Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROSES YANG TERJADI PADA SIKLUS BIOGEOKIMIA: SIKLUS


NITROGEN, SIKLUS AIR, SIKLUS FOSFOR, SIKLUS SULFUR, SIKLUS
KARBON DAN OKSIGEN

Oleh:

Andre Winata (C1061191103)


Ahmad Mukhlishin (C1061191097)
Hetty Komala Sari (C1061191095)
Riduan Rusnanda (C1061191099)
Utami Destia Fitri (C1061191101)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNG PURA

PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
karunia-nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul proses yang terjadi
pada siklus Biogeokimia: siklus nitrogen, siklus air, siklus fosfor, siklus sulfur, siklus
karbon dan oksigen. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua yang telah memotivasi dan memfasilitasi penulis, Lucky Hartanti,
STP, MP selaku dosen pembimbing.

Dalam penyusunan makalah, penulis menyadari adanya kekurangan maupun


kesalahan dalam penulisan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kekurangan maupun kesalahan dari
makalah ini. Penulis harap semoga makalah yang telah disusun ini dapat memberikan
manfaat serta menambah ilmu bagi para pembaca.

Pontianak, 23 Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 1
BAB I......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 2
1.1.Latar Belakang ............................................................................................................... 2
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 4
2.1.Definisi Siklus Biogeokimia .......................................................................................... 4
2.2.Siklus Karbon................................................................................................................. 4
2.3.Siklus Oksigen ............................................................................................................... 7
2.4.Siklus Nitrogen .............................................................................................................. 9
2.5.Siklus Sulfur................................................................................................................. 12
2.6.Siklus Fosfor ................................................................................................................ 14
2.7.Siklus Air ..................................................................................................................... 15
BAB III .................................................................................................................................... 17
RANGKUMAN ........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 18

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam ekosistem terjadi siklus biogeokimia. Siklus biogeokimia adalah siklus
unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik. Siklus biogeokimia
meliputi siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus sulfur, siklus air serta siklus karbon dan
siklus oksigen. Daur biogeokimia merupakan rangkaian perubahan bentuk unsur-unsur
kimia yang melibatkan komponen-komponen biotik dan abiotik dari ekosistem.
Perubahan atau pertukaran tersebut terjadi secara terus menerus antara komponen
biosfer yang tak hidup dengan yang hidup. Pada ekosistem, materi disetiap tingkat
trofik tidaklah hilang. Materi yang berupa unsur-unsur penyusun untuk bahan organik
tersebut didaur ulang.

Perubahan atau daur ulang unsur-unsur yang sudah dikenal dengan sebutan daur
biogeokimia ini mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam menjaga
kelangsungan hidup di bumi. Hal ini dikarenakan semua materi hasil
daur biogeokimia tersebut dapat digunakan oleh semua yang ada di muka bumi ini,
termasuk komponen biotik ataupun komponen abiotik. Akan tetapi, daur biogeokimia
ini seringkali mengalami gangguan akibat aktivitas manusia terutama akibat limbah
dan polusi yang dihasilkan sehingga tidak ramah lingkungan.

Telah kita ketahui bahwa aliran energi melalui biosfer itu searah. Energi panacaran
dari matahari ditangkap oleh biosfer. Setelah melewati transformasi yang menjaga
semua makhluk tetap hidup, energi itu kembali ke angkasa luar sebagai
paas.Penangkapan dan penggunaan energi oleh organisme hidup bergantung pada
penyimpanan energi dalam ikatan kimia dan memanfaatkan energi ini bila ikatan
tersebut putus dan dibentuk kembali. Bahan hidup terbentuk dari sejumlah bahan
tertentu. Beberapa di antaranya banyak dijumpai di dunia tak hidup. Akan tetapi,
bagaimana juga kehidupan telah ada di planet ini selama lebih dari 3 milyar tahun
karena ada mekanisme untuk menggunakan atom itu berulang-ulang kali. Jadi, atom-
atom kehidupan memang berdaur dan sifat dari beberapa daur inilah yang akan kita
pelajari.

2
1.2. Rumusan Masalah
1. Siklus apa saja yang terjadi pada siklus biogeokimia.
2. Solusi apa saja yang harus kita lakukan untuk menjaga kelangsungan siklus
biogeokimia.

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi singkat dan proses yang terjadi pada siklus
biogeokimia yang meliputi siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus sulfur, siklus
air serta siklus karbon dan siklus oksigen.
2. Untuk menambah wawasan kita untuk menjaga lingkungan demiterjaganya
kelangsungan mahluk hidup.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Definisi Siklus Biogeokimia
Siklus biogeokimia atau siklus organik-anorganik adalah siklus unsur
atausenyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali
lagike komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui
organisme,tetapi juga melibatkan reaksi - reaksi kimia dalam lingkungan abiotik
atau dapat juga sebagai rangkaian perubahan bentuk unsur-unsur kimia yang
melibatkankomponen-komponen biotik dan abiotik dari ekosistem sehingga
disebut siklus biogeokimia (Samosir, 2010).

2.2. Siklus Karbon


Meskipun karbon merupakan unsur yang sangat langka dalam sector bumi
yang tak hidup, tetapi di dalam benda hidup terdapat 18 %. Kemampuan saling
mengikat pada atom-atom karbon merupakan dasar untuk keragaman molekular,
ukuran molekular dan tanpa ini kehidupan tidak akan ada.

Selain pada bahan organik, karbon ditemukan sebagai gas karbondioksida dan
sebagai batuan karbonat (batu kapur, koral). Autotrof itulah, terutama tumbuhan
hijau yang menangkap karbon dioksida dan mereduksinya menjadi senyawa
organik : karbohidrat, protein, lipid, dan lain-lain. Produsen darat mendapat
karbondioksida dari atmosfer dan produsen air memanfaatkan karbon dioksida
yang terlarut (sebagai bikarbonat, HCO3) dalam air.

Sebagian besar bahan organik pada setiap tingkatan trofik tidak dikonsumsi
oleh tingkatan trofik yang lebih tinggi tetapi berlaku ke tingkatan trofik “akhir”
yaitu organisme pengurai. Hal ini terjadi ketika tumbuhan dan hewan atau bagian-
bagiannya mati. Bakteri dan fungi mempunyai fungsi yang benar-benar penting
sebagai pembebas karbon dari bangkai dan serasa yang tidak lagi berguna sebagai
makanan bagi tingkatan trofik lainnya. Melalui metabolismenya, karbon dioksida
dibebaskan dan daur karbon dapat mulai lagi. Para penelitian yang menanam

4
tumbuhan dilingkunan yang tekendali menerapkan bahwa peningkatan persediaan
karbon dioksia yang besar meningkatkan fotosintesis.

Gambar 1. Daur karbon. Mikroorganisme heterotrofik pembusuk menghasilkan CO2 melalui respirasi molekul
organic yang dijamin oleh tubuh tumbuhan dan tubuh serta ekskreta hewan.

Oleh karena itu, sebagian karbon dioksida yang dilepas oleh pengunaan bahan
bakar fosil oleh kita, mungkin telah menaikan pula produktifitas primer seluruh
dunia. Tempat penghimpunan lain yang mungkin untuk karbon dioksida adalah
laut. Karbon dioksida di udara bertukar dengan karbon dioksida yang terlarut di
laut. Pada gilirannya karbon dioksida yang terlarut itu berimbang dengan endepat
karbonat dilaut. Jika lebih banyak karbon dioksida ditambahkan ke dalam air laut,
kelebihannya dipresipitasikan sebagai karbonat seperti batu karang dan batu kapur
(CaCO3). Sebaliknya, dengan dekomposisi endapan ini maka disimpan kembali
setiap reduksi dalam bentuk karbon dioksida terlarut. Jadi endapan laut ini
merupakan reservoir karbon yang sangat besar dan suatu penyangga yang
membantu menekan serendah-rendahnya perubahan konsentrasi karbon dioksida
di atmosfer.

Meskipun “waduk” ini berfungsi untuk peningkatan karbon dioksida yang


sangat besar, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer telah meningkat selama
dasawarsa akhir-akhir ini. Apakah peningkatan ini merupakan ancaman bagi bumi
dan kehidupannya? Pada saat ini kita tidak tahu. Karbon dioksida transparan
terhadap cahaya tetapi agak kabur terhadap sinar panas. Karena itu karbon dioksida

5
di udara menghalangi radiasi panas dari bumi kembali ke luar angkasa. Beberapa
orang telah meramalkan bahwa peningkatan karbon dioksida di atmosfer akan
berdampak pada “tebalnya” selimut termal (panas) ini sehingga bumi akan menjadi
lebih hangat. Hal inilah yang disebut dengan efek rumah kaca yang dapat
mengakibatkan mencairnya bongkahan es di kutub. Diperkirakan bahwa jika
semua es di bumi ini mencair, maka tingkat permukaan laut akan naik antara 75
hingga 150 meter, ketinggian tingkat permukaan air laut tersebut dapat
menggenangi sebagian besar dari kota-kota pantai di seluruh dunia. Namun
sebelum sampai daratan yang lebih tinggi, kita harus memperhatikan dua hal ini.
Pertama bahwa aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab meningkatnya
reflektansibumi. Aktivitas manusia yang mengakibatkan tertimbunnya karbon
dioksida di udara juga menimbun partikel debu yang menghalangi penyinaran
cahaya melalui atmosfer. Pencemaran udara mengakibatkan terhambatnya proses
penyerapan dan pelepasan energi dari bumi. Apakah efek yang berlawanan ini
saling meniadakan belum dapat diketahui.

Gambar 2. Penambahan tahunan dalam konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer di puncak Mauna Loa di
Hawaii. Angka-angka tersebut merupakan rata-rata tahunan (ppm) dan tidak menyingkapkan pergeseran
(contohnya, 5-6 ppm) yang terjadi selama satu tahun

Akan tetapi, data cuaca dari seperempat abad terakhir menunjukkan bahwa
suhu rata-rata di bumi semakin lama semakin menurun sejalan dengan kehidupan
peradaban manusia. Banyak bukti geologis yang membuktikan mengenai fluktuasi
iklim di seluruh sejarah kehidupan di bumi. Apakah perubahan cuaca sekaran ini
adalah akibat dari aktivitas manusia ataukah perubahan jangka panjang yang tidak

6
kita miliki pengendaliannya, hal tersebut masih berbentuk pertanyaan yang belum
dapat terjawab kebenarannya.

2.3. Siklus Oksigen


Molekul oksigen (O2) merupakan 20% dari sebagian atmosfer bumi. Tingkat
konsentrasi oksigen tersebut dapat memenuhi keperluan seluruh organisme darat
untuk proses respirasi, oksigen juga merupakan keperluan bagi organisme air
karena molekulnya yang dapat larut di dalam air. Dalam proses respirasi, oksigen
berfungsi sebagai akseptor elektron terakhir atau sebagai penerima terakhir untuk
electron yang dilepaskan dari atom-atom karbon pada makanan.

Gambar 3. Daur oksigen. Akhirnya seluruh oksigen yang terdapat di atmosfer sekarang ini ditempatkan di sana
oleh tumbuhan dan algae yang berfotosintesis. Oksigen berfungsi sebagai akseptor elektron-elektron dalam
respirasi seluler.

Produk itu adalah air. Daur ini pelengkap dalam proses fotosintesis karena
energi cahaya digunakan untuk pelepasan electron jauh dari atom-atom oksigen yang
ada pada molekul air. Elektron mereduksi atom-atom karbon (dari karbon dioksida)
menjadi karbohidrat. Molekul oksigen tertinggal dan daur itu menjadi lengkap
(Gambar 3).

Untuk setiap molekul oksigen yang digunakan dalam respirasi seluler,


dilepaskan satu molekul karbon dioksida. Sebaliknya, untuk setiap karbon dioksida
yang diambil fotosintesis, dilepaskan satu molekul oksigen. Penelitian tentang mineral

7
yang terbentuk sangat awal dalam sejarah bumi menunjukkan bahwa pada satu saat
tidak ada oksigen dalam atmosfer bumi. Dengan evolusi fotosintesis yang
menggunakan air dalam prosesnya, maka oksigen yang pertama kali muncul sebagai
hasil proses tersebut. Dengan menganggap permulaan perkembangan biosfer terbentuk
tanpa produktivitas bersih, yaitu dengan keseimbangan respirasi dan fotosintesis, maka
dapat dipertanyakan, apa yang dapat menerangkan tingkat konsentrasi oksigen yang
ada sekarang ini.

Setiap molekul oksigen yang terakumulasi di atmosfer harus merupakan atom


karbon yang pernah direduksi dalam fotosintesis tetapi sejak itu telah terlepas dari
oksidasi. Atom-atom karbon yang tersimpan dalam batu bara dan minyak serta
endapan organic lainnya. Juga atom-atom karbon yang menyusun tubuh biomassa
hidup yang tersebar di seluruh dunia dan bagian-bagian mati dari tumbuhan dan hewan
yang sampai sekarang terlepas dari pembusukan.

Pada saat membakar bahan bakar fosil, kita menggunakan sejumlah oksigen
yang terdapat di atmosfer ketika atom-atom karbon bahan bakar tersebut mula-mula
direduksi. Realisasi ini menimbulkan perkiraan bahwa karena kita membakar batu
bara, minyak dan gas alam dalam jumlah yang selalu meningkat, kita mungkin secara
serius menghabiskan konsentrasi oksigen dalam udara. Perkiraan-perkiraan tentang
cadangan bahan bakar ini di bumi dibuat dari waktu ke waktu. Bahkan jika kita
menerima perkiraan yang paling banyak dibuat, pembakaran bahan ini secara total
akan menghabiskan ‘pu’ oksigen atmosferik sebanyak tidak leibh dari 2-8%. Mengapa
tidak lebih? Satu jawaban ialah bahwa sebagian besar karbon yang tereduksi dari bumi
ini disebarkan terlalu tipis atau terlalu dalam dibenam agar berguna sebagai bahan
bakar.

Akan tetapi, kehadirannya merupakan penyangga besar terhadap jatuhnya


tingkat oksgen secara drastis. Bahkan jika konsentrasi oksigen benar-benar jatuh
sampai 8%, efeknya terhadap manusia akan kurang daripada konsentrasi oksigen yang
bergerak dari kota New York ke Denver. (Pada ketinggian 5000 kaki, konsentrasi
oksigen di udara itu 18% lebih kecil daripada konsentrasi oksigen di laut). Pembakaran
seluruh bahan bakar fosil kita benar-benar akan menimbulkan masalah misalnya,
pencemaran udara) jauh lebih gawat daripada efek pada ‘pul’ oksigen.

8
Sementara kegiatan manusia tidak memperlihatkan tanda-tanda mempunyai efek
yang berarti terhadap kandungan oksigen dalam udara, hal ini tidak benar bagi
lingkungan air. Banyak sungai kecil dan danau di negara-negara industri yang padat
menderita kekurangan oksigen terlarut secara berkala. Hal ini seringkali demikian
hebatnya sehingga beberapa organisme air tertentu tidak lagi mampu bertahan hidup.
Faktor penyebab itu ialah pembuangan limbah organic dan limbah lainnya ke dalam
air. Limbah-limbah ini dihancurkan oleh organisme pembusuk, yang menggunakan
oksigen terlarut dalam proses tersebut. Sebenarnya, indicator paling banyak dipakai
dari pencemaran air ialah “biochemical oxygen demand”, BOD. Inilah ukuran untuk
oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi secara lengkap bahan yang ada dalam
air. Makin besar BOD suatu sungai atau danau, makin sedikit oksigen yang tersedia
untuk organisme yang biasanya hidup di situ. Bagi yang persyaratan oksigennya tinggi
(umpamanya kebanyakan ikan), BOD yang meningkat mengancam kemampuannya
untuk bertahan hidup).

2.4. Siklus Nitrogen


Semua makhluk hidup memerlukan atom nitrogen untuk pembentukan protein dan
berbagai molekul organic esensial lainnya. Udara, yang berisi 79% nitrogen, berfungsi
sebagai ‘reservoar’ bahan ini. Walaupun ukuran ‘pul’ nitrogen itu besar, acap kali
merupakan unsur pembatas bag makhluk hidup. Hal ini karena kebanyakan organisme
tidak dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk unsur, yaitu sebagai gas N2. Agar
tumbuhan dapat membuat protein, tumbuhan harus memperoleh nitrogen dalam
bentuk “terfiksasi” atau terikat, yaitu tergabung dalam senyawa-senyawa. Bentuk yang
paling umum digunakan adalah sebagai ion nitrat, NO3 −. Meskipun demikian,
substansi lain seperti amonia, NH3 dan urea, (NH2)2CO, digunakan secara efisien, baik
dalam system alam maupun sebagai pupuk dalam pertanian.

Fiksasi Nitrogen. Molekul nitrogen N2, sangat lembam. Untuk memecahkan


molekul itu agar atom-atomnya dapat bergabung dengan atom-atom lain diperlukan
pemasukan sejumlah besar energi. Tiga proses berperan penting dalam fiksasi nitrogen
dalam biosfer. Salah satu diantaranya adalah halilintar. Energi yang luar biasa
besarnya pada halilintar memecahkan molekul-molekul nitrogen dan memungkinkan
bergabung dengan oksigen dalam udara. Proses ini analog dengan yang terjadi dalam
mesin pembakar internal. Nitrogen oksida terbentuk yang larut dalam hujan

9
membentuk nitrat. Dalam bentuk ini senyawa itu terbawa ke bumi (Gambar 4). Fiksasi
nitrogen di atmosfer ini mungkin diperkirakansekitar 5-8% dari keseluruhannya.
Keperluan akan nitrat dalam pembuatan bahan peledak yang konvensional
mengakibatkan perkembangan proses fiksasi nitrogen secara industri di Jerman, pada
Perang Dunia I. Dalam proses nitrogen ini (biasanya berasal dari gas alam atau
petroleum) dan nitrogen bereaksi untuk membentuk amonia, NH3. Agar reaksi itu
berjalan ssecara efisien, harus dalam suhu tinggi (600°C), dengan tekanan yang tinggi
sekali, da nada suatu katalisator. Sekarang, sebagian besar nitrogen terfiksasi secara
industri digunakan sebagai pupuk. Produk semula, ammonia dapat digunakan secara
langsung sebagai pupuk.

Gambar 4. Daur Nitrogen. Mikroorganisme berperan penting sekali dalam daur melalui biosfer. Diperkirakan
bahwa setengah dari yang terfiksasi di bumi sekarang merupakan hasil/akibat langsung dari dua kegiatan
manusia: fiksasi industri dan penanaman polong (legum).

Akan tetapi, sebagian besar diproses lebih lanjut menjadi pupuk biasanya yang
lainnya, misalnya urea dan ammonium nitrat, NH4NO3.

Kebutuhan pertanian yang semakin meningkat telah menyebabkan produk


nitrogen terfiksasi secara industri semakin meningkat. Mungkin sebanyak sepertiga

10
dari seluruh fiksasi nitrogen yang terjadi sekarang dalam biosfer dicapai secara
industri. Hal ini benar-benar merupakan gangguan manusiawi yang luar biasa terhadap
fungsi biosfer. Apakah gangguan daur alam semacam ini akan bekerja terhadap
keuntungan akhir kita tidaklah mudah untuk meramalkannya. Secara pasti
produktivitas pertanian kita bergantung kepada laju fiksasi nitrogen yang sekarang ini
sangat tinggi. Akan tetapi, efek samping yang merusak dapat terlihat pada danau dan
sungai karena pupuk nitrogen merembes dari tanah pertanian sekitarnya (dan lapangan
rumput) dan menyuburkan “kembang” algae.

Pengaruh kita terhadap laju fiksasi tidak terbatas pada kegiatan industri.
Budidaya polong-polongan secara meluas, khususnya alfalfa (Medigcago sativa) dan
kacang kedelai, telah sangat meningkatkan laju fiksasi nitrogen secara meluas. Legum
adalah family tumbuhan polong (termasuk kacang polong, alfalfa, dan semaggi) yang
pada akar-akarnya terdapat bakteri-bakteri gram-negatif dari genus Rhizobium.
Bakteri-bakteri itu mampu mengikat nitrogen atmosfer, baik bagi inangnya maupun
bagi dirinya sendiri.

Mikroorrganisme tertentu lainnya dapat mengikat nitrogen atmosfer.


Sebenarnya, kemampuan mengikat nitrogen ternyata merupakan kemampuan
prokariota semata-mata. Beberapa aktinomisetes hidup bergabung dengan tumbuhan
selain legum. Bakteri lain yang mengikat nitrogen (misalnya Azotobacter,
Clostridium) hidup bebas dalam tanah. Beberapa algae hijau-biru juga mampu
mengikat nitrogen dan berperan dalam mempertahankan kesuburan lingkungan sedikit
berair (semiakuatik) seperti sawah-sawah.

Meskipun sudah banyak penelitian dilakukan, masih belum jelas bagaimana


pengikat nitrogen mampu mengatasi penghalang energi tinggi yang terlibat dalam
proses itu. Pengikat-pengikat itu memerlukan suatu enzim, yang dinamakan
nitrogenase, dan pemakaian ATP yang sangat besar. Walaupun produk pertama yang
stabil dalam proses itu adalah amonia, zat ini dengan cepat bergabung dengan protein
dan senyawa organik lain yang mengandung nitrogen. Lalu untuk tujuan kita, fiksasi
nitrogen menuju kepada penggabungan nitrogen dengan protein tumbuhan (dan
protein mikroba). Tumbuhan yang tidak mempunyai keuntungan dari gabungan

11
pengikat nitrogen membuat protein dari nitrogen yang diambil dari tanah biasanya
sebagai nitrat.

Pembusukan. Protein yang dibuat oleh tumbuhan masuk dan melalui jaring-
jaring makanan seperti pada karbohidrat. Pada setiap tingkatan trofik, terdapat
kehilangan yang kembali ke sekitarnya, terutama dalam ekskresi. Yang terakhir
mengambil keuntungan dari senyawa nitrogen organik adalah mikroorganisme
pembusuk. Melalui kegiatan molekul-molekul yang mengandung nitrogen organik
dalam ekskresi dan bangkai itu dirombak menjadi amonia.

Nitrifikasi. Amonia dapat secara langsung diambil oleh tumbuhan melalui


akar dan diperlihatkan pada beberapa spesies, melalui daun-daunnya (yang terakhir ini
bila dihadapkan pada gas amonia yang berlabelkan isotope, menggabungkan label
tersebut dalam protein). Akan tetapi, sebagian besar amonia yang dihasilkan oleh
pembusukan diubah menjadi nitrat. Hal ini terlaksana dalam dua langkah. Bakteri
genus Nitrosomonas mengoksidasi NH3 menjadi nitrit (NO2−). Nitrit kemudian
dioksidasikan menjadi nitrat (NO3−) oleh bakteri genus Nitrobacter. Kedua kelompok
bakteri hemoautotrofik ini disebut bakteri nitrifikasi. Melalui kegiatannya (yang
menyediakan semua kebutuhan energi untuk dirinya), nitrogen dengan mudah tersedia
bagi akar tumbuhan.

Denitrifikasi. Jika proses-proses yang dibahas di atas itu merupakan pembahasan


lengkap mengenai dau nitrogen, kita akan dihadapkan pada reduksi tetap dalam ‘pul’
nitrogen atmosfer yang bebas karena menjadi terikat dan mulai mendaur melalui
berbagai ekosistem. Proses lain denitrifikasi, mereduksi nitrat menjadi nitrogen,
dengan demikian mengisi kembali atmosfer. Sekali lagi, bakteri adalah gen yang
terlibat. Bakteri-bakteri ini hidup jauh di dalam tanah dan dalam sedimen cir yang
jumlah oksigennya sangat terbatas. Bakteri tersebut menggunakan nitrat sebagai suatu
alternatif terhadap oksigen untuk akseptor elektron terakhir dalam respirasinya.
Dengan demikian mereka menutup daur nitrogen.

2.5. Siklus Sulfur


Sulfur tergabung hamper dalam semua protein dengan demikian unsur esensial
yang mutlak untuk semua makhluk hidup. Unsur itu bergerak melalui biosfer dalam

12
dua daur, yaitu daur dalam dan daur luar. Daur dalam meliputi pelaluan dari tanah atau
air ke tumbuhan, ke hewan, dan kembali ke tanah atau air. Akan tetapi, ada bocoran
pada daur dalam air yaitu sebagian senyawa sulfur yang ada di daratan terbawa oleh
air sunga ke laut. Sebagian senyawa ini dapat hilang bila daur darat suatu mekanisme.
Hal ini terdiri dari proses pengubahnya menjadi senyawa gas misalnya hidrogen
sulfida (H2S) dan sulfur dioksida (SO2). Gas-gas itu memasuki atmosfer dan terbawa
ke atas daratan. Biasanya, gas tersebut tercuci dari udara karena hujan, walaupun
sebagian dari sulfur dioksida secara langsung oleh tumbuhan.

Bakteri berperan amat penting dalam daur sulfur. Bila ada udara, perombakakan
senyawa sulfur (termasuk pembusukan protein) menghasilkan sulfat (SO4=). Dalam
keadaan anaerob, hydrogen sulfida (gas dengan bau telur busuk) dan dimentil sulfida
(CH3SCH3) adalah produk-produk utamannya. Bila kedua gas terakhir itu mencapai
atmosfer, keduanya dioksidasikan menjadi sulfur dioksida. Dan larutannya dalam air
hujan melalui oksidasi lebih lanjut menghasilkan asam sulfit dan sulfat, yaitu bentuk
utama yang mengembalikan sulfur ke ekosistem darat.

Batu bara dan minyak mengandung sulfur dan pembakarannya membebaskan


sulfur dioksida ke atmosfer. Pencairan biji yang mengandung sulfur, seperti biji
tembaga, juga menambah sulfur dioksida dalam jumlah yang sangat besar ke udara.
Sebenarnya, pencernaan sulfur dioksida di sekitas pencairan tembaga dapat merusak
semua vegetasi yang berkilometer jauhnya. Sementara 15-25% sulfur dalam bentuk
gas di afmosfer telah digantikan melalui kegiatan industri. Di daerah Eropa dan
Amerika Utara di daerah yang terletak di arah angin jatuh sulfur dioksida dalam
konsentrasi yang meningkat menghasilkan hujan dan salju dengan pH menurun. Hujan
normal agak asam (pH5, 7), berkat adanya karbon dioksida yang terlarut di dalamnya.
Dimana ada pencemaran sulfur dioksida, pH hujan secra teratur sekitar 4 yang telah
dilaporkan paling rendah. Kita tidak mengetahui apakah hujan asam ini mungkin
berbahaya bagi kesehatan ataukah itu akan mempercepat pembebasan mineral dari
tanah dan batuan. Yang jelas ialah bahwa hujan dan salju asam menurunkan pH air
dibanyak danau di sebelah timur Amerika Utara dan Eropa. Hal ini telah
membahayakan kehidupan air dalam danau dan telah menyebabkan penurunan serius
dalam produktivitasnya.

13
2.6. Siklus Fosfor
Meskipun proposi fosfor dalam bahan hidup relatif kecil, bagian yang
diperankannya mutlak sangat diperlukan. Asam nukleat, yaitu bahan yang menyimpan
dan metranslasikan sandi genetik, sangat kaya akan fosfor. Banyak diantara intermedit
dalam fotosintesis dan respirasi seluler bergantung dengan fosfor, dan stom fosfor
memberikan dasar bagi ikatan ATP berenergi tinggi yang mrupakan aliran energi baik
untuk fotosintesis maupun untuk respirasi selular.

Fosfor adalah komponen yang agak langkah dalam dunia tidak hidup.
Produktivitas kebanyakan ekosistem darat dapat ditingkatkan jika banyaknya fosfor
yang tersedia dalam tanah ditingkatkan pula. Karena panenan pertanian juga terbatas
oleh tersedianya nitrogen dan kalium, program pempupukan sering mencakup ketiga
nutrien tersebut. Sebenarnya, komposisi kebanyakan pupuk dinyatakan dalam tiga
angka. Yang pertama memberikan presen nitrogen dalam pupuk. Yang kedua
menyatakan kandungan fosfor (yang terdapat sebagai P2O5), dan yang ketiga
kandungan kalium (dinyatakan dalam bentuk oksidasinya K2O). Dengan demikian 100
lb dari suatu pupuk 5,10-10 mengandung 5 lb nitrogen dan sejumlah fosfor dan kalium
yang masing-masing sama dengan 10 lb P2O5 dan K2O.

Fosfor seperti nitrogen dan sulfur, turutbpada daur dalam dan juga pada daur
geologis duia. Dalam daur yang lebih kecil, bahan organic yang mengandung fosfor
(misalnya, sisa tumbuhan, kotoran hewan) jadi busuk dan fosfor menjadi tersedia
untuk mengambil akar tumbuhan dan penggabungan kembali menjadi bahan organik.
Setelah melalui rantai makanan, sekali lagi melalui pengurai dan daur itu tertutup.
Terdapat bocoran dari daur luar. Air mengikis fosfor tidak hanya oleh kehidupan di
air, tetapi akhirnya fosfor menemui jalannya ke laut.

Daur fosfor dunia berbeda dari daur karbon, nitrogen, dan sulfur dalam satu segi
sama. Fosfor tidak membentuk senyawa yang menguap yang dapat berlalu dari lautan
ke atmosfer, dan kemudian kembali ke daratan. Begitu sampai di laut hanya ada dua
mekanisme yang ada untuk daur ulangnya ke ekosistem darat. Salah satunya ialah
melalui burung laut yang mengambil fosfor melalui rantai makanan laut dan dapat
mengembalikannya ke daratan dalam kotorannya. Sebenarnya, endapan guano yang
besar itu di pulau-pulau lepas pantai Peru merupakan sumber penting dari pupuk yang

14
mengandung fosfor. Selain dari kegiatan hewan-hewan ini, kitta harus menunggu
pengangkatan geologis sedimen lautan yang lamban untuk membentuk daratan satu
proses yang diukur dalam jutaan tahun.

2.7. Siklus Air


Sebagaimana unsur-unsur lain dalam biosfer, air mendaur pula. Genangannya yang
utama ialah lautan, yang mengandung kira-kira 97% dari air bumi. Sisanya ialah air
tawar dalam bentuk cair, padat, dan uap. Kira-kira 75% dari air tawar tidak dapat
dipindahkan sebagai es dari glasier dan kumpulan es di daerah kutub. Ingat kembali
perkiraan yang diberikan sebelumnya. Jika seluruh es glacial mencair, maka
permukaan air laut akan naik kira-kira 75-150 meter.

Sedikit dari 1% air bumi terdapat sebagai air tawar yang cair. Sebagian besar dan
padanya (kira-kira 96%) terdapat sebagai air daalam batuan dan lapisan tanah di bawah
permukaan bumi. Sisanya ialah air permukaan di danau dan sungai. Sebagian besar air
sungai akhirnya mencapai laut, yang membwa serta banyak sekali garam, dan
bercampur dengan air garam laut. Hilangnya air yang berlanjut ini terjadi karena
penguapan air laut, dengan bantuan energy matahari. Penguapan hanyalah merupakan
distilasi bersuhu rendah dan dengan demikian garam-garamnya tertinggal. Sebagai
rata-rata keseluruhan, kuantitas air laut yang diuapkan setiap tahun sama dengan satu
lapisan yang dalamnya 120 cm di atas eluruh permukaan lautan. Bila uap air
didinginkan, maka berkondensasi dan kembali ke bumi sebagai air tawar dalam bentuk
hujan atau salju.

Evaporasi juga terjadi di daratan. Hal ini berlangsung dari permukaan air
menggenang dari tanah basah terbuka, dan khususnya, melalui siomata tumbuhan.
Selama musim tumbuhan, tanaman dan hutan mentransfirasikan sejumlah air yang
sama dengan suatu lapisan yang dalamnya 50-80 cm dan untuk banyak daerah daratan,
hal ini merupakan dari setengah dari air total yang hilang karena evaporasi.

Air yang jatuh ke daratan mula-mula memasuki lapisan atas tanah, dan dari situ
terus ke permukaan perairan seperti kolam dan sungai kecil. Bilamana kondisi sesuai,
air dapat juga terus ke batsa air (water table). Batas air tersebut hanyalah merupakan
permukaan atas zona subteranea dari tanah jenuh air atau batuan.

15
Pada tempat tertentu, batas air ini mencapai permukaan bumi, sehingga terbentuk
mata air. Banyak dari kejadian ini dalam depresi penuh air yang menambahkan aliran
air permukaan di danau dan anak nsungai yang diisi mata air. Sebaliknya, ar dalam
perairan seperti itu dapat bergerak ke bawah dan dengan demikian mengisi kembali
atau memperbesar akuifer.

16
BAB III

RANGKUMAN

Atom dan molekul yang merupakan bahan pembangun benda hidup terbatas
persediaannya. Kehidupan telah bertahan lebih dari tiga milyar tahun karena sebagai
organism mati dan membusuk, bahan-bahan ini tersedia untuk digunakan lagi. Karbon
dioksida dibebaskan dari bahan organik melalui respirasi, pembusukan, dan
pembakaran CO2 tergabung dalam molekul organik baru melalui fotosintesis. Oksigen
dibebaskan di lam sekitas (atmosfer dan air) melalui fotosintesis dan ditiadakan
melalui proses respirasi seluler.

Meskipun nitrogen bebas (N2) merupakan 79% dari atmosfer bumi. Hanya
prakaiotik tertentu yang mampu “mengikat” nitrogen ini dalam bentuk- bentuk yang
dapat digunakan untuk sintesis protein dan senyawa-senyawa gas nitrogen lainnya.
Beberapa dari prokariot ini mengikat nitrogen hanya bila bergabung dengan tumbuhan
seperti polong-polongan. Tumbuhan yang tidak mempunyai hubungan sibiotik seperti
ini bergabung pada ntrat dalam tanah. Ketersediaan nitrogen terfikasi sering
merupakan faktor pembatas baik pada ekosistem darat maupun ekosistem air.

Fosfor adalah satu-sayinya unsur utama dalam benda hidup mendaur tanpa
keuntungan dari atmosfer. Pada beberapa ekosistem, fosfor lebih meupakan nutrient
pembatas dari pada nitrogen. Kurang dari 1% air di bumi tersedia dalam bentuk air
tawar dan cair. Tidak saja organisme ai tawar tetapi semua organisme darat bergantung
pada air untuk ekstensinya. Air tawar meninggalkan ekosistem darat melalui evaporasi
dan mengalir ke laut. Air tersebut kembali melalui persipitasi dari atmosfer. Tumbuhan
bergantung pada tanah tempat mereka hidup dari air dan seluruh mineral yang ada di
tanah tersebut. Jadi tanah merupakan penentu utama produktivitasnya. Jumlah air yang
jatuh di tanah mempengaruhi kesuburannya. Di tempat yang curah hujannya melebihi
100 cm/tahun, fraksi besar dari mineral dalam tanah tercuci dibagian dalam subsoil
yang tak terakumulasi dalam topsoil dan dapat menjadikannya terlalu bergaram bagi
kebanyakan tumbuhan. Tanah paling subur menerima 50-75 cm curah hujan setiap
tahun.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kimball, JohnW (penulis), Siti Soetarmi Tjitrosomo (penerjemah) dan Nawang, Sugiri
(penerjemah). 1983. Biologi jilid III Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai