Anda di halaman 1dari 8

Muhammad Fadill Akbar

04011281621080
Alpha 2016
Analisis Masalah

1b. Apa saja tugas dan tanggungjawab seorang kepala puskesmas?

- Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan Puskesmas.


- Memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Puskesmas.
- Membina kerjasama karyawan/karyawati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
- Melakukan pengawasan melekat bagi seluruh pelaksanaan kegiatan program dan
pengelolaan keuangan.
- Mengadakan koordinasi dengan Kepala Kecamatan dan Lintas Sektoral dalam upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
- Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan masyarakat dalam rangka peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
- Menyususn perencanaan kegiatan Puskesmas dengan dibantu oleh staf Puskesmas.
- Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas.
- Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Kota, baik berupa laporan
rutin maupun khusus.
- Membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan (QA).
- Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas induk, Pustu, Pos
Puskesling, Polindes, Posyandu dan di Masyarakat.
2b. Bagaimana cara membuat agar pabrik pengolahan kayu menjadi ramah
lingkungan (working)?

1. Source  pabrik diisolasi untuk menghindari penyebaran debu pabrik, mengubah alat
pemotong kayu yang lebih ramah lingkungan.
2. Distance  jarak antara pabrik dengan lingkungan tidak terlalu dekat.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016

3b. Apa saja peran petugas dinkesprov pada kasus ini?

1. Melakukan perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan


pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan keseahatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan.
2. Melakukan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan keseahatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan.
3. Melakukan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat
kesehatan dan perbekalan keseahatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya
kesehatan.
4. Melakukan pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya., dan
5. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh kepala daerah terkait dengan bidang
kesehatan.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
PENCEMARAN UDARA AMBIEN

Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya;
Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif
cemaran udara terhadap lingkungan.

Kualitas Udara Ambien ditentukan oleh :


1. Kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran
2. Proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosferBak mutu kualitas
udara lingkungan/ambien ditetapkan untuk cemaran: O3 (ozon), CO, Nox, SO2,
hidrokarbon non metana dan partikulat.

Baku Mutu Primer


Untuk melindungi pada batas keamanan yang mencukupi (adequate margin safety)
kesehatan masyarakat dimana secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian
masyarakat (15-20%) yang rentan terhadap pencemaran udara.

Baku Mutu Sekunder


Untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material, tumbuhan, hewan, dll) dari setiap
efek negatif pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat diantisipasi.

Baku Mutu Udara Ambien Indonesia


Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
Parameter Waktu Baku Mutu Metoda Analisis
Pengukuran
SO2 24 jam 260 g/m3 Para-rosanilin
(0,10 ppm)
CO 8 jam 2260 g/m3 Non Dispersive
(20 ppm) Infrared (NDIR)
NOx 24 jam 92,5 g/m3 Saltzman
(0,05 ppm)
Oksidan 1 jam 200 g/m3 Chemilumi
(0,10 ppm) - nescent
Debu 24 jam 0,26 g/m3 Gravimetri

Timah hitam 24 jam 0,06 g/m3 Gravimetrik Absorbsi Atom

Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu emisi,
berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku mutu dan adanya proses
transportasi, konversi dan penghilangan cemaran maka kualitas udara ambien tidak akan
melampaui baku mutunya.
Contoh: baku mutu emisi untuk pembangkit daya uap dengan bahan bakar batu bara

Parameter Batas Maksimum (mg/m3)


Partikulat 300
total SO2 1500
NO 1700

PREDIKSI PENCEMARAN UDARA

Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh sumber alami sukar diketahui besarnya,
walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara dari
aktivitas ini.

Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan
banyaknya, terlebih jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya
aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan yang digunakan dalam proses maupun pasca
prosesnya.

Faktor Emisi

Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar sejumlah tertentu gas
hasil pembakarannya.

Misalnya, batu bara (C), jika dibakar sempurna dengan O2 (oksigen) akan dihasilkan CO2
(karbon dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, setiap batu bara yang
dibakar dihasilkan pula produk lain selain CO2, yaitu CO (karbon monoksida), HCHO
(aldehida), CH4 (metana), NO2 (nitrogen dioksida), SO2 (sulfur dioksida) maupun abu.
Produk hasil pembakaran selain CO2 disebut sebagai pollutan (zat pencemar)

Faktor emisi didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilkan oleh
terbakarnya sejumlah tertentu bahan bakar selama kurun waktu tertentu.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016

Jika faktor emisi suatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses
pembakaran dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu.

Faktor emisi berbagai jenis bahan bakar diperoleh atas hasil pengukuran berulang- ulang
pada berbagai sumber emisi dengan tipe sistem yang sama. Oleh karena itu walaupun
bahan bakarnya sama, jika tipe sistemnya berbeda, maka emisi polutannya akan berbeda
besarnya.

Beberapa Faktor Emisi (FE) berbagai bahan bakar maupun berbagai tipe sistem yang
digunakan, disajikan pada tabel dibawah ini:

Faktor Emisi Polutan Pada Pembakaran Batubara (lb/ton coal)


Polutan Power Plant Industri RT/Kantor
Aldehid (HCHO) 0,005 0,005 0,005
CO 0,5 3 50
CH4 0,2 1 10
NO2 20 20 8
SO2 38S 38S 38S
Partikulat 16A 16A 16A
Sumber : Perkins, 1974

Keterangan :
S = % sulfur dalam batu bara
A = % abu dalam batu bara

Jika kadar abu 10% dan sulfur 0,8%, maka emisi masing-masing :
Partikulat = 16A = 16 x 10 lb/ton batubara
SO2 = 38S = 38 x 0,8 lb/ton batubara

Faktor Emisi Polutan Pada Pembakaran Gas Alam (lb/106 NG)


Polutan Power Plant Industri RT/Kantor
Aldehid (HCHO) 1 2 N
CO N 0,4 0,4
CH4 N N N
NO2 390 214 116
SO2 0,4 0,4 0,4
Partikulat 15 18 19
Sumber : Perkins, 1974

Faktor Emisi Polutan Pada Pembakaran Fuel Oil (lb/103 gallon FO)
Polutan Power Plant Industri RT/Kantor
Aldehid (HCHO) 0,6 2 2
CO 0,04 2 2
HC 3,2 2 3
NO2 104 72 72
SO2 157S 157S 157S
SO3 2,4S 2S 2S
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
Partikulat 10 23 8
Sumber : Perkins, 1974

PENDAHULUAN
Dalam Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa ketentuan mengenai baku mutu
lingkungan hidup diatur dengan Peraturan Pemerintah. Untuk memenuhi amanat Undang-
undang Nomor 32 tahun 2009 tersebut, Pemerintah telah menetapkan baku mutu udara
ambien sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (selanjutnya disebut PP. No. 41 Tahun 1999). Baku mutu
udara ambien nasional diatur dalam Pasal 4, sedangkan baku mutu udara ambien daerah
ditetapkan oleh gubernur sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 PP. No. 41 Tahun 1999.

Baku mutu udara ambien (selajutnya disingkat BMUA) merupakan ukuran batas atau kadar
zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. BMUA nasional ditetapkan sebagai batas
maksimum kualitas udara ambien nasional yang diperbolehkan untuk di semua kawasan di
seluruh Indonesia. Arah dan tujuan dari penetapan baku mutu udara ambien nasional adalah
untuk mencegah pencemaran udara dalam rangka pengendalian pencemaran udara nasional.
Penetapan angka BMUA bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia termasuk kesehatan
terhadap populasi yang sensitif seperti penderita asthma, anak balita dan kelompok orang
lanjut usia. Dengan fokus utama pada kesehatan manusia, maka nilai ambang batas perlu
ditetapkan berdasarkan informasi dari studi hubungan dosis-response, yang menghubungkan
penyakit dengan level pajanan/konsentrasi pencemar pada periode waktu yang sama.

Walaupun kesehatan manusia merupakan fokus utama dari penetapan BMUA, pencemaran
udara juga dapat menimbulkan dampak merugikan terhadap lingkungan dan ekosistem yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Pedoman ini bertujuan untuk
memberikan acuan bagi gubernur dalam menetapkan BMUA daerah.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
PROSEDUR PENYUSUNAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

BMUA daerah ditetapkan dengan ketentuan sama dengan atau lebih ketat dari BMUA
nasional serta berdasarkan pertimbangan status mutu udara ambien di daerah yang
bersangkutan. Dalam Pasal 5 PP. No. 41 Tahun 1999 dinyatakan bahwa daerah dapat
menetapkan BMUA daerah berdasarkan status mutu udara ambien di daerah yang
bersangkutan melalui keputusan gubernur. BMUA daerah ditetapkan sebagai batas
maksimum kualitas udara ambien daerah yang diperbolehkan dan berlaku diseluruh wilayah
udara di atas batas administrasi daerah, dengan ketentuan sama dengan atau lebih ketat dari
baku mutu udara ambien nasional. Tabel di bawah ini menunjukkan BMUA sebagaimana
tercantum dalam Lampiran PP. No. 41 Tahun 1999.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
SDM  UU NI 74 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS

Anda mungkin juga menyukai