04011281621080
Alpha 2016
Analisis Masalah
1. Source pabrik diisolasi untuk menghindari penyebaran debu pabrik, mengubah alat
pemotong kayu yang lebih ramah lingkungan.
2. Distance jarak antara pabrik dengan lingkungan tidak terlalu dekat.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya;
Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif
cemaran udara terhadap lingkungan.
Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu emisi,
berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku mutu dan adanya proses
transportasi, konversi dan penghilangan cemaran maka kualitas udara ambien tidak akan
melampaui baku mutunya.
Contoh: baku mutu emisi untuk pembangkit daya uap dengan bahan bakar batu bara
Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh sumber alami sukar diketahui besarnya,
walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara dari
aktivitas ini.
Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan
banyaknya, terlebih jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya
aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan yang digunakan dalam proses maupun pasca
prosesnya.
Faktor Emisi
Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar sejumlah tertentu gas
hasil pembakarannya.
Misalnya, batu bara (C), jika dibakar sempurna dengan O2 (oksigen) akan dihasilkan CO2
(karbon dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, setiap batu bara yang
dibakar dihasilkan pula produk lain selain CO2, yaitu CO (karbon monoksida), HCHO
(aldehida), CH4 (metana), NO2 (nitrogen dioksida), SO2 (sulfur dioksida) maupun abu.
Produk hasil pembakaran selain CO2 disebut sebagai pollutan (zat pencemar)
Faktor emisi didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilkan oleh
terbakarnya sejumlah tertentu bahan bakar selama kurun waktu tertentu.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
Jika faktor emisi suatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses
pembakaran dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu.
Faktor emisi berbagai jenis bahan bakar diperoleh atas hasil pengukuran berulang- ulang
pada berbagai sumber emisi dengan tipe sistem yang sama. Oleh karena itu walaupun
bahan bakarnya sama, jika tipe sistemnya berbeda, maka emisi polutannya akan berbeda
besarnya.
Beberapa Faktor Emisi (FE) berbagai bahan bakar maupun berbagai tipe sistem yang
digunakan, disajikan pada tabel dibawah ini:
Keterangan :
S = % sulfur dalam batu bara
A = % abu dalam batu bara
Jika kadar abu 10% dan sulfur 0,8%, maka emisi masing-masing :
Partikulat = 16A = 16 x 10 lb/ton batubara
SO2 = 38S = 38 x 0,8 lb/ton batubara
Faktor Emisi Polutan Pada Pembakaran Fuel Oil (lb/103 gallon FO)
Polutan Power Plant Industri RT/Kantor
Aldehid (HCHO) 0,6 2 2
CO 0,04 2 2
HC 3,2 2 3
NO2 104 72 72
SO2 157S 157S 157S
SO3 2,4S 2S 2S
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
Partikulat 10 23 8
Sumber : Perkins, 1974
PENDAHULUAN
Dalam Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa ketentuan mengenai baku mutu
lingkungan hidup diatur dengan Peraturan Pemerintah. Untuk memenuhi amanat Undang-
undang Nomor 32 tahun 2009 tersebut, Pemerintah telah menetapkan baku mutu udara
ambien sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (selanjutnya disebut PP. No. 41 Tahun 1999). Baku mutu
udara ambien nasional diatur dalam Pasal 4, sedangkan baku mutu udara ambien daerah
ditetapkan oleh gubernur sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 PP. No. 41 Tahun 1999.
Baku mutu udara ambien (selajutnya disingkat BMUA) merupakan ukuran batas atau kadar
zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. BMUA nasional ditetapkan sebagai batas
maksimum kualitas udara ambien nasional yang diperbolehkan untuk di semua kawasan di
seluruh Indonesia. Arah dan tujuan dari penetapan baku mutu udara ambien nasional adalah
untuk mencegah pencemaran udara dalam rangka pengendalian pencemaran udara nasional.
Penetapan angka BMUA bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia termasuk kesehatan
terhadap populasi yang sensitif seperti penderita asthma, anak balita dan kelompok orang
lanjut usia. Dengan fokus utama pada kesehatan manusia, maka nilai ambang batas perlu
ditetapkan berdasarkan informasi dari studi hubungan dosis-response, yang menghubungkan
penyakit dengan level pajanan/konsentrasi pencemar pada periode waktu yang sama.
Walaupun kesehatan manusia merupakan fokus utama dari penetapan BMUA, pencemaran
udara juga dapat menimbulkan dampak merugikan terhadap lingkungan dan ekosistem yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Pedoman ini bertujuan untuk
memberikan acuan bagi gubernur dalam menetapkan BMUA daerah.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
PROSEDUR PENYUSUNAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH
BMUA daerah ditetapkan dengan ketentuan sama dengan atau lebih ketat dari BMUA
nasional serta berdasarkan pertimbangan status mutu udara ambien di daerah yang
bersangkutan. Dalam Pasal 5 PP. No. 41 Tahun 1999 dinyatakan bahwa daerah dapat
menetapkan BMUA daerah berdasarkan status mutu udara ambien di daerah yang
bersangkutan melalui keputusan gubernur. BMUA daerah ditetapkan sebagai batas
maksimum kualitas udara ambien daerah yang diperbolehkan dan berlaku diseluruh wilayah
udara di atas batas administrasi daerah, dengan ketentuan sama dengan atau lebih ketat dari
baku mutu udara ambien nasional. Tabel di bawah ini menunjukkan BMUA sebagaimana
tercantum dalam Lampiran PP. No. 41 Tahun 1999.
Muhammad Fadill Akbar
04011281621080
Alpha 2016
SDM UU NI 74 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS