Anda di halaman 1dari 6

Push up test

1. Hasil
No. Name Sex Age Repetitions Population Rating Score Rating
1. Agung P. L 19 52 45 68 Average
2. Raidah P 19 16 26 32 Average
A.A.S.H.P

2. Pembahasan
Push up adalah latihan kekuatan dasar yang memperkuat tubuh bagian atas
dan meningkatkan core strength. Beberapa kelompok otot pada dada, lengan, bahu,
trisep, punggung, dan leher bekerja secara bersamaan selama push up. Push up
dilakukan pada posisi tengkurap (prone position).1
Push up membantu memperkuat punggung atas dan bahu, memberikan
stabilitas pada torso, ketahanan otot serta memberikan kebugaran secara keseluruhan.
Push up sangat mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan peralatan olahraga
khusus.1
Otot yang berperan utama saat melakukan push up di antaranya m. Pectoralis
major dan m. Tricep brachii. M. Pectoralis major berperan saat gerakan badan ke
bawah untuk menjaga keseimbangan posisi badan saat terjadinya fleksi siku. Selain
itu, m. Triceps brachii juga merupakan tumpuan otot yang terdapat pada lengan yang
bekerja saat gerakan badan ke atas dan ke bawah. Gerakan otot triceps brachii ini
dapat bersifat kosentrik, saat gerakan badan ke atas yaitu origo dan insertionya saling
mendekati saat kontraksi; juga dapat bersifat eksentrik, saat gerakan badan ke bawah
yaitu origo dan insertionya saling menjauhi saat kontraksi (kontraksi otot mencoba
untuk memendek tetapi diperpanjang oleh gaya-gaya eksternal); dan dapat bersifat
statis, saat otot berkontraksi tetapi tidak terjadi gerakan pada sendi.1
Pada saat kita melakukan push up, gerakan ke atas merupakan kerja konsentrik
otot-otot ekstensor lengan, gerakan ke bawah adalah kerja eksentrik otot-otot
ekstensor lengan, dan pada posisi tetap, timbul kerja static otot-otot ekstensor lengan.1
\
Otot yang bekerja pada saat push up3
Nama otot origo insertio persarafan fungsi
M. triceps Tuberculum
brachii caput infraglenoidale
longum scapulae
M. triceps Facies posterior Processus N. radialis Extensor
brachii caput setengah bagian atas olecranii/olecran (C6, C7, articulatio
laterale corpus humeri on C8) cubiti
M. triceps Facies posterior
brachii caput setengah bagian
mediale bawah corpus
humeri
M. pectoralis Clavicula,sternum Bibir lateral N. Adductio
major dan 6 rawan iga di sulcus bicipitalis pectoralis dan
bagian atas humeri medialis endorotatio
dan lengann
laterlais atas ;
dari pelxus serabut pars
brachialis clavicularis
(C5,C6,C7, juga
C8,T1) melakukan
flexio
lengan atas
M. Processus Processus N. Flexor
coracobrachialis coracoideus scapulae coronoideus musculocut articulatio
ulnae aneus cubiti
(C5,C6)
M. serratus Delapan iga di Margo medialis N. Menarik
anterior bagian atas dan angulus thoracalis scapula ke
inferior scapulae longus depan
(C5,C6,C7) sekeliling
dinding
thorax;
rotasio
scapula

Terdapat dua fase dalam melakukan push up, pushing phase dan lowering
phase. Pada pushing phase, gerakan terjadi pada sendi siku, bahu, dan scapula. Pada
siku, terjadi ekstensi, kekuatan terletak pada otot tricep brachii. Pada sendi bahu,
adduksi horizontal terjadi. Gerakan ini terjadi ketika lengan atas bergerak secara
horizontal ke arah garis medial tubuh.2
Musculus pectoralis major, deltoidea, bisep, dan coracobrachialis berkontraksi
selama adduksi horizontal. Pada sendi bahu, abduksi scapula terjadi selama pushing
phase. Hal ini berarti scapula bergerak kel lateral (protraksi). Musculus serratus
anterior dan pectoralis minor memberikan kekuatan saat protraksi.2
Lowering phase, pada fase ini otot yang sama pada pushing phase aktif, tapi
kali ini bersifat eksentrik. Sebagai contoh, pada siku, fleksi terjadi saat menurunkan
tubuh (lowering), secara eksentrik trisep memungkin terjadinya gerakan ini. Pada
sendi bahu, abduksi horizontal terjadi, secara eksentrik dikontrol oleh mussculus
pectoralis major, deltoidea, bisep, dan coracobrachialis. Pada scapula, adduksi
scapula, atau retraksi terjadi, dimana serratus anterior dan pectoralis minor secara
eksentrik dikontrol.2

Kemampuan melakukan push up, seperti kemampuan yang membutuhkan


kekuatan dan ketahanan otot, sangat bergantung pada berbagai variabel subjektif
individual, seperti otot-otot yang berperan dalam latihan, adaptasi otot, efisiensi otot
dalam menggunakan sumber energi, simpanan glikogen dalam otot, proporsi jenis
serat otot, usia, kelelahan otot nutrisi, kebugaran, istirahat, status gizi, dan latihan
yang pernah dilakukan oleh individu tersebut. Hasil yang didapat dalam praktikum ini
bervariasi karena setiap individu yang diuji memiliki kondisi fisik yang bervariasi.
Pada praktikum kali ini dilakukan test push up oleh 2 probandus yang terdiri
atas 1 pria dan 1 wanita. Push up dilakukan dengan menggunakan teknik tangan
berada secara langsung dibawah bahu, siku membentuk sudut 45O, kepala menghadap
kebawah dan badan pada posisi lurus. Wanita diperbolehkan melakukan push-up
dengan menggunakan Fase push up lutut. Probandus melakukan gerakan push up
selama 1 menit, kemudian dihitung frekuensinya dalam 1 menit.
Hasil didapatkan probandus (wanita) menunjukkan hasil rata-rata dan
probandus (pria) menunjukkan hasil rata-rata. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori
yang mana seharusnya kemampuan pada pria lebih kuat jika dibandingkan dengan
wanita karena pria umumnya memiliki postur badan dan proporsi total massa otot
yang lebih besar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor hormon testosteron pria yang
kadarnya 5-10 kali lebih tinggi dari wanita sehingga pria cenderung memiliki otot
yang lebih besar. Selain itu, sistem saraf pada pria dapat mengaktifkan otot lebih
cepat, pria cenderung memiliki kekuatan yang lebih besar.4 Namun, hasil yang
ditunjukkan pada praktikum kedua probandus ini mendapatkan hasil yang sama yaitu
average, hal ini dimungkinkan terjadi akibat faktor kelelahan yang mana probandus
pria, sebelum melakukan tes push up ini, telah melakukan beberapa aktifitas fisik
lainnya.
Jika dilihat berdasarkan hasil yang didapatkan oleh probandus (pria) terlihat
jumlah pengulangan yang didaptkan sudah melebihi pengulangan rata-rata pada orang
seusianya. Hasil yang telah dicapai diberi nilai 68 karena sudah dapat melebihi jumlah
rata-rata orang seusianya berkaitan dengan jumlah pengungalan push-up yang telah
dilakukannya. Skor ini lebih besar jika dibandingkan skor yang dimiliki oleh
probandus perempuan yang hanya bernilai 32. Ini dikarenakan probandus (wanita)
tidak dapat mencapai jumlah rata-rata orang seusianya yaitu hanya 16 dari 26 kali
juumlah pengulangan.
Daftar Pustaka
1. MDhealth. What muscles do push-ups work? [Internet] [cited December 5, 2014].
Available from: www.md-health.com/What-Muscles-Do-Push-UpsWork.html.
2. Thompson and Floyd. Manual of Structural Kinesiology 18th Edition. Mc Graw-
Hill: Washington DC; 2011.
3. Pardjiono. Hipertropi Otot Skelet Pada Olahraga. J Ilmu Keolahragaan.
2008;5(2):1119.
4. Snell RS. Anatomi Klinis: Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012.

Anda mungkin juga menyukai