Anda di halaman 1dari 14

5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar (Masalah Utama)


1. Pengertian
Kehamilan lewat bulan (serotinus) ialah
kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari
taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama
haid terakhir (HPHT), dimana usia kehamilannya telah
melebihi 42 minggu (>294 hari)) Manuaba, 1998).
Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari
hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele
dengan siklus haid rata-rata 28 hari (WHO dalam
Prawirohardjo, 2009).

2. Etiologi
Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan
serotinus sampai saat ini belum diketahui secara pasti
beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan
serotinus adalah (Wiknjosastro, 1999):
a. Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan
ibu mengingat HPHT, perdarahan selama kehamilan,
siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa
pasca persalinan (Oxorn, 2003).
b. Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang
menandai kasus–kasus kehamilan serotinus dianggap
merupakan hal penting, karena kadar estrogen tidak
cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan
glikofosfolipid didalam membrane janin. Pada jumlah
estrogen yang normal dan uterus meningkat sehingga
kepekaan terhadap oksitosin meningkatkan dan
merangsang kontraksi (wiliams, 1995). Kadar
estrogen tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
6

Cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap


oksitosin berkurang namun factor yang lebih
menentukan adalah belum diproduksinya prostaglandin
yang berpengaruh terhadap terjadinya kontraksi
uterus pada akhir kehamilan.
c. Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada
satu keluarga tertentu (Rustam, 1998).

3. Patofisiologi
Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan
kadar progesteron yang tidak turun pada kehamilan
serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang
sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan
prostaglandin yang berperan terhadap penipisan
serviks dan kontraksi uterus sehingga sering
didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.
Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang
terus berlangsung dan dapat menimbulkan CPD dengan
derajat yang mengakhawatirkan akibatnya persalinan
tidak dapat berlangsung secara normal, maka sering
dijumpai persalinan lama, inersia uteri, distosia bahu
dan perdarahan post partum.
Terhadap janin fungsi plasenta mencapai
puncaknya pada kehamilan 28 minggu kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan kadar estriol kadar
plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin
dengan resiko tiga kali. Akibat dari proses penuaan
plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun
disamping dengan adanya spasme arteri spiralis. Janin
akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan
berat dalam hal ini dapat disebut dismatur. Sirkulasi
7

utero plasenter akan berkuarang 50% menjadi 250


mm/menit.
Pada kasus yang lain biasanya terjadi
insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik secara
anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan
makanan dan oksigen kepada fetus untuk mempertahankan
pertumbuhan dan perkembangan secara norma. Hal ini
dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
Volume cairan amnion akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan
cairan amnion 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh,
serta mempunyai bau yang khas, amis, dan agak manis,
cairan ini mengandung sekitar 98% air. Sisanya terdiri
dari garam organik dan anorganik yaitu rambut lanugo
(rambut halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel
dan forniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi.
Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi
fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus fungsi
plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi
cairan amnion juga akan berkurang. Dengan jumlah
cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40
minggu atau lebih mempunyai hubungan dengan komplikasi
janin. Ini dikaitkan dengan fungsi cairan amnion yaitu
melindungi janin terhadap trauma dari luar,
memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu
janin, meratakan tekanan di dalam uterus pada partus
sehingga serviks membuka, membersihkan jalan lahir
pada permulaan partus kala II. Dengan adanya
oligohidramnion maka tekanan pada uterus tidak
sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali
pusat dan menimbulkan gawat janin. Janin menjadi
stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan
mencemari cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi
aspirasi mekonium yang kental (Wiknjosastro, 1999).
8

4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara
lain:
a. Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam
uterus dan dengan demikian menjadi bayi besar yang
abnormal pada saat lahir, atau bertambah berat
postterm serta berukuran besar menurut usia
gestasionalnya.
b. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan
penurunan jumlah cairan amnion disertai dengan
kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat
janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang
kental.
d. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin
dapat begitu bermusuhan sehingga pertumbuhan janin
yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi
postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan.
Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:
a. Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit
seperti kertas dan kulit kuku dan tali pusat terwarnai
mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.
b. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia
janin, cairan amnion yang bercampur dengan mekonium,
gawat napas waktu lahir dan mekonium mengotori pita
suara.
9

5. Nursing pathway

Kadar progesterone
tidak turun

Kepekaan terhadap
oksitosin berkurang

Tidak terdapat
HIS/HIS buruk

Inpartu lama

Janin semakin Oligohidramnion Penuaan placenta


besar

Partus lama Stress pada Penurunan


janin pasokan makanan
dan oksigen
Resti
perdarahan Pengeluaran mekonium
oleh janin

Pencemaran air
ketuban

Resti aspirasi

Gawat janin Dismatur


10

6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa kehamilan serotinus ditegakkan dengan
megetahui HPHT dengan rumus neagle yaitu dengan
pertambahan tanggal hari pertama haid terakhir yang
normal dan spontan dengan 7 hari kemudian penggurangan 3
bulan penambahan 1 pada tahunnya. Diagnosa penunjang yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa kehamilan serotinus
adalah:
a. Ultrasonografi untuk mengetahui ukuran diameter
biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
b. Pemeriksaan serologi air ketuban yaitu air ketuban
diambil dengan amniosintesis baik transvaginal maupun
transabdominal (air ketuban akan bercampur dengan
lemak dan sel-sel kulit yang dilepas janin setelah
kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban
diperoleh dipulas dengan sulfatbirunil, maka sel-sel
yang mengandung lemak akan berwarna jingga bila:
a. Melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu
b. Melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu
c. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban,
menurut warnanya karena insufiensi plasenta.
d. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung
janin karena insufiensi plasenta.
e. Uji oksitosin (stress test) yaitu induksi oksitosin
dilakukan ketika usia kehamilan 42 minggu lebih dan
selama saat melakukan induksi, frekuensi denyut janin
direkam secara kontinyu. Sepanjang pelanksanaan
induksi persalinan selama 8 jam, tidak terlihat adanya
suatu tanda yang membuktikan penurunan frekuensi
denyut jantung janin, dan frekuensi denyut jantung
janin bertambah cepat dengan gerakan janin; dengan
kata lain, terdapat hasil tes stress kontraksi yang
reaktif dan negative.
11

7. Penatalaksanaan
a. Penalaksanaan pada ibu
1) Pengelolaan persalinan
a) Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu,
pengelolaan tergantung dari derajat kematangan
serviks.

b) Bila serviks matang (Skor Bishop > 5)


 Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada
janin besar, jika janin lebih 4000 gram,
dilakukan SC.
 Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan
KTG dan kehadiran dokter spesialis anak
apalagi bila ditemukan mekonium mutlak
diperlukan.
c) Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita
perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila
kehamilan tidak diakhiri.
 NST dan penilaian kantung amnion. Bila
keduanya normal kehamilan dibiarkan berlanjut
dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2
kali.
 Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada
kantung yang vertikal atau indeks cairan
amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel
pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
 Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak
reaktif, test dengan kontraksi (CST) harus
dilakukan. Hasil CST positif janin perlu
dilahirkan, bila CST negatif kehamilan
dibiarkan berlangsung dan penilaian janin
dilakukan lagi 3 hari kemudian.
12

 Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai


ulang setiap kunjungan pasien, dan kehamilan
harus diakhiri bila serviks matang.
d) Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan
komplikasi seperti DM, preeklamsi, PJT,
kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang
keadaan serviks. Tentu saja kehamilan dengan
resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati
kehamilan lewat waktu.
2) Pengelolaan intrapartum
a) Pasien tidur miring sebelah kiri
b) Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin
berikan oksigen bila ditemukan keadaan jantung
yang abnormal.
c) Perhatikan jalannya persalinan.

b. Penatalaksanaan pada bayi


1) Menangani sindrom aspirasi mekonium
a) Lakukan penghisapan mulutdan luban hidung bayi
sementara kepala berada di perineum dan sebelum
nafas yang pertama dilakukan untuk mencegah
aspirasi mekonium yang berada dalam jalan nafas.
b) Segera setelah bayi kering dan berada dalam
penghangat lakukan intubasi dengan penghisapan
trachea langsung
c) Lakukan fisioterapi dada dengan penghisapan untuk
mengeluarkan mekonium dan secret yang berlebihan.
d) Berikan tambahan oksigen dan dukungan pernafasan
sesuai dengan kebutuhan.
2) Melakukan pengukuran glukosa darah serial
3) Memberi makan lebih awal untuk mencegah
hipoglikemia jika bukan merupakan kontraindikasi
pada status pernafasan.
4) Mempertahankan integritas kulit
13

a) Pertahankan kulit bersih dan kering


b) Hindari penggunaan bedak,cream, lotion
c) Hidari penggunaan plester

8. Komplikasi
a. Anak besar, dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik
b. Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali
pusat, gawat janin sampai bayi meninggal
c. Keluarnya mekonium dapat menyebabkan aspirasi
mekonium.
Masalah yang terjadi pada Ibu, persalinan postmatur
dapat menuebabkan distosia karena kontraksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang,
sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, perdarahan post partum yag
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas.
Masalah yang terjadi pada Bayi, jumlah kematian
janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar
dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin
bervariasi, biantaranya berat janin bertambah, tetap
atau berkurang.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari peroses
keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan
mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi
dari tindakan yang dilaksanakan. Pengkajian dilakukan
secara sistematis, berisikan informasi subyektif dan
obyektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post
meliputi:
14

a. Identitas klien
Data dari klien mmeliputi : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan ,alamat, medikal record dan
lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat
preeklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
2) Riwayan kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu :
kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml),
nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin , dan mual.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau
sedang menderita hipertensi , penyakit jantunng
dan preeklaampsia, penyakit keturunan hemopilia
dan penyakit menular.

c. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lama
siklus, banyaknya, baunya, keluhan waktu haid,
HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin
yang ke berapa, usia mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
a) Riwayat hamil meliputi ; waktu hamil muda,
hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasenta.
15

b) Riwayat persalinan meliputi : tua kehamilan,


cara persalinan, penolong, tempat bersalinan,
apakah ada kesulitan dalam persalinan anak
lahir apa mati, berat badan anak waktu lahir,
panjang waktu lahir,
c) Riwayat nifas meliputi : keadaan lochea,
apakahh ada pendarahan, ASI cukup atau tidak
dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus
uteri dan kontaksi
d) Riwayat kehamilan sekarang
 Hamil muda, keluhan selama hamil muda
 Hamil tua, keluhan selama hamil tua,
peningkatan berat badan, suhu, nadi,
pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
 Riwayat antenatal care meliputi ; dimana
tempat pelayanan, berapa kali, perawatan
serta pengobatan yang didapat
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan,
frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama
dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas
harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayur dan buah-buahan
2) Eliminasi, meliputi pola deffekasi, frekuensi,
jumlah, warna, konsistensi. Adanya perubahan pola
miksi dan defekasi.
3) BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan
miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri
(Rustam Mukhtar, 1995).
4) Istirahat atau tidur meliputi gangguanpola tidur
karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan
yang berlebihan.
16

5) Personal hygiene meliputi ; pola atau frekuensi


mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan
selama di rawat serta perawtan mengganti balutan
atau duk.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kontraksi uterus
b. Resiko terjadinya gawat janin berhubungan dengan
kehamilan lama
c. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama

3. Rencana Tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kontraksi uterus
Tujuan : pengurangan rasa nyeri yang dialami selama
peroses persalinan
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri
Rasional: pengukuran nilai ambang nyeri
2) Jelaskan tentang peroses terjadinya nyeri
Rasional:meningkatkan koping klien dalam menghadapi
nyeri.
3) Atur posisi klien senyaman mungkin dan elusan
pinggang
Rasional: mengurangi erasa nyeri dan memberikan
kenyamanan
4) Anjurkan klien teknik relaksasi nafas dalam
Rasional:mengurangi rasa tidak nyaman, otot-otot
dapat menjadi rileks
5) Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
Rasional: dengan kehadiran keluarga, adalah
dukungan moril dan memberi rasa nyaman bagi klien.
17

b. Resiko terjadinya gawat janin berhubungan dengan


kehamilan lama.
Tujuan: Tidak terjadi gawat janin
Kriteria Hasil: TD : 120/90 mmhg
HIS : 3-4 kali dalam 10 menit
Rencana tindakan
1) Monitor vital sign
Rasional : peningkatan tensi merupakan potensi dari
adanya keselamatan ibu dan janin
2) Monitor kesejahtraan janin manual
Rasional : untuk mengetahui perkembangan janin
3) Kolaborasi monitoring NST
Rasional : ancaman gawat janin dapat diketahui dari
perubahan gambaran.

c. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama dan proses


persalinan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam
diharapkan cemas yang dirasakan ibu berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil :
1) Klien dapat mengontrol kecemasannya
2) Klien siap dalam menghadapi peroses persalinan
Intervensi :
1) Dukungan psikologis dari suami dan keluarga
Rasional : dengan motivasi kepada keluarga dan
suami akan mengurangi kecemasan yang dirasakan ibu
2) Yakinkan ibu bahwa persalinan akan berjalan dengan
lancar dan aman
Rasional : ibu akan merasa lebih tenang
3) Berikan ibu posisi yang nyaman seperti miring kanan
/ miring kiri, jongkok dan terlentang
Rasional : dengan posisi yang nyaman, cemas akan
berkurang dan diharapkan bayi cepat dilahirkan
18

4) Pimpin pasien dalam teknik bernafas dan latihan


relaksasi
Rasional : mengurangi rasa tidak nyaman
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapy
Rasional : pemberian drip oksitosin akan
mempercepat persalinan.

Anda mungkin juga menyukai