TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Peranapasan
(lesitin)
makin
meningkat
Fosfatidilinositol (spingomeilin) makin menurun.
Perubahan perbandingan ini dapat dijumpai pada
air ketuban sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
tercapai
Tekanan saluran udara menjadi sedikit lebih positif, dan udara mengalir
meninggalkan paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses
pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume
intertoraks. Namun, pada awa ekspirasi, sedikit kontraksi otot inspirasi masih
terjadi. Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya recoil paru dan
memperlambat ekspirasi.2
Pada inspirasi kuat, tekanan interpleura turun mencapai -30 mmHg
sehingga pengembangan jaringan paru menjadi ebih besar. Bila ventilasi
meningkat, derajat pengempisan paru juga ditingkatkan kontraksi otot
ekspirasi yang menurunkan volume intertoraks.2
Pengaturan respirasi
Terdapat dua mekanisme saraf terpisah yang mengatur pernapasan. Satu
mekanisme berperan pada kendali nafas volunteer, sedangkan yang lainnya
engendalikan pernapasan otomatis. Siste volunteer terletak di korteks
serebrum dan impuls dikirimkan ke neuron motorik pernapasan mealui
trakturs oleh sekelompok sel pemacu (pacemaker) di medula. Impuls dari selsel ini mengaktifkan neuron motorik dimedula spinalis segmen servikal dan
torakal yang mensarafi otot-otot inspirasi. Impuls korda servikalis
5
atau
menghirup
dan
dalam alveoli mencapai nilai di bawah tekanan atmosfer (di bawah 0).
Selama inspirasi normal, tekanan alveolar turun sekitar -1 cmH2O.
Tekanan negatif yang kecil ini cukup untuk menarik 0,5 liter udara ke
dalam paru dalam 2 detik yang dibutuhkan untuk inspirasi normal. Selama
ekspirasi, perubahan yang berkebalikan terjadi. Tekanan alveolar naik
sekitar +1 cmH2O dan hal ini mendorong 0,5 liter udara yang diinsiprasi
untuk keluar dari patu selama 2-3 detik ekspirasi.7
Terdapat perbedaan antara tekanan alveolar dan tekanan pulmonal.
Hal ini disebut sebagai transpulmonary pressure. Ini adalah perbedaan
tekanan antara yang ada di dalam alveoli dan di permukaan luar paru, dan
ini mengukur elastic force paru yang menyebabkan kolapsnya paru selama
respirasi, disebut tekanan recoil. Setiap transpulmonary pressure
meningkat 1 cmH2O, volume paru bertambah 200 milimeter.7
Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen
dari alveol ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk
karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke
tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada difusi gas
dalam paru yaitu, faktor membran, faktor darah dan faktor sirkulasi.
Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu perpindahan gas dari paru ke
jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah.7
H. Kelainan Sistem Pernapasan
1. Asma merupakan peradangan yang terjadi pada saluran pernapasan
yang disebahkan oleh hypersensitive bronkiolus. Orang yang menderita
penyakit ini akan mengalami kesulitan dalam bernapas. Sebab, pada
kondisi ini saluran pernapasan utama pada paru-paru menyempit.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh alergi terhadap kondisi lingkungan,
seperti debu, bahan kimia, serbuk sari, jamur, suhu yang dingin dan
lain sebagainya. 8
2. Sinusitis merupakan peradangan yang terjadi pada rongga hidung
bagian atas (sinus paranasalis). Penderita ditandai dengan hidung
mampet, ingus berbau berwarna kuning kehijauan, dan terasa sakit
pada daerah sinus yang terserang. 8
Penyakit
ini
disebabkan
karena
infeksi
bakteri
10
11
jantung.4
Ventilasi mekanik
Untuk menangani kelemahan kronik otot pernapasan, tersedia
aat kedap-udara yang akan membungkus dada. Dengan menggunakan
suaru penggerak, dada diberikan tekanan negatif secara berkala, dan
graphy (ECG).9
Infectious Diseases Society of America (IDSA) dan American Thoracic
Society (ATS) membuat pedoman tatalaksana pneumonia komunitas
bahwa pasien dengan pneumonia komunitas diberikan terapi antibiotik
minimal 5 hari dan lebih baik lagi jika diberikan sampai kondisi pasien
stabil yaitu 3-7 hari. Sama halnya dengan pedoman BTS tentang terapi
pneumonia akibat MP, IDSA/ATS juga merekomendasikan golongan
12
alternatif. 9
Pemberian terapi golongan penisilin dan sefalosporin pada balita
pneumonia berdasarkan lama rawat (LOS), dan komplikasi dari gambaran
radiologi.10
Berdasarkan kedua pedoman tersebut Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI) pada 2014 juga merekomendasikan penggunaan
antibiotik golongan makrolid seperti azitromisin, klaritromisin dan
roksitromisin
dan
golongan
fluorokuinolon
respirasi
seperti
13
BAB III
PEMBAHASAN
Tes fungsi paru-paru adalah tes yang mengevaluasi seberapa baik kerja
paru-paru. Praktikum ini untuk mengevaluasi berapa banyak udara yang dapat
disimpan dalam paru-paru, seberapa cepat dapat memasukkan udara ke dalam dan
mengeluarkan udara dari paru-paru, dan seberapa baik paru-paru memasukkan O2
ke darah dan mengeluarkan CO2 dari darah. Tes dapat membantu mendiagnosa
penyakit paru-paru dan mengukur tingkat keparahan penyakit paru-paru yang
dapat mencegah dari bernapas normal. Spirometri adalah tes fungs paru-paru, dan
yang ditemukan oleh spirometer dapat dicetak pada sebuah grafik yang disebut
spirogram.
Pada praktikum ini menggunakan alat dan bahan berupa spirometer
hutchinson, spiromter triflow incentive, klip hidung, larutan alkohol 70%, kertas
catatan, tissue, dan mouthpiece. Pada kertas catatan berisi: nama, usia, berat
badan, tinggi badan dan gender. Selanjutnya mulai melakukan dua macam
praktikum tetapi sama-sama melakukan pengukuran napas. Pada praktikum yang
menggunakan spirometer triflow incetive, semua individu dalam kelompok
menjadi subjek praktikum karena mengukur respirasi dirinya masing-masing.
Sebelum melakukan praktikum dengan alat ini, terlebih dahulu ujung selang
tempat mulut menempel untuk respirasi harus dibersihkan dengan alkohol
menggunakan tissue.
Setelah itu, mulai melakukan inspirasi dan ekspirasi sekuat mungkin
mulalui selang. Pada saat melakukan inspirasi keadaan spirometer dalam posisi
14
Gambar 1
Gambar 1, Subjek sedang melakukan pengukuran volume cadangan inspirasi dan
berhasil mengangkat tiga bola (bola merah, bola kuning, bola hijau).
15
Gambar 2
Gambar 2, Subjek sedang melakukan pengukuran volume cadangan ekspirasi dan
berhasil mengangkat dua bola (bola merah dan bola kuning).
Dalam percobaan ini kita menggunakan alat yang tidak terkalibrasi jadi untuk
hasil yang diperoleh Inspirasi : 2700 cc dan Ekspirasi : 1500 cc
Pada uji respirasi selanjutnya menggunakan spirometer hutchinson, dan
dua subjek yang dijadikan probandus yaitu Wisnu (pria) dan Regina (wanita).
Berikut adalah perhitungan hasil dari kedua subjek :
Probandus 1
Nama : Ngakan wisnu
Usia
: 20 tahun
TB
: 185 cm
VT
: 1,14
FEV1 : 2,30
MVV : 22,1
VC
: 3,28
1. VC prediksi
Pria
= {27,63 - (0,112 x 20)} x 185
= {27,63 - 2,24} x 185
= 25,39 x 185
= 4697,15
16
2. Nilai VC
VC
3. Volume minute
= VT x RR
= 1140 x 16
= 18.240
4. MVV prediksi
= FEV1 x 40
= 2300 x 40
= 92.000
Gambar 3
Gambar 3. Probandus pria sedang melakukan pengukuran respirasi melalui
spirometer hutchinson.
Probandus 2
Nama : Regina Ni Nyoman
17
Usia
: 20 tahun
TB
: 162 cm
VT
: 0,74
FEV1 : 1,52
MVV : 6,60
VC
: 1,62
1. VC prediksi
Wanita
= {21,78 - (0,101 x 20)} x 162
= {21,78 2,02} x 162
= 19,76 x 162
= 3201,12
2. Nilai VC
VC
= (VC pratikum/ VC prediksi) X 100%
= (1620/3201) x 100%
= 50,60%, Abnormal karena < 80% lanjutkan dengan
(FEV1/ VC pratikum) X 100%
= (1520/1620) X 100 %
= 93%, restriktif karena >70%
3. Volume minute
= VT x RR
= 740 x 14
= 10.360
4. MVV prediksi
= FEV1 x 40
= 1520 x 40
= 60.800
Jadi, dari hasil diatas pasien mengalami gangguan respirasi yang restriktif
karena di dapatkan hasil 93% , dimana hasilnya >70%.
18
Gambar 4
Gambar 4. Probandus wanita sedang melakukan pengukuran respirasi melalui
spirometer hutchinson.
Dari hasil praktikum diperoleh dua probandus dalam keadaan tidak normal
dimana pria menunjukkan hasil gangguan berupa restriktif dan wanita berupa
restriktif. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal terutama keakuratan atau
ketidakakuratan dari alat yang digunakan yang disebabkan kalibrasi alat yang
kurang baik.
Volume paru bisa diukur menggunakan spirometer sederhana. Resistensi
jalan nafas dan compliance paru dapat diukur secara tidak langsung dengan
mengukur aliran dan volume ekspirasi paksa. Ukuran ini bisa digunakan untuk
membedakan antara penyakit paru obstruktif (peningkatan resistensi jalan
nafas)dan penyakit paru restriktif (penurunan compliance paru). Pada asma,
misalnya FEV1/ FVC umumnya < 0,7. Pada penyakit restriktif (misalnya fibrosis
paru), FEV1/ FEV hasilnya normal atau bahkan meningkat karena recoil elastic
yang lebih besar.
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
19
hasil
yang
spirometry
Daftar Pustaka
1. Ray E. Molenar et al, Forced Expiratory Volume In One Second (fev-1)
Pada Penduduk Yang Tinggal Di Dataran Tinggi, 2014, Vol 2. No 3, from:
<http:www.ejournal.unsrat.ac.id>. Diakses : 16 Agustus 2016.
2. Sherwood L, Fisiologi Manusia Dari Sel ke sistem Edisi 8, tahun buku
2015.
3. Manuaba, I.B.G, Pengantar Kuliah Obsetri, EGC. Jakarta : 2011
4. Ganong W. F, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 24, tahun buku 2015.
5. Achmad Rifai et al, Aplikasi Sensor Tekanan Gas MPX5100 Dalam Alat
Ukur
Kapasitas
Vital
Paru-Paru,
2013,
Vol
2.
No,
from:
20
21