Anda di halaman 1dari 72

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN

KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KELUMBAYAN BARAT KABUPATEN TANGGAMUS
TAHUN 2019

Skripsi

Oleh :
TITIN AGUSTINA
NIM : 142012017133P

PROGARAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2019

i STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN
KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KELUMBAYAN BARAT KABUPATEN TANGGAMUS
TAHUN 2019

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program Studi Sarjana Keperawatan

Oleh:
TITIN AGUSTINA
NIM : 142012017133P

PROGARAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2019

ii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN
ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELUMBAYAN BARAT
KABUPATEN TANGGAMUS
TAHUN 2019

xvii + 45 halaman + 9 lampiran + 6 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA, dimana kelompok yang paling berisiko adalah
balita. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa
memperhatikan dan selalu menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga terutama balita yang
terkena ISPA. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan
sehat dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan Barat
Kabupaten Tanggamus Tahun 2019.

Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua keluarga dengan anak demam yang berkunjung di Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus tahun 2019. Jumlah sampel yaitu sebanyak 59 orang,
teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Alat pengumpul data menggunakan
lembar kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi square.

Hasil uji chi square nilai p-value sebesar 0,000, maka disimpulkan ada hubungan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus tahun 2019. Keluarga diharapkan melaksanakan dan
menerapkan PHBS di tingkat rumah tangga, lingkungan sekitar sehingga kejadian penyakit ISPA
pada anak dapat dicegah.

Kata Kunci : Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kejadian ISPA
Referensi : 27 (2010 – 2018)

iii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


THE RELATIONSHIP OF CLEAN AND HEALTHY BEHAVIOR WITH RESPIRATORY
CHANNEL IN INTRODUCTION IN PUSKESMAS KELUMBAYAN BARAT
DISTRICT TANGGAMUS 2019

xvii + 45 pages + 9 appendix + 6 tables + 2 pictures

ABSTRACT

Nearly four million people die from respiratory infections, where the groups most at risk are
toddlers. Clean and healthy living behavior is a reflection of the family's lifestyle that always cares
for and always takes care of the health of all family members, especially toddlers, who have
respiratory infections. The purpose of this research is to know the relationship of clean and
healthy behavior with respiratory channel in introduction in Puskesmas Kelumbayan Barat
District Tanggamus 2019.

This research use analytical method with cross sectional approach. The population in this study
were all families with fever children who visit in Puskesmas Kelumbayan Barat District
Tanggamus 2019 with a total sample of 59 people with purposive sampling, collection tools using
questionnaire and analyzed using chi square.

The result of chi square test showed significant the relationship of clean and healthy behavior with
respiratory channel in introduction in Puskesmas Kelumbayan Barat District Tanggamus 2019.
Families are expected to implement and implement clean and healthy lifestyle at the household
level so that the incidence of respiratory infections in children can be prevented.

Key Word : Clean and healthy behavior, respiratory tract infection


Reference : 27 (2010 – 2018)

iv STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PERSETUJUAN UJIAN HASIL PENELITIAN

Skripsi
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dihadapan TIM Penguji Skripsi

Judul Skripsi : Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan

Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019

Nama Mahasiswa : Titin Agustina

NPM : 142012017133P

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Manzahri, S.Kep., M.Kes. Ns. Siti Indarti, S,Kep., M.Kes.


NBM. 927 027 NBM. 967835

v STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KELUMBAYAN BARAT KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2019

Skripsi ini telah diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi dan
dinyatakan Lulus pada tanggal 12 Juli 2019.

MENGESAHKAN

Tim Penguji :

Penguji Utama : Ns. Rani Ardina, M.Kep. ………………


NBM. 1156365

Penguji Anggota I : Manzahri, S.Kep., M.Kes. ………………


NBM. 927 027

Penguji Anggota II : Ns. Siti Indarti, S.Kep., M.Kes. ………………


NBM. 967835

Ketua Program Studi

Ns. Rani Ardina, M.Kep


NBM. 1156365

Mengetahui
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Ns. Arena Lestari, M.Kep., Sp.Kep.J


NBM. 965246

vi STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya


yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Titin Agustin


NPM : 142012017133P
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Judul : Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019

Guna mengembangkan ilmu kesehatan, menyetujui memberikan kepada STIKes


Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi berupa materi
atas skripsi saya yang berjudul :

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KELUMBAYAN BARAT KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2019

Dengan pernyataan ini STIKes Muhammdiyah Pringsewu Lampung berhak


menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk format yang lain, mengolah dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak atas karya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pringsewu
Pada tanggal : Juli 2019
Yang menyatakan

Titin Agustina

vii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Titin Agustina


NPM : 142012017133P
Program studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa semua yang saya tulis dalam skripsi ini sesuai
dengan sumber-sumber aslinya dan penulisannya mengikuti kaidah penulisan
ilmiah. Skripsi ini adalah hasil karya saya. Jika dikemudian hari diketahui skripsi
ini plagiat, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Pringsewu, Juli 2019

Yang Menyatakan

Titin Agustina

viii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


MOTTO

“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia


menyelesaikannya dengan baik”
(HR Thabrani)

ix STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :


1. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang,
membimbingku, mendoakanku dan mendukungku sepenuhnya.
2. Suami dan anakku yang telah memberikan dukungan, do’a, cinta dan motivasi
yang tinggi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Rekan-rekan mahasiswi seperjuangan yang selalu membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis.
4. Almamater STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

x STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


RIWAYAT HIDUP

Titin Agustina dilahirkan pada tanggal 26 Agustus 1980 di Margosari, putri


pertama dari pasangan Bapak Yatimi dan Ibu Muidah. Pendidikan yang pernah
penulis tempuh Adalah SD Negeri 1 Margodadi lulus tahun 1993, MTs Negeri
Pringsewu lulus tahun 1996, SMA Budi Utama Jombang lulus tahun 1999,
AKPER Muhamamdiyah Pringsewu lulus tahun 2002 dan pada tahun 2017
penulis diterima di STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung sampai saat ini.

xi STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini dengan baik sebagai salah
satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Keperwatan di STIKes
Muhammadiyah Pringewu Lampung Program Studi S1 Keperawatan. Adapun
judul dari skripsi ini adalah “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan
Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami banyak kesulitan, namun


karena peran serta dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. M. Komarudin, SKM., selaku Ka UPT Puskesmas Kelumbayan Barat dan
Erfani Zuheldi, Amd.Kep., selaku Pemegang Program ISPA yang telah
membantu peneliti dalam pengumpulan data.
2. Ns. Arena Lestari, M.Kep Sp.Kep.J., selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
3. Ns. Rani Ardina, M.Kep., selaku Ketua Prodi S.1 Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Pringsewu Lampung dan Penguji III dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Manzahri, S.Kep., M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini
5. Ns. Siti Indarti, S.Kep., M.Kes., selaku Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, masukan, motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta dan keluarga besar yang telah memberikan
dukungan, do’a, cinta dan motivasi yang tinggi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan S.1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung Angkatan Ke III yang sama-sama berjuang
menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Tiada hal penulis harapkan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
rekan-rekan mahasiswa Program Studi S.1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.

Pringsewu, Juli 2019

Penyusun

xii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................. i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ........................................ ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
ABSTRACT ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN ........................................... v
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN ............................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI .............................................. vii
SURAT PERNYATAAN............................................................................ viii
MOTTO....................................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. x
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... xi
KATA PENGANTAR ................................................................................ xii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan....................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 6
E. Manfaat Penelitian.................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ................................. 8
B. Konsep PHBS ........................................................................... 13
C. Kerangka Teori ......................................................................... 18
D. Kerangka Konsep ..................................................................... 19
E. Hipotesis ................................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ...................................................................... 20
B. Variabel Penelitian ................................................................... 20
C. Definisi Operasional ................................................................. 21
D. Populasi dan Sampel ................................................................ 21
E. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 23
F. Etika Penelitian ........................................................................ 23
G. Instrumen Penelitian................................................................. 25
H. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 26
I. Analisa Data ............................................................................. 27

xiii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 29
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 35
C. Pembahasan .............................................................................. 44

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 52
B. Saran ......................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR TABEL

Tabel Hal
3.1 Definisi Operasional.............................................................................. 21
4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Balita
UPT Puskesmas Kelumbayan Barat Tahun 2018 ................................. 34
4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas
Kelumbayan Barat Tahun 2019 ............................................................ 35
4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) ................................................................................. 36
4.4 Distribusi Frekuensu Responden Berdasarkan Kejadian ISPA di
Puskesmas Kelumbayan Barat Tahun 2019 .......................................... 36
4.5 Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian
ISPA di Puskesmas Kelumbayan Barat Tahun 2019 ............................ 37

xv STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Kerangka Teori...................................................................................... 18

2.2 Kerangka Konsep .................................................................................. 19

xvi STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin prasurvey


Lampiran 2. Surat izin penelitian
Lampiran 3. Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 4. Jadwal Penelitian
Lampiran 5. Lembar informed consent
Lampiran 6. Lembar Kuesioner
Lampiran 7. Tabulasi Data
Lampiran 8. Hasil Olah Data
Lampiran 9. Lembar Konsul

xvii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


xviii STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan

penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari

hewan ke manusia. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh mikroorganisme

patogen, seperti bakteri, virus, parasit atau jamur. Salah satu contoh

penyakit infeksi yang menjadi masalah saat ini yaitu ISPA (Putri, 2010).

ISPA menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas

penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA

setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.

Kelompok yang paling berisiko adalah balita, anak-anak, dan orang lanjut

usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan

menengah (Hamid, 2018).

Pengendalian ISPA di Indonesia sudah bersamaan dengan diawalinya

pengendalian ISPA di tingkat global. Pada dasarnya pelaksanaan

pengendalian ISPA perlu didukung melalui peningkatan sumberdaya

termasuk dana. Semua sumber dana pendukung program yang tersedia

baik APBN, APBD dan dana kerjasama harus dimanfaatkan dengan sebaik-

baikya. Sejalan dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

1
2

Pusat dan Daerah maka daerah otonomi harus mempunyai kemampuan

menentukan skala prioritas pembangunan di daerah masing-masing sesuai

dengan kebutuhan setempat serta memperhatikan komitmen nasional dan

global. Disamping itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65

Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) menyatakan bahwa kabupaten/kota wajib

menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai SPM yang telah ditetapkan,

salah satunya adalah pneumonia (Ardiyanto, 2015).

ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang

serta salah satu penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan

rumah sakit (15%-30%). Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir

menempati urutan pertama penyebab kematian bayi yaitu sebesar 24,46%

(2013), 29,47% (2014) dan 63,45% (2015). Selain itu, penyakit ISPA juga

sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit (Ardiyanto,

2015).

Terdapat lima Provinsi dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara

Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%),

dan Jawa Timur (28,3%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi

berdasarkan umur terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%).

Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk kondisi

ekonomi menengah ke bawah (Ardiyanto, 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

Penyakit ISPA diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih

gejala tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau

berdahak. Periode prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan

terakhir, Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada

kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda

antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada

kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan

menengah bawah (Ardiyanto, 2015).

Beberapa faktor yang telah diketahui mempengaruhi kematian ISPA

adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap,

defisiensi vitamin A, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), umur muda,

kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang banyak di

tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan lain-

lain. Kejadian penyakit ISPA dapat dipengaruhi oleh pengetahuan,

lingkungan, status imunisasi, ASI eksklusif, dan berat badan lahir (Imelda,

2017).

Tingginya kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

tersebut antara lain di sebabkan karena masih buruknya perilaku hidup

bersih dan sehat keluarga, rumah yang tidak sehat erat kaitnya dengan

peningkatan kejadian infeksi saluran pernapasan akut yang berkaitan

dengan anak balita. Sehat atau tidaknya rumah sangat erat kaitannya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

dengan angka kesakitan penyakit menular, terutama infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) (Keman, 2012).

Untuk mengurangi kemungkinan yang dapat meningkatkan potensi

balita terkena ISPA yaitu menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih

serta menghindari faktor pencetus. Keluarga, orang tua merupakan sasaran

utama dalam pencegahan suatu penyakit. Orang tua yang memiliki peran

yang baik dalam menjaga kesehatan keluarga akan mempengaruhi angka

kesehatan keluarga terutama anggota keluarga yang masih balita

(Notoatmodjo, 2012).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau

keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat (Kemenkes RI, 2013).

Anak di bawah 5 tahun (balita) adalah kelompok yang memiliki sistem

kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo,

2012). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola

hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan selalu menjaga

kesehatan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya perilaku yang tidak

mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai macam penyakit

(Suyudi, 2012).

Penelitian terkait PHBS dengan kejadian ISPA dilakukan oleh Hamid

(2018) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku hidup bersih

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

dan sehat dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita Di

RW 03 Desa Candimulyo Jombang dengan nilai p-value = 0,001 (α ≤ 0,05).

Penelitian lain dilakukan oleh Sutrisna & Wahyuni (2016) tentang

Hubungan PHBS dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara PHBS

dengan kejadian ISPA dimana nilai p-value = 0,000 (α ≤ 0,05). Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Riyanto & Listyarini (2018) menjelaskan

bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara

PHBS dengan kejadian ISPA dimana nilai p-value = 0,002 (α ≤ 0,05).

Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus merupakan salah

satu fasilitas kesehatan yang juga menangani masalah ISPA. Hasil survey

peneliti di Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus, ISPA

merupakan penyakit dengan jumlah kunjungan terbanyak yaitu 142 pasien

dari jumlah kunjungan tahun 2019. Sedangkan di Puskesmas Kelumbayan

jumlah kunjungan pasien ISPA sebanyak 98 pasien. Berdasarkan data

tersebut bahwa jumlah kejadian ISPA yang berkunjungan di Puskesmas

Kelumbayan Barat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penderita

ISPA di Puskesmas Kelumbayan yang juga merupakan salah satu Puskesmas

di Kabupaten Tanggamus.

Tingginya angka kejadian ISPA dikarenakan rendahnya perilaku

masyarakat tentang PHBS di wilayah kerja puskesmas Kelumbayan Barat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan

kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan Barat

Kabupaten Tanggamus Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah terdapat “Hubungan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

dengan kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian ISPA pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus

Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (umur, pendidikan dan pekerjaan)

di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019 .

b. Mengetahui distribusi frekuensi Perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan Barat

Kabupaten Tanggamus Tahun 2019.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

c. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun

2019

D. Ruang Lingkup

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

kuantitatif dengan desain penelitian korelasi serta pendekatan cross

sectional. Penelitian ini fokus pada masalah hubungan Perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) dengan kejadian ISPA Pada Balita Populasi dalam

penelitian ini adalah balita yang berkunjung di Puskesmas Kelumbayan

Barat. Lokasi penelitian dilakukan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus pada bulan Mei-Juni 2019

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Bagi pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat memberi

sumbangan konsep dan teori khususnya tentang Pola Hidup Bersih dan

Sehat sebagai sarana atau cara pencegahan terjadinya ISPA.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi

Puskesmas sebagai bahan informasi mengenai PHBS sebagai salah

satu langkah pencegahan kejadian penyakit menular seperti ISPA dan

sebagainya sehingga dapat dijadikan bahan pengetahuan untuk

dimasa mendatang.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

b. Bagi Keluarga

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah ilmu

pengetahuantentang pola hidup bersih dan sehat sehingga keluarga

mampu melakukan pencegahan terhadap kejadian ISPA.

c. Bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Menambah ilmu pengetahuan mengenai PHBS yang berhubungan

dengan kejadian ISPA balita, serta sebagai acuan untuk penelitian yang

lebih mendalam.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori keperawatan

yang didapat selama perkuliahan khususnya tentang materi PHBS.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

1. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang

diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections

(ARI) yaitu penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih

dari saluran pernapasan, mulai dari hidung (saluran atas) hingga

alveoli (saluran bawah) beserta organ adneksanya seperti sinus-

sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Hartono dan Rahmawati, 2012).

Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran

pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi

adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran

pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran

pernafasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk

jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Infeksi

saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini

diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan

sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. ISPA selalu

menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia

(Kemenkes RI, 2014).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8
10

2. Etiologi

ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus

penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain

(Hartono, 2013).

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran

nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran

bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan

bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena

masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas

memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak.

Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-

hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan

sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung

zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen

dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2010).

3. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di

bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

(Depkes RI, 2012):

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan

1) ISPA Berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan

umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih

2) ISPA Ringan

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian

bawah atau napas cepat.

b. Golongan Umur 2 bulan sampai 5 tahun

1) ISPA Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada

bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat

diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak

menangis atau meronta).

2) ISPA Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat


ialah:

a) Untuk usia 2 bulan sampai 12 bulan adalah 50 kali per

menit atau lebih

b) Untuk usia 1 sampai 4 tahun adalah 40 kali per menit atau


lebih.

3) ISPA Ringan

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak

ada napas cepat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

4. Pengukuran Terjadinya ISPA

Saryono dan Anggraeni, 2013 menggunakan Pengukuran terjadinya

ISPA dengan menggunakan Skala Guttaman Skala Guttaman (kumulatif)

digunakan untuk jawaban yang tegas dan konsisten (ya-tidak),(benar-

salah).

Kategori infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dilihat dari tanda dan

gejala yaitu sebagai berikut :

a. Mengalami gejala ISPA : apabila didapatkan nilai >50%

b. Tidak mengalami gejala ISPA : apabila didapatkan nilai <50%

(Saryono & Anggraeni, 2013).

5. Faktor Resiko

Faktor resiko ISPA menurut Marni (2014) adalah :

a. Faktor Demografi

Faktor demografi diantaranya yaitu jenis kelamin, usia dan

pendidikan.

b. Faktor Biologis

Diantaranya yaitu : status gizi, berat badan lahir (BBL), pemberian

ASI dan status imunisasi.

c. Faktor Polusi

Faktor polusi diantaranya yaitu asap dapur dan keberadaan perokok.

Sedangkan menurut Gunawan (2010) faktor resiko ISPA yaitu

Model segitiga epidemiologi atau triad epidemiologi menggambarkan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia (Host), penyebab

(Agent), dan lingkungan (Environment).

a. Faktor penyebab (agent) adalah penyebab dari penyakit pneumonia

yaitu berupa bakteri, virus, jamur, dan protozoa.

b. Faktor manusia (host) adalah organisme, biasanya manusia atau

pasien. Faktor risiko infeksi pneumonia pada pasien (host) dalam hal

ini anak balita meliputi: usia, jenis kelamin, berat badan lahir,

riwayat pemberian ASI, status gizi, riwayat pemberian vitamin A,

riwayat imunisasi, status sosial ekonomi, dan riwayat asma.

c. Faktor lingkungan (environment) adalah Faktor lingkungan yang

dapat menjadi risiko terjadinya ISPA pada anak balita meliputi

kepadatan rumah, kelembaban, cuaca, polusi udara. Kondisi

lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat diperkirakan dampak atau

akses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi ataupun kondisi

yang paling optimal bagi kesehatan anak balita.

Menurut teori Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo (2012), status

kesehatan dipengaruhi secara simultan oleh empat faktor penentu

yang saling berinteraksi satu sama lain. Keempat faktor penentu

tersebut adalah lingkungan, perilaku (gaya hidup), keturunan, dan

pelayanan kesehatan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

B. Konsep PHBS

1. Definisi

Perilaku hidup berih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Maryunani A, 2013). Perilaku

hidup berih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu perilaku yang

berkaitan dengan upaya agtau kegiatan seorang untuk meningkatkan

kesehatanya berdasarkan kesadaran, sehingga mampu mencegah penyakit

penyakit serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat dengan

cara olahraga teratur, tidak merokok, istirahat yang cukup, dan gaya

hidup yang positif (Notoatmodjo, 2014).

2. Tujuan PHBS

Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan

dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat

berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Manfaat PHBS

Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif

dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif.

Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan

dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara, dan melindungi

kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Perilaku

hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:

a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olahraga

teratur dan hidup sehat

b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;

c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan

penyakit

d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku hidup bersih dan sehat

Penerapan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi. Lawrence Green dalam Notoatmojo (2010)

membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor

perilaku (behavioral factors) dan faktor non perilaku (non behavioral

factors). Green menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga

faktor utama:

a. Faktor Predisposisi

Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada cognitive

domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut,

selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek.

Pengetahuan dan sikap subyek terhadap PHBS diharapkan akan

membentuk perilaku (psikomotorik) subyek terhadap PHBS. Faktor-

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya prilaku

seseorang antara lain :

1) Pengetahuan

Semakin baik pengetahuan seseorang akan semakin baik perilaku

seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan juga menjadi salah

satu faktor penentu perilaku hidup bersih dan sehat.

2) Sikap

Sikap merupakan suatu kebiasaan seseorang melakukan sesuatu.

Sikap seseorang mempengaruhi PHBS

3) Keyakinan

Keyakinan merupakan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu.

Keyakinan akan menentukan sikap seseorang.

b. Faktor Pendukung atau Pemungkin

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya

dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai anggapan yaitu

adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal yang akan

menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut.

Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam

kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi

tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial dan tersedianya

fasilitas kegiatan ini disebut perilaku. Berdasarkan teori WHO

menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada

tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (resource) meliputi :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

1) Fasilitas

Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas kesehatan, ketersediaan

fasilitas kesehatan mempengaruhi perilaku hidup sehat

seseorang.

2) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan proses pelayanan terhadap

kesehatan keluarga, individu maupun kelompok.

3) Pendapatan keluarga

Masalah ekonomi merupakan faktor pendukung yang paling

berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat seseorang.

c. Faktor Penguat

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu

tujuan yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru

dan petugas kesehatan.

1) Orang tua

Orang tua merupakan kunci utama bagi terciptanya perilaku

hidup bersih dan sehat. Orang tua mengajarkan anggota keluarga

untuk memiliki perilaku yang baik.

2) Guru

Pihak kedua setelah orang tua yaitu guru untuk saling bahu

membahu, sehingga tercipta kerjasama yang baik antara pihak

rumah dan sekolah yang akan mendukung anak dalam

memperoleh pengalaman yang hendak dirancang, lingkungan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

yang bersifat anak sebagai pusat yang akan mendorong proses

belajar melalui penjelajah dan penemuan untuk terjadinya suatu

perilaku.

3) Petugas kesehatan

Tugas bagi tenaga kesehatan adalah memberikan informasi

mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

5. Indikator PHBS

Ada 10 indikator PHBS menurut Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia (Kemenkes RI, 2016) diantaranya yaitu :

a. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

b. Pemberian ASI Eksklusif

c. Menimbang bayi dan balita secara berkala

d. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

e. Menggunakan air bersih

f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik nyamuk

h. Konsumsi buah dan sayur

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Bagan 2.1
Faktor Yang Kerangka Teori
Mempengaruhi PHBS

1. Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
2. Faktor Pendukung Perilaku Hidup Bersih
- Fasilitas dan Sehat
- Pelayanan (PHBS)
Kesehatan
- Pendapatan
3. Faktor Penguat
- Keluarga
Indikator PHBS
- Petugas Kesehatan
- Guru a. Persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan
b. Pemberian ASI Eksklusif
Faktor Yang c. Menimbang bayi dan balita
Mempengaruhi ISPA secara berkala
d. Cuci tangan dengan sabun
1. Faktor Penyebab dan air bersih
- Bakteri e. Menggunakan air bersih
f. Menggunakan jamban sehat
- Virus
g. Memberantas jentik nyamuk
- Jamur h. Konsumsi buah dan sayur
2. Faktor Manusia i. Melakukan aktivitas fisik
- Usia setiap hari
- Jenis Kelamin j. Tidak merokok di dalam
- Pemberian ASI rumah
3. Faktor Lingkungan

Kejadian ISPA

Sumber : Notoatmodjo, 2010; Saryono & Anggraeni, 2013 ; Marni, 2014 ; Gunawan, 2010 ;
Maryunani, 2011

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Bagan 2.2
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

PHBS Kejadian ISPA

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan atau

dalil sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada Hubungan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan

kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan

Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019

Ho : Tidak Ada Hubungan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan

kejadian Pada Balita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan

Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara agar penelitian dapat dilakukan dengan

efektif dan efisien. Desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah studi korelasi (correlation study) dengan menggunakan pendekatan

cross sectional. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu

dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang lain. Untuk

mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut

diusahakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek,

kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan

dilihat apakah ada hubungan antara keduanya (Notoatmodjo, 2014).

B. Variabel penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

(Notoadmodjo, 2014).

Dalam penelitian ini memiliki 2 (dua) Variabel. Variabel Independen dan

Variabel Dependen. Di bawah ini uraian Variabel-variabel dalam penelitian:

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah PHBS

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20
22

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Kejadian ISPA.

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
VARIABEL INDEPENDEN
1. PHBS Perilaku yang - -K M0. Kurang (jika Ordinal
dilakukan uisioner engisi score < mean
seseorang untuk PHBS kuesioner 5,56
selalu (modifikas 1. Baik (jika
memperhatikan i kuisioner score ≥ mean
keberhasihan,ke Adila, 5,56
sehatan dan 2014)
berperilaku
sehat
VARIABEL DEPENDEN
2. Kejadian Radang saluran - -K M0. Ya (jika Ordinal
ISPA pernafasan uisioner engisi didapatkan
bagian atas yang kuesioner nilai >50%)
disebabkan oleh 1. Tidak (jika
infeksi virus didapatkan
maupun riketsia nilai <50%
tanpa disertai (Saryono &
radang parenkim Anggraeni,
paru. 2013).

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek dan subjek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga

dengan anak demam yang berkunjung di Puskesmas Kelumbayan Barat

Kabupaten Tanggamus Tahun 2019

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2014).

Ukuran dari sampel yang akan dijadikan subjek penelitian ditentukan

dengan pendekatan Slovin dengan batas kesalahan yang digunakan dalam

pengambilan sampel sebesar 10% karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu. Adapun rumus yang digunakan yaitu :

Keterangan :

n : Ukuran Sampel

N: Ukuran Populasi

d : Persen Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan, yaitu 0,1.

Berdasarkan rumus diatas, dapat diaplikasikan dengan data

populasi yang telah ditentukan, yaitu :

Hasil perhitungan diatas, maka peneliti memutuskan untuk

mengambil sampel sebanyak 59 orang.

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel menggunakan tekhnik Purposive Sampling adalah

suatu tekhnik penempatan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2013). Agar karakteristik sampel tidak

menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan

sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan kritaria eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

1) Keluarga dengan balita yang beralamatkan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelumbayan Barat

2) Pasien balita yang pernah berobat sebelumnya minimal sekali di

Wilayah Puskesmas Kelumbayan Barat

3) Keluarga dengan balita yang bisa membaca dan menulis

4) Keluarga dengan balita yang bersedia menjadi responden

5) Keluarga dengan balita yang mengalami ISPA

b. Kriteria Eksklusi

1) Keluarga dengan balita yang beralamatkan di luar Wilayah Kerja

Puskesmas Kelumbayan Barat

2) Pasien balita yang belum pernah berobat di Puskesmas

Kelumbayan Barat

3) Keluarga dengan balita yang tidak bisa membaca dan menulis

4) Keluarga dengan balita yang tidak bersedia menjadi responden

5) Keluarga dengan balita tidak mengalami ISPA.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukanya penelitian yaitu di Wilayah Puskesmas Kelumbayan

Barat Kabupaten Tanggamus pada bulan Mei-Juni 2019

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

F. Etika Penelitian

Etika penelitian yaitu hak obyek penelitian dan yang lainnya harus dilindungi

(Nursalam, 2013). Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi : bebas

eksplorasi, kerahasiaan, bebas dari penderita, bebas menolak menjadi responden, dan

perlu surat persetujuan (Informed Consent).

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Penelitian)

Peneliti memberikan lembar persetujuan penelitian kepada setiap responden

yang menjadi subyek penelitian dengan memberikan penjelasan tentang maksud

dan tujuan dari penelitian serta menjelaskan akibat-akibat yang akan terjadi bila

bersedia menjadi subyek penelitian. Pada penelitian ini 63 orang responden

telah menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Pada penelitian ini kerahasiaan identitas subyek sangat diutamakan, sehingga

peneliti sengaja tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Alimul,

2014). Penulis melindungi privasi dan kerahasiaan identitas atau jawaban yang

diberikan. Subyek berhak untuk tidak mencantumkan identitasnya dan berhak

mengetahui kepada siapa saja data tersebut disebarluaskan.

4. Respect for Justice an Inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

subyek penelitiaan memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya (Milton dalam Notoatmodjo,

2014) .

5. Balancing Harm and Benefits (Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang

ditimbulkan)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya dan subyek penelitian pada khususnya. Peneliti

hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak

mengurangi rasa sakit, cidera, stres maupun kematian subyek (Milton dalam

Notoatmodjo, 2014).

G. Instrumen Penelitian

1. Lembar Kuisioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara

memberikan daftar pertanyaan/pernyataan tertulis dengan beberapa

pilihan jawaban kepada responden (Dharma, 2011).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

2. Uji Validitas

Adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Validitas adalah

syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam suatu

pengukuran (Dharma, 2011).

3. Uji Reliabilitas

Adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

hal yang sama dan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2014).

Kriteria pengukuran uji reliabilitas dengan membandingkan nilai r

tabel dengan nilai r hasil (Cronbach Alpha), dan jika Cronbach Alpha

lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel, maka pertanyaan

dinyatakan reliabel.

H. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting untuk

memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang

baik (Arikunto, 2014). Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner

kemudian akan dilakukan tahap pengolahan data sebagai berikut

(Notoadmodjo, 2014)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

1. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan dan perbaikan isian

kuesioner.

2. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pengisian dilakukan

berdasarkan kode yang dkeluargaat.

3. Processing

Setelah semua data uang dkeluargatuhkan terisi dengan benar dan juga

telah melewati pengcodingan serta pemberian skor terhadap item” yang

perlu diberi skor,selanjutnya adalah memproses data yang sudah dientri

dapat dianalisis, pemrosesan dapat dilakukan dengan cara mengentri

data kepaket program computer. Kemudian menghitung atau mencatat

data yang telah terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan

tabel distrkeluargasi frekuensi.

4. Cleaning

Mengecak kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan saat

meng-entry kekomputer.

I. Analisa Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2014). Analisis

univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripsikan karakteristik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

dari setiap variable penelitian. Analisis univariat pada penelitian ini,

yaitu data demografi pasien. Analisis ini menggunakan sistem

komputerisasi.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo,

2010). Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel dependen (kejadian ISPA) dan independen (PHBS) untuk

melihat hubungan dua variabel tersebut. Pada penelitian ini untuk

mengetahui hubungan dari variabel independen dengan dependen

menggunakan uji chi square, dengan menggunakan derajat kepercayaan

95%. Bila nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna.

Kemudian dilakukan perhitungan Odds Ratio (OR), nilai OR merupakan

estimasi resiko terjadinya outcome sebagai pengaruh adanya variabel

independen.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Wilayah Kerja Puskesmas

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Kelumbayan Barat berada

didaerah yang jauh ujung bagian timur dari Kabupaten Tanggamus

berbatasan langsung dengan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung,

dengan jangkauan perjalanan 5-6 jam dari Ibu kota Kabupaten

Tanggamus. Tepatnya di Pekon Lengkukai Kecamatan Kelumbayan Barat

Kabupaten Tanggamus. UPTPuskesmas Kelumbayan Barat tepatnya

terletak pada koordinat S 05 39 635 dan E 105 03 054.

UPTPuskesmas Kelumbayan Barat wilayahnya meliputi 6 (enam) Pekon

yang memiliki luas wilayah 53, 67 Km persegi atau 34, 82 Mil persegi,

yaitu :

1. Batu patah

2. Sidoharjo

3. Lengkukai

4. Purwosari

5. Merbau

6. Margamulya

29
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
31

UPTPuskesmas Kelumbayan Barat dengan batas wilayah kerja sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Bunut

Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran

b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas

Kelumbayan Kec. Kelumbayan Kabupaten Tanggamus

c. Sebelah Timur, berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas

Kelumbayan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus

d. Sebelah Barat, berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas Putih

Doh Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus

Untuk membantu pelaksanaan operasional dan untuk memperluas

jangkauan kegiatanya UPTPuskesmas Kelumbayan Barat mempunyai dua

unit puskesmas pembantu (Pustu) yaitu Pustu Batu Patah di Pekon Batu

Patah dan Pustu Merbau di Pekon Merbau

2. Pemerintahan

UPT Puskesmas Kelumbayan Barat merupakan suatu organisai unit kerja

di bawah naungan Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus, yang

didirikan pada tahun 2009 dan mulai beroperasi pada bulan Februari 2010

di dusun Rejosari Pekon Lengkukai.

Pada awalnya Puskesmas Kelumbayan Barat merupakan Puskesmas

Rawat jalan, tetapi dikarenakan ada aspirasi dari masyarakat dengan alasan

jangkauan pelayanan kesehatan yang sangat jauh maka melalui

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

musrembang Kecamatan Kelumbayan Barat pada tahun 2015 diusulkan

untuk menjadi Puskesmas Rawat inap. Pada tahun 2016 usulan tersebuat

terealisasi dengan dibangunnya gedung Puskesmas Rawat Inap ditempat

yang baru di dekat Pasar Jati Ringin Pekon Lengkukai Kecamatan

Kelumbayan Barat. Pindahnya bangunan Puskesmas di tempat yang baru

dikarenakan ditempat yang lama, lahan yang akan digunakan untuk

pembangunan Puskesmas rawat inap tidak memenuhi syarat. Selain secara

luas tidak memenuhi syarat, letak lahan di daerah dengan kemiringan lebih

dari 45 derajat

Pada tahun 2018 UPT Puskesmas Kelumbayan Barat berubah statusnya

menjadi Puskesmas Rawat Inap dengan nama UPTPuskesmas

Kelumbayan Barat dan mulai beroperasi pada bulan Februari 2018.

UPTPuskesmas Kelumbayan Barat merupakan satu-satunya puskesmas

induk yang ada di wilayah kecamatan Kelumbayan Barat. Kecamatan

Kelumbayan Barat mulai berdiri padatahun 2009, melalui pemekaran

wilayah dari Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus.

3. Geografis

UPT Puskesmas Kelumbayan Barat terdiri atas 6 pekon (desa) dengan

kondisi geografis wilayah kerja UPTPuskesmas Kelumbayan Barat

sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan dengan

jurang yang terjal serta dengan sedikit daerah persawahan yang

mempunyai curah hujan cukup tinggi. Hampir semua Pekon memiliki

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

daerah-daerah dengan jangkauan sulit terutama pada musim penghujan.

Dengan keadaan jalan yang hanya dapat dijangkau menggunakan

kendaraan roda dua. Jarak terjauh dari wilayah pekon ke Puskesmas adalah

7 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dalam waktu 1,5 – 2 jam.

4. Geologi

Secara umum keadaan tanah di wilayah Kelumbayan Barat merupakan

tanah berbukit dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 450. Tanahnya

subur, hal ini dibuktikan dengan banyaknya areal perkebunan

coklat/cacao. Selain itu terdapat pula daerah berupa tanah merah yang sulit

dilalui dengan kendaraan saat musim penghujan.

5. Topografi

Meskipun secara umum wilayah Kelumbayan Barat pada umumnya

berbukit, tetapi pada umumnya sudah terdapat jalan yang diaspal dari Kota

kecamatan menuju Pekon-pekon yang ada, sehingga mampu dijangkau

menggunakan kendaraan roda 4. Namun masih ada juga dusun-dusun kecil

yang hanya mampu dijangkau dengan kendaraan roda 2, jika pada musim

penghujan sangat sukar dilalui kendaraan.Waktu tempuh perjalanan dari

wilayah terjauh ke UPTPuskesmas Kelumbayan Barat sekitar+ 1 jam,

sedangkan waktu tempuh dari UPT Puskesmas Kelumbayan Barat ke

Dinas Kesehatan / Kota Agung adalah 4 jam

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

6. Hidrologi

Di wilayah UPTPuskesmas Kelumbayan Barat terdapat beberapa sungai

yang mengalir membelah wilayah pemukiman penduduk, yang paling

besar adalah sungai Ciumbar yang mengalir dari Pekon Sidoharjo sampai

Pekon Margamulya. Banyak penduduk desa yang menggunakan air sungai

untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci.

Sedangkan untuk keperluan masak dan minum masyarakat menggunakan

berbagai macam sarana. Untuk mata air pegunungan yang dialirkan

menggunakan selang menuju rumah-rumah terdapat 1.272 sarana.

Masyarakat yang menggunakan air sumur gali sebanyak 508 sarana dan

sumur bor 13 sarana.

7. Sumber Daya Alam

Sebagian besar masyarakat Kelumbayan Barat menggantungkan hidupnya

pada sector pertanian dengan memanfaatkan lahan yang ada menjadi

perkebunan Kakao, pisang sedikit kopi dan lada. Terdapat pula

perkebunan dengan tanaman yang berbuah tahunan seperti durian, duku,

cengkeh dan sedikit pala.

Di wilayah Kelumbayan Barat terdapat pula tambang emas tetapi

pengaruhnya tidak begitu besar kepada penduduk sekitar dikarenakan

lebih banyak pekerja yang datang dari luar daerah dibandingkan pekerja

dari masyarakat sekitar.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

8. Demografi

Demografi merupakan data kependudukan. Jumlah penduduk sebagai

sasaran kerja di UPTD Puskesmas Kelumbayan Barat pada tahun 2018

menurut BPS adalah 15.621 jiwa.

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Balita
UPT Puskesmas Kelumbayan Barat Tahun 2018

PENDUDUK
NO PEKON
L P JUMLAH
1 LENGKUKAI 160 245 405
2 PURWOSARI 100 118 218
3 MERBAU 87 43 130
4 MARGAMULYA 56 63 119
5 SIDOHARJO 50 70 120
6 BATU PATAH 55 81 136
Jumlah 508 620 1.128

Berdasarkana jumlah balita di UPT Puskesmas Kelumbayan Barat, bahwa

ada 1.128 jumlah balita diantaranya 620 berjenis kelamin perempuan dan

sebanyak 508 berjenis kelamin laki-laki.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas


Kelumbayan Barat Tahun 2019

Tabel 4.2
Karakteristik Responden di Puskesmas Kelumbayan Barat
Tahun 2019

No Karakteristik Frekuensi Presentase


1 Usia
< 20 Tahun 11 18,6
20-30Tahun 23 39,0
30-40 Tahun 25 42,4
Total 59 100
2 Pendidikan
Lulus SD 19 32,2
Lulus SMP 20 33,9
Lulus SMA 14 23,7
Perguruan Tinggi 4 6,7
Total 59 100
3 Pekerjaan
Tidak Bekerja 19 33,4
Wiraswasta 6 10,4
Buruh 11 18,4
Petani 20 35,8
PNS 3 2
Total 59 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan usia terbanyak adalah kategori usia 30-40 tahun yaitu 25

orang (42,4%), usia 20-30 teahun sebanyak 23 orang (39,0%) dan

usia < 20 tahun sebanyak 11 orang (18,6%). Berdasarkan pendidikan

sebagian besar adalah lulusan SMP yaitu 20 orang (33,9%), lulusan

SMA sebanyak 14 orang (23,7%), perguruan tinggi sebanyak 4

orang (6,7%) dan 19 orang (32,2%) lulusan SD. Sedangkan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai

petani yaitu 20 orang (33,9%), 3 orang (2%) bekerja sebagai PNS,

11 orang (18,6%) sebagai buruh, 6 orang (10,2%) bekerja sebagai

wiraswasta dan sebanyak 19 orang (32,2%) tidak bekerja.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PHBS

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat

PHBS Frekuensi %
Kurang 31 52,5
Baik 28 47,5
Total 59 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa ada 31 orang (53,5%)

perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori kurang dan sebanyak

28 orang (47,5%) perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori

baik.

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA di


Puskesmas Kelumbayan Barat Tahun 2019

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA di Puskesmas
Kelumbayan Barat Tahun 2019

Kejadian ISPA Frekuensi %


Ya 33 55,9
Tidak 26 44,1
Total 59 100

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebanyak 33 balita (55,9%)

mengalami ISPA dan sebanyak 26 balita (44,1%) tidak mengalami

ISPA.

2. Analisa Bivariat

Tabel 4.4
Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian ISPA Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019

Kejadian ISPA P-
Total
PHBS Ya Tidak Valu OR
N % N % N % e
Kurang 25 42,4 6 10,2 31 52,5
0,000 10,417
Baik 8 13,6 20 33,9 28 47,5
Total 33 55,9 26 44,1 59 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 31 orang perilaku hidup

bersih dan sehat dalam kategori kurang ada 25 balita (42,4%)

mengalami ISPA dan sebanyak 6 balita (10,2%) tidak mengalami ISPA.

Sedangkan dari 28 orang perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori

baik ada 8 balita (13,6%) mengalami ISPA dan ada 20 balita (33,9%)

tidak mengalami kejadian ISPA. Hasil uji statistik menggunakan uji chi

square ditemukan nilai p-value 0,000 dan < nilai α 0,05, maka dapat

disimpulkan ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan

kejadian ISPA di UPT Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus tahun

2019. Hasil penelitian ditemukan pula nilai odd ratio (OR = 10,417)

yang memiliki makna bahwa responden dengan PHBS kurang memiliki

10,417 kali lebih berkesempatan untuk mengalami ISPA dibandingkan

dengan responden dengan PHBS baik.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

C. Pembahasan

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Berdasarkan hasil analisis penelitian diketahui bahwa sebagian besar

perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori kurang yaitu sebanyak

31 orang (53,5%). Hal ini disebabkan karena masih kurangnya

kepedulian dan pengetahuan masyarakat sekitar akan hidup bersih

terhadap diri sendiri atau anggota keluarga.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka

jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan

pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan

masyarakat (enpowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu

masyarakat mengenali dan mengetahui masalah sendiri, dalam tatanan

rumah tangga, agar dapat menerapkan cara cara hidup sehat dalam

rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan

(Notoadmojo, 2014).

Dalam penelitian Jariston (2013) yang menyatakan bahwa ada 55%

responden perilaku hidup bersih dan sehat kurang baik, hal ini dikarena

pengetahuan yang rendah. Penelitian ini mengatakan bahwa

pengetahuan merupakan faktor pemudah (predisposising factor) untuk

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

terlaksananya perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan

demikian faktor ini menjadi pemicu terhadap perilaku yang menjadi

dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan,

kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.

Menurut Sari S. (2006) (dalam penelitian Jariston, 2013), ada keeratan

hubungan antara pengetahuan dalam upaya memperbaiki perilaku.

Dengan demikian meningkatkan pengetahuan akan memberi hasil yang

cukup berarti untuk memperbaiki perilaku. Selain itu pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku, dan

perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti berasumsi bahwa Kondisi

sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat

menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah

tangga, karena perilaku hidup bersih sehat adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran individu, semua anggota

keluarga atau masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat

menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

kesehatan di masyarakat.

2. Kejadian ISPA

Berdasarkan hasil analisis penelitian diketahui bahwa sebagian besar

balita mengalami ISPA yaitu sebanyak 33 balita (55,9%). Hal ini

dikarenakan kurang baiknya perilaku hidup bersih dan sehat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Jamil & Kirmantoro, 2012)

tentang “hubungan PHBS rumah tangga dengan kejadian ISPA balita di

wilayah kerja puskesmas temon II Kulon Progo didapakan tingkat

tidak kejadian ISPA sebanyak 41 responden (67,2%).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang

diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections

(ARI) yaitu penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau

lebih dari saluran pernapasan, mulai dari hidung (saluran atas)

hingga alveoli (saluran bawah) beserta organ adneksanya seperti

sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura, penyakit ini dapat

menyerah pada balita (Hartono dan Rahmawati, 2012).

Penyakit ISPA dapat menyerang pada balita dimana Menurut Depkes

RI (2016) usia balita adalah kelompok yang paling rentan dengan

infeksi saluran pernapasan. Faktor penyebab terjadinya ISPA

diantaranya adalah pengetahuan, jenis lantai dan keberadaan anggota

keluarga yang merokok.

Pada saat dilakukan penelitian dan peneliti mengevaluasi balita yang

mengalami kejadian ISPA banyak sebagian keluarga yang pernah

mengalami penyakit infeksi saluran pernafasan akut itu dipengaruhi

oleh paparan asap rokok di dalam rumah, seperti yang kita ketahui

dalam asap rokok mengandung banyak sekali bahan kimia yang sangat

berbahaya terhadap kesehatan misalnya nikotin karbon dan lain-lain,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

hal itu sangat berpengaruh bagi kesehatan kita terutama terhadap

saluran pernafasan kita, apalagi sampai terhirup oleh anak balita yang

masih belum kuat ketahanan tubuhnya maka akan sangat berpengaruh

akan kesehatanya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa peran

aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting

karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di

dalam masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian

serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita,

sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat

dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini

ketika anaknya sakit.

3. Hubungan PHBS Dengan Kejadian ISPA

Berdasakarn hasil analisi penelitian diketahui bahwa ada hubungan

perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian ISPA di UPT

Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus tahun 2019 dengan nilai p-

value = 0,000. Hasil penelitian ini menemukan nilai odd ratio (OR =

10,417) yang memiliki makna bahwa responden dengan PHBS kurang

baik memiliki 10,417 kali lebih berkesempatan untuk mengalami ISPA

dibandingkan dengan responden dengan PHBS baik.

Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanto (2018)

dengan judul hubungan perilaku PHBS rumah tangga dengan kejadian

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

ISPA padabalita di Desa Tanjungrejo Kabupaten Kudus. Berdasarkan

analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square maka didapatkan

hasil p value adalah 0,002, yang artinya p value< a (0.002< 0.05) maka

Ho ditolak dan Ha di terima, sehingga dapat dikatakan “ada hubungan

perilaku PHBS Rumah Tangga dengan kejadian ISPA pada balita di

Desa Tanjung Rejo”

Penelitian serupa lainnya juga diteliti oleh Sutrisna (2016) dengan hasil

penelitian terdapat hubungan antara PHBS dengan kejadian ISPA di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Rajagaluh Kabupaten Majalengka,

sehingga hipotesis penelitian terbukti dengan nilai p value 0,000 (p

<0,05)

PHBS adalah salah satu modal utama untuk mencegah terjadinya

penyakit ISPA. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sangat dipengaruhi

oleh Budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan demikian

makin tinggi pendidikan dan pengetahuan dari masyarakat akan

berpengaruh baik terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga

kesehatan agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya

memperhatikan rumah sehat dan lingkungan yang sehat (Depkes RI,

2013).

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup

keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan

seluruh anggota keluarga terlebih pada bayi, balita dan anak. Keluarga

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari maka

setiap rumah tangga akan meningkat kesehatannya dan tidak mudah

sakit. Kondisi sehat yang dicapai dengan mengubah perilaku dari yang

tidak sehat menjadi sehat dan senantiasa menciptakan lingkungan yang

sehat di rumah tangga, dalam penanganan penyakit Ispa pada balita

dalam hal ini adalah praktek dalam keluarga baik yang dilakukan oleh

ibu atau anggota keluarga lainnya. Perilaku hidup bersih dan sehat

merupakan modal utama dalam penanganan penyakit ISPA pada balita.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan berkumpul

tinggal dalam satu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung

dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga

mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga lainnya (Maryunani, 2010). ISPA dapat ditangani

dengan mengatur pola makan balita, menciptakan lingkungan yang

nyaman dan menghindari faktor pencetus (Andarmoyo, 2012).

Menurut peneliti perilaku hidup bersih dan sehat ini sangat

berpengaruh akan terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan akut

terutamanya terhadap balita, karena perilaku hidup bersih dan sehat

dalam tatanan rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat yang

rendah pada keluarga menyebabkan mudahnya agen infeksi pada

keluarga terutama pada balita. Balita sangat rentan terserang berbagai

penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara PHBS dengan

kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Kelumbayan Barat Tahun

2019dapat disimpulkan bahwa :

1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden berdasarkan usia

terbanyak adalah kategori usia 20-30 tahun dan responden berdasarkan

pendidikan sebagian besar adalah lulusan SMP. Sedangkan berdasarkan

pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai petani.

2. Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten

Tanggamus tahun 2019, sebagian besar responden dengan perilaku hidup

bersih dan sehat yang kurang baik yaitu 31 orang (52,5%).

3. Distribusi frekuensi kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2019,

sebagian besar responden yang mengalami kejadian ISPA.

4. Ada hubungan yang bermakna antara PHBS dengan kejadian ISPA pada

Balita di Puskesmas Kelumbayan Barat dengan nilai p-value 0,000

(<0,05).

44
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
46

B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu:

1. Bagi keluarga

Keluarga diharapkan melaksanakan dan menerapkan PHBS di tingkat

rumah tangga sehingga kejadian penyakit ISPA pada anak dapat dicegah.

2. Bagi Tempat Penelitian

Pengetahuan dan sikap merupakan hal yang sangat penting dalam

pembentukan perilaku kesehatan. Menyadari hal tersebut maka

peningkatan pengetahuan orang tua tentang pencegahan penyakit ISPA

sangat diperlukan melalui penyuluhan dan konseling dari petugas

kesehatan.

3. Bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Agar menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan pendidikan

kesehatan anak dan penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh

mahasiswa keperawatan

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang menyebabkan

kejadian penyakit ISPA pada balita dengan menggunakan refrensi hasil

penelitian ini.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

Frequencies

Statistics

Kategori_Usia Pendidikan Pekerjaan PHBS Kejadian_ISPA

N Valid 59 59 59 59 59

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Kategori_Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 20 tahun 11 18.6 18.6 18.6

20 – 30 tahun 23 39.0 39.0 57.6

31 – 40 tahun 25 42.4 42.4 100.0

Total 59 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 19 32,2 22.0 22.0

SMP 20 33,9 23.7 45.8

SMA 14 23,7 23.7 69.5

PT 4 6,7 30.5 100.0

Total 59 100.0 100.0

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 19 32.2 13.6 13.6

Petani 6 10.2 10.2 23.7

Buruh 11 18.6 18.6 42.4

Wiraswasta 20 33.9 33.9 76.3

PNS 3 5.08 23.7 100.0

Total 59 100.0 100.0

PHBS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 31 52.5 52.5 52.5

Baik 28 47.5 47.5 100.0

Total 59 100.0 100.0

Kejadian_ISPA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 33 55.9 55.9 55.9

Tidak 26 44.1 44.1 100.0

Total 59 100.0 100.0

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


51

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PHBS * Kejadian_ISPA 59 100.0% 0 0.0% 59 100.0%

PHBS * Kejadian_ISPA Crosstabulation

Kejadian_ISPA

Ya Tidak Total

PHBS Kurang Baik Count 25 6 31

Expected Count 17.3 13.7 31.0

% within PHBS 80.6% 19.4% 100.0%

% of Total 42.4% 10.2% 52.5%

Baik Count 8 20 28

Expected Count 15.7 12.3 28.0

% within PHBS 28.6% 71.4% 100.0%

% of Total 13.6% 33.9% 47.5%

Total Count 33 26 59

Expected Count 33.0 26.0 59.0

% within PHBS 55.9% 44.1% 100.0%

% of Total 55.9% 44.1% 100.0%

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


52

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 16.185 1 .000

b
Continuity Correction 14.142 1 .000

Likelihood Ratio 16.994 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.911 1 .000

N of Valid Cases 59

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.34.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Asymptotic
Standardized Approximate
a b
Value Error T

Interval by Pearson's R
.524 .111 4.642
Interval

Ordinal by Spearman
.524 .111 4.642
Ordinal Correlation

N of Valid Cases 59

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


53

Symmetric Measures

Approximate Significance

c
Interval by Interval Pearson's R .000

c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .000

N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PHBS


10.417 3.104 34.962
(Kurang Baik / Baik)

For cohort Kejadian_ISPA =


2.823 1.533 5.197
Ya

For cohort Kejadian_ISPA =


.271 .127 .577
Tidak

N of Valid Cases 59

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai