BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan
serotinus sampai saat ini belum diketahui secara pasti
beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan
serotinus adalah (Wiknjosastro, 1999):
a. Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan
ibu mengingat HPHT, perdarahan selama kehamilan,
siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa
pasca persalinan (Oxorn, 2003).
b. Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang
menandai kasus–kasus kehamilan serotinus dianggap
merupakan hal penting, karena kadar estrogen tidak
cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan
glikofosfolipid didalam membrane janin. Pada jumlah
estrogen yang normal dan uterus meningkat sehingga
kepekaan terhadap oksitosin meningkatkan dan
merangsang kontraksi (wiliams, 1995). Kadar
estrogen tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
6
3. Patofisiologi
Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan
kadar progesteron yang tidak turun pada kehamilan
serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang
sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan
prostaglandin yang berperan terhadap penipisan
serviks dan kontraksi uterus sehingga sering
didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.
Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang
terus berlangsung dan dapat menimbulkan CPD dengan
derajat yang mengakhawatirkan akibatnya persalinan
tidak dapat berlangsung secara normal, maka sering
dijumpai persalinan lama, inersia uteri, distosia bahu
dan perdarahan post partum.
Terhadap janin fungsi plasenta mencapai
puncaknya pada kehamilan 28 minggu kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan kadar estriol kadar
plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin
dengan resiko tiga kali. Akibat dari proses penuaan
plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun
disamping dengan adanya spasme arteri spiralis. Janin
akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan
berat dalam hal ini dapat disebut dismatur. Sirkulasi
7
4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara
lain:
a. Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam
uterus dan dengan demikian menjadi bayi besar yang
abnormal pada saat lahir, atau bertambah berat
postterm serta berukuran besar menurut usia
gestasionalnya.
b. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan
penurunan jumlah cairan amnion disertai dengan
kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat
janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang
kental.
d. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin
dapat begitu bermusuhan sehingga pertumbuhan janin
yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi
postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan.
Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:
a. Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit
seperti kertas dan kulit kuku dan tali pusat terwarnai
mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.
b. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia
janin, cairan amnion yang bercampur dengan mekonium,
gawat napas waktu lahir dan mekonium mengotori pita
suara.
9
5. Nursing pathway
Kadar progesterone
tidak turun
Kepekaan terhadap
oksitosin berkurang
Tidak terdapat
HIS/HIS buruk
Inpartu lama
Pencemaran air
ketuban
Resti aspirasi
6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa kehamilan serotinus ditegakkan dengan
megetahui HPHT dengan rumus neagle yaitu dengan
pertambahan tanggal hari pertama haid terakhir yang
normal dan spontan dengan 7 hari kemudian penggurangan 3
bulan penambahan 1 pada tahunnya. Diagnosa penunjang yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa kehamilan serotinus
adalah:
a. Ultrasonografi untuk mengetahui ukuran diameter
biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
b. Pemeriksaan serologi air ketuban yaitu air ketuban
diambil dengan amniosintesis baik transvaginal maupun
transabdominal (air ketuban akan bercampur dengan
lemak dan sel-sel kulit yang dilepas janin setelah
kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban
diperoleh dipulas dengan sulfatbirunil, maka sel-sel
yang mengandung lemak akan berwarna jingga bila:
a. Melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu
b. Melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu
c. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban,
menurut warnanya karena insufiensi plasenta.
d. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung
janin karena insufiensi plasenta.
e. Uji oksitosin (stress test) yaitu induksi oksitosin
dilakukan ketika usia kehamilan 42 minggu lebih dan
selama saat melakukan induksi, frekuensi denyut janin
direkam secara kontinyu. Sepanjang pelanksanaan
induksi persalinan selama 8 jam, tidak terlihat adanya
suatu tanda yang membuktikan penurunan frekuensi
denyut jantung janin, dan frekuensi denyut jantung
janin bertambah cepat dengan gerakan janin; dengan
kata lain, terdapat hasil tes stress kontraksi yang
reaktif dan negative.
11
7. Penatalaksanaan
a. Penalaksanaan pada ibu
1) Pengelolaan persalinan
a) Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu,
pengelolaan tergantung dari derajat kematangan
serviks.
8. Komplikasi
a. Anak besar, dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik
b. Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali
pusat, gawat janin sampai bayi meninggal
c. Keluarnya mekonium dapat menyebabkan aspirasi
mekonium.
Masalah yang terjadi pada Ibu, persalinan postmatur
dapat menuebabkan distosia karena kontraksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang,
sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, perdarahan post partum yag
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas.
Masalah yang terjadi pada Bayi, jumlah kematian
janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar
dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin
bervariasi, biantaranya berat janin bertambah, tetap
atau berkurang.
a. Identitas klien
Data dari klien mmeliputi : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan ,alamat, medikal record dan
lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat
preeklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
2) Riwayan kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu :
kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml),
nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin , dan mual.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau
sedang menderita hipertensi , penyakit jantunng
dan preeklaampsia, penyakit keturunan hemopilia
dan penyakit menular.
c. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lama
siklus, banyaknya, baunya, keluhan waktu haid,
HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin
yang ke berapa, usia mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
a) Riwayat hamil meliputi ; waktu hamil muda,
hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasenta.
15
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kontraksi uterus
b. Resiko terjadinya gawat janin berhubungan dengan
kehamilan lama
c. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama
3. Rencana Tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kontraksi uterus
Tujuan : pengurangan rasa nyeri yang dialami selama
peroses persalinan
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri
Rasional: pengukuran nilai ambang nyeri
2) Jelaskan tentang peroses terjadinya nyeri
Rasional:meningkatkan koping klien dalam menghadapi
nyeri.
3) Atur posisi klien senyaman mungkin dan elusan
pinggang
Rasional: mengurangi erasa nyeri dan memberikan
kenyamanan
4) Anjurkan klien teknik relaksasi nafas dalam
Rasional:mengurangi rasa tidak nyaman, otot-otot
dapat menjadi rileks
5) Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
Rasional: dengan kehadiran keluarga, adalah
dukungan moril dan memberi rasa nyaman bagi klien.
17