(RSGMP)
NASKAH AKADEMIK
Tim Pokja
2016
Daftar Isi
Kontributor
Kata Pengantar
BAB V ORGANISASI
1. Kepemilikan
2. Organisasi
3. Tatalaksana
BAB VI PERSYARATAN
1. Standarisasi
2. Perijinan
Daftar Istilah
Daftar Acuan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena Naskah Akademik Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan dapat diselesaikan dengan baik. NASKAH AKADEMIK (NA)
disusun sebagai landasan ilmiah tentang konsepsi, urgensi, eksistensi sebuah Rumah
Sakit Gigi Mulut Pendidikan (RSGMP). Naskah Akademik ini merupakan sebuah justifikasi
spesialis dan tenaga kesehatan lainnya yang diharapkan dapat dicantumkan dalam
Kemenkes RI.
kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut, survei pemetaan institusi
pendidikan kedokteran gigi dan benchmark ke luar negri khususnya UK, USA, Jepang,
Hongkong & Thailand. Dalam Naskah Akademik RSGMP disampaikan juga hal-hal yang
sangat erat berhubungan dengan kegiatan RSGMP sebagai sarana pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat dokter gigi/dokter gigi spesialis dan tenaga kesehatan
lainnya, sekaligus sebagai wahana atau sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dan tenaga kesehatan lainnya mempunyai peranan strategis dalam rangka memenuhi rasio
Naskah Akademik RSGMP ini disusun oleh unsur-unsur Persatuan Dokter Gigi
Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), dan Asosiasi
dalam banyak hal. Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya
Tim Penyusun
BAB I
LATAR BELAKANG
Pertanyaan sering muncul dari berbagai pihak adalah: apakah Pendidikan Dokter
Gigi memerlukan sebuah rumah sakit. Jawaban dapat dirunut dari sejarah terbentuknya
Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) di Indonesia, serta tidak lepas juga berdirinya Fakultas
Kedokteran (FK).
Sejarah dimulai ketika negeri ini masih disebut Hindia Belanda, jumlah perguruan
tinggi dapat dengan mudah dihitung dengan jari. Di Bandung terdapat Technische
Hogeschool (THS) yaitu Sekolah Tinggi Teknik yang didirikan tahun 1920, di Batavia (kini
Jakarta) tersedia Recht Hogeschool (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum yang dibuka tahun
1924 dan Geneeskundige Hogeschool (GHS) yang tidak lain dari Sekolah Tinggi
Kedokteran dan diresmikan tahun 1927. Di samping ketiga sekolah tinggi tersebut terdapat
pula Sekolah Dokter Indonesia (Stovit) dan Sekolah Dokter Gigi (Tandheelkunde) di
Surabaya serta Sekolah Dokter Hewan Indonesia dan Sekolah Menengah Pertanian di
Bogor.
(2016) mencapai 30 FKG (FKG/Prodi PTN 14 dan PTS 16). Pada waktu itu pendidikan
dokter gigi termasuk pendidikan dokter gigi spesialis dilakukan di poliklinik dengan ijin
balai pengobatan. Hal ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan keilmuan baik tingkat
nasional maupun internasional. Ilmu kedokteran gigi telah berkembang menjadi 8 bidang
spesialistik yaitu ilmu bedah mulut dan Maksilofasial, Penyakit Mulut, Ortodontik,
Prostodontik, Kedokteran Gigi Anak, Periodontik, Konservasi Gigi, dan Radiologi Kedokteran
Gigi. Di beberapa FKG di Indonesia bahkan telah memiliki Guru Besar sebagai pengampu
ilmu-ilmu tersebut. Oleh karena itu wahana yang digunakan sebagai tempat
sudah tidak sesuai apabila diselenggarakan di sebuah Balai pengobatan. Kondisi ini
menuntut sebuah rumah sakit pendidikan yang layak untuk terselenggaranya pendidikan
Sejarah mengenai wahana rumah sakit tempat untuk pendidikan dokter gigi di
Indonesia diawali sekitar tahun 1999 melalui pembicaraan para Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi se-Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi (AFDOKGI) se-
belajar klinik dokter gigi/dokter gigi spesislis/dokter gigi spesialis konsultan tidak dapat
dicapai dengan sempurna (holistik) dan bermutu melalui sarana dan prasarana sebuah
poliklinik atau sebuah balai pengobatan. Pemikiran ini didasari adanya kebutuhan untuk
dimana tenaga kesehatan asing akan masuk dan dapat bekerja di Indonesia. Guna
klinik yang komprehensif maka dibutuhkan adanya sebuah tempat/wahana belajar berupa
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan
penjaminan mutu tenaga dokter gigi/dokter gigi spesialis/ dokter gigi spesialis konsultan
serta tenaga kesehatan lainnya. Asosiasi fakultas kedokteran gigi kemudian mengusulkan
dibentuknya Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) ke Departemen Kesehatan agar proses
Kebutuhan akan rumah sakit pendidikan sangat disadari dan diperlukan sebagai
pusat pembelajaran dan pendidikan yang terintegrasi, holistik, saintifik dan kolaboratif
kedokteran gigi. Adapun bentuk rumah sakit yang dibutuhkan adalah Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Pendidikan (RSGMP). RSGMP ini akan menjadi wahana untuk tempat pembelajaran
Berangkat dari pemikiran diatas, para dekan yang tergabung dalam AFDOKGI
kemudian melakukan advokasi ke Menteri Kesehatan Dr. dr. Achmad Sujudi., MHA untuk
diperbolehkan mendirikan Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Indonesia. Di tahun 2002,
(Kepmenkes RI) No HK. 00.06.1.4.4803 tahun 2002 tentang pemberian ijin sementara
pendirian Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai lahan pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi.
Saat itu ada 13 (tiga belas) Institusi pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia yang
Indonesia (UI), Universitas Dr. Moestopo Beragama (UPDM-B), Universitas Gadjah Mada
(UNBRAH).
(PERMENKES) No. 1173/Menkes/Per/X/2004 tentang rumah sakit gigi dan mulut (RSGM)
yang semakin memperkuat keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Indonesia. Dengan
pembentukan Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang disingkat ARSGMPI
pada tahun 2005 di Bandung agar dapat mewadahi berbagai masalah dan isu terkait
perubahan status dari poliklinik ke Rumah Sakit. Kemudian menyusul surat keputusan
penyelenggaraan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai tempat pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi.
maka di tahun 2007 Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia bergabung
dengan Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI) dan pada tahun 2011
spesialis/dokter gigi spesialis konsultan dapat berlangsung dan terselengara dengan baik,
maka perlu disusun sebuah NASKAH AKADEMIK (NA) sebagai landasan ilmiah tentang
urgensi, eksistensi dan konsep sebuah Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan (RSGMP).
Naskah Akademik rumah sakit gigi mulut pendidikan dokter gigi pada dasarnya merupakan
profil yang di dalamnya tercantum berbagai standar serta regulasi yang melekat pada
dirinya. Dengan demikian dapat menjawab pertanyaan: who, when, what, dan why tentang
no. 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran, sistem pendidikan dokter gigi di
Indonesia saat ini terdiri atas Pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pendidikan
kedokteran dan kedokteran gigi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu kedokteran
dan ilmu kedokteran gigi. Tahap profesi adalah tahap Pendidikan Kedokteran yang
dilaksanakan melalui proses belajar mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan
kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran pendidikan
Pendidkan profesi Kedokteran gigi telah diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2013 tentang
Sistem Pendidikan Kedokteran pada Bab III pasal 7, serta berbagai peraturan yang
pendidikan klinik kedokteran gigi yang terintegrasi, holistik, saintifik dan kolaboratif bagi
dokter gigi/dokter gigi spesialis/dokter gigi subspesialis maka adanya kebutuhan akan suatu
bentuk rumah sakit pendidikan khusus yaitu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
(RSGMP). Guna melihat bentuk sebuah pendidikan profesi di negara lain dan sebagai
referensi banding, maka AFDOGI dan ARSGMPI telah melakukan studi banding ke
beberapa negara untuk melihat perkembangan rumah sakit gigi mulut di luar negeri.
Setelah dilakukan kajian mendalam lalu diambil kesimpulan bahwa sudah selayaknya
sistim pendidikan profesi kedokteran gigi di Indonesia juga memiliki wahana yang serupa
yaitu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan. Berikut hasil studi banding di beberapa
negara, contoh pelaksanaan pendidikan profesi tenaga kesehatan bidang kedokteran gigi di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (dental hospital ) dari institusi/lembaga pendidikan
sebagai berikut :
1. Tokyo Medical and Dental University Hospital, memiliki dental hospital dan medical
hospital yang terpisah, tetapi saling mengisi dan melengkapi dalam pelayanan
2. Prince Phillips Dental Hospital milik Hongkong University, memiliki dental hospital
Dengan mengacu pada perkembangan rumah sakit gigi mulut di luar negeri, serta
adanya tuntutan globalisasi yang telah menerapkan system perdagangan bebas, maka
selayaknya di Indonesia juga diperlukan wahana yang serupa yaitu Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Pendidikan.
Konsekuensi adanya perdagangan bebas, telah ditetapkan Kerangka Kualifikasi
asing yang masuk ke Indonesia. Kualifikasi tenaga dokter gigi telah ditetapkan setara
dengan level 7 pada KKNI. Kualifikasi tersebut perlu didukung adanya wahana rumah sakit
yang berbunyi: pendidikan profesi dilaksanakan di rumah sakit yang telah ditetapkan
sebagai rumah sakit pendidikan harus telah memenuhi persyaratan dan standar yang
ditetapkan. Untuk itu RSGM sebagai tempat pembelajaran klinik bagi dokter gigi/dokter gigi
spesialis/dokter gigi subspesialis dan tenaga kesehatan lainnya harus juga melalui proses
penetapan sebagai rumah sakit pendidikan atau Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan.
Salah satu persyaratan untuk dapat ditetapkan sebagai RSGM Pendidikan maka RSGM
harus diakreditasi pelayanannya. Badan yang ditunjuk untuk melalukan akreditasi rumah
sakit saat ini adalah Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Persyaratan sebuah rumah sakit
pendidikan yang harus dipenuhi lainnya adalah adanya Dosen dengan kualifikasi Dokter
teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi yang sesuai dengan Standar Nasional
Keunikan pendidikan profesi kedokteran gigi adalah bahwa para peserta didik secara
langsung melakukan tindakan terhadap pasien di klinik secara ‘hands-on’ yang berbeda
dengan pendidikan profesi kedokteran yang tidak melakukan tindakan terhadap pasien
secara langsung, tetapi secara ‘hands-off’. Sebagai kelanjutan dari praktikum kedokteran
gigi di tingkat akademik yang dilakukan pada phantom, maka di tingkat profesi peserta didik
akan melakukan jenis perawatan langsung pada pasien di RSGMP. Stage (stase) pekerjaan
klinik bagi peserta didik meliputi berbagai jenis dan jumlah kasus di masing-masing bidang
ilmu Konservasi Gigi, Bedah Mulut dan Maksilofasial, Kedokteran Gigi Anak, Periodontik,
Ortodontik, Penyakit Mulut, Prostodontik dan Radiologi Kedokteran Gigi yang dapat
terpenuhi sebelum dinyatakan lulus menjadi dokter gigi. Bagi peserta didik Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialias (PPDGS) ataupun PPDGS konsultan wajib menjalani
tahapan klinik di RSGMP dan rumah sakit pendidikan jejaring untuk mengerjakan sejumlah
kasus yang dipersyaratkan untuk menjadi dokter gigi spesialis. Dengan berbagai keunikan
kondisi serta proses pendidikan dan pelayanan di RSGMP, maka dibutuhkan pengawasan
yang ketat dari para dosen klinik dari tiap bidang ilmu, serta standar prosedur operasi yang
RSGM mempunyai keunikan yang lain yaitu adanya kebutuhan terhadap sejumlah
dental chair unit sebagai sarana utama untuk pelayanan rawat jalan kesehatan gigi mulut
dan hanya sedikit tempat tidur sebagai sarana pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat inap
umumnya dibutuhkan untuk kasus one day care serta pra dan pasca tindakan bedah (fraktur
rahang, tumor, kelainan maksilofasial, dll). Berbeda halnya dengan RS yang mempunyai ciri
adanya bangku periksa untuk pelayanan rawat jalan dan sejumlah tempat tidur sebagai
sarana utama untuk pelayanan rawat inap. Demikian pula alat periksa kedokteran gigi yang
digunakan akan sangat beragam jumlah dan jenisnya, di samping stethoscope dan tensi
meter.
Proses pembelajaran di dalam mulut pasien terutama dilakukan pada dental chair
unit seperti anamnesa, pemeriksaan kondisi gigi-geligi dan rongga mulut, penegakkan
dilakukan di luar mulut pasien harus dilakukan di Laboratorium Teknik Gigi, seperti proses
pembuatan restorasi indirect, crown dan bridge, protesa gigi, mata, hidung dan telinga,
obturator bagi penderita celah langit-langit serta pesawat orthodontik lepasan. Bahan dan
alat habis pakai yang digunakan selama pendidikan kedokteran gigi tingkat profesi/spesialis
mempunyai spesifikasi khusus yang mencapai jumlah kurang lebih 250 macam (item) yang
Tuntutan bagi RSGMP di bidang yang lain adalah terciptanya penelitian translasional
yang berkualitas yang mengacu pada evidence base dentistry serta penapisan bahan dan
teknologi kedokteran gigi dalam menjamin patient safety di RSGMP. Sejauh ini berbagai
hasil penelitian yang telah dilakukan para dosen fakultas kedokteran gigi dan mendukung
Menurut data kepemilikan yang ada, terdapat 30 Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan di seluruh Indonesia yang terdiri atas 12 RSGM dibawah kelola Perguruan
tinggi negeri (PTN), 2 RSGM dibawah kelola pemerintah daerah (PEMDA), dan 16 RSGM
dibawah kelola Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Seperti pada tabel (1) dibawah ini.
Tabel 1. Tiga puluh Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di seluruh Indonesia.
Adapun RSGM yang sudah memiliki izin operasional dari Menteri Kesehatan atau
Universitas Indonesia, RSGM FKG Usakti, RSGM FKG UPDMB, RSGM FKG UNPAD,
RSGM Prof. Dr. Soedomo FKG UGM, RSGM FKG UMY, RSGM FKG UHT, RSGM FKG
UNAIR, RSGM FKG UNEJ, RSGM FKG UNMAS, RSGM FKG UNHAS, RSGM FKG
UNBRAH, RSGM FKG Universitas Maranatha, RSGM FKG Univ. Islam Sultan Agung,
RSGM FKG Univeersitas Prima Indonesia, RSGM FKG Universitas YARSI, RSGM Gusti
Hasan Aman Kalsel, RSGM Pemprov Sumatera Selatan dan RSGM IIK Kediri. Sedangkan
selebihnya masih dalam proses pengurusan ijin operasional. Status ijin Operasional RSGM
Tabel 2. RSGM yang sudah memiliki izin operasional dari Menteri Kesehatan atau Dinas
kesehatan propinsi.
Sedangkan RSGM yang sementara ini dalam proses pengajuan Ijin operasional adalah
Tabel 3. RSGM yang sementara ini dalam proses pengajuan Ijin operasional
3. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi:
RSGMP pada tahun 2020 menjadi pusat pendidikan, penelitian, pelayanan, dan
b. Misi:
1) Sebagai pusat pelayanan kesehatan gigi dan mulut mulai dari tingkat dasar sampai
subspesialis
yang profesional
4) Sebagai pusat penelitian dan pendidikan yang berbasis evidence dental base guna
masyarakat
5) Menghasilkan peserta didik yang mandiri dan mampu bersaing di era global
maupun internasional
terintegrasi
8) Membangun asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di lingkungan negara
ASEAN
BAB II
Secara makro, kajian RSGMP dapat dirujuk dari logika sebuah pemikiran. Logika
adalah proses berfikir selangkah demi selangkah untuk mencapai suatu alur pemikiran yang
dapat bermuara pada asumsi atau sebuah kesimpulan. Artinya rumah sakit merupakan
tempat yang tepat untuk pembelajaran klinik peserta didik, karena didukung variasi kasus,
fasilitas, kegiatan penelitian, serta pendekatan yang holistik menjadi ciri utama. Rumah
sakit yang dimaksud adalah rumah sakit khusus gigi dan mulut yang memenuhi klasifikasi
sebagai RS pendidikan kedokteran gigi. Keberadaan rumah sakit khusus telah diatur dalam
tahun 2009 tentang rumah sakit pada bab VI pasal 19 ayat (1) dan (2), UU No 20 tahun
2013 tentang Pendidikan Kedokteran bagian V pasal 15 tentang Rumah Sakit Pendidikan,
dan PP no 93 tahun 2015 Bab III pasal 10 ayat (1b). Dengan demikian logika pemikiran
keberadaan RSGMP telah didukung aspek legalitas. Keberadaan RSGMP memang sangat
Selanjutnya, manusia dalam kodratnya selalu ingin tahu. Kodrat tersebut merupakan
kata kunci untuk suatu perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu kedokteran gigi merupakan
bagian ilmu pengetahuan yang selalu berkembang, karena manusia di dalamnya seperti
para dokter gigi atau tenaga kesehatan juga ingin tahu lebih dalam tentang esensi ilmu
kedokteran gigi. Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai wahana pendidikan, pelayanan,
penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat merupakan sarana dan prasarana untuk
mengembangkan empat hal tersebut. Salah satu di antaranya bidang penelitian yang dapat
menemukan hal-hal baru dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Pemikiran yang telah
lama muncul seperti terminologi evidensi atau sebuah kepastian yang dijamin tentang
sesuatu hal, sekarang telah mendapat tempat yang baik di bidang kesehatan. Terminologi
yang populer disebut sebagai evidence base concept. Rumah sakit yang di dalamnya ada
Selain itu pendidikan para peserta didik di RSGMP dapat memperoleh berbagai
pengetahuan indrawi, akal budi, intuitif, dan pengetahuan kepercayaan (otoriatif). Yang
disebut terakhir ini dapat turut membangun kredibilitas seorang peserta didik dalam
menghadapi pasien. Di sisi lain pengetahuan nilai yang di dalamnya berupa etika, lebih
dapat dibangun dalam proses pembelajaran di klinik. Etika yang dibangun dapat berupa
aspek horizontal dan vertikal. Nilai horizontal berupa etika di antara sesama peserta didik,
pasien, tenaga kesehatan lainnya, sedangkan etika dalam aspek vertikal dapat diperoleh
dengan para dosen, pembimbing klinik, komite medik, staff medik fungsional, dan jajaran
RSGM. Simpulan yang dapat disampaikan adalah bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan merupakan hal yang penting untuk dapat mewujudkan nilai lebih untuk
perkembangan ilmu, khususnya ilmu kedokteran gigi, etika, dan pola berfikir ilmiah.
Urgensi keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) pun dapat
dikaji dari berbagai aspek. Dari aspek sosial keberadaan RSGMP sangat memperhatikan
kepentingan umum atau masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang terjangkau tetapi dengan kualitas yang baik. Aspek sosiologis dapat disebutkan
bahwa keberadaan RSGMP sejalan perkembangan sosial masyarakat baik pendidikan dan
dan mulut, baik pada kelompok masyarakat kelas atas maupun masyarakat kecil.
Kajian aspek ekonomi dapat disebutkan antara lain bahwa keberadaan RSGMP
yang mempunyai fungsi pelayanan yang baik, dan dapat ikut mendorong program
pemerintah dalam mengurangi masyarakat kelas atas untuk tidak perlu lagi berobat ke luar
negeri. Di samping itu melalui konsep subsidi silang tariff pelayanan maka masyarakat kelas
bawah dapat dilayani dengan baik pula. Sekarang sudah ada pengembangan dari
beberapa RSGMP khususnya di Bali melakukan program untuk para wisatawan luar negeri
sehat, khususnya kesehatan gigi dan mulut. Di samping itu dengan era global di abad 21
apabila RSGMP dapat dukungan maksimal dari pemerintah maka RSGMP akan menjadi
tonggak di salah satu bidang kesehatan untuk tidak seluruhnya dimiliki oleh negara asing.
Artinya kemandirian di bidang kesehatan gigi dan mulut perlu dibangun mulai sekarang yang
pada gilirannya bangsa Indonesia tidak tergantung pada manca negara atau negara maju.
sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki spesialisasi di bidang kesehatan gigi
yaitu dokter gigi. Selama ini mahasiswa kedokteran gigi di beberapa fakultas kedokteran gigi
perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia telah memiliki klinik pendidikan (teaching
clinic) yang berfungsi sebagai tempat pendidikan klinis khusus bagi mahasiswa kedokteran
gigi, namun klinik ini belum dapat melayani kesehatan gigi dan mulut secara profesional. Di
era desentralisasi yang sekaligus memasuki era globalisasi, pelayanan kesehatan gigi
dituntut sangat mengutamakan mutu. Mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut tersebut
ditentukan oleh beberapa faktor seperti tenaga, sarana, dan metode pelayanannya.
Peningkatan mutu lulusan dokter gigi yang pada gilirannya diharapkan akan
dilakukan oleh semua institusi pendidikan dokter gigi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan
akuntabilitas pendidikan tinggi dan program studi. Agar pendidikan dokter gigi dapat
menetapkan Standar Pendidikan dokter gigi Indonesia dijadikan acuan dalam menyusun
kurikulum pendidikan profesi kedokteran gigi yang dipergunakan oleh seluruh institusi
pendidikan kedokteran gigi Indonesia dan menjadi panduan dalam menyusun kurikulum
pendidikan profesi kedokteran gigi. Didalam standar pendidikan dokter gigi ini juga diatur
mengenai standar dan kriteria Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di Indonesia yang
digunakan untuk proses pendidikan profesi dokter gigi/dokter gigi spesialis dan tenaga
kesehatan lainnya.
Keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan dalam proses pembelajaran
pada pendidikan profesi di institusi pendidikan perlu adanya standarisasi agar diperoleh
lulusan yang mempunyai kualitas sesuai dengan standar kompetensi dokter gigi Indonesia
yang telah ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2015 berdasarkan Perkosil no 40
tahun 2015.. Dasar pemikiran tersebut bermuara dari evaluasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan yang telah berdiri selama ini melalui rapat dan lokakarya yang difasilitasi
Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (ARSGMP) dan Asosiasi Fakultas
Kedokteran Gigi (AFDOKGI) serta berbagai masukan dari para stakeholder yang selama ini
Standar RSGM Pendidikan saat ini mengacu pada Standar pendidikan profesi dokter gigi di
Indonesia yang ditetapkan KKI tahun 2012. Adapun dasar hukum pendidikan profesi
kedokteran gigi saat ini diatur dalam antara lain UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, UU Nomor 20
tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran dan Peraturan Pemerintah Nomor 93 tahun 2015
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan dalam peraturan yang ada. Selain itu masih banyak
peraturan terkait yang perlu disempurnakan agar keberadaan RS Pendidikan Dokter Gigi
dapat berjalan dengan baik. Oleh karena menyangkut pelaksanaan proses pembelajaran
di tahap profesi pendidikan dokter gigi, dokter gigi spesialis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Bila peraturan yang menopang tidak mendukung, maka akan mempengaruhi perjalanan
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan sebagai wahana pendidikan tahap profesi sehingga
a. Kasus yang diperoleh semakin baragam, dengan demikian anak didik semakin
b. Kompetensi tercapai dengan banyaknya pengalaman klinik di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Pendidikan,
c. Penanganan dilakukan secara holistik, dengan demikian setiap kasus akan ditangani
d. Tenaga pendidik semakin lengkap mulai dari kompetensi umum sampai dengan
e. Menampung rujukan dari pelayanan kesehatan yang lebih rendah, dengan demikian
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan membantu pelayanan kesehatan gigi dan
khusus yang dalam hal ini Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan,
h. Membantu program pemerintah dalam menuju Indonesia sehat pada tahun 2025
Dari segi biaya untuk mendirikan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan, yang
diungkap dari beberapa perhitungan yang ada, diperlukan biaya sekitar 15 sampai dengan
20 milyar rupiah. Biaya pembangunan itu antara lain meliputi bangunan, peralatan
kedokteran gigi (unit gigi dll), Alat roentgen, Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL),
incinerator, genset, kompresor, serta kebutuhan lainnya. Jika kita hitung biaya yang sudah
dikeluarkan oleh 22 Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang sudah ada sekarang,
maka biaya tersebut berjumlah 22 X 20 Milyar rupiah = 440 milyar Rupiah. Dalam 5 tahun
ke depan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan diprediksi akan berjumlah 30, sesuai
dengan jumlah FKG dan Prodi yang ada. Maka biaya yang diperlukan untuk membangun
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan adalah 30 X 20 M= 600 Miliar rupiah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa investasi selama ini sudah cukup besar.
Dilihat dari aspek pelayanan kepada masyarakat dari 13 Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan yang tercatat jumlah pasien yang berkunjung pada tahun 2009 berkisar 393. 917
orang, dengan demikian kunjungan rata2 perbulan adalah 32.826 orang dan perhari bekisar
1313 orang. Prediksi dalam 5 tahun ke depan jika telah berdiri 25 RS Pendidikan Dokter
Gigi di 25 FKG dan Prodi KG diperkirakan jumlah pasien akan meningkat menjadi 1 juta s/d
2 juta orang bahkan jika fasilitas telah dilengkapi dan lebih baik diperkirakan dapat
meningkat menjadi 5 juta orang per tahun. Oleh karena itu keberadaan Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Pendidikan dapat membantu program pemerintah di bidang kesehatan gigi dan
mulut.
Saat ini terdapat 33 RSGM di Indonesia yang terdiri dari 22 RSGM yang telah
digunakan sebagai wahana tempat penyelenggaraan pendidikan dokter gigi dan atau dokter
gigi spesialis dan 8 RSGM sedang dalam tahap proses pembangunan dan 3 RSGM non
pendidkan yang khusus memberikan pelayanan kesehatan gigi mulut. Dari 33 RSGM yang
ada saat ini hanya 7 RSGM yang digunakan sebagai wahana tempat penyelenggaraan
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan selama ini telah menjadi tempat penelitian dan
pendidikan yang memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, telah mengerjakan kasus
b. Karies gigi yang merupakan gangguan 63% dari populasi di Indonesia atau lebih
di Indonesia
d. Oral Cancer karena tembakau sebanyak 1,6% dari populasi yang ada di Indonesia
Adisutjipto, bom Bali, Tsunami, dan korban Wedus gembel (awan panas) gunung
g. Turut menangani bencana alam gempa bumi di Yogyakarta, NAD, dan gempa di
Sumatra Barat.
h. Kasus bedah rahang pada kasus tumor dan kasus bedah sendi rahang pada
stomatognatik
.
BAB III.
Rumah sakit (RS) dalam UU no 44 tahun 2009 pada Bab VI, ps 19, ayat (1)
Umum dan RS Khusus. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) termasuk dalam jenis RS
Khusus. sesuai dengan peraturan yang ada terdiri dari dua macam yakni RSGM non-
Pendidikan para peserta didik di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi terdiri dari
peserta didik dokter gigi, dokter gigi spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, keperawatan
gigi, dan tenaga kesehatan lainnya. Untuk mencapai kompetensi sesuai dengan kurikulum
yang dibangun setiap program studi, selain rumah sakit pendidikan utama yakni RSGMP,
diperlukan juga rumah sakit jejaring,. Keberadaan Rumah sakit jejaring mempunyai tujuan
untuk menjalin networking di antara peserta didik kesehatan lainnya, serta memfasilitasi
gigi spesialis/dokter gigi spesialis konsultan maka peserta didik memerlukan juga tempat/
wahana berupa rumah sakit umum pendidikan oleh karena itu RSGM perlu membuat
kerjasama dengan RS lain sebagai rumah sakit jejaring. Untuk melaksanakan tujuan
tersebut maka perlu dibuat perjanjian kerjasama (MoU) agar proses pembelajaran untuk
menambah pengalaman klinik berjalan sesuai dengan kurikulum yang telah dibangun.
Kerjasama antara RSGMP dengan rumah sakit pendidikan ini dikoordinasikan melalui
LANDASAN HUKUM
Landasan hukum keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan mengacu
Penyusunan dan Pengembangan Naskah Akademik Rumah Sakit Gigi dan Mulut
dan 26)
5. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2008 Tentang Kesehatan (pasal 48, ayat (k)
6. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit (Pasal 19, 24,
dan 40)
Rumah Sakit
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan
11. Permenkes 1173 MENKES/PERX/2004 Tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut
16. Buku Standar Pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia tahun 2012 disusun oleh
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
Pasal 31
Sistem Pendidikan Nasional yang berkenaan dengan sistem akreditasi perguruan tinggi
Pasal 60
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan
pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah
(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan
Pasal 19
(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam
(2) Rumah sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan
(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
Pasal 47
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan
Pasal 48
Pasal 3
Pasal 26
(1) Standar pendidikan profesi kedokteran dan standar pendidikan profesi kedokteran
(2) Standar pendidikan profesi kedokteran dan standar pendidikan profesi kedokteran
a. untuk pendidikan dokter atau dokter gigi disusun oleh asosiasi institusi
b. untuk pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis disusun oleh
(4) Kolegium kedokteran atau kedokteran gigi dalam menyusun standar pendidikan
Kesehatan.
Pasal 17
keahlian khusus.
Pasal 7
(2) Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
(5) Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas: a. program
profesi dokter dan profesi dokter gigi; dan b. program dokter layanan primer, dokter
Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran pasal 7 ayat 2 dan
Pasal 13
(1) Pendidikan Profesi di rumah sakit dilaksanakan setelah rumah sakit ditetapkan menjadi
(2) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit sebagai berikut: a.
mempunyai Dosen dengan kualifikasi Dokter dan/atau Dokter Gigi sesuai dengan ketentuan
penelitian secara rutin; dan d. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(4) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan dilakukan oleh menteri yang
Menteri.
Pasal 14
(1) Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 memiliki fungsi
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasi adalah sebagai berikut.
(2) Fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(4) Fungsi penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab
Pasal 86
dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk
melakukan akreditasi.
3. Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk
Pasal 88
(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada
Peraturan Pemerintah RI Nomor 93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan pasal 10
Pasal 10
(1) Rumah Sakit Pendidikan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a berupa:
a. rumah sakit umum yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi
untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum guna mencapai kompetensi di
b. rumah sakit khusus gigi dan mulut yang digunakan fakultas kedokteran gigi untuk
memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum dalam rangka mencapai kompetensi di
Pasal 23: Jenis Rumah Sakit Khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak,
Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga
tentang RS Khusus
(1) Rumah Sakit Khusus meliputi rumah sakit khusus: a. ibu dan anak; b. mata; c. otak; d.
gigi dan mulut; e. kanker; f. jantung dan pembuluh darah; g. jiwa; h. infeksi; i. paru; j.
tentang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa standar umum pendidikan profesi dokter gigi
adalah standar yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian, Naskah A\kademik Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang disusun memiliki
dokter gigi di Indonesi khususnya keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut untuk wahana
proses pembelajaran pengalaman klinik para dokter gigi, dokter gigi spesialis, dan dokter
Berdasarkan UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat (2) Rumah
Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Kemudian
pasal 7 ayat (3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari
Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis
Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Pasal 7 ayat (4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak
di bidang perumahsakitan.
yang terkaitan dalam usaha penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi. Untuk itu
undang-undang yang ada saat ini belum dapat mengakomodir permasalahan yang ada
di RSGMP.
2. Struktur Organisasi RSGMP merujuk kepada UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit pasal 33 ayat (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif,
efisien, dan akuntabel. Ayat (2) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan disusun berdasarkan struktur organisasi rumah sakit
dengan ketentuan sebagai berikut paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang
medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan
keuangan.
Guna menunjang proses pendidikan profesi yang berkualitas dan terstandarisasi maka
a. Dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang berkualifikasi dokter gigi yang
p. Memiliki instalasi
Gigi dan Mulut Pendidikan dapat berlangsung dengan baik maka dibutuhkan
tata kelola manajemen dan tata kelola klinis yang baik yang merupakan
profesi dokter gigi/dokter gigi spesialis dan tenaga kesehatan lainnya yang
efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka mencapai visi dan misi Rumah
lainnya.
mempunyai dan mengikuti kode etik serta SOP. Kode etik juga wajib
diketahui, dimiliki, dan dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang ada di
RSGMP by LAW (Peraturan internal Rumah Sakit Gigi dan mulut Pendidikan)
BAB VI
PERSYARATAN
Persyaratan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
e. Rumah Sakit dan Mulut Pendidikan minimal mempunyai klasifikasi B, agar dapat
2. RSGMP harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan
yang sesuai.
i. Laboratorium Klinik;
l. Ruang Radiologi;
m. Ruang Tunggu ;
o. Ruang Direksi
p. Ruang Dokter
q. Ruang Pelatihan
r. Ruang Toilet;
s. Prasarana yang meliputi tenaga listrik, penyediaan air bersih, alat komunikasi, alat
a. Jumlah Dental Unit 75 buah untuk RSGM tipe A dan atau sesuai dengan rasio obyektif
b. Jumlah Dental Chair 50 unit untuk RSGM tipe B dan atau sesuai dengan rasio obyektif
c. Jumlah Tempat Tidur 3 (tiga) buah. Tempat tidur yang dimaksud digunakan untuk
tempat pemulihan, pelayanan one day care dan atau rawat inap;
2) Dental X – ray;
3) Panoramic x-ray
4) Chephalometri x-ray;
e. Sterilisator.
4. RSGMP harus menyelenggarakan pelayanan 24 (dua puluh empat) jam khusus
berupa:
a. Pelayanan gawat darurat medik dan atau kedaruratan gigi dan mulut
b. Gawat darurat medik dan atau kedaruratan gigi dan mulut yang dimaksud adalah
a. Pelayanan kefarmasian;
b. Pelayanan laboratorium yang meliputi laboratorium klinik dan laboratorium teknik gigi;
d. pelayanan anestesi;
2) Dokter Gigi Spesialis dan atau sesuai dengan klasifikasi RSGM yakni:
3) Dokter/Spesialis lainnya:
i. Dokter dengan pelatihan PPGD
4) Tenaga Keperawatan :
i. Perawat Gigi
5) Tenaga Kefarmasian:
i. Radiografer/penata Rontgen
i. Administrasi
ii. Kebersihan
Dokter gigi/dokter gigi spesialis paruh waktu di pelayanan umum RSGMP maksimal
sebesar 50%.
pasien dan keluarga serta terlaksananya keselamatan pasien (patient safety) di rumah
perlindungan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, RSGMP
wajib membuat dan memelihara rekam medis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan rekam medis tersebut dapat digunakan untuk
kepentingan Odontologiforensik
8. Rumah Sakit Gigi dan Mulut pendidikan wajib memiliki peraturan internal Rumah Sakit
Pendidikan Dokter Gigi (Dental Hospital Bylaws) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. RSGMP wajib memiliki daftar tarif pelayanan yang disahkan oleh direktur RSGMP, tarif
pelayanan ditetapkan dengan memperhatikan nilai jasa pelayanan rumah sakit serta
teknologi.
BAB VII
PELAKSANAAN STANDARISASI
DAN PERIJINAN
1. Standarisasi
Konsep dasar proses pembelajaran klinik untuk para dokter gigi, dokter gigi spesialis,
dokter gigi spesialis konsultan pada dasarnya harus di tempat yang mempunyai standar.
Untuk memperoleh standar yang baik diperlukan Instrumen untuk menilai apakah sebuah
lembaga pendidikan telah berstandar. Isi instrumen antara lain visi, misi, tujuan, sumber
daya manusia, sarana dan prasarana. Rumah sakit merupakan sebuah tempat pelayanan
kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai dengan spesialistik, dan Rumah Sakit Khusus,
dalam hal ini Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di dalamnya mengandung berbagai
persyaratan yang harus dipenuhi. Dengan demikian konsep proses pembelajaran untuk
pengalaman klinik harus dilakukan di rumah sakit agar kompetensi dapat dipenuhi.
atas komitmen Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan terhadap mutu dan kapasitas
penyelenggaraan serta kelayakan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan untuk
mewujudkan program tridarma perguruan tinggi. Dengan demikian, tujuan dan manfaat
Standarisasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Memberikan jaminan bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang terstandarisasi
telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh Kemenkes dengan merujuk pada
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Standar Nasinal Pendidikan
Tinggi tahun 2015 dan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran tahun 2016 serta
b. Mendorong Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan untuk melakukan perbaikan dan
dasar pertimbangan dalam transfer kredit pendidikan tahap profesi program studi
pendidikan dokter gigi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta pengakuan dari
badan atau instansi yang lain kepada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan.
Mutu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan merupakan cerminan dari totalitas
keadaan dan karakteristik masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak, atau
layanan/kinerja RS Pendidikan Dokter Gigi yang diukur berdasarkan sejumlah standar yang
ditetapkan.
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan wajib mengajukan permohonan untuk
dilakukan standarisasi yang dilakukan setiap jangka waktu tertentu, dan dilakukan oleh
2. Perijinan
Penyelenggaraan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan harus mendapat izin
Propinsi. Izin mendirikan sebagaimana dimaksud merupakan izin yang diberikan kepada
penyelenggara rumah sakit gigi dan mulut untuk membangun/mendirikan RSGMP. Untuk
Kabupaten/Kota. Izin mendirikan berlaku 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1(satu) kali,
hal ini memberikan kesempatan kepada pemohon untuk memenuhi persyaratan Upaya
Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan Dokter Gigi berlaku selama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang lagi. Penyelenggara RSGMP wajib mengajukan izin baru
apabila terjadi perubahan terhadap jenis Rumah Sakit Pendidikan Dokter Gigi, lokasi, dan
sering terjadi perubahan dan atau diundangkan sebuah peraturan baru. Untuk menjamin
keberlangsungan RSGMP secara baik, maka perlu adanya peraturan peralihan setidak-
Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) yang selanjutnya disebut RSGM adalah
melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat di bidang medik dental dan pelayanan
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) adalah RSGM yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga digunakan sebagai
sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, dan terikat melalui kerjasama dengan
mengelola pendidikan akademik, vokasi atau profesi dalam 1 (satu) rumpun disiplin
keilmuan.
Program studi adalah program yang mencakup kesatuan rencana belajar sebagai
serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, serta
Yayasan adalah suatu Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
Direktur RSGM dan atau RSGMP adalah pimpinan tertinggi di RSGM dan atau
RSGMP yang berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan atau
RSGMP.
Komite Medik adalah unit nonstruktural dalam organisasi RSGM dan atau RSGMP
Staf Medik Fungsional (SMF) adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter
gigi spesialis yang bekerja purna waktu maupun paruh waktu di unit pelayanan dan
pendidikan di RSGM dan atau RSGMP dan bertanggung jawab kepada komite medik
Unit Gawat Darurat RSGM adalah pelayanan kegawatdaruratan medik gigi dan mulut
stomatognatik
Stomatognatik adalah sistem dan fungsi yang menyangkut organ gigi dan mulut
Unit pelayanan spesialistik adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh tenaga
Dental Chair Unit adalah seperangkat peralatan kedokteran gigi yang minimal terdiri
dari kursi gigi, meja alat, set mesin bur, lampu, cuspidor.
Tempat tidur adalah prasarana untuk tempat persiapan, tindakan dan pasca tindakan
Rawat jalan adalah perawatan pasien di bidang kedokteran gigi dengan cara berobat
jalan
Rawat inap adalah perawatan pasien di bidang kedokteran gigi yang menginap di
rumah sakit gigi dan mulut sebelum dan setelah memperoleh prosedur perawatan dan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
klinik peserta didik dan mempunyai kerjasama dengan institusi atau lembaga
nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil
Kedokteran Gigi.
yang anggotanya terdiri atas para dekan fakultas kedokteran gigi dan ketua program
studi kedokteran gigi se Indonesia yang merupakan jaringan kerjasama fungsional
Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) suatu
Akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian mutu institusi atau program studi
yang dilakukan oleh suatu tim pakar sejawat (tim asesor) berdasarkan standar mutu
yang telah ditetapkan, atas pengarahan suatu badan atau lembaga akreditasi mandiri
di luar institusi atau program studi yang bersangkutan. Hasil akreditasi merupakan
pengakuan bahwa suatu institusi atau program studi telah memenuhi standar mutu
programnya.
Borang adalah instrumen akreditasi yang berupa formulir yang berisikan data dan
informasi yang digunakan untuk mengevaluasi dan menilai mutu suatu program studi.
Dokter gigi adalah lulusan pendidikan kedokteran gigi baik dari dalam maupun luar
perundang-undangan.
dokter gigi baik dalam bentuk fakultas, program studi atau sekolah tinggi.
dokter gigi yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan layanan kesehatan primer
dan merupakan pendidikan kedokteran gigi dasar sebagai pendidikan di perguruan
tinggi. Pendidikan kedokteran gigi terdiri atas 2 tahap, yaitu pendidikan tahap sarjana
Standar akreditasi adalah tolok ukur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan
Standar pendidikan profesi dokter gigi adalah tolok ukur nasional yang wajib
Standar kompetensi dokter gigi adalah tolok ukur nasional keluaran program studi
pendidikan dokter gigi sebagai bagian dari standar pendidikan dokter gigi yang telah
disahkan oleh KKI (SK KKI No. 23/KKI/Kep/XI/2006 tentang Standar Kompetensi
Dokter Gigi).
DAFTAR ACUAN
Ketetapan MPR RI 10 Agustus 2002: Undang Undang Dasar 1945 (Amandemen keempat)
Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomer 78; Tambahan Lembaran Negara RI No 4301:
Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomer 153; Tambahan Lembaran RI Negara Nomer 5072
Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomer 144; Tambahan Lembaran RI Negara Nomer 5063
Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomer 116; Tambahan Lembaran Negara RI Nomer 4431
2005 Tentang Pemberian Izin Tetap Penyelenggaraan Rumah Sakit Gigi dan Mulut
BAN-PT. 2003. Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi. Naskah Akademik. Jakarta: BAN-PT
Ditjen Dikti. 1975. Kebijakan Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti
Depdiknas.
Ditjen Dikti. 1976a Gambaran Keadaan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Ditjen Dikti. 1976b Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang. Jakarta:
KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). 2012. Standar Pendidikan Dokter Gigi. Konsil
KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). 2015. Standar Kompetensi Profesi Dokter Gigi. Konsil
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi sebagai
Tadjudin, M.K. 2000. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status
Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi program
Geneva/Copenhagen.