• Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif
• Di Indonesia kejadian cedera kepala setiap tahunnya
mencapai 500.000 kasus.
• 10% meninggal sebelum tiba di RS, 70% mengalami CKR,
10% CKS dan 10% mengalami CKB • 680 kasus pertahun di ZA, +/- 40 % terlambat Rujukan Cedera kepala
trauma mekanik pada kepala yang terjadi
baik secara langsung atau tidak langsung
Gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,
kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun permanent. ▪SCALP ▪Tulang Tengkorak ▪Meningen ▪Duramater ▪Selaput Arakhnoid ▪Piamater ▪Otak ▪Cairan serebrospinalis ▪Tentorium Simple Head Injury Commotio Cerebri Contusio Cerebri Laceratio Cerebri Fracture Basis Cranii Epidural Hematoma Subdural hematoma Subarachnoid hematoma Intraserebral hematoma Memantau keadaan sedini mungkin dan Mencegah cedera sekunder
Memperbaiki keadaan umum
seoptimal mungkin
Membantu penyembuhan sel-sel
yang sakit 1 . Anamnesis Status fungsi vital a. Jalan nafas airway b. Pernafasan breathing c. Nadi dan tekanan darah circulation Selama proses penstabilan kardiopulmoner, dilakukan pemeriksaan umum secara cepat untuk mencari cedera lain. Perhatian khusus diberikan pada: 1. Cedera kepala dan leher 2. Cedera toraks 3. Cedera abdominal 4. Cedera pelvik 5. Cedera tulang belakang 6. Cedera ekstremitas 5. Pemeriksaan Penunjang a. Rontgen Foto Rô tengkorak biasa (AP dan Lateral) umumnya dilakukan pada keadaan : ➢ Defisit neurologik fokal. ➢ Dugaan trauma tembus/fraktur impresi. ➢ Hematoma luas di daerah kepala. b. CT-SCAN ▪ Indikasi CT scanning jelas merupakan prosedur pilihan dalam mengevaluasi pasien cedera kepala dan kemungkinan memperbaiki secara jelas outcome pasien dengan cedera kepala. Penobarbital Head up diberikan dengan dosis awal O2 Terapi (loading) 10 mg/kg Cairan intravena hiperosmoler – dalam 30 menit yang digunakan manitol: 0,25-1 atau 5 mg/kg adalah cairan yang g/KgBB setiap jam untuk 3 hipertonis seperti : pemberian, diikuti NaCl 0,9%, 3%-27%. dosis pemeliharaan 1 mg/kg/jam ▪ Dalam 2 minggu pertama pasien mengalami hipermetabolik, kehilangan kurang lebih 15% berat badan tubuh per minggu. Kejang pasca trauma. Demam dan mengigil Hidrosefalus Spastisitas Agitasi Mood, tingkah laku dan kognitif Sindroma post kontusio Mortalitas pasien dengan peningkatan tekanan Intrakranial > 20 mmHg selama perawatan mencapai 47%, sedangkan TIK di bawah 20 mmhg kematiannya 39%.
17% pasien sakit cedera kepala berat mengalami
gangguan kejang-kejang dalam dua tahun pertama post trauma. Lamanya koma berhubungan signifikan dengan pemulihan amnesia.