Anda di halaman 1dari 13

Yola Tiaranita S.Psi M.

Psi, Psikolog/Psychotalk#10

Pernikahan
Secara hukum, pernikahan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. 2


Picture: pinterest
Masalah yang sering muncul

Seks
Cara Rasa percaya
Anak berkomunikasi
Peran dalam
rumah tangga
Karir
Keuangan Kecemburuan
Agama

Masalah diatas timbul dikarenakan ketidaktahuan akan diri sendiri dan pasangan serta
persiapan akan masa mendatang yang kurang matang

Lavner, J. A., Karney, B. R., & Bradbury, T. N. (2014). Relationship problems over the early years of marriage: Stability or change?. Journal of Family Psychology, 28(6), 979.
APA YANG HARUS DISIAPKAN?

1 Mengenal diri sendiri

Persiapan masa depan (peran dalam rumah tangga, perumusan visi


2
dan misi masa depan)

3 Mengenal pasangan

4 Mau menghargai dan menerima

5 Mempelajari resolusi konflik yang efektif dan efisien


1. Mengenal diri sendiri

Sebelum memiliki peran yang baru dalam


rumah tangga, penting untuk kita mengenali
diri sendiri guna memudahkan adaptasi di
dalam pernikahan.

Temukan Kelemahan & Kelebihan diri sendiri :


Fisik, Emosi, Perilaku, Spiritual

Picture: dreamstime.com
2. Persiapan masa
depan
Mengenali peran dalam berumah tangga
Peran sebagai suami/istri, sebagai menantu,
hingga peran sebagai orang tua kelak harus
dipahami agar dapat mempersiapkan diri
sedini mungkin dalam menghadapi peran
baru tersebut.
Contohnya tugas pengasuhan anak apakah
merupakan tanggung jawab bersama, dll.

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. 6


Tetapkan visi misi setelah menikah. Apa saja
yang ingin dicapai bersama pasangan. Hal ini
merupakan tahap yang sangat penting
sehingga jika akan tiba waktunya untuk
menikah, memerlukan kesepakatan bersama,
contohnya calon pasangan suami dan istri
apakah memiliki kesempatan yang sama untuk
mengembangkan diri dalam karir, dll.

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. 7


3. Mengenali calon pasangan

Selain mengenali pasangan, kenali pula


Kenali secara utuh tentang pasangan.
keluarga dari pasangan tersebut guna
Seperti halnya mengenali diri sendiri, kenali
mengetahui karakter dari pasangan.
pula kelebihan maupun kekurangan pasangan
Dalam pernikahan pula, tidak hanya
(fisik, emosi/sifat, perilaku, spiritual)
menyatukan dua orang namun juga
menyatukan kedua keluarga.
4. Mau Menghargai dan Menerima
• Sabar dan memaafkan
• Siapkan diri untuk tidak hanya ingin diterima, namun juga siap
menerima kelemahan dan kelebihan calon pasangan.
• Pernikahan bukan sebuah titik akhir, tetapi sebuah perjalanan
panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Maka dari itu
tiap pasangan harus terus belajar mengenai kehidupan bersama,
menyiapkan mental untuk menerima kelebihan sekaligus kekurangan
pasangannya dengan kontrol diri yang baik.

Nancy, M. N., Wismanto, Y. B., & Hastuti, L. W. (2014). Hubungan nilai dalam perkawinan dan pemaafan dengan keharmonisan keluarga.
Psikodimensia, 13(1), 84.
5. Mempelajari resolusi konflik yang efektif
dan efisien
Perselisihan, pertentangan dan konflik dalam suatu rumah tangga
merupakan sesuatu yang terkadang tidak bisa dihindari, tetapi harus
dihadapi

Koerner, A. F., & Fitzpatrick, M. A. (1997). Family type and conflict: The impact of conversation orientation and conformity orientation on conflict in the family.
Communication Studies, 48(1), 59-75.
Picture: www.kompasiana.com
• Tiga cara pasangan dapat menyelesaikan konflik dalam perkawinan
yaitu menghindari konflik, mengalah, dan diskusi.
• Menghindari konflik dilakukan dimana pasangan memunculkan
perilaku yang dapat menghindari mereka dari konflik yang
berkelanjutan, dengan cara mengalihkan pembicaran dari
permasalahan yang sedang dibahas.

Koerner, A. F., & Fitzpatrick, M. A. (1997). Family type and conflict: The impact of conversation orientation and conformity orientation on conflict in the family.
Communication Studies, 48(1), 59-75.
• Mengalah dilakukan dengan cara
salah satu pasangan mengalah
terhadap pasangannya tanpa
menyelesaikan konflik yang
terjadi.
• Diskusi dilakukan dengan tujuan
untuk mencari alternatif yang
paling dapat memuaskan aspirasi
kedua belah pihak.

Koerner, A. F., & Fitzpatrick, M. A. (1997). Family type and conflict: The impact of conversation orientation and conformity orientation on conflict in the family.
Communication Studies, 48(1), 59-75.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 90% pasangan suami istri merasa
bahagia dalam hubungannya dengan berkomunikasi satu dengan
lainnya sehingga mereka dapat merasakan dan mengerti keinginan dan
perasaan pasangan, dan apabila terdapat suatu perbedaan atau
masalah dapat diselesaikan dengan saling berkomunikasi

Koerner, A. F., & Fitzpatrick, M. A. (1997). Family type and conflict: The impact of conversation orientation and conformity orientation on conflict in the family.
Communication Studies, 48(1), 59-75.

Anda mungkin juga menyukai