Dosen Pengampu:
Dr. Moh.Na’im M.Pd
Rully Putri Nirmala Puji S.Pd M.Pd
oleh:
DIMAS SURYA DWI CAHYO
NIM. 150210302093
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-NYA kami bisa
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Two Stay Two Stray”.
Tugas makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Strategi belajar mengajar.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan kami yang terbatas. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam mengerjakan makalah ini. Terutama kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Rully Putri Nirmala Puji S.Pd dan Dr. Moh. Na’im M.Pd yang telah memberi tugas ini.
Akhirnya kami berharap agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat.
Penyusun
Daftar Isi
Halaman
PRAKATA ................................................................................................................
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan
oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling
bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling
mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan
baik (Yusiriza, 2010)
Metode Two Stay Two Stray merupakan metode dua tinggal dua tamu. Menurut Agus
Suprijono, pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah
kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus
mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-
masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain.
Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban
menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja
kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan
bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka
kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta
didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan
dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan(Suprijono, 2009: 93)
2.2 Teori Belajar Yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS
Belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 1995: 2)
Diantara prinsip belajar universal yang dirumuskan UNESCO melalui 4 pilar
pendidikan (1996) yaitu:
1. Learning to know adalah prinsip belajar tidak hanya berorientasi kepada produk/hasil
belajar, akan tetapi harus berorientasi kepada proses belajar.
2. Learning to do adalah prinsip belajar tidak hanya sekedar mendengar dan melihat
dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan
tujuan akhir penguasaan kompetensi.
3. Learning to live together adalah belajar untuk kerjasama.
4. Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia
yang “menjadi dirinya sendiri” dengan kata lain belajar untuk mengaktualisasikan
dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggungjawab
sebagai manusia (Sanjaya: 2007: 335)
a. Teori Thorndike
Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik
selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif
Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap pandangan mengajar. Mengajar
dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun secara cermat,
mengkomunasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa mereka untuk praktik
menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan prosedur baru itu akan semakin
mantap jika makin banyak latihan. Pada prinsipnya teori ini menekankan banyak memberi
praktik dan latihan kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapatmereka kuasai
dengan baik.
Teknik belajar dua tinggal dua tamu (two stay two stray) bisa digunakan disemua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Struktur dua tinggal dua tamu
memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat
pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan
kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.
Struktur Two Stay Two Stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lain”. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain (Lie dalam
Yusritawati, 2009: 14)
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari
empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling
mendukung.
Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas
bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing. Siswa bekerjasama dalam
kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. Setelah selesai, dua
orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke
kelompok lain Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan
membahas hasil-hasil kerja mereka. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
mereka.
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran
kooperatif yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara
mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam
menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan
mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban,
menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman.
Lie (Yogaswara, 2012: 2) menyatakan model Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini yaitu dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, dapat diaplikasikan
pada selurh kelas atau tingkatan, keaktifan siswa merupakan tujuan utama, menambah
kekompakan, kerja sama, serta rasa percaya diri siswa, kepercayaan berbicara siswa,
membangun minat akan belajar berkelompok siswa.
lebih berorientasi pada keaktifan, membantu meningkatkan minat dan prestasi
belajar. Sedangkan faktor Struktur Two Stay Two Stray penghambat dari model Two Stay
Two Stray (TSTS) yaitu: membutuhkan waktu yanglama, siswa cenderung tidak mau belajar
dalam kelompok, guru membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga), guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas, waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah mudah dipecah menjadi
berpasang-pasangan, lebih banyak ide yang muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan,
dan guru mudah untuk memonitor. Sedangkan kelemahannya yaitu membutuhkan waktu
yang banyak, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, kurangnya kesempatan untuk
kontribusi individu, dan siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan serta tidak
memperhatikan. Namun dalam hal lain, ketika ditemui dalam suatu kelas dengan jumlah
siswa bukan kelipatan 4 (misalnya jumlah siswa: 21, 23, 25, 27, 30) dapat dikatakan juga
sebagai kekurangan dalam model pembelajaran kooperatif jenis ini, sebab pembelajaran
kooperatif tipe two stay two stray memerlukan 4 orang siswa dalam suatu kelompok. Oleh
kerena itu, guru perlu melakukan persiapan-persiapan yang matang untuk menyiasati segala
kekurangan dalam penggunaan tipe ini.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Two stay two stray merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif dengan cara
membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas atau memecahkan
masalah tertentu. Lie (2010: 61) bahwa tipe two stay two stray dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992).
Tipe ini bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik. Huda (2013: 207) bahwa two stay two stray merupakan sistem pembelajaran
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Hanafiah dan Suhana (2010: 56) bahwa two stay two stray memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two
stay two stray merupakan pembelajaran kelompok yang memberikan peran aktif kepada
siswa untuk saling bekerja sama dalam memperoleh informasi dan memecahkan masalah,
dengan cara memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil diskusi dan
informasi kepada kelompok lainnya.
Lie (Yogaswara, 2012: 2) menyatakan model Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini yaitu dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, dapat diaplikasikan
pada selurh kelas atau tingkatan, keaktifan siswa merupakan tujuan utama, menambah
kekompakan, kerja sama, serta rasa percaya diri siswa, kepercayaan berbicara siswa,
membangun minat akan belajar berkelompok siswa.
lebih berorientasi pada keaktifan, membantu meningkatkan minat dan prestasi
belajar. Sedangkan faktor Struktur Two Stay Two Stray penghambat dari model Two Stay
Two Stray (TSTS) yaitu: membutuhkan waktu yanglama, siswa cenderung tidak mau belajar
dalam kelompok, guru membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga), guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas, waktu yang dibutuhkan lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA