Anda di halaman 1dari 6

2.

1 PENGERTIAN TRANSPLANTASI ORGAN


Transplantasi Organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik
(pasal 1 butir 5 UUK). Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan
medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien
dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan yang lain
dan hingga saat ini terus berkembang dalam dunia kedokteran. Namun tindakan medis ini tidak
dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medis, yaitu dari
segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini
dalam menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related
Donor / LRD) dan donasi organ jenazah, karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama).
Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai “life saving” sedangkan transplantasi
jaringan dikategorikan sebagai “life enhancing”.Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh
ada tiga pihak yang terkait dengannya, yaitu orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut
donor (pen-donor), sedang yang menerima disebut resipien dan para dokter yang menangani
operasi transplantasi dari pihak donor kepada resipien.

2.2. TUJUAN TRANSPLANTASI ORGAN


Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh atau
organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi.
Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (autotransplantasi), pada orang yang
berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xeno-transplantasi).
Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ
yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu
penyakit.Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu
pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh
dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992).Penjelasan pasal tersebut
menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh merupakan anugerah Tuhan YME sehingga
dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari keuntungan atau komersial.

2.3. KLASIFIKASI TRANSPLANTASI ORGAN


a. Autotransplantasi

1
Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu
sendiri.
b. Homotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
c. Heterotransplantasi
Pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.
d. Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini dilakukan
dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau jaringan lebih
sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts, ekstraksi vena untuk
CABG, dll) Kadang-kadang autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan
kemudian mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk
batang autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi ).
e. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik
anggota genetis yang samaspesies. Sebagian besar jaringan manusia dan organ
transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima,
penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan
berusaha untuk menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi.
f. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang di transplantasikan
dari donor ke penerima yang identik secara genetik (seperti kembar identik ). Isografts
dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara mereka secara anatomi identik
dengan allografts, mereka tidak memicu respon kekebalan.

g. Xenograft dan xenotransplantation


Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah contoh
adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses. Contoh lain
adalah mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi Piscine dari pulau
kecil (yaitu pankreas atau jaringan).
h. Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum donor, biasanya hati, dapat dibagi antara dua
penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak.Ini bukan biasanya sebuah pilihan
yang diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan lebih berhasil.
i. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena kedua
paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis untuk
menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli

2
penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan
transplantasi jantung. (parsudi,2007).

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:


1. Eksplantasi : Usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah
meninggal
2. Implantasi : Usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh
sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi,
yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
2. Adaptasi resipien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ
tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang masih
hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan
kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum
tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati,
ginjal, kornea, pankreas, paru-paru dan sel otak.

2.4. METODE TRANSPLANTASI ORGAN


Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metode-metode
pencangkokan, seperti :
1. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr.
George E. Green.
2. Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Christian
Bernhard, walaupun resipiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
3. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita
Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

2.5. KATEGORI TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH


Transplantasi dapat dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu :

3
a. Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini diperlakukan seleksi yang cermat dan
harus diadakan general check up (pemeriksaan kesehatan yang lengkap dan menyeluruh)
baik terhadap donor, maupun terhadap resipien. Hal ini dilakukan demi untuk
menghindari kegagalan transplantasi.
Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 3 persyaratan:
1. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan
oleh tindakan tersebut atas diri penerima.
2. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor atau
fungsi tubuhnya.
3. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaran dan bebas, dengan mengetahui
resiko yang mungkin terjadi
b. Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma,atau diduga kuat akan
meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat kontrol
dan penunjang kehidupan, misalnya bantuan alat pernafasan khusus.
c. Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh yang akan dicangkokkan
diambil ketika donor sudah meninggal berdasarkan ketentuan medis dan yuridis.

Dalam hal pengambilan organ dari jenazah dikenal ada 2 sistem yang diberlakukan secara
nasional, yaitu :
1) Sistem izin (toestemming system) : Sistem ini menyatakan bahwa transplantasi baru
dapat dilakukan jika ada persetujuan dari donor sebelum pengambilan organ.
Indonesia menganut sistem ini.
2) Sistem tidak berkeberatan (geen bezwaar system) : dalam sistem ini transplantasi
organ dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan dari pihak donor. Tidak adanya
penolakan dari donor, dalam sistem ini, ditafsirkan sebagai ”donor tidak keberatan
dilakukan pengambilan organ”.

2.6 TRANSPLANTASI ORGAN DARI SEGI ETIKA KEPERAWATAN


Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi suatu hal yang
salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan, Pokok etik 4
pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat.Pokok etik tersebut
berbunyi “Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal”. Seorang perawat dalam
menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik,
antara lain :

a. Otonomi (Autonomy)

4
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respect terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri.Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-
hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.Jika dikaitkan dengan
kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah seseorang
melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja
pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
dipertimbangkan secara matang.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Adil terhadap orang lain dan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan
semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan bahaya/cidera
fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi
yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa argumen yang menyatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka

5
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode
etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.

Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam memutuskan
untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan yang matang dan tidak ada
paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak merugikan pihak
manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-nilai dalam
praktek perawat professional.Sebagai contoh nilai tersebut adalah, keyakinan bahwa setiap
individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam
praktiknya, niscaya seorang perawat tidak akan mudah membantu melaksanakan praktek
transplantasi organ hanya dengan motivasi komersiil.

Anda mungkin juga menyukai