama pernapasan
inspirasi dan ekspirasi. Pada bagian kiri, selama ekspirasi normal.
tulang-tulang iga membentuk sudut ke bawah dan otot in-
terkostalis eksternus memanjang ke depan dan ke bawah.
Bila otot-otot ini berkontraksi, otot tersebut menarik tu-
lang iga bagian atas ke depan dalam hubungannya dengan toraks. Oleh karena itu, kedua paru menetap pada dinding
tulang iga yang lebih bawah, keadaan ini akan menghasil- toraks seolah-olah terlekat padanya, kecuali ketika dada
kan daya ungkit pada tulang iga uqtuk mengangkatnya melakukan pengembangan dan berkontraksi, maka paru-
ke atas, dengan demikian menimbulkan inspirasi. Otot paru dapat bergesei secara bebas karena terlumas dengan
interkostalis intemus memiliki fungsi berlawanan, yang baik.
berfungsi sebagai otot-otot ekspirasi, karena otot-otot ini
membentuk sudut antara tulang iga dalam arah yang ber-
Tekanan Pleura dan
lawanan dan menghasilkan daya ungkit yang berlawanan
Perubahannya Selama Pernapasan
pula.
Tekanan pleura adalahtekanan cairan dalam ruang sempit
antara pleura paru dan pleura dinding dada. Seperti yang
Pergerakan Udara ke dalam dan telalr disebutkan s ebelumnya, norm alny a ter dapat sedikit
keluar Paru, da4 Tekanan yang isapan, yang berarti suatu tekanan negatif yang ringan.
Menyebabkan?ergerakan Tersebut Tekanan pleura normal pada awal inspirasi adalah sekitar
*5 sehtimeter air, yang merupakan nilai isap yang dibu-
Paru-paru merupakan struktur elastis yang akan mengem- tuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka
pis seperti balon dan mengeluarkan semua udaranya sampai nilai istirahatnya. Kemudian, selama inspirasi
melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk memperta- normal, pengembangan rangka dada akan menarik paru
hankan pengembangannya. Juga, tidak terdapat pelekatan ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar dan me-
antara paru-paru dan dinding rangka dada kecuali pada nyebabkan tekanan menjadi lebih negatif, menjadi raia-
bagian paru yang tergantung pada hilumnya dari medias- rata sekitar -7,5 sentimeter air.
tinum. Bahkan, paru-paru sebetulnya "mengapung" dalam Hubungan antara tekanan pleura dan perubahan vo,
rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan lume paru ini ditunjukkan pada Gambar 37-2,yangmem-
pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru di dalam perlihatkan terjadinya peningkatan negativitas tekanan
rongga. Selanjutnya, cairan yang berlebihan akan diisap pleura dari -5 menjadi *7,5 selama inspir4si pada gambar
terus menerus ke dalam saluran limfatik untuk menjaga bagian bawah, dan pada gambar bagian atas terlihat pening-
agar terdapat sedikit isapan antara permukaan viseral dari katan volume paru sebanyak 0,5 liter. Kemudian, selama
pleura paru dan permukaan parietal pleura dari rongga ekspirasi, peristiwa yang terjadi adalah kebalikannya.
BAB 37 Ventilasi Paru 497

Tekanan Alveolus
Tekanan alveolus adalah tekanan udara di bagian dalam
alveoli paru. Ketika glotis terbuka, dan tidak ada udara
yang mengalir ke dalam atau ke luar patu, maka tekanan o
ts
pada semua bagian jalan napas, sampai alveoli, semuanya =0,50
sama dengan tekanan atmosfer, yang dianggap sebagai t!
tekanan acuan 0 dalam jalan napas-yaitu, tekanan 0 sen- o
timeter air. Untuk menyebabkan udara mengalir ke dalam E
alveoli selama inspirasi, maka tekanan dalam alveoli ha- E
rus turun sampai nilainya sedikit di bawah tekanan atmos-
fer (di bawah 0). Kurva kedua (yang diberi label "tekanan E o.zs
alveolus") pada Gambar 37-2 memperlihatkan bahwa se- G

lama inspirasi normal, tekanan alveolus filenurun sampai


o
-sekitar -1 sentimeter air. Tekanan yang sedikit negatif ini 0.
cukup untuk menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru
dalam waktu 2 detik sebagaimana yang diperlukan untuk
inspirasi yang normal dan tenang.
tr
Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan:
Tekanan elveolus meningkat sampai sekitar +1 sentimeter Tekanan pleura (crn HrO)
air, dan tekanan ini mendorong 0,5 liter udara inspirasi
keluar paru pada saat ekspirasi selama 2 sampai 3 detik. GAMBAR 37-3. Diagram komplians pada orang yang sehat. Dia-
gram ini memperlihatkan komplians paru saja.

Tekonon Tronspulmonol. Akhirnya, perhatikan pada


Gambar 37-2,terdapat perbedaan antara tekanan alveolus
dan tekanan pleura. Perbedaaq ini disebut tekanan trans-
pulmonal. Ini merupakan perbedaan antara tekanan alveo- cairan yang melapisi dinding bagian dalam alveoli dan
ruang udara paru lainnya.
li dan tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah
Daya elastis jaringan paru terutama ditentukan oleh ja-
rrilai daya elastis dalam paru yang cenderung mengem-
linan serabut elastin dan serabut kolagen di antara paren-
piskan paru pada setiap pemapasan, yang disebut tekanan
kim paru. Pada paru yang mengempis, serabut-serabut ini
daya lenting paru.'
secara elastis berkontraksi dan menjadi kaku; kemudian,
ketika paru mengembang, serabut-serabut menjadi tere-
Komplians Paru gang dan tidak kaku lagi, dengan demikian menjadi lebih
Luasnya pengembangan paru untuk setiap unit pening- panjang dan mengerahkan daya elastis yang lebih kuat.
katan tekanan transpulmonal (iika terdapat cukup waktu
untuk mencapai keseimbangan), disebut komplians paru.
Nilai komplians total dari kedua paru pada orang dewasa
normal rata-rata sekitar 200 mililiter udara per cm tekanan
transpulmonal air. Artinya, setiap kali tekanan transpul- Terisi larutan salin
monal meningkat sebanyak I sentimeter air, maka volume 0,50
o
paru, setelah 10 hingga 20 detik, akan mengembang 200 =
mililiter. 5
(E
o
o
Diogrom Kompliols Poru. Gambar 37-3 adalah
diagram yang menghubungkan perubahan volume paru ) 0,25
6
dengan perubahan tekanan transpulmonal. Perhatikan
bahwa hubungarj ini berbeda pada waktu inspirasi mau- (n

pun ekspirasi. Setiap kurva direkam dengan mengubah IU


ll
tekanan transpulmonal dalam tahap-tahap yang sempit, )
L
Q'
dan memungkinkan volume paru untuk mencapai tingkat o.
yang stabil antara tahap-tahap yang berurutan tersebut.
Kedua kurva ini disebut kurvi komplians inspiratorik dan a-24-6-8
kurva komplians elrspiratorik, dan seluruh diagram dise- Tekanan pleura (cm HrO)
but diagram komplians paru.
Ciri khas diagram komplians ditentukan oleh daya GAMBAR 37-4. Perbandingan diagram komplians paru yang
elastis paru. Daya elastis ini dapat dibagi menjadi dua ba- terisi udara dengan paru yang terisi larutan salin ketika tekanan
gian: (1) daya elastis jaringan paru itu sendiri dan (2) alveolus diperiahankan pada tekanan atmosfer (0 cm HrO) dan
daya elastis yang disebabkan oleh tegangan permukaan tekanan pleuranya berubah.
498 UNIT VII Pernapasan

Daya elastis yang disebabkan oleh tegangan perrnu- protein surfaktan, dan ion kalsium. Dipalmitoilfosfati-
kaan sifatnya jauh lebih kompleks. Arti penting dari te- dilkolin, bersama dengan beberapa fosfolipid yang kurang
gangan permukaan diperlihatkan pada Gambar 37-4,yang penting lainnya, bertanggung jawab untuk menurunkan
membandingkan komplians paru ketika terisi oleh udara tegangan permukaan. Zat-zat ini menurunkan tegangan
dan ketika terisi oleh larutan salin. Ketika paru terisi oleh permukaan dengan tidak terlarut seluruhnya dalam cairan
udara, terjadi pertemuan antara cairart alveolus dengan yang melapisi permukaan alveoli. Sebaliknya, sebagian
udara dalam alveolus. Pada keadaan paru terisi larutan molekul terlarut sedangkan sisanya menyebar ke seluruh
salin, tidak terjadi pertemuan udara-cairan; oleh karena permukaan air dalam alveoli. Permukaan ini memiliki be-
itu, tidak ada pengaruh tegangan permukaan-h anya daya sar tegangan dari seperduabelas sampai setengah jumlah
elastis jaringan saja yang bekerja dalam paru yang terisi tegangan permukaan.pada permukaan air mumi.
larutan salin. Dari segi kuantitatif, tegangan permukaan pada ber-
Perhatikan bahwa tekanan transpleura yang dibutuh- bagai cairan yang berbeda kurang lebih adalah sebagai
kan untuk mengembangkan paru yang terisiudara jumlah- berikut: air mumi, 72 dynelcm; cairan normal yang mela-
nya sekitar tiga kali lebih besar daripada tekanan yang pisi alveoli tetapi tanpa surfaktan, 50 dyne/ cm; cairan
dibutuhkan untuk mengembangkan paru yang terisi yang melapisi alveoli dengan diliputi oleh surfaktan da-
larutan salin. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa daya lam jumlah normal, antara 5 sampai 30 dyne/cm.
elastis jaringan yang cenderung menyebabkan pqru yang
terisi udara menjadi kolaps, hanya menunjukkan sekitar Tekonon dolom Alveoli yong Tersumbot Aki-
sepertiga dari elastisitas paru total, sedangkan daya te- bol Tegongon Permukoon. Jika aliran udara yang
gangan permukaan cairan-udara menunjukkan sekitar berasal dari ruang udara paru dihambat, maka tegangan
dua pertiga dari elastisitas paru total. permukaan cenderung menyebabkan alveoli kolaps. Ini
menciptakan tekanan positif dalam alveoli. yang ber-
Daya elastis tegangan perrnukaan cairan - udarajuga
usaha mendorong udara keluar. Jumlah tekanan dalam
sangat meningkat ketika zatyatg disebut surfaktan tidak
alveolus yang terbentuk dengan cara ini dapat dihitung
terdapat dalam cairan alveolus. Oleh karena itu, mari kita dari rumus berikut:
bahas mengenai surfaktan dan hubungannya dengan daya
2 x Tegangan permukaan
tegangan permukaan. Tekanan _
Radius alveolus

Surfaktan, Tegangan Permukaan, Untuk alveolus dengan ukuran rata-rata dan dengan
radius sekitar 100 mikrometer serta terlapisi oleh sar-
dan Kolapsnya Alveoli
faktan normal, maka penghitungan ini menjadi sekitar 4
Prinsip Tegongon Poru. Ketika air membentuk suatu sentimeter tekanan air (3 mm Hg). Jika alveoli terlapisi
permukaan dengan udara, maka molekul air pada permu- dengan air murni tanpa adanya surfaktan, perhitungan
kaan air tersebut memiliki daya tarik yang sangat kuat tekanannya akan menjadi l8 sentimeter tekanan air, 4,5
kali lebih besar. Jadi, kita dapat melihat betapa penting-
satu sama lain. Sebagai akibatnya, permukaan air selalu
nya surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan
berusaha untuk berkontraksi. Keadaan inilah yang men-
alveolus dan oleh karenanya juga menurunkan usaha
jaga agar air dapat menetes bersama-sama; artinya, ter- yang diperlukan oleh otot pernapasan untuk mengem-
dapat membran kontraktil yang rapat pada molekul air bangkan paru.
yang mengelilingi seluruh permukaan tetesannya. Seka-
rang, mari kita balikkan prinsip-prinsip ini dan melihat Pengoruh Rodius Alveolus Terhodop Tekqnon
apa yang terjadi pada permukaan bagian dalam alveoli. Akibot Tegongon Permukoon. perhatikan rumus
Di sini, permukaan air juga berusaha untuk berkontraksi. sebelumnya bahwa tekanan yang dihasilkan oleh te-
Usaha tersebut akan mendorong udara ke luar dari alveoli gangan permukaan dalam alveoli berbanding terbalik
dengan radius alveolus, yang berarti bahwa semakin ke-
melalui bronki, dan dalam melakukan hal ini, juga me-
cil alveolus, maka semakin besar tekanan alveolus yang
nyebabkan alveoli be_rusaha untuk kolaps. Efek akhirnya
disebabkan oleh tegangan permukaan. Jadi, bila alveoli
adalah menyebabliair daya kontraksi elastis di seluruh
memiliki radius setengah dari normal (hanya 5.0 dari 100
panr, yang disebut daya elastis teganganpermukaan. mikometer), maka besar tekanannya menjadi dua kali
lipat dari tekanan yang telah tercatat sebelumnya. Hal
Surfokton don Efeknyo Terhodop Tegongon per- ini secara khusus memiliki arti penting bagi bayi-bayi
mukoon. Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan prematur yang kecil, karena banyak bayi tersebut yang
dalam air, yang berarti bahwa surfaktan sangat menu- memiliki alveoli dengan radius kurang dari seperempat
runkan tegangan permukaan air. Surfaktan disekresikan radius alveoli orang dewasa. Selanjutnya, surfaktan se-
oleh sel-sel epitel penyekresi surfaktan khusus yang dise- cara normal mulai disekresikan ke dalam alveoli antara
but sel epitel alveolus tipe II, dan kira-kira merupakan bulan keenam dan ketujuh kehamilan dan, pada beberapa
l0 persen dari seluruh daerah permukaan alveoli. Sel-sel bayi, bahkan lebih dari itu. Oleh karena itu, banyak bayi
prematur hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki
ini berbentuk granular, mengandung inklusi lipid yang di-
sama sekali surfaktan dalam alveolinya ketika bayi ter-
sekresi di surfaktan ke dalam alveoli.
sebut dilahirkan, dan parunya cenderung untuk kolaps,
Surfaktan merupakan campuran kompleks dari bebe- kadang-kadang sebesar enam hingga delapan kali dari-
rapa fosfolipid, protein, dan ion. Komponen yang paling pada orang dewasa. Hal ini menyebabkan kondisi yang
pent ing adalah fo sfol ipid d ip al m i t o i lfo sfat i d i I ko I i n, ap o - dikenal dengan sindrom distres pernapasan pada bayi
BAB 37 Ventilasi Paru 499

baru lahir. Keadaan ini bersifat fatal jika tidak diobati


dengan cara-cara yang sesuai, terutama dengan membe-
rikan pernapasan tekanan positif secara terus menerus.

Drum yang
Efek Rangka Toraks pada mengapung
Kemampuan Pengembangan Paru
Ruang
Drum
Sejauh ini, kita telah membahas mengenai kemampuan tempat pencatat
pengembangan paru tanpa memperhitungkan rangka to- oksigen
raks. Rangka toraks memiliki karakteristik elastisitas dan
Air
kepadatannya sendiri, mirip dengan yang terdapat pada
paru; bahkan jika paru tidak terdapat dalam toraks, masih
tetap diperlukan pengaruh otot untuk mengembangkan
rangka toraks.
GAMBAR 37 -S - Spi rometer.
Komplians Toraks
dan Paru Bersama-sama
Komplians seluruh sistem paru (paru dan rangka toraks diperlukan untuk ventilasi paru. Tapi selama kerja yang
bersama-sama) dapat dihitung ketika mengembangkan berat, jumlah energi yang dibutuhkan dapat meningkat
paru seseorang yang telah direlaksasikan atau dilemah- sampai 50 kali lipat, terutama jika orang tersebut meng-
kan sepenuhnya. Untuk melakukan hal ini, dalam waktu alami peningkatan resistensijalan napas atau penurunan
singkat udara dipaksa masuk ke dalam paru sementara komplians paru. Oleh karena itu, salah satu keterbatasan
utama pada intensitas kerja yang dapat dilakukan adalah
dilakukan perekaman tekanan dan volume paru. Untuk
kemampuan orang tersebut untuk menghasilkan cukup
mengembangkan seluruh sistem paru ini, maka dibutuh-
energi otot untuk proses pernapasan.
kan tekanan hampir dua kali lebih besar daripada yang
dibutuhkan untuk mengembangkan paru yang sama
setelah dikeluarkan dari rangka toraks. Oleh karena itu, Volume dan Kapasitas paru
komplians gabungan sistem paru-toraks hampir tepat
separuh dari paru itu sendiri-l 10 mililiter volume per Perekaman Perubahan
sentimeter tekanan air untuk sistem gabungan, diban- Volume Paru-Spirometri
dingkan dengan 200 mllcm untuk paru saja. Selanjutnya,
bila paru dikembangkan sampai volume yang cukup be- Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah
sar atau dikompresikan menjadi volume yang kecil, maka dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar
keterbatasan dada menjadi ekstrem; bila mendekati batas paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Bentuk
ini, maka komplians sistem gabungan paru-toraks dapat spirometer dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 37-5.
turun sampai kurang dari seperlima dari paru itu sendiri. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan
di atas bak air, dan drum tersebut diimbangi oleh suatu
beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya
"Ketja" Pernapasan
udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang menghubung-
Kita telah menekankan bahwa selama pernapasan nor- kan mulut dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas
mal dan tenang, semua kontraksi otot pernapasan terjadi dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan ter-
selama inspirasi;, ekspirasi adalah proses yang hampir jadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang
seluruhnya pasif akibat sifat elastis daya lenting paru berputar.
(elastic recoil) dan;angka dada. Jadi, dalam keadaan
Gambar 37-6 adalah sebuah spirogram yang menun-
istirahat otot-otot fernapasan "bekerja" untuk menim-
jukkan perubahan volume paru pada berbagai kondisi per-
bulkan inspirasi tapi tidak untuk menimbulkan ekspira-
napasan. Untuk memudahkan penjelasan mengenai peris-
si.
Kerja inspirasi dapat dibagi menjadi tiga bagian: tiwa ventilasi paru, maka udara dalam paru pada diagram
(l) yang dibutuhkan untuk pengembangan paru dalam dibagi manjadi empat volume dan empat kapasitas, yang
melawan daya elastisitas paru dan dada, yang disebut merupakan rata-r ata pada I aki- Ia ki d ew as a m u d a.
kerja komplians atau kerja elastis, (2) yang dibutuhkan
untuk mengatasi viskositas paru dan struktur dinding
dada, yang disebut kerja resistensi jaringan; <ian (3)
Volume Paru
yang dibutuhkan untuk mengatasi resistensijalan napas Pada bagian kiri Gambar 37-6 dituliskan empat volu-
terhadap pergerakan udara ke dalam paru, yang disebut me paru, bila semuanya dijumlahkan, sama dengan volu-
kerja resistensi jalan napas. me maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-
masing volume ini adalah sebagai be-rikut:
Energi yong Dibuluhkon unluk Pernoposon. Se-
lama pernapasan normal dan tenang, hanya 3 sampai 5 L Volume tidal adalah volume udara yang diinspi-
persen dari energi total yang dikeluarkan oleh tubuh yang rasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal;
500 UNIT VII Pernapasan

besamya kira-kira 500 mililiter pada laki-laki de- an elcpirasi.Ini adalah jumlah udara maksimum
wasa. yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
l. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum
ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya
volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat; (kira-kira 4600 mililiter).
biasanya mencapai 3000 mililiter. 4. Kapasitas paru total adalah volume maksimum
2. Volume cadangan el<spiraii adalah volume udara yang dapat mengembangkan paru sebesar mung-
ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui kin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira
ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal; 5800 mililiter);jumlah ini sama dengan kapasitas
jumlah normahya adalah sekitar 1100 mililiter. vital ditambah v olum e res i du.
3. Volume residu yaitu volume udara yang masih
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-
tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling
kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria, dan
kuat; volume ini besamya kira-kira 1200 mililiter.
lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh be-
sar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.

Kapasitas Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus Singkatan dan Lambang yang
paru, kadang-kadang perlu menyatukan dua atau lebih Dipakai pada Penelitian Fungsi Paru
volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas
paru. Di bagian kanan pada Gambar 37-6 dituliskan ber- Spirometer hanyalah salah satu cara pengukuran yang
dipakai sehari-hari oleh dokter paru. Kebanyakan cara
bagai kapasitas pam yang penting, yang dapat diuraikan
pengukuran ini sangat bergantung pada perhitungan
sebagai berikut:
matematika. Untuk menyederhanakan perhitungan dan
7. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal presentasi data fungsi paru ini, sejumlah singkatan dan

ditambah volume cadangan inspirasi. lni adalah simbol telah distandardisasikan. Beberapa singkatan
dan simbol yang penting dicantumkan pada Tabel 37-1.
jumlah udara ftira-kira 3500 mililiter) yang dapat
Dengan memakai lambang-lambang ini, diperlihatkan
dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat beberapa latihan aljabar sederhana yang menunjukkan
ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai sebagian hubungan timbal balik antara volume dan ka-
jumlah maksimum. pasitas paru; mahasiswa dapat memikirkan dan mem-
2. Kapasitas residufungsional sama dengan volume buktikan hubungan timbal balik ini:
cadangan el<spirasi ditambah volume residu. lni
VC:IRV+VT+ERV
adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada VC:IC+ERV
akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter). TLC: VC + RV
3. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan in- TLC: IC + FRC
spirasi ditambah volume tidal danvolume cadang- FRC: ERV + RV

4000
=E
J

e 3000
G

o
L
J
E
> 2000

GAMBAR 37-6. Diagram yang memperlihatkan


Waktu peristiwa pernapasan selama bernapas normal,
inspirasi maksimal, dan ekspirasi maksimal.
BAB 37 Ventilasi Paru 501

TABEL 37-1 . Singkatan dan Lambang untuk Fungsi Paru

v*l volume tidal


"' '"
i;ffnc*1, kapasitas residu fungsional P4 ' tekqnirh q]v@u3glii,L't'
tekanan pleura
,g ,
,i |iE$V1.'$r "' volume cadangan ekspirasi PP!
r Po, iekanan parsial oksigen l
:,

.ii;
F.
,j;lf,
ifG=.:.,,.
volume residu
kapasitas inSpirasi Pcot=,,;j.,l,1.,!ekahaf!.,pafsiaJifiarbQ"p dioksida ::i:
,,.,i,IRV:,,,',,,, ;.i'.! lF,:$."9.:a ngahli,n'sriitrs'i,""'=-='=l Pn" tekanan parsial nitrogen
lii kapasitas paru total Pao, tekanan pai-s&t0ksi$dn@lam'daiah#eri
lr$J1iiLii-
':'::llo:.Vo,',= ,-. u ,' Paco2 tekanan parsiat t<aibon dioksida dalem
:: -=i r=, i 1"u(3lnn't*$ , ,rt
teCistensiia!aii iihapas-.terhadap. pei$ei
, r-
Fno;=
oaran aruen
tekanan parsial oksigen dalam gas alveo-
''I
.

;'HE*{1=-r1 rakan udara ke dalam paru : IUS


d::
tv
il.::::rrt tl
I
ri.rli.i
I
ij:l
kompliahs P*co, tekanan parsial karbon dioksida dalam gas
..:lO=,:;l volume ruang rugi alveolus
::.:,y , l volume gas alveolus PAHro tekemnpar-'ialai ala'mgs'alveolus
:: :V.i p..ginap'as-an,,o.
O,1,'.
=l volume ventilasi inspirasi tiap menit B ras,'ro-perubehan
,. viri volume ventiiasi ekspirasi tiap menit curah jantung
:

"ii$5,]., ii:ill
P11'tq. '= ,: . ,',,',, ,,,

:::::vA:.:: =a1ip1,
ventilasi alveolus tiap menit
=, : :t:: ut:t ::::: : :u:u t ut I :t::::l
:
Vo^ l iL.,:ke.Ce.petAn' p eng apb i
I a h o kS.i geii.tiap....
.i.l::: L iil ii menit ,Oao* ,' ,konSehtrasi oksige alam darah aturi
t jumlah karbon dioksida yang dibuang C!:; , kon*-ehtrasi oksigen dalam campuftini:,., ,

t'$':= i, tiap menit darah vena


.. -Y4=, kecepatan pengambilan karbon So$-' p*entas*atudne.fi-E'lo'6in,oengan
monoksida tiap menit
itit D[Od iiir] :-.,,. kapasitas,.difusf paru,untuk oksi$en ., Sao, presentate salu?asi hemogloblh,dengah
r' , Dl.a0 ii, t<apasitas difusi paru untuk karbon oksi$en dalam darah arteri
monokiioa l

Menentukan Kapasitas Residu


rnc=[9!"-r)vi^4'
Fungsional, Volume Residu, LcL" )
dan Kapasitas Paru Total- dengan FRC adalah kapasitas residu fungsional, Ci""
Metode Pengenceran (Dilusi) Helium adalah konsentrasi awal helium dalam spirometer, Cf""
adalah konsentrasi akhir helium dalam spirometer, Viro,
Kapasitas residu tungsional (F'RC), yaitu volume udara
adalah volune awal spirometer.
yang tetap berada dalam paru pada akhir ekspirasi nor-
Bila FRC telah ditetapkan, volume residu (RV) da-
mal, penting untuk fungsi paru. Karena nilainya berubah
pat ditentukan dengan mengurangi FRC dengan volume
nyata pada beberapajenis penyakit paru, maka kita se-
cadangan ekspirasi (ERV) yang diukur dengan spirome-
ringkali perlu untuk mengukur kapasitas ini. Spirometer
tri. Kapasitas paru total juga dapat ditentukan dengan
tidak dapat digunakan untuk mengukur langsung kapasi-
menambahkan kapasitas inspirasi (IC) dengan FRC.
tas residu fungsional karena udara dalam volume residu
Yaitu.
paru tidak dapat diekspirasi ke dalam spirometer, dan
volume ini kira-kira-merupakan separuh dari kapasitas RV - FRC -ERV
residu fungsional. Untuk mengukur kapasitas residu
fungsional, spirometer harus digunakan secara tidak dan
langsung, biasanya dengan menggunakan metode peng-
TLC: FRC + IC.
enceran heliurn, sebagai berikut.
Spirometer yang sudah diketahui volumenya, diisi
dengan udara bercampur helium yang konsentrasinya
telah diketahui. Sebelum bernapas dari spirometer, se-
Volume Pernapasan Semenit
seorang mengeluarkan napas secara normal. Pada akhir Sama dengan Frekuensi
ekspirasi ini, volume yang tersisa dalam paru sama de-
ngan kapasitas residu fungsional. Pada titik ini, orang
Pernapasan Dikali Volume Tidal
segera mulai bernapas dari spirometer, dan gas dari spi-
Volume pernapasan semenit adalah jumlah total udara
rometer menjadi bercampur dengan gas paru. Akibatnya,
baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan tiap me-
helium diencerkan oleh gas kapasitas residu {ungsional,
dan volume kapasitas residu fungsional dapat dihitung nit; volume pernapasan semenit ini sama dengan volume
dari derajat pengenceran heliurn, dengan menggunakan tidal dikalikan dengan .frekuensi pernapasan per menit.
rumus berikut ini: Volume tidal normal kira-kira 500 mililiter, dan frekuen-
502 UNIT VII Pemapasan

si pernapasan normal kira-kira 12 kali per menit. Oleh


karena ifiJ, rata-rata volume pernapasan semenit sekitar
6 liter/menit. Seseorang dapat hidup untuk waktu yang
singkat dengan volume pernapasan semenit serendah 1,5
liter/menit dan dengan frekuensi pernapasan 2 sanpai 4 tr
60
kali per menit. o
E''
Frekuensi pernapasan kadang-kadang meningkat sam- o
pai 40-50 kali per menit, dan volume tidal dapat menjadi 'E 40
sama besar dengan kapasitas vital, kira-kira 4600 mililiter o
o
pada laki-laki dewasa muda. Keadaan ini dapat menim- o
bulkan volume pemapasan semenit lebih dari 200 literl
q20
menit, atau lebih dari 30 kali normal. Kebanyakan orang
tidak dapat menahan lebih dari setengah sampai duaper-
tiga jumlah ini selama lebih dari I menit.
100 200 300 400 500
Udara ekspirasi (ml)
Ventilasi Alveolus
GAMBAR 37-7. Rekaman perubahan konsentrasi nitrogen pada
Yang paling penting dari ventilasi paru adalah perbaruan udara ekspirasi setelah inspirasi oksigen murni sebelumnya.
udara secara terus menerus dalam area pertukaran gas di Rekaman ini dapat dipakai untuk menghitung ruang rugi, seperti
paru, tempat udara dan darah paru saling berdekatan. Yang yang dibahas dalam teks.
termasuk area ini adalah alveoli, kantong alveolus, duktus
alveolaris, dan bronkiolus respiratorius. Kecepatan udara yang samadengan konsentrasinya dalam alveoli, seperti
baru yang masuk pada area ini disebut ventilasi alveolus. yang tampak pada sebelah kanan gambar. Dengan sedi-
kit pemikiran, mahasiswa dapat melihat bahwa area A
menggambarkan udara yang tidak mengandung nitrogen
"Ruang Rugi" dan Efeknya di dalamnya; area ini merupakan volume udara ruang
pada Ventilasi Alveolus rugi. Untuk perhitungan yang lebih tepat, maka rumus
berikut ini dapat digunakan:
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah
sampai pada daerah pertukaran gas, tetapi hanya mengisi u- _ AreaAxV,
" Area B + Area A
saluran napas yang tidak mengalami pertukaran gas, seper-
ti pada hidung, faring, dan trakea. Udara ini disebut udara dengan Vo adalah udara ruang rugi, Vu adalah volume
ruang rugi sebab tidak berguna untuk pertukaran gas udara ekspirasi total.
Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan Sebagai contoh, mari kita asumsikan bahwa area A
adalah udara dalam ruang rugi, sebelum udara alveoli sam- pada gambar adalah 30 cm persegi, area B adalah 70 cm
persegi, dan volume ekspirasi total adalah 500 mililiter.
pai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan
Ruang rugi akan menjadi:
kerugian untuk pengeluaran gas ekspirasi dari paru.
x 500, atau 150 ml
Pengukuron Volume Ruong Rugi. Metode seder- =.tO==
30+70
hana untuk mengukur volume ruang rugi dilukiskan Volume Ruong Rugi Normol. Volume ruang rugi
oleh grafik pada Gambar 37-7. Pada pengukuran ini, normal pada laki-laki dewasa muda kira-kira 150 milili-
orang yang diukur sekonyong-konyong mengambil ter. Nilai ini meningkat dengan bertambahnya usia.
oksigen dengan napas dalam. Dengan cara ini, semua
ruang rugi akan diisi dengan oksigen murni. Sebagian Ruong Rugi Anolomis Lowon Ruong Rugi Fi-
oksigen juga bercampur dengan udara alveolus tetapi siologis. Metode pengukuran ruang rugi yang baru
tidak seluruhnya menggantikan udara ini. Kemudian saja dijelaskan, mengukur volume seluruh ruang sistem
orang tersebut melakukan ekspirasi melalui sebuah alat pemapasax selain alveoli dan daerah pertukaran gas
perekam nitrogen cepat, yang menghasilkan rekaman lainnya yang berkaitan erat; ruang ini disebut ruang
seperti pada gambar. Udara ekspirasi yang mula-mula rugi anatomis. Kadang-kadang, sebagian alveoli sendi-
keluar berasal dari daerah ruang rugi padajalan napas. ri tidak berfungsi atau hanya sebagian berfungsi karena
Udara ini sepenuhnya telah digantikan oleh oksigen. tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati
Oleh karena itu, pada bagian awal perekaman, hanya kapiler paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segi
oksigen yang terekam, sedangkan konsentrasi nitrogen fungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai
nol. Kemudian, bila udara alveolus mulai mencapai ruang rugi. Bila ruang rugi alveolus disertakan dalam
alat perekam nitrogen, konsentrasi nitrogen meningkat pengukuran ruang rugi total, ini disebut ruang rugi fi-
secara cepat, karena udara alveolus yang mengandung siologis, berlawanan dengan ruang rugi anatomik. Pada
sejumlah besar nitrogen mulai bercampur dengan udara orang normal, ruang rugi anatomis dan ruang rugi fisio-
ruang rugi. Setelah udara yang tersisa diekspirasikan, ' logis hampir sama sebab pada paru normal semua al-
maka seluruh udara ruang rugi telah dikeluarkan dari veoli berfungsi, tetapi pada orang yang alveolinya hanya
jalan napas dan hanya udara alveolus saja yang tersisa. berfungsi sebagian atau tidak berfungsi sama sekali di
Konsentrasi nitrogen yang terekam mencapai nilai te-tap sebagian paru, ruang rugi fisiologisnya dapat mencapai
BAB 37 Ventilasi Paru 503

sepuluh kali volume ruang rugi anatomis, atau sebesar Salah satu masalah terpenting pada seluruh bagian
1 sampai 2 liter. Masalah ini akan dibahas lebih lanjut saluran pemapasan adalah menjaga saluran tetap terbu-
pada Bab 39 dalam hubungannya dengan pertukaran ka agar udara dapat keluar dan masuk alveoli dengan mu-
gas dalam paru dan pada Bab 42 dalam hubungannya dah. Untuk mempertahankan trakea agar tidak kolaps,
dengan penyakit paru tertentu. terdapat cincin kartilago multipel yang mengelilingi tra-
kea pada kira-kira lima perenam panjang trakea. Pada
dinding bronkus, terdapat lempeng kartilago yang kecil
Kecepatan Venti lasi Alveol us dan melengkung, yang mempeftahankan rigiditas namun
tetap memungkinkan pergerakan yang cukup agar paru
Ventilasi alveolus:setiap menit adalah volume total udara dapat mengembang dan mengempis. Kartilago ini seca-
baru yang masuk ke dalam alveoli dan daerah pertukaran ra progresif menjadi semakin kecil pada generasi akhir
gas yang berdekatan lainnya setiap menit. Ini sama dengan bronkus dan tidak dijumpai lagi dalam bronkiolus, yang
frekuensi napas dikalikan dengan jumlah udara baru yang biasanya memiliki diameter kurang dari 1,5 milimeter.
memasuki alveoli daerah pertukaran gas yang berdekatan Bronkiolus dicegah agar tidak kolaps bukan melalui ri-
lainnya setiap kali bemapas: giditas dindingnya. Namun, bronkiolus dilebarkan oleh
tekanan transpulmonal yang sama yang mengembang-
Vo=Frek.(Vr-Ve) kan alveoli. Dengan demikian, bila alveoli melebar,
bronkiolusjuga melebar, tetapi tidak selebar alveoli.
dengan io adalah volume ventilasi alveolus per menit, Frek
adalah fiekuensi pemapasan per menit, V, adalah volume Dinding Muskulor podo Bronkus don Bronkiolus
tidal, dan Vo adalah volume ruang rugi fisiologis. Serlo Pengoluronnyo. Di semua bagian trakea dan
Jadi, dengan volume tidal normal sebesar 500 mili- bronkus yang tidak terdapat tulang rawan (kartilago),
liter, ruang rugi normal 150 mililiter, dan frekuensi per- dindingnya ierutama terbentuk oleh otot polos. Dinding
napasan 12 kali per menit, ventilasi alveolus sama dengan bronkiolus juga hampir seluruhnya merupakan otot po-
12 x (500-150), atau 4200 ml/menit. los, kecuali bronkiolus terminalis, yang disebut bron-
Ventilasi alveolus adalah salah satu faktor penting kiolus respiratoriLts, yang terutama terdiri dari epitel
paru, jaringan fibrosa dan beberapa serabut otot polos.
vang menentukan konsentrasi oksigen dan karbon diok-
Banyak penyakit obstruksi paru yang disebabkan oleh
sida dalam alveoli. Oleh karena itu, hampir semua uraian
penyempitan bronkus yang lebih kecil dan bronkiolus
mengenai peftukaran gas pada bab-bab sistem pernapasan yang lebih besar, seringkali karena kontraksi yang berle-
berikutnya menekankan tentang ventilasi alveolus. bihan dari otot polos itu sendiri.

Resislensi Terhodop Aliron Udoro dolom Co-


Fungsi Saluran Pernapasan bong Bronkus. Pada keadaan pernapasan normal,
udara dapat dengan sangat mudah mengalir melalui
Trakea, Bronkus, dan Bronkiolus jalan pernapasan, sehingga dengan gradien dari alveo-
li ke atmosfer kurang dari I sentimeter tekanan air sa.ja
Gambar 37-8 melukiskan sistem pernapasan, terutama sudah cukup untuk menyebabkan sejurnlah aliran udara
saluran napas. Udara didistribusikan ke dalam paru me- guna pernapasan yang tenang. Jumlah tahanan terbesar
lalui trakea, bronkus. dan bronkiolus. untuk aliran udara tidak terjadi pada jalan udara yang

GAMBAR 37-8. Saluran perna-


pasan.
504 UNIT Vll Pemapasan

kecil pada bronkiolus terminalis, tetapi pada beberapa Mukus yqng Melopisi Soluron Pernoposon,
bronkiolus dan bronkus yang lebih besar di dekat trakea. don Kerjo Silio untuk Membersihkon Soluron
Penyebab tahanan yang besar ini adalah karenajumlah Nopos
bronkus besar relatif sedikit dibandingkan dengan se- Seluruh saluran napas, dari hidung sampai bronkiolus
kitar 65.000 bronkiolus terminalis paralel yang setiap terminalis, diperlahankan agar tetap lembab oleh ia-
bronkiolus hanya dilalui oleh sedikit udara. pisan mukus yang melapisi seluruh permukaan. Mukus
Namun dalam keadaan sakit, bronkiolus yang lebih ini disekresikan sebagian oleh sel goblet mukosa dalam
kecil seringkali mempunyai peran yang lebih besar da- lapisan epitel saluran napas. dan sebagian lagi oleh ke-
lam menentukan resistensi aliran udara karena ukuran- lenjar submukosa yang kecil. Selain untuk memperta-
nya yang kecil dan karena bronkiolus mudah tersumbat hankan kelembaban permukaan, mukus juga menangkap
akibat (1) kontraksi otot pada dindingnya, (2) terjadinya partikel-partikel kecil dari udara inspirasi dan menahan-
edema pada dinding bronkiolus, atau (3) pengumpulan nyaagar tidak sampai ke alveoli. Mukus itu sendiri dike-
mukus di cialam lumen bronkiolus. luarkan dari saluran napas dengan cara sebagai berikut.
Seluruh permukaan saluran napas, baik dalam hi-
Pengoluron Olot-Otol Bronkiolus oleh Sislem dung maupun dalam saluran napas bagian balvah sampai
Sqrqf don Sistem Selempot-Dilotosi "Simpo- sejauh bronkiolus terminalis, dilapisi oleh epitel bersi-
lis" podo Bronkiolus. Pengaturan langsung bron- lia, dengan kira-kira 200 silia pada setiap sel epitel. Silia
kiolus oleh serabut saraf simpatis sifatnya relatif lemah ini terus menerus "memukul" dengan kecepatan 10-20
karena beberapa serabut ini menembus masuk ke bagian kali per detik dengan mekanisme yang telah dijelaskan
pusal dari paru. Namun, cabang bronkus sangat terpapar pada Bab 2, dan arah "kekuatan memukulnya" selalu
dengan nore.pinefrin dan epinefrin, yang dilepaskan ke mengarah ke faring. Dengan demikian, silia dalam paru
dalam darah oleh perangsangan simpatis dari medula memukul ke arah atas, sedangkan silia dalam hidung
kelenjar adrenal. Kedua hormon ini-terutama epine- memukul ke arah bawah. Pukulan yang terus-menerus
frin, karena rangsangannya yang lebih besar pada re- ini menyebabkan selubung mukus ini mengalir dengan

s e pt o r b e t a- a dr e ne r g i k-menyebabkan di iatas i c abang lambat, pada kecepatan beberapa milimeter per menit,
bronkus. ke arah faring. Kemudian mukus dan partikel-partikel
yang diieratnya ditelan atau dibatukkan keluar.

Konstriksi Porosimpolis podo Bronkiolus. Bebe-


Refleks Boluk
rapa serabut saraf parasimpatis yang berasal dari nervus
Bronkus dan trakea sangat sensitif terhadap sentuhan
vagus menembus parenkim paru. Saraf ini menyekresi-
ringan, sehingga bila terdapat benda asing atau penye-
kan asetilkolin dan, bila diaktivasi, akan menyebabkan
bab iritasi lainnya walaupun dalam jumlah yang sangat
konstriksi ringan sampai sedang pada bronkiolus. Bila
sedikit akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan ka-
proses penyakit seperti asma telah menyebabkan bebe-
rina (tempat trakea bercabang menjadi bronkus) adalah
rapa konstriksi pada bronkiolus, maka adanya perang-
yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bah-
sangan saraf parasimpatis berikutnya seringkali mem-
kan alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan
perburuk keadaan. Bila hal ini terjadi, maka pemberian
kimia yang korosif seperti gas sulfur dioksida atau klo-
obat-obatan yang menghambat efek asetilkolin, seperti
rin. hnpuls aferen yang berasal dari saluran pernapasan
atropin, kadang-kadang dapat merelaksasikan jalan per-
terutama berjalan melalui nervus vagus ke medula otak.
napasan sehingga cukup untuk mengatasi obstruksi.
Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan
Kadang-kadang, saraf parasimpatis diaktivasi oleh
oleh lintasan neuronal medula, yang menyebabkan efek
refleks yang berasal dari paru. Sebagian besar diawali
sebagai berikut:
dengan iritasi pada membran epitel dari jalan napas itu
Pertama. kira-kira 2.5 liter udara diinspirasi secara
sendiri, yang dicetuskan oleh gas-gas beracun, debu,
cepat. Kedua, epiglotis menutup; dan pita suara menu-
asap rokok, atau infeksi bronkiai. Refleks konstriktor
tup erat-erat untuk menjerat udara dalam paru. Ketiga,
bronkiolar.juga seringkali terjadi bila mikroemboli me:
otot-otot abdomen berkontraksi dengan kuat mendo-
nyumbat arteri paru yang kecil.
rong diafragma, sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya,
seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan
Foktor-Foktorlekrdsi Lokol yong Sering Menye- kuat. Akibatnya, tekanan dalam paru meningkat secara
bobkon Kohslriksi Bronkiolus. Beberapa substansi cepat sampai 100 mm Hg atau lebih. Keempat, pita suara
yang terbentuk dalam paru itu sendiri seringkali sangat dengan epiglotis sekonyong-konyong terbuka lebar, se-
aktifmenyebabkan konstriksi bronkiolus. Dua di antara- hingga udara bertekanan tinggi dalam paru ini meledak
nya yang paling penting adalah histamin dan substansi keluar. Tentu saja, udara ini kadang-kadang dikeluarkan
anaflaksis yang bereaksi lantbat. Keduanya dilepaskan dengan kecepatan 75-100 mil per jam. Hal yang pen-
dalam jaringan paru oleh sel mast selama reaksi aler- ting, adalah kompresi kuat pada paru yang menyebabkan
gi, terutama yang disebabkan oleh adanya serbuk sari bronkus dan trakea menjadi kolaps melalui invaginasi
dalam udara. Oleh karena itu, kedua substansi tersebut bagian yang tidak berkartilago ke arah dalam, akibatnya
memegang peranan penting sebagai penyebab obstruksi udara yang meledak tersebut benar-benar mengalir mela-
saluran napas yang terjadi pada asma alergika; terutama lui celah-celah bronkus dan trakea. Udara yang mengalir
substansi anafilaksis yang bereaksi lambat. dengan cepat tersebut biasanya membawa pula benda
Bahan iritan yang juga menyebabkan refleks kon- asing apa pun yang terdapat dalam bronkus atau trakea.
striktor parasimpatis pada saluran napas-rokok, debu,
sulfur dioksida, dan beberapa elemen asam dalam kabut Refleks Bersin
asap-dapat memicu reaksi non-saraf setempat yang Refleks bersin sangat mirip dengan refleks batuk kecuali
menyebabkan konstriksi obstruksi j alan napas. bahwa refleks ini berlangsung pada saluran hidung, bu-
BAB 37 VentilasiParu 505

kan pada saluran pernapasan bagian bawah. Rangsang- meternya lebih kecil dari 0,5 mikrometer tetap tersus-
an awal yang menimbulkan refleks bersin adalah iritasi pensi dalam udara alveolus dan akhirnya dikeluarkan
dalam saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam melalui ekspirasi. Misalnya, partikel-partikel asap rokok
nervus kelima menuju medula, tempat refleks ini dice- yang ukurannya sekitar 0,3 mikrometer. Partikel-parti-
tuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan kel ini hampir tidak ada yang diendapkan dalarn saluran
refleks batuk; tetapi, uvula ditekan, sehingga sejumlah napas sebelum sampai ke alveoli. Sayangnya, lebih dari
besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan de- sepertiganya mengendap dalam alveoli melalui proses
mikian membantu membersihkan saluran hidung dari difusi, dengan membentuk suspensi yang tetap seim-
benda asing. bang dan dikeluarkan dalam udara ekspirasi.
Banyak pafiikel yang tejerat dalam alveoli dikelu-
arkan oleh makrofag alveolus, seperli yang dijelaskan
Fungsi Pernoposon Normol pada Bab 33, dan partikel lainnya dibawa keluar oleh
podo Hidung aliran limfatik paru. Partikel yang berlebihan dapat me-
nyebabkan pertumbuhan jaringan fibrosa dalam septum
Saat udara mengalir melalui hidung, terdapat tiga fungsi alveolus, sehingga rnenimbulkan cacat permanen.
berbeda yang dikerjakan oleh rongga hidung: (1) udara
dihangatkan oleh perrnukaan konka dan septum yang
luas, dengan total area kira-kira 160 cm2 (lihat Gambar Vokalisasi
37-8); (2) udara dilembabkan sampai hampir lembab
Proses berbicaratidak hanya melibatkan sistem pernapas-
sempurna bahkan sebelum udara meninggalkan hidung,
an saja tetapi juga ( I ) pusat pengatur sarafbicara spcsifik
dan (3) udara disaring sebagian. Semua fungsi ini se-
dalam korteks serebri, yang akan dibahas pada Bab 57,
cara bersama-sama disebut/lngsi pelembab udara dari
(2) pusat pengatur pernapasan di otak, dan (3) struktur
saluran napas bagian atas. Biasanya, suhu udara inspi-
artikulasi dan resonansi pada rongga mulut dan hidung.
rasi meningkat sampai 1"F melebihi suhu tubuh dan de-
Berbicara diatur oleh dua fungsi mekanis: (l) fonasi,
ngan kejenuhan uap air 2 sampai 3 persen sebelum udara
yang dilakukan oleh laring, dan(2) artikttlasi, yang dila-
mencapai trakea. Bila orang bernapas melalui pipa lang-
kukan oleh struktur pada mulut.
sung ke trakea (seperti pada trakeostomi), pendinginan
dan terutama efek pengeringan di bagian bawah paru
Fonosi. Laring, yang diperlihatkan pada Gambar 37-
dapat menimbulkan kerusakan dan infeksi paru yang
serius.
9l khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator).
Elemen yang bergetar adalah lipatan pita suara, yang
umumnya disebut pita suara. Pita suara menoniol dari
Fungsi Penyoringon Hidung. Bulu-bulu pada pintu
dinding lateral laring ke arah tengah glotis; pita suara
masuk lubang hidung penting untuk menyaring partikel-
ini diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot
partikel besar. Walaupun demikian, jauh lebih penting
spesifik pada laring itu sendiri.
untuk mengeluarkan partikel melalui presipitasi tur-
Gambar 37-98 menggambarkan pita suara seperti
bulen. Artinya udara yang mengalir melalui saluran
yang tampak bila kita melihat ke dalam glotis dengan
hidung membentur banyak dinding penghalang: konka
menggunakan laringoskop. Selama pernapasan normal,
(disebut juga "turbinates" sebab konka menimbulkan
pita akan terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat.
turbulensi udara), septum, dan dinding faring. Tiap kali
Selama fbnasi, pita menutup bersama-sama sehingga
udara membentur penghalang ini, udara harus meng-
aliran udara di antara pita tersebut akan menghasilkan
ubah arah alirannya. Partikel-partikel yang tersuspensi
getaran (vibrasi). Kuatnya getaran terutama ditentukan
dalam udara, mempunyai momentum dan massa yang
jauh lebih besar daripada udara, sehingga tidak dapat oleh derajat peregangan pita, tetapi ju-qa oleh bagaima-
na kerapatan pita satu sama lain dan oleh massa pada
mengubah arah perjalanannya secepat udara. Oleh ka-
tepinya.
rena itu, parlikel-parlikel tersebut terus maju ke depan,
Gambar 37-9A memperlihatkan irisan lipatan pita
membentur permukaan penghalang-penghalang ini, dan
suara setelah lapisan epitel mukosanya dibuang. Tepat di
kemudian dijerat oleh mukus pelapis dan diangkut oleh
sebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang
silia ke faring untuk ditelan.
kuat dan disebut ligamen vokalis. Ligarnen ini melekat
Ukuran Partikel yang Terjerat dalam Saluran di sebelah anterior dari kartilago tiroi.dyang besar, yaitu
Pernapasan. Mekanisme turbulensi hidung untuk kartilago yang menonjol dari permukaan anterior leher
mengeluarkan partikel dari udara begitu ef'ektif, sehing- dan disebut 'ijakun". Di sebelah posterior, ligamen vo-
ga hampir tidak ada partikel dengan ukuran diameter kalis terlekat pada prosesus vokalis darikedta kartilago
lebih besar dari 6 mikrometer yang dapat masuk ke paru aritenoid. Bagian bawah kartilago tiroid dan kartilago
melalui hidung. Ukuran ini lebih kecil daripada ukuran aritenoid ini berartikulasi dengan kartilago lain, yaitu
sel darah merah. kartilago krikoid (tidak tampak dalam Gambar 37-9).
Partikel-partikel yang tersisa, kebanyakan partikel Pita suara dapat diregangkan baik oleh rotasi karti-
yang berukuran antara I dan 5 mikrometer mengendap lago tiroid ke depan maupun oleh rotasi posterior dari
dalam bronkiolus kecil sebagai akibat dari presipitasi kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot-otot yang
gravitasi. Contohnya, penyakit bronkiolus terminalis meregang dari kartilago tiroid dan kartilago aritenoid
biasa terjadi pada penggali tambang batu bara akibat ke kartilago krikoid. Otot-otot yang terletak di dalam
menetapnya partikel-paftikel debu. Beberapa partikel le- pita suara di sebelah lateral ligamen vokalis, yaitu otot
bih kecil yang tersisa (diameter lebih kecil dari I mikro- tiroaritenoid, dapat menarik kartilago aritenoid ke arah
meter) berdfusi melewati dinding alveoli dan melekat kartilago tiroid dan, oleh karena itu, rnelonggarkan pita
pada cairan alveolus. Tetapi, banyak partikel yang dia- suara. Pergerakan otot-otot ini di dalant pita suarajuga
506 UNIT VII Pernapasan

Muskulus
tiroaritenoid

Muskulus
krikoaritenoid h lemah berbisik keras GAMBAR 37-9. A, Anatomi
lateral

'
'w..
/r"'

lftl
"..
'
."'w'
J"*-'\
*i
laring. B, Fungsi laring pada
fonasi, yang memperlihat-
'.:...jii.. i,,' kan posisi pita suara selama
Muskulus
krikoaritenoid
posterior
"r&rf
Berbisik Fonasi
berbagai tipe fonasi. (Di-
modifikasi dari Greene MC:
The Voice and lts Disorders.
B
4th ed. Philadelphia: JB Lip-
pincott, 1980.)

dapat mengubah bentuk dan massa pada tepi pita sua- HaitsmaJJ, Papadakos PJ, Lachmann B: Surfactant therapyfor
ra, menajamkannya untuk rnenghasilkan bunyi dengan acute lung injwy/acute respiratory distress syndrome. Curr
nada tinggi dan menumpulkannya untuk suara yang le- Opin Crit Care l0: 18, 2004.
bih rendah (bnss). Hilaire G, Duron B: Maturation of the mammalian respiratory
Akhirnya, masih terdapat beberapa kelompok otot system. Physiol Rev 79:325, 1999.
laring kecil yang terletak di antara karilago aritenoid dan Lai-Fook SJ: Pleural mechanics and finid exchange. Physiol
kartilago krikoid dan dapat merotasikan kartilago ini ke Rev 84:385,2001.
arah dalam atau ke arah luar, atau menarik dasarnya ber- Mason RJ, Greene K, Voelker DR: Sutfactant protein A and sur-
sama-sama atau memisahkannya, untuk menghasilkan factant protein D in health and disease. Am J Physiol Lung
berbagai konfigurasi pita suara seperti yang tampak da- Cell Mol Physiol 275:L1, 1998.
lam Gambar 37-9B. Massaro D, Massaro GD: Pulmonary alveoli: formation, the
"call for oxygen", and other regulators. Ant J Physiol Lung
Arlikulosi don Resononsi. Tiga organ aftikulasi yang Cell Mol Physiol 282.L345, 2002.
utama yaitu bibir lidah, dan palatum ntolle. Ketiga or- Maxfeld RA. New and emerging minimally invasive techniques
gan ini tidak kita bahas secara terperinci sebab kita telah for lung volttme reduction. Chest I 25. 777, 2004.
mengenal pergerakan organ-organ ini selama berbicara McConnell AK, Romer LM: Dyspnoea in health and obstructiye
dan vokalisasi lainnya. pulmonary disease: .the role of respiratory muscle function
Yang termasuk resonator adalah mttlut, hidung, dan and training. Sports Med j4: I I 7, 2001.
sinus nasal yang berhubungan, faring, danbahkan rong- Paton JE Dutschmann M; central control of upper airway re-
ga dada sendiri. Sekali lagi, kita sudah mengenal sifat sistance regulating respiratory airflow in mammals. J Anat
resonansi struktur-struktur ini. Misalnya, fungsi resona- 201:319, 2002.
tor hidung diperlihatkan oleh perubahan kualitas suara Powell FL, Hopkins SR Comparative physiology of lung com-
bila seseorang menderita pilek berat yang menghambat plerity: implications for gas exchange. News Physiol Sci
aliran udara ke resonator- resonator ini. 19:55,2001.
Sant' Ambrogio G, Ilidclicombe J: Refexes from airway rapirtly
adapting erceptors. Respir Physiol I 25 : 33, 200 l.
Kepustakaan Uhlig S, Taylor AE: Methods in Ptrlmonary Research. Basel;
Birkhauser I'erlag, l 998.
Carr MJ, Undem BJ: Bronchopulmonaty afferent nerves. Respi- West JB: Respiratory Physiology. New York: Oxford University
rology 8.291,2003. Press,1996.
Coulson FR, Fryer AD: Muscarinic acethycholine receptors and West JB: Ilhy doesn't the elephant have a pleural space? News
airway diseases. Pl4qrmacol Ther 98:59, 2003. Physiol Sci I7:47, 2002.
Daniels CB, Orgeig S: Pulmonary surfactant: the key to the evo- Widdicombe J: Neuroregulation of caugh: implicationfor drug
lution of air breathing. News Physiol Sci I 8: I 5 I , 2003. theraphy. Curr Opin Pharmacol 2:256, 2002.
Foster WM; Mucociliaty transport and cough in humans. Pulm IVright JR. Pulmonaty surfactant: a front line of lung host de-
Pharmacol Ther I5:277. 2002.
fense. J clin Invest Ill:1153,2003.
Zeitels SM, Healy GB: Laryngology and phonosurgery. N Engl
J med 349:882, 2003.
BAB 38
Sirkulasi Paru, Edema Paru,
Cairan Pleura

Beberapa aspek distribusi aliran darah dan hemodi-


namik lain yang khas bagi sirkulasi paru, dan terutama
penting untuk pertukaran gas di paru. Diskusi saat
ini berhubungan dengan sifat khusus sirkulasi paru.

Anatomi Fisiologls $istem $irkulasi Faru


Pembuluh Dqroh Poru. Panjang arteri pulmonalis hanya 5 sentimeter di luar apeks
ve,r.rtrikel kanan dan kemudian terbagi menjadi cabang utama kanan dan kiri, yang ne-
nyediakan darah ke kedua paru yang bersangkutan.
Arteri paru juga tipis, kc'tebalan dindingnya sepertiga ketebalan dinditg aorta.
Cabang-cabang arteri paru sangat pendek, dan semna arteri paru, termasuk arteri yang
lebih kecil dan arteriol,.merniliki diameter yang lebih besar daripada arteri-arleri siste-
mik yang sederajat. Hai ini, disertai dengan kenyataan bahwa pelrbuluh darah paru
sangat tipis dan dapat mengembang, membuat sistem arferi paru mcnjadi suatu sistem
dengan komplians yang sangat hesur, rala-rata hampir 7 mVmm Hg, yang sama dengan
kotnplians selutuh sistem afteri sistemilc. Kompiians yang besar ini menyebabkan arleri
paru mampu menampltng curah volunre sekuncup dari ventrikel kanan.
Vena-vena paru. seperti juga arleri paru, benrkuran pendek. Vena-vena ini akan
$egem.mergosongkan darah ke dalam arrium kiri. untuk cliponrpakan oleh jantung kiri
kc" sirkulasi sistcmik.

Fembuluh Dorsh Bronkiql. Darah juga mengdir ke panr melalui beberapa arteri
bronkial kecil yang berasal ilari sirkrilasi sistemik, berjumlah sekitar 1 sampai 2 persen
curahiantung totai. f)arah arteri bronkial ini merupakan d*rab teroksigerasl, berbeda
dengan elarah dalam arteri paru yang tcrdeoksigenasi sebagian. Darah ini menluplai
jaringan pemmjang-panr. temasuk jaringan ikat, septa, dan br:onki besar maupun ke-
cil. Sesudah daraii arteri bronkial melewati jaringan pcnrtnjang, darah masuk ke dalarn
vena-vena paru dan masuk ke atriutn kiri, dan bukan kembali ke atrium kanan. Karena
itu, aliran ke dalam atrium kiri dan cruah ventrikel kiri kire-kira I sampai 2 persen lebib
besar daripada curah ventrikei kanan-

Soluron Limfe. Pcmbuluh lirnf'c tcrdapat di semua jaringnn penunjang paru. dimu-
lai pada ruang jaringan ikat yang mengelilingi bronkiolus terminalis, berjalan ke hilus
paru, dan kemudian terutama maslrk ke dalam tluktus liffitik torasikus kanan.Parttkel
kecil yang memasuki alveoli sebagian diangkut melalui saluran.saturan ini, dan protein
planma yang keluar dari kapilerparu juga diangkutdarijaringan panr, dengan dernikian
r-nombantu untuk mencegah edema paru.

507
508 UNIT Vll Pemapasan

Seperti terlihat dalam Gambar 38-2, tekanan sistolik


arteri paru rata-rata sekitar 25 mm Hg pada orang nor-
mal, sedangkan tekanan diastolik arteri paru kira-kira 8
mm Hg, dantekanan arteri paru rata-rata adalah 15 mm
Hg.

o) Iekonon Kopiler Poru. Tekanan kapiler paru rata-rata,


=7s
E seperti terlihat dalam Gambar 38-2, besarnya kira-kira 7
E mm Hg. Makna dari tekanan kapiler yang rendah ini akan
.E dibicarakan secara rinci dalam bab yang berhubungan
(! dengan fungsi pertukaran cairan di kapiler paru.
L
(lJ
F
25 Tekonon Atrium Kiri dqn Veno Poru. Tekanan rata-
rata di atrium kiri dan vena-vena paru utamarata-rata
o
sekitar 2 mm Hg pada manusia yang berbaring terlen-
o
tang, tekanan ini bervariasi mulai dari serendah I mm Hg
1
sampai setinggi 5 mm Hg. Biasanya tidak mungkin untuk
Detik
mengukur tekanan atrium kiri manusia dengan menggu-
GAMBAR 38-1. Gambaran tekanan nadi di ventrikel kanan, arteri nakan alat ukur langsung, karena sulit untuk memasukkan
paru, dan aoria. kateter melalui ruang jantung ke atrium kiri. Akan tetapi,
tekanan atrium kiri sering dapat diperkirakan dengan ni-
lai ketepatan yang sedang dengan cara mengukur tekanan
jepitan paru (pulmonary wedge pressure). Ini diperoleh
dengan memasukkan kateter, mula-mula melalui vena
perifer ke atrium kanan, dan kemudian melalui sisi ka-
nan janfung melewati arteri paru masuk ke dalam salah
satu cabang kecil arteri paru, akhirnya, mendorong kateter
sampai terjepit erat di cabang arteri yang kecil.
9rs Tekanan kemudian diukur melalui kateter, disebut "te-
E kanan jepitan", y?Dg besarnya kira-kira 5 mm Hg. Karena
E8 semua aliran darah di arteri kecil yang terjepit tersebut
7
telah dihentikan, dan pembuluh darah yang berlanjut dari
2 arteri itu membuat hubungan langsung dengan kapiler
0
paru paru Atrium paru, maka "tekanan jepitan" ini biasanya hanya 2 sampai
Arteri Kapiler
kiri 3 mm Hg lebih besar daripada tekanan atrium kiri. Bila
tekanan atrium kiri meningkat ke nilai yang tinggi, maka
GAMBAR 38-2. Tekanan pada berbagai pembuluh darah di paru. "tekanan jepitan" paru juga akan meningkat. Oleh kare-
D, diastolik: M, rata-rata; S, sistolik; kurva abu-abu, pulsasi afteri. na itu, pengukuran tekanan jepitan dapat dipakai untuk
mempelajari secara klinis perubahan pada tekanan kapiler
paru dan tekanan di atrium kiri pada pasien dengan gagal
Tekanan dalam Sistem Paru jantung kongestif.

Kurvo Tekqnon NodidiVentrikel Konon. Kurvate-


kanan nadi di ventrikel kanan dan arteri paru terlihat pada Volume Darah di Paru
bagian bawah Gam6ir 38-1. Kurva ini terlihat berbeda
dengan kurva tekanan aorta yangjauh lebih tinggi seperti Volume darah di paru kira-kira 450 mililiter, sekitar 9 per-
terlihat pada bagian atas gambar. Tekanan sistolik di ven- sen dari volume darah total pada seluruh sistem sirkulasi.
trikel kanan pada orang normal rata-rata sekitar 25 mm Kira-kira 70 mililiter dari volume darah di paru berada di
Hg, sedangkan tekanan diastolik rata-rata sekitar 0 sam- kapiler paru, sedangkan sisanya terbagi sama rata antara
pai I mm Hg, nilai yang hanya merupakan seperlima dari arteri dan vena paru.
nilai di ventrikel kiri.
Poru SebogoiTempol Penyimponon Doroh. Pada
Tekonqn di Arteri Pqru. Selama srslo/, tekanan di arte- berbagai keadaan fisiologis dan patologis, jumlah darah di
ri paru pada dasarnya sama dengan tekanan di ventrikel paru dapat bervariasi dari separuh sampai dengan dua kali
kanan, seperti terlihat pada Gambar 38-1. Akan tetapi, normal. Sebagai contoh, bila seseorang menghembuskan
setelah katup pulmonal menutup pada akhir sistol, maka udara dengan sangat kuat, akan timbul tekanan tinggi di
tekanan ventrikel menurun seketika, sedangkan tekanan paru-seperti meniup terompet-sebanyak 250 mililiter
arteri paru menurun secara lambat sewaktu darah menga- darah dapat dikeluarkan dari sistem sirkulasi paru ke sir-
lir melalui kapiler paru. kulasi sistemik. Begitu pula, hilangnya darah dari sirkula-
BAB 38 Sirkulasi Paru, Edema Paru, Cairan Pleura 509

si sistemik, karena perdarahan dapat dikompensasi seba- maka pembuluh darah setempat akan berkonstriksi. Hal
gian oleh perpindahan darah secara otomatis dari paru ke ini menyebabkan darah akan mengalir melalui bagian lain
pembuluh sistemik. dari paru yang oksigenasinya lebih baik, jadi menimbul-
kan suatu sistem pengatur otomatis untuk mendistribusi-
Perpindahan Darah Antara Sistem Sirkulasi Paru kan aliran darah ke berbagai daerah paru sebanding de-
dan Sistem Sirkulasi Sistemik sebagai Akibat ngan tekanan oksigen alveolusnya.
dari Patologi Jantung. Gagal jantung kiri atau pening-
katan tahanan terhadap aliran darah yang melalui katup
mitral akibat stenosis mitralis atau regurgitasi mitralis me- Pengaruh Gradien Tekanan
nyebabkan darah terbendung di sirkulasi paru, kadang-ka- Hidrostatik dalam Paru
dang meningkatkan volume darah paru sampai 100 persen
Terhadap Aliran Darah
dan menyebabkan kenaikan besar pada tekanan pembuluh
paru. Karena volume sirkulasi sistemik kira-kira sembi- Regional Paru
lan kali volume sistem paru, maka perpindahan darah dari Dalam Bab 15, telah dinyatakan bahwa tekanan darah
satu sistem ke sistem lainnya akan sangat memengaruhi padalaki seseorang yang sedang berdiri, dapat sampai
sistem paru tetapi biasanya kurang berpengaruh terhadap 90 mm Hg lebih besar daripada tekanan di tempat se-
sirkulasi sistemik. tinggi jantung. Ini disebabkan oleh tekanan hidrosta-
tik-yaitu, oleh berat darah itu sendiri di dalam pem-
buluh darah. Akibat yang sama, walaupun lebih kecil
Aliran Darah yang Melalui derajatnya, terjadi di paru. Pada orang dewasa normal
yang sedang berdiri tegak, titik terendah pada parunya
Paru dan Distribusinya kira-kira 30 cm di bawah titik tertinggi. Selisih tinggi
ini mewakili selisih tekanan sebesar 23 mm Hg, kira-
Aliran darah yang melalui paru pada dasarnya sama kira 15'mm Hg di atas jantung dan 8 mm Hg dibawah
dengan curah jantung. Karena itu, faktor-faktor yang jantung. Yang artinya, tekanan arteri paru di bagian paru
mengendalikan curah jantung-terutama faktor-faktor yang paling atas pada seseorang yang sedang berdiri
perifer, seperti dibicarakan pada Bab 2O-juga mengen- kira-kira l5 mm Hg lebih rendah daripada tekanan arleri
dalikan alirah darah paru. Dalam kondisi yang umum, paru setinggi jantung, dan tekanan di bagian terbawah
pembuluh paru berfungsi sebagai tabung yang pasif dan paru kira-kira 8 mm Hg lebih besar. Selisih tekanan se-
perti itu menyebabkan pengaruh besar pada aliran darah
mudah meregang, yang akan membesar seiring dengan
yang melalui berbagai bagian paru. Hal ini diperlihat-
peningkatan tekanan dan mengecil pada penurunan tekan-
kan oleh kurva bagian bawah pada Gambar 38-3, yang
an. Untuk oksigenasi darah secara optimal, maka darah melukiskan aliran darah per unit jaringan paru pada
harus didistribusikan ke segmen-segmen paru yang alveo- berbagai tempat ketinggian paru pada orang yang se-
linya teroksigenasi dengan baik. Hal ini dicapai melalui dang berdiri tegak. Perhatikan bahwa pada posisi berdiri
mekanisme berikut: dalam keadaan istirahat, terdapat aliran kecil di puncak

Pengoruh Penurunon Oksigen Alveolus Terho-


dop Aliron Doroh Alveolus Setempol-Pengen-
'dolion Dislribusi Aliron Doroh Poru Secoro Oto-
motis. Bila konsentrasi oksigen dalam udara di alveoli
turun di bawah normal-terutama bila turun di bawah 70
persen dari normal (Po, di bawah 73 mm Hg)-pembu-
luh darah yang letaknya bersebelahan akan berkonstriksi, c
dan tahanan vaskular meningkat lebih dari lima kali lipat o
.c
{gcct
pada kadar oksigen yang sangat rendah. Hal ini berl aw an-
an dengan efek yang-biasanya kita jumpai di pembuluh i5,q
sistemik, yang justru berdilatasi sebagai reaksi terhadap Gtr
oksigen yang rendah. Diduga bahwa konsentrasi oksigen E;o.
yang rendah ini menyebabkan dibebaskannya zat vaso- % Latihan fisik
konstriktor tertentu dari jaringan paru (substansi ini be- * Berdiri saat istirahat
lum ditemukan); selanjutnya zat ini akan meningkatkan
konstriksi arteri-arteri kecil dan arteriol. Juga terdapat
dugaan bahwa zat vasokonstriktor tersebut akan disekre-
Tengah
sikan oleh sel epitel alveolus bila sel epitel alveolus terse-
Bagian paru
but mengalami hipoksia.
Pengaruh oksigen yang rendah ini terhadap tahanan
GAMBAR 38-3. Aliran darah pada berbagai bagian di paru, pada
vaskular paru mempunyai fungsi yang penting: untuk
seseorang yang berdiri tegak, pada keadaan istirahat maupun
mendistribusikan aliran darah secara sangat efektif. Yaitu, selama latihan fisik. Perhatikan bahwa bila orang tersebut isti-
bila ventilasi beberapa alveoli sangat-buruk, sehingga rahat, aliran darah pada puncak paru sangat rendah; dan paling
konsentrasi oksigen di dalamnya menjadi sangat rendah, banyak mengalir melalui paru-paru bagian bawah.
510 UNIT Vll Pernapasan

Zona 3: Aliran darahyang terus menerus, karena tekanan


kapiler alveolus masih tetap lebih besar daripada teka-
nan udara alveolus selama seluruh siklusjantung.
Biasanya, paru-paru hanya memiliki zona 2 dan
zona 3-zona 2 (aliran interrniten) pada apeks, dan
zona 3 (aliran terus-menerus; pada semua daerah yang
lebih iendah. Sebagai contoh, bila seseorang berdiri da-
lam posisi teg6k, maka tekanan arteri paru pada apeks
paru menjadi sekitar 15 mm Hg lebih rendah daripada
tekanan pada tempat setinggi jantung. Oleh karena itu,
tekanan sistolik apikal hanya l0 mm Hg (25 rnm Hg
pada tempat setinggi jantung dikurangi selisih tekanan
hidrostatik sebesar 15 mrn I{g). Tekanan apikal ini le-
bih besar daripada tekanan udara alvcoius nol, sehing-
ga selama sistol darah mengalir melalui kapiler apeks
paru. Sebaliknya, selama diastol. tekanan diastolik pada
tempat setinggi .iantung besarnya 8 mm Hg yang tidak
cukup untuk mendorong darah sampai l5 mm Hg (gra-
dien tekanan hidrostatik), yang dibutuhkan agar darah
mengalir dalam kapiler selama diastolik. Oleh karena
itu, darah yang mengalir rnelalui bagian apeks paru ber-
sifat intermiteh, nengalir selan.ra sistol tetapi berhenti
selama diastol; hal ini disebut zona2 aliran darah. Pada
paru normal, zona 2 aliran darah berarval dari kurang
GAMBAR 38-4. Mekanika aliran darah pada ketiga zona aliran lebih 10 sentimeter di atas pertengahanjantung dan dari
darah.paru: zona 1, tanpa aliran, karena tekanan udara alveolus sini meluas ke arah puncak paru.
(PALV) lebih besar daripada tekanan arterii zona 2, aliran inter- Pada regio paru yang lebih bawah, kira-kira mulai
miten, karena tekanan afteri sistolik meningkat lebih tinggi daripa- dari 10 sentimeter di atas ketinggian .jantung lalu meng-
da tekanan udara alveolus, tetapi tekanan arteri diastolik menu- arah ke dasar paru, maka tekanan arteri paru selama sis-
run di bawah tekanan udara alveolus; dan zona 3, aliran kontinu, tol dan diastol tetap lebih besar daripada tekanan udara
karena tekanan arteri dan tekanan kapiler paru (Ppc) tetap lebih
nol di alveolus. Oleh karena itu, terjadi aliran yang terus
tinggi daripada tekanan udara alveolus sepanjang waktu.
menerus di dalam kapiler alveolus, yang berarti meru-
pakan zona 3 aliran darah. Juga, bila seseorang berada
dalam posisi berbaring, rnaka tidak ada bagian paru
yang lebih tinggi beberapa sentineter di atas ketinggian
paru tetapi terdapat aliran lima kali lebih besar di paru jantung. Pada kasus ini, aliran darah pada orang yang
bagian bawah. Untuk membantu menjelaskan perbedaan
normal seluruhnya merupakan zona 3, termasuk di ba-
ini, maka paru sering dibagi meniadi tiga zona, seperti gian apeks paru.
terlihat dalam Gambar 38-4. Pada tiap-tiap zona, pola
aliran darahnya berbeda-beda. Zono 1 Aliron Doroh Honyo Terjodi Podo Keo-
doon Abnormol. Zona I aliran darah, vaitu tidak ada
darah yang mengalir selama siklus -jantung, ter^jadi bila
Zona 1,2, dan 3 dari tekanan arteri sistolik paru terlalu rendah atau tekanan
Aliran Darah Paru alveous terlalu tinggi untuk menghasilkan aliran. Seba-
gai contoh, jika seseorang yang bcrdiri tegak bernapas
Kapiler dalam dinding alveolus diregangkan oleh tekan- melawan tekanan udara positif, sehingga tekanan udara
an darah di dalamnya, tetapi secara bersamaan juga di- intra-alveolus paling sedikit i0 mrn [Ig lebih besar dari
kompresi oleh tekanan udara alveolus pada sisi luarnya. normal tetapi tekanan darah sistolik paru bersifat nor-
Oleh karena itu, setiap kali tekanan udara alveolus paru mal, akan timbul zona 1 aliran darah-tidak ada aliran
menjadi lebih .bdsar daripada tekanan darah kapiler, darah-pada apeks paru. Contoh lain timbulnya zona I
maka kapiler menutup dan tidak ada darah yang menga- - aliran darah
adalah pada orang dengan posisi tegak yang
lir. Pada keadaan paru yang normal maupun patologis, tekanan arleri sistolik parunya sangat rendah, seperli
kita dapat menemukan salah satu dari tiga zona aliran yang mungkin terjadi setelah perdarahan hebat.
darah paru yang mungkin, sebagai berikut:
Zona l: Tidak ada aliran derah pada setiap fase siklus Pengoruh Lotihqn Terhodop Aliron Doroh yong
jantung, karena tekanan kapiler alveolus lokal dalam Melolui Berbogoi Bogion Poru..Dengan melihat
area paru tersebut tidak pernah meningkat lebih ting- kembali Cambar 38-3. kita dapat mclihat behwa aliran
gi dari tekanan udara alveolus selama fase mana pun darah di semua bagian paru rreningkat selama latihan.
dari siklusjantung. Peningkatan aliran di puncak paru dapat mencapai 700
Zona 2: Aliran darah yang intermiten, hanya selama hingga 800 persen, sedangkan kenaikan di bagian ba-
tekanan afteri paru memuncak karena kemudian te- wah paru mungkin tidak lebih dari 200 sampai 300 pei'-
kanan sistolik menjadi lebih besar daripada tekanan sen. Penyebab perbedaan ini adalah tekanan vaskular
udara alveolus, tetapi tekanan diastolik kurang dari paru yang cukup tinggi sclama latihan untr,rk mengubah
tekanan udara alveolus. apeks paru dari pola zona 2 menjadi pola zona 3.
BAB 38 Sirkulasi Paru, Edema Paru, Cairan pleura 511

Bila sisi kiri jantung mengalami kegagalan, maka da-


rah mulai terbendung dalam atrium kiri. Sebagai akibat-
30 nya, tekanan atrium kiri dapat meningkat dari nilai nor-
malnya I sampai 5 mm Hg mencapai 40 sampai 50 mm
Hg. Peningkatan awal tekanan atrium, sampai sekitar 7
(!
o- mm Hg, sedikit rhemengaruhi fungsi sirkulasi paru. Teta-
'8o20 pi bila tekanan atrium meningkat lebih dari 7 atau 8 mm
EI
oF Hg, maka peningkatan tekanan atriurn kiri selanjutnya di
EL atas nilai ini akan menyebabkan peningkatan tekanan ar-
G teri paru dengan nilai yang hampir sama besar, sehingga
{)
,)<
tu menyebabkan peningkatan beban padajantung kanan. Se-
tiap peningkatan tekanan atrium kiri di atas 7 atau 8 mm
Hg juga akan meningkatkan tekanan kapiler hampir sama
besarnya. Bila tekanan atrium kiri telah meningkat di atas
30 mm Hg, akan menyebabkan peningkatan yang serupa
48121620 pada tekanan kapiler, lalu akan terjadi edema paru, seperti
Curah jantung (L/menit) yang kita bahas kemudian dalam bab ini.

GAMBAR 38-5. Pengaruh peningkatan curah jantung selama


kerja fisik terhadap tekanan afteri paru rata-rata. Dinamika Kapiler Paru
Pertukaran gas antara udara alveolus dan darah kapiler
Pengaruh Peningkatan paru akan dibicarakan pada Bab 39. Akan tetapi, penting
untuk kita perhatikan di sini bahwa dinding alveolus di-
Curah Jantung Terhadap Aliran
lapisi oleh begitu banyak kapiler, sehingga pada banyak
Darah Paru dan Tekanan Arteri Paru tempat, kapiler-kapiler hampir bersentuhan satu sama
Selama Bekerja Berat lain. Karena itu, sering kali dikatakan bahwa darah kapiler
mengalir di dalam dinding alveolus seperli ..lembaran,',
Selama bekerja berat, aliran darah yang melalui paru me-
dan bukannya mengalir dalam pembuluh tersendiri.
ningkat sampai empat hingga tujuh kali lipat. Aliran eks-
ha ini ditampung dalam paru melalui ttgacara: (1) dengan
Tekonon Kopiler Poru. Tidak pernah dilakukan pengu-
meningkatkan jumlah kapiler yang terbuka, kadang-
kuran tekanan kapiler paru secara langsung. Akan tetapi,
kadang sampai tiga kali lipat; (2) dengan meregangkan
pengukuran "isogravimetrik" pada tekanan kapiler paru,
semua kapiler dan meningkatkan kecepatan aliran di se-
dengan memakai teknik seperti yang dijelaskan pada Bab
tiap kapiler lebih dari dua kali lipat; dan (3) dengan me-
16, telah menghasilkan nilai sebesar 7 mm Hg. Ini mung-
ningkatkan tekanan arteri paru. Pada orang yang normal,
kin sangat mendekati kebenaran, karena tekanan atrium
dua perubahan yang pertama akan sangat menurunkan
kiri rata-rata adalah sekitar 2 mm Hg dan tekanan arteri
tahanan vaskular paru sehingga tekanan arteri paru me-
parurata-rata hanya 15 mm Hg, sehingga tekanan kapiler
ningkat sangat sedikit, bahkan selama kerja fisik yang
paru rata-rata harus terletak di antara kedua nilai terse-
maksimum; efek ini diperlihatkan pada Gambar 38-5.
but.
Kemampuan paru untuk menampung kenaikan aliran
darah yang besar selama kerja fisik tanpa meningkatkan
Lomonyo Doroh Berodo di Kopiter poru. Dari
tekanan arteri paru akan menghemat energi jantung sisi
penelitian histologis tentang luas penampang total semua
kanan, dan mencegah kenaikan tekanan kapiler paru yang
kapiler paru, dapat dihitung bahwa bila curah jantung nor-
berarti, oleh karena itu juga mencegah terjadinya edema
mal, darah mengalir melalui kapiler paru dalam waktu 0,g
paru.
detik. Bila curah jantung meningkat, akan memperpendek
waktu ini sampai sesingkat-singkatnya 0,3 detik. Waktu
Fungsi Sirkulasi Paru Ketika ini akan semakin pendek bila kapiler-kapiler lain, yang
Tekanan Atrium Kiri Meningkat biasanya kolaps, menjadi terbuka untuk menampung p._
ningkatan aliran darah. Jadi, dalam waktu kurang dari I
Akibat Gagal Jantung Kiri detik, darah yang mengalir melalui kapiler alveolus men-
Pada orang yang sehat, tekanan atrium kiri hampir tidak jadi teroksigenasi dan melepaskan kelebihan karbon diok-
pernah meningkat di atas +6 mm Hg, bahkan selama kerja sidanya.
fisik yang berat. Perubahan tekanan atrium kiri yang se-
dikit ini hampir tidak berpengaruh terhadap fungsi sirku-
lasi paru karena hanya akan mengembangkan venula-
Pertukaran Cairan Kapiler dalam paru,
venula paru dan membuka lebih banyak kapiler sehingga dan Dinamika Cairan lnterstisiat paru
darah dari arteri paru terus mengalir dengan kecepatan Dinamika pertukaran cairan yang melalui membran ka-
yang hampir sama piler paru secara kualitatif sama dengan dinamika cairan
512 UNIT Vll Pernapasan

pada jaringan perifer. Namun, secarQ kuantitatif, terdapat keseimbangan daya pada membran kapiler, sebagai beri-
beberapa perbedaan penting, sebagai berikut: kut:

1. Tekanan kapiler paru cukup rendah, kurang lebih ns,,lHe


7 mm Hg, dibandingkan dengan tekanan kapiler Daya yang cenderung menyebabkan '
fungsional di jaringan perifer yang sangat tinggi, perpindahan cairan keluar dari kapiler
yaitu sekitar i7 mm Hg. dan masuk ke dal,am interstisium paru:
2. Tekanan cairan interstisial dalam paru sedikit Tekanan kapiler
lebih negatif daripada tekanan cairan interstisial '1E'71N
Tekanan osmotik f.oloia'.uirun interstisial lilir'l4'=
di jaringan subkutan perifer. (Tekanan ini telah
diukur melalui dua cara: dengan menggunakan
fetanan nes.atif cairan interstisial
TOTNI DAYA ft:ELUAR
t.l= iu
,;
ii i.--::.::!-.i.,?9,.ir,
mikropipet yang disisipkan ke dalam interstisium
paru, memberi nilai sekitar-5 mm Hg, dan melalui
Dayl yang cenderung menyebabkan
pengukuran tekanan absorpsi yang dilakukan pada
abiorpsi cairan ke dalam kapiler:
cairan dari alveoli, yang memberi nilai sekitar *8 Tekanan osmotik koloid plasm a . 28,'
mm Hg.) iiffi
J, Kapiler paru relatif mudah dilalui oleh molekul
roiel DAYA rE ner-nna 2$
protein, sehingga tekanan osmotik koloid pada
cairan interstisial paru kira-kira 14 mm Hg, sedang- Jadi, daya keluar yang normal sedikit lebih besar da-
kan tekanan osmotik koloid di jaringan perifer ripada daya ke dalam, sehingga menimbulkan adanya te-
kurang dari separuh nilai ini. kananfltrasi rata-rqta pada membran kapiler paru yang
Dinding alveolus sangat tipis, dan epitel alveolus dapat dihitung sebagai berikut:
yang menutupi permukaan alveolus sangat lemah
sehingga sel-sel ini dapat diluruhkan oleh setiap
rnil,Hg=
tekanan positif dalam ruang interstisial yang lebih
besar daripada tekanan udara alveolus (lebih dari 0 total tekanan ileluar *lS ,

mm Hg), yang menyebabkan cairan melimpah dari Total tekanan ke dalam i;ii:.+.,,23,
r:i',;..:::
ruang interstisial ke dalam alveolus' ij1{.r;:.$lij
TEKANAN FILTRASI NNTA NNTN
Sekarang mari kita lihat bagaimana perbedaan kuanti-
tatif ini memengaruhi dinamika cairan paru'
Tekanan filtrasi ini menyebabkan timbulnya sedikit
Hubungon Timbol Bolik Anloro Tekonon Coiron aliran cairan yang kontinu dari kapiler paru ke dalam
lnterslisiol don Tekonon Loin dolom Poru. Gam- ruang interstisial, dan kecuali untuk sejumlah kecil yang
bar 38-6 melukiskan sebuah kapiler paru, sebuah alveo- menguap di alveoli, cairan ini dipompa kembali ke dalam
lus paru, dan kapiler limfatik yang mendrainase ruang sirkulasi melalui sistem limfatik paru.
interstisial antara kapiler darah dan alveolus. Perhatikan
Tekonon lnierslisiql Poru yong Negotif don Me-
konisme unluk Menjogo Agor AlveoliTetop "Ke-
ring". Salah satu masalah paling penting pada fungsi paru
Berbagai Tekanan yang Menyebabkan Pergerakan Cairan adalah untuk memahami mengapa alveoli pada keadaan
KAPILER ALVEOLUS normal tidak terisi penuh oleh cairan. Kita cenderung per-
tama kali berpikir bahwa epitel alveolus cukup kuat dan
cukup kontinu untuk menjaga agar cairan tidak bocor dari
Tekanan ruang interstisial ke dalam alveoli. Hal ini tidak benar,
hidrostatik karena percobaan telah membuktikan bahwa selalu ada
lubang yang terbuka di antara sel-sel epitel alveolus yang
Tekanan
osmotik bahkan dapat dilalui oleh molekul protein besar, sefta air
dan elektrolit.
Namun, jika kita ingat bahwa secara normal kapiler
paru dan sistem limfatik paru mempertahankan sedikit
tekanan negatif dalam ruang interstisial, maka jelasiah
I=, bahwa kapan pun terdapat cairan ekstra dalam alveoli,
\ Pompa limfatik maka cairan itu akan diisap secara mekanis ke dalam in-
\
terstisium paru melalui lubang kecil di antara sel epitel
GAMBAR 38-6. Tekanan osmotik dan hidrostatik pada kapiler alveolus. Kemudian kelebihan cairan akan dibawa oleh
(kiri) dan membran alveolus (kanan) paru. Juga melukiskan uiung limfatik paru atau diabsorpsi ke dalam kapiler paru. Jadi,
pembutuh limfatik (tengah) yang memompa cairan dari ruang in- pada keadaan normal, alveolus tetap "kering", kecuali un-
terstisiat paru. (Dimodifikasi dari Guyton AC, Taylor AE, Granger
HJ: Circulatory Physiology lt: Dynamics and Control of the Body
tuk sejumlah kecil cairan yang merembes dari epitel ke
Fluids. Philadelphia, WB Saundets, 1975.) permukaan alveolus untuk menjaga kelernbabannya.
BAB 38 Sirkulasi Paru, Edema Paru, Cairan Pleura 513

EI
(!l-
'-l in
ils:
EIP
=
9

Ol- '-
EIE
(
cl!s
Fl6
'El" u
ll c
6J
F
or4
Ec,
c3
(!

GAMBAR 38-7. Kecepatan berpindahnya caian


=z
d, ,l
ke dalam jaringan paru ketika tekanan atrium kiri
tr
(dan juga tekanan kapiler paru) ditingkatkan-
(Dari Guyton AC dan Lindsey AW: Effect of ele-
6n -l****wxwx#*
vated left atrial pressure and decreased plasma cG
protein concentration on the development of pul- GI
10 15 20 25 30 35 40 45 50
monary edema- Circ Res 7:649, 1959.) o. Tekanan atrium kiri (mm Hg)
o,
C'
o
Y

Edema Paru piler lebih tinggi lagi. Tekanan osniotik koloid plasma
selama percobaan ini sama dengan nilai tekanan yang
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti ede- kritis ini, yaitu sebesar 25 mm Hg. Oleh karena itu, pada
ma di'tempat lain dalam tubuh. Faktor apapun yang manusia, yang normalnya memiliki tekanan osmotik ko-
menyebabkan tekanan cairan interstisial paru meningkat loid plasma sebesar 28 mm Hg, kita dapat meramalkan
dari kisaran negatif menjadi kisaran positif akan menye- bahwa tekanan kapiler paru harus meningkat dari nilai
babkan pengisian cepat sejumlah besar cairan bebas normal 7 mm Hg menjadi lebih dari 28 mm Hg untuk
pada ruang interstisial paru dan alveoli. menyebabkan timbulnya edema paru, memberikan suatu

Penyebab edema paru yang paling umum adalah:


faktor pengaman akut terhadap edema paru sebesar 21
mm Hg.
l. Gagal jantung sisi-kiri atau penyakit katup mitral,
dengan konsekuensi peningkatan tekanan vena Fdklor Pengornon podo Keodoon Kronis. Bila
paru dan tekanan kapiler paru, dan ruang interstisi- tekanan kapiler paru terus meningkat secara kronis (se-
al serla alveoli menjadi banjir. kurang-kurangnya dalam waktu 2 minggu), maka paru
2. Kerusakan pada membran kapiler paru, yang di- menjadi lebih resisten terhadap edema paru karena
sebabkan oleh infeksi seperti pneumonia atau ter- pembuluh limfe mengembang cukup besar, mening-
hirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas katkan kemampuannya untuk membawa keluar cairan
klorin atau gas sulfur dioksida. Masing-masing dari ruang interstisial sampai sepuluh kali lebih banyak.
menyebabkan kebocoran protein plasma dan cair- Oleh karena itu, seorang pasien dengan stenosis mitralis
an secara cepat keluar dari kapiler dan masuk ke konis, mempunyai tekanan kapiler paru sebesar 40-45
ruang interstisial paru serta alveoli. mm Hg tanpa mengalami edema paru yang mematikan.

"Fokior Pengomon Edemo Poru." Pada perco-


Kecepolon Kemolion pqdo Edemo Poru Akul.
baan dengan bina{ing, telah ditemukan bahwa tekanan
Bila tekanan kapiler paru meningkat sedikit di atas nilai
kapiler paru normalnya harus meningkat ke suatu nilai
faktor pengaman, edema paru yang mematikan dapat
yang setidaknya sama dengan tekanan osmotik koloid
terjadi dalam waktu beberapa jam, atau bahkan dalam
plasma kapiler, sebelum terjadi edema paru yang nyata.
waktu 2G-30 menit bila tekanan kapiler meningkat se-
Sebagai contoh, Gambar 38-7 memperlihatkan efek dari
besar 25-30 mm Hg di atas nilai faktor pengaman. Jadi,
nilai tekanan atrium kiri yang berbeda-beda terhadap
pada gagal jantung kiri akut, yang dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan pembentukan edema paru pada
tekanan kapiler paru kadang-kadang meningkat sampai
seekor anjing. Ingatlah bahwa setiap kali tekanan atrium
setinggi 50 mm Hg, kematian sering terjadi kurang dari
kiri meningkat sampai nilai yang tinggi, maka tekanan
30 menit akibat edema paru akut.
kapiler paru meningkat sampai I hingga 2 mm Hg le-
bih besar daripada tekanan atrium kiri. Pada percobaan
ini, segera setelah tekanan ctrium kiri meningkat di atas
23 mm Hg (menyebabkan tekanan kapiler paru mening-
Gairan dalam Rongga Pleura
kat di atas 25 mm Hg), cairan mulai berakumulasi di Bila paru-paru mengembang dan berkontraksi selama
tialdm paru. Akumulasi cairan ini bertambah semakin bernapas normal, maka paru-paru bergerak ke depan dan
cepat, yang selanjutnya akan meningkatkan tekanan ka- ke belakang dalam rongga pleura. Untuk memudahkan
514 UNIT Vll Pernapasan

biasanya sekitar - 7 mm FIg, yaitu beberapa mililite r air


raksa lebih negatif daripada tekanan kolaps paru. Jadi,
kenegatifan cairan pleura mempertahankan agar paru
normal tertarik ke luar ke arah pleura parictalis rongga
dada, kecuali pada lapisan cairan mukoid yang sangat
tipis yang bertindak sebagai pelumas.

Efusi Pleuro. Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan


sejumlah besar cairan bebas dalam ruang pleura. Kea-
daaan ini analog dengan cairan edema dalam.jaringan,
dan dapat disebut sebagai "edema longga pleura''. Pe-
nyebab efusi adalah sama dengan j,ang mcnyebabkan
edema padaiaringan lain (dibahas dalarr Bab 25), yaitu
(l) hambatan drainase limtatik dari rongga pleura; (2)
gagal jantung, yang menyebabkan tekanan perif'er dan
tckanan kapiler paru menjadi sangat tinggi, sehingga
menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke da-
lam rongga pleura; (3) tekahan osmotik koloid plasma
yang sangat menulun, sehingga memungkinkan transu-
dasi cairan yang berlebihan; dan (4) infeksi atau setiap
penl,ebab peradar-rgan lainr1ya pada permukaan rongga
GAMBAR 38-8. Dinamika peftukaran cairan di dalant ruang in' pleura, yang merusak membran kapiler dan memung-
trapleura. kinkan kebocoran protein plasma dan cairar-r ke dalam
rongga secara ccpat.

pergerakan ini, terdapat lapisan tipis cairan mukoid yang


Kepustakaan
terletak di antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Gehibach BK, Gepperl E: The pulntonary ntaniJbstations of left
Gambar 38-8 memperlihatkan dinamika perlukaran
heart failure. Chest I 25 : 669, 2004.
cairan dalam ruang pleura. Membran pleura merupaltan
Guazzi M: Alveolar-capillLrry metnbrane clysftutctiott in heart
membran serosa mesenkimal yang berpori-pori, tempat
failm'e: evidence ofa pathophl,siologic role. Chest I 21: 1090,
sejumlah kecil cairan interstisial beftransudasi secara 2003
terus menerus ke dalam ruang pleura. Cairan ini mem-
Guyton ACl, Lindsey All/. ElJbct of elevated left atrial pressure
barva protein jaringan, yang memberi silat rnukoid pada
and decreased plasnta protein concetration on the develop-
cairan pleura, sehingga memungkinkan pergerakan paru
ment of pulntonarlt edema. Cit'c Res 7.649, 1959.
berlar-rgsung dengan sangat mudah.
Guyton AC, Parker JC, Taylor AE, et al: F orces governing wa-
Jumlah total cairan dalam sctiap rongga pleura ter morement in the lung. In; Fishman AP, Renkin EA,:I (eds).
sangat sedikit, hanya beberapa mililiter. Bila.iumlah ini
Pttlntonary Edema. Ballintore: Lltaverly I'ress, 1979, p 65.
menjadi lebih dari cukup untuk menciptakan suatu aliran
Guyton AC, T'aylor tlE, Granger HJ: Circulatory Physiology IL
cialarn rongga pleura, kelebiharl tersebut akan dipompa
Dynantics and control of the Body Flttids. Philadelphia. WB
keluar oleh pembuluh limtatik yang terbuka secara lang-
Saunders,1975.
sung dari rongga pleura ke dalam (l) mecliastinum, (2)
Hoschele S, Mairbatrl LI: Alveolar flooding at high altitude:
pennukaan atas diatiagma, dan (3) permukaan lateral
failm'e of reabsorption? News Physiol Sci 18.55, 2003.
pleura parietalis. Oleh karena itu, ruang pleura-ruang
Lai-F-ook SJ; Pleural mechanics and fluid exchange. Physiol
antara pleura parietalis dan pleura viseralis-disebut
Rev 8,1:385,200,/.
nrang potensial, karena ruang ini normalnya begitr"r sem-
l,Iatctlon S, Hardiman KM, Jain L, e t al ; Regtiation of ion chan-
pit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang nyata.
nel structure and /ilnction by reactive oxygen-nitrogen spe-
cies. Am J Physiol Ltutg Cell |v:lol Physiol 285.L1181, 2003.
"Tekqnon Neggtif" dolom Coiron Pleuro. Sela-
luliserocchi G, Negrini D, Passi A, De Luca G: Development of
lu diperlukan tekanan negatif pada sisi luar paru untuk lung edema' interstitialfluid dynantics and ntolecular struc-
mempertahankan pengembangall paru. llekanan ini di- ture. Nervs Physiol Sci l6:66,2001.
sebabkan oleh tekanan negatif dalam ruang pleura yang Schoene kB: Lintits of lrutuan lung function at high oltitude. J
normal. Penyebab dasar adanya tekanan negatif ini ada- Exp Biol 2a|: 3 I 2 l, 200 l.
lah pemompaan cairan dari ruang pleura oleh saluran 7'aylor AE, Guyton AC, Bishop VS: Permeability of the alyeolar
limfatik (yang .juga merupakan dasar dari tekanan ne-
mentbrane to solfies. Circ Res 16.353, 1965.
gatifyang dijumpai pada sebagian besar ruangjaringan ll/alLace J. Update in pulntonary diseases. Ann Intern luled
dalam tubuh). Karena normalnya paru cenderung akan 139 199,2003.
kolaps pada tekanan sekitar - 4 mrn Hg, maka tekanan West JB: Respiratory Physiology--The Essentials, 5'h ed. Balti-
cairan pleura paling sedikit harus selalu 4 mm Ilg un- more: lltilLiarn & lltilkins, 199,1.
tuk mempertahankan pengembangan paru- Pengukuran Ll/est JB: Invited review: pulmonary capillary stress failure. J
yang sebenarnya telah membuktikan bahr'va tekanan ini Appl Physiol 89. 2183, 2000.
BAB 39
Prinsip-Prinsip Fisika
Pertukaran Gas;
Difusi Oksigen dan
Karbon Dioksida Melalui
Membran Pernapasan

Setelah alveoli diventilasi dengan udara segar, lang-


kah selanjutnya dalam prosss peruapasan adalah dj-
psl oksigen dari alveoli ke pembuluh darah paru dan
difusi karbon dioksida dalam arah sebaliknya, keluar
dari pembuluh darah. Proses difusi secara sederhana
merupakan gerakan molekul*molekul secara acak
yang menjalin jalan ke seluruh arah meialui membran
pemapasan dan cairan yang berdekatan. Walaupun
dernikian" dalam frsiologi pemapasan, kita tidak hanya metrperhatikan mekanisme
dasar terjatlinya difusi tetapi juga kecepatan difusi; hal ini merupakan masalah yang
jauh lebih rumit, memerlukan pengertian yang mendalam mengenai ilrru fisika difusi
darr pernrkaran gas.

Fisika Difusi Gas dan Tekanan Parsial Gas


Difusi Gas Berdasarkan Molekul
Semua gas yang berhubungan dengan fisiologi pemapasan adalah molekul-molekul se-
derhana yang dapafbergerak bebas di antara satu sama lai4 suatu proses ya11g disebut
"difusi". Ini jnga terlihat dari gas-gas yang tedarut dalam cairan dari jaringan tubuh.
LJntuk terjadinya difusi, hatus aila sumber energi. Energi ini dihasilkan oleh gerak-
an kinetik niolekul itu sendiri. Kecuali pada suhu nol, semua molekul bergerek secara
terus-menerus pada setiap waktu. Uutuk molekul-molekul bebas.yang secara fisik tjdak
berikatan dengan molekul lainnya, hal ini berarfi terdapat gerakan linier dengan kece-
patan tinggi sanrpai molekul tersebut berbenturan dengan molekul lainnya. Kemudian
molchul itu mel.ambung ke arah lain dan begitu selanjutnya sampai teljadi benturan
dengan raolekql yang lain lagi. Dengan cara ini, molekul bergerak dengan cepat dan
seca-ra acak di antara satu sama lain.

Difusi Nelto Gos dalsm Sotu Arqh Gradien Konsenkssl. Jika sebuah
-Efek
tatrung gas atau suatu Iarutan dengan lronsentrasi gas tertentu yang tinggi pada satu
ujung tabung sedangkan pada ujung lain konsentrasinya rendah, seperti yang dilukis-

515
516 UNIT VII Pernapasan

bergerak secara acak dan mempunyai energi kinetik.


Selanjutnya, bila molekul gas yang terlarut dalam cair-
trv4*ba n_o c * { an mengenai permukaan seperti membran sel, molekul
*
s *e
u o o- * * v{, a*o &*
- vq Q
*
gas itu menggunakan tekanan parsialnya sendiri seperti
.eeao s s ** c $ -lekanan
*,*s^QQ w * halnya dengan suatu gas dalam fase gas. par-
J*tu* " ^e v e
u ts * & * sial dari gas yang larut sebagian dinyatakan sama se-
perti tekanan parsial gas dalam keadaan gas, yaitu, PO,,
PCO,. PNr. PHe dan sebagainya.

Foklor-Foklor yong Menenlukon Tekqnon Pqr-


GAMBAR 39-'l . Difusi oksigen dari satu ujung tabung (A) ke ujung
siol Gos Terlorul dolom Coiron. Tekanan parsial
lainnya (B). Perbedaan panjang antara tanda panah menunjuk-
gas dalam larutan ditentukan tidak hanya oleh konsen-
kan difusi netto.
trasinya tetapijuga oleh koefsien kelarutan gas. Bebera-
pa tipe molekul, terutama karbon dioksida, secara fisika
atau kimiawi ditarik ke molekul air, sedangkan yang
kan pada Gambar 39-1, difusi netto gas akan ter.jadi dari
lainnya ditolak. Bila molekul-molekul ditarik, lebih
daerah dengan konsentrasi tinggi menuju daerah dengan
batyak molekul gas tersebut yang dapat terlarut tanpa
konsentrasi rendah. Alasannya sangat jelas: Terdapat
menghasilkan tekanan parsial berlebihan dalam larutan.
lebih banyak molekul pada ujung A tabung yang berdi-
Sebaliknya, pada molekul yang ditolak, akan mengha-
fusi menuju ujung B daripada molekul-molekul yang silkan tekanan yang berlebihan dengan lebih sedikit
berdifusi ke arah yang berlawanan. Oleh karena itu, ke-
molekul yang terlarut. Hubungan ini dapat dinyatakan
cepatan difusi masing-masing arah tidak sama, seperti
dengan rumus berikut, yaitu Hukum Henty:
dilukiskan oleh panjang panah dalam gambar.

Konsentrasi gas yang terlarut


lel(ananparstal =ffi
Tekanan Gas dalam Campuran
Gas-"Tekanan Parsial" Bila tekanan parsial dinyatakan dalam atmosfer (1
dari Masing-Masing Gas tekanan atmosfir setara dengan 760 mm Hg) dan kon-
sentrasi dinyatakan dalam volume gas yang terlarut da-
Tekanan disebabkan oleh berbagai benturan dari mole-
lam setiap volume air, maka koefisien kelarutan untuk
kul-molekul yang bergerak melawan permukaan. Oleh gas-gas pernapasan yang penting pada suhu tubuh ada-
karena itu, tekanan gas pada permukaan saluran per- lah sebagai berikut:
napasan dan alveoli adalah sebanding dengan jumlah
kekuatan benturan dari seluruh molekul gas yang mem-
Oksigen 0,024
bentur permukaan pada keadaan tertentu. Ini berarti bah-
Karbon dioksida 0,5'7
wa tekanan berbanding langsung. dengan konsentrasi Karbon monoksida 0,0r 8
molekul-molekul gas.
Nitrogen 0,012
Pada fisiologi pernapasan, banyak sekali campuran
Helium 0,008
gas-gas terutama oksigen, nitrogen, dan karbon dioksi-
da.Kecepatan difusi masing-masing gas ini berbanding
langsung dengan tekanan yang disebabkan oleh gas itu Dari tabel ini, kita dapat melihat bahwa karbon
sendiri, yang disebut tekanan parsial gas. Konsep tekan- dioksida dua puluh kali lebih mudah larut daripada ok-
an parsial dapat dijelaskan sebagai berikut. sigen. Oleh karena itu, tekanan parsial karbon dioksida
Udara mempunyai perkiraan komposisi seperti be- (untuk konsentrasi tertentu) kurang dari seperduapuluh
rikut, nitrogen 79o/o dan oksigen 217o. Tekanan total dari yang dihasilkan oleh oksigen.
dari campuran ini pada ketinggian di atas permukaan
laut kira-kira 760 mm Hg. Dari deskripsi sebelumnya Difusi Gos Anloro Fose Gos dolqm Alveoli don
mengenai dasar molekular tekanan telah ielas bahwa Fose Terlorui dolom Doroh Poru. Tekanan parsial
masing-masing gas berperan terhadap tekanan total de- masing-masing gas daiam campuran gas pernapasan al-
ngan perbandingan-langsung terhadap konsentrasinya. veolus cenderung memaksa molekul gas tersebut masuk
Oleh karena iti,79 persen dart760 mm Hg disebabkan ke larutan di dalam darah kapiler alveolus. Sebaliknya,
oleh nitrogen (600 mm Hg), dan 21 persen oleh oksigen molekul- molekul dari gas yang sama, yang telah terlarut
( 1 60 mmHg). Dengan demikian, "tekanan parsial" nitro- .
dalam darah, memantul secara acak dalam cairan darah,
gen dalam campuran adalah 600 mm Hg, dan "tekanan dan sebagian dari molekul yang memantul ini masuk
parsial" oksigen adalah 160 mm Hg; tekanan totalnya kembali ke dalam alveoli. Kecepatan masuk molekul ini
adalah 760 mm Hg, yaitu penjumlahan dari tekanan par- sebanding dengan tekanan parsialnya dalam darah.
sial masing-masing. Tekanan parsial masing-masing gas Tetapi, ke arah manakah difusi netto gas akan terja-
dalam campuran dinyatakan dengan simbol PO, PCO, di? Jawabannya, difusi netto ditentukan oleh perbedaan
PN' PHrO, PHe, dan sebagainya. antara kedua tekanan parsial. Jika tekanan parsial lebih
besar pada fase gas dalam alveoli, sepefti normalnya
terjadi pada oksigen, maka lebih banyak molekul yang
Tekanan Gas Terlarut akan berdifusi ke dalam darah daripada arah sebaliknya.
dalam Air dan Jaringan Kemungkinan lain, jika tekanan parsial gas lebih besar
pada keadaan terlarut dalam darah, yang secara normal
Gas yang terlarut dalam air atau jaringan tubuh juga terjadi pada karbon dioksida, maka difusi netto akan ter-
menggunakan tekanan, sebab molekul.gas yang larut jadi ke arah fase gas dalam alveoli.
BAB 39 Prinsip-Prinsip Fisika Pertukaran Gas; Difusi Oksigen dan Karbon Dioksida 517

Tekanan Uap Air lekul yang berdifusi. Sebaliknya, makin .jauh .jarak
yang harus ditempuh oleh molekul, makin lama waktu
Bila udara yang tidak lembab dihirup ke dalam saluran yang diperlukan oleh molekul tersebut untuk berdifusi.
pernapasan, air segera menguap dari permukaan salur- Akhirnya, makin besar kecepatan gerakan kinetik mo-
an ini dan melembabkan udara. Ini terjadi karena fakta lekul-molekul, yang berbanding terbalik dengan akar
bahwa molekul-molekul air, sebagaimana molekul gas pangkat dua berat molekul, makin besar kecepatan di-
dengan kelarutan berbeda, terus-menerus keluar dari fusi gas itu. Semua faktor ini dapat dinyatakan dalam
permukaan air masuk ke dalam fase gas. Tekanan par- sebuah rumus, sebagai berikut:
sial yang digunakan oleh molekul air untuk keluar me-
nembus permukaan disebut tekanan uap air. Pada suhu APxAxS
tubuh normal, 37"C, tekanan uap ini adalah 47 mm Hg. -^ dxJMW
Oleh karena itu, sekali campuran gas telah menjadi lem-
bab sepenuhnya-yaitu, ketika berada dalam keadaan dengan D adalah kecepatan difusi, AP adalah perbedaan
"seimbang" dengan air-tekanan parsial uap air dalam tekanan parsial di antara kedua ujung jalur difusi terse-
campuran gas adalah 47 mm Hg. Tekanan parsial ini, but, A adalah luas penampang jalur itu, S adalah daya
seperti juga tekanan parsial yang lain, dinyatakan seba- larut gas, d adalah jarak difusi, dan MW adalah berat
gai PH,O. molekul gas tersebut.
Tekanan uap air bergar"rtung seluruhnya pada suhu Sudah jelas dari rumus ini bahwa karakteristik gas
air. Semakin tinggi suhu air, semakin besar aktivitas menentukan dua faktor dari rumus tersebut: daya larut
kinetik molekul dan, oleh karena itu, semakin besar dan berat molekul. Secara bersama-sama, kedua faktor
kemungkinan molekul air akan keluar dari permukaan ini menentllan koefsien difusi gas, yang sebanding
air masuk ke dalam fase gas. Misalnya, tekanan uap air dengan Si/M\f . Kecepatan relatif yang menyebabkan
pada suhu 0"C adalah 5 mm I-Ig dan pada 100"C adalah berbagai gas yang berbeda pada tekanan parsial yang
760 mm Hg. Akan tetapi nilai yang paling penting untuk sama akan berdifusi sebanding dengan koefisien difu-
diingat adalah tekanan uap pada suhu tubuh, 47 rnm Hg; sinya. Dengan menganggap koefisien difusi untuk ok-
nilai ini akan muncul lagi pada banyak pembahasan kita sigen adalah 1, koefisien difusi relatif untuk berbagai
nanti. gas pernapasan yang penting dalam cairan tubuh adalah
sebagai berikut:

Difusi Gas Melalui Cairan-Perbedaan Oksigen 1,0


Tekanan Menyebabkan Difusi Netto Karbon dioksida 20,3
Karbon monoksida 0,81
Sekarang, kita kembali lagi ke persoalan difusi. Dari Nitrogen 0,53
pembahasan sebelumnya sudah jelas bahwa bila tekanan
Helium 0,95
gas pada suatu area lebih besar daripada area lainnya,
akan terjadi difusi netto dari area dengan tekanan ting-
gi ke area yang berlekanan rendah. Misalnya, kembali
ke Gambar 39-1, terlihat bahwa molekul yang berada Difusi Gas Melalui Jaringan
pada area beftekanan tinggi, dikarenakan jumlahnya
yang lebih besar, secara statistik mempunyai kesem-
Gas-gas yang penting dalam pernapasan merniliki daya larut
patan yang lebih besar untuk bergerak secara acak ke
yang tinggi dalam lipid dan, akibatnya. daya larut dalam
area yang bertekanan rendah daripada molekul-molekul
membran seljuga tinggi. Karena hal ini, keterbatasan utama
yang berusaha bergerak ke arah sebaliknya. Namun,
gerakan gas dalam jaringan adalah kecepatan yang dapat
beberapa molekul memantul secara acak dari area ber-
membuat gas berdifusi melalui air jaringan (tissue water),
tekanan rendah ke area bertekanan tinggi. Oleh karena
daripada melalui membran sel. Oleh karena itu, difusi gas
itLt, difusi netto gas dari daerah yang berlekanan ting-
melalui jaringan, termasuk melalui membran pernapasan,
gi ke area yang bertekanan rendah adalah sama dengan
hampir sama dengan difusi gas melalui air, seperti yang
jumlah molekul yang memantul ke arah depan dikurangi
telah diberikan pada daftar di atas.
dengan.jumlah yang memrintul dalam arah berlawanan;
hal ini sebanding d,jirgan perbedaan tekanan parsial gas
di antara kedua area, yang secara sederhana disebutper-
bedaan tekanan untuk menimbulkan di/irsi.
Komposisi Udara Alveolus-
Hubungannya dengan
Menghilung Kecepolon Netto Dilusi dolom Udara Atmosfir
Coiron. Selain perbedaan tekanan, berbagai faktor lain
memengaruhi kecepatan difusi gas dalam cairan. Faktor- Udara alveolus tidak mempunyai konsentrasi gas yang
faktor tersebut adalah: (l) daya larut gas dalam cairan,
sama dengan udara atmosfer, hal ini dapat dengan mudah
(2) luas penampang cairan, (3) jarak yang harus dilalui
gas sewaktu difusi, (4) berat molekul gas, dan (5) suhu
dilihat dengan membandingkan komposisi udara alveolus
cairan. Dalam tubuh, faktor yang terakhir, yaitu suhu, te- dalam Tabel 39-l dengan komposisi udara atmosfer. Ada
tap konstan dan biasanya tidak perlu dipeftimbangkan. beberapa penyebab perbedaan ini. Yang peftama, udara
Makin besar daya larut gas, makin banyak jumlah alveolus hanya sebagian diganti oleh udara atmosfer tiap
molekul yang tersedia untuk berdifusi pada perbedaan kali bemapas. Yang kedua, oksigen secara terus menerus
tekanan parsial tertentu. Makin besar luas penampang diabsorbsi ke dalam darah paru dari udara alveolus. Yang
lintang daerah difusi itu, makin besar.lumlah total mo- ketiga, karbon dioksida berdifusi secara terus menerus
518 UNIT Vll Pernapasan

TABEL 39-1 . Tekanan Parsial Gas Pernapasan Saat Masuk dan Keluar Paru (pada Ketinggian di Atas Permukaan Laut)

I\uudt6:::
,r.^-^ .: r.{!-$ii

AI -$.t&.?.,\\!t\{
*.b.-Ets'li=..flr?

.i6,r*:e*}iiiffi f1+!y*.-Eg7,Ljk1\jifr ilil


N",:'l setJ {78,62%) 563,4 {74,0e%} 569.0 l7,4i9o/a) s66,0 (74',5%j
o;.,. 159,0 t20,849i") 149,3 {19,67o/o) 104,O (:13r60,6) 12A,0 ,(15,7%)
Co. ,'0.S '(0,04v", 0,3 (0.04%) ,r40,0 (5,37") 27,0 (3,6%)
HrO , 3,7 (0;50%) 47,O (6,20%) ', 47,4 (6,2V.) 47,A -' (6,2/")
TOTAL 760,0 (100,0%) 760,0 (100,0%) 760;0 (100,0%) 760,0 {100,0ol.)
uPada rata-rate::hai! ng cerah-dan sejuk

dari darah paru ke dalam alveoli. Dan yang keempat,


udara atmost'er kering yang memasuki saluran pernapas- l. ::J
an dilembabkan bahkan sebelum udara tersebut sampai ke /:;:'\
1...",.\
alveoli. t.:.':'.'.':l
\.' . . '.1
bernapas lll
Pelembobon Udoro Soot Melolui Soluron Per-
nofqson. Tabel 39-l rnernperlihatkan bahwa kornpo-
sisi udara atmosfer hampir seluruhnya terdiri dari nitro-
)i
gen dan oksigen; normalnya hampir tidak mengandung (, "j \
karbon doksida dan hanya mengandung sedikit uap air.
\.\\----./
bernapas XV
Tetapi, segera setelah udara atrnosfer memasuki saluran
pernapasan, udara terpapar dengan cairan yang melapisi GAMBAR 39-2. Ekspirasi gas dari suatu alveolus pada perna-
permukaan saluran pernapasan. Bahkan sebelurn udara p as an s eca ra be rlu ru t-t u rut.

memasuki alveoli, udara (untuk semua tujuan praktis) su-


dah dilembabkan seluruhnya.
Tekanan parsial uap air pada suhu tubuh 37"C adalah
ini. Pada alveolus pertama dalam gambar tersebut, tam-
47 mm Hg, yang rnerupakan tekanan parsial uap air dalam
pak jumlah gas yang berlebihan berada dalam alveoli,
udara alveolus. Karena tekanan total dalam alveoli tidak
tetapi perhatikan bahwa pada akhir pemafasan yang ke-
dapat meningkat melebihi tekanan atmosfer (760 mm Hg,
16, jumlah gas yang berlebihan masih belum seluruhnya
pada ketinggian di atas permukaan laut), uap air ini secara
dikeluarkan dari alveolus.
sederlrana mengencerkan semua gas lainnya dalam udara
Gambar 39-3 melukiskan grafik kecepatan pengeluar-
inspirasi. Tabel 39-i juga menunjukkan bahwa pelembab-
an gas yang berlebihan dalam alveoli pada keadaan nor-
an udara mengencerkan tekanan parsial oksigen pada ke-
mal, memperlihatkan bahwa dengan ventilasi alveolus
tinggian di atas permukaan laut dari rata-rata 159 mrn Hg
pada udara atmosfer menjadi 149 mm Hg dalarn udara
lembab, dan mengencerkan tekanan parsial nitrogen dari
597 menjadi 563 mm Hg.
?G roo
d)
Kecepatan Pdrirbaruan Udara Alveolus
dengan Udara Atmosfer
,9, eo

sE
Dalam Bab 3J , telah ditegaskan bahwa rata-rata kapasitas
.t z. OU
GL
LOI
residu fungsional paru (urnlah udara yang tersisa dalam Eo
paru pada akhir ekspirasi normal) pada laki-laki, jum- Eg
oc,
40
lahnya kira-kira 2300 mililiter. Namun hanya 350 milili- Yo6
ter dari udara baru, yang masuk ke dalam alveoli pada se- E20
tiap inspirasi normal, dan dalam jumlah yang sama, udara 6.'
o
lama dalam alveolus dikeluarkan. Oleh karena itu, jumlah 0)^
o.u
udara alveolus yang digantikan oleh udara atmosfer baru
10 20 30 40
saat tiap kali bemapas hanya seperlujuh dari jumlah to-
Waktu (detik)
tal, sehingga dibutuhkan banyak inspirasi untuk rnenukar
sebagian besar udara alveolus tersebut. Gambar 39-2 me- GAMBAR 39.3 Kecepatan pengeluaran gas berlebihan dari al-
lukiskan rendahnya kecepatan pembaruan udara alveolus veoli.
BAB 39 Prinsip-Prinsip Fisika Pertukaran Gas; Difusi oksigen dan Karbon Dioksida 519

150 _ _Bgtgg 1t3s_ ga! 1 1e1!!1sg [ 4f ['] T


250 ml Orlmenrt
U'
4 125
GC
100
!o
-O
FP
/l

GG
l(- 50
eil
'u)'6
25
o
GAMBAR 39-4. Etek ventilasi alveolus terhadap 0
PO" alveolus pada dua jenis kecepatan absorpsi 10 15 2A 25 30 35 40
oksigen dari alveoli, 250 ml/menit dan 1000 ml/
Ventilasi alveolus (L/menit)
menit. Titik A merupakan titik kerja yang normal.

nornal, kurang lebih separuh gas dapat dikeluarkan da- ml/menit. Pada kecepatan ventilasi normal 4,2 literlmenjt
lam waktu 17 detik. Bila kecepatan ventilasi alveolus se- dan pemakaian oksigen 250 ml/menit, titik kerja normal
seorang hanya setengah dari normal, separuh gas dikeluar- pada Gambar 39-4 adalah titik A. Gambar juga memper-
kan dalam waktu 34 detik, dan, bila kecepatan ventilasi lihatkan bahwa bila 1000 mililiter oksigen diabsorbsi se-
dua kali normal, separuh gas dikeluarkan dalam waktu tiap menit, seperti yang terjadi selama kerja sedang, maka
kira-kira 8 detik. kecepatan ventilasi alveolus harus meningkat empat kali
lipat untuk mempertahankan PO, alveolus pada nilai nor-
Monfqot Penggontion Udqro Alveotus Secoro mal, yaitu 104 mm Hg.
Lombot. Penggantian udara alveolus secara lambat teru- Efek lain yang diiukiskan pada Gambar 39-4 adatah
tama penting untuk mencegah perubahan konsentrasi gas bahwa peningkatan yang luar biasa dalam ventilasi al-
yang mendadak dalam darah. Keadaan ini menyebab- veolus tidak dapat meningkatkan PO. alveolus lebih dari
kan mekanisme yang mengatur pernapasan menjadi jauh 149 mm Hg selama seseorang bernaias dalam udara at-
lebih stabil daripada cara lain, dan membantu mencegah mosfer normal dengan tekanan pada ketinggian di atas
peningkatan dan penurunan secara berlebihan pada ok- permukaan laut, karena ini merupakan pO, maksimum di
sigenasi jaringan, konsentrasi karbon dioksida jaringan, dalam udara yang dilembabkan pada tekanin ini. Bila se-
dan pH jaringan sewaktu pernapasan terganggu sementara seorang menghirup gas yang mengandung tekanan parsial
waktu. oksigen lebih dari 149 rnm Hg, maka PO, alveolus dapat
mendekati tekanan yang lebih tinggi ini pada kecepatan
Konsentrasi dan Tekanan Parsial ventilasi yang tinggi.

Oksigen dalam Alveolus


Konsentrasi dan Tekanan
Oksigen diabsorbsi dari_alveoli ke dalam darah paru se-
cara terus-mene.us,-dan oksigen yang baru juga secara
Parsial CO, dalam Alveoli
terus-menerus dihirup masuk ke alveoli dari atrnosfer. Karbon dioksida secara terus-menerus dibentuk dalam tu-
Makin cepat oksigen diabsorbsi, makin rendah konsen- buh dan kemudian diangkut dalam darah ke alveoli; karbon
trasinya dalam alveoli; sebaliknya, makin cepat oksigen dioksida secara terus-menerus pula dikeluarkan dari alveo-
baru dihirup ke dalam alveoli dari atmosfer, makin tinggi li melalui ventilasi. Gambar 39-5 melukiskan efek venti-
konsentrasinya. Oleh karena itu, konsentrasi oksigen lasi alveolus dan dua kecepatan ekskesi karbon dioksida,
dalam alveoli, dan juga tekanan parsialnya, diatur oleh 200 dan 800 ml/menit, terhadap tekanan parsial karbon
(1) kecepatan absorpsi oksigen ke dalam darah dan, (2) dioksida (PCO,) di alveolus. Satu kurva menggambarkan
kecepatan masuknya oksigen baru ke dalam paru melalui kecepatan ekskresi karbon dioksida dalam keadaan normal
proses ventilasi. 200 ml/menit. Pada kecepatan ventilasi alveolus normal
Gambar 39-4 melukiskan efek ventilasi alveolus dan 4,2literlmenit, titik kerja untuk PCO, alveolus adalah titik
kecepatan absorpsi oksigen ke dalam darah pada tekanan A dalam Cambar 39-5-yaitu.40 mm Hg.
parsial oksigen alveolus (POr). Kurva dengan garis tebal Dua fakta lainnya yang juga jelas terlihat pada Gam-
menyatakan kecepatan absorbsi oksigen sebesar 250 mll bar 39-5: Pertama, peningkatan PCO, alveolus berban-
menit, dan kurva titik-titik menunjukkan kecepatan 1000 ding lurus dengan kecepatan ekskresi karbon dioksida,
520 UNIT VII Pernapasan

ra alveolus. Gambar 39-6 memperlihatkan perubahan


175 &
progresif tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida
s dalam udara ekspirasi selama berlangsungnya ekspira-
I
150 I si. Bagian pertama dari udara ini, udara ruang rugi dari
v
tt t saluran pernafasan, merupakan udara lembab yang khas,
--
l!a
125 I seperti diperlihatkan padaTabel 39-1. Kemudian, secara
o= lu aoo mt cor/menit progresif, semakin banyak udara alveolus yang bercam-
se100
sO t pur dengan udara ruang rugi sampai semua udara ruang
9 rugi akhirnya habis dikeluarkan, sehingga hanya udara
q6 -7E &
s alveolus yang dikeluarkan pada akhir ekspirasi. Oleh
Eg karena itu, metode pengumpulan udara alveolus untuk
Po1. so
penelitian dilakukan hanya dengan mengumpulkan con-
o A toh bagian akhir udara ekspirasi sesudah ekspirasi kuat
t4
telah mengeluarkan seluruh udara ruang rugi.
0 Udara ekspirasi normal, yang berisi udara ruang
0 5 10 15 2025 30 35 40
rugi dan udara alveolus, memiliki konsentrasi gas dan
tekanan parsial kira-kira seperti yang diperlihatkan pada
Ventilasi alveolus (Umenit)
Tabel 39-l-yaitu, konsentrasi antara gas yang terdapat
dalam udara alveolus dan udara atmosfer yang lembab.
GAMBAR 39-5. Efek ventilasi alveolus terhadap Pco, alveolus
pada dua jenis kecepatan ekskresi karbon dioksida dari darah,
800 ml/menit dan 200 ml/menit. Titik A adalah titik kerja yang nor-
mal. Difusi Gas Melalui
Membran Pernapasan
seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan empat kali Unit pernoposqn. Gambar 39-7 melukiskan unit per-
lipat pada kurva (ketika 800 mililiter CO, diekskresikan napasan (yangjuga disebut "lobulus pernapasan"), yang
tiap menit). Yang kedua, penurunan PCO, alveolus ber- terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
banding terbalik dengan ventilasi alveolus. Oleh karena atria, dan alveoli. Kira-kira terdapat 300 juta alveoli di
itu, konsentrasi dan tekanan parsial oksigen dan karbon kedua paru, masing-masing alveolus mempunyai diameter
dioksida dalam alveoli ditetapkan oleh kecepatan absorp- rata-rata 0,2 milimeter. Dinding alveolus sangat tipis, dan
si atau ekskresi dari kedua gas ini, dan juga oleh jumlah di antara alveoli terdapat jaringan kapiler yang hampir
ventilasi alveolus. padat dan saling berhubungan, seperti yang dilukiskan
pada Gambar 39-8. Karena luasnya pleksus kapiler inilah,
maka aliran darah dalam dinding alveolus telah diuraikan
Udara Ekspirasi sebagai suatu "lembaran" aliran darah. Dengan demikian,
jelas bahwa gas alveolus berada sangat dekat dengan da-
Udara ekspirasi adalah kombinasi dari udara ruang rugi
dan udara alveolus, oleh karena itu, komposisinya secara rah kapiler paru. Selanjutnya, pertukaran gas antara udara
keseluruhan ditentukan oleh (l) jumlah udara ekspirasi alveolus dan darah paru terjadi melalui membran di selu-
yang merupakan udara ruang rugi dan (2) jumlah uda- ruh bagian terminal paru, tidak hanya dalam alveoli itu

160

140

o
* 120

: 1oo
s6
ci eo

.tH=
uo
o
F40

20

0
100 200 300 400 GAMBAR 39-6. Tekanan parsial oksigen dan
Udara ekspirasi (mililiter) karbon dioksida dalam berbagai bagian udara
ekspirasi normal.
BAB 39 Prinsip-Prinsip Fisika Pertukaran Gas; Difusi Oksigen dan Karbon Dioksida 521

Bronkiolus terminalis

Bronkiolus respiratorius --{. .

.$L
a;/..::::::.:a 1

::$/r:
1
'E
' ,-'
:." I
b'
w:.:,1
w,, .
::i.iii, n\
t1i',$
alveolaris

GAMBAR 39-7. Unit pernapasan (Digambar kembali dari Miller


WS: The Lung. Springfield, lll: Charles C Thomas, 1947.)

interstisial
sendiri. Semua membran ini secara bersama-sama dikenal
sebagai membran pernapasan, yang juga disebut mem-
bran paru"

Membrqn Pernoposon. Gambar 39-9 melukiskan GAMBAR 39-8. A, permukaan kapiler dalam dinding alveolus. B,
Potongan melintang dinding alveolus dan pembuluh darah yang
potongan melintang ultrastruktur membran pernapasan
mensuplainya. (A, Dari Maloney JE, Castle BL: Pressure-diame-
di sebelah kiri dan sel darah merah di sebelah kanan. ter relations of capillaries and small blood vessels in frog lung.
Gambar tersebut juga memperlihatkan difusi oksigen dari Respir. Physiol 7:150, 1969. Direproduksi dengan izin dari ASP
alveolus ke dalam sel darah merah dan difusi karbon diok- Biological and Medical Press, North-Holland Division.)
sida dalam arah sebaliknya. Perhatikan berbagai lapisan
membran pernapasan berikut ini:
pernapasan kira-kira 70 meter persegi pada laki-laki de-
1. Lapisan cairan yang melapisi alveolus dan berisi
wasa normal. Ini sama dengan luas lantai suatu ruangan
surfaktan yang rnengurangi tekanan permukaan
cairan alveolus,. dengan panjang 30 kaki dan lebar 25 kaki. Jumlah total
darah dalam kapiler paru pada suatu waktu tertentu adalah
2. Epitel alveolus yang terdiri dari sel-sel epitel yang
- tipis 60 sampai 140 mililiter. Sekarang bayangkan jika jumlah
3. Membran basal epitel darah yang sedikit ini disebarkan di atas permukaan lan-
4. Ruang interstisial yang tipis di antara epitel alveo- tai dengan luas 25 kali 30 kaki, maka dengan mudah kita
lus dan membran kapiler. memahami bagaimana pertukaran gas oksigen dan karbon
5. Membran basal kapiler yang pada banyak tempat dioksida pernapasan dapat terjadi sedernikian cepat.
bersatu dengan membran basal epitel alveolus. Diameter rata-raIa kapiler paru hanya sekitar 5 mi-
6. Membran endotel kapiler krometer, yang berarli bahwa sel darah merah harus
diperas untuk melaluinya. Membran sel darah merah
Walaupun lapisannya banyak, ketebalan membran biasanya menyentuh dinding kapiler sehingga oksigen
pernapasan pada beberapa area hanya 0,2 mikrometer, dan karbon dioksida tidak perlu melewati sejumlah be-
dan rata-ratanya sekitar 0,6 mikrometer kecuali pada tem- sar plasma ketika berdifusi di antara alveolus dan sel da-
pat nukleus sel berada. Dari penelitian histologis telah di- rah merah. Tentu saja, ini juga meningkatkan kecepatan
perkirakan bahwa keseluruhan area permukaan membran difusi tersebut.
522 UNIT VII Pernapasan

Membran
Luas permukaan membran pernapasan dapat sangat
Epitel basal berkurang oleh beberapa keadaan. Misalnya, pengang-
alveolus epitel katan satu paru seluruhnya mengurangi luas permukaan
total sampai setengah dari normal. Juga, pada emfisema,
beberapa alveoli bersatu, dengan penghancuran sebagian
dinding alveolus. Oleh karena itu, ruangan alveolus baru
yang terbentuk jauh lebih besar daripada alveoli yang
Lapisan
asli, tetapi jumlah total permukaan membran pemapasan
cairan dan
surfaktan
seringkali berkurang sampai lima kali lipat akibat hi-
langnya dinding alveolus. Bila jumlah total permukaan
berkurang sampai mencapai sepertiga hingga seperempat
normal, pertukaran gas melalui membran tersebut sangat
terganggu, bahkan dalam keadaan istirahat, dan selama
pertandingan olah raga dan latihan berat iainnya, bahkan
penurunan luas permukaan paru yang paling sedikit pun
dapat mengganggu perlukaran gas pernapasan.
Koefsien difusi untuk memindahkan setiap gas melalui
membran pernapasan bergantung kepada kelarutan gas
dalam membran dan, berbanding terbalik dengan akar pang-
kat dua berat molekul gas. Kecepatan difusi dalam mem-
bran pemapasan hampir sama dengan kecepatannya dalam
air, alasan untuk ini telah dijelaskan sebelumnya. Oleh kare-
na itu, untuk perbedaan tekanan tertentu, karbon dioksida
berdifusi kira-kira 20 kali lebih cepat dari oksigen. Oksigen
berdifusi kira-kira dua kali lebih cepat dari nihogen.
Perbedaan tekanctn di antara kedua sisi menibran
pemapasan adalah perbedaan antara tekanan parsial gas
Endotel kapiler
Ruang interstisial Membran basal kapiler dalam alveoli dan tekanan parsial gas dalam darah kapi-
ler paru. Tekanan parsial menyatakan suatu ukuran jum-
GAMBAR 39-9. Potongan melintang dari uttrastruktur membran
pernapasan alveolus. lah total molekul gas tertentu yang membentur suatu sa-
tuan luas permukaan membran alveolus pada satu satuan
waktu, dan tekanan gas dalam darah menyatakan jumlah
molekul yang berusaha keluar dari darah dalam arah yang
Faktor-Faktor yang Memengaru hi berlawanan. Oleh karena itu, perbedaan antara kedua
Kecepatan Difusi Gas Melalui tekanan ini adalah ukuran kecenderungan netto untuk
molekul gas bergerak melalui membran. Bila tekanan
Membran Pernapasan parsial gas dalam alveoli lebih besar daripada tekanan
Kembali pada pembahasan sebelumnya mengenai difusi gas dalam darah, seperti pada oksigen, terjadi difusi netto
gas melalui air, kita dapat menerapkan beberapa prinsip dari alveoli ke dalam darah; bila tekanan gas dalam darah
dan rumus matematis yang sama terhadap difusi gas me- lebih besar daripada tekanan parsial dalam alveoli, seperti
lalui membran pernapasan. Dengan demikian, faktor-fak- pada karbon dioksida, terjadi difusi netto dari darah ke
tor yang menentukan berapa kecepatan gas yang melalui dalam alveoli.
membran adalah (l) ketebalan membran, (2) luas permu-
kaan membran, (3).koefisien difusi gas dalam substansi
Kapasitas Difusi Membran Pernapasan
membran, dan (4) perbedaan tekanan parsial gas antara
kedua sisi membran. Kemampuan membran pernapasan dalarn pertukaran gas
Te b a m embr an p er n ap as an kadang meningkat-
alny antara alveoli dan darah paru dapat dinyatakan secara
contohnya, akibat cairan edema dalam ruang interstisial kuantitatif dengan kapasitas difusi membran pernapasanr
membran dan di dalam alveoli-sehingga gas-gas per- yang didefinisikan sebagai volume gas yang berdifusi me,
napasan kemudian harus berdifusi tidak hanya melalui lalui membran tiap menit pada setiap perbedaan tekanan
membran tetapi juga melalui cairan ini. Demikian juga parsial I mm Hg. Semua faktor yang tetah dibahas sebe-
beberapa penyakit paru yang menyebabkan fibrosis paru, lumnya yang memengaruhi difusi melalui membran per-
dapat menambah ketebalan beberapa bagian membran napasan, dapat memengaruhi kapasitas difusi ini.
pemapasan. Karena kecepatan difusi melalui membran
berbanding terbalik dengan ketebalan membran, maka se- Kopositos Difusi untuk Oksigen. pada rata-rata le-
tiap faktor yang dapat meningkatkan ketebalan membran laki dewasa muda, kapasitas difusi oksigen pada keadaan
lebih dari dua sampai tiga kali normal dapat menghalangi istirahat rata-rata 2I nl/menit/mm Hg. Apakah artinya ini
pertukaran gas secara.bermakna. secara fungsional? Perbedaan tekanan oksigen rala-rata
BAB 39 Prinsip-Prinsip Fisika Pertukaran Gas; Difusi Oksigen dan Karbon Dioksida 523

di antara membran pernapasan selama pemapasan tenang


dan normal adalah sekitar 11 mm Hg. Perkalian tekanan 1 300
ini dengan kapasitas difusi 111 x 2l) memberi hasil to-
1200
tal kira-kira 230 mililiter oksigen yang berdifusi melalui
membran pernapasan tiap menit; nilai ini sama dengan '1100
kecepatan pemakaian oksigen tubuh saat istirahat.
6 1000
Perubahan Kapasitas Difusi Oksigen Selama I

Kerja Fisik. Selama kerja berat, atau pada kondisi lain E


h
900
yang sangat meningkatkan aliran darah paru dan ventilasi
alveolus, kapasitas difusi oksigen meningkat pada pria
E
o
Boo

dewasa muda sampai maksimum kira-kira 65 ml/menit/ sg 700


mm Hg, tiga kali kapasitas difusi pada keadaan istirahat. '6 600
Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai macam faktor,
di antaranya adalah (1) pembukaan sejumlah kapiler paru E
= 500
t
yang tadinya tidak aktif atau dilatasi ekstra pada kapiler lE
'6
(!
400
yang telah terbuka, dengan demikian meningkatkan luas
e
permukaan darah, tempat oksigen dapat berdifusi; dan (2)
pertukaran yang lebih baik antara ventilasi alveoli dan
E 3oo

perfusi kapiler alveolus dengan darah, disebut rasio ven- 200


tilasi-perfusi, yang dibahas kemudian secara rinci dalam 100
bab ini. Oleh karena itu, selama kerja fisik, oksigenasi
n
darah ditingkatkan tidak hanya oleh peningkatan venti-
lasi alveolus tetapi juga dengan memperbesar kapasitas
difusi membran pernapasan untuk memindahkan oksigen
ke dalam darah. GAMBAR 39-10. Kapasitas difusi untuk karbon monoksida, ok-
sigen, dan karbon dioksida pada paru normal pada saat istirahat
Koposilos Difusi Korbon Dioksido. Kapasitas ditusi dan selama kerja fisik.
karbon dioksida belum pernah diukur karena adanya ke-
sukaran teknis berikut ini: Karbon dioksida berdifusi me-
lalui membran pemapasan sedemikian cepatnya hingga bon monoksida terlebih dahulu dan kemudian dari hasil
PCO, rata-rata dalam darah paru tidak berbeda banyak pengukuran tersebut dihitung kapasitas difusi oksigen.
dengan PCO, dalam alveoli-perbedaan rata-ratanya ku- Priniip metode karbon monoksida adalah sebagai beri-
kut: Sejumlah kecil karbon monoksida dihirup ke dalam
rang dari 1 mm Hg-dan dengan menggunakan teknik
alveoli, dan tekanan parsial karbon monoksida dalam
yang ada, perbedaan ini terlalu kecil untuk diukur.
alveoli diukur dari contoh udara alveolus yang tepat.
Sekalipun demikian, pengukuran difusi gas lainnya Tekanan karbon monoksida dalam darah sesungguhnya
telah memperlihatkan bahwa kapasitas difusi berubah- nol, sebab hemoglobin sangat cepat bergabung dengan
ubah sesuai dengan koefisien difusi gas tertentu. Karena gas ini sehingga tidak ada kesempatan untuk tercipta-
koefisien difusi karbon dioksida 20 kali lebih besar dari nya tekanan. Oleh karena itu, perbedaan tekanan karbon
oksigen, maka diharapkan kapasitas difusi karbon dioksida monoksida antara kedua sisi membran pernapasan sama
pada keadaan istirahat kira-kira 400 sampai 450 ml/menit/ dengan tekanan parsialnya dalam contoh udara alveoli.
mm Hg dan selama kerja fisik kira-kira 1200 sampai 1300 Kemudian, dengan mengukur volume karbon monok-
sida yang diabsorbsi dalam suatu waktu singkat dan
mVmenit/mm Hg. Gambar 39-10 membandingkan pengu-
membaginya dengan tekanan parsial karbon monoksida
kuran atau penghitungan kapasitas difusi oksigen, karbon
alveolus, maka kapasitas difusi karbon monoksida dapat
dioksida, dan karbonr4onoksida dalam keadaan istirahat ditentukan secara tepat.
dan selama fisik, yang memperlihatkan kapasitas difusi Untuk mengubah kapasitas difusi karbon monoksida
- yang luar biasa dari karbon dioksida dan juga efek kerja menjadi kapasitas difusi oksigen, nilai yang diperoleh
fisik terhadap kapasitas difusi dari masing-masing gas ini. dikalikan dengan faktor.1,23 sebab koefisien difusi un-
tuk oksigen adalah 1,23 kali karbon monoksida. Dengan
Pengukuron Koposilos Difusi-Metode Korbon demikian, kapasitas difusi rata-rata karbon monoksida
Monoksido. Kapasitas difusi oksigen dapat dihitung pada pria dewasa muda saat istirahat adalah 17 ml/me-
dari pengukuran (1) PO, alveolus, (2) PO? dalam darah nit/mm Hg, dan kapasitas difusi oksigen adalah 1,23 kali
kapiler paru, dan (3) kecepatan ambilan oksigen oleh ini, atau 21 ml/menit/mm Hg.
darah. Walaupun demikian, mengukur PO, dalam da-
rah kapiler paru sangatlah sukar dan begitu tidak tepat
sehingga tidak praktis untuk mengukur kapasitas difusi Efek Rasio Ventilasi-Perfusi
oksigen dengan prosedur langsung seperti itu, kecuali Terhadap Konsentrasi Gas
untuk penelitian.
Untuk menghindari kesukaran yang dijumpai dalam Alveolus
pengukuran kapasitas difusi oksigen secara langsung, ini, kita telah mempelajari bahwa
Pada bagian awal bab
ahli fisiologi biasanya mengukur kapasitas difusi kar- PO, dan PCO, dalam alveoli ditentukan oleh dua fak-
524 UNIT VII Pernapasan

tor: (l) kecepatan ventilasi alveolus, dan (2) kecepatan


transfer oksigen dan karbon dioksida melalui membran
50
pernapasan. Pembahasan sebelumnya telah membuat
anggapan bahwa semua alveoli diventilasi dengan sama
besar dan bahwa aliran darah yang mengalir melalui 40
kapiler alveolus sama pada masing-masing alveolus. o)
Udara alveolus
Namun, walaupun secara normal beberapa tetap terisi,
E30 normal
dan terutama pada banyak penyakit paru, sebagian dae-
rah paru terventilasi dengan baik tetapi hampir tidak (Po, = 104)
mempunyai aliran darah, sedangkan daerah lain mung- o;ro (Pco, = 40)
o
kin mempunyai aliran darah yang sangat baik tapi ven- o.
tilasinya sedikit atau tidak ada. Pada kondisi-kondisi ini, 10
(Po, = 149) ,
VR/Q = -
pertukaran gas melalui membran pernapasan sangat ter- (Pco, = 0) I

ganggu, dan seseorang dapat menderita distres pernapas-


an yang berat walaupun ventilasi total dan aliran darah
paru totalnya normal, tetapi dengan ventilasi dan aliran
20 40 60 80 100 120 140 160
po, {mm Hg)
darah yang mengalir ke bagian paru yang lain. Oleh
karena itu, konsep yang sangat kuantitatif telah dikem-
bangkan untuk membantu kita memahami mengenai GAMBAR 39-11. Diagram Po"-Pco, Vo/Q yang normal
pertukaran pernapasan bila terdapat ketidakseimbangan
antara ventilasi alveolus dan aliran darah alveolus. Kon-
sep ini disebut rasio yentilasi-perfusi. dan PCO, 0 mm Hg, maka nilai ini adalah tekanan par-
Secara kuantitatif, rasio ventilasi-perfusi dinyatakan sial dari kedua gas dalam alveoli.
sebagai Vo/Q. Bila VA (ventilasi alveolus) adalah normal
untuk alveolus tedentu dan Q (aliran darah)juga normal Perlukoron Gos don Tekonon Pqrsiol Alveolus
pSda.alveolus yang sama, maka rasio ventilasi-perfusi aito Vo/Q Normol. Bila ventilasi alveolus dan aliran
(Vo/Q) juga dikatakan normal. Tetapi, bila ventilasi (Vo) darah kapiler alveolus normal (yang berafti perfusi al-
nol namun masih ada perfusi (Q) pada alveolus, maka veolus normal), maka pertukaran oksigen dan karbon
rasio ventilasi-perfusinya adalah nol. Atau, keadaan ek- dioksida melalui membran pernapasan hampir optimal,
strem lainnya, bila terdapat ventilasi ya5rg gdekuat (Vo) dan Po, alveolus normalnya sebesar 104 mm Hg, yang
tapi perfusinya nol (Q), maka rasionya (Vo/Q) adalah tak merupakan nilai antara udara inspirasi (i49 mm Hg)
terhingga. Pada rasio nol atau tak terhingga, tidak ter- dan darah vena (40 mm Hg). Demikian juga, nilai pco"
jadi pertukaran gas melalui membran pernapasan pada alveolus terletak antara dua keadaan ekstrem ini; nor-
alveoli yang terkena, yang menjelaskan pentingnya kon- malnya isebesar 40 mm Hg, berbeda dengan darah vena
sep ini. Oleh karena itu, akan dijelaskan akibat-akibat 45 mm Hg dan udara inspirasi 0 mm Hg. Dengan demi-
pernapasan dari kedua keadaan ekstrem ini. kian, pada keadaan normal, PO, udara alveolus rata-raIa
104 mm Hg, dan PCO, rata-rata 40 mm Hg.
Tekonqn Porsi.ol Oksigen don Korbon DiokEido
Alveolus Bilo Vo/Q Somo Dengon Nol. Bila\iQ
sama dengan nol-berarti, tidak ada ventilasi alveolar- Diagram POr-PCO,, Vo/Q
udara dalam alveolus menjadi seimbang dengan karbon Konsep-konsep yang dinyatakan pada pembahasan se-
dioksida dan oksigen darah, karena gas-gas ini berdifusi belumnya dapat diperlihatkan dalam bentuk grafik, se-
di antara darah dan udara alveolus. Karena darah kapiler peti dilukiskan dalam Gambar 39-ll, yang disebut se-
yang berperfusi adalah darah vena yang kembali ke paru bagai diagram POr-PCO2, Vo/Q. Kurva dalam diagram
dari sirkulasi sistemik, maka gasalveolus menjadi seim- menyatakan semua kemungkinan kombinasi pO, dan
bang dengan gas-gas darah ini. Pada Bab 40, kita akan PCO, di antara batas Vo/Q nol dan Vo/Q tak terhingga,
melihat bahwa darah vena normal (i) mempunyai PO, bila tekanan gas dalam darah vena normal dan orang
40 mm Hg dan PCO, 45 mm Hg. Oleh karena itu, ini bernapas dengan udara pada tekanan di atas permukaan
juga merupakan tekanan parsial yang normal pada ke- laut. Dengan demikian, titik v sesuai dengan PO, dan
dua gas dalam a]v-eoli ini yang mempunyai aliran darah PCO, bila Vo/Q nol. Pada titik ini. PO, adalah 40 mm Hg
tetapi tidak mempunyai ventilasi. dan PCO, 45 mm Hg, yang merupakan nilai-nilai dalam
Tekonon Porsiol Oksigen don Korbon Dioksido darah vena yang normal.
Alveolus Bilo Vo/Q Besornyo Tok Terhinggo. Pada ujung kurva yang lainnya, bila
\/Q sama de-
Efek terhadap tekanan parsial gas alveolus Uita VJq ngan tak terhingga, titik I menyatakan udara inspirasi,
sama dengan tak terhingga, sepenuhnya berbeda dengan yang menunjukkan PO, 149 mm Hg sedangkan pCO,
efek yang terjadi bila qfQ ru.u dengan nol karenaie- nol. Pada kurva juga terdapat.titik yang menyatakan
karang tidak ada aliran darah kapiler yang membawa udara alveolus normal bila Vo/Q normal. Pada titik ini,
pergi oksigen atau yang membawa karbon dioksida ke PO, 104 mm Hg dan PCOr 40 mm Hg.
alveoli. Oleh karena itu, bukannya gas-gas alveolus
yang menjadi seimbang dengan darah vena, udara alveo- Konsgp *Pintasan Fisiologis"
lus justru menja.di sama dengan udara inspirasi yang su-
(Bila Vo/Q Di bawah Normat)
dah dilembabkan. Arlinya, udara yang diinspirasi tidak
melepaskan oksigen untuk darah dan tidak memperoleh Kapan pun ilq Oi bawah normal, tidak terdapat ven-
karbon dioksida dari darah. Dan karena udara inspirasi tilasi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan ok-
normal dan yang lembab mengandung PO, 149 mm Hg sigen yang diperlukan untuk oksigenasi aliran darah
BAB 39 Prinsip-Prinsip Fisika Perlukaran Gas; Difusi Oksigen dan Karbon Dioksida 525

yang melalui kapiler alveolus secara penuh. Oleh karena yang menyebabkan ruang rugi fsiologis tingkat sedang
itu, sebagian darah vena yang mengalir melalui kapiler pada daerah paru ini.
paru tidak teroksigenasi. Bagian ini disebutdarahpintas Pada keadaan ekstrem lain, di dasar paru, ventilasi
(shunted blooQ. luga, beberapa aliran darah tambahan sangat kecil dibandingkan dengan aliran darah, dengan
yang melalui pembuluh darah bronkial, dan bukan mela- VA/Q 0,6 kali nilai ideal. Pada daerah ini, sebagian kecil
lui kapiler alveolus, yang pada keadaan normal kira-kira darah tidak teroksigenisasi secara normal, dan dinyata-
2 persen dari curahjantung, ini punjuga merupakan da- kan sebagai pi ntas a n 16 s i ol ogi s.
rah pintas yang tak teroksigenasi. Pada kedua keadaan paru yang ekstrem ini, ventila-
Jumlah kuantitatif darah pintas secara total tiap me- si dan perfusi yang tidak sama akan sedikit mengurangi
nitnya disebut pintasan fsiologis (physiologic shunt). efektivitas peftukaran oksigen dan karbon dioksida paru.
Pintasan fisiologis ini diukur dalam laboratorium klinik Walaupun demikian, selama kerja fisik, aliran darah ke
fungsi paru dengan menganalisis konsentrasi oksigen bagian atas paru meningkat secara nyata sehingga ruang
dalam campuran darah vena dan darah arteri bersamaan rugi fisiologis yang timbul jauh lebih sedikit dan efekti-
dengan pengukuran curah jantung. Dari nilai-nilai ini, vitas pertukaran gas sekarang mendekati optimum.
pintasan fisiologis dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikul: VolQ Abnormol podo Penyokit Poru Obstruklif
Kronis. Kebanyakan orang yang merokok selama berta-
Qr. Cio, -
-6;=%-L Cao,
hun-tahun, menderita obstruksi bronkus dalam berba-
gai derajat; pada sebagian besar dari mereka, kondisi
dengan.Qns adalah aliran darah pintasan fisiologis tiap ini menjadi sangat berat dan berlanjut dengan adanya 1

menit, Qr adalah curah jantung tiap menit, Cio, adalah udara yang terperangkap dalam alveolus (alveolar air
konsentrasi oksigen dalam darah arteri jika terdapat ra- trapping) dan mengakibatkan emfisema. Kemudian em-
sio ventilasi-perfusi "ideal", Cao, adalah konsentrasi te- fisema menyebabkan sebagian besar dinding alveolus
rukur oksigen dalam darah arteri, dan CVo, adalah kon- menjadi rusak. Dengan demikian, pada seorang perokok
sentrasi terukur oksigen dalam campuran darah vena. ada dua kelainan yang menyebabkan \/Q abnormal.
Semakin besar pintasan fisiologik, semakin besar Pertama, karena sebagian bronkiolus kecil tersumbat
pulajumlah darah yang tidak teroksigenrsasi sewaktu sehingga alveoli yang ada di belakang :umbatan menja-
melalui paru. di tidak terventilasi, menyebabkan Vo/Q mendekati nol.
Kedua, pada daerah paru yang sebagian besar dinding
alveolusnya telah rusak tetapi masih ada ventilasi alveo-
Konsgp';'Ruang Rugi Fisiologis" lus, sebagian besar ventilasinya menjadi tidak berguna
(Bila Vo/Q Lebih Besar dari Normal) karena aliran darah tidak adekuat untuk mengangkut
gas-gas darah.
Bila ventilasi beberapa alveoli cukup besar tetapi aliran Sehingga, pada penyakit paru obstruktif kronis,
darah alveolus rendah, akan ada lebih banyak oksigen beberapa daerah paru menunjukkan pintas fsiologis
dalam alveoli daripada yang dapat diangkut dari alveo- yang serius dan pada daerah lain menunjukkan raang
li oleh aliran darah. Dengan demikian, ventilasi dalam rugi fsiologis yang serius. Kedua kondisi ini sangat
alveoli ini disebut tidak berguna. Ventilasi dari ruang mengurangi efektivitas paru sebagai organ perlukaran
rugi anatomis saluran napas juga tidak berguna. Jum- gas, kadang-kadang efektivitasnya menurun sampai se-
lah dari kedua ventilasi yang tidak berguna ini disebut persepuluh dari normal. Bahkan, faktor-faktor ini yang
ruang rugi fsiologrs. Ruang rugi ini diukur dalam la- paling banyak menyebabkan gangguan paru pada masa
boratorium fungsi paru klinis dengan memeriksa darah sekarang.
dan mengukur gas pernapasan sefia menggunakan per-
samaan berikut, yang disebut persamaan Bohr;
Vfonu,=Pa"o,-P-%o,
Vr Pdco, Kepustakaan
dengan Voonr" adalah ruang rugi fisiologis, Vr adalah vo-
Albert R, Spiro S, Jett J:Contprehensiye Respiratory Medicine.
lume tidal, Paco, adalah tekanan parsial karbon dioksida
Philadelphia. Mosby, 2002.
dalam darah arterf,'dan PEco, adalah tekanan parsial
Cole RP: CO, and lung mechanical or gas exchange function,
rara-ra|a karbon dioksida dalam seluruh udara ekspira-
Crit Care Med 32:1240, 2004.
si.
Guazzi M: Alveolar-capillary membrane dysfunction in heart
Bila ruang rugi fisiologis sangat besar, banyak kerja
ventilasi yang tidak berguna, sebab banyak sekali udara
failure: evidence ofa pathophysiologic role. Chest 1 24 : 1 090,
2003
ventilasi yang lidak pernah mencapai darah.
Hsia CC: Recruitment of lung dffising capacity: update of con-
cept and application. Chest 122:1771, 2002.
Kelainan Rasio Venti lasi-Perf usi Knight DA, Holgate ST; The airway epithelium; structural and
functional properties in health and disease. Respirology
Vo/Q Abnormol podo Bogion Alos don Bowoh B:432,2003.
dori Poru yong Normol. Pada orang normal clalam Otis AB: Quantitative relationships in steady-state gas exchange.
posisi tegak, jumlah aliran darah kapiler paru maupun In: Fenn I|/Q, Rahn H (eds) Handbook ofPhysiology Sec 3,
ventilasi alveolus pada bagian atas paru lebih sedikit Vol l. Baltimore: Williams & Ihlkins, 1961, p.681.
daripada bagian bawah; tetapi, aliran darah lebih banyak Parker JC, Townsley MI: Evaluation of lung injury in rats
berkurang daripada ventilasi. Oleh karena itu, pada pun- and mice. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol 286:L231,
cak paru, VA/Q 2,5 kali lebih besar daripada nilai ideal, 2004.
526 UNIT VII Pernapasan

Powell FL, Hopkins SR: Comparative physiolog,, of lung com- West JB: Pulmonary Physiolog,, and Pathophysiologt: An In-
plexity. implications for gas exchange. News Physiol Sci te grate d, C as e-Bas e d Approach. P hilade lphia : Lippinc ott
l9:55,2004. Wlliams & Wilkins, 2001.
Rahn H, Farhi EE: Ventilation, perfusion, dtud gas exchange West JB: Pulmonary Plrysiology- The Essentials. Baltimore:
the Va/Q concept. In: Fenn llO Rahn H (eds): Handbook Lippincott Williams' & Wilkins, 200 3.
of Physiologl,'. Sec 3, Vol l. Baltimore: Wlliams & Ililkins, Wlliams MC: Alveolar type I cells: molecular phenotype and
1964, p 125. development. Annu Rev Physiol 65;669, 2003.
Uhlig S, Thylor AE: Methods in Pulmonary Research. Basel:
Birkhauser Verlag, I 998.
Pengangkutan Oksigen
dan Karb:oft Dioksida
di, dalam Darah dan
CairanTubuh

Bila ofrsigen elall berdifusi dari alveoli ke dalam


darah paru, oksiggll di*ngkut ke kapilerjaringan peri-
fer harnpil seluruhnya dalam bentuk gabungan dengan
hernoglobin. Adanya hemoglobin di dalarn sel darah
melah,memgngkinkan darah untuk mengangkut 30
sampai 100 kali j!rylah oksigen a g dapat diangkut
dalarn,bentrlk,,oksigen terlarut di dalam cairan darah
{Blasrna}.,, ,, l

, Dalam sel jaringan tubuh, oirsigen,hereaksi dengan berbagai bahan makanan'un-,


tuk membentri& sejmrlah besar ksrbsn,diafuida. Karbon dioksida ini masuk ke dalam
kapiler jaringan dau diangkut kembali ke paru. Karbon dioksida, seperti oksigen. juga
,bergalqrg denganbahan-.bahan kirnia d*lqrn darah yang meningkatkanpengangkutan
katbon dioksida 15 hingga-20,kali lipat,,: :: :

Tqjuaa, dari penyajian bab ini adalah membahas prinsip'prinsip fisika dan kimia
secara kualitatif dan kuantitatif mengenai pengangl-euta* aksigen dan karbon dioksida
.dalam darah dan cairan jaringan.

Pengangkutan Oksigen
'dari Faru ke Ja$ngan Tubuh :

Pada Bab 39, tetatr Orlltant an b*h*ugu, dap4 bergerak dari sahr tempat ke tenpat
.lain dengan cala difusi, dan pergerakan ini sElalu disebabkan oleh perbedaan tekanan
,parsial dari tempat pertama ke tempat berikutnya. Dengan demikian, oksigen berdifu'
si dari alveoli ke dalam darah kapiler paru karena tekanan parsial oksigen (POr) dalam
: alveoli lebih besar daripada PO, dalam darah kapiler paru, Dalam jaringan tubuh lain-
4ya. PO, yang lebih tinggi dalam darah kapiler daripada dalam jaringan menyebabkan
,oksigqn berdifusi ke dalam sbl-sel di sekitarnya
I Sebaliknya,'bila oksigen dimetabolisme dalam sel $nhrk memberiuk karbon diok-
,sida, tekanan karbon dioksida {Pcor) intrasel meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga
rnenyebabkan karbon dioksida,berdiftrsi ke dalam kapiler jaringan. Setelah darah
mengalir ke paru. karbon dioksida berdilusi keluardari darah masuk ke dalam alveoli
,karena Pcor da{arnaara}r kapiler palu lebih,besar daripada dal4m alveoli.'Sehingga,

527
528 UNIT Vll Pernapasan

pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah lalui membran paru, darah tersebut hampir sepenuhnya
bergantung pada difusi keduanya dan aliran darah. Seka- tersaturasi dengan oksigen pada saat darah meninggalkan
rang kita akan membahas secara kuantitatif mengenai fak- kapiler paru. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
tor-faktor yang berperan menyebabkan efek ini. Pertama, seperli yang telah dibahas pada Bab 39 bah-
wa kapasitas difusi oksigen meningkat kira-kira hampir
tiga kali lipat selama kerja fisik; hasil ini terutama akibat
Difusi Oksigen dari Alveoli meningkatnya daerah permukaan kapiler yang berperan
ke Darah Kapiler Paru dalam difusi dan juga dari rasio ventilasi-perfusi yang se-
makin mendekati ideal di bagian atas paru.
Bagian atas dari Gambar 40-1 melukiskan alveolus paru Kedua, perhatikan pada kurva dalam Gambar 40- I bah-
yang berbatasan dengan kapiler paru, yang memperlihat-
wa pada keadaan tanpa aktivitas, darah menjadi hampir
kan difusi molekul-molekul oksigen antara udaia alveolus
sepenuhnya tersaturasi dengan oksigen pada saat melalui
dan darah paru. POrdari gas oksigen dalam alveolus rata-
sepertiga kapiler paru, dan normalnya ada sedikit penam-
rata 704 mm Hg, sedangkan PO, darah vena yang ma- bahan oksigen yang masuk ke dalam darah selama dua
suk kapiler paru pada ujung arterinya, rata-ratahanya 40 pertiga akhir dari perpindahannya. Dengan ini, pada ke-
'mm Hg karena sejumlah besar oksigen dikeluarkan dari
adaan normal, darah menetap dalam kapiler paru kira-kira
darah ini setelah melalui jaringan perifer. Oleh karena tiga kali lebih lama dari yang diperlukan untuk oksigenasi
itu, perbedaan tekanan awal yang menyebabkan oksigen penuh. Oleh karena itu, selama kerja fisik, walaupun da-
berdifusi ke dalam kapiler paru adalah 104 - 40, atau 64 rah hanya sebentar saja berada dalam kapiler, tetapi darah
mm Hg. Pada bagian bawah gambar, terdapat kurva yang masih dapat teroksigenisasi penuh atau hampir penuh.
memperlihatkan peningkatan PO, yang cepat dalam darah
sewaktu darah melewati kapiler; PO, darah meningkat
hampir sebanding dengan peningkatan yang terjadi pada Transpor Oksigen dalam Darah Arteri
udara alveolus sewaktu darah telah melewati sepertiga
panjang kapiler, yang menjadi hampir 104 mm Hg. Kira-kira 98 persen darah dari paru yang memasuki
atrium kiri, mengalir melalui kapiler alveolus dan menjadi
Pengombilon Oksigen oleh Dorqh Poru Selomo teroksigenasi sampai PO, kira-kira 104 mm Hg. Sekitar 2
Kerjo. Selama kerja berat, tubuh manusia membutuhkan persennya lagi melewati aofta melalui sirkulasi bronkial,
20 kali jumlah oksigen normal. Juga, karena peningkat- yang terutama menyuplai jaringan dalam pada paru dan
an curah jantung selama kerja, waktu menetapnya da- tidak terpapar dengan udara paru. Aliran darah ini disebut
rah dalam kapiler paru dapat berkurang hingga menjadi "aliran pintas", yang berarti darah yang memintas daerah
kurang dari setengah normal. Namun, karena ada suatu pertukaran gas. Pada waktu meninggalkan paru, pO" darah
faktor pengaman yang besar untuk difusi oksigen me- pintas hampir sama dengan darah vena sistemik normal,
kira-kira 40 mm Hg. Ketika darah ini bercampur dalam
darah vena paru dengan darah yang teroksigenasi dari
kapiler alveolus; campuran darah ini disebut campuran
darahvena, dan.menyebabkan POrdarah yang masuk ke
Po, alveolus = 104 mm Hg
jantung kiri dan dipompa ke dalam aorta, menjadi turun

Ujung vena
Bercampur
110 Tekanan parsial oksigen alveolus

100 100
ot
90
80
E
80
! ^''{
o 60
E
o 70 q".l o sistemik
0-
o
o- 60 40

50
20
40

GAMBAR 40-'1. Pengambilan oksigen oleh darah kapiler paru.


(Kurva pada gambar ini disusun dari data dalam Mithorn HT Jr, GAMBAR 40-2. Perubahan PO, dalam darah kapiler paru, darah
Pulley PE Jr: A theoretical study of pulmonary capillary gas ex- afteri sistemik, dan darah.kapiler sistemik, menggambarkan efek
change and venous admirture. Biophys J, 8:337, 1968.) dari "campuran vena-"
BAB 40 Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh 529

PO, dari 40 mm Hg (pada titik A dalam Gambar) men-


jadi 66 mm Hg (pada titik B). Tetapi, batas atas pening-
katan PO, bahkan dengan aliran darah yang maksimal,
adalah 95 mm Hg, karena nilai ini merupakan tekanan
oksigen dalam darah arteri. Sebaliknya, bila darah yang
mengalir melalui jaringan menurun, pO, jaringan juga
menurun, seperti yang ditunjukkan pada titik C.
GAMBAR 4O-3. Difusi oksigen dari kapiter jaringan ke set. (pO"
pada cairan interstisial = 40 mm Hg, dan di sel jaringan 23 mri
= Efek Kecepolon Melobolisme Joringori Terho-
Hs.)
dop PO, Coiron lnlerslisiol. Jika sel memakai oksi-
gen untuk metabolisme lebih banyak dari normal, maka
.
keadaan ini akan menurunkan pO, cairan interstisial.
sampai sekitar 95 mm Hg. Perubahan PO, darah ini pada Gambar 40-4 juga melukiskan efek ini, yang memperli-
tempat yang berbeda dalam sistem sirkulasi dilukiskan hatkan penurunan PO, cairan interstisial bila pemakaian
pada Gambar 40-2. oksigen selular ditingkatkan, dan peningkatan pO, bila
pemakaian oksigen selular dikurangi.
Sebagai kesimpulan, PO, jaringan ditentukan oleh
Difusi Oksigen dari Kapiler Perifer keseimbangan antara (1) kecepatan pengangkutan oksi-
ke dalam Cairan lnterstisial gen dalam darah kejaringan dan (2) kecepatan pemakai-
an oksigen oleh jaringan.
Bila darah arleri sampai ke jaringan perifer, pO, dalam
kapiler masih 95 mm Hg. Namun, seperti terlihat pada
Gambar 40-3, PO2 dalam cairan interstisial yang me- Difusi Oksigen dari
ngeiilingi sel jaringan rata-ratahanya40 mm Hg. Dengan Kapiler Perifer ke Sel Jaringan
demikian, terdapat perbedaan tekanan awal yang sangat
besar yang menyebabkan oksigen berdifusi secara cepat Oksigen selalu dipakai oleh sel. Oleh karena itu, pO2 in-
dari darah kapiler ke dalam jaringan-begitu cepatnya trasel dalam jaringan perifer tetap lebih rendah daripada
sehingga PO, kapiler turun hampir sama dengan tekanan PO, dalam kapiler perifer. Juga, pada beberapa keadaan,
dalam interstisium, yaitu 40 mm Hg. Oleh karena itu, pO, ada jarak fisik yang sangat besar antara kapiler dan sel.
darah yang meninggalkan kapiler jaringan dan memasuki Oleh karena itu, PO2 intrasel normal berkisar dari 5 mm
vena sistemik juga kira-kira 40 mm Hg. Hg sampai 40 mm Hg, dengan rata-rata (dengan pengu-
kuran langsung pada hewan tingkat rendah) 23 mm Hg.
Efek Kecepolon Aliron Doroh Terhodop pO, Karena pada keadaan normal hanya dibutuhkan tekanan
Cqiron lnlerslisiql. Jika aliran
darah yang melalui suatu oksigen sebesar 1 sampai 3 mm Hg untuk mendukung
jaringan tertentu meningkat, maka lebih banyak jumlah sepenuhnya proses kimiawi dalam sel yang menggu-
oksigen yang diangkut ke dalam jaringan tersebut, dan nakan oksigen, maka kita dapat melihat bahwa pO, in-
PO, jaringan jadi turut meningkat. Efek ini dilukiskan
tra sel yang rendah, yaitu 23 mm Hg, lebih dari cukup
pada Gambar 40-4. Perhatikan bahwa peningkatan alir-
dan merupakan suatu faktor pengaman yang besar.
an sebesar 400 persen dari normal akan meningkatkan

Difusi Karbon Dioksida dari


Sel Jaringan Perifer ke dalam
100
Batas atas aliran darah Kapiler Jaringan dan dari
pada keadaan tidak terbatas
Kapiler Paru ke dalam Alveoli
o)
I
E80 Ketika oksigen dipakai oleh sel, sebenamya seluruh ok-
E
sigen ini menjadi karbon dioksida, sehingga pco, intrasel
lE
:E 60 meningkat; karena Pco, sel jaringan yang tinggi ini, kar-
t bon dioksida berdifusi dari sel ke dalam kapiler jaringan
o)
dan kemudian dibawa oleh darah ke paru. Di paru, karbon
.E qO

G
dioksida berdifusi dari kapiler paru ke dalam alveoli dan
,! kemudian dikeluarkan.
orn
G
Dengan demikian, pada tiap tempat dalam rantai peng-
o
0. angkutan gas, karbon dioksida berdifusi dalam arah yang
berlawanan dengan difusi oksigen. Meskipun demikian,
100 200 300 400 500 600 700 terdapat satu perbedaan besar antara difusi karbon diok-
Aliran darah (% dari normal) sida dan oksigen: karbon dioksida dapat berdifusi kira-
kira 20 kali lebih cepat dari oksigen. Oleh karena itu,
perbedaan tekanan yang dibutuhkan untuk menimbulkan
GAMBAR 40-4. Efek aliran darah dan kecepatan pemakaian ok-
sigen pada PO, jaringan. difusi karbon dioksida, pada setiap keadaan, jauh lebih
530 UNIT Vll Pernapasan

120

ro) 100
gE
GAMBAR 4O-5. Ambilan karbon dioksida oleh darah dalam ka-
380
,9 +*10 x metabolisme normal
piler jaringan. (PCO"dalam
sel iaringan = 46 mm Hg, dan di cair- o
an interstisial = 45 mm Hg.) 960
';
G
t40
(, Batas baruah aliran darah pada keadaan tidak tebatas
o
(J on
o- Lw

0
100 2a0 300 400 500 600
Ujung vena Aliran darah (% dari normal)
45 \
GAMBAR 4O-7. Efek aliran darah dan kecepatan metabolisme
lqt
F terhadap PCO, jaringan perifer.
E
-c 4J
G
G
d42 pada permulaan difusi oksigen, hanya saja efek ini
o
o
n4r berlangsung dalam arah yang berlawanan.

40 Efek Kecepoton Melqbolisme Joringon don Alir-


Tekanan parsial karbon dioksida alveolus
on Dorqh Joringon Terhodop PCO, lnterstisiol.
Aliran darah kapiler jaringan dan metabolisme jaringan
GAMBAR 4O-6. Difusi karbon dioksida dari darah paru ke dalam memengaruhi PCO, dengan cara yang berlawanan dari
alveolus. (Kurva ini disusun dari data pada Milhorn HT Jr, Pulley pengaruhnya terhadap POrjaringan. Gambar 40-7 mem-
PE Jr A theoretical study of pulmonary capillary gas exchange
and venous admirture. Biophys J 8:337, 1968.) perlihatkan efek-efek sebagai berikut:

l. Penurunan aliran darah dari normal (titik A) men-


jadi seperempat dari normal (titik B) meningkat-
kecil daripada perbedaan tekanan yang dibutuhkan untuk kan PCOrjaringan perifer dari nilai normal, 45 mm
menimbulkan difusi oksigen. Tekanan-tekanan CO, ini Hg, menjadi 60 mm Hg. Sebaliknya, peningkatan
kurang lebih sebagai berikut: aliran darah menjadi enam kali normal (titik C)
menurunkan PCO, interstisial dari nilai normal,
1. PCO, intrasel, kira-kira 46 mm Hg; Pco, intersti-
45 mm Hg, menjadi 41 mm Hg, turun hampir
sial, kira-kira 45 mm Hg. Dengan demikian, hanya
mendekati PCO, darah arteri (40 mm Hg) yang me-
ada perbedaan tekanan I mm Hg, sepedi yang di-
masuki kapiler jaringan.
lukiskan pada Gambar 40-5.
2. PCO, darah arteri yang masuk ke jaringan, 40 mm
2. Perhatikan juga bahwa bila kecepatan metabo-
lisme jaringan meningkat 10 kali lipat, maka
Hg PCOr46iah vena yang meninggalkan jaring-
peningkatan PCO, cairan interstisial akan lebih
an, 45 mm Hg. Dengan demikian, sebagaimana
besar pada seluruh laju aliran darah, sedangkan
dilukiskan pada Gambar 40-5, darah kapiler jaring-
penurunan metabolisme menjadi seperempat dari
an hampir sama dengan Pco, interstisial, yaitu 45
normal menyebabkan PCO, cairan interstisial tu-
mm Hg.
run sampai kira-kira 41 mm Hg, hampir mendekati
3. PCOrdarah yang masuk kapiler paru pada ujung
PCO, darah arteri, 40 mm I]g.
arteri, 45 mm Hg; PCO, udara alveolus, 40 mm
Hg. Dengan demikian, perbedaan tekanan yang
dibutuhkan untuk menyebabkan difusi karbon di-
oksida dari kapiler paru ke dalam alveoli hanya 5
Peran Hemoglobin dalam
mm Hg. Lagi pula, seperti yang dilukiskan pada Pengangkutan Oksigen
Gambar 40-6, PCO, darah kapiler paru turun ham-
pir mendekati PCO, alveolus, 40 mm Hg, sebelum Pada keadaan normal, sekitar 97 persen oksigen yang
darah melewati lebih dari kira-kira sepertiga jarak diangkut dari paru ke jaringan, dibawa dalam campuran
kapiler. Efek ini sama dengan efek yang diamati kimiawi dengan hemoglobin di dalam sel darah merah.
BAB 40 Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh 531

100 20

90 18

80 --- yang meninggalkan paru 16

14
L

Euo
o
lZ -o'

Euo 10E
L
o
Kekurangan darah yang
5+o kembali dari jaringan
89
g^^
IA

JJU 6
G
U)on 4

10 2

0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110120 130140
Tekanan oksigen dalam darah (PO,) (mm Hg) GAMBAR 4O-8. Kurua disosiasi oksi-
gen-hemoglobin

sisanya sebanyak 3 persen diangkut dalam bentuk terlarut (1,39 mililiter bila hemoglobin secara kimiawi bersi-
dalam cairan plasma dan sel darah. Dengan demikian, fat mumi, tetapi ketidakmumian seperti methemoglobin
pada keadaan normal, oksigen dibawa ke jaringan ham- mengurangi jumlah ini). Oleh karena itu, 15 dikali 1,34
pir seluruhnya oleh hemoglobin. sama dengan 20,1, yang berarti bahwa rata-rata, l5 gram
hemoglobin dalam 100 mililiter darah dapat bergabung
dengan jumlah total hampir 20 mililiter oksigen bila satu-
Gabungan Reversibel antara rasi hemoglobinnya 100 persen. Ini biasanya dinyatakan
Oksigen dengan Hemoglobin sebagai volume 20 persen. Kurva dis.osiasi oksigen-hemo-
globin untuk orang nonnal dapatjuga dinyatakan dalam
Sifat kimia hemoglobin telah dibahas pada Bab 32, yang
bentuk volume persen oksigen, seperti yang diperlihatkan
telah menjelaskan bahwa molekul oksigen bergabung
oleh skala paling kanan pada Gambar 40-8, tidak hanya
secara longgar dan reversibel dengan bagian heme dari
dengan persentase saturasi hemoglobin.
hemoglobin. Bila PO, tinggi, seperti dalam kapiler paru,
oksigen berikatan dengan hemoglobin, tetapi bila PO,
Jumloh Oksigen yong Dileposkon dori Hemo-
rendah, seperti dalam kapiler jaringan, oksigen dilepas-
globin Ketiko Aliron Dorqh ArteriSislemik Meng-
kan dari hemoglobin. Ini adalah dasar Untuk hampir selu-
olir Melolui Joringon. Jumlah total oksigen yarg ter-
ruh pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan.
ikat dengan hemoglobin di dalam darah arteri sistemik
Kurvq Disosiosi Oksigen-Hemoglobin. Gambar 40- normal, dengan saturasi 97 persen, kira-kira adalah 79,4
8 melukiskan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin, yang mililiter tiap 100 mililiter darah. Ini diperlihatkan pada
memperlihatkan peninglatan progresif pada persentase Gambar 40-9. Saat melewati kapiler jaringan, jumlah ini
hemoglobin yang teriliit dengan oksigen ketika PO, me- berkurang, rata-rata menjadi 14,4 mililiter (PO, 40 mm
ningkat, yang disebut persentase saturasi hemoglobin. Hg, saturasi hemoglobin 75Yo). Dengan demlkian, pada
Karena darah yang meninggalkan paru dan memasuki ar- keadaan normal, kira-kira 5 mililiter oksigen diangkut
teri sistemik biasanya mempunyai PO, kira-kira 95 mm dari paru ke jaringan oleh setiap 100 mililiter aliran da-
Hg, kita dapat lihat dari kurva disosiasi bahwa saturasi rah.
ohsigen pada darah arteri sistemik normalnya kira-kira
97%. Sebaliknya, pada keadaan normal, PO, darah vena Pengongkuton Oksigen Selqmo Kerjo Berol. Se-
yang kembali dari jaringan perifer kira-kira 40 mm Hg lama kerja, berat, sel-sel otot memakai oksigen dengan
dan sdurasi hemoglobinnya kira-kira 7 5 persen.
sangat cepat, yang pada keadaan ekstrem dapat menye-
babkan PO, cairan interstisial otot turun dari nilai normal
Jumloh Moksimum Oksigen yong dopot Ber- 40 mm Hg menjadi 15 mm Hg. Pada tekanan yang rendah
gobung dengon Hemoglobin Doroh. Darah orang ini, hanya 4,4 mililiter oksigen yang tetap berikatan de-
normal mengandung sekitar 15 gram hemoglobin dalam ngan hemoglobin dalam setiap 100 mililiter darah, seperti
setiap 100 mililiter darah, dan tiap gram hemoglobin yang diperlihatkan pada Gambar 40-9. Dengan demikian,
dapat berikatan maksimal dengan 1,34 mililiter oksigen 79,4 - 4,4, atau 15 mililiter, merupakan jumlah oksigen
532 UNIT VII Pernapasan

ini, hemoglobin dalam darah bertanggung.iawab terutama


S.^
zv untuk stabilisasi tekanan oksigen dalam jaringan. Fungsi
4)
' "*')***** ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
5re iI -+11.,tfilfr{"nsanhemoglobin
9ro -,,"^bvt"
lrt"-.a.$9
I

Peron Hemoglobin dolom Mempedohqnkon


7M f f Y I

PO2 yong Hompir Konsion dolqm Joringon. pada


roa Et
r

t!
F 12
tz
o
3
rE
,L
iO
keadaan basal, jaringan membutuhkan kira-kira 5 mililiter
lro
(!e
o
C
o
o rc
'tr
oksigen dari setiap 100 mililiter darah yang melalui ka-
c) c) piler jaringan. Melihat kembali pada kurva disosiasi oksi-
G ts
(!
EA G o gen-hemoglobin dalam Gambar 40-9, dapat dilihat bahwa
L
O^ o o untuk setjap 5 mililiter oksigen yang dilepaskan oleh se-
o)? o (U
o tiap 100 mililiter aliran darah, PO, harus turun kira-kira
E2
o0 40 mm Hg. Oleh karena itu, PO, jaringan normalnya tidak
dapat meningkat di atas 40 mm Hg, karena seandainya
0 20 40 60 60 100 120 140 terjadi demikian, oksigen yang diperlukan jaringan tidak
Tekanan oksigen dalam darah (POr) (mm Hg) dapat dilepaskan dari hemoglobin. Dengan cara ini, dalam
keadaan normal hemoglobin mengatur batas atas tekanan
GAMBAR 40-9. Efek PO" darah terhadap jumlah oksigen yang
oksigen dalam jaringan, yaitu sekitar 40 mm Hg.
berikatan dengan hemoglobin dalam setiap 100 mililiter darah.
Sebaliknya, selama kerja berat, sejumlah besar oksigen
(sebanyak 20 kali lipat dari normal) harus dilepaskan dari
hemoglobin ke jaringan. Tetapi ini dapat dicapai dengan
sebenarnya yang diangkut ke jaringan oleh setiap 100 penurunan PO, jaringan yang sangat sedikit karena (l)
.mililiter aliran darah. Sehingga, jumlah oksigen yang kemiringan kurva disosiasi yang curam dan (2) peningkat-
ditranspor dalam setiap volume darah yang mengalir an aliran darahjaringan yang disebabkan oleh penurunan
melalui jaringan menjadi tiga kali jumlah normal. Dan POr; arlinya, penurunan PO2 yang sedikit menyebabkan
perlu diingat bahwa curah jantung dapat meningkat enam sejumlah besar oksigen dilepaskan dari hemoglobin. Se-
sampai tujuh kali normal pada pelari maraton yang ter- lanjutnya dapat dilihat bahwa hemoglobin dalam darah
latih dengan'baik. Sehingga, perkalian antara peningkat- secara otomatis melepaskan oksigen ke jaringan pada
an curah jantung (enam hingga tujuh kali lipat) dengan tekanan yang dipertahankan dengan agak ketat antara 15
peningkatan pengangkutan oksigen dalam setiap volume dan 40 mm Hg.
darah (tiga kali lipat) akan menghasilkan peningkatan
Bilo Konsentrosi Oksigen Atmosfer Beruboh Se-
pengangkutan oksigen kejaringan sebanyak 20 kali lipat.
Kita akan lihat kemudian dalam bab ini bahwa ada bebe-
coro Nyolo, Efek Dopor Hemoglobin Mosih Do-
poi Memperlohonkon PO, Joringon yong Hom-
rapa faktor lain yang memudahkan pengangkutan oksigen
pir Konston. PO, normal dalam alveoli kira-kira 104
pada waktu kerja fisik, sehingga PO, otot seringkali turun
mm Hg, tetapi ketika seseorang rnendaki gunung atau
sangat sedikit di bawah normal bahkan selama kerja yang
naik pesawat udara, PO, dapat turun dengan mudah sam-
sangat berat.
pai kurang dari setengah jumlah ini. Sebaliknya, bila se-
seorang memasuki daerah bertekanan udara tinggi, seperti
Koefisien Penggunoon. Persentase darah yang me-
lepaskan oksigen sewaktu melewati kapiler jaringan dise-
di laut yang dalam atau dalam tabung yang bertekanan
tinggi, PO, jaringan dapat meningkat l0 kali lipat. Walau-
but koefsien penggunaan. Nilai normalnya kira-kira 25
pun demikian, PO, jaringan hanya berubah sedikit.
persen, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan
Dapat terlihat dari kurva disosiasi oksigen-hemo-
sebelumnya-yaitu, 25 .persen dari hemoglobin yang
globin pada Cambar 40-8 bahwa bila pO, alveolus ditu-
teroksigenasi melepaskan oksigennya ke jaringan. Se-
runkan sampai 60 mm Hg, saturasi oksigin hemoglobin
lama kerja berat, koefisien penggunaan pada seluruh tu-
arteri masih 89 persen-hanya 8 persen di bawah saturasi
buh dapat meningkat sampai 15-85%. Dan pada daerah
jaringan lokal yang aliran darahnya sangat lambat atau normal sebesar 97 persen. Selanjutnya, jaringan masih
mengeluarkan kira-kira 5 mililiter oksigen dari setiap 100
kecepatan metabolismenya sangat tinggi, pernah tercatat
koefisien penggunaan mendekati 100 persen-artinya,
mililiter darah yang mengalir melalui jaringan tersebut;
pada dasamya, semua oksigen dilepaskan ke jaringan.
untuk mengeluarkan oksigen, PO, darah vena turun men-
jadi 35 mm Hg POr-hanya 5 mm Hg di bawah nilai nor-
mal sebesar 40 mm Hg. Dengan demikian, pOrjaringan
Efek Hemoglobin untuk hampir tak berubah, walaupun PO, alveolus secara nyata
"Dapar" PO, Jaringan menurun dari 104 menjadi 60 mm Hg.
Sebaliknya, bila PO, alveolus meningkat sampai 500
Meskipun hemoglobin diperlukan untuk pengangkutan mm Hg, saturasi oksigen maksimum dari hemoglobin
oksigen ke jaringan, hemoglobin menpunyai fungsi utama tidak pemah dapat meningkat di atas 100 persen,'yang
lainnya untuk kehidupan. Fungsi ini adalah fungsi hemo- hanya 3 persen di atas nilai normal, yaitu 97 persen. Ha-
globin sebagai sistem "dapar oksigen jaringan". Dengan nya sejumlah kecil oksigen tambahan yang terlarut dalam
BAB 40 Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh 533

cairan darah, seperti yang akan dibahas kemudian. Lalu, yang berubah-ubah tergantung pada kondisi metabolik
bila darah mengalir melalui kapiler jaringan dan melepas- yang berbeda.
kan beberapa mililiter oksigen ke jaringan, hal ini akan
mengurangi PO, darah kapiler ke suatu nilai yang hanya Peningkoton Pengirimon Oksigen Ke Joringon
beberapa mililiter lebih besar dari nilai normal, 40 mm Bilo Korbon Dioksido don lon Hidrogen Mengge-
Hg. Akibatnya, oksigen alveolus menjadi sangat bervaria- ser Kurvo Disosiqsi Oksigen-Hemoglobin-Efek
si-dari 60 hingga lebih dari 500 mm Hg-dan besarnya Bohr. Pergeseran kurva disosiasi oksigen-hemoglobin
PO, dalam jaringan perifer tetap saja hanya beberapa sebagai respons terhadap peningkatan karbon dioksida
mililiter dari nilai normal, yang menggambarkan fungsi dan ion hidrogen dalam darah memberi pengaruh penting
"dapar oksigen" jaringan dari sistem hemoglobin darah dalam meningkatkan pelepasan oksigen dari darah dalam
yang baik sekali. jaringan dan meningkatkan oksigenasi darah dalam paru.
Pengaruh ini disebut efek Bohr, dan dapat dijelaskan seba-
gai berikut: Ketika darah melalui jaringan, karbon diok-
Faktor-Faktor yang sida berdifusi dari sel jaringan ke dalam darah. proses
Menggeser Kurva Disosiasi Oksigen- ini menaikkan PO, darah, dan kemudian meningkatkan
Hemoglobin- Manfaatnya untuk H2CO3 darah (asam karbonat) darah dan konsentrasi ion
Pengangkutan Oksigen hidrogen. Efek ini menggeser kurva disosiasi oksigen-he-
moglobin ke kanan dan ke arah bawah, seperti yang terli-
Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin pada Gambar 40-8 hat dalam Gambar 40-10, yang memaksa oksigen terlepas
dan 40-9 berlaku untuk darah normal dan bersifat rata- dari hemoglobin dan dengan demikian meningkatkan
rata. Tetapi, berbagai faktor dapat memindahkan kurva di- jumlah pengiriman oksigen ke jaringan.
sosiasi pada satu arah atau lainnya seperti dilukiskan pada Terjadi efek yang berlawanan di dalam paru, yang me-
Gambar 40-10. Gambar ini memperlihatkan bahwa bila nyebabkan karbon dioksida berdifusi dari darah ke dalam
darah menjadi sedikit asam, dengan penurunan pH dari alveoli. Efek ini menurunkan PCO, darah dan menurun-
nilai normal 7,4 menjadi 7,2, pergeseran kurva disosiasi kan konsentrasi ion hidrogen, menggeser kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin rata-rata l5 persen ke kanan. Se- oksigen-hemoglobin ke kiri dan ke arah atas. Oleh karena
baliknya, peningkatan pH normal 7,4 menjadi 7,6 akan itu, jumlah oksigen yang berikatan dengan hemoglobin
menggeser kurva ke kiri dengan besar yang sama. pada PO, alveolus tertentu, menjadi sangat meningkat
Selain perubahan pH, dikenal pula beberapa faktor sehingga menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan
lain yang menyebabkan pergeseran kurva. Tiga faktor dalam jumlah yang lebih besar.
di antaranya, yang ketiganya mengeser kurva ke kanan,
ialah: (l) peningkatan konsentrasi karbon dioksida, (2) Efek DPG untuk Menggeser Kurvo Disosiosi Ok-
peninggian suhu darah, dan (3) peningkatan 2,3 difosfo- sigen-Hemoglobin. DPG normal dalam darah mem-
gliserat (DPG), suatu senyawa fosfat yang secara me- perlahankan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin sedikit
tabolik penting, terdapat dalam darah dengan konsentrasi bergeser ke kanan setiap saat. Tetapi, pada keadaan hipok-
sia yang berlangsung lebih dari beberapa jam, jumlah DpG
dalam darah sangat meningkat sehingga menggeser kurva
disosiasi oksigen-hemoglobin lebih ke kanan. Ini menye-
babkan oksigen dikirimkan ke jaringan pada tekanan oksi-
gen 10 mm Hg lebih besar daripada keadaan tanpa pening-
100 katan DPG ini. Oleh karena itu, pada beberapa keadaan,
hal ini dapat menjadi suatu mekanisme penting untuk
90
menyesuaikan diri terhadap hipoksia, khususnya terhadap
s80 hipoksia akibat aliran darahjaringan yang kurang baik.
.oiu
o
pH

.o-or 60 {l Pergeseran ke kanan: Pergeseron Kurvo Disosiosi Selomq Kerjo Fisik.


Pada waktu kerja fisik, berbagai faktor dapat menggeser
Es0
o
#
{ (1) Peningkatan ion hidrogen
(2) Peningkatan CO, kurva disosiasi cukupjauh ke kanan sehingga menyebab-
5+o
UI (3) Peningkatan temperatur kan pengiriman sejumlah oksigen tambahan ke serabut-
930 'f/ (4) Peningkatan DPG serabut otot aktif yang sedang bekeria. Kemudian otot
,i
820
o yang sedang bekerja akan melepaskan sejumlah besar
10 karbon dioksida; karbon dioksida ini dan.beberapa asam
0 lainnya yang dilepaskan oleh otot, akan meningkatkan
0 10 20 30 40 50 6070 80 90100110120130140 konsentrasi ion hidrogen dalam darah kapiler otot terse-
Tekanan gas oksigen dalam darah (POr)(mm HS) but. Selain itu, suhu otot seringkali meningkat sebesar 2o
sampai 3oC, yang dapat meningkatkan pengiriman ok-
sigen ke serabut-serabut otot lebih banyak lagi. Semua
GAMBAR 40-10. Pergeseran kurva disosiasi oksigen-hemoglo-
bin ke kanan yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi ion faktor ini bekerja sama menggeser kurva disosiasi oksi-
hidrogen (penurunan pH). DPG, 2,3-difosfogliserat. gen-hemoglobin dari darah kapiler otot tersebut cukup
534 UNIT Vll Pernapasan

ATP diubah menjadi ADP. Peningkatan konsentrasiADP


akan meningkatkan pemakaian metabolik oksigen saat
ADP = 1 lrnormal
o
(\t
4E ADP bergabung dengan berbagai zat makanan sel, tne-
(! lepaskan energi yang mengubah ADP kembali menjadi
NlP. Pada keadaan keria yang normal, kecepatan pe-
5E
o)- makaian oksigen oleh sel diatur oleh kecepatan penge-
(,' ct
xs
v6
luaran energi dalam sel tersebut-yaitu oleh kecepatan
1,0 pembentukan ADP dari ATP.
E_e
.EE
i(\'
qE Efek Jorok Difusi dori Kopiler Ke Sel Terhodop
Flt
EE Pemokoion Oksigen. Jarak dari sel jaringan ke kapiler
ci jarang lebih dari 50 mikrometer, dan oksigen dalam ke-
GO
i!: 0,5 adaan normal dapat berdifusi dengan mudah dari kapiler
O. iE
0,Lot ke sel untuk memenuhi sejumlah oksigen yang diperlukan
cl
oc
V'E untuk metabolisme. Tetapi, kadang kala, sel terletak lebih
=G jauh lagi dari kapiler, dan kecepatan difusi oksigen ke sel
:t, ini sangat rendah sehingga PO, intrasel turun di bawah
titik kritis yang dibutuhkan untuk mempeftahankan meta-
12 bolisme intrasel yang maksimal. Dengan demikian, pada
POr lntrasel(mm Hg)
kondisi sepefti ini, pemakaian oksigen oleh sel dikatakan
dibatasi oleh dfusi dan tidak lagi ditentukan oleh jumlah
GAMBAR 40-1'l . Efek adenosin difosfat (ADP) dan POrintrasel
ADP yang dibentuk dalam sel tersebut. Tetapi, hal ini ham-
terhadap kecepatan pemakaian oksigen oleh sel. Perhatikan bah-
wa selama POrintrasel tetap di atas 1 mm Hg, faktor pengendali pir tidak pernah terjadi kecuali pada keadaan patologis.
untuk kecepatan pemakaian oksigen adalah konsentrasi adeno-
sin difosfat (ADP) intrasel. Efek Aliron Doroh Terhodop Pemokoion Meio-
bolik Oksigen. Jumlah total oksigen tertentu yang
tersedia setiap menit untuk keperluan jaringan tertentu di-
jauh ke kanan. Pergeseran kurva ke arah kanan memaksa tentukan oleh (1) jumlah oksigen yang dapat ditranspor ke
oksigen dilepaskan dari hemoglobin darah ke otot pada .iaringan dalam setiap 100 mililiter darah dan (2) kecepat-
PO, sebesar 40 mm Hg, walaupun bila 70 persen oksi- an aliran darah. Jika kecepatan aliran darah turun sampai
gen telah dikeluarkan dari hemoglobin. Kemudian, dalam nol, jumlah oksigen yang tersedia juga turun menjadi nol.
paru, terjadi pergeseran ke arah yang berlawanan, yang Dengan demikian, ada saat-saat ketika kecepatan aliran
memungkinkan pengambilan sejumlah oksigen tambahan darah yang melalui jaringan menjadi sedemikian rendah
dari alveoli. sehingga PO, jaringan turun di bawah nilai kritis 1 mm
Hg yang diperlukan untuk metabolisme intrasel. Pada
keadaan ini, kecepatdn pemakaian oksigen oleh jaringan
Penggunaan Metabolik dibatasi oleh aliran darah.Dalam keadaan dibatasi oleh
Oksigen oleh Sel difusi atau oleh aliran darah, pemakaian oksigen tidak
dapat berlangsung lama, karena sel menerima oksigen
Efek PO, lntrosel Terhodop Kecepoton Pemo- lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk kelangsung-
koiqn Oksigen. Dalam sel hanya dibutuhkan sedikit an hidupnya.
tekanan oksigen untuk terjadinya reaksi kimia intrasel
yang normal. Alasannya adalah bahwa sistem enzim per-
napasan sel, yang akan dibahas pada Bab 67, disesuaikan Transpor Oksigen
sedemikian rupa sehingga bila PO, selular lebih dari 1 dalam Bentuk Terlarut
mm Hg, ketersediaan oksigen tidak lagi merupakan suatu
faktor pembatas kecepatan reaksi kimia tersebut. Faktor Pada keadaan PO, arteri normal, yaitu 95 mm Hg, sekitar
pembatas utamanya justru adalah konsentrasi adenosin 0,29 mililiter oksigen dilarutkan dalam setiap 100 mililiter
difosfat (ADP) dalam sel. Efek inidilukiskan dalam Gam- cairan darah, dan bila PO, darah turun menjadi 40 mm Hg
bar 40-11, yang memperlihatkan hubungan antara PO, dalam kapiler jaringan, hanya 0, 12 mililiter oksigen yang
intrasel dan kecepatan pemakaian oksigen pada konsen- tetap terlarut. Dengan kata lain, 0,17 mililiter oksigen se-
trasi ADP yang berbeda-beda. Perhatikan bahwa kapan cara normal diangkut dalam keadaan terlarut ke jaringan
pun PO, intrasel di atas 1 mm Hg, kecepatan pemakaian oleh setiap 100 mililiter darah. Jumlah ini sebanding de-
oksigen menjadi konstan untuk konsentrasi ADP berapa ngan kira-kira 5 mililiter oksigen yang diangkut oleh he-
pun dalam sel. Sebaliknya, bila konsentrasi ADP diubah, moglobin sel darah merah. Oleh karena itu, oksigen yang
kecepatan pemakaian oksigen berubah sebanding dengan diangkut ke jaringan dalam bentuk terlarut normalnya
perubahan konsentrasi ADP. berjumlah sedikit, hanya kira-kira 3 persen dari jumlah
Seperti dijelaskan pada Bab 3, bila adenosin trifosfat total, bila drbandingkan dengan 97 persen yang diangkut
(ATP) digunakan dalam sel untuk menghasilkan energi, oleh hemoglobin.
BAB 40 Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh 535

Selama kerja berat, bila pelepasan oksigen oleh hemo- mm Hg (konsentrasi volumenya kurang dari seperseribu
globin ke jaringan meningkat tiga kali lipat, maka jumlah dalam udara) dapat menyebabkan kematian.
relatifyang diangkut dalam bentuk terlarut turun menjadi Walaupun kandungan oksigen di dalam darah sangat
1,5 persen. Bila seseorang menghirup oksigen pada PO, berkurang pada keadaan keracunan karbon monoksida,
alveolus sangat tinggi, jumlah yang diangkut dalam ben- PO, darah dapat tetap normal. Hal ini yang menyebab-
tuk terlarut dapat menjadi berlebihan, sehingga terkadang kan paparan dengan karbon monoksida sangat berbahaya,
terjadi kelebihan yang serius dalam jaringan, dan meng- karena darah berwama merah terang dan tidak terdapat
akibatkan "keracunan oksigen". Ini seringkali menyebab- tanda-tanda hipoksemia yang jelas, seperti wama kebiru-
kan konvulsi otak dan bahkan kematian, seperti yang biruan pada ujung jari atau bibir (sianosis). POrjuga ti-
dibahas secara rinci pada Bab 44 dalam hubungannya dak menurun, dan tidak ada mekanisme umpan balik yang
dengan pernapasan oksigen pada tekanan tinggi, seperti biasanya merangsang peningkatan frekuensi pemapasan
pada penyelam laut dalam. sebagai respons terhadap kurangnya oksigen (biasanya
ditunjukkan dengan PO2yang rendah). Karena otak meru-
pakan salah satu organ pertama yang terpengaruh akibat
Gabungan Hemoglobin dengan Karbon kurangnya oksigen, orang yang kekurangan oksigen dapat
Monoksida-Pemindahan Oksigen mengalami disorientasi dan menjadi tak sadarkan diri se-
belum akhirnya orang tersebut menyadari adanyabahaya.
Karbon monoksida bergabung dengan molekul hemoglo-
Pasien yang menderita keracunan karbon monoksida
bin pada tempat yang sama seperti oksigen. Oleh kare-
berat dapat diobati dengan memberikan oksigen mumi,
na itu, karbon monoksida dapat memindahkan oksigen
karena oksigen pada tekanan alveolus yang tinggi dapat
dari hemoglobin, sehingga menurunkan kapasitas darah
menggantikan karbon monoksida yang bercampur dengan
sebagai pembawa oksigen. Selain itu, kekuatan ikatan-
hemoglobin secara cepat. Pasien dapat juga diobati de-
nya kira-kira 250 kali kekuatan oksigen, yang dilukiskan
ngan pemberian secara simultan karbon dioksida 5 persen,
oleh kurva disosiasi karbon monoksida-hemoglobin pada
karena rangsangannya kuat pada pusat pemapasan. yang
Gambar 40-12. Kurva ini hampir sama dengan kurva di-
meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi karbon
sosiasi oksigen-hemoglobin, kecuali tekanan parsial kar-
monoksida alveolus. Dengan terapi oksigen dan karbon
bon monoksida, yang terlihat pada absis, berada pada
dioksida secara intensif, karbon monoksida dapat dikeluar-
tingkat 11250 dari kurva disosiasi oksigen-hemoglobin
kan dari darah 10 kali lebih cepat daripada tanpa terapi.
pada Gambar 40-8. Oleh karena itu, tekanan parsial kar-
bon monoksida yang hanya 0,4 mm Hg dalam alveoli,
11250 dari oksigen alveolus normal (PO, 100 mm Hg),
menyebabkan karbon monoksida sama-sama .bersaing
Pengangkutan Karbon Dioksida
dengan oksigen untuk bergabung dengan hemoglobin dan dalam Darah
menyebabkan separuh hemoglobin dalam darah berikatan
Pengangkutan karbon dioksida dalam darah tidaklah
dengan karbon monoksida daripada dengan oksigen. Oleh
sesukar pengangkutan oksigen, sebab walaupun dalam
karena itu, tekanan karbon monoksida yang hanya 0,6
kondisi yang sangat abnormal, karbon dioksida biasanya
dapat diangkut dalam jumlah yang lebih besar daripada
oksigen. Tetapi, jumlah karbon dioksida dalam darah ber-
hubungan erat dengan keseimbangan asam-basa cairan
100 tubuh, seperti yang telah dibahas pada Bab 30. Pada ke-
90 adaan istirahatyang normal, rata-rata 4 mililiter karbon
dioksida diangkut darijaringan ke paru dalam setiap 100
80
s militer darah.
c 70
.cl
60
.9
ut
#
{ Bentuk-Bentuk Kimia
o 50
E
o 40
Karbon Dioksida Saat Diangkut
!
'6 Untuk memulai proses pengangkutan karbon dioksida,
G 30 ,s
J & karbon dioksida berdifusi keluar dari sel jaringan dalam
20
G
o bentuk molekul karbon dioksida yang terlarut. Waktu me-
10 masuki kapiler jaringan, karbon dioksida segera mengi-
0 nisiasi serangkaian reaksi secara kimia dan fisika, yang
0 0,1 0,2 0,3 0,4 penting untuk transpor karbon dioksida; keadaan ini di-
Tekanan gas karbon monoksida (mm Hg) lukiskan pada Gambar 40-13.

GAMBAR 40-'12. Kurva disosiasi karbon monoksida-hemoglobin.


Pengongkutqn Korbon Dioksido dolom Ben-
Perhatikan tekanan karbon monoksida yang sangat rendah ketika tuk Terlorut. Sebagian kecil karbon dioksida ditranspor
karbon monoksida bergabung dengan hemoglobin. dalam bentuk terlarut ke paru. Telah dijelaskan bahwa
536 UNIT Vll Pernapasan

rah merah untuk menggantikannya. Hal ini dapat terjadi


Kapiler
karen a adany a p r o t e i n p e m b aw a b i kar b o n at - kl o r i d a y ang
Cairan khusus dalam membran sel darah merah yang menggerak-
interstisial
kan kedua ion ini bolak-balik dengan cepat dalam arah
yang berlawanan. Dengan demikian, kadar klorida sel da-
rah merah vena lebih besar daripada sel darah merah di
-4 co^'\ {.!# .:"'*}
/ ,l*!\

J
, arteri, fenomena ini disebut pergeseran klorida.
Di bawah pengaruh karbonik anhidrase, gabungan
karbon dioksida dengan air dalam sel darah merah yang
bersifat reversibel, meliputi sekitar 70Yo dari seluruh
CO, diangkut dalam karbon dioksida yang diangkut darijaringan ke paru. De-
bentuk: ngan demikian, ini berarti bahwa pengangkutan karbon
1.CO, = 7%
Hgb'CO, =23%
2. dioksida merupakan pengangkutan yang paling penting.
3.HCO"- =70o/o Bila suatu inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid)
diberikan pada seekor binatang untuk menghambat kerja
GAMBAR 40-13. Pengangkutan karbon dioksida dalam darah. karbonik anhidrase dalam sel darah merah, pengangkutan
karbon dioksida dari jaringan menjadi sangat sedikit se-
hingga PCO, jaringan dapat meningkat mencapai 80 mm
Hg, dibandingkan dengan keadaan normalnya sebesar 45
PCO, darah vena adalah 45 mm Hg dan darah arleri
mm Hg.
adalah 40 mm Hg. Jumlah karbon dioksida terlarut dalam
cairan darah pada tekanan 45 mm Hg kira-kira 2,7 mlldl
(2,7 volume persen). Jumlah yang terlarut pada tekanan Pengongkulon Korbon Dioksido dolom Gcrbung-
40. mm Hg kira-kira 2,4 mililiter, atau berbeda 0,3 mili-
onnyo dengon Hemoglobin don Protein Plos-
liter. Oleh karena itu, kira-kira hanya 0,3 mililiter karbon
mo-Korbominohemoglobin. Selain bereaksi de-
ngan air, karbon dioksida juga bereaksi langsung dengan
dioksida yang diangkut dalam bentuk karbon dioksida
terlarut oleh setiap 100 mililiter aliran darah. Jumlah ini
radikal amino molekul hemoglobin, untuk membentuk
senyawa karbaminohemoglobin (COrHgb). Gabungan
kira-kira 7 persen dari semua karbon dioksida yang diang-
karbon dioksida dengan hemoglobin ini adalah reaksi
kut secara normal.
reversibel yang terjadi dengan ikatan longgar, sehingga
Pengongkuton Kqrbon Dioksido dolom Benluk karbon dioksida mudah dilepaskan ke dalam alveoli yang
lon Bikorbonot memiliki PCO, lebih rendah daripada kapiler paru.
Sejumlah kecil karbon dioksida juga bereaksi dengan
Reaksi Karbon Dioksida dengan Air dalam Sel protein plasma dengan cara yang sama dalam kapiler ja-
Darah Merah-Efek Karbonik Anhidrase. Karbon ringan. Tetapi reaksi ini kurang penting untuk pengangkut-
dioksida yang terlarut dalam darah bereaksi dengan air
an karbon dioksida sebab jumlah protein ini dalam darah
untuk membentuk asam karbonat. Reaksi ini terjadi sa-
hanya seperempat dari jumlah hemoglobin.
ngat lambat dan tidak penting seandainya tidak ada enzim
Jumlah karbon dioksida yang dapat dibawa dari jaring-
piotein di dalam sel darah merah yang disebut karbonik
an ke paru dalam bentuk gabungan karbamino dengan
anhidrase, yang berfungsi untuk mengkatalisis reaksi an-
hemoglobin dan protein plasma adalah sekitar 30 persen
tara karbon dioksida dan air, sefta mempercepat reaksi ini
dari jumlah total yang diangkut-normalnya, kira-kira I ,5
kira-kira 5000 kali lipat. Oleh karena itu, berbeda dengan
mililiter karbon dioksida dalam setiap 100 mililiter darah.
reaksi dalam plasma yang memerlukan waktu berdetik-
Tetapi, karena reaksi ini jauh lebih lambat daripada reaksi
detik atau bermenit-menit, maka dalam sel darah merah karbon dioksida dengan air di dalam sel darah merah,
reaksi ini terjadi sedemiltian cepatnya sehingga mencapai
masih diragukan apakah pada kondisi normal mekanisme
keseimbangan haiipir sempurna dalam waktu sepersekian
karbamino ini dapat mengangkut lebih dari 20 persen dari
detik. Ini memungkinkan sejumlah besar karbon dioksida jumlah total karbon dioksida.
bereaksi dengan cairan sel darah merah bahkan sebelum
darah tersebut meninggalkan kapiler jaringan.
Kurva Disosiasi Karbon Dioksida
Pemisahan (Disosiasi) Asam Karbonat Meniadi
Bikarbonat dan lon Hidrogen. Dalam waktu se- Kurva pada Gambar 40-1 4 kurva disosiasi
-yangdisebut
persekian detik selanjutnya, asam karbonat yang diben- kerbon diol<sida-memperlihatkan ketergantungan kar-
tuk dalam sel darah merah (H.CQ,) terurai menjadi ion bon dioksida darah total dalam semua bentuknya terha-
hiclrogen dan ion bikarbonat (H* dan HCO,). Kemudian dap PCO,. Perhatikan bahwa PCO, darah normal berkisar
sebagian besar ion hidrogen bersatu dengan hemoglobin antara batas nilai 40 mm Hg dalam darah arleri dan 45
dalam sel darah merah sebab protein hemoglobin meru- mm Hg dalam darah vena, yang merupakan kisaran yang
pakan dapar asam-basa yang kuat. Lalu, banyak ion bi- sangat sempit. Perhatikan juga bahwa konsentrasi karbon
karbonat yang berdifusi dari sel darah merah ke dalam dioksida normal dalam darah pada semua bentuknya yang
plasma sementara ion kiorida berdifusi ke dalam sel da- berbeda-beda kira-kira 50 volume persen, tetapi hanya 4
BAB 40 Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh 537

eo itl:
::
es5
o,
980 o
o o
o--^ .,
olu
L
q)
E
5oo t!:

.E ii E
350 iq

! .c
(! 50
940
G G
!so F POr= '1 00 mm Hg
g g
!cn
G--
tt
o"10
f
F
E
o
G

u6 o
45
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100110 120
Tekanan gas karbon dioksida (mm Hg)

GAMBAR 4O-14. Kurva disosiasi karbon dioksida GAMBAR 4O-15. Bagian dari kurva disosiasi karbon dioksida bila
POrbesarnya 100 mm Hg atau 40 mm Hg. Panah menunjukkan
efek Haldane terhadap pengangkutan karbon dioksida, seperli
yang telah dijelaskan pada teks.
volume persen dari ini yang mengalami pertukaran se-
lama pengangkutan normal karbon dioksida dari jaringan
ke paru. Artinya, konsentrasi meningkat menjadi sekitar
52 volume persen sewaktu darah melalui jaringan, dan Gambar 40-15 melukiskan secara kuantitatif pen-
turun menjadi sekitar 48 volume persen sewaktu darah tingnya efek Haldane terhadap pengangkutan karbon diok-
melewati paru. sida dari jaringan ke paru. Gambar ini memperlihatkan
bagian kecil dari dua kurva disosiasi karbon dioksida: (l)
bila PO, adalah 100 mm Hg, yaitu PO, dalam kapiler darah
Bila Oksigen Berikatan dengan paru, dan (2) bila POr40 mm Hg, yaitu PO, dalam kapiler
Hemoglobin, Karbon Oibfsida jaringan. Titik A memperlihatkan bahwa pada tekanan
Dilepaskan (Efek Haldane) untuk PCO, normal sebesar 45 mm Hg dalam jaringan menye-
Meningkatkan Pengangkutan CO2 babkan 52 volume persen karbon dioksida bergabung
dengan darah. Pada waktu memasuki paru, PCO, turun
Pada permulaan bab, telah ditegaskan bahwa suatu pe- menjadi 40 mm Hg, sedangkan PO, meningkat menjadi
ningkatan karbon dioksida dalam darah akan menyebab- 100 mm Hg. Jika kurva disosiasi karbon dioksida tidak
kan oksigen dilepaskan dari hemoglobin (efek Bohr), bergeser akibat efek Haldane, maka kandungan karbon
dan ini merupakan faktor penting dalam meningkatkan dioksida dalam darah akan turun hanya sampai 50 volu-
pengangkutan oksigen. Sebaliknya, pengikatan oksigen me persen, berarti hanya terjadi kehilangan 2 volume per-
dengan hemoglobin cenderung mengeluarkan karbon sen karbon dioksida. Tetapi, peningkatan PO,dalam paru
dioksida dari darah. Sesungguhnya, efek ini, yang disebut menurunkan kurva disosiasi karbon dioksida dari kurva
efek Haldane, secara kuantitatif jauh lebih penting dalam yang teratas menjadi kurva yang terbawah pada gambar,
meningkatkan pengangkutan karbon dioksida daripada sehingga kandungan karbon dioksida turun menjadi 48
efek Bohr dalam rneningkatkan pengangkutan oksigen. volume persen (titik B). Ini menggambarkan tambahan
Efek Haldane disebabkan oleh fakta yang sederhana kehilangan karbon dioksida sebesar 2 volume persen.
bahwa gabungan oksifen dengan hemoglobin dalam paru Dengan demikian, efek Haldane menggandakan jumlah
menyebabkan hemoglobin menjadi asam yang lebih kuat. karbon dioksida yang dilepaskan dari darah dalam paru
Hal ini menyebabkan pindahnya karbon dioksida dari da- dan pengambilan karbon dioksida dalam jaringan menjadi
rah dan masuk ke dalam alveoli melalui dua cara: (1) Se- dua kali lipat.
makin tinggi keasaman hemoglobin, semakin berkurang
kecenderungannya untuk bergabung dengan karbon
dioksida unfuk membentuk karbaminohemoglobin, jadi
Perubahan Keasaman Darah
memindahkan banyak karbon dioksida dalam bentuk Selama Pengangkutan Karbon
karbamino dari darah. (2) Meningkatnya keasaman he- Dioksida
moglobin juga menyebabkan hemoglobin melepaskan se-
Asam karbonat yang terbentuk bila karbon dioksida me-
jumlah ion hidrogen, dan. ion-ion ini berikatan dengan ion
. masuki darah dalam jaringan perifer menurunkan pH
bikarbonat untuk membentuk asam karbonat; kemudian darah. Namun, reaksi dari asam ini dengan dapar asam-
terurai menjadi air dan karbon dioksida, dan karbon diok- basa darah mencegah konsentrasi ion hidrogen mening-
sida dikeluarkan dari darah masuk ke dalam alveoli dan kat terlalu tinggi (dan pH darah turun terlalu banyak).
akhimya, ke udara. Biasanya, darah arteri mempunyai pH sekitar 7,41, dan,
538 UNIT Vll Pernapasan

kelika darah tersebui nrcndapat l<albon dioksida dalanr bagi pernapasan jaringan akan dibahas dalam Eab 71.)
kapiler.jaringan, pf'l lurun rnenjadi sckitar' 7.37. Dengan Pada orang derigan diet normal yang mengonsumsi kar-
kata lain. terjadi perubahan pH sebcsar 0.0'1 unit. Kea- bohidrat, lemali, dan protein dalam jumlah rata-rata,
daan sebaliknya akan tcrjadi bila karbon dicksida dile- maka nilai rata-rata r"rntuk R dianggap sebesar 0,825.
paskan dari darah dalam paru. schingga pFl meningkat
mencapai nilai arteri sebesar 7.41 lrgi. Saat kcrja berat.
atau kondisi aktivitas metaboiisme yang tinggi laiunya,
atau bila aliran darah ke .jaringan meniadi lambat, pe-
Kepustakaan
nurunan pH dalam darah jaringan (dan dalam.jaringan- /lbert R, Spiro S, Jett J: Comprehensiye Respiratory ll[edicine.
nya sendiri) clapat mencapai 0,50, sekitar l2 kali dari Philadetphia: Mosby, 2002.
normal sehingga menl'ebabkan asiclosis jaringan yang Dempsey J,'1, ll/agner PD: Exercise-induced arterial hypoxemia.
berrnakna. J Appl Physiol 87.1997, 1999
Geers C, Gros G; Carbon dio.xidc lronsport and carbonic anhy-
drase in blood and muscle. Physiol Rev 80:681,2000.
Rasio Pertukaran Pernapasan Henry RP, Swenson ER: The distribfiion and physiological sig-

Telah clipelajari bahrvapada keadaan normal. pengangkut- nificance of carbonic anhyclrttse in ,-ertebrate gas exchange
an oksigen dari paru ke jaringan oleh sctiap 100 mili- organs. Respir Physiol 121:1,2000
meter darah adalair sekitar 5 mililiter, scdangkan peng- Jones Ant, Koppo K, Burnley A.t: EJfects of prior exercise on
angkutan normal karbon dioksida dari.iaringan kc paru melabolic and gas exchange responses to exercise. Sports
kira-kira 4 rnililiter. Dengan demikian, pada keadaan I'Ied 33:919,2003.
'Nikinrnaa, M;
istirahat normal, jumlah karbon dioksida yang dikeluar- ltlembrane transport and control of hemoglo-
kan paru kira-kira hanl'a sebcsar 82 persen dari.jumlah bin-oxygen ffinilt in nucleated etVthrocytes. Physiol Rev
pengambilan oksigen olch paru. llasio (perbandingan) 72:30t, t992.
antara keluaran karbon dioksida clengan atnbilan oksi- Piiper J: Per/usion, dffitsion ancl their heterogeneities limit-
gen disebut rasio perttrkarctn pernaposan (R]. Yaitu, ing blood-tissue O, transfer in nu.scle. Acta Physiol Scand
168:603,2000.
D_ Kecepatan keluaran karbon dioksida Richardson RS: Oxygen transport and utilization: an integra-
Kecepatan ambiian oksigen tion ofthe nuscle systents. Adv Physiol Educ 27: I 83, 2003.
Roy TK, Popel AS. 'fheoretical predictions of end-capillary PO,
Nilai R berubal.r pada berbagai keadaan nretabo-
in mtrsbles of athlelic and nonathletic animals at L'O.max.
lik. Bila seseorang hanya mcnrakai karbohidrat untuk
Am J Physiol 27 I :1172 l, I 996.
metabolisme tubuhnya, R rneningkat sampai 1.00. Se-
Spahn DR, Pasch 7-: Physiological properties of blood snbsti-
baliknya, biia seseorang sepenuhnya men-rakai lemak
httes. News Physiol Sci 16.38,2001.
untuk energi melaboliknya, rnaka R turun nrcnjacli 0,7.
l-sai AG, Johnson PC, Intaglietta lvl: Orygen gradients in the
Alasan untuk perbcdaan ini aclalirh bahr,,,a bila oksigen
nticrocirculation. Physiol Rev B3.933, 2003.
dirnctabolisme dengan karbohidrat, te rbentr-rk satu mole-
l'l/ogner PD. Dilfusive resistance to O.tronspctrt in muscle. Acta
kul karbon dioksida untr-rk setiap n.rolekul oksigen yang
Physiol Scand I 68. 609, 2000.
digunakan; sedangkan bila oksigen bereaksi dcngan
Ll/est JB: Pulntonary Physiology and Pathophysiologlt: An In-
lemak, banyak oksigen bergabung dengan atom hidro-
tegrated, Case-Based Approach. Philadelphia: Lippincott
gen dari lemak unluk membenluk air, bukannya karbon
dioksida. Dengan kata lain, hasil bagi pernapason tlat'i
Wil liants & l4/ilkins, 200 l
I4/est,JB.. Pulmonary Physiology-The Essentials. Baltimore:
realci kimia (respiratoty quotient oJ'the chentical reac-
Lippincott Williams & Ililkins, 2003.
tions) dalan jaringah kira-kira 0,7, bukan 1,00. (l-lasil
BAB 41

Pengaturan Fernapasan

Sistem saraf secara normai mengatur kecepatan ven-


tilasi alveolus hampir sama dengan permintaan tubuh,
sehingga tekanan oksigen (Po,) dan tekanan karbon
dioksida (Pcor) pada darah afieri hampir tidak berubah
bahkan selama latihan fisik berat dan kebanyakan stres
pemapasan lainnya.
Bab ini akan menguraikan fungsi sistem saraf ini
untuk pengaluran pemapasan.

Pusat Pernapasan
Pttsal pem.apasair terdiri dari beberapa kelompok neuron yang terletak bilateral di
medula oblongata dan pons pada batang otak, seperti dilukiskan pada Garrbar 41-1.
Daerah ini dibagi menjadi tiga kelompok neuron utama: (l) kelorupok peraapasan
darsal, terletak di bagian dorsal medula, yatrg terutana menyebabkan inspirasi, (2)
kelompok pernapasen v-enlral, yang terletak di ventrolaterai rnedula, yang terutama
menyebabkan ekspirasi, dan (3) pusat pneumotaksilr, terletak di sebelah dorsal bagian
supericr pons, yang terutama mengatur kecepatan dan kedalaman napas. Kelompok
oeuron prxapasan dorsal memegang peranan paling mendasar dalarn mengatur pe1:
napasan. Oleh karena itu, fungsi inilah yang pertama kali akan dibahas.

Kelompok Neuron Pernapasan Dorsal-


Pengaturannya pada lnspirasi dan lrama Pernapasan
Kelompok neuron per[apasan dorsal rnenernpati sebagian besar panjang medula.
Semua atau sebagian besar neuronnya terletak di dalam nukleus traktus solitarius,
walaupun neuron-neuron lain yang berdekatan dengan substansia retikularis medula
juga memegang peranan penting dalam mengahrr pemapasan. Nukleus traktus soli-
tarius merupakan aldfii sensoris dali nervus vagus dan nervus [losofaringeus, yang
mentransmisikan sinyal sensorisnya ke dalam pusat pernapasan dari (1) kemoreseptcr
perifer, {2) baroreseptsr, dan {3) berbagai macam reseptor dalam paru.

Peleposon Sinycll lnspirosi Rilmis dsri Kelompok Neuron Pernqpcson


Dorscl. Irama dasar pernapasan terutama berasai dari kelompok neuron pelnapasan
dcrsai. Bahkan bila semua saraf perifer yang memasLlki medula telah dipotong dan
batang otak ditranseksi di atas dan di lrawah medul*" kelompok neuron ini masih
mengeiuarkan ptstensial {.tksi neuron inspirasi secara berulang-ulang. Namun, penye-
bab dasar pelepasan yaug berulang-ulang ini belum diketahui. Pada hewan primitil
telah diternukan iaringan saraf yang aktivitas satu rangkaian neuronnya mengeksitasi
rangkaian yang kedua, yang pada alirannya akan menghambat yang pertama. Ke-

539
540 UNIT VII Pernapasan

akan memperpendek waktu ekspirasi. Dengan


demikian, kecepatan pernapasan ditingkatkan.

Pusat pneumotaksik Pusat Pneumotaksik Membatasi


Masa lnspirasi dan Meningkatkan
Kecepatan Pernapasan
Kelompok
P us at pneum ot aks i k, yan g terletak di sebelah dor sal nukl e -
pernapasan dorsal
(inspirasi)
Kelompok us parabrakialis pada pons bagian atas, mentransmisikan
pernapasan
sinyal ke area inspirasi. Efek yang utama di sini adalah
ventral (ekspirasi &
inspirasi) mengatur titik "penghentian" inspirasi landai, dengan
demikian mengatur lamanya fase pengisian pada siklus
Nervus vagus & paru. Bila sinyal pneumotaksik cukup kuat, inspirasidapat
glosofaringeus Jaras motorik berlangsung selama 0,5 detik, jadi pengisian paru hanya
pernapasan
sedikit; tetapi bila sinyal pneumotal<sik lemah, inspirasi
GAMBAR 41-1, Susunan pusat pernapasan. dapat berlangsung terus selama 5 detik atau lebih, dengan
demikian paru terisi dengan udara yang banyak sekali.
Fungsi pusatpneumotaksik yang utama adalah memba-
tasi inspirasi. Pusat pneumotaksik memiliki efek sekunder
mudian setelah beberapa waktu mekanisme ini berulang terhadap peningkatan kecepatan pemapasan, karena pem-
kembali terus menerus sepanjang hidup hewan tersebut. batasan inspirasi juga memperpendek ekspirasi dan selu-
Oleh karena itu, kebanyakan ahli fisiologi pernapasan ruh periode pernapasan. Sinyal pneumotaksik yang kuat
percaya bahwa terdapat beberapa jaringan saraf se.ma- dapat meningkatkan kecepatan pernapasan 30 sampai 40
cam ini pada manusia yang seluruhnya terleiak di dalam kali per menit, sedangkan sinyal pneumotaksik yang le-
medula; kemungkinan tidak hanya melibatkan kelompok mah dapat menurunkan kecepatan menjadi hanya 3 sam-
pernapasan dorsal saja tetapi juga daerah yang berdekatan pai 5 pernapasan per menit.
pada medula, yang bertanggung jawab untuk irama dasar
pernapasan.
Kelompok Neuron Pernapasan Ventral-
Sinyal lnspirasi "yang landai". Sinyal saraf yang di- Fungsi pada lnspirasi dan Ekspirasi
transmisikan ke otot inspirasi, terutama diaflagma, tidak
Kelompok neuron pernapasan ventral, yang dijumpai di
seketika itu juga menjadi potensial aksi. Sebaliknya,pada
bagian rostral dari nukleus ambigus dan bagian kaudal
pernapasan normal, permulaannya lemah dan meningkat
dari nukleus retroambigus, terletak pada setiap sisi me-
secara perlahan-lahan (bentuk landai) selama kira-kira
dula, kira-kira 5 milimeter di sebelah anterior dan lateral
2 detik. Kemudian sekonyong-konyong berakhir selama
kelompok neuron pernapasan dorsal. Fungsi kelompok
hampir 3 detik berikutnya, yang mengakibatkan penghen-
neuron ini berbeda dengan kelompok pemapasan dorsal
tian eksitasi pada diaflagma dan menimbulkan sifat elastis
dalam berbagai hal penting:
daya lenting paru dan dinding dada untuk menghasilkan
ekspirasi. Kemudian sinyal inspirasi mulai kembali un- 1. Neuron-neuron dari kelompok pemapasan ventral
tuk siklus yang berikutnya, demikian seterusnya, dengan hampir seluruhnya tetap inaktif selamapemapasan
ekspirasi di antara siklus. Jadi, sinyal inspirasi merupakan tenang yang normal. Oleh karena itu, pemapasan
sinyal yang landai (ramp signal). Keuntungan yangnyata tenang yang normal hanya ditimbulkan oleh sinyal
dari sinyal yang landai adalah bahwa sinyal ini menye- inspirasi berulang-ulang dari kelompok pemapas-
babkan peningkatarf'volume paru yang mantap selama an dorsal yang terutama dijalarkan ke diafragma,
inspirasi, sehingga kita tidak terengah-engah (mengeluar- dan ekspirasi yang merupakan hasil dari sifat elas-
kan napas inspirasi yang penghabisan : gasps). tis daya lenting paru dan rangka toraks.
Ada dua sifat inspirasi landai yang diatur, yaitu seba- 2. Tidak ada bukti bahwa neuron pemapasan ventral
gai berikut: ikut berpartisipasi dalam menentukan irama dasar
yang mengatur pernapasan.
1. Pengaturan kecepatan peningkatan sinyal landai, 3. Bila rangsang pernapasan guna meningkatkan
sehingga selama pemapasan yang sulit, kenaikan ventilasi paru menjadi lebih besar dari normal, si-
yang landai ini meningkat dengan cepat, dan oleh nyal respirasi yang berasal dari mekanisme getaran
karena itu paru dapat terisi dengan cepat pula. dasar di area pernapasan dorsal akan tercurah ke
2. Pengaturan titik batasan tempat sinyal landai ini neuron pernapasan ventral. Akibatnya, area per-
tiba-tiba berakhir. Ini adalah metode yang biasa napasan ventral turut membantu merangsang per-
' dipakai untuk mengatur kecepatan pernapasan; napasan ekstra.
yaitu. semakin dini sinyal landai,ini berakhir, se- 4. Rangsangan listrik dari beberapa neuron pada ke-
makin singkat waktu inspirasinya. Hal ini juga lompok ventral menyebabkan inspirasi, sedangkan
BAB 41 Pengaturan Pernapasan 541

rangsangan lainnya menyebabkan ekspirasi. Oleh napasan sangat responsif terhadap perubahan masing-ma-
karena itu, neurou-neuron ini menyokong inspi- sing konsentrasi tersebut.
rasi maupun ekspirasi. Neuron tersebut terutama Kelebihan karbon dioksida atau kelebihan ion hidro-
penting dalam menghasilkan sinyal ekspirasi yang gen dalam darah terutama bekerja langsung pada pusat
kuat ke otot-otot abdomen selama ekspirasi yang sa- pernapasan itu sendiri, menyebabkan kekuatan sinyal
ngat sulit. Dengan demikian, area ini bekerja lebih motorik inspirasi dan ekspirasi ke otot-otot pemapasan
kurang sebagai suatu mekanisme pendorong bila sangat meningkat.
dibutuhkan ventilasi paru yang lebih besar, khusus- Oksigen, sebaliknya, tidak mempunyai efek langsung
nya selama latihan fisik berat. yang bermakna terhadap pusat pemapasan di otak dalam
pengaturan pernapasan. Justru, oksigen bekerja hampir
Pembatasan lnspirasi oleh Sinyal lnflasi seluruhnya pada kemoreseptor perifer yang terletak di
badan-badan karotis dan aorta, dan kemudian mentrans-
Paru-Refleks lnflasi Hering-Breuer misikan sinyal saraf yang sesuai ke pusat pemapasan
Selain mekanisme pengaturan pernapasan sistem sarafpu- untuk mengatur pernapasan.
sat yang seluruhnya bekerja dalam batang otak, masih ada Mula-mula marilah kita membicarakan rangsangan
sinyal-sinyal saraf sensoris yang berasal dari paru untuk dari pusat pernapasan itu sendiri oleh karbon dioksida dan
membantu mengatur pernapasan. Paling penting adalah ion hidrogen.
yang terletak di bagian otot dinding bronkus dan bronkio-
lus seluruh paru, yaitu reseptor regang, yang menjalar-
kan sinyal melalui nervus vagus ke kelompok neuron Pengaturan Kimiawi Secara Langsung
pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi sangat tere- pada Aktivitas Pusat Pernapasan oleh
gang. Sinyal ini memengaruhi inspirasi hampir sama de- Karbon Dioksida dan lon Hidrogen
ngan sinyal dari pusat pneumotaksik; yaitu, bila paru-paru
menjadi sangat terinflasi, reseptor regang nrengaktifkan Areo Kemosensitif podo Pusol Pernoposon. Kita
respons umpan balik yang "mematikan" inspirasi landai, telah membicarakan tiga area utama pada pusat pernapas-
dan dengan demikian menghentikan inspirasi selanjutnya. an: kelompok neuron pemapasan dorsal, kelompok per-
Ini disebut refleks infasi Hering-Breuer. Refleks ini juga napasan ventrai, dan pusat pneumotaksik. Diyakini bahwa
meningkatkan kecepatan pernapasan, sama seperti sinyal tidak satu pun dari area tersebut dipengaruhi secara lang-
dari pusat pneumotaksik. sung oleh perubahan konsentrasi karbon dioksida atau ion
Pada manusia, refleks Hering-Breuer kemungkinan hidrogen dalam darah. Justru, area neuron tambahan, area
tidak diaktifkan sarnpai volume tidal meningkat lebih kemosensitif , dilukiskan pada Gambar 4l-2, terletak bi-
dari tiga kali normal (lebih besar dari sekitar 1,5 liter tiap lateral hanya 0,2 milimeter di bawah permukaan ventral
bernapas). Oleh karena itu, refleks ini terutama muncul medula yang dipengaruhi. Area ini sangat sensitif terha-
sebagai mekanisme protektif untuk mencegah inflasi paru dap perubahan Pco, atau konsentrasi ion hidrogen dalam
yang berlebihan daripada sebagai unsur penting pada darah, dan kemudian merangsang bagian lain pada pusat
pengaturan ventilasi normal. pemapasan.

Pengaturan Aktivitas Pusat


Pernapasan Secara Keseluruhan
Sampai titik ini, kita telah membahas mekanisme dasar
yang menyebabkan inspirasi dan ekspirasi, tetapi pen-
ting juga diketahui bagaipana intensitas sinyal-sinyal
pengatur pernapasan-.ditingkatkan atau diturunkan untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi tubuh. Misalnya, selama
-latihan fisik berat, kecepatan pemakaian oksigen dan
pembentukan karbon dioksida seringkali meningkat sam- Area inspirasi H'+ HCO3-
pai 20 kali normal, sehingga membutuhkan peningkatan
yang setara pada ventilasi paru. Pembahasan utama selan-
jutnya pada bab ini adalah mengenai pengaturan ventilasi
t
H2CO3

ini sesuai dengan kebutuhan tubuh.


t
CO, + 11,9
Pengaturan Kimiawi
GAMBAR 41-2. Perangsangan area inspirasi pada batang otak
Pernapasan oleh sinyal dari area kemosensitif yang terletak bilateral dalam
medula, terletak hanya sepersekian milimeter di bawah permu-
Tujuan akhir pernapasan adalah untuk mempertahankan kaan medula bagian ventral. Perhatikan juga bahwa ion hidro-
konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen gen merangsang area kemosensitif, sedangkan karbon dioksida
yang sesuai dalam jaringan. Untungnya, aktivitas per- dalam cairan meningkatkan sebagian besar ion hidrogen.
s42 UNIT VII Pernapasan

Eksitasi Neuron Kemosensitif


oleh lon Hidrogen Kemungkinan 11

Merupakan Rangsangan Primer 10


Neuron-neuron sensoris pada area kemosensitif terutama
I
dieksitasi oleh ion hidrogen; kenyataannya, diyakini bah- -o
wa ion hidrogen mungkin satu-satunya rangsangan lang- o
G
sung yang penting untuk neuron-neuron ini. Namun, ion
-og
(!
hidrogen tidak mudah melalui sawar darah-otak. Berdasar- d7
kan alasan tersebu! perubahan konsentrasi ion hidrogen o
U
dalam darah ternyata mempunyai efek yang kurang.besar 11, a
pada perangsangan neuron-neuron kemosensitif daripada o
:r
efek perubahan karbon dioksida dalam darah, walaupun o
c,
karbon dioksida diduga merangsang neuron-neuron ini
tua
secara sekunder melalui perubahan konsentrasi ion hidro- '6
gen, seperti yang akan dijelaskan pada bagian berikut. Ga

>2
OJ

Karbon Dioksida Merangsang


Area Kemosensitif 1

Walaupun karbon dioksida mempunyai sedikit efek pe-


rangsangan langsung terhadap neuron-neuron area ke-
rnosensitif, tetapi karbon dioksida sangat berpengaruh
20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pcor(mm Hg)
pada efek tidak langsung. Karbon dioksida akan bereaksi
dengan cairan jaringan untuk membentuk asam karbonat 7,6 7,5 7,4 7,3 7,2 7,1 7,0 6,9
yang berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dan ion hidro- pH
gen; dan ion hidrogen kemudian berpengaruh terhadap
GAMBAR 41-3. Efek peningkatan Pco, darah afteri dan penu-
rangsangan langsung pada pemapasan. Reaksi ini dilukis-
runan pH arteri (peningkatan konsentrasi ion hidrogen) pada ke-
kan pada Gambar 41-2. cep atan v enti las i alveol us.
Mengapa karbon dioksida darah lebih kuat merang-
sang neuron-neuron kemosensitif daripada ion hidrogen
darah? Jawabamya adalah bahwa sawar darah-otak tidak
terlalu permeabel terhadap ion hidrogen, sedangkan kar- ion hidrogen dalam darah dan cairan serebrospinal guna
bon dioksida melalui sawar ini hampir seperti sawar ini menurunkan konsentrasinya. Tetapi yang lebih penting
tidak ada. Akibatnya, kapan pun Pco, darah meningkat, adalah, selama beberapa jam, ion bikarbonat juga dengan
maka Pco, cairan interstisial medula dan cairan serebrospi- lambat berdifusi melalui sawar darah-otak dan sawar da-
nal juga ikut meningkat. Dalam kedua cairan ini, karbon rah-cairan serebrospinal dan bergabung secara langsung
dioksida segera bereaksi dengan air untuk membentuk ion dengan ion hidrogen yang berdekatan dengan neuron-
hidrogen yang baru. Dengan demikian, secara beftentang- neuron pemapasan, jadi menurunkan ion hidrogen kem-
an, lebih banyak ion hidrogen dilepaskan ke dalam area bali mendekati nilai normal.
sensoris kemosensitif pernapasan pada medula bila kon- Oleh karena itu, perubahan konsentrasi karbon dioksi-
sentrasi karbon dioksida darah meningkat daripada bila da darah mempunyai efek akut yang kuat untuk mengatur
konsentrasi ion hidrogen darah meningkat. Oleh karena dorongan pernapasan, tetapi mempunyai efek kronikyang
itu, perubahan karbon dioksida darah akan sarrgat me- lemah saja setelah beberapa hari beradaptasi.
ningkatkan aktivitas pusat pernapasan, suatu kenyataan
yang akan dib icaralAn seiara kuantitatif n anti.
Efek Kuantitatif Pco, Darah dan
Penurunon Efek Perongsongon Korbon Dioksi- Konsentrasi lon Hidrogen Darah
do Seleloh Hqri Periomo don Hqri Keduo. Eksi- Terhadap Ventilasi Alveolus
tasi pusat pernapasan oleh karbon dioksida sangat kuat Gambar 41-3 melukiskan secara kuantitatif efek yang
pada jam-jam pertama setelah karbon dioksida darah mendekati Pco, darah dan pH darah (suatu ukuran log-
mengalami peningkatan, tetapi kemudian karbon dioksi- aritmis yang berlawanan dan konsentrasi ion hidrogen)
da darah menurun secara bertahap dalam waktu I sam- pada ventilasi alveolus. Perhatikan khususnya bahwa
pai 2 hari berikutnya hingga kurang lebih seperlima dari peningkatan ventilasi yang sangat nyata disebabkan oleh
efek permulaan. Sebagian dari penurunan ini disebabkan suatu peningkatan Pco, dalam kisaran normal antara 35
oleh penyesuaian kembali ginjal terhadap konsentrasi ion dan 75 mm Hg. Hal ini memperlihatkan bahwa perubahan
hidrogen dalam darah yang bersirkulasi agar kembali ke karbon dioksida memberikan efek yang luar biasa pada
arah normal setelah karbon dioksida meningkatkan kon- pengaturan pemapasan. Sebaliknya, perubahan pernapas-
sentrasi hidrogen. Ginjal melakukan hal ini dengan cara an pada pH darah normal antara7,3 dan7,5 terjadi kurang
meningkatkan bikarbonat darahyang berikatan dengan dari sepersepuluh.
BAB 41 Pengaturan Pernapasan 543

Oksigen Tidak Penting bagi


Pengaturan Pusat Pernapasan
Medula
Perubahan konsentrasi oksigen sebetulnya tidak memberi-
kan efek langsung pada pusat piernapasan itu sendiri dalam Nervus glosofaringeus

mengubah rangsang pemapasan (walaupun perubahan Nervus vagus


oksigen memiliki efek tidak langsung, yang bekerja me-
lalui kemoreseptor perifer, seperti yang dijelaskan pada Badan karotis
pembahasan berikutnya).
Kita telah mempelajari dalam Bab 40 bahwa sistem
dapar oksigen hemoglobin mengalirkan oksigen dalam
jumlah yang hampir normal ke jaringan, bahkan ketika
Po, paru berubah dari nilai serendah 60 mm Hg naik hing-
ga nilai setinggi 1000 mm Hg. Oleh karena itu, kecuali Badan aorta
dalam keadaan tertentu, pengiriman oksigen dalam jumlah
yang adekuat dapat tetap dilakukan meskipun terjadi per-
ubahan ventilasi paru dari sedikit lebih rendah di bawah
GAMBAR 41-4. Pengaturan pernapasan oleh kemoreseptor peri-
separuh normal sampai setinggi 20 kali normal atau lebih. fer di dalam badan karotis dan badan aofta.
Hal ini tidak terjadi pada karbon dioksida, karena Pco,
dalam darah danjaringan berubah secara terbalik dengan
nilai ventilasi paru;jadi, proses evolusi hewan telah mem-
melalui nervus Hering ke nervus glosofaringeus dan ke-
buat karbon dioksida menjadi pengatur pemapasan yang
mudian ke area pernapasan dorsal di medula. Badan aorta
utama, bukan oksigen.
terlet4k di sepanjang arkus aorta; serabut sarafaferennya
Tetapi, untuk kondisi-kondisi khusus seperli ketika,
berjalan melalui nelnus vagus, juga ke area pernapasan
jaringan mengalami kesulitan karena kurang oksigen,
dorsal medula.
maka tubuh memiliki mekanisme khusus untuk mengatur
pemapasan yang terletak di kemoreseptor perifer, yaitu di
Tiap{iap badan kemoreseptor ini menerima suplai
darah khusus miliknya sendiri melalui arteri kecil secara
sisi luar pusat pemapasan otak; mekanisme ini memberi
langsung dari arteri besar yang berdekatan. Darah yang
respons ketika oksigen darah turun menjadi terlalu rendah,
mengalir melalui badan-badan ini bersifat ekstrem, yaitu
terutama di bawah Por 70 mm Hg, seperti yang dijelaskan
20 kali berat badannya sendiri setiap menit. Oleh kare-
pada pembahasan berikutnya.
na itu, persentase pemindahan oksigen dari darah yang
mengalir sebetulnya nol. Hal ini berarti.bahwa kemore-
septor setiap saat terek,spos dengan darah arteri, bukan
Sistem Kemoreseptor Perifer dengan darah vena, dan Por-nya merupakan Po, arteii.
untuk Mengatur Aktivitas
Perongsongqn Kemoreseplor Akibot Penurunon
Pernapasan-Peranan Oksigen Oksigen Arleri . Bila konsentrasi oksigen darah arteri
dalam Pengaturan Pernapasan menurun di bawah normal, kemoreseptor menjadi sangat
terangsang. Efek ini ditunjukkan pada Gambar 4l -5, yang
Selain pengaturan aktivitas pernapasan oleh pusat per- memperlihatkan efek dari nilai Po, arteri yang berbeda-
napasan itu sendiri, masih ada mekanisme lain yang terse- beda pada kecepatan penjalaran impuls saraf dari badan
dia untuk mengatur pernapasan. Mekanisme ini adalah karotis. Perhatikan bahwa kecepatan impuls terutama sen-
sistem kemoreseptor perifer, yang tampak pada Gambar sitif terhadap perubahan Po, afteri dalam kisaran antara
4l-4. Reseptor kimia saraf khusus, yang disebut kemore- 60 turr"rn sarnpai 30 mm Hg, yaitu kisaran saturasi hemo-
septor, terletak di beperapa area di luar otak. Reseptor ini globin dengan penurunan oksigen yang cepat.
khususnya penting untuk mendeteksi perubahan oksigen
dalam darah, walaupun reseptor itujuga sedikit berespons Efek Korbon Dioksido don Konsentrqsilon Hidro-
terhadap perubahan konsentrasi karbon dioksida dan ion gen podo Aktivllos Kemoreseptor. Peningkatan
hidrogen. Kemoreseptor mentransmisikan sinyal saraf ke konsentrasi karbon dioksida atau konsentrasi ion hidro-
pusat pernapasan di otak untuk membantu mengatur akti- gen juga mengeksitasi kemoreseptor dan, dengan cara ini,
vitas pemapasan. secara tidak langsung meningkatkan aktivitas pernapasan.
Sebagian besar kemoreseptor terletak di badan karotis . Namun, efek langsung dari kedua faktor ini pada pusat
Namun, dalam jumlah yang sedikit terletak juga di badan pernapasannya sendiri jauh lebih kuat daripada efek tidak
aorta, yang diperlihatkan pada bagian bawah pada Gam- langsung yang diperantarai kemoreseptor (kurang lebih
bar 41-4; dan dalam jumlah yang sangat sedikit terletak tujuh kali lebih kuat) sehingga untuk tujuan praktisnya,
di tempat lain yang berkaitan dengan arteri-arteri lainnya efek tidak langsung karbon dioksida dan ion hidrogen
dari.regio toraks dan regio abdomen tubuh. melalui kemoreseptor ini tidak perlu dipikirkan. Ternyata,
Bqdan karotis terletak bilateral pada percabangan terdapat satu perbedaan antara pengaruh karbon dioksi-
arteri karotis komunis. Serabut saraf aferennya berjalan da perifer dengan karbon dioksida sentral: perangsangan
544 UNIT VII Pernapasan

800

tr
iooo
oo
lllI
il'
iuou.*o E
EA 309
-3E o'
c E
o E
ge -E zoo
=3
o =oL
o
G
4.2 20d
o o
100 200 300 400 500 ! o-
Po, arteri {mm Hg) ct
(lJ

GAMBAR 4'l-5. Efek Po" afteri terhadap kecepatan impuls dari


badan karotis pada seekor kucing. 0
160 140 120 100 80 60 40 20
Po, arteri (mm Hg)

GAMBAR 41-6. Kurva bagian bawah memperlihatkan efek nilai-


melalui kemoreseptor perifer timbul lima kali lebih cepat Po, arleri yang berbeda terhadap ventilasi alveolus, yang menun-
daripada perangsangan sentral, sehingga kemungkinan jukkan peningkatan ventilasi enam kali lipat ketika Po"turun dari
kemoreseptor perifer terutama penting dalam meningkat- nilai normalnya 100 mm Hg menjadi 20 mm Hg. Garis bagian atas
menunjukkan bahwa Pco, arleri dijaga pada nilai yang konstan
kan kecepatan respons terhadap karbon dioksida pada saat
selama pengukuran dalam penelitian ini; pH juga tetap dijaga
latihan fisik dimulai. konstan.

Mekonisme Dqsor Perongsongqn Kemoreseplor Pernapasan pada Oksigen Rendah


Akibot Kekurongon Oksigen. Belum diketahui seca- yang Kronik Merangsang
ra pasti bagaimana Po, yang rendah mengeksitasi ujung- Pernapasan yang Lebih Dalam Lagi-
ujung sarafdalam badan karotis dan badan aorta. Tetapi, Fenomena Aklimatisasi
badan-badan ini mempunyai banyak macam sel mirip ke- Pendaki gunung telah menemukan bahwa bila para pen-
lenjar yang sangat karakteristik, disebut sel glorhus,yang daki itu mendaki gunung secara perlahan-iahan selama
bersinaps secara langsung maupun tidak langsung dengan beberapa hari, dibandingkan dengan selama beberapa
ujung-ujung saraf. Beberapa peneliti menduga bahwa sel jam, mereka akan bernapas lebih dalam lagi oleh karena
glomus ini mungkin berfungsi sebagai kemoreseptor dan itu dapat bertahan pada konsentrasi oksigen atmosfer yang
kemudian merangsang ujung-ujung saraf. Tetapi, peneliti jauh lebih rendah daripada bila mereka mendaki dengan
lain menduga bahwa ujung-ujung saraf itu sendiri secara cepat. Keadaan ini disebut aklimatisasi.
langsung sensitifterhadap Po, yang rendah. Alasan terjadinya aklimatisasi adalah bahwa, dalam
waktu 2 sampai 3 hari, pusat pernapasan di batang otak
kehilangan sekitar empat perlima sensitivitasnya terhadap
Pengaruh Po, Arteri yang Rendah perubahan Pco, dan ion hidrogen. Oleh karena itu, venti-
Terhadap Perangsangan Ventilasi lasi penghembusan (blow-ffikarbon dioksida yang terla'
Alveolus Ketika Karbon Dioksida Arteri lu banyak yang normalnya akan menghambat peningkatan
dan Konsentrasi lon Hidrogen Normal pernapasan gagal terjadi, dan oksigen yang rendah dapat
Gambar 4l-6 mehunjukkan pengaruh Po, arteri yang ren- merangsang sistem pernapasan untuk mencapai nilai ven-
dah terhadap ventilasi alveolus bila Pco, dan konsentrasi tilasi alveolus yang jauh lebih tinggi daripada dalam kon-
ion hidrogen tetap konstan pada nilai normalnya. Dengan disi akut. Berbeda dengan 70 persen peningkatan venti-
kata lain, pada gambar ini, hanya rangsang ventilasi yang lasi yang mungkin terjadi setelah kontak terhadap oksigen
diakibatkan oleh efek oksigen yang rendah pada kemore- rendah yang akut, ventilasi alveolus seringkali mening-
septor, yang aktif. Gambar memperlihatkan hampir tidak kat 400 sampai 500 persen setelah 2 sampai 3 hari dalam
ada pengaruh apa pun pada ventilasi sepanjang Po, arteri keadaan oksigen rendah; hal ini sangat membantu dalam
lebih besar dari 100 mm Hg. Tetapi pada tekanan yang mensuplai oksigen tambahan bagi pendaki gunung.
lebih rendah dari 100 mm Hg, ventilasi akan berlangsung
kira-kira menjadi dua kali lipat bila Po, arteri turun sampai
Efek Gabungan dari Pcor, pH,
60 mm Hg dan dapat meningkat sebanyak lima kali lipat
pada Po, yang sangat rendah. Dalam kondisi seperti ini, dan Po, Terhadap Ventilasi Alveolus
Po, arteri yang rendah dengan nyata merangsang proses Gambar 41-7 memberikan gambaran singkat mengenai
ventilasi dengan sangat kuat. cara faktor kimia Por, Pco' dan pH-bersama-sama-
BAB 41 Pengaturan Pernapasan 545

120

50
^= 110

!! rnn
E
= J
6+o
tr
J =80
G
o
o
r30 :60
n
o IE

:
c,
E40
c,
'n 20
G
=
o
t10 0
0 1,0 2,0 3,0 4,0
Pemakaian O, (L/menit)
GAMBAR 41-8. Efek latihan terhadap pemakaian oksigen dan
10 2A 30 40 50 60 kecepatan ventilasi. (Dari Gray JS: Pulmonary Ventilation and
Pco, alveolus {mm Hg) Its Physiological RegLttation. Springfield, lll: Charles C Thomas,
1950.)
GAMBAR 41-7. Sebuah diagram gabungan yang menunjukkan
efek saling berhubungan dari Pco, Po, dan pH terhadap ventilasi
alveolus. (Digambar dari data dalam Cunningham DJC, Lioyd BB:
The Regulation of Human Respiration. Oxford: Blackwell Scien-
an karbon dioksida dan ion hidrogen, serta penurunan
tific Publications, 1 963.) oksigen darah. Tetapi, hal ini masih dipertanyakan kare-
na pengukuran Pco, pH, dan Po, arteri memperlihatkan
bahwa tidak satu pun dari ketiga nilai ini berubah secara
memengaruhi ventilasi alveolus. Untuk mengerti dia- bermakna selama latihan fisik, sehingga tidak satu pun
gram ini, pertama-tama perhatikan empat kurva abu-abu. menjadi cukup abnormal untuk merangsang pernapasan.
I(urva-kurva ini direkam pada nilai Po, arteri yang ber- Oleh karena itu, masalah yang harus dipertanyakan ada-
beda-beda--40 mm Hg, 50 mm Hg, 60 mm Hg, dan 100 lah: Apa yang menyebabkan giatnya ventilasi selama latih-
mm Hg. Untuk setiap kurva ini, Pco, berubah dari nilai an fisik? Paiing tidak ada satu macam efek yang tampak
yang rendah ke nilai yang tinggi. Jadi, "kelompok" kurva dominan. Otak, ketika mentransmisikan impuls motorik
merah ini memperlihatkan efek gabungan dari Pco, dan ke otot yang berlatih dianggap .mentransmisikan impuls
Po" alveolus terhadap ventilasi. kolateral ke batang otak pada saat yang sama uhtuk meng-
Sekarang perhatikan kurva hitam. Kurva abu-abu di- eksitasi pusat pemapasan. Hal ini analog dengan perang-
hitung pada pH darah 7,4; kurva hitam, dihitung pada pH sangan pusat vasomotor di batang otak selama latihan fi-
7,3. Kita sekarang memiliki dua kelompok kurva yang sik yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri secara
mewakili efek gabungan dari Pco, dan Po, terhadap venti- bersamaan.
lasi pada dua nilai pH yang berbeda. Kelompok kurva lain Sesungguhnya, bila seseorang mulai berlatih, pening-
dengan pH yang lebih tinggi ditempatkan pada bagian katan ventilasi total yang cukup besar mulai terjadi segera
kanan, dan dengan pH yang lebih rendah di sebelah kiri. setelah latihan fisik dimulai, sebelum semua bahan kimia-
Jadi, dengan menggunakan diagram ini, seseorang dapat wi darah memiliki vraktu untuk berubah. Kemungkinan
meramalkan nilai ventilasi alveolus pada sebagian besar sebagian besar peningkatan pernapasan diakibatkan oleh
kombinasi dari Pco, aly-eolus, Po, alveolus, dan pH arteri. sinyal neurogenik yang ditransmisikan secara langsung
ke dalam pusat pernapasan batang otak pada waktu ber-
samaan dengan sinyal yang menuju otot-otot tubuh untuk
-
Pengaturan Pernapasan menimbulkan kontraksi otot,
Selama Latihan Fisik Hubungon Timbol Bolik Anloro Foktor Kimiowi
Pada latihan fisik yang berat, pemakaian oksigen dan don Foktor Sqrof dolqm Mengotur Pernoposon
pembentukan karbon dioksida dapat meningkat sampai Selomo Lolihon Fisik. Bila seseorang melakukan latih-
20 kali lipat. Ternyata, seperti yang dilukiskan pada gam- an fisik, kemungkinan sinyal saraf langsung merang-
bar 41-8, pada seorang atlet yang sehat, ventilasi alveolus sang pusat pernapasan dalam tingkat yang hampir sesuai
biasanya meningkat hampir sama dengan langkah-lang- dengan penyediaan kebutuhan oksigen tambahan yang
kah peningkatan tingkat metabolisme oksigen. Po' Pco, dibutuhkan selama latihan fisik, dan membuang karbon
dan pH arteri tetap hampir mendekati normal. dioksida ekstra. Namun, kadang- kadang, sinyal saraf
Dalam percobaan untuk menganalisis apayang menye- pengatur pernapasan terlalu kuat atau terlalu lemah. Ke-
babkan peningkatan ventilasi selama latihan fisik, kita mudian, faktor-faktor kimia memegang peranan penting
tertarik untuk menganggap hal ini berasal dari peningkat- dalam melakukan penyesuaian akhir pernapasan, yang
546 UNIT VII Pernapasan

44

'i ^42
!lU'
o-dn
^120
o"E =
ttsa c,

itoo
!)
Jb E
3ao
, 1g o
0)

E a1a Eoo
>'= '6
,-G 0,,^
o!c tu
ts

.gJ 540
(l) *- Latihan fisik
/-
* lstirahat
O Normal
1

Menit
2A 30 40 50 60 80 100
GAMBAR 41-9. Perubahan pada ventilasi alveolus (kurua yang Pco, arteri (mm Hg)
berada paling bawah) dan Pcoz afteri (kurva yang berada di atas)
selama periode latihan 1-menit dan juga setelah penghentian GAMBAR 41-10. Efek yang kira-kira terjadi pada seorang atlet
Iatihan. (Ekstrapolasi untuk manusia dari data-data pada seekor yang melakukan latihan maksimum untuk menggeser kurva res-
anjing; dalam Bainton CR: Effect of speed vs grade and shivering pons ventilasi-Pco" alveolus hingga mencapai nilai yang jauh
and shivering on ventilation in dogs during active exercise. J Appl lebih tinggi daripada nilai normal. Pergeseran ini, diyakini dise-
Physiol 33:778, 1972.) babkan oleh faktor neurogenik, yang hampir sama persis dengan
jumlah yang tepat untuk mempeftahankan Pco, arteri pada nilai
normalnya 40 mm Hg, pada keadaan istirahat maupun selama
Iatihan berat.

dibutuhkan untuk memperlahankan konsentrasi oksigen,


karbon dioksida, dan ion hidrogen cairan tubuh sedekat
mungkin dengan konsentrasi normal. Hal ini dilukiskan Kurva yang lebih atas menunjukkan perkiraan pergeseran
pada Gambar 4l-9, yang diperlihatkan oleh kurva bagian kurva ventilasi ini yang disebabkan oleh rangsangan neu-
bawah, perubahan ventilasi alveolus selama periode latih- rogenik dari pusat pernapasan yang timbul selama latihan
an I menit dan, oleh kurva bagian ata5, yaitu perubahan fisik berat. Titik yang ditunjukkan pada kedua kurva terse-
Pco' Perhatikan bahwa pada saat latihan fisik dimulai, but memperlihatkan Pco, arteri yang mula-mula pada ke-
ventilasi alveplus dengan segera meningkat tanpa didahu- adaan istirahat dan kemudian pada keadaan latihan fisik.
lui oleh peningkatan Pco, arteri. Kenyataannya, pening- Perhatikan pada kedua keadaaan ini, ternyata Pco, berada
katan ventilasi alveolus ini biasanya cukup besar sehingga pada nilai normal sebesar 40 mm Hg. Dengan kata lain,
pada awalnya menurunkqn Pco, arteri di bawah normal, faktor neurogenik menggeser kurva ke arah atas sekitar
seperti yang diperlihatkan dalam gambar. Alasan yang 20 kali lipat, sehingga ventilasi hampir bersesuaian de-
diduga adalah bahwa, ventilasi mendahului peningkatkan ngan kecepatan pelepasan karbon dioksida, dengan demi-
pembentukan karbon diqksida dalam darah, sehingga otak kian dapat memperlahankan Pco, arteri untuk mendekati
mengadakan suatu.rangsangan "antisipasi" pernapasan nilai normalnya. Kurva bagian atas pada Gambar 41-10
pada permulaan latihan, menghasilkan ventilasi alveolus juga memperlihatkan bahwa jika, selama latihan, Pco, ar-
ekstra bahkan sebelum dibutuhkan. Namun, setelah kira- teri berubah dari nilai normalnya 40 mm Hg, maka hal ini
kira 30 sampai 40 detik, jumlah karbon dioksida yang akan memberi efek perangsangan ekstra terhadap ventila-
dilepaskan ke dalam darah dari otot aktif hampir sama si pada Pco, lebih dari 40 mm Hg dan efek depresan pada
dengan peningkatan kecepatan ventilasi, dan Pco, arteri Pco, kurang dari 40 mm Hg
kembali normal bahkan selama latihan berlangsung, se-
perti yang terlihat pada akhir periode latihan l- menit da- Foktor Neurogenik uniuk Mengolur Ventilosi Se-
lam gambar. lomo Lotihon Kemungkinon Merupqkon Respon
Gambar 4l-10 menyimpulkan pengaturan pernapas- yong Dipelojori. Banyak percobaan telah menunjukkan
an selama latihan fisik dalam cara yang lain lagi, yang bahwa kemampuan otak untuk menggeser kurva respons
bersifat lebih kuantitatif. Kurva yang lebih bawah pada ventilasi selama latihan fisik, seperti yang tampak pada
gambar memperlihatkan pengaruh berbagai nilai Pco, ar- Gambar 4l - 10, sedikitnya merupakan bagian dari respons
teri terhadap ventilasi alveolus bila tubuh dalam keadaan yang dipelajari. ArIinya, dengan periode latihan yang ber-
istirahat-ar-tinya, tidak dalam keadaan latihan/bekerja. ulang-ulang, otak secara progresif menjadi lebih mampu
BAB 41 Pengaturan Pernapasan 547

untuk menghasilkan berbagai sinyal otak yang sesuai,


yang dibutuhkan untuk mempertahankan Pco" darah pada
nilai normalnya. Juga, terdapat alasan untuk memperca-
yai bahwa bahkan korteks serebral terlibat dalam pem-
belajaran ini, karena berbagai penelitian yang melakukan
blokade hanya pada korteks, juga terjadi blokade terhadap
respons yang d ipelajari.

Faktor-Faktor Lain yang


Memengaruhi Pernapasan
Pengoluron Pernopdson Volunler. Se.iauh ini, GAMBAR 41-11. Pernapasan Cheyne-Stokes, mempertihatkan
kita telah mernbahas sistem involunter untuk pengatur- perubahan Pcordalam darah paru (garis B) dan teilambatnya pe-
an penlapasan. Namun, kita semua tahu bahwa untuk rubahan Pcorcairan pusat pernapasan (garis A).
periode waktu yang singkat, pernapasan dapat diatur
secara volunter (sadar), dan seseorang dapat melakukan
hiperventilasi atau hipoventilasi sedemikian besarnya
sehingga terjadi kekacauan Pco' pH, dan Po, yang se-
Pernapasan Periodik
rius dalam darah. Suatu kelainan pernapasan yang disebut pernapasan
periodik ter.jadi pada beberapa keadaan penyakit. Orang
Efek Reseptor lrilon podo Jolon Nopos. Epitel bernapas dalam untuk interval waktu yang singkat dan
trakea, bronkus, dan bronkiolus disuplai dengan u.jung kenrudian bernapas dangkal atau sama sekali tidak
saraf sensoris, disebut reseptor iritan pulntonal, yang bernapas pada interval berikutnya, siklus tersebut terjadi
terangsang oleh berbagai.peristiwa. Keadaan ini menye- secara berulang-ulang. Satr"r tipe pernapasan periodik,
babkan batuk dan bersin, seperti yang telah dibahas pada yaitu pernapasan Cheyne-Stokes, ditandai dengan per-
Bab 39. Hal tersebut dapat.juga menyebabkan konstriksi napasan yang bertambah dan berkurang secara perlahan-
bronkus seperti pada penyakit asma dan emfisema. lahan, ter.ladi kira-kira setiap 40 sampai 60 detik, seperti
yang dilukiskan pada gambar 4l - I L
Fungsi "Reseplor J" Poru. Sebagian kecil ujung saraf
sensoris telah dijelaskan berada dalam dinding alveolus Mekonisme Dosor Pernopcrson Cheyne-Stokes.
dalam posisi berjejer Qwtaposition) terhadap kapiler Penyebab utama dari pernapasan Cheyne-Stokes adalah
paru oleh sebab itu narnanya "reseptor J". Reseptor ini sebagai berikut: Bila seseorang bernapas secara berle-
terangsang khususnya bila kapiler paru menjadi terisi bihan, hingga menghembuskan karbon dioksida terla-
penuh dengan darah atau bila terjacli edema paru pada lu banyak dari darah paru sementara pada waktu yang
kondisi seperti gagal jantung kongestif. WalaupLrn fungsi bersamaan meningkatkan oksigen darah, keadaan ini
reseptor J tidak diketahui, rangsangan reseptor J tersebut memerlukan rvaktu beberapa detik sebelurn darah paru
dapat menyebabkan seseorang merasa sesak napas. vang berubair ini dapat diangkut ke otak dan mcng-
harnbat ventilasi yang berlebihan. Pada saat darah paru
Efek dori Edemo Olqk. Aktivitas pusat pernapasan mencapai otak, orang tersebut telah mengalarni ventiiasi
dapat ditekan atau bahkan diinaktifkan oleh edema otak yang berlebihan selama beberapa detik. Oleh karena itu,
akut yang timbul akibat gegar otak. Contohnya, kepala ketika darah akibat ventilasi yang berlebihan akhimya
dapat terbentur benda padat, setelah itu jaringan otak mencapai pusat pernapasan di otak, pusat ini menjadi
yang rusak mengalami pembengkakan, yang menekan sangat tertekan. Kemudian mulailah siklus yang berla-
arteri serebral terhadap ruang kranial dan dengan demi- wanan, yaitu karbon dioksida meningkat dan oksigen
kian menghambat suplai darah serebral secara parsial. menurun pada alveoli. Sekali lagi, hal ini memerlukan
Terkadang, depresi pernapasan yang timbul akibat r,vaktu beberapa detik sebelum otak dapat berespons ter-
edema otak dapar-di(urangi sementara dengan injek- hadap perubahan yang baru ini. Ketika otak memberi
si larutan hipertonik intravena seperti larutan manitol respons, maka orang akan ber.napas kuat satu kali lagi
konsentrasi tinggi. Larutan ini secara. osmotik menarik dan siklus terjadi berulang-ulang.
sejumlah cairan di otak, sehingga nrenurunkan tekanan Penyebab dasar dari pernapasan Cheyne-Stokes ter-
intrakranial dan terkadang menirnbulkan kernbali perna- .iadi pada semua orang. Namun, dalam kondisi normal,
pasan dalam beberapa menit. mekanisme ini sangat "berkurang". Artinya cairan darah
dan area pusat pengatur pernapasan memiliki sejurnlah
Aneslesio. Barangkali penyebab paling sering dari de- besar karbon dioksida dan oksigen yang terlarut dan
presi pernapasan dan henti napas adalah kelebil.ran dosis lerikat secara kimiar,vi. Oleh karena itu, secara normal,
anestetik atau narkotik. Contohnya, natrium pentobar- paru-paru tidak dapat membentuk cukup banyak kar-
bital adalah anestetik yang menekan pusat pernapasan bon dioksida ekstra atau menekan oksigen secara cukup
lebih kuat daripada obat anestetik lain, seperti halotan. kuat selama beberapa detik untuk menimbulkan siklus
Dulu, morfin dipakai sebagai anestetik, tetapi obat ini se- berikutnya dari pernapasan periodik. Tapi, pada kedua
karang hanya dipakai sebagai tambahan anestetik kare- kondisi yang terpisah ini, faktor-faktor penekanan da-
na obat ini sangat menekan pusat pernapasan sementara pat dikesampingkan, dan terjadilah pernapasan Cheyne-
daya anestesinya terhadap korteks serebri Iebih lemah. Stokes.
548 UNIT VII Pernapasan

l. Bila terjadi keterlambatan transpor darah dari kinkan udara mengalir ke dalam paru.paru selama in-
paru-paru ke otakyang cukup lama, perubahan spirasi. Selama tidur, otot-otot ini biasanya berelaksasi,
pada karbon dioksida dan oksigen dalam alveoli tetapi jalan napas tetap cukup terbuka untuk mengalir-
berlangsung terus selama beberapa detik lebih kan udara yang adekuat. Beberapa individu memiliki
lama daripada biasanya. Dalam kondisi seperti saluran yang sempit, dan relaksasi otot-otot ini selama
ini, kapasitas penyimpanan darah paru dan al- tidur menyebabkan faring teftutup sempurna sehingga
veoli untuk gas-gas ini menjadi sangat berlebih- udara tidak dapat mengalir ke dalam paru-paru.
an; kemudian, setelah beberapa detik, timbul Pada orang dengan apnea tidur, timbul dengkuran
rangsang pernapasan periodik yang ekstrem, yang keras dan kesulitan bernapas segera setelah terti-
dan pernapasan Cheyne-Stokes pun terjadi. Tipe dur. Terjadi peristiwa mendengkur, yang seringkali men-
pemapasan Cheyne-Stokes ini seringkali timbul jadi lebih keras, dan kemudian disela dengan sebuah
pada pasien dengan gagal jantung berat, karena periode diam yang panjang selama terjadi apnea (tidak
aliran darah menjadi sangat lambat, dengan de- bernapas). Periode apnea ini menimbulkan penurunan
mikian akan lebih memperlambat transpor gas- Po, dan peningkatan Pco, bermakna yang sangat me-
gas darah dari paru ke otak. Pada kenyataannya, rangsang pernapasan. Hal ini, kemudian, rnenyebabkan
pada pasien dengan gagal jantung kronik, perna- upaya yang tiba-tiba untuk bernapas, yang menimbul-
pasan Cheyne-Stokes ini terkadang dapat terjadi kan dengusan yang keras dan megap-megap yang diikuti
secara hilang timbul selama berbulan-bulan. dengan dengkuran dan episode apnea berulang-kali. Pe-
2. Penyebab kedua dari pernapasan Cheyne-Stokes riode apnea dan pernapasan yang sulit timbul berulang
adalah pe ni ngkat an u mp an b al ik ne gat ifterhadap kali hingga beberapa ratus kali sepanjang malam, yang
area pengatur pernapasan. Hal ini berarti bahwa menyebabkan tidur yang terputus-putus dan gelisah.
perubahan pada karbon dioksida darah atau oksi- Oleh karena itu, pasien dengan apnea tidur biasanya
gen menyebabkan jauh lebih banyak perubahan mengalami rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan
terhadap ventilasi daripada saat keadaan nor- serta gangguan lainnya, meliputi peningkatan aktivitas
mal. Sebagai contoh, berbeda dengan peningkat- simpatik, frekuensi denyut jantung yang tinggi, hiper-
an ventilasi normal 2 sampai 3 kali lipat ketika tensi pulmonal dan sistemik, dan risiko yang sangat ting-
Pco, meningkat 3 mm Hg, maka peningkatan 3 gi terhadap penyakit kardiovaskular.
mm Hg yang sama dapat meningkatkan ventilasi Apnea tidur obstruktif paling sering terjadi pada
10 sampai 20 kali lipat. Kecenderungan umpan orang usia lanjut dan obese, karena terdapat peningkatan
balik otak selama pemapasan periodik sekarang penumpukan lemak pada jaringan lunak fziring atau pe-
menjadi cukup kuat untuk menyebabkan perna- nekanan pada faring yang diakibatkan oleh massa lemak
pasan Cheyne-Stokes tanpa keterlambatan ekstra yang berlebih pada leher. Pada beberapa individu, apnea
aliran darah antara paru-paru dan otak. Tipe per- tidur dapat disebabkan oleh obstruksi nasal, lidah yang
napasan Cheyne-Stokes ini terutama terjadi pada sangat besar, tonsil yang membesar, atau bentuk terten-
pasien dengan kerusakan olaft. Kerusakan otak tu palatum yang sangat rneningkatkan resistensi aliran
seringkali mematikan rangsang pernapasan seca- udara ke paru selama inspirasi. Penatalaksanaan paling
ra keseluruhan selama beberapa detik; kemudian sering pada apnea tidur obstruktif adalah (l ) pembedah-
peningkatan karbon dioksida darah yang sangat an untuk mengangkat jaringan lemak yang berlebih di
hebat mengembalikan rangsang pernapasan ter- belakang tenggorokan (prosedurnya disebut uvulopala-
sebut dengan kekuatan yang besar. Pernapasan tofaringoplasti), untuk mengangkat tonsil atau adenoid
Cheyne-Stokes tipe ini seringkali menirnbulkan yang membesar, atau untuk membuat lubang pada tra-
kematian akibat malfungsi otak. kea (trakeostomi) untuk mengatasijalan napas yang ter-
sumbat saat tidur, dan (2) ventilasi nasal dengan tekanan
Rekaman yang khas dari perubahan dalam paru jalan napas positif terus-menents (continuous positive
dan Pco, pusat pernapasan selama pernapasan Cheyne- airway pressure [CPAP]).
Stokes ditunjukkan pada Gambar 4 1 - 1 1 . Perhatikan bah-
wa Pco2 darah paru berubah melebihi Pco, pada neuron Apneo Tidur "Senlrol" Terjodi bilo Rongsongon
pernapasan. Tetapi dalamnya pernapasan bersesuaian Sorof Terhodop Otot Pernoposon Terhenli Se-
dengan Pco, dalam otak; tidak dengan Pco, dalam darah menlorq. Pada beberapa orang dengan apnea tidur,
paru tempat ventil6si terjadi. rangsangan sistem saraf pusat terhadap otot-otot ventila-
si berhenti sementara. Gangguan yang dapat menyebab-
kan penghentian rangsangan ventilasi saat tidur adalah
Apnea Tidur kerusakan pusat pernapasan d[ sentral atau kelainan
Apnea adalahtidak adanya pemapasan spontan. Apnea ka- pada aparaius neuromttskular. Pasien yang terkena ap-
dang dapat terjadi saat tidur normal, tetapi pada orang yang nea tidur sentral dapat mengalami penurunan ventilasi
mengalami apnea tidur, frekuensi dan durasinya sangat ketika terbangun, meskipun mampu sepenuhnya berna-
meningkat, dengan episode apnea yang berlangsung se- pas volunter normal. Selama tidur, gangguan pernapasan
lama 10 detik atau lebih lama dan terjadi 300 sampai 500 yang pasien alami biasanya memburuk, yang menim-
kali tiap malam. Apnea tidur dapat disebabkan oleh ob- bulkan episode apnea lebih sering sehingga penurunan
struksi jalan napas atas, khususnya faring, atau oleh gang- Po, dan peningkatan Pco, sampai tingkat kritis tercapai
guan rangsang pemapasan di sistem sarafpusat. yang akhirnya merangsang pernapasan. Ketidakstabilan
pernapasan yang sementara ini rnenyebabkan tidur yang
Apneo Tidur Obslruktif Disebobkon oleh Hom- gelisah dan memiliki gambaran klinis yang sama dengan
bolon Jolon Nopos Alos. Otot-otot faring secara gambaran klinis yang diobservasi pada apnea tidur ob-
normal menjaga jalan napas ini terbuka yang memung- struktif.
BAB 41 Pengaturan Pernapasan 549

Pada sebagian besar orang, penyebab apnea tidur sen- JordanD: Central nervous pathways andcontrol ofthe airways,
tral tidak diketahu i, meskipun ketidakstabi lan rangsangan Respir Physiol I 25 : 67, 200 1.

pemapasan dapat diakibatkan dari stroke atau gangguan Kara \


Narkiewicz K, Somers VK: Chemorefiexes-physiolo-
lain yang membuat pusat pernapasan di otak kurang res- gt and clinical implications. Acta Physiol Scand 177: 377,
/UUJ.
ponsif terhadap efek perangsangan karbon dioksida dan
Morris KE Baekey DM, Nuding SC, et al: Neural nerwork plas-
ion hidrogen. Pasien dengan penyakit ini sangat sensitif
ticity in respiratory control. J Appl Physiol 94:1 242, 2003.
bahkan terhadap dosis kecil sedatifatau narkotik, yang se- Mortola JP, Frappell PB: Ventilatory responses to changes in
lanjutnya mengurangi respons pusat pemapasan terhadap temperature in mammals and other vertebrates. Annu Rev
efek perangsangan karbon dioksida. Obat-obatan yang Physiol 62:847,2000.
merangsang pusat pernapasan terkadang dapat memban- Richerson GB: Serotonergic neurons as carbon dioxide sensors
tu, tetapi biasanya pada malam hari perlu menggunakan that maintain pH homeostasis. Nat Rev Neurosci 5:419,
ventilasi dengan CPAP. 2004.
Semenza GL: Or-regulated gene expression: transcriptional
control of cardiorespiratory physiolog,' by HIF-1. J Appl
Kepustakaan Physiol 96: I 173, 2004.
Sharp FR, Bernaudin M: HIFI and oxygen sensing in the brain.
Dean JB, Ballantyne D, Cardone DL, et al: Role of gap junc- Nat Rev Neurosci 5:437, 2004.
tions in CO, chemoreception and respiratory control. Am J Taylor EIl, Jordan D, Coote JH: Central control of the cardio-
Physiol Lung Cell Mol Physiol 283:L,665, 2002. vascular and respiratory system and their interactions in
Dutschmann M, Paton JF: Inhibitory synaptic mechanisms vertebrates. Physiol Rev 79:855, 1999.
regulating upper airway patency. Respir Physiol Neurobiol LI/est JB: Pulmonary Physiologt-The Essentials. Baltimore:
l3t:57,2002. Lippincott lltilliams & I(ilkins, 2003.
FeldmanJL, Mitchell GS, Nattie EE; Breathing: rhytmicity, plas- Wolk R, Shamsuzzaman AS, Somers VK: Obesity, sleep apnea,
ticity, chemosensitivity. Annu Rev Neurosci 26:239, 2003. and hypertension. Hypertension 12: I 067, 2003.
Forster HV: Plasticity in the control of breathingfollowing sen- Young T Skatrud J,.Peppard PE: Risk facror for obstructive
sory denervation. J Appl Plrysiol 94:784, 2003. sleep apnea in adults. JAMA 291 .201 3, 2004.
Hilaire G, Pasaro R: Genesis and control of the respiratory Zuperku EJ, McCrimmon DR: Gain modulation of respiratory
rhythm in adttlt mammals. News Physiol Sci 18.23, 2003. neLtron\ Respir Physiol Nerobiol I 3l : I 2 1, 2002.
Howard RS, Rudd AG, L'ltolfe CD, Ililliams AJ: Pathophysiolo-
gical and clinical aspect ofbreathing after stroke. Postgrad
Med J 77:700,2001.
BAB 42

Insufisi ens i Pernap a$an-.'..'-


Patofisiologi, tliagnosis,
Terapi CIksigen

Diagnosis dan pengobafan sebagian besar'gtngguan


pernapasan sangat bergantung pada pernahaman teil:
tqrrg prinsip-plrnsip dasar fisiologi pemapasan dan
pertukaran gas" Beber4pa penyakit pemapasan dise-
babkan oleh ventilasi yang tidak memadai, sedangkan
yang lalnnya akibat kelainan difusi meialui mernbran
paru atau kelainan transportasi gas darah antala pq4r
dan -jaringan. Pada tiap-tiap kasus ini, pengobatan se-
cara keselurthan seringkali berbeda, sehingga dokter tidak lagi merasa puas untuk
membuat diagnosis'"insufi siensi pemapasan'' saja.

Metode yrng gstguna untuk


Mempelajari Kelainan Pernapasan
Dalam beberapa bab terdahulu, kita telah membicarakan sejumlah metode unt$k
mempelajari kelainan pemapasan, terrnasuk pengukuran kapasitas vital, volume tidal,
kapasitas residu fiurgsional, mang rugi,'pintasan fisiologis, dan ruang rugi fisiologis'
Berbagai pengukuran ini hanya sebagian dari tekaik fisiologi paru klinis, Betrerapa
alat lain yang menarik akan dibicarakan di sini.

Penneriksaor Gas:dan pFl Darah l

Uji fungsi pafir yeng paJingmendasar adalah penentuan Po' CO' dan pH'darah.
Seringkali kita perh-melakukan pemeriksaan-pemeriksaan ini dengan segera untuk
membantu menentukan terapi yang sesuai bagi distres pmapsan akut atau gang-
guan keseirnbangan asam-basa akut. Berbagai metode yang sederhana dan cepat telah
dikembangkan untuk melakukan pengukuran ini hanya dalam waktu treberapa rnenit,
merggunakan tidak lebih dari beberapa tetes darah saja. Metode ini adalah sebagai
berikut:

.Penentucn pH Dcroh. pH darah diukur dengan menggunakan sebuah gelas elek-


troda pH seperli yang dipakai pada semua laboratorium kimia. Namun, pada pemerik-
saan ini elektroda yang dipakai diperkecil ukurannya. Voltase yang dihasilkan oleh
gelas elektroda merupakan ukuran langsung pH, dan ini biasanya dibaca langsung
dari skala volhneter atau direkam di atas grafik.

550
BAB 42 Insufisiensi Pernapasan-Patofisiologi, Diagnosis, Terapi Oksigen 551

Penentuon CO, Doroh. Sebuah gelas elektroda pH


meter dapat juga digunakan untuk menentukan CO, darah
dengan cara sebagai berikut: Bila larutan natrium bikar-
bonat lemah dipaparkan pada gas karbon dioksida, maka g 500
karbon dioksida akan terlarut dalam larutan hingga ter- o
capai keadaan seimbang. Pada keadaan seimbang ini, pH E
larutan merupakan fungsi dari konsentrasi karbon diok- e 400
sida dan ion bikarbonat sesuai dengan persamaan Hen- t
derson-Hasselbalch yang telah dibicarakan pada Bab 30; .! soo
yaitu, o
o
pH = 6,1 + tog lggi o 200
(!
CO, lt

Ketika gelas elektroda dipakai untuk mengukur CO, F 100

darah, sebuah gelas elektroda kecil dikelilingi oleh mem-


n
bran plastik yang tipis. Di dalam ruang antara elektroda
dan membran plastik tadi terdapat larutan natrium bikar- 432
Volume paru (liter)
bonat yang konsentrasinya sudah diketahui. I(emudian B
darah disuperfusikan ke atas permukaan luar membran
plastik, sehingga memungkinkan karbon dioksida berdi- GAMBAR 42-1. A, Kolapsnya saluran napas selama upaya eks-
fusi dari darah ke dalam larutan bikarbonat. Hanya sekitar pirasi maksimum, suatu efek yang membatasi laju aliran ekspira-
si. B, Pengaruh volume paru terhadap aliran udara ekspirasi
satu tetes darah yang dibutuhkan. Kemudian pH diukur maksimum, memperlihatkan penurunan aliran udara ekspirasi
melalui gelas elektroda, d,an CO. dihitung dengan meng- maksimum seiring dengan mengecilnya volume paru.
gunakan rumus di atas.

Penentuon PO, Doroh. Konsentrasi oksigen dalam aliran ekspirasi maksimum. Aliran ekspirasi maksimum
cairan dapat diukur dengan suatu teknik yang disebutpo- jauh lebih besar bila paru terisi dengan volume udara yang
larografi. Aliran listrik dibuat mengalir di antara elektro-
besar darip'ada bila paru hampir kosong. prinsip ini dapat
da negatifkecil dan larutan. Jika voltase elektroda negatif
dimengerti dengan memperhatikanGambar 42-l .
perbedaannya lebih dari -0,6 volt dari voltase larutan,
Gambar 42-lA melukiskan efek peningkatan tekanan
maka oksigen akan disimpan pada elektroda. Selanjut- pada bagian luar alveoli dan saluran napas yang disebab-
nya, kecepatan aliran listrik yang melalui elektroda akan
kan oleh kompresi rangka dada. Tanda panah menunjuk-
berbanding langsung dengan konsentrasi oksigen (dan
kan bahwa tekanan yang sama dikenakan pada kedua sisi
demikian pula terhadap POr). Dalam prakteknya, dipakai
luar alveoli dan bronkiolus. Oleh karena itu, tekanan ini
elektroda negatif dari bahan platinum dengan luas permu-
tidak hanya memaksa udara dari alveoli untuk masuk ke
kaan kurang lebih I milimeter persegi, dan ini dipisahkan
dalam bronkiolus, tetapi pada saat bersamaan juga cen-
dari darah oleh suatu membran plastik tipis yang me- derung membuat bronkiolus menjadi kolaps, yang akan
mungkinkan difusi oksigen tapi tidak untuk difusi protein melawan gerakan udara keluar. Ketika bronkiolus ham-
atatJ zat lainnya yang akan "meracuni" elektroda. pir kolaps sempurna, tenaga ekspirasi lebih lanjut masih
Seringkali, pengukuran ketiganya. yaitu pH, CO, dan dapat meningkatkan tekanan alveolus dalam jumlah be-
PO, dilakukan dalam alat yang sama, dan semua peng- sar, tetapi tekanan ini juga meningkatkan derajat kolaps
ukuran ini dapat dibuat dalam satu menit atau lebih de- bronkiolus dan tahanan jalan napas dengan jurnlah yang
ngan menggunakan satu sampel darah yang sangat sedikit
sama, dengan demikian mencegah peningkatan aliran se-
(dalam hitungan tetes).Dengan demikian, perubahan gas
lanjutnya. Oleh karena itu, di luar tingkat kritis kekuatan
dan pH darah dapaf diikuti hampir setahap demi setahap
ekspirasi, aliran ekspirasi maksimum telah dicapai.
" di sisi tempat tidur.
Gambar 42-lB melukiskan efek dari berbagai derajat
kolaps paru (begitu pula dengan kolaps bronkiolus) pada
Pengukuran Aliran Ekspirasi Maksimum aliran ekspirasi maksimum. Catatan kurva pada bagian ini
memperlihatkan aliran ekspirasi maksimum pada semua
Pada banyak penyakit pernapasan, terutama asma, resis- nilai volume paru setelah seorang yang sehat mula-rnula
tensi aliran udara menjadi besar terutama selama ekspira- menghirup udara sebanyak mungkin, dan kemudian me-
si, yang kadang menyebabkan kesukaran bernapas yang ngeluarkannya dengan upaya ekspirasi maksimum sam-
hebat. Hal ini melahirkan suatu konsep yang disebut a/rr- pai dia tidak dapat mengeluarkan udara lebih banyak lagi.
an ekspirasi maltsimum, yang dapat didefinisikan sebagai Perhatikan bahwa orang tersebut dengan cepat mencapai
berikut; Bila seseorang melakukan ekspirasi dengan tena- aliran udara ekspirasi mal<simum lebih dari 400 liter/me-
ga yang kuat, maka aliran udara ekspirasi mencapai aliran nit. Tetapi berapapun banyaknya upaya ekspirasi tambah-
maksimum ketika aliran tidak dapat ditingkatkan lagi wa- an yang dilakukannya; nilai ini tetap merupakan kecepat-
laupun dengan peningkatan tenaga yang besar. Ini adalah an aliran maksimum yang dapat dicapainya.
552 UNIT Vll Pernapasan

Gambar 42-2. Akrbat adanya obstruksi saluran napas dan


E karena saluran napas lebih mudah kolaps daripada saluran
! soo * Normal normal, maka kecepatan aliran ekspirasi maksimum men-
L
0) Obstruksi jalan napas jadi sangat berkurang.
E 400 -
w P21s restriktif Penyakit klasik yang menyebabkan obstruksi saluran
,6
napas berat adalah asn'ta. Obstruksi saluran napas yang se-
,9 soo
o rius juga terjadi pada beberapa tingkatan emfisema.
I
I(! zoo
Kapasitas Vital Ekspirasi Paksa
:(! 100
dan Volume Ekspirasi Paksa
.:
Uji paru klinis lainnya yang sangat berguna, dan juga se-
5432
Volume paru (liter) derhana, adalah merekam kapasitas vital el<spirasi paltsa
(FVC) pada spirometer. Rekaman seperti itu ditunjukkan
GAMBAR 42-2. Pengaruh kedua macam kelainan pernapasan- pada Gambar 42-3A untuk seseorang dengan paru normal
paru restriktif dan obstruksi ialan napas-pada kurva volume-alir' dan pada Gambar 42-38 untuk seseorang dengan obstruk-
an ekspirasi maksimum. TLC, kapasitas paru total; RV, volume
residu.
si parsial saluran napas. Untuk melakukan perneriksaan
FVC, mula-mula orang yang diperiksa melakukan inspirasi
maksimal sampai kapasitas paru total, kemudian ekspirasi
ke dalam spirometer dengan upaya ekspirasi maksimal se-
Perhatikan juga bahwa ketika volume paru menjadi
cepatnya dan sesempurna mungkin. Jarak total penurunan
lebih kecil, maka kecepatan aliran ekspirasi maksimum kurva pada rekaman volume paru menggambarkan FVC,
juga menjadi berkurang. Alasan utama terjadinya keadaan
seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
ini adalah bahwa dalam paru yang mengembang, bronkus Sekarang, kita pelajari perbedaan antara dua rekaman,
dan bronkiolus terbuka sebagian melalui tarikan elastis (1) untuk paru normal dan (2) untuk obstruksi parsial
pada bagian luarnya oleh elemen struktural paru; namun,
saluran napas. Perubahan volume total pada FVC tidak
ketika paru menjadi lebih kecil, struktur ini mengalami jauh berbeda, yang menunjukkan bahwa hanya terdapat
relaksasi, sehingga bronkus dan bronkiolus lebih mudah sedikit perbedaan pada volume dasar paru antara kedua
kolaps oleh tekanan dada ekstemal, jadi secara progresif orang ini. Namun, terdapat perbedaan besar pada jum-
menurunkan kecepatan aliran ekspirasi maksimum juga. lah udara yang dapat diekspirasikan oleh kedua orang
tersebut setiap detik,terutama selama detik pertama. Oleh
Keloinon Kurvo Volume-Aliron Ekspirosi Moksi-
mum. Gambar 42-2 melukiskan kurva normal volume-
aliran ekspirasi maksimum, bersama dengan dua kurva
volume-aliran tambahan yang mencatat dua tipe penya- NORMAL
kit paru: paru restriktif dan obstruksi parsial jalan napas. A lnspirasi
Perhatikan bahwa pada paru restriktifterdapat penurunan maksimum
4
kapasitas paru total (TLC) dan penurunan volume residu
(RV). Selanjutnya, karena paru tidak dapat mengembang J
mencapai volume maksimum normal, walaupun dengan cr6
upaya ekspirasi terbesar yang mungkin, aliran ekspirasi = FEVl/FVC%
maksimal tidak dapat meningkat sama seperti kurva nor- =1
G
mal. Penyakit yang menyebabkan paru restriktif antara o-0
o
lain penyakit fi brosr,s. pafu, seperti tub erkulosis, s ilikos is, E 01234567
J
dan juga penyakifiang menyempitkan rangka dada, se-
perti kifosis, skoliosis dan pieuritis fbrotik.
Ea OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
(Er+
Pada penyakit obstruksi saluran napas, biasanya pa- (!T
sien jauh lebih sulit melakukan ekspirasi daripada inspira- J
si, sebab kecenderungan menutupnya saluran napas sangat uz
o- FEVl/FVC0,6
meningkat akibat tekanan ekstra positif dalam dada selama 1

ekspirasi. Sebaliknya, tekanan ekstra negatif pada pleura


n
yang terjadi selama inspirasi terfiyata "menarik" saluran
napas membuka bersamaan dengan mengembangnya al-
234
Detik
veoli. Oleh karena itu, udara cenderung memasuki paru
dengan mudah tetapi kemudian menjadi terperangkap di
GAMBAR 42-3. Perekaman selama dilakukan kapasitas vital
dalam paru. Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun, paksa: A, pada orang sehat dan B, pada orang dengan obstruksi
efek ini meningkatkan kapasitas total paru maupun volu- saluran napas parsial. (Nilai "nol" pada skala volume adalah vo-
me residu, seperti yang ditunjukkan oleh kurva A pada lume residu.)
BAB 42 lnsufisiensi Pernapasan-Patofisiologi, Diagnosis, Terapi Oksigen 553

karena itu, biasanya kita membandingkan rekaman vo-


lume ekspirasipaksa selama detik pertama (FEVr) dengan
yang normal. Pada orang normal (lihat Gambar 42-3A),
persentase FVC yang dikeluarkan selama detik pertama
dibagi dengan FVC total (FEVr/FVC%) adalah sebesar
80 persen. Namun, perhatikan Gambar 42-3Bbahwapada
obstruksi saluran napas, nilai ini turun menjadi hanya 47
persen. Pada obstruksi saluran napas berat, seperti yang
sering terjadi pada asma akut, persentase ini dapat menu-
run menjadi kurang dari20 persen.

Keanehan Fisiologis
pada Kelainan Paru Spesifik
Emfisema Paru Kronik
lstilah enfisema paru berarti adanyaudarayang berlebih-
an di dalam paru. Tetapi,istilah ini biasanya digunakan un-
tuk menggambarkan proses obstruktif dan destruktif paru
yang kompleks akibat merokok selama berlahun-tahun.
Keadaan ini merupakan akibat dari berbagai perubahan
patofisiologis utama dalam paru sebagai berikut:

1. Infeksi kronik yang disebabkan oleh mengisap


rokok atau bahan-bahan lain yang mengiritasi
bronkus dan bronkiolus. Infeksi kronik ini sangat
mengacaukan mekanisme pertahanan normal salur-
an napas, termasuk kelumpuhan sebagian silia epi-
GAMBAR 42-4. Perbedaan antara paru yang emfisema (atas)
tel pernapasan oleh efek nikotin, sehingga mukus
dengan paru normal (bawah), mempertihatkan kerusakan alveo-
tidak dapat dikeluarkan dengan mudah dari saluran lus yang luas pada emfisema (Diproduksi dengan izin dari patri-
napas. Juga terjadi perangsangan sekresi mukus cia Delaney dan Bagian Anatomi, The Medical Coilege of Wis-
yang berlebihan yang selanjutnya mengakibatkan consin.)
kekambuhan kondisi ini. Dan terjadi hambatan
terhadap makrofag alveolus, sehingga menjadi luar paru tidak hanya menekan alveoli tapi juga
kurang efektif dalam memerangi infeksi. menekan bronkiolus, yang selanjutnya meningkat-
2. Infeksi, kelebihan mukus, dan edema peradangan kan tahanannya selama ekspirasi.
pada epitel bronkiolus bersama-sama menyebab- 2. Hilangnya sebagian besar dinding alveolus akan
kan obstrul<si kronik pada banyak saluran napas sa;rgat menurunkan kapasitas difusi paru, yang me-
yang lebih kecil. ngurangi kemampuan paru untuk mengoksigenasi
3. Obstruksi saluran napas terutama menyebabkan darah dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah.
kesukaran ekspirasi, sehingga udara terperangkap 3. Proses obstruktifseringkalijauh lebih buruk pada
dalam alveoli dan menyebabkan alveoli sangat beberapa bagian paru daripada bagian lainnya, se-
teregang. Keadaan ini, dikombinasikan dengan hingga beberapa bagian paru ventilasinya baik, se-
infeksi paru, rndriyebabkan kerusakan yang hebat mentara bagian lain ventilasinya buruk. Keadaan
pada 50 sampai 80 persen dinding alveolus. Oleh ini seringkali menghas ilkan r a s i o .v ent i I as i -p e fus i
' karena itu, gambaran akhir emfisema paru adalah yang sangat abnormal, dengan ValQ sangat ren-
seperti yang dilukiskan pada Gambar 42-4 (atas) dah pada beberapa bagian Qtintasan fisiologis),
dan 42-5. mengakibatkan aerasi darah yang buruk, dan Va/Q
yang sangat tinggi pada bagian lain (ruang rugifi-
Efek fisiologis dari emfisema kronik sangat bervariasi,
bergantung pada beratnya penyakit dan perbandingan dera-
siologis), mengakibatkan ventilasi yang percuma,
jat obstruksi bronkiolus relatif terhadap kerusakan paren- kedua efek ini terjadi pada pam-paru yang sama.
kim paru. Beberapa kelainannya adalah sebagai berikut: 4. Hilangnya sebagian besar dinding alveolus juga
mengurangi jurnlah kapiler paru yang dapat dilalui
1. Obstruksi bronkiolus meningkatkan tahanan sa- darah. Sebagai akibatnya, tahanan vaskular paru
luran napas dan mengakibatkan peningkatan he- sering kali meningkat dengan nyata, menyebabkan
bat kerja pernapasan. Seseorang menjadi susah hipertensi paru. Keadaan ini kemudian akan me-
mengeluarkan udara melalui bronkiolus selama nambah beban jantung sisi kanan dan sering me-
ekspirasi sebab tenaga yang menekan pada bagian nyebabkan gagal jantung kanan.
554 UNIT VII Pernapasan

Cairan dan sel Gabungan alveoli

Normal Pneumonia Emfisema

GAMBAR 42-5. Perubahan alveolus paru pada pneumonia dan emfisema.

Emfisema kronik biasanya berkembang secara lam-


Darah arteri paru 60%
bat selama bertahun-tahun. Seseorang akan mengalami
hipoksia dan hiperkapnia karena hipoventilasi pada ba-
nyak alveoli dan karena kehilangan dinding alveolus.
Hasil akhir dari semua efek ini adalah kekurangan udara
(air hunger) yang hebat, lama, dan bersifat merusak yang
dapat berlangsung bertahun-tahun sampai hipoksia dan
hiperkapnia menyebabkan kematian-suatu hukuman
sangat berat yang harus dibayar oleh seorang perokok.
Vena Paru
kananFT0,6
Pneumonia tersatUrasi

lstilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, I


dengan beberapa atau seluruh alveoli terisi cairan dan sel- i Aorta:
' Darah /. = 97ok
sel darah, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 42-5. /"= 60oh
Jenis pneumonia yang umum adalah pneumonia bakte- Rata-rata = 78%

rial, yang paling sering disebabkan oleh pneumokokus. GAMBAR 42-6. Pengaruh pneumonia terhadap persentase sa-
Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli; mem- turasi oksigen dalam arteri paru, vena paru kanan dan kiri, serta
bran paru mengalami peradangan dan berlobang-lobang aorta.

sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah
putih keluar dari darah masuk ke dalam alveoli. Dengan
demik"ian, alveoli yang terinfeksi secara progresif terisi 60 persen tersaturasi. Oleh karena itu, saturasi rata-rata
dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi menyebar melalui darah yang dipompakan oleh jantung kiri ke dalam aorta
perluasan bakteri atau virus dari alveolus ke alveolus. hanya sekitar 78 persen, yang jauh di bawah normal.
Akhirnya, daerah luas pada paru, kadang-kadang seluruh
lobus bahkan seluruh paru, menjadi "berkonsolidasi",
yang berarti bahwa paru terisi cairan dan sisa-sisa sel. Atelektasis
Pada pneumonia, fungsi pertukaran udara paru ber-
ubah dalam bero-agai stadium penyakit yang berbeda- Atelektasis berarti alveoli mengempis (kolaps). Hal ini
beda. Pada stadium awal, proses pneumonia dapat dilo- dapat terjadi pada tempat-tempat yang terlokalisir di paru
kalisasikan dengan baik hanya pada satu paru, disertai atau pada seluruh paru. Penyebab yang paling sering adalah
dengan penurunan ventilasi alveolus, sedangkan aliran (l) obstruksi total saluran napas, atau (2) berkurangnya
darah yang melalui paru tetap normal. Ini mengakibatkan surfaktan pada cairan yang melapisi alveoli.
dua kelainan utama paru: (1) penurunan iuas permukaan
total membran pernapasan dan (2) menumnnya rasio ven- Obstruksi Soluron Nopos. Obstruksi saluran napas
tilasi-perfusi. Kedua efek ini menyebabkan hipoksemia jenis atelektasis biasanya merupakan akibat dari (1) sum-
(oksigen darah rendah) dan hiperkapnia (karbon dioksida batan banyak bronki kecil oleh mukus atau (2) sumbatan
darah tinggi). bronkus besar oleh gumpalan mukus yang besar atau
Gambar 42-6 melukiskan efek penurunan rasio ven- benda padat seperti tumor. Udara yang terperangkap di
tilasi-perfusi pada pneumonia, memperlihatkan bahwa belakang sumbatan diserap dalam waktu beberapa me-
darah yang mengalir melalui paru yang teraerasi menjadi nit sampai beberapa jam oleh darah yang mengalir dalam
97 persen tersaturasi dengan oksigen, sedangkan yang kapiler paru. Jika jarurgan paru cukup lentur, alveoli akan
mengalir melalui sisa paru yang tidak teraerasi hanya menjadi kolaps. Tetapi, jika paru bersifat kaku akibat ja-
BAB 42 lnsufisiensi Pernapasan-Patofisiologi, Diagnosis, Terapi Oksigen 555

adaan; sepefti perryakit membran hialin Quga disebut slir-


drom gawat napas), yang sering terjadi pada bayi-bayi
prematur yang baru lahir, jumlah surfaktan yang disekre-
sikan oleh alveoli sangat kurang. Akibatnya, tegangan
permukaan cairan alveolus menjadi beberapa kali lipat
lebih tinggi dari normal sehingga menyebabkan paru bayi
J cenderung kolaps, atau terisi cairan. Seperti yang telah
i
dijelaskan dalam Bab 37,banyak dari bayi ini yang mati
J

i lemas karena sebagian besar paru menjadi atelektatik.


Vena baru
kanan:970,6
lersaturasi
Asma
Asma ditandai dengan kontraksi spastik otot polos bronkio-
lus, yang menyumbat bronkiolus secara parsial dan me-
nyebabkan kesukaran bemapas yang hebat. Hal ini terjadi
= 91ok pada 3 sampai 5 persen dari seluruh manusia pada suatu
GAMBAR 42-7. Pengaruh atelektasis terhadap saturasi oksigen saat dalam hidupnya.
darah arteri. Penyebab asma yang umum ialah hipersensitivitas
kontraktil bronkiolus sebagai respons terhadap benda-
benda asing di udara. Pada pasien di bawah usia 30 tahun,
ringan fibrotik dan tidak dapat kolaps. maka absorpsi udara sekitar 70 persen asrna disebabkan oleh hipersensitivitas
dari alveoli menimbulkan tekanan negatif yang hebat dalam alergik, terutama hipersensitivitas terhadap serbuk sari ta-
alveoli dan menarik cairan keluar dari kapiler paru masuk naman. Pada pasien yang lebih tua, penyebabnya hampir
ke dalam alveoli, dengan demikian menyebabkan alveoli selalu hipersensitivitas terhadap bahan iritan nonalerge-
terisi penuh dengan cairan edema. lni merupakan efek yang nik di udara, seperti iritan pada kabut asap.
hampir selalu terjadi bila seluruh paru mengalami atelekta- Reaksi alergi yang timbul pada asma tipe alergi didu-
sis, suatu keadaan yang disebut kolaps masifparu. ga terjadi menurut cara berikut ini: Seseorang yang alergi
Ffek terhadap fungsi paru keseiuruhan yang disebab- mempunyai kecenderungan untuk membentuk antibodi
kan oleh kolaps masif (atelektasis) pada seluruh paru di- IgE abnormal dalam jumlah besar, dan antibodi inimenye-
lukiskan pada Gambar 42-7. Kolaps jaringan paru tidak babkan reaksi alergi bila orang tersebut bereaksi dengan
hanya menyumbat alveoli tapi hampir selalu juga mening- antigen spesifik yang memicu terbentuknya antibodi ter-
katkan tahanan aliran darah yang melalui pembuluh da- sebut pada pefiama kali, seperti yang telah diterangkan
rah paru yang kolaps. Peningkatan tahanan ini sebagian pada Bab 34. Pada asma, antibodi ini terutama melekat
terjadi karena kolaps paru itu sendiri, yang menekan pada sel mast yang terdapat dalam interstitial paru yang
dan melipat pembuluh darah seiring dengan berkurang- berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.
nya volume paru. Selain itu, hipoksia pada alveoli yang Bila seseorang yang menderita asma menghirup serbuk
kolaps menyebabkan vasokonstriksi bertambah, seperli sari yang sensitif baginya (telah terbentuk antibodi IgE
yang telah dijelaskan pada Bab 38. terhadap serbuk sari pada orang tersebut), serbuk sari
Akibat konstriksi pembuluh darah, maka aliran darah bereaksi dengan antibodi-terlekat sel mast dan menye-
yang melalui paru atelektatik menjadi sedikit. Untungnya, babkan sel mast mengeluarkan berbagai macam zat. Di
sebagian besar darah mengalir melalui paru yang terven- antaranya adalah (a) histamin, (b) zat anafilaksis yang
tilasi sehingga terjadi aerasi dengan baik. Pada keadaan bereaksi lambat (yang merupakan campuran leukotrien),
yang diperlihatkan dalam Gambar 42-7, lima per enam (c) faktor kemotaktik eosinofilik, dan (d) bradikinin. Efek
darah mengalir melahri-paru yang teraerasi dan hanya gabungan dari semua faktor ini, terutama substansi anafi-
seperenam yang melalui paru yang tidak teraerasi. Se- laksis yang bereaksi lambat. akan menghasilkan (1) ede-
bagai akibatnya, rasio ventilasi-perfusi secara keseluruh- ma lokal pada dinding bronkiolus kecil maupun sekresi
an hanya sedikit terganggu, sehingga darah aofta hanya mukus yang kental ke dalam lumen bronkiolus, dan (2)
mengalami desaturasi oksigen ringan walaupun terjadi spasme otot polos bronkiolus. Oleh karena itu, tahanan
kehilangan ventilasi total pada seluruh paru. saluran napas menjadi sangat meningkat"
Seperti yang telah dibicarakan pada awal bab ini,
Kekurongon "surfoklon" Sebogoi Akibot Kolops bahwa pada asma, diameter bronkiolus lebih banyak ber-
Poru. Sekresi dan fungsi surfaktan pada alveoli diba- kurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi, karena
has pada Bab 37. Telah dijelaskan bahwa zat surfaktan bronkiolus kolaps selama upaya ekspirasi akibat penekan-
dihasilkan oleh sel-sel epitel alveolus spesifik ke dalam an pada bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus pada
cairan yang melapisi permukaan bagian dalam alveoli. Zat paru asmatik sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
ini menurunkan tegangan permukaan pada alveoli 2 sam- selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
pai 10 kali lipat, yang memegang peranan penting dalam menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
mencegah kolapsnya alveolus. Tetapi, pada berbagai ke- Pasien asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
556 UNIT Vll Pernapasan

baik dan adekuat tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi. 2. Penyakit paru
Pengukuran klinis memperlihatkan (1) penurunan sangat a. Hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran
besar laju ekspirasi maksimum dan (2) berkurangnya vo- napas atau penumnan komplians paru
lume ekspirasi terukur (timed expiratory volunte). Iuga, b. Kelainan rasio ventilasi-perfusi alveolus (terma-
semua keadaan'ini menyebabkan dispnea, atau "air suk peningkatan ruang rugi fisiologis atau pin-
hunger", yang akan dibicarakan kemudian pada bab ini. tasan fisiologis)
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru c. Berkurangnya difusi membran pernapasan
menjadi meningkat terutama selama serangan asma akut 3. Pintasan vena ke arteri (pintasan jantung "kanan ke
akibat kesukaran mengeluarkan udara dari paru. Juga, se- kiri")
telah bertahun-tahun, rongga dada menjadi besar secara 4. Transpor oksigen yang tidak memadai oleh darah ke
perrnanen, mengakibatkan "dada tonrt (baruet chest)", jaringan
dan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru a. Anemia atau hemoglobin abnormal
menjadi meningkat secara perrnanen, b. Penurunan sirkulasi umum
c. Penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral, pem-
buluh darah koroner)
Tuberkulosis d. Edemajaringan
Pada tuberkulosis, basil tuberkel menyebabkan reaksi 5. Kemampuan jaringan untuk menggunakan oksigen
jaringan yang aneh dalam paru, antara lain (1) jaringan tidak memadai.
yang terinfeksi diserang oleh makrofag dan (2) daerah lesi a. Keracunan enzim oksidasi selular
"dikelilingi seperti dinding" oleh jaringan fibrotik untuk b. Penurunan kapasitas metabolik selular untuk
membentuk yang disebut tuberkel. Proses pembentukan menggunakan oksigen, karena toksisitas, defisien-
dinding ini membantu membatasi penyebaran basil tuber- si vitamin, atau faktor-faktor lain.
kel dalam paru dan oleh karena itu merupakan bagian dari
Klasifikasi jenis-jenis hipoksia ini terutama dibuktikan
proses protektif terhadap perluasan infeksi. Tetapi, ham-
dari pembahasan pada awal bab ini. Hanya satu macam
pir 3 persen dari seluruh pasien tuberkulosis, jika tidak hipoksia pada klasifikasi di atas yang perlu diteliti lebih
diobati, tidak terbentuk proses pembentukan dinding ini, jauh: hipoksia ini disebabkan oleh kemampuan sel jaring-
dan basil tuberkel menyebar ke seluruh paru, seringkali an tubuh yang tidak memadai untuk memakai oksigen.
menyebabkan kerusakan berat jaringan paru dengan pem-
bentukan kavitas abses yang besar. Kemompuon Joringon uniukMenggunokon Ok-
Dengan demikian, pada tuberkulosis stadium lanjut sigen Tidok Memodoi. Penyebab klasik dari ketidak-
banyak timbul daerah fibrosis di seluruh paru, dan mengu- mampuan jaringan untuk menggunakan oksigen adalah
rangi jumlah total jaringan paru fungsional. Keadaan keracunan sianida, karena kerja enzim sitokrom oksidase
ini menyebabkan (1) peningkatan "kerja" pada bagian dihambat dengan sempuma oleh sianida-sehingga untuk
otot pemapasan yang berfungsi untuk ventilasi paru dan selanjutnyra jaringan tidak mampu menggunakan oksigen
berkurangnya kapasitas vital dan kapasitas pernapqsqn; walaupun tersedia cukup banyak. Kekurangan beberapa
(2) berkurangnya luas permukaan membran pernapasan enzim oltsidatif selular jaringan atau bahan-bahan lain
total dan peningkatan ketebalan membran pernapasan, dalam sistem oksidatif jaringan juga dapat menimbulkan
hal ini menimbulkan penurunan kapasitas dfusi paru hipoksia jenis ini. Contoh khusus terjadi pada penyakit
secara progresif; dan (3) kelainan rasio ventilasi-perfusi beriberi, karena beberapa langkah penting dalam pema-
dalam paru, sehingga mengurangi difusi oksigen dan kar- kaian oksigenjaringan dan pembentukan karbon dioksida
bon dioksida paru secara keseluruhan. terganggu akibat kekurangan vitamin B.

Pengoruh Hipoksio podo Tubuh. Hipoksia, bila cu-


Hipoksia dqn Terapi Oksigen kup berat, dapat menyebabkan kematian sel-sel seluruh
tubuh, tetapi pada derajat yang kurang berat terutama akan
Hampir setiap kondisi yang telah dibicarakan pada bebe- mengakibatkan (1) penekanan aktivitas mental, kadang-
rapa bagian terdahulu dari bab ini dapat menimbulkan kadang memberat sampai koma, dan (2) menurunkan ka-
hipoksia sel di seluruh tubuh yang serius. Kadang-kadang, pasitas kerja otot. Pengaruh ini dibicarakan secara khusus
terapi oksigen sangatlah berguna; pada sebagian lainnya pada Bab 43 dalam hubungannya dengan fisiologi tem-
cukup berguna; sedangkan pada yang lain lagi hampir tidak pat-tinggi.
berguna. Oleh karena itu, perlu untuk mengerti berbagai
jenis hipoksia; kemudian kita dapat membicarakan prinsip-
prinsip fisiologis terapi oksigen. Berikut ini adalah klasifi- Terapi Oksigen pada
kasi deskriptif dari bermacam-macam penyebab hipoksia: Berbagai Jenis Hipoksia
1. Oksigenasi darah di dalam paru yang tidak memadai Oksigen dapat diberikan dengan cara (l) meletakkan ke-
karena keadaan ekstrinsik pala pasien di dalam suatu "tenda" (tempat tertutup) beri-
a. Kekurangan oksigen dalam atmosfer si udara yang mengandung oksigen, (2) pasien bernapas
b. Hipoventilasi (gangguan neuromuskular) dengan oksigen murni atau oksigen dengan konsentrasi
BAB 42 lnsufisiensi Pernapasan-Patofisiologi, Diagnosis, Terapi Oksigen 557

jaringan menjadi berkurang. Walaupun demikian, sejum-


o) 300 lah kecil oksigen tambahan, antara 7 sampai 30 persen,
E dapat diangkut dalam keadaan terlarut dalam darah bila
E oksigen alveolus ditingkatkan hingga mencapai maksi-
Po, alveolus dengan terapi "tenda"
o -' PO, alveolus normal
mum, walaupun jumlah yang diangkut oleh hemoglobin
o 200 sangat berubah. Jumlah oksigen tambahan yang sedikit
: re fdsrn2 paru + terapi O,
G ini rnungkin berbeda antara keadaan hidup dan mati.
G
* Edema paru tanpa terapi Pada berbagaijenis hipoksia akibat penggunaan ol{si-
E
gen jaringan yang tidak adekuat, abnormalitas yang ter-
|!
|! 100 jadi bukan pada pengambilan oksigen oleh paru atau pun
E transpornya ke jaringan, melainkan karena sistem enzim
E
s Darah kapiler metabolik jaringan yang tidak mampu menggunakan ok-
(g
sigen yang dikirimkan. Oleh karena itu, masih diragukan
o apakah terapi oksigen adaiah suatu terapi yang berman-
o-
Ujung arteri Ujung vena faat.
Darah dalam kapiler paru

GAMBAR 42-8. Absorpsi oksigen ke dalam darah kapiler paru


Sianosis
pada edema paru dengan dan tanpa terapi oksigen 'tenda".
Istilah slarosls berarli kebiruan pada kulit, dan penye-
babnya adalah hemoglobin yang tidak mengandung ok-
sigen jumlahnya berlebihan dalam pembuluh darah kulit,
tinggi dari sebuah masker, atau (3) pemberian oksigen terutama dalam kapiler. Hemoglobin yang tidak mengan-
melalui selang intranasal. dung oksigen memiliki warna biru gelap keunguanyang
Dengan mengingat kembali prinsip-prinsip dasar fisio- terlihat melalui kulit.
logi dari berbagai jenis hipoksia, kita dapat menentukan Pada umumnya, sianosis muncul apabila darah arteri
kapan terapi oksigen akan memberi manfaat dan, jika mengandung lebih dari 5 gram hemoglobin yang tidak
demikian, berapa besar m anfaatnya. mengandung oksigen dalam setiap 100 mililiter darah.
Pada hipok"sia atmosferik, terapi oksigen dapat mem- Pasien anemia hampir tidak pernah mengalanii sianosis
perbaiki kekurangan kadar oksigen dalam udara inspirasi karena tidak terdapat cukup banyak hemoglobin untuk
secara sempurna dan, oleh karena itu, memberi hasil tera- dideoksigenasi sebanyak 5 gram dalam 100 mililiter da-
pi 100 persen efektif. rah afteri. Sebaliknya, pada pasien yang mengalami kele-
Pada hipoksia hipoventilasi, seseorang yang bemapas bihan sel darah merah, seperti yang terjadi pada polisite-
dengan oksigen 100 persen, setiap kali bemapas dapat mia vera, hemoglobin yang jumlahnya banyak itu dapat
mengalirkan oksigen ke dalam alveoli lima kali lebih ba- dideoksigenasi sehingga seringkali menyebabkan siano-
nyak daripada bila bemapas dengan udara normal. Oleh sis, bahkan dalam keadaan normal.
karena itu, di sini terapi oksigen dapat sangat bermanfaat.
(Tetapi, penggunaan ini tidak berguna pada keadaan kele-
bihan karbon dioksida dalam darah yangjuga disebabkan
Hiperkapnia
oleh hipoventilasi). Hiperkapnia berafti jumlah karbon dioksida yang berlebih-
Pada hipoksia yang disebqbkan oleh gangguan difusi an dalam cairan tubuh.
membran alveolus, pada dasarnya terjadi efek yang sama Kemungkinan peftama yang harus dipikirkan adalah
seperti pada hipoksia hipoventilasi, karena terapi oksi- bahwa setiap gangguan respirasi yang menyebabkan
gen dapat meningkatkan Por,dalam alveoli paru dari ni- hipoksia juga akan menyebabkan hiperkapnia. Tetapi,
lai normal kira-kira l00inm Hg sampai setinggi 600 mm biasanya hiperkapnia yang timbuI dalam kaitannya de-
Hg. Hal ini meningkatkan gradien tekanan oksigen untuk ngan hipoksia hanya terjadi bila hipoksia disebabkan oleh
difusi oksigen dari alveoli ke darah dari nilai normal 60 hipoventilasi atau oleh gangguqn sirkulasi. Alasan untuk
mm Hg hingga menjadi 560 mm Hg, atau peningkatan hal ini adalah sebagai berikut.
yang lebih dari 800 persen. Manfaat yang besar dari terapi Hipoksia yang disebabkan oleh terlalu sedikitnya ok-
oksigen irri pada hipoksia difusi dilukiskan pada Gambar sigen dalam udara, terlalu sedikitnya hemoglobin, atau
42-S,yangmemperlihatkan bahwa darah paru pada pasien keracunan enzim oksidatif hanya terjadi bila terdapat
dengan edema paru mengambil oksigen tiga sampai em- oksigen atau digunakannya oksigen oleh jaringan. Oleh
pat kali lebih cepat daripada tanpa terapi. karena itu, mudah dimengerti bahwa hiperkapnia tidakter-
Pada hipoksiayang disebabkan oleh anemia, kelainan jadi bersamaan dengan tipe hipoksia ini.
transpor oksigen oleh hemoglobin, defisiensi sirkulasi, Pada hipoksia yang disebabkan oleh diftrsi yang buruk
atau pintasanfisiologis, maka terapi oksigen nilainya jauh melalui membran paru atau melalui jaringan, hiperkapnia
lebih rendah, karena dalam alveoli telah terdapat oksigen yang berat biasanya tidak terjadi pada waktu yang bersa.
yang normal. Masalah sebenarnya adalah salah satu me- maan karena difusi karbon dioksida 20 kali lebih c.
kanisme atau lebih untuk mengangkut oksigen dari paru ke daripada oksigen. Jika hiperkapnia mulai terjadi
558 UNIT Vll Pernapasan

kapnia ini akan segera merangsang ventilasi paru yang but mempunyai rasa takut secara psikis bahwa dia tidak
dapat memperbaiki hiperkapnia tetapi tidak memperbaiki dapat memperoleh jurnlah udara yang cukup, seperti ke-
hipoksia. tika memasuki ruangan yang sempit atau yang ramai.
Sebaliknya, pada hipoksia yang disebabkan oleh hipo-
ventilasi, transfer karbon dioksida antara alveoli dan at-
mosfer juga ikut terpengaruh, seperti yang terjadi pada Pernapasan Buatan
tran sfer oksigen. Kemudian terj adi h iperkapnia bersam aan
Resusiiotor. Tersedia banyak jenis resusitator pernapas-
dengan hipoksia. Dan pada defisiensi sirkulasi, penurunan
an, masing-masing mempunyai prinsip pemakaian yang
aliran darah mengurangi pengeluaran karbon dioksida
khusus. Resusitator yang dilukiskan pada Gambar 42-9A
dari jaringan, menyebabkan hiperkapnia jaringan seka-
terdiri dari persediaan oksigen atau udara dalam tdngki;
ligus hipoksia jaringan. Tetapi, kapasitas pengangkutan
suatu mekanisme untuk mengadakan tekanan positif yang
darah untuk karbon dioksida lebih dari tiga kali kapasi-
intermiten dan, dengan beberapa mesin, juga tekanan
tas pengangkutan oksigen, sehingga hiperkapnia jaringan
negatif; dan masker yang tepat diletakkan di atas muka
lebih jarang terjadi daripada hipoksia jaringan.
pasien atau suatu konektor yang menghubungkan pera-
Bila Pco, alveolus meningkat di atas sekitar 60 sampai
latan ke pipa endotrakea. Alat-alat ini mendorong udara
75 mrn Hg, maka orang yang normal kemudian akan ber-
untuk memasuki paru pasien melalui masker atau pipa
napas secepat dan sedalam mungkin, dan"air hunger",
endotrakea selama siklus tekanan positif resusitator terse-
yangjuga disebut dispnea, menjadi berat.
but, dan biasanya kemudian membiarkan udara mengalir
Jika Pcormeningkat sampai 80 hingga 100 mm Hg,
secara pasif keluar dari paru selama sisa siklus.
maka orang tersebut menjadi letargi dan kadang-kadang
Resusitator terdahulu sering menyebabkan kerusakan
bahkan setengah koma. Anestesia dan kematian dapat ter-
paru akibat tekanan positif yang berlebihan, sehingga
jadi bila Pco" meningkat sampai 120 hingga 150 mm Hg.
penggunaannya sudah dilarang. Tetapi, resusitator seka-
Pada kadar Pco2 yang lebih tinggi ini, kelebihan karbon
rang ini mempunyai penentu batas tekanan positif yang
dioksida sekarang mulai menekan pernapasan daripada
umumnya dipasang pada tekanan 12 sampai 15 cm HrO
merangsangnya, sehingga menimbulkan lingkaran setan:
untuk paru normal (tetapi kadang-kadangjauh lebih besar
(l) karbon dioksida yang lebih banyak, (2) selanjutnya
untuk paru yang tidak komplians).
menurunkan pernapasan, (3) kemudian lebih banyak lagi
terdapat karbon dioksida, dan seterusnya-mencapai pun-
Tongki Respirotor ("lron-Lung"). Gambar 42-98 me-
caknya secara cepat pada kematian akibat pernapasan.
lukiskan tangki respirator dengan tubuh pasien di dalam
tangki tersebut dan kepalanya menonjol keluar melalui
Dispnea suatu ban leher (collar) yang fleksibel tetapi kedap udara.
Pada ujung tangki, berlawanan dengan kepala pasien, ter-
Dispnea berarti penderitaan mental yang diakibatkan oleh dapat diafiagma kulit yang digerakkan oleh mesin. yang
ketidakmampuan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan bergerak maju mundur dengan simpangan yang cukup un-
udara. Sinonim yang sering dipakai adalah " air hunger". tuk menaikkan dan menurunkan tekanan di dalam tangki.
Paling sedikit ada tiga faktor yang sering menyertai Bila diafragma kulit bergerak ke dalam, tekanan positif
perkembangan sensasi dispnea. Yaitu, (1) kelainan gas- terbentuk di sekitar tubuh dan menyebabkan ekspirasi;
gas pemapasan dalam cairan tubuh, terutama hiperkap- dan bila diafragma bergerak keluar, tekanan negatif me-
nia dan, hipoksia (dengan porsi yang jauh lebih sedikit); nyebabkan inspirasi. Katup pemeriksa pada respirator
(2) jumlah kerja yang harus dilakukan oleh otot-otot per- mengatur tekanan positif dan negatif. Biasanya tekanan
napasan untuk menghasilkan ventilasi yang memadai; ini disesuaikan, sehingga tekanan negatif yang menye-
dan (3) keadaan pikiran orang tersebut. babkan inspirasi turun menjadi -10 sampai -20 cm HrO,
Seseorang menjgdi sangat dispnea terutarna akibat dan tekanan positif meningkat menjadi 0 sampai +5 cm
pembentukan kar6tjn dioksida yang berlebihan dalam cair- H,o'
an tubuh. Namun, pada suatu waktu, kadar karbon diok-
sida dan oksigen dalam cairan tubuh dalam batas normal, Pengoruh Resusilotor dcn Tongki Respirotor Ter-
tetapi untuk mencapai gas-gas ini dalam batas nonnal, hodop Aliron Bolik Veno (Venous Refurn). Bila
orang tersebut harus bemapas dengan kuat. Pada keadaan resusitator mendorong udara ke dalam paru pada tekanan
seperti ini, aktivitas otot-otot pernapasan yang kuat sering positif, atau bila tangki respiralor mengurangi tekanan di
kaii memberi sensasi dispnea pada orang tersebut. sekitar tubuh pasien, tekanan di dalam paru menjadi lebih
Akhirnya, fungsi pernapasan orang tersebut mungkin besar daripada tekanan di mana pun dalam tubuh. Aliran
sudah normal kembali, tapi masih mengalami dispnea darah dari vena-vena perifer ke dalam dada dan jantung
karena perasaannya masih abnotmal. Keadaan ini disebut menjadi terhalang. Akibatnya, pemakaian tekanan yang
dispnea neurogenik atau dispnea emosional. Misalnya, beriebihan dengan resusitator maupun tangki respirator
hampir setiap orang yang pada suatu saat memikirkan ak- dapat mengurangi curah j antung-kadang-kadang sam pa i
tivitas pernapasan, sekonyong-konyong ia mulai bernapas tingkat yang mematikan. Misalnya, seseorang yang terus
lebih dalam dari biasanya karena ada perasaan dispnea menerus mengalami tekanan positif dalam paru lebih dari
ringan. Perasaan ini semakin bertambah bila orang terse- 30 mm Hg selama lebih dari beberapa menit, dapat menye-
BAB 42 lnsufisiensi Pernapasan-Patofisiologi, Diagnosis, Terapi Oksigen 559

Cardoso WV: Molecular regulation of lung development. Annu


Rev Physiol 63.47 l, 2001.
Carter EP, Garat C, Imamura M: Continual emerging roles of
HO-l: protection against airway inflammation. Am J Physi-
Mekanisme ol Lung Cell Mol Physiol 287:L24, 2004.
pemakaian Dwyer TM: Cigarette smoke-induced airway inflammation as
tekanan sampled by the expired breath condensate. Am J Med Sci
negatif dan
positif 326: I 71, 2003.
Knight DA, Holgate ST: The airway ephitelium: structural and
functional properties in health and disease. Respirology
8:132, 2003.
McConnell AK, Romer LM: Dyspnoea in health and obstructiye
pulmonaty disease: the role of respiratory muscle function
and training. Sports Med 34:II7, 2004.
Naureckas ET, Solway J. Clinical practice. Mild asthma. N Engl
J Med 345:l257,2001
Page S, Ammit AJ, Black JL, Armour CL: Human mast cell and
airway smooth muscle cell interactions: implications for
asthma. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol 281;LI3l3,
2001.
Rodrigo GJ, Rodrigo C, Hall JB; Acute asthma in adults; a re-
view. Chest I 25: I 08 1, 2004
Schwiebert LM: Cystic fibrosis, gene therapy, and lung inflam-
mation; for better or worse? Am J Physiol Lung Cell Mol
GAMBAR 42-9. A, Resusitator. B, Tangki respirator. Physiol 286.L71 5, 2001.
Sin DD, McAlister M, Man SE Anthonisen NR: Contemporary-
management of chronic obstructive pulmonary disease: sci-
entifc review. JAMA 290.2301, 2003.
babkan kematian karena jumlah darah vena yang kembali
Wardlaw AJ, Brightling CE, Green R, et al: New insights into the
ke jantung tidak mencukupi. relationship between airway inflammation and asthma. Clin
Sci (Lond) 103:201, 2002.
West JB; Pulmonary Physiology and Pathophysiology: An in-
Kepustakaan tegrated, Case-Based Approach. Philadelphia; Lippincott
Albert R, Spiro S, Jett J; Comprehensive Respiratoty Medicine.
Wlliams & Wilkins, 200 I.
IVhitsett JA, I|/eaver TE: Hydrophobic surfactant proteins in
P hiladelphia: Mos by, 2002.
Barnes PJ, Adcock IM: How do corticosteroids work in asthma?
lungfunction and disease. N Engl J Med 347;2I41, 2002.
Wills-Karp M, Ewart SL: Time to draw breath: asthma-suscepti-
Ann Intern Med 139:359, 2003.
Basu S, Fenton MJ: Toll-like receptors: function and roles in bility genes are identifed. Nat Rev Genet 5:376, 2004.
lung disease. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol 286:
L887, 200'1.

Anda mungkin juga menyukai