Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

I DENGAN POST OP TUMOR HIDUNG


DI RUANG BEDAH RSUD BERKAH PANDEGLANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : EKA HARTATI

NIM : P2791319005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI D III KEPERAWATAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor hidung adalah benjolan yang tumbuh di rongga hidung (nasal cavity).
Tumor hidung bisa bersifat jinak atau bisa bersifat kanker.
Tumor hidung yang bersifat non kanker atau jinak umumnya tidak menyebar ke
bagian tubuh lain dan tidak mengancam jiwa. Sebaliknya, tumor hidung yang bersifat
kanker atau disebut juga kanker hidung merupakan pertumbuhan jaringan abnormal
yang bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ada pula beragam kondisi klinis
lainnya yang masih berkaitan dengan tumor hidung, antara lain tumor sinus
paranasal dan sinonasal. Tumor sinus paranasal adalah tumor yang terjadi di rongga
sinus, sementara tumor sinonasal adalah tumor langka yang tumbuh di rongga
hidung dan area sinus.

Gejala Tumor Hidung


Baik tumor hidung non-kanker, tumor hidung ganas (kanker hidung), atau pun tumor
sinonasal, memiliki banyak kesamaan gejala, antara lain:

 Hidung tersumbat dan meler.


 Keluar cairan lendir atau darah dari hidung.
 Sakit kepala.
 Rasa nyeri di sekitar wajah seperti di dahi, hidung, pipi, serta sekitar mata dan
 Pembengkakan di wajah.
 Gangguan penglihatan.
 Sering mimisan.
 Hilangnya indera penciuman atau indera pengecap.
 Nyeri atau mati rasa di wajah atau gigi.
 Kesulitan membuka mulut.
 Nyeri telinga.
 Kesulitan mendengar.

Jenis Tumor Hidung Jinak dan Ganas


Ada beragam jenis tumor yang dapat terjadi di sekitar rongga hidung dan sinus.
Tumor hidung yang bersifat jinak atau non-kanker, antara lain:

 Polip hidung
Polip hidung merupakan pertumbuhan jaringan pada lapisan mukosa hidung atau
pada sinus. Polip hidung dengan ukuran besar bisa menyebabkan hidung tersumbat
atau berair, sakit kepala, kehilangan kemampuan mengecap dan mencium bau.
 Inverted papilloma
Inverted papilloma adalah pertumbuhan sel jinak di lapisan rongga hidung atau sinus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inverted papilloma terkait dengan infeksi human
papillomavirus (HPV). Kendati jenisnya non-kanker, tapi inverted papilloma bisa
berbahaya dan bisa menghancurkan tulang di sekitarnya. Sel tumor juga dapat
tumbuh jauh ke dalam jaringan di dekat sinus, bahkan ke Sebagian kasus inverted
papilloma dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa.
Sedangkan jenis tumor hidung atau sinus yang ganas (kanker), antara lain:

 Karsinoma sel skuamosa.


 Kanker kelenjar liur minor.
 Adenokarsinoma.
 Kanker neuroendokrin.
 Esthesioneuroblastoma.

Tumor ganas lainnya yang dapat terjadi di hidung, namun lebih jarang, yaitu limfoma,
melanoma mukosa, sarkoma jaringan lunak, kanker tulang, karsinoma sel
transisional, karsinoma kistik adenoid, melanoma, neuroblastoma, sarkoma,
plasmacytoma, dan karsinoma metastatik atau sebaran kanker dari organ lain.
Faktor Risiko Tumor Hidung
Kendati sebagian tumor hidung atau kanker hidung tidak memiliki faktor risiko yang
jelas, namun Anda tetap perlu mengenali beberapa faktor umum yang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:

 Paparan debu kayu, debu tekstil, dan debu dari kulit


 Paparan asap rokok atau tembakau.
 Senyawa nikel.
 Pembuatan alkohol isopropil.
 Radium-226.
 Virus Epstein-Barr (EBV).
 Inverted papilloma.
 Human papillomavirus (HPV).
 Paparan formaldehida.
 Kromium.
 Terapi radiasi untuk retinoblastoma.
 Gas

Cara Mendiagnosis Tumor Hidung dan Penanganannya


Tumor hidung dan tumor paranasal dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
fisik, endoskopi, CT scan, dan MRI. Pengobatan untuk tumor hidung dan tumor
paranasal bergantung pada lokasi tumor dan jenis sel apa yang terlibat. Adapun jenis
pengobatannya meliputi:

 Prosedur operasi untuk pengangkatan tumor, bisa berupa operasi terbuka maupun
operasi bedah
 Terapi radiasi menggunakan Rontgen atau terapi proton, untuk membunuh sel
kanker.
 Kemoterapi yang dapat digunakan sebelum atau sesudah operasi. Kemoterapi juga
dapat digunakan bersamaan dengan terapi radiasi. Prosedur ini bertujuan membunuh
sel kanker.

Ada pula pengobatan dengan perawatan paliatif, yakni perawatan medis khusus
yang berfokus pada penanganan nyeri dan gejala penyakit tumor hidung. Waspadai
jika Anda mengalami gejala pilek yang kambuhan dan terjadi dalam jangka panjang,
diikuti sering mimisan, gangguan pada indera penciuman, atau keluhan lain yang
mengganggu
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

3.1 PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : – kelemahan
– kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda : – Takikardia
– Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
c. Integritas Ego
Gejala : – Stress
– Perasaan tidak berdaya
Tanda : – gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
d. Eliminasi
Gejala : – Perubahan pola berkemih
Tanda : – Warna urine mungkin pekat
e. Maknan / cairan
Gejala : – Anoreksia
– Masalah menelan
– Penurunan menelan
Tanda : – Membran mukosa kering
– Turgor kulit jelek
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : – Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.
– Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
– Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral,
obat-obatan.
Tanda : – Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.

3.2 Pathways Keperawatan

Streptococcus hemolitikus tipe A


Virus hemolitikus influenza

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

nyeri saat Respon Pembengka Mulut bau,suara


menelan inflamasi kan tonsil parau

Anoreksia Rangsang sumbatan jalan fungsi tubuh


termoregulasi napas dan cerna
hipotalamus
Intake tidak harga
adekuat suhu tubuh tindakan diri rendah
nyeri cema
tonsilektomi
s
resiko kurang Hipertemi
terputusnya
nutrisi
pembuluh darah

penumpukkan terputusnya keutuhan luka terbuka


sekret jaringan

pendarahan pertahanan tubuh


Resiko tidak
efektif Resiko kekurangan
pemajanan
bersihan volume cairan
mikroorganisme
jalan nafas berhubungan dengan
perdarahan yang
berlebihan resiko infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Pre Operasi
a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
tonsilektomi.

2. Post operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret
b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan
c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka. (Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001)

3.4 Fokus Intervensi dan Rasional


1. Pre Operasi
A. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat
Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
atau dibutuhkan
Intervensi
a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan keefektifan
terapi
b. Auskultasi bunyi usus
R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi
c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi
R : Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak toleransian, memerlukan
perubahan pada kecepatan/tipe formula
d. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan selang yang
sesuai indikasi
R:-
(Doenges,2000)

B. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi


Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang, skala nyeri menurun
Intervensi
a. Monitoring perkembangan nyeri
R : Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan
b. Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi
R : Mengetahui keadaan pasien
c. Berikan tindakan nyaman dan akivitas hiburan
R :Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada
sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan. Dapat menurunkan kebutuhan dosis
analgetik
d. Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan
R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjutan
e. Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri evaluasi efek samping
R : Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program pengobatan
(Doenges,2000)

C. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan suhu tubuh normal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37ºC) tubuh tidak terasa panas, pasin tidak
gelisah
Intervensi
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikan menggigil/diaphoresis
R : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi
R : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
R : Dapat membantu mengurangi demam
d . Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin) asetaminofon
R : Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
meskipun demam mungkin dapatberguna dalam mengatasi pertumbuhan organism dan
meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
(Doenges,2000)

D. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh


Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah
Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada
situasi yang ada 2. Mengidentifikasi persepsi diri negative
Intervensi
a. Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah, jelaskan hubungan
antara gejala dengan asal penyakit
R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh
b. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif, perilaku bersahabat
R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan pasien
untuk memuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.
c. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa, berkunjung atau
berpartisipai pada perawatan
R : Anggota keluarga dapagt merasa bersalah tentang kondisi pasien dan takut
terhadap kematian.
d. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik mengenai penyembuhan fungsi
tubuh ataupun kemandirian pasien
R : Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah dan
ketidakberdayaan dan menimbulakn perasaan adanya perkembangan
e. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontorl atas salah satu bagian
kehidupan
(Doenges,2000)

E. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.


Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas kecemasan.
Intervensi:
a. Kaji sejauh mana kecemasan klien.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi
R : Mengembangkan rasa percaya diri.
c. Identifikasikan tingkat rasa cemas.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
d. Validasi sumber rasa takut.
R : Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik.
e. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi.
R : Mengurangi rasa takut
(Doenges,2000)

2. Post Operasi
A. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
Intervensi
a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di banding
inspirasi
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi, krekel, ronki
R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon terhadap pengumpulan secret
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat akan mencari posisi yang
paling
mudah untuk bernafas
d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan
R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan
(Doenges,2000)

A. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang


berlebihan
Tujuan : berkurangnya volume cairan yang terjadi
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume
cairan dapat terstasi ditandai dengan tanda vital stabil, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
Intervensi
a. Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan
R : Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada tambahan cairan
b. Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil normal pasien/sebelumnya. Ukur TD
dengan posisi duduk atau berbaring serta ukur nadi
R : Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah,
missal nadi diduga 25% penurunan >110
c. Catat respon fisiologi individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat,
berkeringant, takipnea, peningkatan suhu
R : Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat badan atau lamanya episode
perdarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau
tidak adekuatnya penggataian cairan
d. Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan menambah perdarahan
R : Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intraabdomen dan dapat
mencetuskan perdarahan langit
(Doenges,2000)

C.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri
terkontrol
Intervensi
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan
karakter atau lokasi atau intensitas nyeri
R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbulkan komplikasi
b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
1. minum air dingin atau air es
2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras
3. melakukan teknik relaksasi
R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative untuk mengurangi nyeri
dan menghilangkan ketidaknyamanan
c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
d. Pantau tanda vital
R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami
nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat
(Doenges,2000)

D. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi, menunjukkan tehnik atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan
steril
R : Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi

1.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari tiap - tiap masalah di atas adalah:
a. Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami
batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan nyaman.

b. Keseimbangan cairan terpenuhi


Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil

c. Nutrisi tubuh terpenuhi


Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang,
peningkatan berat badan.

d. Suhu tubuh dalam batas normal


Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam batas
normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas
normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.

e. Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkat


Kriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya,
mengetahui penyebab mengalami kecemasan.

f. Pola nafas efektif


Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal, tidak
terjadi batuk
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan penulis berdasarakan beberapa pengertian diatas, tonsilitis merupakan suatu


peradangan pada tonsil yang disebabkan karena bakteri atau virus,prosesnya bisa akut atau
kronis. Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat
tonsil. (Arsyad Soepardi,1995)

Indikasi untuk tonsitektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsitektomi pada saat ini. Terakhir
dapat dicegah bila seorang pasien selalu menjaga personal hygene dan pola makan.
Dengan saya membuat, meneliti atau menggunakan kasus bedah post operasi
Tonsilitis akut pada Tugas Akhir saya. Saya serta anda semua dapat mengerti mengenai tanda,
gejala, ciri-ciri fisik, contoh pasien, dan therapy atau pengobatnya.
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streepfokus
bila hemolitil, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi
virus. Ciri-ciri atau dengan tanda dan gejala : Demam, Tidak enak badan, mual, muntah,
Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, dengan pengobatan / therapi-therapi dari
dokter dan insisi bedah, dapat menyembuhkan tonsillitis

Saran

Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit tonsilitis dan
mengaplikasikan/menerapkan asuhan keperawatan pada pasien tonsilitis dengan baik dan
benar. Semoga perpustakaan lebih melengkapi literatur bacaan.
DAFTAR PUSTAKA

http://health.vic.gov.au/edfactsheets/downloads/tonsilitis.pdf

http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-tonsilitis.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar-5392-2-babiik-
r.pdf

https://sseplyruminding.wordpress.com/2013/06/22/makalah-tonsilitis/

http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-penanganan-radang-amandel-tonsilitis/

LAPORAN KASUS PADA KLIEN TONSILITIS

A. IDENTITAS KLIEN

Nama insial : Tn. I

Umur : 18 Tahun

Jenis kelamin : Laki laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : -

Suku/bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kaduhejo Pandeglang

No.mr : 525803

Ruang rawat : Syifa 2

Tanggal masuk : 13 November 2019


Diagnosa Medik : Tonsilitis

Tindakan : Tonsilektomy

Dr. Operasi : dr. M, Sp THT

Dr. Anastesi : dr. A, Sp An

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. A

Umur : 50 thn

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat : Kaduhejo Pandeglang

C. ALASAN MASUK

Klien mengeluh sakit pada tenggorokan, susah menelan dan demam sejak 3 hari yang lalu . Nafsu
makan klien berkurang. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau minum. Kemudian keluarga
memutuskan untuk membawa klien ke RSU Berkah Pandeglang pada tanggal 12 November. Dan di
anjurkan untuk di operasi

D. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Pre Operatif

Klien sampai ke ruang rawat inap jam 16.00, klien di antar oleh keluarga. Klien mengeluh sakit pada
tenggorokan, susah menelan dan demam sejak 3 hari yang lalu.. Klien tampak cemas saat di lakukan
pengkajian. Klien selalu bertanya tanya apakah operasinya akan terasa sakit, dan klien juga bertanya
apakah operasinya akan meninggalkan bekas luka pada leher nya. Ekspresi klien terlihat meringis dan
senyum senyum. Klien terlihat memegang2 lehernya. Klien di beritahu harus puasa sebelum besok
pagi dilakukan operasi

2. Intra Operatif

Klien masuk ruangan OK jam 09.00, kemudian di pindahkan ke meja operasi dan di monitoring TTV.

Klien di anestesi umum dengan intubasi ETT. Kemudian klien di desinfeksi di daerah mulut dengan

betadine, kemudian di lakukan drapping. Setelah itu di lakukan pemasangan alat pembuka mulut dan

tindakan tonsilektomi di lakukan oleh dokter THT . setelah tonsil di angkat tampak terjadi perdarahan
dari rongga mulut, kemudian darah di suction dan di lakukan pengikatan pembuluh darah pada daerah
yang terbuka. Tonsil yang di angkat diameternya lebih kurang 1 cm. Daerah mulut klien kemudian
dibesihkan dari sisa sisa darah. Kemudian di lakukan extubasi, Klien di atur posisi sims kanan dan di
pindahkan ke RR.

3. Post operatif

Klien masuk keruangan RR jam 10.15 klien belum sadar , klien terpasang infus RL dan gudel. Klien
tidur

masih dalam posisi sims kanan dan di monitoring TTV.

Jam 10.45 WIB klien tampak bangun dan menanyakan apakah operasinya sudah selesai. Namun klien

tampak masih mengantuk kemudian gudel di lepas. Sisa sisa darah yang keluar dari rongga mulut

dibersihkan. Kemudian klien tampak tidur kembali. Jam 11.10 klien sadar penuh dan mengatakan agak
nyeri pada tenggorokan . Jam 11.25 klien di jemput dan di pindahkan ke ruang rawat inap.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Tidak ada . klien belum pernah di operasi,

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes militus, Hipertensi dll.

HEAD TO TOE

a. Kepala

Bentuk nesochepal,tidak ada udem.

b. Rambut :

Rambut pendek dan bersih

c. Mata

Sklera tidak icteric, konjunctiva tidak anemis, pupil isokor, refleks cahaya ada, tidak memakai alat
bantu

penglihatan.

d. Hidung

Tidak ada benda asing, tidak ada sekret

e. Telinga

Bersih, simetris kiri dan kanan

f. Mulut dan gigi :


Pre op

Mukosa bibir kering , tidak ada karies, berbicara kurang jelas, napas bau, uvula simetris, terdapat

pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring, Tonsil = T3 ( kiri dan kanan )

Intra op

Tampak darah mengalir dari

Tonsil : T0 ( kiri dan kanan )

Tidak ada pembesaran jaringan imfatik di kedua sisi orofaring

Tonsil yang di angkat diameternya lebih kurang 1 cm.

Post op

Tonsil : T0 ( kiri dan kanan )

Tidak ada pembesaran jaringan imfatik di kedua sisi orofaring

Darah yang keluar dari rongga mulut dibersihkan

g. Leher

Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak ada kaku kuduk

h. Thoraks

Paru-Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri kanan

Palpasi : Vocal premitus sama kiri kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Tidak ada suara tambahan, Vesikuler

Kardiovaskuler

Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS 5

Palpasi : Ictus Cordis teraba 2 jari di ICS 5

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi: Irama jantung tunggal (regular)

i. Abdomen

Asites tidak ada, perut datar

j. Genitalia

Tidak di lakukan pengkajian


k. Extremitas

Tidak ada kelainan

l. Integumen

Keadaan kulit bersih, tonus baik, turgot baik, akral hangat

DATA PSIKOLOGI

Klien tampak sering bertanya tanya, expresi klien tampak meringis dan tegang. Keluarga klien ada
yang mendampingi.

PEMERIKSAAN PENUJANG

1. Laboratorium

Hb : 13 g/dl ( normal 13 – 16 )

Leukosit : 11.000 mm3 ( normal – 9000-12000/ mm3 )

Trombosit : 340.000 ( 200.000 – 400.000 mel/ darah )

Trombosit : 340.000 ( 200.000 – 400.000 mel/ darah )

Hematokrit : 39 ( normal : P = 40-48, W = 37-43 % )

Eritrosit : 4,47 ( normal : P = 4,5-585, W = 4-5 jt/ul )

LED :10 ( normal : P = 0-10, W = 0-15 mm/j)

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Obat obat anestesi umum :

a. Recofol : 60 cc

b. Fentanyl : 1 ampul

c. Midozolam : 1 ampul

d. Isofluren : 30 cc

2. Obat obatan

a. Infus RL : 20 tetes/menit

b. Injeksi Cefotaxin : 2x1 g

c. Ketolorac 30 mg :1 ampul

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 PRE OPERASI Akan dilakukan tindakan Cemas
operasi
DS
Klien mengatakan sedikit
cemas dalam melakukan
operasi

DO
Klien tampak cemas, gelisah
dan banyak bertanya
2 INTRA OPERASI

S Efek dari anastesi umum Ketidak efektifan jalan


Tak terkaji nafas
O
Klien terpasang OPA, tidak
sadar
Pasien terlentang
TD 100/70mmHg
R 15x/mnt
N 80x/mnt
S 37°C
3 POST OPERASI

S Bekas luka operasi Nyeri akut


Klien mengatakan nyeri pada
bekas operasi
O
Klien tampak menahan sakit ,
klien meringis dan tampak
gelisah
TD 110/80mmHg
R 17x/mnt
N 84x/mnt
S 37°C

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi

· Cemas berhubungan dengan akan di lakukannya tindakan opersi

2. Intra operasi

· Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d efek anastesi

3. Post operasi

· Nyeri b.d adanya luka bekas operasi

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC NIC IMPLEMENTASI EVALUASI


PRE OPERASI

Cemas Klien Penurunan Membina S


berhubungan menunjukkan rasa kecemasan hubngan saling Klien mengatakan
dengan akan cemas berkurang percaya dengan cemas
dilakukannya dalam waktu 30 klien
tindakan operasi menit sebelum Bina hubungan O
operasi dengan saling percaya Klien tampak
kriteria : klien dengan klien cemas
mampu A
mengungkapkan Cemas klien
pasrah kepada sedikit teratasi
Tuhan, siap dengan adanya
dioperasi, dapat hubungan saling
beradaptasi saat percaya
diruang P
premedikasi Intervensi
maupun di OK, dilanjutkan
TTV stabil dan
wajah rileks

INTRA
OPERASI
Tujuan : Manajemen jalan Memberikan O2 S
Ketidaefektifan Nafas tidak sesak nafas dengan Tak terkaji
jalan nafas b.d Kriteria hasil : Berikan O2 menggunakan O
efek anestesi Menunjukkan dengan nasal Klien terpasang
jalan nafas paten ( menggunakan OPA
klien tidak merasa nasal A
tercekik, Klien tidak sesak
frekuensi Monitor status Memonitor status P
pernafasan dalam oksigen pasien oksigen pasien Intervensi
rentang normal ) dilanjutkan
POST OPERASI

Nyeri b.d adanya Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri Mengkaji skala S


luka bekas operasi nyeri Klien mengatakan
Klien melaporkan Kaji skala nyeri Mengkolaborasi nyeri pada
nyeri berkurang Ajarkan tehnik pemberian tenggorokan
dengan scale 2-3, relaksasi nafas analgetik untuk O
ekspresi wajah dalam untuk mengurangi nyeri Klien tampak
tenang, dapat mengatasi nyeri Mengevaluasi meringis
beristirahat dan Kolaborasi tindakan
tidur pemberian pengurangan A
analgetik untuk nyeri Setelah
mengurangi nyeri Memonitor TTV melakukan
Evaluasi tindakan pengkajian skala
pengurangan nyeri maka nyeri
nyeri klien teratasi,
Monitor TTV berikan analgetik
apabila nyeri
datang. Evaluasi
tindakan
pengurangan
nyeri. Setelah itu
pantau TTV klien
P
Intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai