Anda di halaman 1dari 6

Studi tentang hubungan antara Sindrom Aspirasi Mekonium dengan Berat Badan Lahir dan Usia

Kehamilan

(Rajnish Chaudhary, RS Sethi, OS Chaurasiya, Anuj S Sethi)

ABSTRAK

Studi penelitian observasional prospektif dilakukan di NICU, Rumah Sakit Fakultas Kedokteran MLB,
Jhansi. 83 neonatus yang memenuhi kriteria inklusi diteliti selama 18 bulan dari April 2016 hingga
September 2017. Riwayat kehamilan ibu dan faktor risiko diteliti serta parameter janin termasuk usia
kehamilan, cara persalinan, berat badan lahir, jenis kelamin, usia saat terjadinya gangguan
pernapasan, tata laksana yang diberikan dan hasil akhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui profil klinis sindrom aspirasi mekonium (MAS) pada neonatus dan untuk mencari
hubungan sindrom aspirasi mekonium dengan kehamilan. Tingkat kelangsungan hidup dapat
ditingkatkan dengan pendekatan tim yang direncanakan selama periode perinatal. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk memahami profil klinis neonatus dengan aspirasi meconium.

Dari 83 subjek penelitian, 50 bayi (60,24%) lahir (outborn) di luar. Mayoritas bayi termasuk
dalam kelompok berat 2,5-3,5 kg (n = 55, 66,27%) dan mayorita berjenis kelamin laki-laki (n = 62,
74,70%). 59,04% bayi dengan MAS termasuk bayi cukup bulan. Sebagian besar bayi MAS terlahir dari
ibu yang melahirkan pertama kali / primigravida (n = 51, 61,45%). MAS umumnya dikaitkan dengan
bayi yang lahir LSCS (Operasi Caesar) (n = 45, 54,22%). Sebagian besar bayi terlahir kuat (n = 50,
60,24%) memiliki skor downe <4 (n = 51, 61,45%). MAS terjadi paling umum pada bayi yang
mengalami gawat janin (42,17%) dan pada ibu dengan riwayat Hipertensi selama kehamilan
(12,05%). Asfiksia adalah salah satu morbiditas terkait yang paling umum (38,55%) diikuti oleh sepsis
(26,54%) di antara bayi-bayi dengan MAS ini. MAS adalah entitas yang sering terlihat pada bayi
dengan usia kehamilan cukup bulan dan postmatur dengan kelompok berat badan lahir 2,5-3,5 kg.

Pendahuluan

Cairan ketuban mengelilingi bayi dalam rahim dan memberikan perlindungan dan daya tahan
serta bertindak sebagai bantalan untuk bayi. Cairan Ini disekresikan oleh selaput ketuban,
kulit janin dan urin janin. Ketika janin dalam keadaan stres, meconium akan dikeluarkan.
Banyaknya mekonium dari cairan ketuban dianggap sebagai prediktor hasil janin yang buruk,
karena berkaitan langsung dengan gawat janin dan peningkatan kemungkinan inhalasi
mekonium dengan efek buruk pada paru-paru neonatus. Peningkatan angka kematian dan
morbiditas perinatal telah dikaitkan dengan sindrom aspirasi mekonium yang dapat
bermanifestasi sebagai gangguan pernapasan, hipoksemia dan asidosis.

Insiden cairan ketuban yang berisi mekonium pada bayi prematur sangat rendah. Sebagian
besar bayi dengan cairan ketuban yang tercemar mekonium berusia 37 minggu atau lebih, dan
sebagian besar bayi dengan usia kehamilan lebih bulan (Postmatur) ternyata dicemari oleh
mekonium. Peningkatan kejadian mekonium dalam air ketuban menandakan adanya faktor
stres feto-maternal seperti hipoksia dan infeksi dan gangguan pematangan janin.

Penelitian ini dilakukan untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium dan profil klinis dari sindrom aspirasi mekonium dalam kaitannya dengan usia
kehamilan dan berat badan lahir.

Metode

Penelitian ini dilakukan pada bayi baru lahir yang sesuai dengan usia kehamilan dan
dilahirkan secara normal, operasi caesar atau forceps serta memenuhi kriteria inklusi yaitu
adanya mekonium yang terdapat pada cairan ketuban, takipneau, retraksi, mendengus
(grunting) atau tanda-tanda abnormal lainnya pada pemeriksaan fisik terkait dengan penyakit
paru, kebutuhan untuk penggunaan oksigen atau ventilator tambahan dan foto rontgen dada
yang kompatibel. Bayi baru lahir yang mengalami transient tachypnoea of newborn (TTNB),
penyakit membran hialin (HMD), pneumonia kongenital dan sepsis. Neonatus dengan cairan
ketuban berisi mekonium tetapi tanpa adanya gangguan pernapasan dan dengan rontgen dada
normal akan dieksklusikan

Riwayat antenatal yang terperinci diperoleh untuk mengetahui etiologi dari hadirnya
mekonium dalam cairan ketuban. Riwayat kelahiran yang terperinci dan keluhan yang
dirasakan saat melahirkan juga diperoleh. Pada semua neonatus yang terlahir dengan
mekonium, skor APGAR pada 1 menit dan 5 menit, berat badan lahir, usia kehamilan
(dengan penilaian Ballard) dan gangguan pernapasan (berdasarkan skor Downe) dicatat.
Pemeriksaan terperinci pada bayi baru lahir dilakukan sehubungan dengan estimasi usia
kehamilan, pengukuran antropometri, pemeriksaan umum & pemeriksaan sistemik.

Dalam semua kasus MAS, pemeriksaan laboratorium rutin seperti hitung darah lengkap (Hb,
TLC, DLC, platelet, PCV dan apusan darah tepi) dilakukan. Pemeriksaan lain seperti ESR,
CRP, dan kultur darah dilakukan jika terdapat indikasi. Penilaian radiologis dilakukan dengan
sinar X-ray sesuai dengan kondisi tersebut. pemeriksaan gangguan metabolik seperti kadar
glukosa darah, kalsium serum, elektrolit dan pemeriksaan analisi gas darah arteri dilakukan
ketika dibutuhkan.
HASIL

Jumlah keseluruhan pasien yang masuk ke Unit Perawatan Bayi Baru Lahir (SNCU) yang
sakit, MLB Medical College, Jhansi dari April 2016 hingga September 2017 adalah 3291.
Dari jumlah itu, 100 bayi yang masuk SNCU dengan keluhan utama “Kesulitan bernafas dan
atau keterlambatan menangis karena konsumsi cairan pewarna meconium ”. Karena riwayat
dan data yang tidak mencukupi di antara 100 bayi ini, hanya 83 bayi yang diteliti. Secara
klinis dan berdasarkan rontgen dada bayi-bayi ini didiagnosis sebagai sindrom aspirasi
mekonium (MAS).

Dalam penelitian kami sebagian besar bayi MAS lahir (outborn) di luar (n = 50, 60,24%),
sebagian besar laki-laki (n = 62, 74,70%) dibandingkan dengan perempuan (n = 21, 25,30%).
Ketika tiga kelompok berat yaitu, <2,5 kg berat lahir, berat lahir 2,5-3,5 kg dan> 3,5 berat
lahir dibandingkan satu sama lain dengan menggunakan uji 'Z', nilai p <0,0001, yang sangat
signifikan.

Dengan demikian kita dapat menafsirkan bayi MAS yang didominasi dalam kelompok berat
lahir 2,5-3,5 kg (n = 55, 66,27%) dan> 3,5 kg (n = 17, 20,48%) dibandingkan dengan bayi
MAS dalam kelompok di bawah 2,5 kg (n = 11, 13,25%). Ketika jumlah kasus dalam tiga
kelompok kematangan kehamilan yaitu preterm, term & post term dibandingkan satu sama
lain dengan menggunakan uji 'Z', nilai p <0,0001, yang sangat signifikan, menafsirkan bahwa
ada variasi yang luas dalam jumlah kelompok pembanding, sedangkan nilai p <0,0462 antara
term dan post term yang signifikan, menunjukkan bahwa ada sedikit variasi dalam jumlah
kelompok pembanding. Dengan demikian kita dapat mengartikan bahwa bayi MAS
didominasi pada bayi cukup bulan (n = 49, 59,04%) dan bayi post term (n = 27, 32,53%)
dibandingkan dengan bayi prematur (n = 7, 8,43%).

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari total bayi dengan MAS yang diteliti, mayoritas
lahir dari ibu primigravida (n = 51, 61,45%). Hal ini dapat dijelaskan seperti persalinan lama
yang sangat umum pada primigravida. Persalinan yang sulit atau berkepanjangan lebih
membuat stres bagi ibu dan bayi.

Dalam penelitian ini sebagian besar bayi MAS dilahirkan melalui operasi caesar (lscs) (n =
45, 54,22%) dibandingkan dengan persalinan normal vagina (n = 38, 45,78%). Bayi yang
dilahirkan melalui cairan amnion yang mengandung mekonium dinilai selama 10-15 detik
setelah melahirkan dan ditemukan bahwa mayoritas bayi (n = 50, 60,24%) kuat.

Sebagian besar bayi dengan MASmemiliki skor downe <4 (n = 51, 61,45%), hanya sekitar
6,02% bayi memiliki skor downe> 6.

Dalam penelitian ini faktor risiko antenatal yang paling umum adalah gawat janin, 35 dari 83
kasus (42,17%). Dalam penelitian ini terlihat asfiksia neonatorum adalah salah satu
morbiditas yang paling umum (n = 5, 38,55%) diikuti oleh septikemia (n = 4, 26,54%) di
antara 83 bayi MAS yang diteliti. Dalam 83 bayi MAS ini 68 bayi (81,93%) dirawat secara
konservatif dan 15 bayi (18,07%) menggunakan alat ventilasi. Di antara 15 bayi berventilasi
ini hanya hidup 2 bayi yang diselamatkan dan 13 bayi meninggal.

Diskusi

Penelitian ini berjudul "Studi sindrom aspirasi Mekonium dalam kaitannya dengan berat
badan lahir dan usia kehamilan" dilakukan di Sick Newborn Care Unit (SNCU) unit
perawatan bayi baru lahir, Rumah Sakit fakultas kedokteran MLB, Jhansi dari April 2016
hingga September 2017 (18 bulan). Ada 100 bayi yang diterima sebagai sindrom aspirasi
mekonium (MAS) di SNCU, namun hanya 83 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi
kami. Bayi-bayi ini datang dengan keluhan utama "Kesulitan bernafas atau / dan
keterlambatan menangis karena terminum mekonium". Secara klinis dan berdasarkan
radiologis rontgen dada, bayi bayi tersebut didiagnosis sebagai sindrom aspirasi mekonium.

Dalam penelitian kami diamati bahwa MAS paling sering terjadi pada bayi yang memiliki
berat lahir lebih dari 2,5 kg (86,75%) dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat lahir
kurang dari 2,5 kg (13,25%).

Dalam sebuah studi oleh Bharati Rao et al, berat lahir bayi dengan MSAF berada di kisaran
1600-3800 gram, dengan berat lahir rata-rata 2,516 gram. Shilpa Shivanna et al dalam
penelitian mereka, menemukan bahwa rata-rata kelahiran bayi baru lahir dengan MAS adalah
3 kg. Sementara menurut penelitian Ashtekar et al [3] di antara 52 bayi MAS, sebagian besar
bayi MAS adalah 2,5- 3,5 kg yaitu 70,70% & hanya 13,5% berat> 3,5 kg. Dengan demikian
semua studi di atas semua menunjukkan hasil yang sama seperti yang diamati dalam
penelitian kami.

Berdasarkan periode menstruasi terakhir (LMP) dan tanggal perkiraan persalinan (EDD)
ditemukan bahwa di antara total 83 bayi MAS 5 bayi (8,43%) adalah prematur, 49 bayi
(59,04%) adalah cukup bulan dan 27 bayi (32,53%) ) adalah postterm. skor Ballard juga
menunjukkan bahwa mayoritas bayi MAS termasuk usia kehamilan 38-40 minggu (59,04%)
dan 40-42 minggu (31,33%).

Dalam studi Narang et al, 95,4% bayi dalam usia kehamilan > 36 minggu dan tidak ada bayi
yang berusia di bawah 33 minggu. Suresh GK et al [5] mengamati dalam penelitian mereka
bahwa usia kehamilan rata-rata adalah 38,41 ± 2,31 minggu pada bayi yang lahir dengan
cairan meconium yang tebal dan 37,80 + 2,27 minggu pada bayi yang lahir dengan cairan
meconium yang tipis.

Erkkola et al [6] menunjukkan bahwa 95% kasus MAS termasuk dalam usia kehamilan lebih
dari 36 minggu. Satish D. Ashtekar et al studi pada 52 bayi dengan MAS, [3] menemukan
bahwa 27 bayi dengan MAS memiliki usia kehamilan 38-40 minggu (51,90%). Urvashi
Sharma et al mengamati bahwa [7] 5% neonatus kurang dari 37 minggu kehamilan, 77,50%
neonatus antara 37-40 minggu dan 17,50% lebih dari 40 minggu. Semua penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian kami.

Seluruh bayi dengan MAS pada penelitian ini membutuhkan alat bantu pernapasan baik
dalam bentuk oksigen, CPAP atau ventilasi mekanis. 26 kasus (31,32%) membutuhkan
dukungan CPAP dan 15 kasus (18,07%) membutuhkan alat ventilasi mekanis. Di antara bayi
yang mendapat ventilasi mekanis 15,66% (13) bayi meninggal dunia. Dengan demikian dari
total 83 bayi MAS, 68 bayi (mis. 81,93%) berhasil dipulangkan, 2 bayi (mis. 2,40%)
meninggalkan saran medis dan 13 bayi (mis. 15,66%) meninggal dunia

Namun Wiswell TE dkk menemukan, bahwa [16] neonatus dengan MAS, 29,7% memerlukan
ventilasi mekanis. InMKBehera et al mempelajari dari total [15] 42 bayi dengan MAS, 29
selamat dan 13 (13%) meninggal dunia.

Dari 52 bayi MAS dalam penelitian oleh Astekar et al, [3] 12 (23,07%) bayi membutuhkan
ventilasi mekanis, di mana 8 (15,3%) meninggal selama perawatan. Dalam studi oleh Nath
GDR et al 81,93% bayi diobati [11] secara konservatif, 18,07% menggunakan alat ventilasi.
Kematian terjadi pada 6 kasus (10,34%) dengan asfiksia neonatorum menjadi penyebab
utama kematian pada 50% kasus.
KESIMPULAN:

Sindrom Aspirasi Mekonium adalah penyebab umum terjadinya gangguan pernapasan pada
neonatus dalam penelitian kami. Neonatus dengan jenis kelamin laki-laki lebih terpengaruh
daripada wanita. Mayoritas bayi termasuk dalam berat badan lahir antara 2,5-3,5 kg.

Bayi cukup bulan usia kehamilan 38-40 minggu lebih rentan mengalami MAS dibandingkan
dengan bayi prematur dan postmatur. Bayi yang lahir dari ibu primigravida sering mengalami
MAS, jika dibandingkan dengan ibu multigravida. MAS umumnya dikaitkan dengan bayi
yang lahir secara LSCS (operasi caesar). Sebagian besar bayi dengan MAS sangat kuat saat
lahir tetapi mereka juga memerlukan pengamatan postnatal untuk perkembangan tanda-tanda
MAS. Faktor risiko antenatal yang paling umum untuk bayi MAS adalah gawat janin.
Asfiksia neonatal dan septikemia adalah kondisi morbiditas dan penyebab kematian yang
paling umum yang berkaitan dengan MAS.

Anda mungkin juga menyukai