Anda di halaman 1dari 82

MATERI

KONGRES XXVI
Persatuan Dokter Gigi Indonesia
KATA SAMBUTAN
KETUA UMUM PB PDGI

Assalamualaikum Wr Wb

Kongres PDGI merupakan wewenang tertinggi Perkumpulan dimana musyawarah delegasi


Wilayah dan cabang didakan 3 tahun sekali. Dalam tugasnya, Kongres memegang peran yang
sangat strategis untuk menetapkan arah perjuangan PDGI sebagai organisasi profesi dalam
kurun 3 tahun kedepan. Selain untuk menetapkan dan/atau melakukan perubahan AD ART,
menetapkan Garis Besar Program PDGI juga akan dilakukan pemilihan Ketua PB PDGI.

Dikarenakan perannya yang sangat strategis, diharapkan seluruh delegasi dapat berperan
secara aktif selama kegiatan Kongres berlangsung agar tujuan penyelenggaraan Kongres dapat
kita capai bersama. MATERI KONGRES XXVI ini diharapkan dapat menjadi panduan dari seluruh
Delegasi dalam mengikuti persidangan Kongres, yang nanti akan terbagi menjadi 4 Komisi :

1. Komisi 1 : Organisasi
2. Komisi 2 : Konsep Pembiayaan dan Pelayanan
3. Komisi 3 : Pendidikan dan P3KGB
4. Komisi 4 : Strategi Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut

Bersamaan dengan Kongres PDGI ke XXVI di Medan kali ini, juga akan diadakan Medan
International Scientific Dental Meeting dengan tema Comprehensive platform for dental
competency and professionalism in oral health services,

Ucapan terima kasih sebesar besarnya kami sampaikan kepada :

1. Seluruh Panitia yang telah bekerja keras dalam mempersiapkan penyelenggaraan


Kongres,
2. Delegasi dari seluruh Wilayah dan Cabang yang hadir untuk memberikan sumbang pikir
untuk kemajuan PDGI
3. Para nara sumber yang telah bersedia membagi ilmu dan pengalamannya
4. Mitra Kerja
5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Selamat mengikuti Kongres PDGI XXVII, teriring doa dan harapan mudah-mudahan Kongress
XXVII ini dapat terselanggara dengan lancar dan bermanfaat demi kebesaran organisasi PDGI
tercinta.

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta, April 2017

Drg. Farichah Hanum, MKes


Ketua Umum PB PDGI

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KATA SAMBUTAN i


DAFTAR ISI
Kata Sambutan i

Daftar Isi ii

Susunan Acara iii

Tata Tertib vi

Komisi 1

- Anggaran Dasar 1
- Anggaran Rumah Tangga 2
- Tata Laksana Penyelenggaraan BPPA 12

Komisi 2

- Pokok Masalah 20
- Progres tindak lanjut (uraian permasalahan berdasarkan
Jenis fasilitas kesehatan) 22
- Hasil Rakernas 31
- Rekomendasi 41

Komisi 3

- Pola penerapan kewenangan tambahan dan kualifikasi


Tambahan 43
- Mekanisme Pelaksanaan Uji Kompetensi bagi Lulusan Baru atau
Lulusan Lama 44
- Penerapan Sistem Denda atas keterlambatan STR/Serkom 45
- Pengembangan Ranah Pendidikan Berkelanjutan Terstruktur /
Kegiatan Ilmiah Terstruktur (KIT) 46
- Penerapan Sistem Akreditasi Penyelenggara dan
Penyelenggaraan Kegiatan P3KGB 47
- Aspek Pembinaan, Pengawasan dan Penerapan Sanksi
Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah Singkat (KIS) dan
Terstruktur (KIT) 54
- Batasan Pembiayaan dan Ketentuan Penerapan dalam Kegiatan
KIS dan KIT 56

Komisi 4 57

Tim Penyusun xi

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | DAFTAR ISI ii


DAFTAR ACARA KONGRES
( Tentative )
NARASUMBER /
WAKTU AGENDA KEGIATAN TEMPAT PENANGGUNG
JAWAB
KAMIS, 4 MEI 2017
REGISTRASI DELEGASI
07.00 - 08.45 PENGWIL/CABANG/CALON Panitia
CABANG
PEMBUKAAN KONGRES PDGI KE-XXVI & MEDAN INTERNATIONAL
08.45 - 10.15
SCIENTIFIC DENTAL MEETING
08.30 - 08.40 Doa Pembuka OC
Menyanyikan lagu
08.40 - 09.00 Indonesia Raya, Hymne- OC
Mars PDGI
Laporan Ketua
09.00 - 09.10 SC/OC
Penyelenggara
Sambutan Ketua Umum PB R. ConventionI
09.10 - 09.25 Santika Dyandra Ketua Umum PB
PDGI Periode 2014-2017
Hotel
Sambutan Gubernur
09.10 - 09.25 Gubernur SUMUT
Sumatera Utara
Sambutan dan Pembukaan
09.25 -09.45 Menkes RI
oleh Menkes RI
09.45 - 10.15 Keynote speach Menkes RI
10.15 - 10.30 Coffee Break OC
10.30 - 12.15 MAIN LECTURE
Prof. Dr. Bambang
10.30 - 11.00 Main Lecture I
S (KKI)
R. ConventionI
Dr. Drg. Ira Komara,
11.00 - 11.30 Main Lecture II Santika Dyandra
Sp. Perio
Hotel
Dr. Drg.Yuniarti,
11.30 -12.15 Main Lecture III
Sp.Perio (K)
12.15 - 13.00 ISHOMA Restoran Benteng
13.00 - 15.30 PLENO I
13.00 - 13.05 Pembukaan Persidangan Ketua SC
13.05 - 13.45 Roll Call SC
Pembacaan Tata Tertib
13.45 - 14.15 SC
Kongres R. Convention II
14.15 - 14.45 Pemilihan Presidium Santika Dyandra SC
Penentuan & Pengesahan Hotel
14.45 - 15.00 SC
Jadwal Sidang
Pengukuhan PDGI Calon
15.00 - 15.30 SC
Cabang

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | DAFTAR ACARA iii


15.30 - 18.30 PLENO II
Laporan Pertanggung Ketua PB PDGI dan
15.30 - 16.15 R. Convention II
Jawaban Auditor
16.15 - 18.30 Tanggapan terhadap LPJ Santika Dyandra
Hotel
18.30 - 18.35 Pembagian komisi OC
18.35 - 19.30 ISHOMA Restoran Benteng
Jamuan Makan Malam Kantor Gubernur
19.30 - 22.00 OC
Gubernur SUMUT
JUMAT, 5 MEI 2017
08.00 - 14.00 SIDANG KOMISI
Sidang KOMISI ,
R. Convention II,
Pertemuan MKKGI, Ikatan
08.00 - 10.00 Ball Room 1, 2, 3
Keahlian, Ikatan
Hotel Arya Duta
Peminatan (1)
10.00 - 10.15 Coffee Break Restoran Benteng
Sidang KOMISI ,
R. Convention II,
Pertemuan MKKGI, Ikatan
10.15 - 12.00 Ball Room 1, 2, 3
Keahlian, Ikatan
Hotel Arya Duta
Peminatan (2)
12.00 - 14.00 ISHOMA Restoran Benteng
14.00 - 15.30 PLENO III
Laporan Hasil Sidang Pimpinan Sidang
14.00 - 15.15
komisi Komisi
Pengesahan Hasil Sidang
15.15 - 15.30 Presidium
Komisi
15.30 - 16.00 Coffee Break Restoran Benteng
16.00 - 18.30 PLENO IV
Pemilihan Ketua Umum,
Dewas, MKEKG, BPPA dan
RUANG SIDANG
16.00 - 18.30 Tempat Kongres/Rakernas Presidium
UTAMA
Tahap : Visi/Misi dan Cek
Jumlah Suara
18.30 - 19.30 Ishoma
Lanjutan : Pemilihan Ketua
Umum, Dewas, MKEKG,
RUANG SIDANG
19.30 - 22.00 BPPA dan Tempat Presidium
UTAMA
Kongres/Rakernas
Tahap : Pemilihan
22.00 - 00.15 PLENO V
Penghitungan Suara
22.00 - 23.55 Pemilihan Ketua dan Presidium
Tempat Kongres/Rakernas
23.55 - 24.00 Penetapan Hasil Pemilihan Presidium
SABTU, 6 MEI 2017
Penetapan Ketua Umum
08.00 - 09.00 dan Dewas Presidium

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | DAFTAR ACARA iv


Sambutan Ketua Terpilih
Ketua Umum
09.00 - 09.15 sekaligus menutup Acara
Periode 2017-2020
Kongres
09.15 - 10.30 Kode Etika KG MKEKG
10.30 - 11.00 Sosialisasi Pajak PDGI OC
11.00 - 11.30 Closing Ceremony OC
11.30 - 12.00 Check Out OC
SELESAI

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | DAFTAR ACARA v


TATA TERTIB
KONGRES XXVI
TATA TERTIB KONGRES PDGI XXVI
Medan, 4 6 Mei 2017
BAB I
LANDASAN

Pasal 1
KONGRES PDGI diselenggarakan berdasarkan Ketetapan Kongres PDGI No. 13/KPDGI-
XXV/V/2014, Anggaran Dasar PDGI BAB IV Pasal 11, Anggaran Rumah Tangga PDGI BAB
II Pasal 11, dan Surat Keputusan PB PDGI Nomor SKEP/268/PB PDGI/III/2015

BAB II
KETENTUAN POKOK

Pasal 2
Status
Kongres PDGI merupakan pelaksana tertinggi organisasi, diadakan sekurang kurangnya
sekali dalam tiga tahun .

Pasal 3
Tugas dan Wewenang
Sesuai dengan ART (KONGRES XXV Pontianak) pasal 11, point b., dinyatakan bahwa
tugas dan wewenang Kongres adalah :
1. Menetapkan AD/ART dan Pokok-Pokok Pedoman Kegiatan Organisasi
2. Menilai dan mengesahkan pertanggungjawaban Ketua PB PDGI
3. Memilih Ketua PB PDGI
4. Mengesahkan Ketua MKKGI, Dewan Pengawas, MKEKG, BPPA, Pengurus Wilayah
baru dan Cabang baru
5. Menetapkan ketentuan-ketentuan yang berguna untuk kemajuan profesi dan
organisasi.

BAB III
KETENTUAN UMUM

Pasal 4
1. Kongres PDGI XXVI Tahun 2017diadakan oleh Pengurus Besar bersama panitia
pelaksana yang dibentuk oleh PB PDGI sesuai ketetapan Kongres XXV Tahun 2014.
2. Panitia pengarah adalah beberapa pengurus besar yang mendapat surat tugas dari
Ketua PB PDGI dan bertugas mengarahkan pelaksanaan kongres.
3. Panitia pelaksana Kongres PDGI bertanggung jawab mengenai segi teknis
Penyelenggaraan Kongres PDGI.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | TATA TERTIB vi


4. Kongres PDGI dihadiri oleh Pengurus Besar beserta perangkatnya, delegasi
Pengurus Wilayah dan calon pengurus wilayah, delegasi Pengurus Cabang dan calon
pengurus cabang, dan Ikatan Keahlian dan Ikatan Peminatan, Kolegium, peninjau
dan undangan.
5. Kongres PDGI sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah 3/4 Cabang yang ada.
6. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi, Kongres PDGI diundur selama satu kali
satu jam dan sesudahnya Kongres PDGI dianggap sah dengan jumlah cabang yang
hadir.
7. Sidang Pleno I Kongres PDGI dipimpin oleh Panitia Pengarah, yang bertugas
membahas dan menetapkan tata tertib kongres, membentuk dan mengesahkan
Presidium, Susunan Acara Kongres
8. Presidium adalah pimpinan sidang pleno II dan seterusnya, merumuskan dan
mengesahkan hasil pleno, dan menyerahkan hasil kongres kepada panitia pengarah
untuk selanjutnya diserahkan kepada Ketua terpilih.

BAB IV
KELENGKAPAN KONGRES

Pasal 5
1. Kelengkapan Kongres terdiri dari atas Presidium dan Peserta kongres.
2. Presidium terdiri dari Ketua dan anggota, yang dipilih dari Utusan Pengurus Besar 1
(satu) orang, Utusan Pengurus Wilayah / Cabang 3 (tiga) orang, dan Utusan dari
panitia pelaksana 1 (satu) orang.

BAB V
PERSIDANGAN

Pasal 6
Jenis Persidangan
1. Sidang Organisasi Kongres PDGI terdiri dari sidang pleno dan sidang komisi.
2. Sidang Pleno dihadiri oleh semua delegasi, peninjau dan undangan.
3. Sidang pleno bersifat terbuka; delegasi memiliki hak suara dan hak bicara. Peninjau
dan undangan hanya memiliki hak bicara.
4. Sidang Komisi bersifat tertutup dan dihadiri oleh anggota komisi.

Pasal 7
Pimpinan Sidang
1. Sidang Pleno I dipimpin oleh Panitia Pengarah.
2. Sidang Pleno selanjutnya dipimpin oleh Presidium
3. Sidang Komisi dipimpin oleh Ketua Komisi terpilih. Pemilihan Ketua Komisi dipimpin
oleh panitia pengarah.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | TATA TERTIB vii


4. Sidang komisi dipimpin Ketua dan Sekretaris.

Pasal 8
Tatacara Persidangan
1. Ketua Sidang dan peserta sidang berkewajiban menjaga ketertiban dan kelancaran
persidangan
2. Peserta sidang mengutamakan prinsip musyawarah untuk mufakat, dengan cara yang
santun demi kepentingan organisasi
3. Setiap berakhirnya persidangan harus dibuat berita acara, dan ditandatangani oleh
Ketua dan Sekretaris Sidang. Semua hasil sidang komisi harus disahkan oleh sidang
pleno.
4. Persidangan harus sesuai waktu yang telah dialokasikan dan peserta hadir 15 menit
sebelum sidang dimulai.

Pasal 9
Tata Cara Pengambilan Keputusan Sidang
1. Keputusan diambil secara musyawarah untuk mencapai mufakat
2. Apabila persidangan sebagaimana dimaksud Butir 1 (satu) tidak mencapai mufakat,
maka keputusan diambil dengan jalan pemungutan suara berdasarkan suara
terbanyak.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10
1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian oleh Pimpinan
sidang atas persetujuan peserta
2. Tata Tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Medan, Mei 2017


Panitia Pengarah Kongres PDGI
Ketua

Dr. drg. Hananto Seno, Sp.BM., MM


NPA : 1105.100981

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | TATA TERTIB viii


KOMISI - 1
AD, ART, TATA LAKSANA
PENYELENGGARAAN BPPA
ANGGARAN DASAR PDGI

BAB IV
PERKUMPULAN
Bagian Pertama
SUSUNAN PERKUMPULAN
Pasal 10
Susunan perkumpulan:
1. Badan Pengurus adalah Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.
2. Dewan Pengawas

BAB VIII KEKAYAAN


Pasal 16
1. Kekayaan perkumpulan berupa : dana tunai, aset, harta bergerak dan tidak bergerak. Comment [U1]: Dihapus
Kekayaan perkumpulan diperoleh dari:
2. Kekayaan organisasi adalah aset dan harta milik organisasi baik bergerak maupun a.Iuran wajib
b.Bantuan/sumbangan masyarakat;
tidak bergerak di semua tingkatan organisasi c.Hasil usaha;
d.Bantuan/sumbangan dari orang asing atau
3. Pengurus di setiap tingkatan organisasi (Pusat, Pengwil dan PengCab) bertanggung lembaga asing
jawab atas pengelolaan keuangan dan kekayaan organisasi di tingkatnya masing- e.Kegiatan lain yang sah menurut hukum;
dan/atau
masing f.Anggaran Pendapatan Belanja Negara
dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja
4. Kepemilikan aset organisasi sebagaimana tersebut diatas atas nama badan hukum Daerah
PDGI

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 1


ANGGARAN RUMAH TANGGA PDGI
(HASIL KONGRES PDGI XXV 2014 PONTIANAK)

BAB I
PERKUMPULAN

Bagian Pertama
Pasal 1
PENGURUS BESAR

1. Status
Merupakan pelaksana tertinggi Perkumpulan.

2. Perkumpulan Pengurus Besar terdiri dari:


a. Ketua;
b. Wakil Ketua;
c. Sekretaris Jenderal dibantu oleh biro-biro;
d. Departemen sekurang-kurangnya 5 (lima) Departemen;
e. Dewan Pengawas;
f. Badan Kelengkapan.

3. Tugas dan Wewenang


Tugas:
a. Melaksanakan Rekomendasi dan Keputusan-keputusan Kongres.
b. Menyusun RKAP dan melaksanakan program kerja mengacu kepada
Rekomendasi Kongres.
c. Melaksanakan pembinaan Cabang dan Wilayah.
d. Melaksanakan Pengukuhan Pengurus Cabang dan Wilayah.
e. Melaksanakan RAKORNAS.
f. Melaksanakan RAKERNAS.
g. Melaksanakan KONGRES.
h. Memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap hak dan kepentingan
anggota.
i. Melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
j. Menjalin dan membina hubungan kerja dengan pihak- pihak yang terkait seperti:
ikatan profesi, mitra kerja, lembaga-lembaga negara, lembaga swasta, baik di
dalam dan di luar negeri.
k. Mensosialisasikan dan menindaklanjuti segala ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan profesi kedokteran gigi.

Wewenang:
a. Melantik Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.
b. Dapat membekukan kepengurusan Wilayah dan/atau cabang, bila
kepengurusan Wilayah dan/atau Cabang tidak menjalankan ketentuan-
ketentuan Perkumpulan yang diatur dalam AD ART.
c. Menonaktifkan Ketua Wilayah atau Ketua Cabang, bila terbukti melakukan
penyimpangan-penyimpangan yang dapat merusak nama baik Perkumpulan.
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 2
d. Mengeluarkan surat keputusan-surat keputusan, perjanjian kerjasama (MOU)
dan lain-lain yang bersifat strategis untuk kepentingan Perkumpulan.
e. Menerbitkan SKP nasional dan internasional sesuai keputusan P3KGB.

4. Masa Kerja
a. Periode kepengurusan PB PDGI adalah 3 (tiga) tahun.
b. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan tetap atau
meninggal dunia, maka Wakil Ketua menjadi Ketua untuk melaksanakan tugas
Ketua PB PDGI.
c. Serah terima Pengurus Besar lama kepada Pengurus Besar baru dilaksanakan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah Kongres.
d. Ketua PB PDGI maksimal dapat menjabat 2 (dua) periode baik secara berturut-
turut maupun tidak berturut-turut.
e. Ketua PB PDGI tidak boleh merangkap jabatan dalam perkumpulan yang sama
(PDGI).

5. Tata Cara Pengelolaan


a. Pengurus Besar menjalankan tugasnya segera setelah serah terima jabatan.
b. Untuk menyelenggarakan kegiatannya PB PDGI harus mengadakan rapat-
rapat berupa rapat pleno, rapat koordinasi, rapat konsultasi, rapat pleno
diperluas.
c. Jenis dan tata cara rapat akan akan dibuat kemudian dan merupakan bagian
lampiran yang tak terpisahkan dari AD ART ini.
d. Pengurus Besar PDGI tidak boleh merangkap sebagai Ketua Pengurus Wilayah
dan Ketua Pengurus Cabang, Ketua Pengurus Ikatan Keahlian, Ketua Pengurus
Kepeminatan maupun Pejabat Konsil.
e. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam tata cara pengelolaan ini akan diatur
dalam Tata Laksana Perkumpulan sepanjang tidak bertentangan dengan tata
cara pengelolaan.
I. Kriteria Calon Ketua Umum:
a) Anggota Biasa. (dibuktikan dengan Kantu Tanda Anggota)
b) Berpengalaman dalam Perkumpulan PDGI minimal 1 (satu) periode
kepengurusan baik di PB PDGI, Wilayah maupun di Cabang.
c) Mempunyai Surat Tanda Registrasi.
d) Surat keterangan sehat dari institusi yang berwenang.
e) Didukung oleh minimal 15 (lima belas) Cabang (dari wilayah yang
berbeda) dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) Wilayah.

Pasal 2
PENGURUS WILAYAH

1. Status
a. Pengurus Wilayah adalah suatu badan pengurus dalam satu provinsi.
b. Ketua Pengurus Wilayah dipilih oleh rapat wilayah yang terdiri dari cabang-
cabang di wilayahnya.
c. Ketua Pengurus Wilayah bertanggung jawab kepada Rapat Umum Wilayah.
d. Pengurus Wilayah wajib dibentuk di setiap yang mempunyai minimal 3 (tiga)
cabang.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 3


2. Susunan Pengurus Wilayah terdiri dari:
a. Ketua;
b. Wakil Ketua; (sesuai kebutuhan)
c. Sekretaris;
d. Bendahara;
e. Bidang-bidang;
f. Badan Kelengkapan.

3. Tugas dan Wewenang Pengurus Wilayah


Tugas:
a. Melaksanakan pelimpahan wewenang yang diberikan oleh PB PDGI yang diatur
dalam Surat Keputusan PB PDGI.
b. Melaksanakan Rapat Umum Wilayah.
c. Mengkoordinasikan kegiatan Cabang-cabang dalam wilayahnya.
d. Membina hubungan dengan berbagai pihak di wilayahnya.
e. Pengurus Wilayah memberikan laporan kepada Pengurus Besar sekurang-
kurangnya sekali dalam waktu 1 (satu) tahun.
f. Pengurus Wilayah memberikan pertanggungjawaban kepada Rapat Umum
Wilayah.

Wewenang:
a. Menerbitkan SKP di Tingkat Wilayah atas Rekomendasi Tim P3KGB.
b. Melantik pengurus Cabang di Wilayahnya.
c. Rujukan pembinaan Anggota dan Perkumpulan.
d. Dapat menilai Satuan Kredit Profesi (SKP) untuk cabang yang tidak mempunyai
unit P3KGB.
e. Pengurus Wilayah dapat mengusulkan kepada PB PDGI untuk membekukan
Cabang.

4. Masa Kerja
a. Periode kepengurusan Pengurus Wilayah adalah 3 (tiga) tahun.
b. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan tetap atau
meninggal dunia, maka Wakil Ketua atau Sekretaris menjadi pelaksana tugas
Ketua Pengurus Wilayah.
c. Bila PB PDGI membekukan kepengurusan Wilayah, maka selanjutnya
Perkumpulan di tingkat Wilayah tersebut akan dikendalikan oleh
Presidium/caretaker yang ditunjuk oleh PB PDGI yang terdiri dari seluruh Ketua
Cabang di wilayah tersebut.
d. Pembekuan dapat dilakukan bila Pengurus Wilayah tidak menjalankan
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam AD/ART.
e. Ketua Pengurus Wilayah tidak boleh merangkap jabatan.

5. Tata Cara Pengelolaan


a. Pengurus Wilayah wajib mengadakan Rapat Umum Wilayah selambat-lambatnya
1 (satu) bulan setelah seluruh Cabang di wilayahnya menyelenggarakan RUA.
b. Pengurus Wilayah menjalankan tugasnya segera setelah serah terima jabatan.
c. Menyelenggarakan rapat minimal 2 (dua) kali dalam setahun.
d. Rapat Umum Wilayah memilih dan menetapkan Ketua Pengurus Wilayah.
e. Ketua Pengurus Wilayah dapat menjabat maksimal 2 (dua) kali periode.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 4


f. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam tata cara pengelolaan ini akan diatur
dalam Tata Laksana Perkumpulan sepanjang tidak bertentangan dengan
AD/ART.

Pasal 3
PENGURUS CABANG

1. Status
a. Pengurus Cabang adalah badan pengurus di Kabupaten dan/atau Kota.
b. Ketua Pengurus Cabang dipilih oleh Rapat Umum Anggota.
c. Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada Rapat Umum Anggota.
d. Pengurus Cabang dapat dibentuk di Kabupaten dan/atau Kota yang mempunyai
minimal 10 dokter gigi.

2. Susunan Pengurus Cabang terdiri dari:


a. Ketua;
b. Wakil Ketua; (sesuai kebutuhan)
c. Sekretaris;
d. Bendahara;
e. Seksi-seksi;
f. Badan Kelengkapan;

3. Tugas dan Wewenang Pengurus Cabang


Tugas:
a. Melaksanakan program kerja PB PDGI.
b. Melaksanakan Rapat Umum Anggota.
c. Melaksanakan amanat Rapat Umum Anggota.
d. Memperjuangkan dan membela hak dan kepentingan anggota sesuai dengan
harkat dan martabat profesi dokter gigi.
e. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada anggotanya.
f. Melaksanakan dan mengembangkan usaha-usaha bagi peningkatan
kesejahteraan anggota.
g. Mewakili PDGI dalam berbagai upaya pemecahan masalah di daerah.
h. Menjalin dan membina hubungan kerja dengan pihak-pihak yang terkait seperti,
ikatan profesi, mitra kerja, lembaga-lembaga negara, lembaga swasta, baik di
dalam dan di luar negeri.
i. Melaksanakan P3KGB.

Wewenang:
a. Membentuk Kepengurusan Cabang dan menyampaikannya ke PB PDGI untuk
diterbitkan Surat keputusan.
b. Menerbitkan dan mencabut Rekomendasi Surat Izin Praktik.
c. Menerbitkan SKP.
d. Mengeluarkan Surat-Surat Keputusan, menandatangani perjanjian kerjasama
(MOU) dengan pihak lain dalam batas wilayah kerjanya.

4. Masa Kerja
a. Periode kepengurusan Cabang adalah 3 (tiga) tahun.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 5


b. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan tetap atau
meninggal dunia, maka Wakil Ketua atau Sekretaris menjadi pelaksana tugas
Ketua Pengurus Cabang sampai Rapat Umum Anggota berikutnya.

5. Tata Cara Pengelolaan


a. Rapat Umum Anggota diadakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah
Kongres.
b. Ketua Pengurus Cabang membentuk kepengurusan Cabang.
c. Pengurus Cabang dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah Rapat
Umum Anggota.
d. Pengurus Cabang dikukuhkan oleh Ketua PB PDGI.
e. Pengurus Cabang menjalankan tugasnya segera setelah serah terima jabatan.
f. Untuk menyelenggarakan kegiatannya Pengurus Cabang menyelenggarakan
rapat Pengurus, minimal diselenggarakan 2 kali dalam setahun.
g. Ketua Pengurus Cabang maksimal menjabat 2 periode.
h. Dalam suatu daerah pemekaran /kabupaten Kota apabila kabupaten Kota
belum mampu berdiri sendiri sebagai cabang maka di tingkat bisa dibentuk
kepengurusan cabang.
i. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam tata cara pengelolaan ini akan diatur
dalam Tata Laksana Perkumpulan.

Pasal 4
DEWAN PENGAWAS

1. Status
a. Dewan Pengawas adalah perangkat PB PDGI, berjumlah 5 orang, dipilih dalam
sidang pemilihan anggota Dewan Pengawas yang dilaksanakan bersamaan
dengan penyelenggaraan Kongres PDGI.
b. Dewan Pengawas dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas yang dipilih dalam
sidang Dewan Pengawas.
c. Dewan Pengawas bertanggungjawab kepada Kongres

2. Tugas dan Wewenang


a. Memberikan nasihat dan saran kepada Ketua Umum/Pengurus Besar PDGI Comment [R2]:
Memberikan pembinaan, nasihat dan saran
untuk melaksanakan amanat Kongres. kepada Ketua Umum/Pengurus Besar PDGI untuk
b. Mengawasi kegiatan Perkumpulan dan proses pengembangan melaksanakan amanat Kongres
kegiatan/program agar tidak melanggar AD/ART. Comment [A3]:
c. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip atas pedoman operasional yang b.Mengawasi kegiatan Perkumpulan dan proses
pengembangan kegiatan/program agar tidak
dikeluarkan PB PDGI; melanggar AD/ART.
d. Meminta data dan informasi terkait dengan pelaksanaan tugas PB PDGI;
e. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan amanah Kongres; Comment [A4]:
f. Menyampaikan Hasil Pemantauan Dewan Pengawas minimal 1(satu) tahun d.Mengawasi proses pengembangan
kegiatan/program agar sesuai dengan AD/ART;
sekali kepada Ketua PB PDGI.

3. Tatacara Pemilihan
a. Calon anggota Dewan Pengawas diusulkan oleh Pengurus Wilayah setempat.
b. Masing-masing Pengwil mengusulkan 2 orang dengan syarat berpengalaman
dalam bidang : keorganisasian, pendidikan dan atau keprofesian.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 6


c. Dari seluruh calon anggota Dewan Pengawas, dipilih sebanyak 5 orang dengan
suara terbanyak oleh pengwil. Comment [A5]:
d. Jika terdapat jumlah suara yang sama, maka dilakukan musyawarah oleh suara c.Dari seluruh calon anggota Dewan Pengawas,
dipilih sebanyak 5 orang dengan suara terbanyak
yang sama
Comment [A6]:
Tmbahan hasil Rakernas
4. Masa Kerja
a. Masa kerja anggota Dewan Pengawas sama dengan masa kerja PB PDGI.
b. Dalam hal terjadi kekosongan keanggotaan, dilaksanakan rapat Dewan
Pengawas untuk mengganti dengan menggunakan urutan suara terbanyak
berikutnya pada saat pemilihan Dewan Pengawas dalam Kongres
c. Penyebab kekosongan yang dimaksud dalam poin b adalah : anggota
berhalangan tetap, mengundurkan diri.

5. Tata cara Pengelolaan


Tatacara Pengelolaan Dewan Pengawas diatur dalam peraturan tersendiri secara
internal.

6. Laporan kinerja Dewan Pengawas dilaporkan dalam Kongres

Pasal 5

MAJELIS KOLEGIUM KEDOKTERAN GIGI INDONESIA (MKKGI)

1. Status
a. MKKGI adalah perangkat PB PDGI, sebagai badan koordinasi antar kolegium-
kolegium disiplin ilmu Kedokteran Gigi.
b. Anggota MKKGI adalah Ketua-ketua Kolegium disiplin ilmu Kedokteran Gigi.
c. Ketua MKKGI adalah salah satu dari para ketua kolegium yang pemilihannya
dilakukan dalam sidang MKKGI, yang dilaksanakan bersamaan dengan
penyelenggaraan Kongres PDGI.
d. Ketua MKKGI terpilih disahkan oleh Ketua PB PDGI.
e. Keputusan MKKGI yang menyangkut tugas dan kewenangannya bersifat
independen.

2. Tugas dan Wewenang

Tugas:
a. Mengkoordinasi Kolegium-kolegium dalam menjalankan fungsinya sebagai
pengampu ilmu Kedokteran Gigi.
b. Menyelesaikan masalah-masalah yang timbul antar dan di dalam Kolegium yang
berkaitan dengan ruang lingkup tugas pengampuan ilmu Kedokteran Gigi.
c. Menyusun daftar kompetensi dan memberi pengakuan kompetensi profesional
berdasarkan ilmu Kedokteran Gigi dan percabangan ilmu Kedokteran Gigi.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 7


Wewenang:
a. MKKGI adalah perangkat PB PDGI, sebagai badan koordinasi antar kolegium-
kolegium disiplin ilmu Kedokteran Gigi.
b. Ketua MKKGI adalah salah satu dari para ketua kolegium yang pemilihannya
dilakukan dalam sidang MKKGI, yang dilaksanakan bersamaan dengan
penyelenggaraan Kongres PDGI.
c. Menetapkan terbentuknya percabangan dan ikatan keahlian/peminatan baru. Comment [U7]: Mengusulkan terbentuknya
percabangan dan ikatan keahlian/peminatan baru

3. Masa Kerja
Masa kerja anggota MKKGI sama dengan masa Kerja PB PDGI.

4. Tata cara penyelenggaraan


Tata cara penyelenggaraan MKKGI diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 6

MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN GIGI (MKEKG)

1. Status
a. MKEKG adalah perangkat PDGI, merupakan badan otonom untuk menjaga
perilaku etik seluruh anggota PDGI
b. MKEKG berjumlah 5 orang sebagai anggota tetap, dipilih dalam sidang
pemilihan MKEKG yang dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan
Kongres PDGI Comment [A8]:
c. MKEKG dapat menunjuk anggota tidak tetap dalam penatalaksanaan suatu b. MKEKG berjumlah 3 orang sebagai anggota tetap,
dipilih dalam sidang pemilihan MKEKG yang
kasus dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan
d. MKEKG dipimpin oleh Ketua MKEKG yang dipilih dalam sidang anggota MKEKG. Kongres PDGI

2. Kedudukan dan Wilayah Kerja


a. MKEKG Pusat berada di tempat kedudukan Pengurus Besar PDGI
b. MKEKG Wilayah berada di tempat kedudukan PDGI Pengurus Wilayah dengan
wilayah kerja tingkat Provinsi.
c. MKEKG Cabang berada di tempat kedudukan PDGI Pengurus Cabang dengan
wilayah kerja tingkat Kabupaten/Kota.
d. Dalam hal MKEKG Wilayah belum terbentuk maka MKEKG Cabang yang
berkedudukan di Ibukota Provinsi melaksanakan fungsi MKEKG di wilayah
tersebut.
e. Dalam hal PDGI Pengurus Wilayah belum terbentuk dan MKEKG Cabang juga
belum terbentuk, maka tugas-tugas MKEKG di wilayah Kabupaten/Kota tesebut
dilaksanakan oleh MKEKG Cabang terdekat. Comment [A9]: b.Penunjukkan dan
f. Penunjukkan dan pelimpahan tugas sebagaimana disebut dalam butir d dan e pelimpahan tugas sebagaimana disebut dalam
butir d dan e di atas, ditetapkan melalui Surat
di atas, ditetapkan melalui Surat Keputusan MKEKG Pusat Keputusan Pengurus Besar PDGI Sidang
Kongres

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 8


3. Tugas / Wewenang
a. Menyampaikan keputusan terhadap kasus dugaan pelanggaran etik oleh anggota
kepada Ketua PDGI.
b. Menyampaikan pertimbangan dan usul secara lisan maupun tertulis, diminta
maupun tidak diminta, tentang pelaksanaan Etik Kedokteran Gigi kepada Ketua
PDGI.
c. Meninjau dan memutuskan kembali suatu pertimbangan atau usul yang dinilai
kurang tepat oleh Ketua PDGI dengan memperhatikan pertimbangan pengurus
PDGI.
d. Memberikan pertimbangan atau usul kepada yang berwenang atas Pelanggaran
Etika melalui PDGI.
e. Mengadakan konsultasi timbal balik dengan instansi terkait serhubungan dengan
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan Etik Kedokteran Gigi.
f. Menyiapkan data terkait pelanggaran etik anggota PDGI dari seluruh tingkatan
g. Mengkoordinasikan dan melakukan pembinaan terhadap kepengurusan MKEKG
di tingkatan bawahnya Comment [A10]:
HASIL RAKERNAS SURABAYA
Ditambahkan :
f. Menyiapkan data terkait pelanggaran etik anggota
PDGI dari seluruh tingkatan
4. Tatacara Pemilihan
a. Calon anggota MKEKG diusulkan oleh Pengurus Wilayah setempat. g. Mengkoordinasikan dan melakukan pembinaan
terhadap kepengurusan MKEKG di tingkatan
b. Masing-masing Pengwil mengusulkan 2 orang dengan syarat berpengalaman bawahnya
dalam bidang : keorganisasian, pendidikan dan atau keprofesian.
c. Dari seluruh calon anggota MKEKG, dipilih sebanyak 5 orang dengan suara
terbanyak oleh pengwil. Comment [A11]:
d. MKEKG pusat dipilih dalam kongres Dari seluruh calon anggota MKEKG, dipilih sebanyak
3 orang dengan suara terbanyak
e. MKEKG wilayah dipilih dalam rapat umum wilayah dan cabang dipilih dalam
forum RUA

5. Tata cara Pengelolaan


Tatacara Pengelolaan MKEKG diatur dalam peraturan tersendiri secara internal

KEUANGAN DAN HARTA BENDA PERKUMPULAN


Bagian Pertama

Pasal 21
SUMBER KEUANGAN
Comment [A12]:
Kekayaan/ sumber keuangan perkumpulan
1. Kekayaan/ sumber keuangan perkumpulan diperoleh dari: diperoleh dari
Comment [A13]: Iuran wajib berupa iuran
a. Iuran wajib berupa iuran anggota; anggota
b. Bantuan Pemerintah pusat/daerah dan sumbangan masyarakat yang resmi serta
Comment [A14]: Bantuan Pemerintah
tidak mengikat; pusat/daerah dan sumbangan masyarakat yang
c. Hasil usaha; resmi serta tidak mengikat;
d. Perjanjian kerjasama dengan mitra lokal maupun asing yang saling Comment [A15]: Anggaran Pendapatan
menguntungkan. Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah.
e. Pemasukan dari Kegiatan lain yang sah
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 9
2. Dana abadi dari usaha-usaha lain dan tata cara memperoleh keuangan serta penataan
administrasi keuangan diatur lebih lanjut.

IURAN DAN DISTRIBUSI IURAN


1. Besarnya iuran wajib ditetapkan pada RUA.
2. Besarnya iuran wajib ditetapkan dengan syarat pembayaran dapat dikutip
akumulatif.
3. Besarnya iuran wajib ikatan keahlian. (akan dibahas antara PB dan ikatan
keahlian/kepeminatan)
4. Besarnya iuran wajib anggota terdistribusi:
a. Rp 5000,- per bulan untuk PB PDGI dibayarkan per tahun Comment [A16]: a.
b. Rp.5000,- per bulan untuk Pengurus Wilayah dibayarkan per tahun b.Rp. 3.000,- - untuk PB PDGI

Comment [A17]: c.Rp. 3.000,- untuk


Pengurus Wilayah

Bagian Kedua
PENGELOLAAN KEUANGAN

Pasal 22
PENGGUNAAN

Keuangan yang diperoleh sebagaimana dimaksud Pasal 21 digunakan untuk


kepentingan Perkumpulan meliputi:
1. Kesekretariatan.
2. Pelaksanaan Musyawarah dan rapat.
3. Perjalanan Dinas pengurus atau anggota yang diutus oleh Perkumpulan.
4. Melaksanakan program-program Perkumpulan.
5. Kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan.
6. Lain-lain yang dipandang perlu.

Pasal 23
PENGENDALIAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN

1. Keuangan dan harta benda Perkumpulan harus terpisah dari keuangan dan harta
kekayaan pribadi pengurus maupun anggota.
2. Pemindahan atau pengalihan keuangan dan harta benda kepada pihak lain serta
investasi dana dan usaha yang hanya dapat dilakukan menurut ketentuan
Perkumpulan.

Pasal 24
PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN

1. Pengurus wajib membuat laporan keuangan dan harta benda Perkumpulan secara
periodik dan memberitahukan kepada anggota dengan mekanisme:
a. PB PDGI kepada Kongres.
b. Pengurus Wilayah kepada Rapat Umum Wilayah.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 10


c. Pengurus Cabang kepada Rapat Umum Anggota.

2. Pengurus bertanggung jawab dalam penggunaan dan pengelolaan keuangan dan


harta benda Perkumpulan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 11


TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN
BADAN PEMBINAAN DAN PEMBELAAN ANGGOTA (BPPA)

BAB I
PENDAHULUAN

Misi penyelenggaraan BPPA adalah :


1. Terlayaninya pendampingan dan pembelaan anggota dalam menghadapi dugaan
pelanggaraan etik, disiplin dan hukum

2. Terlayaninya pelaksanaan pembinaan anggota melalui kerjasama secara


koordinatif dengan pihak-pihak terkait dan berkepentingan

Pasal 1
Ketentuan Umum
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan :
1. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) adalah organisasi profesi resmi dokter
gigi Indonesia yang diamanahkan Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
2. Dokter gigi adalah dokter gigi lulusan pendidikan kedokteran gigi baik di dalam
maupun luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Badan Pembelaan dan Pembinaan Anggota (BPPA) adalah perangkat PDGI,
sebagai badan khusus PDGI yang menangani masalah pembelaan dan
pembinaan anggota PDGI dalam menjalankan profesinya berupa praktik
kedokteran gigi.
4. Praktik kedokteran gigi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan gigI
5. Surat Tanda Registrasi (STR) dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter gigi yang telah diregistrasi.
6. Surat Ijin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan Pemerintah kepada
dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran gigi setelah memenuhi
persyaratan.
7. Etik Kedokteran Gigi adalah tata perilaku profesional dibidang kedokteran gigi
baik secara perorangan maupun kelompok.
8. Disiplin Kedokteran Gigi adalah aturan penerapan keilmuan kedokteran gigi
dalam pelaksanaan pelayanan
9. Ketentuan Hukum adalah ketentuan hukum kedokteran yang berlaku di
Indonesia

BAB II
KEDUDUKAN, STATUS DAN PEMBENTUKAN BPPA

Pasal 2
Kedudukan

1. BPPA Pusat berkedudukan di Ibukota Negara, dibentuk dan bertanggunggung


jawab secara administratif kepada PB PDGI
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 12
2. BPPA Wilayah berkedudukan di Ibukota provinsi, dibentuk dan bertanggunggung
jawab secara administratif kepada Pengurus wilayah PDGI
3. BPPA Cabang berkedudukan di Ibukota kabupaten/kota , dibentuk dan
bertanggunggung jawab secara administratif kepada pengurus cabang PDGI

Pasal 3
Status

BPPA adalah perangkat PDGI, sebagai badan khusus PDGI yang menangani masalah
pembelaan dan pembinaan anggota PDGI dalam menjalankan profesinya berupa praktik
kedokteran gigi.

BAB III
ORGANISASI BPPA

Pasal 4
Susunan BPPA
1. Jumlah BPPA tetap terdiri dari 5 orang dengan susunan sebagai berikut :
a) Seorang Ketua
b) Seorang Wakil Ketua
c) Seorang Sekretaris
d) Dua orang anggota Comment [A18]:
2. Ketua BPPA bila diperlukan dapat mengangkat BPPA tidak tetap yang berjumlah HASIL RAKERNAS SURABAYA DIHILANGKAN
2.Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota
paling banyak 2 orang dipilih dan ditetapkan oleh rapat anggota PDGI
3. Anggota tidak tetap seperti pada ayat 2 diatas dapat berprofesi sebagai Sarjana setempat
3.Pemilihan Ketua dilakukan melalui
Hukum musyawarah mufakat, dan apabila tidak
memungkinkan maka dilakukan melalui proses
pemungutan suara

Pasal 5
Dasar Cara Pemilihan Comment [A19]:
Pemilihan anggota dan penyusunan BPPA
1. Ketua dan anggota BPPA ditunjuk oleh Ketua PB PDGI atas mandat kongres.
Ketua dan anggota BPPA Wilayah ditunjuk oleh Ketua PDGI Wilayah atas mandat
Rapat wilayah. Ketua dan anggota BPPA Cabang ditunjuk oleh Ketua Cabang atas
mandat Rapat Umum Anggota
2. Pengurus BPPA disahkan oleh pengurus PDGI yang setingkat
3. Ketua BPPA bila diperlukan dapat menunjuk, mengangkat dan mengesahkan
anggota tidak tetap BPPA
4. Anggota BPPA seyogyanya dipilih berdasarkan latar belakang pribadi yang
beragam dipandang dari sudut pendidikan, usia, pengalaman, asal tempat kerja
dan agama
5. Keanggotaan BPPA diberhentikan apabila yang bersangkutan meninggal dunia,
mengundurkan diri atau tidak memenuhi lagi kriteria sebagai anggota BPPA.

Pasal 6
Kriteria anggota BPPA

Kriteria untuk dapat menjadi anggota BPPA adalah dokter gigi anggota biasa PDGI yang
diyakini :

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 13


1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Berjiwa Pancasila
3. Berkepribadian yang dapat diterima dan disegani serta memiliki kredibilitas
profesi yang tinggi
4. Peka dan responsif terhadap perkembangan masyarakat, lingkungan, nilai-nilai
dan kemanusiaan
5. Berwibawa, jujur, bijaksana, sabar dan terbuka
6. Mempunyai dedikasi yang tinggi. Belum pernah mendapat tindakan karena
pelanggaran etik, disiplin dan hukum

Pasal 7
Masa Jabatan Anggota BPPA

1. Masa jabatan anggota BPPA sama dengan masa jabatan Pengurus PDGI
2. Masa jabatan anggota BPPA tidak tetap berakhir setelah kasus yang disidangkan
selesai

BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG BPPA

Pasal 8
Tugas

1. Tugas BPPA adalah sebagai berikut


a) Melaksanakan tugas pembelaan anggota dalam menghadapi masalah etik,
disiplin dan hukum di bidang Kedokteran Gigi.
b) Melaksanakan Pembinaan pelaksanaan Etik, disiplin dan Hukum dibidang
Kedokteran Gigi.
c) Melaksanakan rancangan upaya pencegahan anggota dalam masalah etik,
disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi
d) Melaksanakan pendampingan anggota dalam masalah Etik, disiplin dan
Hukum dibidang Kedokteran Gigi.

2. Pembelaan dan Pembinaan anggota dilakukan dan dikoordinasikan bersama-


sama dengan pengurus PDGI setempat.
3. Melalui ketua PDGI setempat BPPA dapat meminta pendapat PDGI wilayah atau
PB PDGI
4. Mengadakan koordinasi dan kerjasama timbal balik dengan instansi terkait
sehubungan dengan pembelaan dan pembinaan anggota
Apabila dikehendaki oleh terlapor, BPPA dapat menghadiri dan mendampingi
anggota saat sidang MKEKG, MKDKI

Pasal 9
Wewenang

1. Menyampaikan pertimbangan dan usul secara tertulis, diminta atau tidak diminta,
tentang pembelaan dan pembinaan anggota kepada Ketua PDGI
2. Memberikan pertimbangan dan usul kepada yang berwenang atas Pelanggaran
Etika, disiplin dan Hukum, melalui Ketua PDGI

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 14


Pasal 10
Pertanggungjawaban

1. BPPA Pusat bertanggung jawab kepada Ketua PB PDGI


2. BPPA Wilayah bertanggung jawab kepada Ketua PDGI Wilayah
3. BPPA Cabang bertanggung jawab kepada Ketua PDGI Cabang Comment [A20]:
1.BPPA Pusat bertanggung jawab kepada Kongres
melalui Ketua PB PDGI
2.BPPA Wilayah bertanggung jawab kepada
Pasal 11 Rapat wilayah melalui Ketua PDGI Wilayah
3.BPPA Cabang bertanggung jawab kepada Rapat
Hubungan Kerja Umum Anggota melalui Ketua PDGI Cabang

1. Hubungan kerja BPPA Pusat dengan BPPA Wilayah dan atau dengan BPPA
Cabang bersifat pembinaan, pelaporan dan rujukan. Rujukan berupa :
a) Konsultasi dalam menangani kasus pelanggaran etik, disiplin dan hukum
b) Pelimpahan wewenang dalam kasus pelanggaran etik, disiplin dan hukum
Kedokteran Gigi.
2. Hubungan kerja BPPA dengan PDGI
BPPA adalah badan kelengkapan PDGI yang disiapkan bagi anggota yang
membutuhkan Pembelaan dan Pembinaan
3. Hubungan kerja antara BPPA dengan pengurus PDGI yang tidak setingkat
dilakukan melalui Pengurus PDGI yang setingkat

Pasal 12
Pembiayaan BPPA
Pembiayaan untuk kegiatan BPPA menjadi tanggung jawab Pengurus PDGI

BAB V
LAPORAN, PENGADUAN, GUGATAN DAN TUNTUTAN TERHADAP ANGGOTA

Pasal 13
1. Anggota PDGI yang dilaporkan / diadukan / digugat / dituntut dapat sesegera
mungkin memberitahukan kepada pengurus cabang / wilayah dan atau Pusat.
2. Pengurus PDGI bersama-sama dengan BPPA berkoordinasi dan membentuk tim
Pendampingan dan Pembelaan.
3. Tim pendampingan terdiri dari BPPA dan anggota pengurus PDGI yang ditunjuk,
sesegera mungkin melakukan telaahan terhadap kasus yang dilaporkan /
diadukan / digugat / dituntut dalam rangka Pendampingan dan Pembelaan
anggota

BAB VI
PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM

Pasal 14
1. Dugaan pelanggaran oleh anggota yang dapat dilakukan pembelaan adalah
dugaan pelanggaran Etik, Disiplin dan Hukum yang berkaitan langsung dengan
praktik kedokter gigi
2. Dugaan Kejahatan atau tindak pidana kriminal yang dilakukan oleh anggota tidak
berhak mendapatkan pembelaan dari BPPA

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 15


BAB VII
PEMBELAAN ANGGOTA

Pasal 15

1. Pembelaan dilakukan melalui proses pendampingan oleh Tim Pendamping dan


Pembelaan
2. Tim Pendamping dan Pembelaan bekerja atas permintaan anggota terlapor baik
melalui atau tanpa melalui pengurus PDGI
3. Tim pendamping, mendampingi anggota terlapor pada Sidang MKEKG dan MKDKI
4. Penyusunan data untuk argumentasi Pendampingan dan Pembelaan dilakukan
melalui proses diskusi dengan terlapor, pemeriksaan dokumen, saksi dan
konsultasi dengan narasumber / ahli, sesuai kebutuhan
5. Pelaksanaan Pendampingan dilakukan dalam ranah dugaan pelanggaran etik,
disiplin dan bila memungkinkan terhadap dugaan pelanggaran hukum
6. Pendampingan yang dilakukan oleh tim pendamping terhadap anggota pada
prinsipnya hingga selesai permasalahannya, selama menurut ketentuan hukum
masih diperkenankan

BAB VIII
ALTERNATIF PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM

Pasal 16

1. Bila permasalahan yang dihadapi melibatkan pihak pasien, maka upaya mediasi
akan diutamakan dalam penyelesaiannya sebelum masuk pada proses litigasi.
2. Tim Pendamping bila mengalami keterbatasan akses dalam pendampingan, bisa
meminta bantuan mediator yang disepakati oleh parapihak.
3. Penyelesaian sengketa dengan pasien tidak menghilangkan kewajiban
pembinaan terhadap anggota yang bersangkutan.

BAB IX
PENDAMPINGAN DI PERSIDANGAN ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM

Pasal 17

1. Pendampingan dan pada proses litigasi dilakukan bila secara hukum


diperkenankan, atau bersama-sama dengan kuasa hukum yang ditunjuk oleh
anggota yang berperkara.
2. Hasil kajian Tim pendamping dapat digunakan oleh anggota yang berperkara
sebagai bahan argumentasi dalam proses persidangan dalam menghadapi
perkara sebagai masalah Etik, Disiplin dan Hukum

BAB X
TATA KERJA PEMBINAAN ANGGOTA

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 16


Pasal 18
Tujuan

1. Tujuan Umum :
Makin meningkatnya kualitas pengabdian profesi Kedokteran Gigi di Indonesia
dalam turut mempercepat tercapainya tujuan progam pembangunan nasional,
khususnya pembangunan kesehatan.

2. Tujuan Khusus :
a) Terciptanya pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan bagi
dokter gigi tentang Etik, disiplin dan hukum yang makin meningkat dalam
penyelenggaraan Pengabdian Profesi Kedokteran Gigi
b) Pembinaan terhadap anggota PDGI dalam rangka upaya pencegahan
terhadap pelanggaran etik, disiplin dan hukum
c) Terciptanya suasana yang makin menguntungkan bagi masyarakat sehingga
dapat menerima penerapan Etik, Disiplin dan hukum Kedokteran Gigi dan
Penyelenggaraan Pengabdian Profesi Kedokteran Gigi di Indonesia

Pasal 19
Pembinaan Anggota

1. Pembinaan terhadap anggota PDGI dilakukan secara rutin minimal 2 kali dalam
setahun dalam rangka upaya pencegahan terhadap pelanggaran etik, disiplin dan
hukum
2. Pembinaan yang dilakukan oleh BPPA dapat dilakukan melalui seminar,
lokakarya,roleplay dan sejenisnya
3. Pembinaan terhadap anggota yang terkena masalah, dilakukan melalui
monitoring, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan sanksi
4. Jenis Pembinaan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis sanksi pelanggaran
yang dijatuhkan
5. Khusus sanksi etik, pembinaan akan dilakukan sesuai dengan hasil keputusan
majelis etik kehormatan kedokteran gigi Indonesia

Pasal 20
Sasaran

1. Sasaran langsung pembinaan adalah :


a. Dokter gigi yang menjalankan Pengabdian Profesi Kedokteran Gigi di
Indonesia
b. Dokter gigi lulusan baru dari Institusi Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi
baik dalam maupun luar negeri yang diajui oleh Pemerintah Indonesia dan
bermaksud menjalankan Pengabdian Profesi Kedokteran Gigi di Indonesia
c. Mahasiswa Kedokteran Gigi pada Institusi Pendidikan Profesi Kedokteran
Gigi yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia
2. Sasaran tidak langsung adalah :
a. Petugas Kesehatan lainnya yang turut serta secara aktif
menyelenggarakan Pelayaan Kesehatan di Indonesia
b. Petugas yang karena ruang lingkup pekerjaannya ada kaitan dengan
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 17
Pengabdian Profesi Kedokteran Gigi di Indonesia
c. Masyarakat

Pasal 21
Kegiatan

1. Kegiatan yang ditujukan kepada Sasaran langsung meliputi :


a. Membantu penyelenggaraan pendidikan Etik, disiplin dan hukum dibidang
Kedokteran Gigi di Institusi Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi di Indonesia
b. Menyelenggarakan pertemuan perseorangan seperti konsultasi, fasilitasi,
tatap muka dan lain-lain, guna membahas dan mengkaji Etik, disiplin dan
hukum dibidang Kedokteran Gigi
c. Menyelenggarakan pertemuan profesi seperti seminar, lokakarya, penataran,
kursus, roleplay dan sejenisnya, guna membahas dan mengkaji Etik, disiplin
dan hukum dibidang Kedokteran Gigi
d. Menerbitkan dan menyebar luaskan informasi Etik, disiplin dan hukum
dibidang Kedokteran Gigi kepada Mahasiswa Kedokteran Gigi dan para
Dokter Gigi di Indonesia
e. Menyelenggarakan kegiatan lainnya sepanjang sesuai dan dapat mencapai
tujuan pembinaan Etik, disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi
f. Pembinaan terhadap anggota yang terkena masalah, dilakukan melalui
evaluasi dan pengawasan pelaksanaan sanksi oleh PDGI
g. Kegiatan dilakukan secara rutin minimal 2 kali dalam setahunp

2. Kegiatan yang ditujukan kepada Sasaran tidak langsung meliputi :


a. Menyelenggarakan pertemuan perseorangan, guna membahas dan mengkaji
Etik, disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi
b. Menyelenggarakan pertemuan profesi seperti seminar, lokakarya,penataran,
kursus, roleplay dan sejenisnya, guna membahas dan mengkaji Etik, disiplin
dan hukum dibidang Kedokteran Gigi
c. Menerbitkan dan menyebar luaskan informasi Etik, disiplin dan hukum
dibidang Kedokteran Gigi kepada Mahasiswa Kedokteran Gigi dan para
Dokter Gigi di Indonesia
d. Menyelenggarakan kegiatan lainnya sepanjang sesuai dan dapat mencapai
tujuan pembinaan Etik, disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi

Pasal 22
Materi Pembinaan
Materi pembinaan Etik, disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi meliputi :
a. Lafal Sumpah Dokter Gigi
b. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
c. Ketentuan Konsil Kedokteran Indonesia
d. Peraturan perundangan dibidang Kedokteran Gigi

Pasal 23
Pelaksanaan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 18


1. Pembinaan Etik, disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi dengan cara :
a. BPPA Pusat bertanggung jawab dalam menetapkan kebijakan dan garis-garis
besar program pembinaan Etik, disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi
b. BPPA Wilayah bertanggung jawab dalam menjabarkan kebijakan dan garis-
garis besar program pembinaan yang telah ditetapkan oleh BPPA Pusat serta
mengkoordinir pelaksanaannya untuk tingkat propinsi
c. BPPA cabang bertanggung jawab dalam menjabarkan kebijakan dan garis-
garis besar program pembinaan Etik, disiplin dan Hukum dibidang Kedokteran
Gigi di daerah kerjanya masing-masing

2. Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana tersebut pada butir 1, BPPA


bekerjasana dengan Pengurus PDGI yang setingkat dan atau dengan instansi
Pemerintah / institusi kemasyarakatan

3. Dalam hal kegiatan pembinaan tersebut dilaksanakan bersama instansi


Pemerintahan / institusi kemasyarakatan, maka pelaksanaannya harus dibawah
koordinasi Pengurus PDGI yang setingkat

BAB XI
PELAPORAN
Pasal 24

1. Hasil pendampingan dan pembelaan anggota yang dilakukan oleh BPPA di


wilayah atau cabang harus didokumentasikan dan dilaporkan kepada BPPA Pusat
2. Hasil pendampingan dan pembelaan anggota yang dilakukan oleh BPPA Pusat
diinformasikan kepada Wilayah dan cabang, sebagai forum berbagi informasi
atau koordinasi

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25

1. Tatalaksana penyelenggaraan Pembelaan dan Pembinaan anggota ini dinyatakan


berlaku setelah ditetapkan oleh PB PDGI
2. Tatalaksana penyelenggaraan Pembelaan dan Pembinaan anggota ini dijabarkan
dalam bentuk alur kerja koordinatif oleh Tim khusus di PDGI

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 19


KOMISI - 2
KONSEP PEMBIAYAAN &
PELAYANAN
I. Pokok Masalah

Sejak dimulainya sistem JKN tahun 2014, telah muncul berbagai macam permasalahan
khususnya pada bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Implementasi pembayaran
kapitasi bagi drg dalam program JKN membawa berbagai perubahan dan permasalahan
di lapangan. Diantaranya adalah :
Kondisi daerah dan populasi masyarakat di Indonesia tidak sama, sehingga
kebijakan yang ada tidak dapat berlaku optimal di beberapa daerah,
permasalahan dan keluhan sangat beragam sesuai keunikan dari masing-masing
daerah. Hal ini termasuk dengan penyebaran SDM dokter gigi yang belum merata,
kelengkapan sarana dan prasarana yang tidak sama di beberapa daerah, serta
bervariasinya berbagai obat dan bahan medik habis pakai di berbagai daerah di
Indonesia .
Sistem JKN bidang kedokteran gigi (KG) dirasakan belum cukup memadai pada
pelaksanaannya, masih memerlukan sejumlah perbaikan, namun berbagai
usulan jalan keluar permasalahan yang diajukan oleh PB PDGI belum mendapat
respon positif yang sesuai dari pemegang kebijakan. Hal ini kemungkinan
dikarenakan sistem JKN menemui permasalahan yang lebih diprioritaskan
dibandingkan permasalahan bidang kedokteran gigi.
Paket manfaat yang ditetapkan pada PPK 1 belum sepenuhnya sesuai dengan
kondisi kebutuhan macam penyakit gigi dan mulut yang ada dan kesesuaiannnya
dengan kompetensi dokter gigi . Sebagai contoh kasus yang mempunyai ciri high
case high volume yaitu kasus pulpitis pada gigi sebenarnya masih menjadi
kewenangan dokter gigi pada pelayanan primer, namun karena tidak dimasukkan
dalam paket manfaat pada pelayanan primer (akibat dari minimnya anggaran
untuk penetapan besaran kapitasi bidang kedokteran gigi) mengakibatkan kasus
tersebut harus dirujuk pada pelayanan tingkat lanjut. Disisi lain, penetapan tarif
INA CBG`s rawat jalan bidang kedokteran gigi masih sangat rendah, dan INA
CBGs yang ditetapkan hanya mengcover 5 jenis tindakan kedokteran gigi. Hal ini
mengakibatkan timbulnya berbagai masalah pada proses pelaksanaan pelayanan
bidang kedokteran gigi baik pada pelayanan primer dan meningkatkan rujukan
pelayanan gigi di level sekunder. Di sisi lain provider (drg) di RS (rujukan)
sebagian besar juga drg non spesialistik atau dengan kata lain kompetensinya
sama dengan drg primer..
Belum sesuainya tarif INA CBG untuk pelayanan gigi di RS dan Masih banyaknya
drg (atau bahkan staff BPJS di daerah) yang belum memahami konsep
pembayaran kapitasi , berdampak pada munculnya potensi fraud.
Besaran kapitasi Rp. 2000 dan penetapan INA CBG`s pada pelayanan gigi di RS
yang dirasakan belum mencukupi menyebabkan terjadinya berbagai masalah di
lapangan, antara lain tingginya rujukan pelayanan gigi dan pelayanan gigi tidak
berjalan optimal serta kurangnya pelayanan promotif dan preventif .
Penetapan Jumlah Kepesertaaan yang dapat di cover oleh 1 drg yang belum
sesuai, sehingga mengakibatkan perbedaan dalam pendapatan kapitasi bagi
dokter gigi dan beban kerja drg yang tidak merata.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 20


Kondisi tempat kerja drg, mengingat kondisi di Indonesia yang beragam dan
cenderung tidak sama maka perlu pemetaan kondisi berdasarkan daerah-daerah
dengan penyesuaian kondisi SDM dokter gigi, nilai ke ekonomian (daya beli dan
willingness)
Tingkat kesadaran masyarakat untuk kesehatan gigi dan mulut di Indonesia yang
masih rendah
Pada pelayanan sekunder (rujukan) perlu kesetaraan dan pemetaan jumlah RS
yang ada drg spesialisnya sehingga pola rujukan dapat berjalan dengan baik
Munculnya permasalahan yang ada perlu dibuat kajian yang mendalam agar PDGI
dapat merumuskan sikap yang terbaik untuk semua permasalahan, sehingga diperlukan
adanya proses root cause analysis dalam kajian yang akan di diskusikan.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 21


II. Progres tindak lanjut (Uraian Permasalahan Berdasarkan Jenis Fasilitas
Kesehatan)

No. Tipe pemberi Permasalahan


pelayanan
1 Puskesmas Alat KG banyak yang tidak berfungsi. Berdasarkan
hasil monev yang dilakukan di 136 fasilitas pelayanan
kesehatan (139 drg) didapat hasil bahwa
ketersediaan Alkes dan bahan untuk bekerja yang
belum baik, (hampir semuanya peralatan dental unit
di puskesmas wilayah timur rusak). hal ini tentu saja
mengakibatkan paket manfaat yang ditetapkan juga
tidak dapat diberikan secara optimal, sehingga
pelayanan bidang gigi mulut tidak sama antar daerah
di Indonesia)
Banyak puskesmas mendapatkan Kepesertaan dari
PBI, namun pembagian batas wilayah dan jumlah
kepesertaan masih belum jelas dan jam kerja (bahkan
hari kerja) drg yang melayani tidak sama,
mengakibatkan pola pelayanan di puskesmas
menumpuk pada salah satu puskesmas yang
melakukan pelayanan optimal, padahal kepesertaan
tidak pada puskesmas tersebut (banyak peserta lintas
daerah). Hal ini menunjukkan bahwa kredensialing
yang dilakukan belum optimal.
Daya dukung sarana prasarana beberapa puskesmas
belum samamutu layanan tidak sama (banyak
rujukan) namun rujukan juga hanya bersifat rujukan
fasilitas karena di pelayanan sekunder kompetensi drg
yang bekerja masih sama

2 Praktek drg BPJS menerapkan sistem kepesertaan secara
mandiri enrollment, sehingga drg yang mendapatkan
kepesertaan dalam jumlah sedikit akan terkena
dampak resiko kerugian. (drg dengan kepesertaan
dibawah 2000 dapat dipastikan akan mempunyai
dampak potensi kerugian)
Kepesertaan drg dengan konsep kapitasi maka
seharusnya ada proses subsidi silang (sehat
mensubsidi yang sakit) shg membutuhkan 10000
peserta agar terjadi subsidi silang yang optimal. Pada
implementasi nya tahun 2014 ternyata banyak pro
dan kontra ( karena pada 2014 peserta yg mendaftar
secara sukarela lebih banyak peserta yg pernah
merasakan sakit gigi (adverse selection) yaitu pasien
yang datang ke drg apabila terdapat simptom rasa
sakit akibatnya kunjungan di praktek swasta mandiri
menjadi lebih tinggi, diperparah jumlah kepesertaan
yang masih dibawah 2000 mengakibatkan subsidi

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 22


silang tidak berjalan dengan baik, drg lebih banyak
mengalami resiko kerugian
Beberapa wilayah BPJS karena proses enrollment
tersebut maka bpjs cabang ada meminta drg mencari
peserta sendiri, atau diminta memasarkan tempat
prakteknyahal ini melanggar etika
Harus ditentukan jumlah peserta minimal untuk drg
(utk dr umum bisa langsung dibagi), hal ini mempunyai
dampak:
- Apabila jmh peserta kurang (di bwh 5 rb) maka drg
akan mengalami resiko kerugian
- Apabila jmh peserta berlebih (lebih dari 12 rb)
maka mutu layanan drg bisa menjadi berkurang
(tidak optimal)
Utilisasi Pelayanan gigi versi BPJS untuk pelayanan
kedokteran gigi sudah mulai meningkat (1,93%) dan
terus bertambah
Premi dari peserta JKN sudah diterima BPJS secara
menyeluruh, namun untuk jumlah drg yang ikut serta
program JKN (dikontrak BPJS) masih jauh dibawah
rata2 dokter umum, perlu adanya pembenahan agar
hak-hak pasien yang telah melakukan pembayaran
premi, memperoleh paket manfaat yang sama
3 Klinik Pratama Tidak semua klinik ada di pelosok daerah yang
menjangkau sampai pedalaman. Padahal di beberapa
daerah BPJS menghimbau kepesertaan drg praktek
mandiri agar dimasukkan pada pelayanan klinik (
daerah klaten dan jawa timur).
Apabila ditinjau di lapangan maka akan ada 2 bentuk
klinik pratama:
- Klinik Pratama dengan drg :Permasalahan
pola pembagian dan sistem keuangan
belum ada juknisnya
- Klinik Pratama tanpa drg: Diminta
kerjasama dengan drg praktek mandiri,
kepesertaan dimasukkan dalam klinik-
kapitasi diterima oleh klinikpembiayaan
drg ada di tangan klinik tsb, sehingga
masih terjadi pola kuratif saja karena pola
pembiayaan kembali bersifat fee for service
lagi
Di beberapa daerah, BPJS mengharuskan klinik
membuat kerjasama dengan drg praktek mandiri (krn
banyak drg yang tidak mau ikut dalam kontrak BPJS),
dengan pola pemberian dan berdasarkan kunjungan
(kuratif) seperti fee for service dan klaim, sehingga
cost tetap tinggi dan paradigma sehat tidak berjalan
Bagi Klinik swasta umum, ingin menghitung pola
pembagian pendapatan kapitasi dengan drg akan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 23


timbul beberapa permasalahan:
drg sbg profesional (tidak ada modal
investasi)berapa pembagian tarif?
Apabila masih berbasis tindakan tidak ada
upaya promotif preventif yang dilakukan
Drg dengan investasi lengkapbrp klinik
mendapatkan bagian? Apbl kepesertaan
msh rendah.
Jumlah drg praktek di klinik dan Pembagian
jam kerja / jam buka praktek di klinik
belum jelas
kewenangan/kompetensi drg sebenarnya masih luas
dan bisa melaksanakan perawatan penyakit yang high
volume di yanprimer (sebagai contoh kasus pulpitis
yang mebutuhkan perawatan saluran akar), karena
tidak dimasukkan dalam dalam benefit paket
(keterbatasan besaran kapitasi yg hanya 2000),
sehingga mengakibatkan angka rujukan menjadi tinggi
tidak efisien, karena sebenarnya bisa dilakukan oleh
drg di pelayanan primer
4 Pelayanan Pasien masih mempunyai kebiasaan berkunjung
Sekunder dan langsung ke pelayanan sekunder (drg spesialis dan
RS) RS)
Untuk rawat jalan hanya terdapat 2 tarif pelayanan gigi
dalam INA CBGs, Penetapan biaya ada di NCC
(prosedur gigi dan tindakan gigi), hal ini membuat alur
pelayanan bidang kedokteran gigi tidak dapat berjalan
dengan sesuai.
Dari pelayanan primer (karena msh belum meng
cover semua jenis penyakit terbesar (pulpitis)
maka drg di pelayanan primer pasti akan merujuk
ke PPK 2, sehingga jumlah rujukannya menjadi
besar (sebenarnya hal ini masih dapat
dimasukkan dalam pelayanan primer, namun krn
keterbatasan besaran kapitasi maka belum dapat
dimasukkan dalam paket benefit pada pelayanan
primer). Di lapangan jumlah rujukan drg pada
pelayanan primer sangat dipantau ketat oleh BPJS
di daerah, sehingga mengakibatkan dilema drg
pelayanan primer untuk merujuk atau menangani
kasus tersebut namun sebenarnya tidak termasuk
dalam paket benefit pelayanan primer.
Disisi lain, pada pelayanan sekunder apabila
menerima rujukan, dan dengan kondisi INA CBG`s
hanya terdiri dari 2 jenis layanan di rawat jalan
maka banyak drg yang menolak, diperparah lagi
kondisi bahwa jumlah rujukan untuk kasus pulpitis
yang tinggi
Fraud terjadi karena penetapan biaya dalam INA CBGs

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 24


tersebut masih rendah dan tidak dapat mencakup
semua pelayanan rujukan KG
Banyak drg melakukan improvisasi diagnosa agar
klaim dpt dibayarkanreport diagnosa menjadi tidak
tepat
Pelayanan yg tidak tercover di paket layanan JKN
namun masih menjadi kompetensi drg, dan BPJS tidak
memperbolehkan melakukan penarikan diluar kapitasi
kunjungan pasien di RS tinggi
INA CBG`s belum sesuai hitungannya dan belum
spesifik untuk bidang KG, hanya ada 2
tindakan/prosedur gigi untuk rawat jalan di dalam
sistem INA CBGs
Jumlah drg spesialis di Indonesia yang saat ini belum
dapat memenuhi kebutuhan pelayanan sekunder
khususnya RS, sehingga saat ini yang berlaku rujukan
fasilitas saja
Pola layanan kesehatan gigi dan mulut mulai terlihat
jelas bhw perlu batas jelas tentang kewenangan

3. Uraian berdasarkan pemegang Kebijakan ( Pemangku Kepentingan) untuk


permasalahan yang ada
Masalah Contoh kasus Dampak yang terjadi
MASYARAKAT
1. Perilaku 1. Penyakit gigi dan mulut 1. Tidak dapat mengurangi
kesehatan gigi merupakan non atau menurunkan
dan mulut communicable disease permasalahan penyakit
masyarakat yang sehingga 80% gigi yang ada
masih salah permasalahan yang timbul
diakibatkan karena
perilaku kesehatan yang
masih belum tepat.

2. Masyarakat datang ke drg 2. Pelayanan yang


apabila sakit gigi berarti diberikan akan
2. Masyarakat membutuhkan perawatan cenderung bersifat
berkunjung ke drg yang lebih kompleks, kuratif
apabila sudah sehingga kebutuhan untuk
terasa sakit atau biaya perawatan menjadi
tidak nyaman saja lebih mahal

3. Masyarakat yang terdaftar


sebagai karyawan 3. Banyak terjadi
perusahaan biasanya permohonan
3. Aksesibilitas didaftarkan secara perpindahan PPK
masyarakat ke kelompok. Apabila primer, sedangkan
fasilitas terdapat perbedaan biasanya PPK rujukan
pelayanan kabupaten/kota antara yang diinginkan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 25


kesehatan terdaftar di alamat terdapat di kota yang
perusahaan dengan aksesnya jauh,hal ini
alamat rumah maka akan menimbulkan keluhan
menjadi permasalahan masyarakat dalam
akses menerima layanan
KEMENKES
1. Penetapan 1. Pulpitis irreversibel tidak 1. Rujukan pada
besaran kapitasi tercover pada paket pelayanan sekunder
yang masih manfaat di pelayanan menjadi tinggi, padahal
rendah sehingga primer karena besaran di sisi lain apabila drg
belum dapat kapitasi yang masih pelayanan primer terlalu
menjamin rendah, padahal menjadi banyak merujuk maka
kebutuhan kasus diagnosa tertinggi dapat dikategorikan
kesehatan gigi (high case high volume) memberikan pelayanan
yang paling yang sebenarnya masih yang tidak optimal
dibutuhkan dalam menjadi kompetensi drg
kasus-kasus yang pada pelayanan primer
ada di masyarakat

2. Belum adanya 2. Pada drg praktek mandiri 2. Kapitasi akan


ketetapan dapat dipacu untuk mempunyai dampak
perbedaan melaksanakan konsep yang baik apabila
konsep pelayanan manage care karena dilaksanakan pada
primer antara drg terjadinya alih resiko, praktek mandiri, Sistem
praktek mandiri sehingga drg dapat di puskesmas dapat
dan puskesmas didorong untuk melakukan menggunakan pola
tindakan preventif budget system dan
promotif. sedangkan di tetap melakukan
puskesmas karena resiko pelayanan UKM, drg di
kerugian yang muncul puskesmas dapat di
akan dapat di tanggulangi dorong melaksanakan
oleh pemerintah (pemda) upaya preventif dan
sehingga konse palih promotif yang
resiko tidak begitu dipadukan dengan
berjalan. konsep UKM yang ada.
PERHITUNGAN
KAPITASI SAAT INI
BELUM
MEMPERHITUNGKAN
PELAYANAN PROMOTIF
DAN PREVENTIF

3. Penetapan 3. Dengan ketetapan INA 3. Dokter gigi spesialis


besaran INA CBG`s untuk rawat jalan tidak dapat memberikan
CBG`s untuk drg rerata di kelas C pelayanan dan tindakan
rawat jalan drg adalah 174 ribu, maka yang sesuai, sehingga
yang belum layak/ rujukan pada kasus menjadi ancaman
sesuai terbanyak (seperti pulpitis terjadinya fraud yang
GROPING TARIF irreversibel) yang terpaksa dilaksanakan
INA CBG UNTUK membutuhkan tindakan untuk dapat
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 26
PELAYANAN GIGI pelayanan dengan memberikan pelayanan
DI RS BELUM kunjungan lebih dari 2 kali yang sesuai.
SESUAI , KARENA kunjungan untuk
KARAKTERISTIK melakukan perawatan
PELAYANAN GIGI menjadi tidak sesuai
ADALAH
TINDAKAN
(PROSEDUR),
BERBEDA
DENGAN
PELAYANAN
KESEHATAN
RAWAT JALAN DI
RS PADA
UMUMNYA

4. Penetapan dan 4. Drg spesialis praktek 4. Drg spesialis praktek


pelaksanaan drg mandiri yang mandiri tetap menerima
spesialis praktek melaksanakan praktek pasien dengan pola fee
mandiri yang tidak dapat ikut skema for service dan kadang
belum diatur pelayanan yang telah melakukan pelayanan
HARUS DI RS ditetapkan sehingga tidak primer di luar skema
ATAU DRG SP terakomodir untuk dapat yang ada, kesadaran
HARUS menjadi tempat rujukan dan perilaku kesehatan
MEMPUNYAI masyarakat tidak dapat
JEJARING ditingkatkan, perlu
DENGAN RS diskusi lebih lanjut
untuk permasalahan ini.

5. Sarana Prasarana 5. Keberadaan kursi gigi, 5. Perbedaan sarana


dan SDM di kelengkapan alat untuk prasarana di puskesmas
Fasilitas perawatan tumpatan dan termasuk keberadaan
kesehatan keberadaan drg di suatu drg di suatu daerah
pemerintah daerah membuat mengakibatkan
(puskesmas) yang pelayanan yang diberikan pelayanan puskesmas
belum sama mejadi berbeda antara antara satu daerah
kondisinya pada puskesmas urban dan dengan daerah yang lain
tiap daerah rural menjadi tidak sama
PENYEBARAN
DRG DI DAERAH
BELUM MERATA

6. Kejelasan 6. Saat ini dana kapitasi 6. Pengelolaan pemberian


pengelolaan dana langsung diserahkan jasa drg berdasarkan
kapitasi di klinik kepada manajemen klinik. tindakan atau
pratama yang Beberapa klinik kunjungan
mendukung memberikan fee kepada mengakibatkan drg
konsep manage drg berdasarkan masih mempunyai
care kunjungan atau tindakan perspektif kuratif. Perlu
yang dilakukan. (FFS) dibuat pedoman
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 27
pengelolaan dana
kapitasi bagi klinik
pratama, dengan
beberapa model bentuk
variasi investasi yang
mungkin ada di
lapangan.
BPJS
1. Penetapan jumlah 1. Jumlah kepesertaan untuk 1. Banyak drg yang
kepesertaan drg yang telah dikontrak berkeluh kesah karena
BPJS saat ini sangat mengalami kerugian, hal
timpang, ada yang ini dapat dipahami
mendapatkan karena jumlah
kepesertaan lebih dari 15 kepesertaan yang
ribu dan ada yang hanya rendah tersebut
mendapatkan mengakibatkan
kepesertaan dibawah pendapatan drg tidak
1000, dikarenakan sistem dapat menutupi
enrollment yang kebutuhan pengeluaran
digunakan BPJS yang ada. Sebaliknya
apabila kepesertaan drg
banyak maka
kemungkinan mutu
pelayanan akan
cenderung menurun.
SEBAIKNYA PDGI
DAERAH DILIBATKAN
DALAM PROSES
KREDENTIALING DAN
PEMBAGIAN
KEPESERTAAN UNTUK
MENJAMIN
PEMERATAAN PESERTA

2. Kredensialing dan 2. Masih banyak PPK primer 2. Standarisasi dan


penetapan faskes yang sarana dan tindakan dari tiap PPK
prasarana nya belum primer menjadi tidak
lengkap (khususnya sama, sehingga banyak
puskesmas di luar jawa) pasien yang memilih
namun tetap lolos berobat ke PPK primer
kredensialing oleh BPJS yang berdekatan
walaupun tertulis masih
tertulis kepesertaan di
PPK yang lama

3. Pcare dan 3. Jumlah kepesertaan yang 3. Kepercayaan provider


perhitungan tercatat tiap bulan dapat ataupun peserta
kepesertaan yang berbeda jauh dan kadang- terhadap BPJS menjadi
belum jelas kadang tidak dapat sangat rendah dan
dijelaskan, dilain pihak merasa dipermainkan,
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 28
ada peserta yang perlu adanya
berkunjung merasa tidak transparansi dan
mengurus perpindahan perbaikan dalam sistem
namun sudah tidak Pcare yang digunakan
tercatat lagi di PPK yang untuk memantau secara
dituju. real time PERLU
AKURASI DATA
KEPESERTAAN DI DRG
PRIMER

4. Perbedaan 4. Permasalahan yang 4. Laporan dari beberapa


persepsi dan muncul di daerah kadang drg terhadap kebijakan
pelaksanaan tiap disikapi tanpa prosedur BPJS wilayah kadang
cabang BPJS yang jelas, dan terdapat tidak sama, dan
divre perbedaan kebijakan yang klarifikasi di BPJS pusat
ada dikarenakan ternyata tidak terdapat
misintepretasi dari suatu kebijakan tersebut,
pedoman mengakibatkan gejolak
penolakan terhadap
BPJS

5. Jumlah drg 5. Data total kepesertaan 5. Peserta yang telah


praktek mandiri, yang memilih drg tidak membayar premi
drg di puskesmas tercatat seperti pada seharusnya mempunyai
dan klinik kepesertaan dokter ( tidak hak yang sama untuk
pratama yang tertulis pada kartu). mendapatkan
telah dikontrak Memang ada beberapa pelayanan, namun
BPJS, peserta yang belum dengan kenyataan yang
dibandingkan memilih dokter gigi primer ada dengan jumlah
dengan total sehingga dapat terlihat kepesertaan drg masih
kepesertaan JKN jumlah total kepesertaan di bawah kepesertaan
yang ada masih untuk drg dibanding dokter menunjukkan
belum sebanding. dokter yidak sama bahwa beberapa
Padahal peserta (seharusnya sama) peserta tidak
telah membayar mendapatkan hak yang
premi untuk sama, sehingga
mendapatkan menimbulkan
pelayanan drg pertanyaan atas
juga pengelolaan keuangan
untuk pelayanan bidang
kedokteran gigi
PDGI
1. Maping 1. Penyebaran dokter gigi 1. Perbandingan jumlah
penyebaran dan yang belum merata dan masyarakat dan jumlah
perbandingan masih terpusat di kota drg perlu diidentifikasi di
dokter gigi besar perlu dibuat tiap daerah, karena
mekanisme pengaturan potensi permasalahan
secara internal agar tidak dapat dicarikan jalan
terjadi permasalahan keluar di masing-masing
daerah apabila sudah
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 29
berjalan universal
coverage

2. Penentuan jasa 2. Kompetensi drg perlu 2. Aspek kemahalan di tiap


profesi dan aspek dihargai yang layak dan daerah yang berbeda
kemahalan sama, namun karena beda mengakibatkan
kondisi daerah di besaran kapitasi
Indonesia yang berbeda dirasakan berbeda beda,
beda memicu nilai ada yang merasa
keekonomian yang kekurangan karena biaya
mengakibatkan hidup yang mahal di
perbedaan daya beli daerahnya PERLU
TIDAK MASALAH KARENA AJUSTMENT FACTOR
YANG MEMBAYAR BPJS BESARAN KAPITASI ,
BUKAN UT OF POCKET SEPERTI HALNYA TARIF
INA CBG (DIBUAT
REGIONALISASI)
DOKTER GIGI
1. Masih banyak 1. Sebagai contoh masih 1. Muncul permasalahan
dokter gigi yang ditemukan di beberapa dan keluhan yang
belum memahami daerah, dokter gigi membuat tidak
konsep manage melakukan cost sharing berjalannya sistem JKN
care DAN pada peserta yang secara memadai dan
PEMBAYARAN berkunjung di tempat sesuai di beberapa
KAPITASI dalam prakteknya. Atau contoh daerah.
JKN lainnya seperti, drg masih
bersedia dibayar Rp 2000
untuk memberikan
pelayanan per kunjungan
peserta yang datang.

2. Masih ada 2. Hasil penelitian 2. Kesalahan terapi atau


beberapa dokter menunjukkan bahwa kesalahan dalam
gigi yang beberapa diagnosa seperti mencatat membuat
melakukan diagnosa K04 (Diseases of bias pelaporan utilisasi
diagnosa dan pulp and periapical dan gambaran
terapi tidak tissues) terdapat kebutuhan real yang
sesuai, atau ketidaksesuaian tindakan ada di masyarakat
terjadi kesalahan perawatan yaitu tindakan untuk pelayanan bidang
dalam menginput yang dilakukan adalah kedokteran gigi menjadi
rekap pelaporan scalling dan trepanasi. tidak sesuai, dan
menggunakan ICD Pada diagnosa K05 intepretasi untuk
10 dan ICD 9 CM. (Gingivitis and periodontal membuat kebijakan
diseases) dan K06 (Other dapat bias atau tidak
disorders of gingival and sesuai dengan
edentulous alveolar ridge) kebutuhan
terdapat ketidaksesuaian sesungguhnya
tindakan perawatan yaitu
dilakukannya pencabutan
gigi, penambalan gigi,
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 30
trepanasi dan devitalisasi.
Pada diagnosa K13 (Other
diseases of lip and oral
mucosa) terdapat
ketidaksesuaian tindakan
perawatan yaitu
dilakukannya pecabutan
gigi.

III. Hasil Rakernas

Hasil Pleno Rakernas Komisi 2 :


1. Mengusulkan pengurangan pada paket manfaat JKN dapat dilakukan pada
tindakan scaling dan tumpatan resin komposit. Hal ini akan dirumuskan oleh tim
perumus dari PB PDGI sebagai bahan koordinasi dengan Kementerian
Kesehatan (P2JK) untuk masalah besaran kapitasi
2. PB PDGI meminta kepada BPJS Kesehatan agar mencantumkan nama dokter gigi
pada P-care dan kartu peserta sebagai bentuk transparansi perhitungan
kepesertaan dokter gigi.
3. Jumlah kepesertaan awal pada perjanjian kerja sama dengan BPJS Kesehatan
minimal 2.000 peserta dan maksimal 12.000 peserta; jika jumlah kepesertaan
kurang dari 2.000 peserta, maka dimungkinkan pola pembiayaan lain selain
kapitasi. Tim perumus PB PDGI akan menyiapkan perhitungan yang lebih matang
berdasarkan kondisi daerah di Indonesia, untuk Daerah Terpencil, Perbatasan,
dan Kepulauan akan diatur lebih lanjut.
4. PB PDGI menetapkan tim perumus untuk membuat penelitian tentang jasa
pelayanan dokter gigi dan biaya satuan (unit cost) sebagai dasar untuk
penetapan perhitungan kapitasi berbasis indeks kemahalan yang ada di
daerahdaerah Indonesia.

PB PDGI bersama-sama Pengwil PDGI dan cabang PDGI melakukan penguatan


dan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan setempat (Dinas Kesehatan,
BPJS Kesehatan, dan organisasi profesi lainnya) untuk mengawal berjalannya
sistem JKN sesuai dengan Permenkes 12 tahun 2016.

Skema yang diusulkan untuk dapat di diskusikan antara lain:


1) Pengurangan Jenis tindakan yang telah ditetapkan sebagai paket manfaat
kapitasi dokter gigi. Pengurangan jenis tindakan dilakukan dengan tetap melihat
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terutama
mengedepankan upaya preventif dan promotif untuk mengubah perilaku
masyarakat yang belum tepat.
2) Penetapan pembiayaan lain selain kapitasi untuk beberapa jenis tindakan yang
memang menjadi high case dan high volume yang mencerminkan kebutuhan
masyarakat kita.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 31


No. Permasalahan Peran / Upaya PB PDGI dokumen progress
1. Tindak Lanjut Permohonan Revisi Pola Surat No Kemenkes
hasil rakernas Tarif Pelayanan 2921/PB memahami
Kesehatan Gigi, PDGI/V/2016, perlunya
perubahan paket kepada Prof. Dr. perbaikan JKN di
manfaat, penetapan dr. Nila Djuwita bidang kedokteran
jumlah kepesertaan F. Moeloek, SpM gigi. Namun
untuk drg. (K) Karena
Ibu Menteri permasalahan
Kesehatan RI keterbatasan
melalui anggaran dan
Kepala P2JK permasalahan
Kementerian biaya JKN yang
Kesehatan RI saat ini masih
deficit maka
belum dapat
memenuhi secara
langsung
perubahan yang
diinginkan PDGI.
Perbaikan akan
ditindak lanjuti
oleh P2JK dalam
perhitungan-
perhitungan untuk
memperbaiki
kapitasi drg, paket
manfaat dan
kepesertaan.
2 Perhitungan menyampaikan usulan Surat PB PDGI Perhitungan INA
Tarif INA penyempurnaan Kepada: CBG`s untuk drg
CBG`s yang beberapa hal sebagai Menteri oleh kemenkes.
belum sesuai berikut : Kesehatan RI PB PDGI
dengan 1. Besaran Standar Tarif dan Direktur membentuk team
kondisi Kapitasi di FKTP Utama BPJS taskforce untuk
Praktik Perorangan perhitungan INA
Dokter Gigi dan CBG`s untuk
Standar Tarif INA kemenkes. Namun
CBGs di FKRTL untuk dikarenakan
Pelayanan Kedokteran Kemenkes harus
Gigi mengeluarka
2. Jenis Pelayanan revisi penetapan
Kedokteran Gigi yang besaran biaya
menjadi paket setiap 2 tahun,
Penyampaian Usulan maka perhitungan
Penyempurnaan baru akan
manfaat di FKTP agar dilaksanakan
sesuai dengan pada periode
kebutuhan masyarakat selanjutnya
yaitu kasus tertinggi
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 32
dan terbanyak
3. Pengelolaan
kepesertaan dan tarif
JKN yang dilakukan
dengan pola
regionalisasi/
kewilayahan agar
sesuai dengan kondisi
tiap wilayah dan aspek
kemahalan
3 Belum Permohonan Audiensi Surat No. Mengurai
adanya berkaitan dengan JKN, 3077/PB permasalahan
tindak lanjut yaitu : PDGI/VI/2016 dengan detail dan
yang nyata 1. Usulan besaran Kepada memberikan
dari tarif kapitasi Kepala Pusat pemaparan hasil
pertemuan berdasarkan trend unit Pembiayaan penelitian dari tim
kemenkes cost dan Jaminan JKN. Disepakati
tentang 2. Benefit Paket/ Kesehatan beberapa hal
permohonan Paket Manfaat (P2JK) tentang
hasil pelayanan gigi Kementerian perubahan dalam
rakernas 3. Keberatan pada Kesehatan RI paket manfaat
pola perhitungan pada JKN dan
permenkes 52 tahun multi tafsir
2016 terhadap Tarif
4. Tarif INA CBG`s Kapitasi Dokter
untuk pelayanan Gigi di Gigi pada Klinik
RS Pratama yang
tertera di dalam
PMK 52, tetap
dimaknai bahwa
tarif Kapitasi
Dokter Gigi pada
Klinik Pratama
tetap sesuai
dengan ketetapan
tarif kapitasi
Dokter Gigi.
PB PDGI
mengeluarkan SE
yang ditujukan
kepada Pengwil
dan Pengcab
berdasarkan
pertemuan
tersebut
4 Permasalahan Permohonan Audiensi Surat No BPJS tetap akan
perhitungan terkait 3757/PB memperhiungkan
pada surat 1. Surat Edaran PDGI/XII/2016 tentang praktek
edaran dir Yan Direktur kepada Direktur drg baik pribadi
BPJS Pelayanan Badan Pelayanan ataupun klinik,
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 33
Kesehatan dan Penyelenggara Badan dan BPJS
permasalahan Jaminan Penyelenggara menyanggupi
kepesertaan Kesehatan Jaminan untuk membuat
JKN untuk drg. Nasional Nomor Kesehatan identitas nama drg
42 Tahun 2016 Nasional pilihan peserta
tentang pada kartu BPJS.
Perubahan Status Sehingga dapat
Fasilitas diperhitungan
Kesehatan Tingkat kepesertaan
Pertama Praktik ddengan tepat
Dokter Menjadi
Klinik Pratama.
2. Jumlahtotal
kepesertaan BPJS
yang jumlahnya
belum sesuai
dengan jumlah
kepesertaan yang
memilih drg.
3. Penulisan
identitas drg yang
dipilih peserta
pada kartu BPJS

Data-data JKN tentang pelayanan gigi terbaru

200
180 171.9
156.8
160
140 133.5

120
100 86.4 87.8 91.2

80
61.3
54
60
38
40
15 19.5
20 9.1
0
2014 2015 2016

PBI Non PBI Tanpa PBPU PBPU Total

Grafik data cakupan total kepesertaan JKN pada tahun 2016 (dlm juta)
Jumlah peserta bertambah sebanyak 50.9 Juta Jiwa atau 42% dari Januari 2014
Pertumbuhan peserta terbanyak pada segmen peserta Pekerja Penerima Upah
(PPU) Badan Usaha sebanyak 24.5 Juta
Cakupan kepesertaan JKN sebanyak 67.6% dari total penduduk Indonesia

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 34


Tabel FKTP yang telah bekerja sama dengan BPJS tahun 2016

NO JENIS FKTP JUMLAH FKTP

1 DOKTER PRAKTIK PERORANGAN 4,578


2 KLINIK POLRI 568
3 KLINIK PRATAMA 3,880
4 KLINIK TNI 704
5 PUSKESMAS 9,813
6 RS D PRATAMA 15
TOTAL 19,558
7 PRAKTIK GIGI PERORANGAN 1,150
Grand Total 20,708

TERDAPAT 2.744 KLINIK PRATAMA INCLUDE DENGAN PELAYANAN GIGI

1.170

1.166
1.165 1.164
1.164

1.160 1.160

1.155
1.157 Tren Jumlah FKTP Dokter Gigi 1.157
1.154
1.150 S/d Desember1.150
2016
Jumlah Drg

1.150

1.145 1.144
1.142
1.140 1.140

1.135

1.130

1.125
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16
Bulan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 35


331

209

120
92 95
74
57
47 45
27 23
15 15

Divre 1 Divre 2 Divre 3 Divre 4 Divre 5 Divre 6 Divre 7 Divre 8 Divre 9 Divre 10 Divre 11 Divre 12 Divre 13

FKRTL Kerjasama
S/d 31 Des 2016
2,100 2,068
2,000 1,910
1,900 1,847 1,839
1,783
1,800 1,727
1,700
1,600
1,500
Jun-15

Jun-16

Des-16
Jan-15

Dec-15

Jan-16

FKRTL kerjasama bertambah sebanyak 959 FKRTL atau 86% dibandingkan 1 Januari 2014

Distribusi FKRTL 2016


300
250
200
150
100
50
-
Maluku
NAD

DI Yogyakarta
Bengkulu

Maluku Utara
DKI Jakarta

Papua
Sumatera Barat
Kepulauan Riau

Sulawesi Barat
Kalimantan Selatan

Sulawesi Utara
Sumatera Selatan

Kalimantan Barat
Kalimantan Timur

Nusa Tenggara Barat


Jawa Barat

KLINIK UTAMA RS D RS C RS B RS A

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 36


Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Total Total
Total Peserta
Peserta thn Peserta
thn 2016:
2014: 133,4 thn 2015:
171,9 Juta
Juta 156,79
Juta

Biaya Pelayanan Kesehatan


100

69 T*
50 [VALUE] T
[VALUE] T

0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 37


Rate dan Rasio Rujukan RJTP (Per Jenis FKTP)

Rate RJTP s.d Buban Des 2016


172.1.
137.9.
84.0. 92.4.
45.1.
15.5.

DPP Klinik Polri Klinik Klinik TNI Puskesmas Dokter gigi


Pratama

Rasio Rujukan s.d. Bulan Des 2016


Standar Diagnosa
21.6% 27.1% Pelayanan Gigi
12.1% 12.1% 14.3%
Tuntas
4.2%di FKTP?

DPP Klinik Polri Klinik Klinik TNI Puskesmas Dokter gigi


Pratama

Unit Cost RJTP Per jenis FKTP


Data s/d Bupel Nov 2016
Jenis FKTP
Biaya Kapitasi Kunjungan UC
Dokter Praktik Perorangan 871,679,252,500 13,891,557 62,749
Klinik Polri 115,190,863,500 913,672 126,075
Klinik Pratama 1,847,584,209,500 29,041,188 63,619
Klinik TNI 164,927,635,000 1,317,345 125,197
PKM 7,675,710,745,845 56,102,137 136,817
RS D Pratama 3,506,789,000 10,976 319,496
Dokter Gigi 127,689,924,000 915,148 139,529
Grand Total 10,806,289,419,345 102,192,023 105,745

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 38


Data UC per Jenis FKTP
400,000 319,496
300,000
200,000 126,075 125,197 136,817 139,529
100,000
62,749 63,619
0
DPP Klinik Klinik Klinik TNI PKM RS D Dokter
Polri Pratama Pratama Gigi

UC RJTP Rata-rata Nasional Rp.105.745,-


UC Rata-rata DOKTER GIGI sebesar Rp. 139.529,-

Kode
Nama Diagnosis Kasus Gigi
Diagnosis
K041 Necrosis of pulp 4.610
K040 Pulpitis 2.520
K011 Impacted teeth 2.065
K04.1 Necrosis of pulp 608
K053 Chronic periodontitis 466
K047 Periapical abscess without sinus 429
K021 Caries of dentine 397
K083 Retained dental root 281
20 Diagnosa Gigi K052 Acute periodontitis 232
Di Layanan Primer K01.1 Impacted teeth 231
K029 Dental caries, unspecified 198
K051 Chronic gingivitis 144
K054 Periodontosis 116
S025 Fracture of tooth 110
K049 Other and unspec diseases of pulp and periapical tissues 97
K010 Embedded teeth 88
K045 Chronic apical periodontitis 88
K073 Anomalies of tooth position 85
K006 Disturbances in tooth eruption 80
K056 Periodontal disease, unspecified 79

RERATA JML
DIAGNOSA PRIMER
KASUS PER BULAN
Dental examination 10,073
Diagnosa Gigi Dental caries, unspecified 2,385
Di Layanan Rujukan Retained dental root 1,028
Other dental caries 475
Arrested dental caries 305
Fitting and adjustment of dental prosthetic device 227
Anomalies of dental arch relationship 24
Posteruptive colour changes of dental hard tissues 2
Poisoning, dental drugs, topically applied 1

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 39


10 Tindakan Tersering dari dental examination
RERATA JML
NAMA DIAGNOSA NAMA TINDAKAN
TINDAKAN PER BLN
Dental examination Tooth restor by filling 1,927
Root canal w irrigation 1,181
Root canal NOS 1,086
Tooth extraction NEC 966
Dental restoration NEC 925
Dental examination 400
Tooth & gum dx proc NEC 388
Surg tooth extract NEC 291
Limited consultation 226
Dental scaling & debride 196

Biaya Rawat Jalan Pelayanan Gigi dan Mulut Tahun 2016

Kode CBG Deskripsi Kasus Biaya


U-3-16-0 PROSEDUR PADA GIGI 1015879 191,374,064,700.00
U-2-32-0 PROSEDUR KECIL PADA MULUT DAN LIDAH 7606 1,317,041,300.00
U-2-13-0 PROSEDUR KELENJAR LUDAH 679 171,823,200.00
U-2-24-0 PROSEDUR KECIL PADA HIDUNG 226 117,355,000.00
U-2-31-0 PROSEDUR BESAR PADA MULUT DAN LIDAH 241 48,211,400.00
U-1-30-I PROSEDUR MULUT RINGAN 3 14,299,600.00
U-1-30-II PROSEDUR MULUT SEDANG 1 7,711,400.00
U-4-15-I DIAGNOSIS TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG & TELINGA LAIN-LAIN (RINGAN) 3 4,687,800.00
U-1-13-I PROSEDUR KELENJAR LUDAH RINGAN 1 4,234,700.00
U-4-14-I PENYAKIT MULUT DAN GIGI RINGAN 1 1,935,900.00
Grand Total 1024640 193,061,365,000.00

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 40


Biaya Rawat Inap Pelayanan Gigi dan Mulut Tahun 2016

Kode CBG Deskripsi kasus Biaya


U-1-20-I PROSEDUR TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG DAN TELINGA LAIN-LAIN (RINGAN) 14,832 96,359,672,806
U-4-14-I PENYAKIT MULUT DAN GIGI RINGAN 20,715 56,993,758,190
U-1-30-I PROSEDUR MULUT RINGAN 8,708 45,977,806,374
U-4-15-I DIAGNOSIS TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG & TELINGA LAIN-LAIN (RINGAN) 9,787 22,490,771,242
U-1-20-II PROSEDUR TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG DAN TELINGA LAIN-LAIN (SEDANG) 1,074 11,668,494,260
U-1-20-III PROSEDUR TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG DAN TELINGA LAIN-LAIN (BERAT) 290 8,089,061,700
U-1-30-II PROSEDUR MULUT SEDANG 984 7,186,038,554
U-4-14-II PENYAKIT MULUT DAN GIGI SEDANG 1,435 4,866,404,443
U-4-15-II DIAGNOSIS TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG & TELINGA LAIN-LAIN (SEDANG) 1,072 3,336,373,934
U-4-14-III PENYAKIT MULUT DAN GIGI BERAT 383 2,323,097,719
U-1-30-III PROSEDUR MULUT BERAT 157 1,982,199,000
U-4-15-III DIAGNOSIS TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG & TELINGA LAIN-LAIN (BERAT) 245 1,226,837,300
Grand Total 59,682 262,500,515,522

A. Estimasi gambaran Kondisi di masa datang REKOMENDASI


Berdasarkan data-data dan kondisi keuangan yang saat ini masih belum memadaai
untuk pelaksanaan program JKN secara optimal, maka perlu di diskusikan sikap PDGI
yang terbaik di masa mendatang. Beberapa hal dapat di buat prediksi kondisi untuk
menentukan sikap dengan beberapa aspek:
1. Apabila PDGI menyatakan tidak mengikuti konsep sistem JKN
a. Harga perawatan di pelayanan bidang kedokteran gigi akan cenderung
naik, satu sisi menguntungkan drg, Karena harga perawatan dapat
ditentukan oleh konsep pelayanan yang akan dibuat oleh drg. Namun
disisi lain, perlu diperhitungkan bahwa dengan harga yang tinggi maka
tuntutan masyarakat terhadap hasil layanan juga akan meningkat.
Masyarakat akan mempertimbangkan, seberapa besar biaya yang telah
dikeluarkan, dan apa yang akan di dapatkannya (tidak muncul rasa sakit
lagi, kecantikan, trend dll). Sehingga kemungkinan meningkatnya gugatan
atau tuntutan akibat dari ketidakpuasan masyarakat juga akan meningkat.
b. Pelayanan bidang kedokteran gigi akan lebih cenderung spesialistik dan
kuratif, sehingga perlu direnungkan, bagaimana nasib untuk masyarakat
yang belum mampu?
c. Pemerintah akan mencari beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat pada pelayanan primer, kemungkinan opsi yang akan dipilih
salah satunya adalah akan memberikan pelayanan primer kepada terapi
gigi (sudah ada permenkes yang dikeluarkan). Hal ini juga akan di dukung

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 41


dengan kondisi pengeluaran besaran kapitasi kemungkinan dapat menjadi
lebih murah.
d. Sangat beragamnya respon dan kondisi drg di berbagai daerah dengan
adanya program JKN. Ada drg yang sudah merasakan keuntungan selama
menjadi provider BPJS, tentu merasa keberatan apabila PDGI menolak
program JKN.
e. Jika drg menolak bergabung dalam program JKN (khususnya untuk
pelayanan primer) , maka perawat gigi (yang sudah diberikan
kewenangan untuk dapat praktek dengan kondisi tertentu) akan
mengambil alih sebagai provider pelayanan gigi primer, sementara
pelayanan gigi rujukan ada di RS. hal ini akan merupakan ancaman bagi
praktek drg primer ke depan
2. Apabila PDGI menyatakan tetap mengikuti konsep sistem JKN
a. Perbaikan untuk sebuah kebijakan dapat dipastikan tidak dapat dalam
waktu yang cepat, sehingga beberapa usulan perbaikan yang perlu
diperjuangkan akan membutuhkan waktu. Perlu selalu dipahami bahwa
kondisi saat ini drg belum menjadi prioritas utama dari pemerintah
(Karena masih ada priorits masalah kesehatan yang dipandang oleh
pemerintah lebih mendesak). Berbagai pendekatan atau sikap yang tegas
yang akan dipilih untuk melakukan perubahan perlu pertimbangan
dengan matang sehingga dampak dan resiko dapat ditekan.
b. Upaya yang dapat dilakukan sambil menunggu perubahan besaran tarif
kapitasi adalah review benefit paket pelayanan gigi primer
c. Menata ulang kebijakan drg primer hususnya yang terkait hubungan
dengan klinik
d. Mereview utilisasi pelayanan kesehatan gigi untuk mencegah fraud
e. Memperkuat bargaining position dengan bpjs khususnya terkait dengan
sistem kepesertaan enrollment dan mengganti dengan sistem minimal
kepesertaan dan dilibatkan dalam proses kredentialing drg khususnya
untuk mengatur penyebaran drg dan jumlah kepesertaan
f. Pelayanan primer masih menjadi ranah drg, sehingga beberapa program
untuk preventif promotif menjadi pilihan untuk menyehatkan masyarakat
dengan biaya yang dapat diefektifkan.
g. Perlu komunikasi yang intens dengan para pemangku kepentingan (
Kemenkes, BPJS, ASKLIN, PKFI, IDI) untuk memperjuangkan perbaikan
kebijakan pelayanan kesehatan gigi di era JKN

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 2 42


KOMISI - 3
P3KGB
I. Pola Penerapan Pemberian Kewenangan Tambahan dan Kualifikasi Tambahan

1. Dasar
a. Perkonsil No 48/KKI/PER/XII/2010
Tentang, Kewenangan Tambahan Dokter dan Dokter Gigi
b. Perkonsil No 6 Tahun 2011
Tentang , Registrasi Dokter dan Dokter Gigi

2. Pengertian
a. Kewenangan Tambahan : Perkonsil No 48 th.2010 Psl 1
Kewenangan Tambahan adalah kewenangan lain yang diberikan kepada dokter
atau dokter gigi untuk melakukan praktik kedokteran tertentu secara mandiri
setelah mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan, dan merupakan tambahan
terhadap kewenangan yang telah dimiliki berdasarkan kompetensi yang
diperoleh dari pendidikan formal.
b. Kompetensi Tambahan : Perkonsil No 48 th.2010 Psl 5
Kompetensi Tambahan adalah kompetensi yang diperoleh dari pendidikan
dan/atau pelatihan yang khusus diadakan untuk itu.
c. Sertifikat Kompetensi Tambahan : Perkonsil No 48 th.2010 Psl 8
Sertifikat yang diberikan kepada dokter atau dokter gigi yang lulus setelah
mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan.

3. Tujuan
Untuk melindungi dokter gigi dalam menjalankan tugas dengan wewenangan
tambahan.

4. Proses Pelaksanaan
a. Setelah mengikuti Kegiatan Ilmiah Terstruktur (KIT) (20 SKS), yang
diselenggarakan oleh Pelaksana Kegiatan bekerja sama dengan Institusi
Pendidikan Dokter Gigi atau RSGM minimal berakreditasi B.
b. Para peserta diwajibkan mengikuti ujian kompetensi yang melibatkan kolegium
terkait .
c. Setelah lulus, kolegium menerbitkan sertifikat kompetensi /kualifikasi
tambahan yang dicantumkan pada STR untuk bidang yang dipelajarinya.

5. Penerapan Wewenang Tambahan


a. Dokter Gigi di DTPK (Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan)
- Topik yang diberikan sesuai kebutuhan DTPK masing masing.
Misalnya, Pencabutan Gigi Impaksi Kelas II; Protesa dengan ridge yang datar,
dll (topik dengan kompetensi dibawah kompetensi spesialis tetapi diatas
kompetensi dokter gigi non spesialis).

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 43


- Diberikan STR dengan wewenangan tambahan untuk bidang ilmu yang telah
dipelajari kepada dokter gigi non spesialis dengan catatan dokter gigi
tersebut mempunyai wewenang memberikan pelayanan sesuai bidang
ilmunya dan ada perlindungan untuk pelayanan tersebut
- Bila dokter gigi pindah diluar, DTPK maka kewenangan tambahan tersebut
sudah tidak berlaku.
b. Dokter Gigi yang mengikuti pendidikan tambahan Kedokteran Gigi Interdisiplin
dan telah lulus ujian kompetensi Pendidikan Kedokteran Gigi Interdisiplin.
- Diberikan STR dengan wewenangan tambahan untuk bidang yang telah
dipelajari dengan catatan dokter gigi tersebut mempunyai wewenang
memberikan pelayanan sesuai bidang yang telah dipelajari dan ada
perlindungan untuk pelayanan tersebut
c. Dokter gigi yang akan mengikuti ujian kompetensi, mendapat bimbingan dan
tryout

II. Mekanisme Pelaksananaan Ujian Kompetensi bagi Lulusan Baru atau Lulusan Lama

1. Dasar Uji Kompetensi


a. Permenristekdikti Nomor 15 Tahun 2015, Pasal 5 Ayat 3
b. Sudut pandang PDGI Nomor SKEP/402/PBPDGI/IX/2015 tentang Pedoman
Pemberian Sertifikat Kompetensi Bagi Dokter Gigi
c. Keputusan KDGI Nomor 08/UKDGI/KDGI/V/2015 tentang Revisi Pedoman
Penyelenggaraan UKDGI

2. Pelaksanaan
a. Lulusan Baru = Dokter gigi baru adalah dokter gigi yang lulus setelah tanggal 27
April 2014.
- Pengurusan Sertifikat Kompetensi dilakukan secara kolektif oleh Institusi
Pendidikan Dokter Gigi (IPDG) tempat dokter gigi tersebut menempuh
pendidikan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari pelaksanaan Uji
Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI) atau ujian lainnya yang telah
direkognisi oleh KDGI sehingga dianggap setara dengan UKDGI
- Dengan demikian maka UKMP2DG disebut sebagai "ujian lain yang telah
direkognisi oleh KDGI sehingga dianggap setara dengan UKDGI"
- Sampai saat ini unsur KDGI sebagai perwakilan organisasi profesi ada dalam
kepanitiaan UKMP2DG sebagaimana dibenarkan oleh Pasal 5 Ayat 3
Permenristekdikti Nomor 15 Tahun 2015,
b. Lulusan Lama adalah
- Dokter gigi yang telah mengikuti UKDGI tetapi belum dinyatakan kompeten
(retaker)
- Dokter gigi yang belum pernah memiliki Sertifikat Kompetensi / Surat Tanda
Registrasi (STR)
- Dokter gigi yang telah habis masa berlaku Sertifikat Kompetensi / Surat

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 44


Tanda Registrasi (STR) lebih dari 5 (lima) tahun dari tanggal berlaku terakhir
- Dokter gigi lulusan luar negeri yang telah selesai masa adaptasi
c. Untuk dokter gigi spesialis mengikuti peraturan dari kolegium masing masing.
d. Dokter gigi yang akan mengikuti ujian akan mendapat bimbingan dan tryout dulu

III. Penerapan Sistem Denda atas keterlambatan STR/Serkom

1. Dasar
a. Keputusan KDGI Nomor 08/UKDGI/KDGI/V/2015 tentang Revisi Pedoman
Penyelenggaraan UKDGI
b. Keputusan dari Kolegium Spesialis dan Ikatan Keahlian
2. Pelaksanaan
a. KDGI
Bila Kadaluarsa 1 periode Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 3 = 33 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 30 SKP + 6 = 36 SKP
Denda 3 SKP per semester

b. Bedah Mulut & Maksilofasial


Kurang dari 6 bl denda administrasi
6 bl + 1 hari ujian kompetensi

c. Ortodonsia
Bila Kadaluarsa 1 periode (5 th) Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 39 SKP + 4 = 43 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 39 SKP + 8 = 47 SKP
Denda 4 SKP per semester

d. Prostodonsia :
Bila Kadaluarsa 1 periode (5 th) Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 33 SKP + 3 = 36 SKP
Bila Kadaluarsa 1 th/ 2 sem 33 SKP + 6 = 39 SKP
Denda 3 SKP per semester

e. Konservasi Gigi :
<1th : denda administrasi
>1th : mengikuti uji kompetensi

f. Penyakit Mulut :
Bila Kadaluarsa 1 periode (5 th) Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 4 = 34 SKP +
+ denda administrasi (jumlahnya diatur kolegium PM)

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 45


g. Dokter Gigi Anak :
Bila Kadaluarsa >12 bl - <24 bl Ujian Kompetensi Khusus dari
Kolegium
Bila Kadaluarsa 24 bl atau lebih Ujian Kompetensi Reguler

h. Periodonsia :
Bila Kadaluarsa 1 periode Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 3 SKP (Kegiatan teori &
Ketrampilan Bidang Perio = 33 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 30 SKP + 6 SKP (Kegiatan teori &
Ketrampilan Bidang Perio) = 36 SKP
Denda 3 SKP per semester

i. Radiologi KG :
Bila Kadaluarsa 1 periode Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 3 = 33 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 30 SKP + 6 = 36 SKP
Denda 3 SKP per semester

j. Odontologi Forensik :

k. Patologi Mulut dan Maksilofasial :

IV. Pengembangan Ranah Pendidikan Berkelanjutan Terstruktur / Kegiatan Ilmiah


Terstruktur (KIT)

1. Dasar
a. Undang Undang no 29 th 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 27-28
b. Pedoman dan Petunjuk Pelaksana P3KGB, ed 3 2014, Bab III
2. Pengertian
RUANG LINGKUP KEGIATAN P3KGB
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (Continuing Education),
Kegiatan Ilmiah Terstruktur (KIT) ialah Kegiatan yang terdiri dari beberapa
pertemuan yang bermodul dan berkesinambungan, mempunyai silabus dan
berakhir dengan ujian kompetensi dan mendapat Sertifikat
Kompetensi/Kualifikasi Tambahan serta Wewenang Tambahan .
Kegiatan Ilmiah Singkat (KIS) : Kegiatan Teori/Lisan dan Kegiatan
Ketrampilan.
Kegiatan Ilmiah Jarak Jauh: e learning
b. Pelayanan Profesional Kesehatan Gigi dan Mulut berupa
Pengabdian Masyarakat termasuk Bakti Sosial dengan Tindakan,
Penyuluh/Pembicara di media elektronik (TV/Radio) dan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 46


Pelayanan Kesehatan Gigi di Daerah Terpencil (buku log)
c. Publikasi lmiah dan Pengembangan Ilmu berupa
laporan penelitian/laporan kasus/studi pustaka yang dipublikasikan dalam
buku atau Media Cetak
d. Pengalaman Profesional berupa
panitia suatu kegiatan,
pengurus dalam organisasi profesi atau
menduduki posisi struktural.

3. Tujuan
Bertujuan meningkatkan kompetensi peserta, tetap mengacu pada standar
kompetensi dokter gigi dan standar kompetensi dokter gigi Sp.

4. Penyelenggara
a. Institusi Pendidikan Dokter Gigi (IPDG) yang berakreditasi minimal B.
Penyelenggara kegiatan (unit/kepanitiaan pelaksana dalam IPDG) telah
diakreditasi oleh PB-PDGI cq Tim Akreditasi PB PDGI
b. RSGM di IPDG yang berakreditasi minimal B
Persyaratannya sama dengan butir a
c. Rumah Sakit Pendidikan (RSP) yang berakreditasi minimal B
Bekerjasama dengan IPDG
Persyaratannya sama dengan butir a
d. Diklat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, ABRI &Kepolisian
Bekerjasama dengan IPKG
Persyaratannya sama dengan butir a
e. Lembaga Lain yang bekerja sama dengan IPDG
Persyaratannya sama dengan butir a
Contoh : YPAC/Panti Lansia membuat pelatihan dokter gigi untuk dapat
memberikan pelayanan pada pasien dengan kebutuhan khusus atau pasien
Lansia dengan instruktur dari IPDG

V. Penerapan Sistem Akreditasi Penyelenggara dan Penyelenggaraan Kegiatan P3KGB

1. Dasar
UUPK, Pasal 27 sebagai komponen akreditasi yang dapat menjamin kualitas tata
laksana dan sumber daya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kompetensi pesertanya
2. Pengertian
Akreditasi adalah penilaian Kegiatan Ilmiah Singkat (KIS) dan Kegiatan Ilmiah
Terstruktur (KIT) penilaian yang intensif tentang kurikulum, sarana dan prasarana,
hasil, evaluasi.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 47


3. Akreditasi KIT
a. Akreditasi Penyelenggara/Unit/Panitia merupakan upaya yang dilakukan secara
sistematis, berkesinambungan, terencana dan terarah untuk menetapkan mutu
penyelenggaraan KIT yang direncanakan.
b. Akreditasi penyelenggara P3KGB akan dilakukan setiap 3 (tiga) tahun.
c. Pelaksana akreditasi adalah PB PDGI yang selanjutnya membentuk panitia ad
hoc. Panitia ad hoc adalah unit fungsional perangkat komisi P3KGB-PB PDGI
yang secara teknis bersifat independent dan professional terdiri dari Devisi
Akreditasi Komisi P3KGB, Dep. Pendidikan dan KDGI/Kolegium terkait.
d. Tujuan untuk menetapkan kebijakan, standard dan sistem pembelajaran

4. Alur Akreditasi Penyelenggara KIT


a. Panitia ad hoc akreditasi menyebar luaskan dan mensosialisasikan Pedoman
dan Instrumen akreditasi yang telah ditetapkan kepada penyelanggara KIT.
b. Panitia ad hoc akreditasi membuat rencana pelaksanaan akreditasi
penyelanggara dan penyelengaraan KIT.
c. Penyelenggara KIT mempersiapkan dokumen dan data pendukung serta
melakukan self assessment dengan mengisi borang akreditasi dan mengirimkan
kembali data ke panitia ad hoc untuk dilakukan verifikasi
d. Panitia ad hoc melakukan verifikasi data serta mengolah hasil akreditasi,
kemudian menetapkan strata penyelenggara KIT dilengkapi dengan Berita Acara
hasil akreditasi yang ditanda tangani oleh seluruh pelaksana akreditasi.
e. Panitia ad hoc selanjutnya menerbitkan
Piagam Strata Akreditasi Penyelenggara KIT dan
Profil Kemampuan dan Kelemahan Penyelenggara KIT.

5. Komponen dan Parameter Penilaian


a. Penyelenggara:
Panitia/Unit dibawah Institusi Pendidikan Dokter Gigi, yang berkedudukan di
Indonesia dan mempunyai alamat serta memiliki landasan hukum dan
kewenangan hukum.
Mempunyai tujuan jangka panjang yang konsisten dengan Misi dan Tujuan
institusi / lembaga / organisasi penyelenggara.
Mempunyai struktur organisasi / susunan pengurus.
Bertanggung jawab atas pengembangan pendidikan Kedokteran Gigi,
termasuk kurikulum, materi yang berbasis best practices dan harus
berdasarkan ilmiah, serta sesuai dengan standar kompetensi profesi dokter
gigi/ dokter gigi spesialis
Mempunyai peraturan dan panduan pelaksanaan kegiatan, yang bermanfaat
dan berisiko pada kegiatan klinis dan teknis untuk menjamin keselamatan
masyarakat (public safety)
Sumber dana, tata kelola dan pelaksanaan program dinyatakan dengan jelas .

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 48


b. Kegiatan atau Program terdiri dari 5 Sub-komponen :
1) Pendidikan (Objektif Pendidikan)
- Dinyatakan dengan jelas, terarah, terprogram, terukur berkaitan dengan
tingkat/level kemampuan kompetensi yang akan dicapai,
- Mencakup kognitif/knowledge, psikomotor/ keterampilan/skill, atau
afektif/sikap/attitude yang menunjukkan outcome yang diharapkan
sebagai upaya pendekatan atau solusi mengatasi suatu masalah, dan
sesuai dengan standar materi P3KGB
- Untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan teknik sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi (IPTEKDOKGI)
terkini.
2) Materi
- Penyelenggara merencanakan beberapa tahap kegiatan mulai dari
dasar(level basic), menengah (intermediate) dan lanjut (advance) untuk
Kegiatan P3KGB yang terstruktur, mis., Ilmu Kedokteran Gigi Interdisiplin,
- Materi P3KGB sesuai dengan standar profesi dan standar kompetensi.
- Perkembangan IPTEKDOKGI, aspek medik, manajemen, sosial budaya yang
disesuaikan dengan domain dan standar kompetensi dokter gigi/ dokter
gigi spesialis
a) Materi Kedokteran Gigi
Merupakan materi yang mencakup seluruh ilmu kedokteran gigi secara
umum dalam berbagai cabang ilmu kedokteran gigi. Materi ini
diperuntukkan bagi dokter gigi maupun dokter gigi spesialis.
b) Materi Kedokteran Gigi Spesialistik
Merupakan materi yang membahas secara mendalam salah satu
cabang ilmu kedokteran gigi secara khusus dan diperuntukan untuk
dokter gigi spesialis yang terkait.
c) Materi Non Kedokteran Gigi
Merupakan materi non kedokteran gigi yang masih berkaitan dengan
bidang kesehatan atau non kesehatan yang dibutuhkan / bermanfaat
bagi profesi seorang dokter gigi dan dokter gigi spesialis.
d) Materi Etika dan Disiplin Kedokteran Gigi merupakan materi yang wajib
ada disetiap kegiatan P3KGB
3) Metode
- Singkat dalam satu kegiatan, dengan memperoleh nilai kredit (SKP)
- Terstruktur, dilakukan bertahap untuk suatu materi dengan beberapa
modul yang terintegrasi, guna memperoleh kualifikasi/kompetensi
tambahan
4) Alat bantu
- Fasilitas dan media disediakan sebagai alat bantu, harus sesuai dengan
tujuan pendidikan yang dirumuskan, khususnya dengan level kompetensi
yang ingin dicapai.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 49


- Sarana prasarana yang akan digunakan sesuai dengan metoda yang
digunakan dan bentuk pendidikan/ pelatihan
- Pada pelatihan dan hands on, disediakan peralatan dan ruangan yang
cukup. Pada peserta dijelaskan jika diperlukan materi tambahan.
5) Evaluasi
- Tersedia instrumen untuk mengevaluasi peserta, pembicara/ pelatih/
fasilitator. Instrumen evaluasi untuk peserta sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai
c. Peserta
1) Kriteria peserta perlu dicantumkan, yaitu untuk dokter gigi atau khusus
dokter gigi spesialis
2) Jumlah peserta ditentukan berdasarkan metode yang akan dilakukan
- Untuk pelatihan keterampilan, jumlah peserta dalam kelompok harus
dibatasi sesuai dengan fasilitas dan jumlah instruktur/fasilitator
- Untuk kegiatan dengan metode aktif, jika jumlah peserta terlalu banyak
akan menjadi bentuk yang pasif.
- Kelompok diskusi, review kasus, dan ketrampilan/hands-on perawatan
pasien merupakan pengalaman belajar yang efektif maka pesertanya
harus ikut aktif.
- Peserta perlu diberi peringatan bahwa kursus pelatihan teknik dan
prosedur klinis mempunyai potensi sebagai pengetahuan tambahan tetapi
akan berisiko jika langsung diterapkan dalam praktik karena pengetahuan
yang dibagikan sebatas pengetahuan
d. Narasumber/Pembicara/Pelatih/Fasilitator/Instruktur
1) Narasumber adalah pakar dalam bidang keilmuan yang memiliki kompetensi
sesuai dengan materi yang disampaikan.
2) Narasumber dapat berasal dari dalam negeri atau luar negeri.
3) Kriteria kemampuan untuk mendidik/melatih /mengajar:
- Pembicara harus mempunyai keahlian dalam materi yang dibawakannya
- Kompetensi pembicara sesuai dengan tema kegiatan dan diakui oleh
Kolegium
- Dalam melakukan verifikasi kompetensi pembicara/pembimbing hands-
on/workshop perlu mendapat ijin dari kolegium terkait.
- Mempunyai kemampuan komunikasi efektif dengan teman sejawat,
memahami prinsip dan metode adult education
- Jumlah pengajar/instruktur harus adekuat dan sesuai dengan jumlah
peserta dan metode pendidikan.
. Pada kegiatan ketrampilan (hands-on) dengan dami, rasio instruktur
dan peserta tidak lebih dari 1:15 ;
. untuk pelatihan yang bertujuan meningkatkan keterampilan pada
pasien, komposisi pelatih dan peserta 1:5.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 50


- Bila pembicara berhalangan, maka pembicara pengganti harus mempunyai
kualifikasi yang sama dengan pembicara yang digantikan dan ada
pernyataan/rekomendasi tertulis dari pembicara yang digantikan. (Minimal
2 hari sebelum pelaksanaan sudah harus diberitahukan pada pelaksana)
- Bila kondisi pembicara dianggap tidak memenuhi kualifikasi dari kolegium
terkait, maka kegiatan P3KGB tersebut tidak akan diakui dan tidak
memperoleh kredit P3KGB walaupun kurikulum dan lembaga/panitia
penyelenggaranya terakreditasi.
- Untuk narasumber dari luar negeri yang akan melakukan tindakan pada
pasien harus mendapatkan ijin Konsil Kedokteran Indonesia terlebih dahulu
sesuai Permenkes no 67 th 2013 & Perkonsil no 37 th 2013

e. Dokumentasi
Penyelenggara/panitia mempunyai dokumen setiap peserta yang berpartisipasi
pada kursus/seminar/pelatihan, dan bertanggung jawab terhadap catatan
partisipasi peserta.
Catatan lengkap meliputi:
1) Nama peserta, NPA, alamat, telp (dokumen ini disimpan penyelenggara)
2) Nama penyelenggara
3) Judul kegiatan/program
4) Tanggal, lokasi dan lama kegiatan program
5) Metode pembelajaran ceramah/partisipasi klinis/simulasi
6) Jumlah SKP (credit hours) yang diperoleh (tidak termasuk Istirahat Sholat dan
makan (ISHOMA)
f. Publikasi Kegiatan
Publikasi kegiatan P3KGB harus informatif, komprehensif dan akurat, tidak
menyesatkan, serta tidak bertentangan dengan kode Etik PDGI.
Tidak mencantumkan jumlah SKP pada Brosur, cukup ditulis dengan:
Terakreditasi oleh PB PDGI, PDGI Wilayah.... atau PDGI Cabang
Yang boleh dicantumkan:
1) Nama penyelenggara
2) Nama sponsor (jika ada)
3) Judul Kursus/Pelatihan
4) Penjelasan materi kursus
5) Tujuan pendidikan
6) Metode pendidikan yang digunakan
7) Biaya kursus dan contact person
8) Nama Pengajar/Pembicara/Instruktur dan kualifikasinya
9) Lokasi, waktu, tanggal, jam pelaksanaan kegiatan
10) Status akreditasi penyelenggara tidak nilai kegiatan(SKP)
11) Perlu disebutkan/dinyatakan level peserta kursus (dokter gigi/ dokter gigi
spesialis) agar efektif hasilnya dalam penerimaan materi kursus
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 51
g. Perlindungan Terhadap Pasien
1) Pada pelatihan klinis atau demo dengan menggunakan pasien, perlu
diperhatikan perlindungan/proteksi terhadap pasien sebagai berikut:
- Seleksi kasus dari pasien
- Pasien memberi persetujuan. Informed consent mencakup situasi
- pelatihan, manfaat dan risiko yang dapat terjadi, haknya untuk tidak
melanjutkan perawatan.
- Pasien tidak dibebankan biaya perawatan.
2) Pengajar/instruktur harus kompeten dan memenuhi kualifikasi (qualified
basic, skill, expertise) untuk menyampaikan teknik/ prosedur klinis pada
pelatihan
3) Peralatan dan instrumen yang diperlukan lengkap dan dalam keadaan
memenuhi kaidah kaidah pengendalian infeksi penyelenggara bertanggung
jawab sampai prosedur perawatan selesai dan pasca perawatan
4) Pengaturan tata laksana yang adekuat dan sesuai rencana pelatihan, serta
tersedianya fasilitas untuk emergency dan pasca perawat

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 52


6. Borang Akreditasi Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah Terstruktur (KIT)

KOMPONEN/ Nilai Komp Bobot Nilai


Nilai
SUB KOMPONEN (NK) (B) (NKxB)
1 2 3 4 5 6
I SUMBER DAYA MANUSIA NK1 10 NKB1
Ketua penyelenggara 20 %
Departemen / Unit Tetap 30 %
Penyelenggara KIT
Tenaga / Staff Pelaksana 30 %
Tenaga Tata Usaha 20 %
II PENGORGANISASIAN NK2 10 NKB2
Silabus dan Kurikulum KIT 30 %
Sistem Pembelajaran 30 %
Evaluasi Pembelajaran 20 %
Laporan Periodik 20 %
III SARANA DAN PRASARANA NK3 3 NKB3
Gedung/Ruangan 50 %
Alat bantu audiovisual 30 %
Sarana Prasarana Pendukung 20 %
IV KETATAUSAHAAN NK4 2 NKB4
Pengarsipan 40 %
Perlengkapan/ 20 %
kerumahtanggaan
Keuangan 40 %
V SITUASI UMUM NK6 2 NKB5
Keamanan 20 %
Kebersihan 40 %
Kegiatan koordinasi 40 %
VI FINANSIAL 3 NKB6
Sumber Dana 40 %
Sponsorship 40 %
Unit Usaha Penggalangan Dana 20 %
TOTAL 30 NKB

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 53


7. Cara Penilaian
Masing-masing komponen apabila telah terpenuhi diberi nilai 1,
dan apabila tidak terpenuhi diberi nilai 0 dengan nilai akhir maksimal 6.

Cara perhitungan adalah sebagai berikut:

NA = NKB
30
Ket : NA = Nilai akhir
NKB = Nilai Komponen X Bobot
30 = Jumlah bobot seluruh komponen.

8. Stratifikasi Penyelenggaraan KIT


Strata penyelanggara KIT ditetapkan berdasarkan nilai akhir hasil akreditasi
dengan ketentuan sebagai berikut :
- Terakreditasi, nilai > 3,00
- Tidak Terakreditasi, nilai = < 3,00
9. Belajar Bersama dalam Diskusi Kelompok (Study Group)
- Diskusi Kelompok ialah
pertemuan beberapa dokter gigi atau dokter gigi spesialis dengan
kompetensi yang sama (maksimum 20 dokter gigi) untuk saling
membagikan pengalaman praktik, diskusi kasus tanpa menghadirkan
pasien dan tutor/pengajar.
Diselenggarakan oleh kelompok di kampus, rumah sakit atau pelayanan
kesehatan lainnya.
- Bila dilaksanakan di tempat umum (restoran, hotel) penyelenggara wajib
melaporkan kegiatan tsb ke Unit, Tim atau Komisi P3KGB (untuk kejelasan
bahan diskusi, keamanan kegiatan), dan tidak dipungut biaya.
- Jika kegiatan tersebut adalah kegiatan ketrampilan dan menghadirkan
tutor/pengajar maka penyelenggara wajib mengirimkan proposal sesuai
prosedur kegiatan P3KGB kepada Unit, Tim atau Komisi dan mendapat
rekomendasi.

VI. Aspek Pembinaan, Pengawasan dan Penerapan Sanksi Penyelenggaraan Kegiatan


Ilmiah Singkat (KIS) dan Terstruktur (KIT)

1. Dasar
a. Lafal Sumpah Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia.
b. Panduan Pembimbingan dan Pembinaan Anggota Persatuan Dokter Gigi
Indonesia.
c. Buku Pedoman dan Petunjuk Pelaksana P3KGB.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 54


2. Tujuan
a. Pembinaan dan pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk melakukan
kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan P3KGB, apakah sesuai dengan prosedur
dan mekanisme yang berlaku.
b. Dilakukan baik oleh sekelompok orang/lembaga atau dalam lingkup PDGI,
PB/wilayah/cabang PDGI atau Komisi, Tim, Unit P3KGB, dimana dan bagaimana
pelaksanaan kegiatan P3KGB dilaksanakan.
3. Pelaksanaan
a. Sesuai penerbitan surat keputusan penilaian Kegiatan P3KGB (SKP),
Komisi/Tim/Unit P3KGB di tiap daerah menunjuk Divisi Penilaian dan
Pengawasan untuk melakukan pemantauan kesesuaian pelaksanaan dan
komitmen kegiatan.
b. Hasil pemantauan dilaporkan kepada Komisi P3KGB melalui divisi akreditasi
dan divisi penilaian dan pengawasan.
c. P Besar/ wilayah/cabang PDGI berhak menghentikan kegiatan bila melanggar
pedoman dan peraturan yang sudah diberlakukan.
1) Peran PB PDGI
Bertanggung jawab penuh terhadap seluruh proses pengawasan
pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan P3KGB yang dilaksanakan di
Indonesia.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja Komisi, Tim, Unit
P3KGB.
Mempunyai kewajiban dan wewenang memberikan arahan, masukan dan
pertimbangan perihal pelaksanaan Kegiatan P3KGB baik diminta maupun
tidak secara lisan / tulisan.
2) Peran Komisi, Tim dan Unit P3KGB
Komisi P3KGB
. bertanggung jawab penuh terhadap seluruh proses pengawasan
pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan P3KGB yang dilaporkan oleh
panitia penyelenggara di cakupan Internasional, Nasional, Regional
maupun Lokal
. dapat memberikan arahan, masukan dan pertimbangan perihal
pengawasan pelaksanaan P3KGB baik diminta maupun tidak secara
lisan / tulisan kepada divisi penilainan dan pengawasan Tim dan Unit
P3KGB
Tim P3KGB
. bertanggung jawab penuh terhadap seluruh proses pengawasan
pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan P3KGB yang dilaporkan oleh
Panitia Penyelenggara di Cakupan Regional dan Lokal.
. dapat memberikan arahan, masukan dan pertimbangan perihal
pelaksanaan P3KGB baik diminta maupun tidak secara lisan / tulisan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 55


kepada pengurus wilayah/cabang PDGI dan Panitia Penyelenggara
setempat
Unit P3KGB
. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja Panitia
penyelenggara di Cakupan Lokal
. memberikan arahan, masukan dan pertimbangan perihal pelaksanaan
P3KGB baik diminta maupun tidak secara lisan / tulisan pada setiap
panitia pelaksana kegiatan P3KGB.
. melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi setiap pelaksanaan kepada
PB PDGI dan Komisi/Tim P3KGB di wilayahnya.
3) Peran Pengurus Wilayah / Cabang PDGI
bertanggung jawab penuh terhadap seluruh proses pengawasan pelaksanaan
dan penyelenggaraan kegiatan P3KGB yang dilaksanakan di
wilayah/cabangnya.
berhak menghentikan kegiatan bila melanggar peraturan/pedoman yang
berlaku.
4) Alur Penerapan Sanksi
Divisi pengawasan dan pembinaan Komisi P3KGB melakukan inventaris
keluhan atau temuan pelanggaran penyelenggaraan KIS atau KIT
Melakukan klarifikasi lapangan untuk mengumpulkan data
Membuat berita acara pelanggaran yang dilengkapi dengan hasil temuan
dan bukti bukti.
Mengirimkan berkas tersebut kepada MKEKG untuk dapat dilakukan
tindakan sanksi selanjutnya.

VII. Batasan Pembiayaan dan Ketentuan Penerapan dalam Kegiatan KIS dan KIT

1. Dasar : Buku Pedoman dan Petunjuk Pelaksana P3KGB


2. Pelaksanaan
a. Biaya kursus KIS diperhitungkan biaya/anggaran pengeluaran/ operasional
agar biaya peserta tidak terlalu tinggi sehingga dapat terjangkau oleh peserta
kegiatan
b. Dalam Proposal perlu disertakan perencanaan anggaran, baik pengeluaran
maupun perkiraan pendapatan sehingga dalam rekomendasi dapat dimasukan
tanggapan/ masukan sebagai bahan pertimbangan biaya kegiatan/kursus dan
tidak memberatkan anggota peserta.

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 56


KOMISI - 4
STRATEGI PENINGKATAN
KESEHATAN GIGI & MULUT
No POKOK HASIL RAKERNAS BAHAN KONGGRES
BAHASAN SURABAYA MEDAN

I. Belum SARAN SOLUSI - Audiensi dengan Dirjen


meratanya - Ilmu tentang Kesmas Kemenkes dan
kesadaran kesehatan gigi mulut meminta PDGI
masyarakat di sekolah dilibatkan dalam
tentang ditingkatkan program-program
pentingnya - Materi dimasukkan Kemenkes yang
memelihara pada pembelajaran berkaitan dengan
kesehatan gigi sekolah dasar kesehatan. Salah
dan mulut satunya program
disebabkan TOT kepada kader penguatan siswa
keterbatasan kesehatan oleh drg-drg Sekolah Dasar melalui
tenaga Cabang PDGI kerjasama lintas
kesehatan gigi - Satu buku/modul sektoral (Kemenkes,
mulut khusus sebagai Kemdikbud, Pemda,
pattern atau template Dinkes Pemda), PDGI
dan diberi reward bagi diajak turut serta ikut
cabang yang memiliki dalam program untuk
kader terbaik kader 34 provinsi melalui
penyuluhan: guru, kontribusi SDM di PDGI
orang tua cabang / wilayah untuk
- Dimulai semasa terjun dalam program di
kehamilan, Anak TK daerah serta
dan PAUD kadernya menyelipkan kegiatan
juga walimurid untuk peningkatan
- Advokasi ke kemenkes kesgimul di siswa-siswa
pos gimul sekolah

PROGRAM TINDAK
LANJUT - Himbauan kepada
- Advokasi ke Dikdas cabang-cabang untuk
untuk reinforcement memiliki kader-kader
program kesgimul di kesehatan yang dilatih
sekolah oleh dokter gigi-dokter
- Membuat sarana gigi cabang setempat
pembelajaran/ TOT (TOT) bekerjasama
- Pelatihan kepada drg- dengan Puskesmas
drg cabang oleh setempat
trainer BDN dengan
konsep BDN
menggunakan sarana
audio visual
- TOT kepada kader
kesehatan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 57


TARGET
- Dikdas
mengikutsertakan
PDGI dalam updating
kurikulum yang
berkaitan dengan
kesehatan gigi dan
mulut
- Setiap cabang
memiliki 10 kader
kesehatan gigi
bekerjasama dengan
Puskesmas-
puskesmas setempat

II. Masih rendahnya SARAN SOLUSI - Audiensi dengan Dirjen


pengetahuan - Media Promosi Kesmas Kemenkes dan
masyarakat Kesehatan Gigi dan meminta PDGI
tentang penyakit Mulutmateri
dilibatkan dalam
gigi dan mulut diantaranya tentang
pentingnya berobat program-program
kedokter gigi Kemenkes yang
- Mengembangkan berkaitan dengan
praktik preventif kesehatan. Salah
kurikulum dalam IPDG satunya program
(domain 5 ttg Kesmas) penguatan siswa
Sekolah Dasar melalui
PROGRAM TINDAK
LANJUT kerjasama lintas
- Advokasi kekemenkes sektoral (Kemenkes,
dalam pemanfaatan Kemdikbud, Pemda,
Promkes Dinkes Pemda), PDGI
- Kerjasama dengan diajak turut serta ikut
mitra melalui CSR dalam program untuk
bentuk promosi
34 provinsi melalui
berupa iklan layanan
masyarakat melalui kontribusi SDM di PDGI
media elektronik dan cabang / wilayah untuk
cetak terjun dalam program di
- Advokasi ke kemenkes daerah serta
menambahkan materi menyelipkan kegiatan
pada UKBM untuk peningkatan
promosi kesehatan
kesgimul di siswa-siswa
kesgimul
- Advokasi ke sekolah
kemenskes untuk - Program kegiatan
memasukkan WOHD (melibatkan 100
indikator PHBS cabang) dan BKGN
tentang perilaku sikat (melibatkan 30 cabang).
gigi 2x sehari latar
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 58
belakang: 2,3% Kedua kegiatan ini rutin
perilaku sikat gigi yang dilaksanakan setiap
baik tahun, WOHD di bulan
- Advokasi ke Maret-April sementara
kemenskes untuk
memasukkan program BKGN di bulan Oktober
kesgimul SDGs November.
- Tidak hanya iklan saja,
namun ada pesan
sehat dari PDGI

TARGET
Masyarakat umum di
tempat-tempat umum

III. Tidak adanya SARAN SOLUSI - Audiensi dengan Dirjen


penanggung Advokasi kepada Kesmas Kemenkes dan
Jawab program Kemenkes melalui meminta PDGI
di Kementerian Sekjen
dilibatkan dalam
Kesehatan dan - Inventarisasi masalah
Jajarannya disalurkan ke program-program
kemenkes Kemenkes yang
- Menjabarkan akibat berkaitan dengan
dan beban karena kesehatan. Salah
tidak adanya satunya program
penanggung jawab penguatan siswa
program kesgimul
Sekolah Dasar melalui
- Harus ada
penanggung jawab tdk kerjasama lintas
hanya di kemenkes, sektoral (Kemenkes,
tapi hingga ke dinas Kemdikbud, Pemda,
tingkat kab/kota Dinkes Pemda), PDGI
diajak turut serta ikut
PROGRAM TINDAK dalam program untuk
LANJUT
34 provinsi melalui
Menginventarisasi
permasalahan2 di level kontribusi SDM di PDGI
nasional dan cabang / wilayah untuk
internasional terjun dalam program di
daerah serta
TARGET menyelipkan kegiatan
Adanya untuk peningkatan
penanggungjawab yang
ditunjuk oleh kemenkes kesgimul di siswa-siswa
sekolah. Selain itu, telah
ditunjuk salah satu
dokter gigi di
kementrian untuk
kemudian duduk di

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 59


bagian Direktorat
Kesmas Kemenkes
untuk menjadi solusi
penyelesaian masalah-
masalah kesehatan gigi
melalui program-
program kesgimul

IV. Kurang SARAN SOLUSI - Untuk koordinasi antara


koordinasi antar Meningkatkan koordinasi IPDG dan PDGI
institusi terkait antar institusi dilakukan melalui forum
bidang diantaranya mengadakan Panitia Nasional Uji
kedokteran gigi: Sarasehan Kompetensi Dokter Gigi
IPDG, PDGI, 1. Sarasehan tingkat Indonesiasarasehan
Pemerintah pusat - Koordinasi yang intens
terkait 2. Konsep Advokasi: PB telah dilakukan antara
membuat konsep yang PDGI dengan IPKESGIMI
nanti akan diteruskan ( Ikatan peminatana
ke Pengwil dan Kesehatan Gigi
Pengcab berperan Masyarakat Indonesia)
lebih aktif melalui pembuatan
- Meningktakan Tools pemeriksaan gigi
koordinasi dan mulut, survey
- Wujud program kesgimul dan publikasi
tindak lanjut yang kesgimul ke Luar dan
lebih konkrit Dalam Negeri
rapat kerja dinas,
rapat koordinasi
- PDGI yang berperan
aktif Advokasi ke
kepala dinas
karena selama ini
belum ada program
kerja mengenai
kesgimul

PROGRAM TINDAK
LANJUT
Melaksanakan waktu
sarasehan

TARGET
Konsep terpadu

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 60


V. Kurangnya SARAN SOLUSI - Audiensi dengan Dirjen
inovasi metoda - Melaksanakan Kesmas Kemenkes dan
DHE yang atraktif benchmark
meminta PDGI
- Pelaksanaan lomba2
DHE inovasi dilibatkan dalam
diantaranya saat program-program
WOHD, HUT PDGI dll Kemenkes yang
- Buku/modul yang berkaitan dengan
seragam dan disebar kesehatan. Salah
dr Sabang sampai satunya program
Merauke
penguatan siswa
- Membuat media yang
lbh menarik Sekolah Dasar melalui
- Slogan: Berobatlah kerjasama lintas
kepada Dokter Gigi sektoral (Kemenkes,
Kemdikbud, Pemda,
Dinkes Pemda), PDGI
PROGRAM TINDAK diajak turut serta ikut
LANJUT
dalam program untuk
- Advokasi kekemenkes
dalam pemanfaatan 34 provinsi melalui
Promkes kontribusi SDM di PDGI
- Kerjasama dengan cabang / wilayah untuk
mitra melalui CSR terjun dalam program di
bentuk promosi daerah serta
berupa iklan layanan menyelipkan kegiatan
masyarakat melalui
media elektronik dan untuk peningkatan
cetak kesgimul di siswa-siswa
sekolah. Selain itu, telah
TARGET ditunjuk salah satu
- Mendapatkan dokter gigi di
informasi tentang DHE kementrian untuk
inovasi kemudian duduk di
- IPDG, PDGI seluruh
Indonesia dan dinkes bagian Direktorat
Kesmas Kemenkes
untuk menjadi solusi
penyelesaian masalah-
masalah kesehatan gigi
melalui program-
program kesgimul
- Untuk WOHD dan BKGN,
saat ini masih terbatas
dengan pemeriksaan
dan sosialisasi
pembiasaan sikat gigi di
masayarakat dengan
fokus di siswa SD
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 61
VI. Indonesia belum SARAN SOLUSI - Tahun 2018 akan
memiliki data - Melakukan Advokasi dilaksanakan
status kesehatan ke Badan Litbang RISKESDAS kembali,
gigi yang akurat Kemkes PDGI akan diajak untuk
- Melakukan survey per ikut berperan aktif
5 tahunan dengan dalam penentuan jenis
menggunakan data dan pemeriksaan
instrument WHO yang yang diperlukan untuk
setara dengan Global, mendukung data status
bekerjasama dengan kesgimul yang
Dinas kesehatan diperlukan. Metode
- Setiap cabang akan serta SDM yang
melakukan survey diperlukan
dengan diberikan SKP
- Berkolaborasi dengan
survey keluarga sehat
untuk melakukan
survey kesehatan gigi
dan mulut
- Melakukan advokasi
ke yankes dan
binkesmas

PROGRAM TINDAK
LANJUT
- Pelaksanaan Advokasi
- Kalibrasi kepada PDGI
pengwilTOT kepada
cabang2

TARGET
- Data status
kesehatans semua
kelompok umur

VII Kurang SARAN SOLUSI - Dalam kurun waktu


sosialisasi Program sosialisasi pelaksanaan WOHD
tentang - Updating instrument 2016 dan 2017 serta
pentingnya BKGN WHO BKGN 2015 dan 2016,
survey berkala - Survey program kerja pelaksanaan kegiatan
cabang tersebut sudah
dilakukan dengan
PROGRAM TINDAK mewajibkan seluruh
LANJUT cabang melakukan
Melakukan sosialisasi di pemeriksaan kepada
Rakernas minimal 200 siswa per
- Mengundang pengwil cabang, pemeriksaan
untuk perumusan dmft dan OHI-S pada H1
survey kegiatan dan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 62


TARGET pemeriksaan OHI-S pada
Seluruh cabang H21 untuk melihat
memahami pentingnya perubahan perilaku
survey berkala

VIII Kurangnya SARAN SOLUSI - Sejauh ini, PDGI telah


peminatan untuk - Memberi masukkan ke bekerjasama dengan
mengisi tim kemenkes tentang IPDG/FKG untuk
Nusantara Sehat kendala dilapangan mensosialisasikan
- Sosialisasi melalui program NS untuk
web PDGI dan IPDG menarik minta lulusan
baru agar bergabung
PROGRAM TINDAK
LANJUT
- Menginventarisasi
permasalahan di
lapangan dari teman2
cabang PDGI
- Melakukan sosialisasi
kepada IPDG tentang
Program Nusantara
Sehat
- Pemberdayaan pemda
setempat agar
berlangsung layanan
kesgimul
- Koordinasi
fakultas/IPDG, PB
PDGI mengikuti
Nusantara Sehat agar
layanan merata
- Sosialisi kepada
kemdagri
memfasilitasi sapras

TARGET
- List permasalahan dari
PDGI Cabang
- Meningkatkan DRG
yang mengikuti
Nusantara Sehat
- IPDG melakukan
sosialisasi tentang
Program Nusantara
Sehat

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 63


IX Masih tingginya SARAN SOLUSI
prevalensi Karies - Program Bebas Karies - Mengupayakan adanya
Gigi kerjasama dengan program CSR dari mitra2
Dinkes yang terkoordinir
- Advokasi program
sosialisasi ke Promkes
Kemkes dan Pemda
- Promosi program
kerjasama dengan
Dinas kesehatan
- Advokasi kemenkes
untuk membuat
pedoman Norma
Standar Prosedur dan
Kriteria Early
Childhood Caries
(NSPK ECC) dan
memasukan dalam
program Promkes
- Pembuatan Juknis
Program Bebas Karies
- Pelatihan analisa
pelaporan kesgilut
dibuat oleh kemenkes
dan PDGI

PROGRAM TINDAK
LANJUT
- Melaksanakan
Advokasi ke Kemkes
dan Dinkes
- Menghimbau dokter
gigi praktik untuk
membina UKGS
- Dukungan CSR
- Kerjasama dengan
Chaerul Tanjung
Fondation
- Kerjasama inter
profesi
- Advokasi kemenkes
agar menjadi target
prioritas masalah
kesehatan

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 64


TARGET
- Masyarakat
- Dokter Gigi Praktik di 1
wilayah sebagai pilot
project
- Tersosialisasinya
program
- PDGI dilbatkan secara
aktif di dalam
membuat kebijakan
terkait kesgimul
- Perlu dibreakdown per
tahun
- Ada step-step
pekerjaan
- Mengembangkan
praktek preventif

X Adanya Ide SARAN SOLUSI - Belum ada konsep dan


pembentukan - Memohon penjelasan kejelasan dari
Komite Bebas dan tindak lanjut dari Kemenkes tentang
Karies oleh kemenkes mengenai bentuk Komite Gigi dan
Kemenkes ide dibentuknya Mulut
Komite Gigi dan Mulut
- Komite independen
(bukan structural, bisa
menggalang dana
mandiri) sebagai
mediator, tdd dokter
gigi, tokoh masyarakat
yang peduli terhadap
kesgimul dan wakil
masyarakat

PROGRAM TINDAK
LANJUT
Advokasi ke kemenkes
- Menanyakan konsep
jelas
- Advokasi utk
membentuk komite
tersebut tentukan
pokja lebih dahulu
- Percepatan
pembuatan komite
tersebut

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 65


TARGET
- Adanya konsep jelas
tentang Komite Gigi
dan Mulut yang
bermanfaat untuk
menjadi perantara
kekemenkes
- Meningkatkan
kesadaran masyarakat
menjaga kesgimul

XI Kurang SARAN SOLUSI - Belum ada konsep dan


terintegrasinya Membuat pertemuan kejelasan dari
program antar khusus membicarakan Kemenkes tentang
stakeholder tentang Indonesia Bebas bentuk Komite Gigi dan
Karies 2030 Mulut
- Stake holder:
Kemenkes, IPDG,
Kemenristek/Dikti
- Terintegrasi dengan
Terapis Gigi dan
Mulut, PPGI dan
Organisasi Profesi
lainnya

PROGRAM TINDAK
LANJUT
Advokasi kemenkes
untuk menjadi leading
sektor

TARGET
Adanya konsep integrasi
pelaksanaan Indonesia
Bebas karies

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 4 66


TIM PENYUSUN
TIM PENYUSUN
Pokja Komisi 1 : Organisasi
Ketua : drg. Jusuf Syamsudin, SpOrto
Anggota : drg. Agus Dwi Sulistyantono, MKM
drg. Mita Juliawati, MARS
drg. Dini Iswandari, MM
drg. Edi Sumarwanto, MM, MHKes
Dr. drg. Suryono, SH, Phd
drg. Nita Gianita, SH, MHKes
Pokja Komisi 2 : Konsep Pembiayaan dan Pelayanan
Ketua : drg. Iwan Dewanto, MMR
Anggota : drg. Naniek Isnaini Lestari, Mkes
drg. Yulita Hendrartini, Mkes, AAK
drg. Anggia P. Soediro, MM
Pokja Komisi 3 : Pendidikan dan P3KGB
Ketua : Prof. Dr. drg. Melanie Sadono Djamil, Mbiomed
Anggota : drg. Endang Jeniati, MARS
drg. Asri Arumsari, SpBM
drg. I Putu Suprapta, MSc
Prof. Dr. drg. Laura Susanti Himawan, SpPros(K)
Prof. Dr. drg. Moh Dharma Utama, PhD, SpPros(K)
Dr. drg. Rahmi Amtha, MDS, PhD, SpPM
Dr. drg. Kosterman Usri. MM
drg. Rudi W
Pokja Komisi 4 : Strategi Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut
Ketua : Prof Dr. Drg. Tri Erri Astoeti, Mkes
Anggota : Dr. Drg. Elly Munadziroh, MS
drg. Diono Susilo, MPH
drg. Dewi Kartini Sari, Mkes (alm)

KONGRES PDGI XXVI - 2017 | TIM PENYUSUN ix

Anda mungkin juga menyukai