Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dengan Metode Gauss Jordan Lu Gauss Dan Gauss Seidel
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dengan Metode Gauss Jordan Lu Gauss Dan Gauss Seidel
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KAMPUS INDRALAYA
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam metode numerik kali ini, saya akan membahas serta menjelaskan secara
singkat tentang penyeleasaian mengenai Sistem Persamaan Linear dengan menggunakan
matriks 4x4 yang dapat diselesaikan dengan 3 metode, yaitu: Gauss Jordan, Dekomposisi LU,
serta Gauss Seidel. Persamaan yang akan saya gunakan adalah:
BAB II
DASAR TEORI
Metode yang digunakan pada pada paper ini adalah metode Gauss Jordan, LU untuk
Dekomposisi dan Gauss Seidel untuk iterasi.
Yaitu metode yang mengubah bentuk matriks yang didapat dari persamaan linear
menjadi bentuk matriks identitas. Tahap pengerjaan :
a. Ubah a1,1 menjadi 1 dengan mengalikan baris 1 dengan nilai yang sesuai
b. Ubah angka lainnya pada kolom 1 menjadi 0
c. Ubah a2,2 menjadi 1 dengan mengalikan baris 2 dengan nilai yang sesuai
d. Ubah angka lainnya pada kolom 2 menjadi 0
e. Ubah a3,3 menjadi 1 dengan mengalikan baris 3 dengan nilai yang sesuai
f. Ubah angka lainnya pada kolom 3 menjadi 0
g. Ubah a4,4 menjadi 1 dengan mengalikan baris 4 dengan nilai yang sesuai
h. Ubah angka lainnya pada kolom 4 menjadi 0
i. Tentukan nilai X1,X2,X3,X4 dari nilai hasil dari matriks
2. METODE LU
Yaitu metode yang memfaktorkan matriks awal menjadi L dan U yaitu masing masing
matriks identitas yang dijadikan matriks segitiga bawah dan matriks segitiga atas sehingga
dapat dikalikana dengan y dan x untuk mencari masing masing x. Tahap pengerjaan :
Yaitu metode yang tidak memakai matriks untuk mencari besar x tetapi menggunakan
tebakan awal yang akan dimasukkan ke persamaan sampai mendapat hasil yang
sesungguhnya. Tahap pengerjaan :
6 2 −3 1 𝑋1 5
[2 4 3 −2 ] [𝑋2]= [ 6 ]
4 2 7 1 𝑋3 14
2 4 −4 6 𝑋4 15
Tentukan nilai X1, X2, X3, dan X4 dengan:
6 2 −3 1 1 0 0 0
[2 4 3 −2] [0 1 0 0
]
4 2 7 1 0 0 1 0
2 4 −4 6 0 0 0 1
6 2 3 1 5 1 2 3 5 R2 2 R11 2 3 1 5
1 6 6 6 6
6 6 6 6 R3 4 R1
2 4 3 2 6 R1 X 16 2 4 3 2 0 10
6 R4 2 R1 4 7 13
3 3 3
4 2 7 1 14 4 2 7 1 14 0 2 3 9 1 32
10
3 3
2 4 4 6 15 2 4 4 6 15 3 17 40
0 3 3 3
1 2 3 1 5 R1 ( 2 ) R2 1 0 9 2 2
6 6 6 6 6
10 5 5
7 13 RR 3((103 ))RR2
2
R2 X 3
0 1 6 0 1 6 7 13 R 3 X 5
10
5 10 10 4
32 5 10 10 41
0 2 3 9 1 32 41 4 49
3 3 0 0
5 5 5
10 17 40 0
0 3 0 7 8 9
3 3 3
1 2 R ( 9 ) R 1 20121
0 9 2
0 0
41 82
10 5 5 1 6 10 3
0 1 6 7 13 RR2 (( 75))RR3 0 1 0 67 1182 R4 X 41
10 10 4 82 356
5 3
4 49
0 0 1 4 49 0 0 1
41 41
0
41 41
0 7 8 9 0 0 0 356
41
712
41
A LU
Kolom Pertama
R2 ( 1 ) R1
3
6 2 −3 1 R3 ( 2 ) R1
3
6 2 −3 1
2 4 3 −2 R4 ( 3 ) R1
1 0 10⁄3 4 −7⁄3 1 2 1
[ ] [ ] (𝑚21 = 3)(𝑚31 = 3)(𝑚41 = 3)
4 2 7 1 0 2⁄3 9 1⁄3
2 4 −4 6 0 10⁄3 −3 17⁄3
Kolom Kedua
6 2 −3 1 R3 ( 1 ) R2
6 2 −3 1
5
0 10⁄3 4 −7⁄3 R2 0 4 −7⁄3 1
] R4 [
10⁄3
[ ] (𝑚32 = 5)(𝑚42 = 1)
0 2⁄3 9 1⁄3 0 0 41⁄5 4⁄5
0 10⁄3 −3 17⁄3 0 0 −7 8
Kolom Ketiga
6 2 −3 1 6 2 −3 1
0 4 −7⁄3 R4 ( 35 ) R3 0 10⁄3 4 −7⁄3 35
] [
10⁄3
[ 41
] (𝑚43 = − 41)
0 0 41⁄5 4⁄5 0 0 41⁄5 4⁄5
0 0 −7 8 0 0 0 356⁄41
1 0 0 0 6 2 −3 1
1⁄3 1 0 0 0 10⁄3 4 −7⁄3
L=[ ] U=[ ]
2⁄3 1⁄5 1 0 0 0 41⁄5 4⁄5
Ly = B
1 0 0 0 𝑦1 5
1⁄3 1 0 0 𝑦2 6
[ ][ ] = [ ]
2⁄3 1⁄5 1 0 𝑦3 14
1⁄3 1 −35⁄41 1 𝑦4 15
Dengan eliminasi gauss segitiga bawah maka input nilai y ke persamaan:
Ux = y
6 2 −3 1 𝑥1 5
0 10⁄3 4 −7⁄3 𝑥2 13⁄3
[ ] [𝑥 ] = [ ]
0 0 41⁄5 4⁄5 3 49⁄5
0 0 0 356⁄41 𝑥4 712⁄41
6𝑎 + 2𝑏 − 3𝑐 + 𝑑 = 5
2𝑎 + 4𝑏 + 3𝑐 − 2𝑑 = 6
4𝑎 + 2𝑏 + 7𝑐 + 𝑑 = 14
2𝑎 + 4𝑏 − 4𝑐 + 6𝑑 = 15
Persamaan iterasi ;
6𝑎 + 2𝑏 − 3𝑐 + 𝑑 = 5
5 − 2𝑏 + 3𝑐 − 𝑑
𝑎=
6
2𝑎 + 4𝑏 + 3𝑐 − 2𝑑 = 6
6 − 2𝑎 − 3𝑐 + 2𝑑
𝑏=
4
4𝑎 + 2𝑏 + 7𝑐 + 𝑑 = 14
14 − 4𝑎 − 2𝑏 − 𝑑
𝑐=
7
2𝑎 + 4𝑏 − 4𝑐 + 6𝑑 = 15
15 − 2𝑎 − 4𝑏 + 4𝑐
𝑑=
6
Iterasi Pertama :
5 − 2𝑏 + 3𝑐 − 𝑑 5 − 2(1) + 3(1) − 1
𝑎1 = = = 0,833
6 6
6 − 2𝑎 − 3𝑐 + 2𝑑 6 − 2(0,833) − 3(1) + 2(1)
𝑏1 = = = 0,833
4 4
14 − 4𝑎 − 2𝑏 − 𝑑 14 − 4(0,833) − 2(0,833) − 1
𝑐1 = = = 1,143
7 7
15 − 2𝑎 − 4𝑏 + 4𝑐 15 − 2(0,833) − 4(0,833) + 4(1,143)
𝑑1 = = = 2,429
6 6
Iterasi kedua :
Nilai 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 untuk iterasi kedua didapat dari hasil iterasi pertama, yaitu masing-masing
(0,833),(0,833),(1,143),(2,429)
KESIMPULAN
1. Metode Gauss Jordan merupakan metode yang paling sederhana serta mudah untuk
dikerjakan.
2. Urutan persamaan di dalam suatu SPL sangat berpengaruh terhadap penampilan
metode iterasi Gauss Seidel.
3. Iterasi yang didapat pada saat menggunakan Jacobi akan lebih banyak daripada
menggunakan Gauss Seidel.
4. Apabila tidak teliti dalam melakukan perhitungan pada LU Gauss maka hasil yang
didapat akan berbeda atau tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Rinaldi Munir. 2010. Metode Numerik, http ://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/
Buku/Metode%20Numerik/ (Dikutip pada tanggal 29 Maret 2017)
Wirawan Adipradana. 2017. Slide Perkuliahan Metode Numerik Sistem Persamaan Linear.
Teknik Elektro Universitas Sriwijaya