Anda di halaman 1dari 53

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN

(RSGMP)

NASKAH AKADEMIK

Tim Pokja

PERSATUAN DOKTER GIGI INDONESIA (PDGI)

ASOSIASI FAKULTAS KODOKTERAN GIGI INDONESIA (AFDOKGI)

ASOSIASI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN INDONESIA (ARSGMPI)

2016
Daftar Isi

Kontributor

Kata Pengantar

BAB I LATAR BELAKANG

1. Sejarah Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia

2. Rumah Sakit gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP)

3. Visi, Misi dan Tujuan

BAB II DASAR PEMIKIRAN DAN KONDISI SAAT INI

1. Konsepsi dan Urgensi

2. Kondisi saat ini

BAB III. RUMAH SAKIT JEJARING

BAB IV LANDASAN HUKUM

BAB V ORGANISASI

1. Kepemilikan

2. Organisasi

3. Tatalaksana

BAB VI PERSYARATAN

1. Standarisasi

2. Perijinan

BAB VII PELAKSANAAN STANDARISASI DAN PERIJINAN

Daftar Istilah

Daftar Acuan

Lampiran tentang Standarisasi RSGMP


Tim Penyusun

1. Munakhir Ms. (RSGM Prof. Soedomo UGM)

2. Grace Gumuruh (ARSGMPI)

3. Eky S. Soeria S. (AFDOKGI)

4. Tri Erri Astuti (KKI)

5. Hananto Seno (PDGI)

6. Iwan D.P. (UMY Yogyakarta)

7. Melani S. Jamil (PDGI)

8. Bahruddin Thalib (AFDOKGI)

9. Muhammad Ruslin (ARSGMPI)

10. Marta Juslily (ARSGMPI)

11. Coen Pramono (ARSGMPI)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena Naskah Akademik Rumah

Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan dapat diselesaikan dengan baik. NASKAH AKADEMIK (NA)

disusun sebagai landasan ilmiah tentang konsepsi, urgensi, eksistensi sebuah Rumah

Sakit Gigi Mulut Pendidikan (RSGMP). Naskah Akademik ini merupakan sebuah justifikasi

pentingnya keberadaan RSGMP dalam penyelenggaraan pendidikan dokter gigi/dokter gigi

spesialis dan tenaga kesehatan lainnya yang diharapkan dapat dicantumkan dalam

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang RS Pendidikan yang akan dibuat

Kemenkes RI.

NA RSGMP dibangun berdasarkan hasil dari kajian penyelenggaraan RSGM, kajian

kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut, survei pemetaan institusi

pendidikan kedokteran gigi dan benchmark ke luar negri khususnya UK, USA, Jepang,

Hongkong & Thailand. Dalam Naskah Akademik RSGMP disampaikan juga hal-hal yang

sangat erat berhubungan dengan kegiatan RSGMP sebagai sarana pendidikan, penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat dokter gigi/dokter gigi spesialis dan tenaga kesehatan

lainnya, sekaligus sebagai wahana atau sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut

masyarakat yang berkualitas.

Keberadaaan RSGMP di Indonesia sebagai bagian integral dari sebuah

institusi/lembaga pendidikan dokter gigi/dokter gigi spesialis/dokter gigi spesialis konsultan,

dan tenaga kesehatan lainnya mempunyai peranan strategis dalam rangka memenuhi rasio

kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia.

Naskah Akademik RSGMP ini disusun oleh unsur-unsur Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), dan Asosiasi

Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI)


Tim penyusun menyadari bahwa apa yang dihasilkan masih terdapat kekurangan

dalam banyak hal. Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya

Naskah Akademik RSGMP diucapkan terima kasih.

Jakarta, 20 Oktober 2016

Tim Penyusun
BAB I

LATAR BELAKANG

1. Sejarah Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia

Pertanyaan sering muncul dari berbagai pihak adalah: apakah Pendidikan Dokter

Gigi memerlukan sebuah rumah sakit. Jawaban dapat dirunut dari sejarah terbentuknya

Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) di Indonesia, serta tidak lepas juga berdirinya Fakultas

Kedokteran (FK).

Sejarah dimulai ketika negeri ini masih disebut Hindia Belanda, jumlah perguruan

tinggi dapat dengan mudah dihitung dengan jari. Di Bandung terdapat Technische

Hogeschool (THS) yaitu Sekolah Tinggi Teknik yang didirikan tahun 1920, di Batavia (kini

Jakarta) tersedia Recht Hogeschool (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum yang dibuka tahun

1924 dan Geneeskundige Hogeschool (GHS) yang tidak lain dari Sekolah Tinggi

Kedokteran dan diresmikan tahun 1927. Di samping ketiga sekolah tinggi tersebut terdapat

pula Sekolah Dokter Indonesia (Stovit) dan Sekolah Dokter Gigi (Tandheelkunde) di

Surabaya serta Sekolah Dokter Hewan Indonesia dan Sekolah Menengah Pertanian di

Bogor.

Dalam perkembangannya pendidikan dokter gigi di Indonesia sampai dengan tahun

(2016) mencapai 30 FKG (FKG/Prodi PTN 14 dan PTS 16). Pada waktu itu pendidikan

dokter gigi termasuk pendidikan dokter gigi spesialis dilakukan di poliklinik dengan ijin

balai pengobatan. Hal ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan keilmuan baik tingkat

nasional maupun internasional. Ilmu kedokteran gigi telah berkembang menjadi 8 bidang

spesialistik yaitu ilmu bedah mulut dan Maksilofasial, Penyakit Mulut, Ortodontik,

Prostodontik, Kedokteran Gigi Anak, Periodontik, Konservasi Gigi, dan Radiologi Kedokteran

Gigi. Di beberapa FKG di Indonesia bahkan telah memiliki Guru Besar sebagai pengampu

ilmu-ilmu tersebut. Oleh karena itu wahana yang digunakan sebagai tempat

penyelenggaraan pendidikan dokter gigi/dokter gigi spesialis/dokter gigi spesialis konsultan

sudah tidak sesuai apabila diselenggarakan di sebuah Balai pengobatan. Kondisi ini
menuntut sebuah rumah sakit pendidikan yang layak untuk terselenggaranya pendidikan

dokter gigi/dokter gigi spesialis/dokter gigi spesialis konsultan, penelitian dan

pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran gigi yang berkualitas.

Sejarah mengenai wahana rumah sakit tempat untuk pendidikan dokter gigi di

Indonesia diawali sekitar tahun 1999 melalui pembicaraan para Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi se-Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi (AFDOKGI) se-

Indonesia, memunculkan pemikiran bahwa pendidikan keterampilan atau pengalaman

belajar klinik dokter gigi/dokter gigi spesislis/dokter gigi spesialis konsultan tidak dapat

dicapai dengan sempurna (holistik) dan bermutu melalui sarana dan prasarana sebuah

poliklinik atau sebuah balai pengobatan. Pemikiran ini didasari adanya kebutuhan untuk

mengantisipasi perkembangan jaman di era globalisasi dan perdagangan bebas nantinya

dimana tenaga kesehatan asing akan masuk dan dapat bekerja di Indonesia. Guna

memenuhi tuntutan kebutuhan adanya kesetaraan pengetahuan dan ketrampilan tenaga

kesehatan maka sangat diperlukan tempat pendidikan ketrampilan/pengalaman belajar

klinik yang komprehensif maka dibutuhkan adanya sebuah tempat/wahana belajar berupa

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan

penjaminan mutu tenaga dokter gigi/dokter gigi spesialis/ dokter gigi spesialis konsultan

serta tenaga kesehatan lainnya. Asosiasi fakultas kedokteran gigi kemudian mengusulkan

dibentuknya Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) ke Departemen Kesehatan agar proses

pembelajaran klinik yang berkualitas dapat terlaksana dengan baik.

Kebutuhan akan rumah sakit pendidikan sangat disadari dan diperlukan sebagai

pusat pembelajaran dan pendidikan yang terintegrasi, holistik, saintifik dan kolaboratif

guna mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan klinis tenaga kesehatan bidang

kedokteran gigi. Adapun bentuk rumah sakit yang dibutuhkan adalah Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Pendidikan (RSGMP). RSGMP ini akan menjadi wahana untuk tempat pembelajaran

klinik dokter gigi/dokter gigi spesialis/ dokter gigi spesialis konsultan.

Berangkat dari pemikiran diatas, para dekan yang tergabung dalam AFDOKGI

kemudian melakukan advokasi ke Menteri Kesehatan Dr. dr. Achmad Sujudi., MHA untuk
diperbolehkan mendirikan Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Indonesia. Di tahun 2002,

Departemen Kesehatan mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesa

(Kepmenkes RI) No HK. 00.06.1.4.4803 tahun 2002 tentang pemberian ijin sementara

pendirian Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai lahan pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi.

Saat itu ada 13 (tiga belas) Institusi pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia yang

mendapat ijin mendirikan RSGMP dimana masing-masing adalah RSGM Universitas

Jember (UNEJ), Universitas Trisakti (USAKTI), Universitas Pajajaran (UNPAD), Universitas

Indonesia (UI), Universitas Dr. Moestopo Beragama (UPDM-B), Universitas Gadjah Mada

(UGM), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Hang Tuah (UHT), Universitas

Mahasaraswati (UNMAS), Universitas Sumatra Utara (USU), Universitas Hasanuddin

(UNHAS), Universitas Muhammadyah (UMY), dan RSGM Universitas Baiturahman

(UNBRAH).

Tahun 2004, Departemen Kesehatan mengeluarkan peraturan menteri kesehatan

(PERMENKES) No. 1173/Menkes/Per/X/2004 tentang rumah sakit gigi dan mulut (RSGM)

yang semakin memperkuat keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Indonesia. Dengan

semakin diakuinya keberadaan RSGM di Indonesia maka AFDOKGI lalu menginisiasi

pembentukan Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang disingkat ARSGMPI

pada tahun 2005 di Bandung agar dapat mewadahi berbagai masalah dan isu terkait

perubahan status dari poliklinik ke Rumah Sakit. Kemudian menyusul surat keputusan

terkait ijin penyelenggaraan RSGM yaitu: Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

1625/Menkes/SK/XII/2005 tertanggal 2 Desember 2005 tentang pemberian izin tetap

penyelenggaraan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai tempat pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi.

Dalam rangka memperkuat keberadaan RSGM sebagai rumah sakit pendidikan,

maka di tahun 2007 Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia bergabung

dengan Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI) dan pada tahun 2011

bergabung dengan Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI).


Agar keberadaan RSGM dan pelaksanaan pendidikan profesi dokter gigi/dokter gigi

spesialis/dokter gigi spesialis konsultan dapat berlangsung dan terselengara dengan baik,

maka perlu disusun sebuah NASKAH AKADEMIK (NA) sebagai landasan ilmiah tentang

urgensi, eksistensi dan konsep sebuah Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan (RSGMP).

Naskah Akademik rumah sakit gigi mulut pendidikan dokter gigi pada dasarnya merupakan

profil yang di dalamnya tercantum berbagai standar serta regulasi yang melekat pada

dirinya. Dengan demikian dapat menjawab pertanyaan: who, when, what, dan why tentang

rumah sakit gigi dan mulut pendidikan tersebut.

2. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP)

Berdasarkan UU nomor 12 tahun 2012 tentang sistim pendidikan nasional dan UU

no. 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran, sistem pendidikan dokter gigi di

Indonesia saat ini terdiri atas Pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pendidikan

Akademik adalah pendidikan tinggi program sarjana dan/atau program pascasarjana

kedokteran dan kedokteran gigi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu kedokteran

dan ilmu kedokteran gigi. Tahap profesi adalah tahap Pendidikan Kedokteran yang

dilaksanakan melalui proses belajar mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan

pembelajaran komunitas yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkat pelayanan

kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran pendidikan

setelah pendidikan sarjana kedokteran gigi yang mempunyai kompetensi tertentu.

Pendidkan profesi Kedokteran gigi telah diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2013 tentang

Sistem Pendidikan Kedokteran pada Bab III pasal 7, serta berbagai peraturan yang

dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia..

Dengan adanya pemikiran bahwa agar diperoleh proses pembelajaran dan

pendidikan klinik kedokteran gigi yang terintegrasi, holistik, saintifik dan kolaboratif bagi

dokter gigi/dokter gigi spesialis/dokter gigi subspesialis maka adanya kebutuhan akan suatu
bentuk rumah sakit pendidikan khusus yaitu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan

(RSGMP). Guna melihat bentuk sebuah pendidikan profesi di negara lain dan sebagai

referensi banding, maka AFDOGI dan ARSGMPI telah melakukan studi banding ke

beberapa negara untuk melihat perkembangan rumah sakit gigi mulut di luar negeri.

Setelah dilakukan kajian mendalam lalu diambil kesimpulan bahwa sudah selayaknya

sistim pendidikan profesi kedokteran gigi di Indonesia juga memiliki wahana yang serupa

yaitu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan. Berikut hasil studi banding di beberapa

negara, contoh pelaksanaan pendidikan profesi tenaga kesehatan bidang kedokteran gigi di

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (dental hospital ) dari institusi/lembaga pendidikan

sebagai berikut :

1. Tokyo Medical and Dental University Hospital, memiliki dental hospital dan medical

hospital yang terpisah, tetapi saling mengisi dan melengkapi dalam pelayanan

kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat

2. Prince Phillips Dental Hospital milik Hongkong University, memiliki dental hospital

yang melekat erat dengan institusi Kedokteran gigi Gigi

3. Seoul University memiliki dental hospital

4. Thamassat University dan Mahidol Thailand memiliki dental hospital

5. Universiti Malaysia memiliki dental hospital

6. Royal Dental Hospital of Melbourne Australia

7. Birmingham Dental Hospital

8. Gottingen University Germany

9. The Beijing Stomatological Hospital

Dengan mengacu pada perkembangan rumah sakit gigi mulut di luar negeri, serta

adanya tuntutan globalisasi yang telah menerapkan system perdagangan bebas, maka

selayaknya di Indonesia juga diperlukan wahana yang serupa yaitu Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Pendidikan.
Konsekuensi adanya perdagangan bebas, telah ditetapkan Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (KKNI) dalam mengantisipasi kesetaraan kualifikasi tenaga kesehatan

asing yang masuk ke Indonesia. Kualifikasi tenaga dokter gigi telah ditetapkan setara

dengan level 7 pada KKNI. Kualifikasi tersebut perlu didukung adanya wahana rumah sakit

yang lengkap, baik, berkualitas dan terstandarisasi.

Merujuk kepada UU Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Kedokteran,

yang berbunyi: pendidikan profesi dilaksanakan di rumah sakit yang telah ditetapkan

sebagai rumah sakit pendidikan harus telah memenuhi persyaratan dan standar yang

ditetapkan. Untuk itu RSGM sebagai tempat pembelajaran klinik bagi dokter gigi/dokter gigi

spesialis/dokter gigi subspesialis dan tenaga kesehatan lainnya harus juga melalui proses

penetapan sebagai rumah sakit pendidikan atau Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan.

Salah satu persyaratan untuk dapat ditetapkan sebagai RSGM Pendidikan maka RSGM

harus diakreditasi pelayanannya. Badan yang ditunjuk untuk melalukan akreditasi rumah

sakit saat ini adalah Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Persyaratan sebuah rumah sakit

pendidikan yang harus dipenuhi lainnya adalah adanya Dosen dengan kualifikasi Dokter

dan/atau Dokter Gigi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; b. memiliki

teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi yang sesuai dengan Standar Nasional

Pendidikan Kedokteran; c. mempunyai program penelitian secara rutin;

Keunikan pendidikan profesi kedokteran gigi adalah bahwa para peserta didik secara

langsung melakukan tindakan terhadap pasien di klinik secara ‘hands-on’ yang berbeda

dengan pendidikan profesi kedokteran yang tidak melakukan tindakan terhadap pasien

secara langsung, tetapi secara ‘hands-off’. Sebagai kelanjutan dari praktikum kedokteran

gigi di tingkat akademik yang dilakukan pada phantom, maka di tingkat profesi peserta didik

akan melakukan jenis perawatan langsung pada pasien di RSGMP. Stage (stase) pekerjaan

klinik bagi peserta didik meliputi berbagai jenis dan jumlah kasus di masing-masing bidang

ilmu Konservasi Gigi, Bedah Mulut dan Maksilofasial, Kedokteran Gigi Anak, Periodontik,

Ortodontik, Penyakit Mulut, Prostodontik dan Radiologi Kedokteran Gigi yang dapat

terpenuhi sebelum dinyatakan lulus menjadi dokter gigi. Bagi peserta didik Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialias (PPDGS) ataupun PPDGS konsultan wajib menjalani

tahapan klinik di RSGMP dan rumah sakit pendidikan jejaring untuk mengerjakan sejumlah

kasus yang dipersyaratkan untuk menjadi dokter gigi spesialis. Dengan berbagai keunikan

kondisi serta proses pendidikan dan pelayanan di RSGMP, maka dibutuhkan pengawasan

yang ketat dari para dosen klinik dari tiap bidang ilmu, serta standar prosedur operasi yang

rinci agar keselamatan pasien tetap terjamin.

RSGM mempunyai keunikan yang lain yaitu adanya kebutuhan terhadap sejumlah

dental chair unit sebagai sarana utama untuk pelayanan rawat jalan kesehatan gigi mulut

dan hanya sedikit tempat tidur sebagai sarana pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat inap

umumnya dibutuhkan untuk kasus one day care serta pra dan pasca tindakan bedah (fraktur

rahang, tumor, kelainan maksilofasial, dll). Berbeda halnya dengan RS yang mempunyai ciri

adanya bangku periksa untuk pelayanan rawat jalan dan sejumlah tempat tidur sebagai

sarana utama untuk pelayanan rawat inap. Demikian pula alat periksa kedokteran gigi yang

digunakan akan sangat beragam jumlah dan jenisnya, di samping stethoscope dan tensi

meter.

Proses pembelajaran di dalam mulut pasien terutama dilakukan pada dental chair

unit seperti anamnesa, pemeriksaan kondisi gigi-geligi dan rongga mulut, penegakkan

diagnosa, serta perencanaan perawatan serta tindakan perawatan. Pekerjaan yang

dilakukan di luar mulut pasien harus dilakukan di Laboratorium Teknik Gigi, seperti proses

pembuatan restorasi indirect, crown dan bridge, protesa gigi, mata, hidung dan telinga,

obturator bagi penderita celah langit-langit serta pesawat orthodontik lepasan. Bahan dan

alat habis pakai yang digunakan selama pendidikan kedokteran gigi tingkat profesi/spesialis

mempunyai spesifikasi khusus yang mencapai jumlah kurang lebih 250 macam (item) yang

perlu dikelola secara professional.

Tuntutan bagi RSGMP di bidang yang lain adalah terciptanya penelitian translasional

yang berkualitas yang mengacu pada evidence base dentistry serta penapisan bahan dan

teknologi kedokteran gigi dalam menjamin patient safety di RSGMP. Sejauh ini berbagai
hasil penelitian yang telah dilakukan para dosen fakultas kedokteran gigi dan mendukung

perkembangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan sudah dipatenkan.

Menurut data kepemilikan yang ada, terdapat 30 Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Pendidikan di seluruh Indonesia yang terdiri atas 12 RSGM dibawah kelola Perguruan

tinggi negeri (PTN), 2 RSGM dibawah kelola pemerintah daerah (PEMDA), dan 16 RSGM

dibawah kelola Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Seperti pada tabel (1) dibawah ini.

Tabel 1. Tiga puluh Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di seluruh Indonesia.
Adapun RSGM yang sudah memiliki izin operasional dari Menteri Kesehatan atau

Dinas kesehatan propinsi masing-masing sebanyak 22 RSGM adalah RSGM FKG

Universitas Indonesia, RSGM FKG Usakti, RSGM FKG UPDMB, RSGM FKG UNPAD,

RSGM Prof. Dr. Soedomo FKG UGM, RSGM FKG UMY, RSGM FKG UHT, RSGM FKG
UNAIR, RSGM FKG UNEJ, RSGM FKG UNMAS, RSGM FKG UNHAS, RSGM FKG

UNBRAH, RSGM FKG Universitas Maranatha, RSGM FKG Univ. Islam Sultan Agung,

RSGM FKG Univeersitas Prima Indonesia, RSGM FKG Universitas YARSI, RSGM Gusti

Hasan Aman Kalsel, RSGM Pemprov Sumatera Selatan dan RSGM IIK Kediri. Sedangkan

selebihnya masih dalam proses pengurusan ijin operasional. Status ijin Operasional RSGM

dapat dilihat pada tabel (2) dibawah ini.

Tabel 2. RSGM yang sudah memiliki izin operasional dari Menteri Kesehatan atau Dinas

kesehatan propinsi.
Sedangkan RSGM yang sementara ini dalam proses pengajuan Ijin operasional adalah

seperti tabel (3) dibawah ini;

Tabel 3. RSGM yang sementara ini dalam proses pengajuan Ijin operasional
3. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi:

RSGMP pada tahun 2020 menjadi pusat pendidikan, penelitian, pelayanan, dan

pengabdian masyarakat serta mampu mengembangkan kemandirian Iptekdokgi agar dapat

bersaing di era global

b. Misi:

1) Sebagai pusat pelayanan kesehatan gigi dan mulut mulai dari tingkat dasar sampai

subspesialis

2) Memberi pelayanan kesgilut yg mampu melayani masyarakat luas

3) Sebagai sarana proses pembelajaran pengalaman klinik bagi tenaga kesehatan

yang profesional

4) Sebagai pusat penelitian dan pendidikan yang berbasis evidence dental base guna

peningkatan mutu tenaga pendidik, peserta didik dan peningkatan kesehatan

masyarakat

5) Menghasilkan peserta didik yang mandiri dan mampu bersaing di era global

6) Pusat informasi tentang kesehatan gigi dan mulut untuk masyarakat

c. Tujuan dan Manfaat:

1) Meningkatkan pemerataan pelayanan kesgilut untuk masyarakat luas, terutama

masyarakat rural yg berpenghasilan rendah

2) Sebagai pusat pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

3) Mengurangi penyakit gigi dan mulut secara berkesinambungan

4) Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut

5) Membangun kerjasama dengan lembaga kesehatan lainnya baik lingkup nasional

maupun internasional

6) Membantu pemerintah dalam program menuju Indonesia sehat tahun 2025


7) Menjadi pusat kegiatan pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan yang

terintegrasi

8) Membangun asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di lingkungan negara

ASEAN
BAB II

DASAR PEMIKIRAN DAN KONDISI SAAT INI

1. Konsepsi dan Urgensi

Secara makro, kajian RSGMP dapat dirujuk dari logika sebuah pemikiran. Logika

adalah proses berfikir selangkah demi selangkah untuk mencapai suatu alur pemikiran yang

dapat bermuara pada asumsi atau sebuah kesimpulan. Artinya rumah sakit merupakan

tempat yang tepat untuk pembelajaran klinik peserta didik, karena didukung variasi kasus,

fasilitas, kegiatan penelitian, serta pendekatan yang holistik menjadi ciri utama. Rumah

sakit yang dimaksud adalah rumah sakit khusus gigi dan mulut yang memenuhi klasifikasi

sebagai RS pendidikan kedokteran gigi. Keberadaan rumah sakit khusus telah diatur dalam

Permenkes 1173 MENKES/PERX/2004 Tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut, UU No 44

tahun 2009 tentang rumah sakit pada bab VI pasal 19 ayat (1) dan (2), UU No 20 tahun

2013 tentang Pendidikan Kedokteran bagian V pasal 15 tentang Rumah Sakit Pendidikan,

dan PP no 93 tahun 2015 Bab III pasal 10 ayat (1b). Dengan demikian logika pemikiran

keberadaan RSGMP telah didukung aspek legalitas. Keberadaan RSGMP memang sangat

diperlukan untuk implementasi dari sebuah peraturan yang ada.

Selanjutnya, manusia dalam kodratnya selalu ingin tahu. Kodrat tersebut merupakan

kata kunci untuk suatu perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu kedokteran gigi merupakan

bagian ilmu pengetahuan yang selalu berkembang, karena manusia di dalamnya seperti

para dokter gigi atau tenaga kesehatan juga ingin tahu lebih dalam tentang esensi ilmu

kedokteran gigi. Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai wahana pendidikan, pelayanan,

penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat merupakan sarana dan prasarana untuk

mengembangkan empat hal tersebut. Salah satu di antaranya bidang penelitian yang dapat

menemukan hal-hal baru dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Pemikiran yang telah

lama muncul seperti terminologi evidensi atau sebuah kepastian yang dijamin tentang

sesuatu hal, sekarang telah mendapat tempat yang baik di bidang kesehatan. Terminologi
yang populer disebut sebagai evidence base concept. Rumah sakit yang di dalamnya ada

RSGMP merupakan wahana utama yang dapat mewujudkan konsep tersebut.

Selain itu pendidikan para peserta didik di RSGMP dapat memperoleh berbagai

pengetahuan indrawi, akal budi, intuitif, dan pengetahuan kepercayaan (otoriatif). Yang

disebut terakhir ini dapat turut membangun kredibilitas seorang peserta didik dalam

menghadapi pasien. Di sisi lain pengetahuan nilai yang di dalamnya berupa etika, lebih

dapat dibangun dalam proses pembelajaran di klinik. Etika yang dibangun dapat berupa

aspek horizontal dan vertikal. Nilai horizontal berupa etika di antara sesama peserta didik,

pasien, tenaga kesehatan lainnya, sedangkan etika dalam aspek vertikal dapat diperoleh

dengan para dosen, pembimbing klinik, komite medik, staff medik fungsional, dan jajaran

RSGM. Simpulan yang dapat disampaikan adalah bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk dapat mewujudkan nilai lebih untuk

perkembangan ilmu, khususnya ilmu kedokteran gigi, etika, dan pola berfikir ilmiah.

Urgensi keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) pun dapat

dikaji dari berbagai aspek. Dari aspek sosial keberadaan RSGMP sangat memperhatikan

kepentingan umum atau masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

yang terjangkau tetapi dengan kualitas yang baik. Aspek sosiologis dapat disebutkan

bahwa keberadaan RSGMP sejalan perkembangan sosial masyarakat baik pendidikan dan

keinginan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi

dan mulut, baik pada kelompok masyarakat kelas atas maupun masyarakat kecil.

Kajian aspek ekonomi dapat disebutkan antara lain bahwa keberadaan RSGMP

yang mempunyai fungsi pelayanan yang baik, dan dapat ikut mendorong program

pemerintah dalam mengurangi masyarakat kelas atas untuk tidak perlu lagi berobat ke luar

negeri. Di samping itu melalui konsep subsidi silang tariff pelayanan maka masyarakat kelas

bawah dapat dilayani dengan baik pula. Sekarang sudah ada pengembangan dari

beberapa RSGMP khususnya di Bali melakukan program untuk para wisatawan luar negeri

yang dikaitkan dengan program kesehatan gigi dan mulut.


Menengok pada kajian budaya dan politik dapat disampaikan bahwa keberadaan

RSGMP membantu pemerintah dalam program membudayakan masyarakat untuk menuju

sehat, khususnya kesehatan gigi dan mulut. Di samping itu dengan era global di abad 21

apabila RSGMP dapat dukungan maksimal dari pemerintah maka RSGMP akan menjadi

tonggak di salah satu bidang kesehatan untuk tidak seluruhnya dimiliki oleh negara asing.

Artinya kemandirian di bidang kesehatan gigi dan mulut perlu dibangun mulai sekarang yang

pada gilirannya bangsa Indonesia tidak tergantung pada manca negara atau negara maju.

2. Kondisi saat ini

Peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan gigi masyarakat menuntut adanya

sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki spesialisasi di bidang kesehatan gigi

yaitu dokter gigi. Selama ini mahasiswa kedokteran gigi di beberapa fakultas kedokteran gigi

perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia telah memiliki klinik pendidikan (teaching

clinic) yang berfungsi sebagai tempat pendidikan klinis khusus bagi mahasiswa kedokteran

gigi, namun klinik ini belum dapat melayani kesehatan gigi dan mulut secara profesional. Di

era desentralisasi yang sekaligus memasuki era globalisasi, pelayanan kesehatan gigi

dituntut sangat mengutamakan mutu. Mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut tersebut

ditentukan oleh beberapa faktor seperti tenaga, sarana, dan metode pelayanannya.

Peningkatan mutu lulusan dokter gigi yang pada gilirannya diharapkan akan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan merupakan upaya yang berkesinambungan harus

dilakukan oleh semua institusi pendidikan dokter gigi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan

perkembangan kebijakan pendidikan tinggi yang mementingkan peningkatan mutu dan

akuntabilitas pendidikan tinggi dan program studi. Agar pendidikan dokter gigi dapat

terjamin mutunya, maka dibutuhkan standar pendidikan yang menjadi panduan

penyelenggaraan pendidikan dokter gigi. Di tahun 2012 Konsil Kedokteran Indonesia

menetapkan Standar Pendidikan dokter gigi Indonesia dijadikan acuan dalam menyusun

kurikulum pendidikan profesi kedokteran gigi yang dipergunakan oleh seluruh institusi

pendidikan kedokteran gigi Indonesia dan menjadi panduan dalam menyusun kurikulum
pendidikan profesi kedokteran gigi. Didalam standar pendidikan dokter gigi ini juga diatur

mengenai standar dan kriteria Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di Indonesia yang

digunakan untuk proses pendidikan profesi dokter gigi/dokter gigi spesialis dan tenaga

kesehatan lainnya.

Keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan dalam proses pembelajaran

pada pendidikan profesi di institusi pendidikan perlu adanya standarisasi agar diperoleh

lulusan yang mempunyai kualitas sesuai dengan standar kompetensi dokter gigi Indonesia

yang telah ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2015 berdasarkan Perkosil no 40

tahun 2015.. Dasar pemikiran tersebut bermuara dari evaluasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Pendidikan yang telah berdiri selama ini melalui rapat dan lokakarya yang difasilitasi

Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (ARSGMP) dan Asosiasi Fakultas

Kedokteran Gigi (AFDOKGI) serta berbagai masukan dari para stakeholder yang selama ini

melaksanakan kegiatan dalam RS Pendidikan Dokter Gigi di tempat masing-masing.

Standar RSGM Pendidikan saat ini mengacu pada Standar pendidikan profesi dokter gigi di

Indonesia yang ditetapkan KKI tahun 2012. Adapun dasar hukum pendidikan profesi

kedokteran gigi saat ini diatur dalam antara lain UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dan UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, UU Nomor 20

tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran dan Peraturan Pemerintah Nomor 93 tahun 2015

tentang Rumah sakit Pendidikan.

Masalah yang muncul di lapangan adalah masih belum tertampungnya masalah

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan dalam peraturan yang ada. Selain itu masih banyak

peraturan terkait yang perlu disempurnakan agar keberadaan RS Pendidikan Dokter Gigi

dapat berjalan dengan baik. Oleh karena menyangkut pelaksanaan proses pembelajaran

di tahap profesi pendidikan dokter gigi, dokter gigi spesialis, dan tenaga kesehatan lainnya.

Bila peraturan yang menopang tidak mendukung, maka akan mempengaruhi perjalanan

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan sebagai wahana pendidikan tahap profesi sehingga

tidak mencapai kompetensi yang diharapkan.


Banyak hal yang dapat dipetik dari proses pembelajaran dokter gigi, dokter gigi

spesialis, dokter gigi spesialis konsultan di tahap Clerkship yakni:

a. Kasus yang diperoleh semakin baragam, dengan demikian anak didik semakin

banyak memperoleh pengalaman kasus yang semakin bervariasi,

b. Kompetensi tercapai dengan banyaknya pengalaman klinik di Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Pendidikan,

c. Penanganan dilakukan secara holistik, dengan demikian setiap kasus akan ditangani

sebagai manusia seutuhnya

d. Tenaga pendidik semakin lengkap mulai dari kompetensi umum sampai dengan

yang mempunyai kompetensi subspesialis dan atau spesialis konsultan

e. Menampung rujukan dari pelayanan kesehatan yang lebih rendah, dengan demikian

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan membantu pelayanan kesehatan gigi dan

mulut pemerintah daerah yakni Pemkot/Pemda.

f. Kerjasama dapat diperluas dan menumbuhkembangkan kerja tim

g. Menjadi tempat pembelajaran di bidang organisasi dan manajemen rumah sakit

khusus yang dalam hal ini Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan,

h. Membantu program pemerintah dalam menuju Indonesia sehat pada tahun 2025

dalam sekala besar.

i. Memberikan nilai tambah dalam beberapa aspek pendidikan, khususnya penelitian

dalam pengembangan ilmu kedokteran gigi

j. Memberikan pelayanan yang bermutu dengan tarif yang terjangkau untuk

masyarakat luas di bidang kedokteran gigi dan mulut

Dari segi biaya untuk mendirikan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan, yang

diungkap dari beberapa perhitungan yang ada, diperlukan biaya sekitar 15 sampai dengan

20 milyar rupiah. Biaya pembangunan itu antara lain meliputi bangunan, peralatan

kedokteran gigi (unit gigi dll), Alat roentgen, Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL),

incinerator, genset, kompresor, serta kebutuhan lainnya. Jika kita hitung biaya yang sudah
dikeluarkan oleh 22 Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang sudah ada sekarang,

maka biaya tersebut berjumlah 22 X 20 Milyar rupiah = 440 milyar Rupiah. Dalam 5 tahun

ke depan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan diprediksi akan berjumlah 30, sesuai

dengan jumlah FKG dan Prodi yang ada. Maka biaya yang diperlukan untuk membangun

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan adalah 30 X 20 M= 600 Miliar rupiah. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa investasi selama ini sudah cukup besar.

Dilihat dari aspek pelayanan kepada masyarakat dari 13 Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Pendidikan yang tercatat jumlah pasien yang berkunjung pada tahun 2009 berkisar 393. 917

orang, dengan demikian kunjungan rata2 perbulan adalah 32.826 orang dan perhari bekisar

1313 orang. Prediksi dalam 5 tahun ke depan jika telah berdiri 25 RS Pendidikan Dokter

Gigi di 25 FKG dan Prodi KG diperkirakan jumlah pasien akan meningkat menjadi 1 juta s/d

2 juta orang bahkan jika fasilitas telah dilengkapi dan lebih baik diperkirakan dapat

meningkat menjadi 5 juta orang per tahun. Oleh karena itu keberadaan Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Pendidikan dapat membantu program pemerintah di bidang kesehatan gigi dan

mulut.

Saat ini terdapat 33 RSGM di Indonesia yang terdiri dari 22 RSGM yang telah

digunakan sebagai wahana tempat penyelenggaraan pendidikan dokter gigi dan atau dokter

gigi spesialis dan 8 RSGM sedang dalam tahap proses pembangunan dan 3 RSGM non

pendidkan yang khusus memberikan pelayanan kesehatan gigi mulut. Dari 33 RSGM yang

ada saat ini hanya 7 RSGM yang digunakan sebagai wahana tempat penyelenggaraan

pendidikan dokter gigi spesialis/dokter gigi spesialis konsultan (PPDGS.

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan selama ini telah menjadi tempat penelitian dan

pendidikan yang memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, telah mengerjakan kasus

besar yang sangat membantu kesehatan masyarakat, antara lain:

a. Pengembangan implant gigi, sekaligus penelitian implant

b. Karies gigi yang merupakan gangguan 63% dari populasi di Indonesia atau lebih

kurang 126 juta populasi yang ada di Indonesia


c. Halitosis (bau mulut) dengan beberapa penelitian yang dilakukan di beberapa FKG

di Indonesia

d. Oral Cancer karena tembakau sebanyak 1,6% dari populasi yang ada di Indonesia

yang perlu ditangani secara terpadu

e. Penelitian penggantian tulang rahang yang telah memperoleh paten Internasional,

dan nasional telah ditemukan para dosen FKG

f. Ikut menangani identifikasi kasus kecelakaan pesawat terbang di Bandara

Adisutjipto, bom Bali, Tsunami, dan korban Wedus gembel (awan panas) gunung

Merapi, Prop. DIY.

g. Turut menangani bencana alam gempa bumi di Yogyakarta, NAD, dan gempa di

Sumatra Barat.

h. Kasus bedah rahang pada kasus tumor dan kasus bedah sendi rahang pada

kecelakaan lalu lintas yang semakin hari semakin meningkat

i. Rehabilitasi bibir sumbing, celah rahang baik bilateral dan unilateral

j. Menangani kasus-kasus kecacatan muka, profil

k. Menangani kasus-kasus anak berkebutuhan khusus

l. Menangani kasus-kasus gangguan bicara yang berhubungan dengan gangguan

stomatognatik

.
BAB III.

RUMAH SAKIT JEJARING

Rumah sakit (RS) dalam UU no 44 tahun 2009 pada Bab VI, ps 19, ayat (1)

disebutkan bahwa berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, RS dikategorikan dalam RS

Umum dan RS Khusus. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) termasuk dalam jenis RS

Khusus. sesuai dengan peraturan yang ada terdiri dari dua macam yakni RSGM non-

kependidikan dan RSGM Pendidikan (RSGMP).

Pendidikan para peserta didik di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi terdiri dari

peserta didik dokter gigi, dokter gigi spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, keperawatan

gigi, dan tenaga kesehatan lainnya. Untuk mencapai kompetensi sesuai dengan kurikulum

yang dibangun setiap program studi, selain rumah sakit pendidikan utama yakni RSGMP,

diperlukan juga rumah sakit jejaring,. Keberadaan Rumah sakit jejaring mempunyai tujuan

untuk menjalin networking di antara peserta didik kesehatan lainnya, serta memfasilitasi

peserta didik untuk mendapatkan pengalaman berbasis rumah sakit umum.

Dalam mencapai kompetensi tertentu dalam pendidikan profesi dokter gigi/dokter

gigi spesialis/dokter gigi spesialis konsultan maka peserta didik memerlukan juga tempat/

wahana berupa rumah sakit umum pendidikan oleh karena itu RSGM perlu membuat

kerjasama dengan RS lain sebagai rumah sakit jejaring. Untuk melaksanakan tujuan

tersebut maka perlu dibuat perjanjian kerjasama (MoU) agar proses pembelajaran untuk

menambah pengalaman klinik berjalan sesuai dengan kurikulum yang telah dibangun.

Kerjasama antara RSGMP dengan rumah sakit pendidikan ini dikoordinasikan melalui

pembentukan Komite Koordinasi Pendidikan (Komkordik) yang dibentuk oleh RSGMP

bersama dengan Fakultas Kedokteran Gigi.


BAB IV

LANDASAN HUKUM

Landasan hukum keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan mengacu

kepada mulai dari UU Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

Menteri yang dapat disebutkan sebagai berikut:

Penyusunan dan Pengembangan Naskah Akademik Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Pendidikan merujuk pada:

1. Undang Undang Dasar 1945 (pasal 28C, 28 H, dan pasal 31)

2. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Pasal 5, 20, dan 35)

3. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Pasal 5, 20, dan 35)

4. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Gigi (pasal 3

dan 26)

5. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2008 Tentang Kesehatan (pasal 48, ayat (k)

6. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit (Pasal 19, 24,

dan 40)

7. Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 17

ayat 1 dan 2 tentang pendidikan profesi

8. Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran pasal

7 ayat 2 dan ayat 5 tentang penyelenggaraan pendidikan Kedokteran, pasal

13 ayat 1,2,3,4, pasal 14 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di

Rumah Sakit

9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Pasal 86, 87 dan 88).

10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan
11. Permenkes 1173 MENKES/PERX/2004 Tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut

12. Permenkes 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi RS

13. Permenkes 56/MENKES/PER/IX/2014 Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit

pasal 59 tentang RS Khusus

14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1625/Menkes/SK/XII/2005, Tertanggal 2

Desember 2005 Tentang Pemberian Izin Tetap Penyelenggaraan Rumah Sakit

Gigi dan Mulut Sebagai Tempat Pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi

15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang

Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah sakit Pendidikan

16. Buku Standar Pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia tahun 2012 disusun oleh

Konsil Kedokteran Indonesia

17. Perkonsil Kedokteran Indonesia no 40 tahun 2015 tentang Standar Kompetensi

Kedokteran Gigi Indonesia

Pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut:

Pasal 28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi

kesejahteraan umut manusia.

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya

secara kolektif untuk membangun masyarakat dan negaranya.

Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.
Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan

Pasal-pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang berkenaan dengan sistem akreditasi perguruan tinggi

adalah sebagai berikut.

Pasal 60

(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan

pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis

pendidikan.

(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah

dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

(3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan

ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;

Pasal 19

(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam

Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus

(2) Rumah sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit

(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.


Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pasal 47

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan

berkesinambungan

Pasal 48

(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

dilaksanakan melalui kegiatan:

(k) kesehatan gigi dan mulut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

yang berkaitan dengan standar pendidikan adalah sebagai berikut:

Pasal 3

Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk:

a. memberikan perlindungan kepada pasien;

b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh

dokter dan dokter gigi;

c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

Pasal 26

(1) Standar pendidikan profesi kedokteran dan standar pendidikan profesi kedokteran

gigi disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

(2) Standar pendidikan profesi kedokteran dan standar pendidikan profesi kedokteran

gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. untuk pendidikan dokter atau dokter gigi disusun oleh asosiasi institusi

pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi; dan

b. untuk pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis disusun oleh

kolegium kedokteran atau kedokteran gigi.


(3) Asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dalam menyusun

standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium, asosiasi rumah sakit pendidikan,

Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen Kesehatan.

(4) Kolegium kedokteran atau kedokteran gigi dalam menyusun standar pendidikan

profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berkoordinasi dengan

organisasi profesi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi,

asosiasi rumah sakit pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen

Kesehatan.

Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 17 ayat 1

dan 2 tentang pendidikan profesi

Pasal 17

(1) Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Tinggi setelah program sarjana

yang menyiapkan Mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan

keahlian khusus.

(2) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi dan bekerja sama dengan

Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang

bertanggung jawab atas mutu layanan profesi

Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran pasal 7 ayat

2 dan ayat 5 tentang penyelenggaraan pendidikan Kedokteran

Pasal 7

(2) Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Pendidikan Akademik; dan


b. Pendidikan Profesi.

(5) Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas: a. program

profesi dokter dan profesi dokter gigi; dan b. program dokter layanan primer, dokter

spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis

Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran pasal 7 ayat 2 dan

ayat 5 tentang penyelenggaraan pendidikan Kedokteran, pasal 13 ayat 1,2,3,4, pasal 14

ayat 1,2,3,4, tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Rumah Sakit

Pasal 13

(1) Pendidikan Profesi di rumah sakit dilaksanakan setelah rumah sakit ditetapkan menjadi

Rumah Sakit Pendidikan.

(2) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus memenuhi persyaratan dan standar.

(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit sebagai berikut: a.

mempunyai Dosen dengan kualifikasi Dokter dan/atau Dokter Gigi sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan; b. memiliki teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi

yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran; c. mempunyai program

penelitian secara rutin; dan d. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan.

(4) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan dilakukan oleh menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setelah berkoordinasi dengan

Menteri.

Pasal 14

(1) Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 memiliki fungsi

pendidikan, penelitian, dan pelayanan.

Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasi adalah sebagai berikut.
(2) Fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan.

(3) Untuk menunjang penyelenggaraan fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan

sebagaimana dimaksud ayat (2) diperlukan sistem informasi kedokteran, termasuk

menggunakan dokumen medik.

(4) Fungsi penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab

bersama antara Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang kesehatan, serta berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang riset dan teknologi.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(Pasal 86, 87 dan 88).

Pasal 86

1. Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan

untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.

2. Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula

dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk

melakukan akreditasi.

3. Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk

akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan

komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu

kepada Standar Nasional Pendidikan.

Pasal 88

(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat

melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri.


(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga

mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:

a. berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba.

b. memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan pasal 10

ayat 1b tentang rumah sakit gigi dan mulut

Pasal 10

(1) Rumah Sakit Pendidikan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a berupa:

a. rumah sakit umum yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi

untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum guna mencapai kompetensi di

bidang kedokteran atau kedokteran gigi; atau

b. rumah sakit khusus gigi dan mulut yang digunakan fakultas kedokteran gigi untuk

memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum dalam rangka mencapai kompetensi di

bidang kedokteran gigi.

Permenkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010

Pasal 23: Jenis Rumah Sakit Khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak,

Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat,

Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga

Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin.

Permenkes 56/MENKES/PER/IX/2014 Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit pasal 59

tentang RS Khusus
(1) Rumah Sakit Khusus meliputi rumah sakit khusus: a. ibu dan anak; b. mata; c. otak; d.

gigi dan mulut; e. kanker; f. jantung dan pembuluh darah; g. jiwa; h. infeksi; i. paru; j.

telinga-hidung-tenggorokan; k. bedah; l. ketergantungan obat; dan m. ginjal.

Dalam penjelasan pasal 7 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa standar umum pendidikan profesi dokter gigi

adalah standar yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dengan demikian, Naskah A\kademik Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang disusun memiliki

keterkaitan antara berbagai peraturan perundang undangan yang mengatur pendidikan

dokter gigi di Indonesi khususnya keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut untuk wahana

proses pembelajaran pengalaman klinik para dokter gigi, dokter gigi spesialis, dan dokter

gigi spesialis konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya.


BAB V

KELEMBAGAAN DAN PENGORGANISASIAN RSGM PENDIDIKAN

1. Kelembagaan/Kepemilikan/Badan Hukum RSGM Pendidikan

Berdasarkan UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat (2) Rumah

Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Kemudian

pasal 7 ayat (3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari

Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis

Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7 ayat (4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud

pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak

di bidang perumahsakitan.

Saat ini sebagaian besar RSGMP dimiliki oleh Universitas/Institusi/Fakultas/Yayasan

yang terkaitan dalam usaha penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi. Untuk itu

undang-undang yang ada saat ini belum dapat mengakomodir permasalahan yang ada

di RSGMP.

Diperlukan peraturan perundanga-undangan yang dapat mengatur kelembagaan dan

atau Badan Hukum RSGM Pendidikan.

2. Struktur Organisasi RSGMP merujuk kepada UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit pasal 33 ayat (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif,

efisien, dan akuntabel. Ayat (2) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas

Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur

keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta

administrasi umum dan keuangan disusun berdasarkan struktur organisasi rumah sakit

dengan ketentuan sebagai berikut paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau

Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang
medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan

keuangan.

Guna menunjang proses pendidikan profesi yang berkualitas dan terstandarisasi maka

Struktur Organisasi RSGM sebaiknya terdiri atas :

a. Dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang berkualifikasi dokter gigi yang

memiliki kemampuan manajerial.

b. Sekurang-kurangnya memiliki 2 orang Direktur

c. Memiliki Dewan Pembina/Penasehat/Pengawas

d. Memiliki Satuan Pemeriksa Internal (SPI)

e. Memiliki Pendidikan, Pelatihan, Penelitian

f. Memiliki Pelayanan Medik dan Keperawatan

g. Memiliki administrasi, keuangan dan SDM

h. Memiliki Sarana dan Prasarana serta Penunjang

i. Memiliki Komite Medik

j. Memiliki Komite Etik dan Hukum

k. Memiliki Komite Koordinasi Pendidikan (Komkordik)

l. Memiliki Komite Keperawatan

m. Memiliki Komite Mutu dan PPI

n. Memiliki Staf Medik Fungsional (SMF)

o. Memiliki Staf Fungsional (SF)

p. Memiliki instalasi

q. Memiliki Rekam medik

r. Memiliki Penunjang medik dan non medik

2. Penyelenggaraan & Tata- Kelola

a. Agar proses pelayanan dan pendidikan yang berlangsung di Rumah Sakit

Gigi dan Mulut Pendidikan dapat berlangsung dengan baik maka dibutuhkan
tata kelola manajemen dan tata kelola klinis yang baik yang merupakan

bagian penting dari operasionalisasi dan berlangsungnya proses pendidikan

profesi dokter gigi/dokter gigi spesialis dan tenaga kesehatan lainnya yang

efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka mencapai visi dan misi Rumah

Sakit. Penyelenggaraan rumah sakit wajib menerapkan manajemen yang

mengacu pada prinsip koordinasi, integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan

mekanisasi di dalam lingkungannya masing-masing serta dengan unit-unit

lainnya.

b. RSGMP dalam menyelenggarakan pendidikan, pelayanan dan penelitian

kesehatan gigi dan mulut memiliki prinsip dasar kemandirian dan

kewirausahaan yang bersifat nirlaba.

c. RSGMP yang merupakan Wahana pendidikan tahap Clerkship wajib

mempunyai dan mengikuti kode etik serta SOP. Kode etik juga wajib

diketahui, dimiliki, dan dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang ada di

RSGMP. Keduanya akan diwujudkan dalam buku yang disebut sebagai

RSGMP by LAW (Peraturan internal Rumah Sakit Gigi dan mulut Pendidikan)
BAB VI

PERSYARATAN

Persyaratan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan harus memenuhi kriteria

sebagai berikut :

1. Kebutuhan akan proses pendidikan;

a. Fasilitas dan peralatan fisik untuk pendidikan;

b. Aspek manajemen umum dan mutu pelayanan rumah sakit;

c. Aspek keuangan dan sumber dana;

d. Memiliki kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi;

e. Rumah Sakit dan Mulut Pendidikan minimal mempunyai klasifikasi B, agar dapat

memberikan proses pendidikan;

f. Ketentuan klasifikasi RSGMP ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI

2. RSGMP harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan

yang sesuai.

Ketentuan persyaratan minimal sarana dan prasarana RSGMP meliputi :

a. Ruang Rawat Jalan Medik dasar;

b. Ruang Rawat Jalan Medik spesialis;

c. Ruang Gawat Darurat dan atau kedaruratan gigi dan mulut;

d. Ruang Rawat Inap;

e. Ruang pemulihan/Recovery room;

f. Ruang Operasi Mayor dan minor;

g. Hight Care Unit (HCU);

h. Farmasi dan Bahan Kedokteran Gigi;

i. Laboratorium Klinik;

j. Laboratorium Teknik Gigi;


k. Ruang Sarana Sterilisasi KG/CSSD;

l. Ruang Radiologi;

m. Ruang Tunggu ;

n. Ruang pendaftaran pasien, Rekam Medis dan Administrasi;

o. Ruang Direksi

p. Ruang Dokter

q. Ruang Pelatihan

r. Ruang Toilet;

s. Prasarana yang meliputi tenaga listrik, penyediaan air bersih, alat komunikasi, alat

pemadam kebakaran dan tempat parker, kantin dan pepustakaan;

t. Pengaturan sanitasi dan limbah di RSGMP harus memenuhi ketentuan persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan ketentuan UKL, UPL.

3. Ketentuan persyaratan minimal peralatan RSGMP meliputi :

a. Jumlah Dental Unit 75 buah untuk RSGM tipe A dan atau sesuai dengan rasio obyektif

jumlah mahasiswa kepaniteraan klinik (Clerkship);

b. Jumlah Dental Chair 50 unit untuk RSGM tipe B dan atau sesuai dengan rasio obyektif

jumlah mahasiswa kepaniteraan klinik (Clerkship);

c. Jumlah Tempat Tidur 3 (tiga) buah. Tempat tidur yang dimaksud digunakan untuk

tempat pemulihan, pelayanan one day care dan atau rawat inap;

d. Peralatan Medik meliputi :

1) Intra Oral Camera;

2) Dental X – ray;

3) Panoramic x-ray

4) Chephalometri x-ray;

e. Sterilisator.
4. RSGMP harus menyelenggarakan pelayanan 24 (dua puluh empat) jam khusus

penanggulangan kegawat-daruratan medik dan atau kedaruratan gigi dan mulut

berupa:

a. Pelayanan gawat darurat medik dan atau kedaruratan gigi dan mulut

b. Gawat darurat medik dan atau kedaruratan gigi dan mulut yang dimaksud adalah

penanggulangan keadaan kedaruratan yang menimpa fungsi stomatognatik

c. Pelaksanaan kegawat daruratan medik, RSGMP wajib memilki tenaga kesehatan

yang terlatih dan ambulan

5. Pelayanan penunjang meliputi :

a. Pelayanan kefarmasian;

b. Pelayanan laboratorium yang meliputi laboratorium klinik dan laboratorium teknik gigi;

c. Pelayanan radiologi kedokteran gigi;

d. pelayanan anestesi;

6. RSGMP minimal mempunyai tenaga yang meliputi :

a. Tenaga medis kedokteran gigi:

1) Dokter Gigi yang berstatus tenaga pendidik klinik

2) Dokter Gigi Spesialis dan atau sesuai dengan klasifikasi RSGM yakni:

i. Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial;

ii. Ilmu Meratakan Gigi (Orthodontik);

iii. Ilmu Pengawet Gigi (Konservasi);

iv. Ilmu Gigi Tiruan (Prosthodontik)

v. Ilmu Kedokteran Gigi Anak (Pedodontik);

vi. Ilmu Penyangga Gigi (Periodontik);

vii. Ilmu Penyakit Mulut dan;

viii. Ilmu Radiologi Oromaksilofasial

3) Dokter/Spesialis lainnya:
i. Dokter dengan pelatihan PPGD

ii. Dokter Spesialis Anestesi

iii. Dokter Spesialis Penyakit dalam

iv. Dokter Spesialis Anak

v. Dokter Spesialis Patologi Klinik

4) Tenaga Keperawatan :

i. Perawat Gigi

ii. Perawat Umum

5) Tenaga Kefarmasian:

i. Apoteker dan Asisten apoteker

6) Tenaga Keteknisian Medis :

i. Radiografer/penata Rontgen

ii. Teknisi Gigi

iii. Analis kesehatan

iv. Penata rekam medis

7) Tenaga Non Kesehatan ;

i. Administrasi

ii. Kebersihan

Dokter gigi/dokter gigi spesialis paruh waktu di pelayanan umum RSGMP maksimal

sebesar 50%.

7. Dalam memberikan pelayanan, tenaga kesehatan di RSGMP harus menjamin hak-hak

pasien dan keluarga serta terlaksananya keselamatan pasien (patient safety) di rumah

sakit, mendapat persetujuan tindakan medik (informed consent), dan mendapat

perlindungan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, RSGMP

wajib membuat dan memelihara rekam medis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan rekam medis tersebut dapat digunakan untuk

kepentingan Odontologiforensik

8. Rumah Sakit Gigi dan Mulut pendidikan wajib memiliki peraturan internal Rumah Sakit

Pendidikan Dokter Gigi (Dental Hospital Bylaws) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. RSGMP wajib memiliki daftar tarif pelayanan yang disahkan oleh direktur RSGMP, tarif

pelayanan ditetapkan dengan memperhatikan nilai jasa pelayanan rumah sakit serta

kemampuan membayar masyarakat setempat, jenis pelayanan, dan tingkat kecanggihan

teknologi.
BAB VII

PELAKSANAAN STANDARISASI

DAN PERIJINAN

1. Standarisasi

Konsep dasar proses pembelajaran klinik untuk para dokter gigi, dokter gigi spesialis,

dokter gigi spesialis konsultan pada dasarnya harus di tempat yang mempunyai standar.

Untuk memperoleh standar yang baik diperlukan Instrumen untuk menilai apakah sebuah

lembaga pendidikan telah berstandar. Isi instrumen antara lain visi, misi, tujuan, sumber

daya manusia, sarana dan prasarana. Rumah sakit merupakan sebuah tempat pelayanan

kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai dengan spesialistik, dan Rumah Sakit Khusus,

dalam hal ini Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan di dalamnya mengandung berbagai

persyaratan yang harus dipenuhi. Dengan demikian konsep proses pembelajaran untuk

pengalaman klinik harus dilakukan di rumah sakit agar kompetensi dapat dipenuhi.

Standarisasi bertujuan untuk melakukan evaluasi dan penilaian secara komprehensif

atas komitmen Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan terhadap mutu dan kapasitas

penyelenggaraan serta kelayakan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan untuk

mewujudkan program tridarma perguruan tinggi. Dengan demikian, tujuan dan manfaat

Standarisasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Memberikan jaminan bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan yang terstandarisasi

telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh Kemenkes dengan merujuk pada

standar nasional pendidikan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Standar Nasinal Pendidikan

Tinggi tahun 2015 dan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran tahun 2016 serta

Standar Pendidikan Dokter Gigi Indonesia yang ditetapkan KKI.

b. Mendorong Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan untuk melakukan perbaikan dan

mempertahankan mutu yang tinggi secara berkesinambungan.


c. Hasil standarisasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai

dasar pertimbangan dalam transfer kredit pendidikan tahap profesi program studi

pendidikan dokter gigi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta pengakuan dari

badan atau instansi yang lain kepada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan.

Mutu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan merupakan cerminan dari totalitas

keadaan dan karakteristik masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak, atau

layanan/kinerja RS Pendidikan Dokter Gigi yang diukur berdasarkan sejumlah standar yang

ditetapkan.

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan wajib mengajukan permohonan untuk

dilakukan standarisasi yang dilakukan setiap jangka waktu tertentu, dan dilakukan oleh

lembaga sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Perijinan

Penyelenggaraan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan harus mendapat izin

mendirikan dan penyelenggaraan dari Kementrian Kesehatan atau Dinas Kesehatan

Propinsi. Izin mendirikan sebagaimana dimaksud merupakan izin yang diberikan kepada

penyelenggara rumah sakit gigi dan mulut untuk membangun/mendirikan RSGMP. Untuk

mendapatkan izin mendirikan harus mendapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Izin mendirikan berlaku 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1(satu) kali,

hal ini memberikan kesempatan kepada pemohon untuk memenuhi persyaratan Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bangunan,

peralatan, tenaga kesehatan dan persyaratan lainnya sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka memperoleh izin penyelenggara RSGMP.

Izin penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan Dokter Gigi berlaku selama 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang lagi. Penyelenggara RSGMP wajib mengajukan izin baru

apabila terjadi perubahan terhadap jenis Rumah Sakit Pendidikan Dokter Gigi, lokasi, dan

nama Rumah Sakit Pendidikan Dokter Gigi


Dalam sebuah perjalanan suatu undang-undang dan atau peraturan di bawahnya

sering terjadi perubahan dan atau diundangkan sebuah peraturan baru. Untuk menjamin

keberlangsungan RSGMP secara baik, maka perlu adanya peraturan peralihan setidak-

tidaknya selama tiga tahun.


DAFTAR ISTILAH

Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada

satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) yang selanjutnya disebut RSGM adalah

sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan

mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan

pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan

melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat di bidang medik dental dan pelayanan

tindakan medik dental.

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) adalah RSGM yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga digunakan sebagai

sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, dan terikat melalui kerjasama dengan

fakultas kedokteran gigi.

Fakultas Kedokteran Gigi adalah pendidikan tinggi yang menyelenggarakan dan

mengelola pendidikan akademik, vokasi atau profesi dalam 1 (satu) rumpun disiplin

keilmuan.

Program studi adalah program yang mencakup kesatuan rencana belajar sebagai

pedoman penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan atas dasar kurikulum

serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, serta

sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.

Yayasan adalah suatu Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan

kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.


Dekan adalah pimpinan tertinggi di fakultas yang berwenang dan bertanggung jawab

atas penyelenggaraan fakultas.

Direktur RSGM dan atau RSGMP adalah pimpinan tertinggi di RSGM dan atau

RSGMP yang berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan atau

RSGMP.

Komite Medik adalah unit nonstruktural dalam organisasi RSGM dan atau RSGMP

yang mengatur pengorganisasian staff medik fungsional, peran, tugas dan

kewenangan staf medis.

Staf Medik Fungsional (SMF) adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter

gigi spesialis yang bekerja purna waktu maupun paruh waktu di unit pelayanan dan

pendidikan di RSGM dan atau RSGMP dan bertanggung jawab kepada komite medik

Komite Koordinasi Pendidikan (Komkordik) adalah unit yang dibentuk oleh

RSGMP dengan institusi pendidikan yang bertugas sebagai koordinator pelaksanaan

proses pembelajaran peserta didik

Unit Gawat Darurat RSGM adalah pelayanan kegawatdaruratan medik gigi dan mulut

untuk penanggulangan keadaan kegawat daruratan yang menimpa fungsi

stomatognatik

Stomatognatik adalah sistem dan fungsi yang menyangkut organ gigi dan mulut

Unit pelayanan spesialistik adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh tenaga

yang mempunyai kompetensi sesuai bidangnya

Dental Chair Unit adalah seperangkat peralatan kedokteran gigi yang minimal terdiri

dari kursi gigi, meja alat, set mesin bur, lampu, cuspidor.
Tempat tidur adalah prasarana untuk tempat persiapan, tindakan dan pasca tindakan

medik gigi dan mulut

Rawat jalan adalah perawatan pasien di bidang kedokteran gigi dengan cara berobat

jalan

Rawat inap adalah perawatan pasien di bidang kedokteran gigi yang menginap di

rumah sakit gigi dan mulut sebelum dan setelah memperoleh prosedur perawatan dan

tindakan di bidang medik gigi dan mulut.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

RSGMP utama adalah tempat sebagian besar proses pembelajaran pengalaman

klinik peserta didik yang mempunyai klasifikasi minimal B

RS Jejaring adalah tempat pendukung sebagian proses pembelajaran pengalaman

klinik peserta didik dan mempunyai kerjasama dengan institusi atau lembaga

pendidikan kedokteran gigi

Konsil kedokteran Indonesia (KKI) adalah suatu badan otonom, mandiri,

nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil

Kedokteran Gigi.

Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) adalah organisasi profesi yang

beranggotakan para dokter gigi di Indonesia.

Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) adalah suatu asosiasi

yang anggotanya terdiri atas para dekan fakultas kedokteran gigi dan ketua program
studi kedokteran gigi se Indonesia yang merupakan jaringan kerjasama fungsional

institusi pendidikan yang melaksanakan program pendidikan bidang ilmu kedokteran

gigi, dan berfungsi memberikan pertimbangan dalam rangka memberdayakan dan

menjamin mutu pendidikan kedokteran gigi yang diselenggarakan oleh anggotanya.

Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) suatu

asosiasi yang anggotanya terdiri atas para direktur RSGMP se Indonesia

Akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian mutu institusi atau program studi

yang dilakukan oleh suatu tim pakar sejawat (tim asesor) berdasarkan standar mutu

yang telah ditetapkan, atas pengarahan suatu badan atau lembaga akreditasi mandiri

di luar institusi atau program studi yang bersangkutan. Hasil akreditasi merupakan

pengakuan bahwa suatu institusi atau program studi telah memenuhi standar mutu

yang telah ditetapkan itu, sehingga layak untuk menyelenggarakan program-

programnya.

Borang adalah instrumen akreditasi yang berupa formulir yang berisikan data dan

informasi yang digunakan untuk mengevaluasi dan menilai mutu suatu program studi.

Dokter gigi adalah lulusan pendidikan kedokteran gigi baik dari dalam maupun luar

negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Institusi pendidikan dokter gigi adalah institusi yang melaksanakan pendidikan

dokter gigi baik dalam bentuk fakultas, program studi atau sekolah tinggi.

Pendidikan dokter gigi adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk menghasilkan

dokter gigi yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan layanan kesehatan primer
dan merupakan pendidikan kedokteran gigi dasar sebagai pendidikan di perguruan

tinggi. Pendidikan kedokteran gigi terdiri atas 2 tahap, yaitu pendidikan tahap sarjana

kedokteran gigi dan tahap profesi dokter gigi.

Standar akreditasi adalah tolok ukur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan

dan mutu perguruan tinggi atau program studi.

Standar kompetensi adalah kualifikasi yang mencakup sikap, pengetahuan dan

keterampilan (PP 19/2005).

Standar pendidikan profesi dokter gigi adalah tolok ukur nasional yang wajib

dilaksanakan pada pendidikan dokter gigi (SK KKI No. 22/KKI/Kep/XI/2006).

Standar kompetensi dokter gigi adalah tolok ukur nasional keluaran program studi

pendidikan dokter gigi sebagai bagian dari standar pendidikan dokter gigi yang telah

disahkan oleh KKI (SK KKI No. 23/KKI/Kep/XI/2006 tentang Standar Kompetensi

Dokter Gigi).
DAFTAR ACUAN

Ketetapan MPR RI 10 Agustus 2002: Undang Undang Dasar 1945 (Amandemen keempat)

Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomer 78; Tambahan Lembaran Negara RI No 4301:

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomer 153; Tambahan Lembaran RI Negara Nomer 5072

: Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit

Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomer 144; Tambahan Lembaran RI Negara Nomer 5063

: Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2008 Tentang Kesehatan

Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomer 116; Tambahan Lembaran Negara RI Nomer 4431

: Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Gigi

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1625/Menkes/SK/XII/2005, Tertanggal 2 Desember

2005 Tentang Pemberian Izin Tetap Penyelenggaraan Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Sebagai Tempat Pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi

BAN-PT. 2003. Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi. Naskah Akademik. Jakarta: BAN-PT

BAN-PT 2009 Akreditasi Program Studi, Naskah Akademik, BAN-PT, Jakarta

Ditjen Dikti. 1975. Kebijakan Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti

Depdiknas.

Ditjen Dikti. 1976a Gambaran Keadaan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

Ditjen Dikti. 1976b Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang. Jakarta:

Ditjen Dikti Depdiknas.

KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). 2012. Standar Pendidikan Dokter Gigi. Konsil

Kedokteran Indonesia, Jakarta.

KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). 2015. Standar Kompetensi Profesi Dokter Gigi. Konsil

Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Lembaran Negara RI No 78 Tahun 2003 Undang-Undang Republik Indonesia Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta


Lembaran Negara RI Nomor 153 Tahun 2009 Undang-Undang Republik Indonesia

Tentang Rumah Sakit, Jakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi. Jakarta

Peraturan Menteri RI No 147/Menkes/PER/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit, Jakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi sebagai

Badan Hukum Milk Negara.

Tadjudin, M.K. 2000. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status

Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi program

Studi ke Akreditasi Lembaga Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT.

WHO/WFME. 2005. Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education.

Geneva/Copenhagen.

Anda mungkin juga menyukai