Anda di halaman 1dari 13

Two Stay Two Stray

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Strategi Belajar Mengajar Kelas B

Dosen Pengampu:
Dr. Moh.Na’im M.Pd
Rully Putri Nirmala Puji S.Pd M.Pd

oleh:
DIMAS SURYA DWI CAHYO
NIM. 150210302093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-NYA kami bisa
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Two Stay Two Stray”.

Tugas makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Strategi belajar mengajar.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan kami yang terbatas. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam mengerjakan makalah ini. Terutama kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Rully Putri Nirmala Puji S.Pd dan Dr. Moh. Na’im M.Pd yang telah memberi tugas ini.

Akhirnya kami berharap agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat.

Jember, November 2017

Penyusun
Daftar Isi

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................

PRAKATA ................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT ..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS...............................


2.2 Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS......
2.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS.........................
2.4 Langkah-langkah/ Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS...
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS...

BAB III PENUTUP................................................................................................


3.1 Kesimpulan........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi manusia untukmenyesuaikan diri


dengan lingkungannya, dan mampu menimbulkan perubahan dalam diri yang
memungkinkannya dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Pada dasarnya pendidikan
menjadi suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat oleh manusia, karena
melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Ihsan (2008: 2) bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik itu jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha tersebut dilakukan
untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma serta mewariskannya kepada generasi
berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan adalah usaha yang
dilakukan manusia untuk mewujudkan dan mengembangkan kemampuan pembawaan yang
dimilikinya melalui proses belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan
masyarakat. Berbicara mengenai proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan
dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia
yang berkualitas, sedangkan sumber daya yang berkualitas dilihat dari segi pendidikan telah
terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS?
2. Teori Belajar Yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS?
3.Bagaimanakah Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS?

1.3 tujuan dan manfaat


1. Dapat mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
2.Dapat mengetahui teori belajar yang mendukung model pembelajaran TSTS
3. Dapat mengetahui karakteristik Model pembelajaran kooperatif Tipe TSTS
BAB II PEMABAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS


Two stay two stray merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif dengan cara
membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas atau memecahkan
masalah tertentu. Lie (2010: 61) bahwa tipe two stay two stray dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992).
Tipe ini bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik. Huda (2013: 207) bahwa two stay two stray merupakan sistem pembelajaran
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Hanafiah dan Suhana (2010: 56) bahwa two stay two stray memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two
stay two stray merupakan pembelajaran kelompok yang memberikan peran aktif kepada
siswa untuk saling bekerja sama dalam memperoleh informasi dan memecahkan masalah,
dengan cara memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil diskusi dan
informasi kepada kelompok lainnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan
oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling
bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling
mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan
baik (Yusiriza, 2010)

Metode Two Stay Two Stray merupakan metode dua tinggal dua tamu. Menurut Agus
Suprijono, pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah
kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus
mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-
masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain.
Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban
menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja
kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan
bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka
kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta
didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan
dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan(Suprijono, 2009: 93)

2.1.1 Tujuan Pembelajaran Two Stay Two Stray


Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan menengarkan apa
yang telah diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara langsung siswa
akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi
tuanrumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tuuan yang sama dengan
pendekatan pembelajaran kooperativ yang telah dibahas sebelumnya. Siswa diajak untuk
bergotong royong dalam menemukan konsep. Penggunaan model pembelajara kooperatif
TSTS akan mengarakan siswa aktif baik berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban,
menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh temannya. Selain itu alasan
menggunakan model ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota
kelompok, siswa dapat bekerja sama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang
ramai dan sulit diatur saat proses pembelajaran.
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang
menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis, dan menyimak. Ketika siswa
menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang bekunjung
tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang dijelaskan oleh temannya. Dan pada
ntiny dalam model ini Saling sharing satu kelompok ke kelompok lain.

2.2 Teori Belajar Yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 1995: 2)
Diantara prinsip belajar universal yang dirumuskan UNESCO melalui 4 pilar
pendidikan (1996) yaitu:
1. Learning to know adalah prinsip belajar tidak hanya berorientasi kepada produk/hasil
belajar, akan tetapi harus berorientasi kepada proses belajar.
2. Learning to do adalah prinsip belajar tidak hanya sekedar mendengar dan melihat
dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan
tujuan akhir penguasaan kompetensi.
3. Learning to live together adalah belajar untuk kerjasama.
4. Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia
yang “menjadi dirinya sendiri” dengan kata lain belajar untuk mengaktualisasikan
dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggungjawab
sebagai manusia (Sanjaya: 2007: 335)

Dalam mengajarkan matematika seorang guru matematika yang professional dan


kompeten mempunyai wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan
pelaksnaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang
dapat diterapkan untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika, diantaranya
yaitu (Mutadi, 2007: 3):

a. Teori Thorndike
Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik
selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif
Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap pandangan mengajar. Mengajar
dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun secara cermat,
mengkomunasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa mereka untuk praktik
menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan prosedur baru itu akan semakin
mantap jika makin banyak latihan. Pada prinsipnya teori ini menekankan banyak memberi
praktik dan latihan kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapatmereka kuasai
dengan baik.

b. Teori Jean Piaget

Teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap tingkat perkembangan


intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan, terutama untuk
menyesuaikan keabstrakan bahan matematika dengan kemampuan berpikir abstrak anak pada
saat itu. Penerapan teori Piaget dalam pembelajaran matematika adalah perlunya keterkaitan
materi baru pelajaran matematika dengan bahan pelajaran matematika yang telah diberikan,
sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi baru
.
c. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky berusaha mengembalikan model konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget
menjadi belajar kelompok. Melalui teori ini peserta didik dapat memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan yang beranekaragam dengan guru sebagai fasilitator. Dengan kegiatan yang
beragam, peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi, tanya
jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan, dan presentasi.
2.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Teknik belajar dua tinggal dua tamu (two stay two stray) bisa digunakan disemua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Struktur dua tinggal dua tamu
memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat
pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan
kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.

Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu :


(a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,
(b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
(c) bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda dan
(d) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu (Yusiriza, 2010)
Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan
hasil dan informasi dengan kelompok lain dengan cara:

1. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.


2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka (Lie dalam Jupri,
2010: 43)
Aktivitas belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-
TS) melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu
anggota. Inti kegiatan dalam Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah (Yusritawati, 2009: 14)
1. Mengajar: guru mempresentasikan materi pelajaran
2. Belajar pada tim: peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok
dan antar kelompok dengan dipandu oleh lembar kegiatan untuk menuntaskan
materi pelajaran.
3. Penghargaan: pemberian penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi dan
tim/kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.

2.4 Langkah-langkah/ Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Struktur Two Stay Two Stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lain”. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain (Lie dalam
Yusritawati, 2009: 14)
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari
empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling
mendukung.
Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas
bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing. Siswa bekerjasama dalam
kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. Setelah selesai, dua
orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke
kelompok lain Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan
membahas hasil-hasil kerja mereka. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
mereka.
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran
kooperatif yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara
mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam
menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan
mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban,
menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman.

3.5 Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Lie (Yogaswara, 2012: 2) menyatakan model Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini yaitu dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, dapat diaplikasikan
pada selurh kelas atau tingkatan, keaktifan siswa merupakan tujuan utama, menambah
kekompakan, kerja sama, serta rasa percaya diri siswa, kepercayaan berbicara siswa,
membangun minat akan belajar berkelompok siswa.
lebih berorientasi pada keaktifan, membantu meningkatkan minat dan prestasi
belajar. Sedangkan faktor Struktur Two Stay Two Stray penghambat dari model Two Stay
Two Stray (TSTS) yaitu: membutuhkan waktu yanglama, siswa cenderung tidak mau belajar
dalam kelompok, guru membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga), guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas, waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah mudah dipecah menjadi
berpasang-pasangan, lebih banyak ide yang muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan,
dan guru mudah untuk memonitor. Sedangkan kelemahannya yaitu membutuhkan waktu
yang banyak, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, kurangnya kesempatan untuk
kontribusi individu, dan siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan serta tidak
memperhatikan. Namun dalam hal lain, ketika ditemui dalam suatu kelas dengan jumlah
siswa bukan kelipatan 4 (misalnya jumlah siswa: 21, 23, 25, 27, 30) dapat dikatakan juga
sebagai kekurangan dalam model pembelajaran kooperatif jenis ini, sebab pembelajaran
kooperatif tipe two stay two stray memerlukan 4 orang siswa dalam suatu kelompok. Oleh
kerena itu, guru perlu melakukan persiapan-persiapan yang matang untuk menyiasati segala
kekurangan dalam penggunaan tipe ini.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Two stay two stray merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif dengan cara
membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas atau memecahkan
masalah tertentu. Lie (2010: 61) bahwa tipe two stay two stray dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992).
Tipe ini bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik. Huda (2013: 207) bahwa two stay two stray merupakan sistem pembelajaran
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Hanafiah dan Suhana (2010: 56) bahwa two stay two stray memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two
stay two stray merupakan pembelajaran kelompok yang memberikan peran aktif kepada
siswa untuk saling bekerja sama dalam memperoleh informasi dan memecahkan masalah,
dengan cara memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil diskusi dan
informasi kepada kelompok lainnya.
Lie (Yogaswara, 2012: 2) menyatakan model Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini yaitu dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, dapat diaplikasikan
pada selurh kelas atau tingkatan, keaktifan siswa merupakan tujuan utama, menambah
kekompakan, kerja sama, serta rasa percaya diri siswa, kepercayaan berbicara siswa,
membangun minat akan belajar berkelompok siswa.
lebih berorientasi pada keaktifan, membantu meningkatkan minat dan prestasi
belajar. Sedangkan faktor Struktur Two Stay Two Stray penghambat dari model Two Stay
Two Stray (TSTS) yaitu: membutuhkan waktu yanglama, siswa cenderung tidak mau belajar
dalam kelompok, guru membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga), guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas, waktu yang dibutuhkan lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Lie. 2007. Kooperative learning : mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang


kelas .jakarta: Grasindo
AFFRIANI, ZELINA. 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 TEMPURAN.
Skripsi

Anda mungkin juga menyukai