KONGRES XXVI
Persatuan Dokter Gigi Indonesia
KATA SAMBUTAN
KETUA UMUM PB PDGI
Assalamualaikum Wr Wb
Dikarenakan perannya yang sangat strategis, diharapkan seluruh delegasi dapat berperan
secara aktif selama kegiatan Kongres berlangsung agar tujuan penyelenggaraan Kongres dapat
kita capai bersama. MATERI KONGRES XXVI ini diharapkan dapat menjadi panduan dari seluruh
Delegasi dalam mengikuti persidangan Kongres, yang nanti akan terbagi menjadi 4 Komisi :
1. Komisi 1 : Organisasi
2. Komisi 2 : Konsep Pembiayaan dan Pelayanan
3. Komisi 3 : Pendidikan dan P3KGB
4. Komisi 4 : Strategi Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut
Bersamaan dengan Kongres PDGI ke XXVI di Medan kali ini, juga akan diadakan Medan
International Scientific Dental Meeting dengan tema Comprehensive platform for dental
competency and professionalism in oral health services,
Selamat mengikuti Kongres PDGI XXVII, teriring doa dan harapan mudah-mudahan Kongress
XXVII ini dapat terselanggara dengan lancar dan bermanfaat demi kebesaran organisasi PDGI
tercinta.
Wassalamualaikum Wr Wb
Daftar Isi ii
Tata Tertib vi
Komisi 1
- Anggaran Dasar 1
- Anggaran Rumah Tangga 2
- Tata Laksana Penyelenggaraan BPPA 12
Komisi 2
- Pokok Masalah 20
- Progres tindak lanjut (uraian permasalahan berdasarkan
Jenis fasilitas kesehatan) 22
- Hasil Rakernas 31
- Rekomendasi 41
Komisi 3
Komisi 4 57
Tim Penyusun xi
Pasal 1
KONGRES PDGI diselenggarakan berdasarkan Ketetapan Kongres PDGI No. 13/KPDGI-
XXV/V/2014, Anggaran Dasar PDGI BAB IV Pasal 11, Anggaran Rumah Tangga PDGI BAB
II Pasal 11, dan Surat Keputusan PB PDGI Nomor SKEP/268/PB PDGI/III/2015
BAB II
KETENTUAN POKOK
Pasal 2
Status
Kongres PDGI merupakan pelaksana tertinggi organisasi, diadakan sekurang kurangnya
sekali dalam tiga tahun .
Pasal 3
Tugas dan Wewenang
Sesuai dengan ART (KONGRES XXV Pontianak) pasal 11, point b., dinyatakan bahwa
tugas dan wewenang Kongres adalah :
1. Menetapkan AD/ART dan Pokok-Pokok Pedoman Kegiatan Organisasi
2. Menilai dan mengesahkan pertanggungjawaban Ketua PB PDGI
3. Memilih Ketua PB PDGI
4. Mengesahkan Ketua MKKGI, Dewan Pengawas, MKEKG, BPPA, Pengurus Wilayah
baru dan Cabang baru
5. Menetapkan ketentuan-ketentuan yang berguna untuk kemajuan profesi dan
organisasi.
BAB III
KETENTUAN UMUM
Pasal 4
1. Kongres PDGI XXVI Tahun 2017diadakan oleh Pengurus Besar bersama panitia
pelaksana yang dibentuk oleh PB PDGI sesuai ketetapan Kongres XXV Tahun 2014.
2. Panitia pengarah adalah beberapa pengurus besar yang mendapat surat tugas dari
Ketua PB PDGI dan bertugas mengarahkan pelaksanaan kongres.
3. Panitia pelaksana Kongres PDGI bertanggung jawab mengenai segi teknis
Penyelenggaraan Kongres PDGI.
BAB IV
KELENGKAPAN KONGRES
Pasal 5
1. Kelengkapan Kongres terdiri dari atas Presidium dan Peserta kongres.
2. Presidium terdiri dari Ketua dan anggota, yang dipilih dari Utusan Pengurus Besar 1
(satu) orang, Utusan Pengurus Wilayah / Cabang 3 (tiga) orang, dan Utusan dari
panitia pelaksana 1 (satu) orang.
BAB V
PERSIDANGAN
Pasal 6
Jenis Persidangan
1. Sidang Organisasi Kongres PDGI terdiri dari sidang pleno dan sidang komisi.
2. Sidang Pleno dihadiri oleh semua delegasi, peninjau dan undangan.
3. Sidang pleno bersifat terbuka; delegasi memiliki hak suara dan hak bicara. Peninjau
dan undangan hanya memiliki hak bicara.
4. Sidang Komisi bersifat tertutup dan dihadiri oleh anggota komisi.
Pasal 7
Pimpinan Sidang
1. Sidang Pleno I dipimpin oleh Panitia Pengarah.
2. Sidang Pleno selanjutnya dipimpin oleh Presidium
3. Sidang Komisi dipimpin oleh Ketua Komisi terpilih. Pemilihan Ketua Komisi dipimpin
oleh panitia pengarah.
Pasal 8
Tatacara Persidangan
1. Ketua Sidang dan peserta sidang berkewajiban menjaga ketertiban dan kelancaran
persidangan
2. Peserta sidang mengutamakan prinsip musyawarah untuk mufakat, dengan cara yang
santun demi kepentingan organisasi
3. Setiap berakhirnya persidangan harus dibuat berita acara, dan ditandatangani oleh
Ketua dan Sekretaris Sidang. Semua hasil sidang komisi harus disahkan oleh sidang
pleno.
4. Persidangan harus sesuai waktu yang telah dialokasikan dan peserta hadir 15 menit
sebelum sidang dimulai.
Pasal 9
Tata Cara Pengambilan Keputusan Sidang
1. Keputusan diambil secara musyawarah untuk mencapai mufakat
2. Apabila persidangan sebagaimana dimaksud Butir 1 (satu) tidak mencapai mufakat,
maka keputusan diambil dengan jalan pemungutan suara berdasarkan suara
terbanyak.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian oleh Pimpinan
sidang atas persetujuan peserta
2. Tata Tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
BAB IV
PERKUMPULAN
Bagian Pertama
SUSUNAN PERKUMPULAN
Pasal 10
Susunan perkumpulan:
1. Badan Pengurus adalah Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.
2. Dewan Pengawas
BAB I
PERKUMPULAN
Bagian Pertama
Pasal 1
PENGURUS BESAR
1. Status
Merupakan pelaksana tertinggi Perkumpulan.
Wewenang:
a. Melantik Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.
b. Dapat membekukan kepengurusan Wilayah dan/atau cabang, bila
kepengurusan Wilayah dan/atau Cabang tidak menjalankan ketentuan-
ketentuan Perkumpulan yang diatur dalam AD ART.
c. Menonaktifkan Ketua Wilayah atau Ketua Cabang, bila terbukti melakukan
penyimpangan-penyimpangan yang dapat merusak nama baik Perkumpulan.
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 2
d. Mengeluarkan surat keputusan-surat keputusan, perjanjian kerjasama (MOU)
dan lain-lain yang bersifat strategis untuk kepentingan Perkumpulan.
e. Menerbitkan SKP nasional dan internasional sesuai keputusan P3KGB.
4. Masa Kerja
a. Periode kepengurusan PB PDGI adalah 3 (tiga) tahun.
b. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan tetap atau
meninggal dunia, maka Wakil Ketua menjadi Ketua untuk melaksanakan tugas
Ketua PB PDGI.
c. Serah terima Pengurus Besar lama kepada Pengurus Besar baru dilaksanakan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah Kongres.
d. Ketua PB PDGI maksimal dapat menjabat 2 (dua) periode baik secara berturut-
turut maupun tidak berturut-turut.
e. Ketua PB PDGI tidak boleh merangkap jabatan dalam perkumpulan yang sama
(PDGI).
Pasal 2
PENGURUS WILAYAH
1. Status
a. Pengurus Wilayah adalah suatu badan pengurus dalam satu provinsi.
b. Ketua Pengurus Wilayah dipilih oleh rapat wilayah yang terdiri dari cabang-
cabang di wilayahnya.
c. Ketua Pengurus Wilayah bertanggung jawab kepada Rapat Umum Wilayah.
d. Pengurus Wilayah wajib dibentuk di setiap yang mempunyai minimal 3 (tiga)
cabang.
Wewenang:
a. Menerbitkan SKP di Tingkat Wilayah atas Rekomendasi Tim P3KGB.
b. Melantik pengurus Cabang di Wilayahnya.
c. Rujukan pembinaan Anggota dan Perkumpulan.
d. Dapat menilai Satuan Kredit Profesi (SKP) untuk cabang yang tidak mempunyai
unit P3KGB.
e. Pengurus Wilayah dapat mengusulkan kepada PB PDGI untuk membekukan
Cabang.
4. Masa Kerja
a. Periode kepengurusan Pengurus Wilayah adalah 3 (tiga) tahun.
b. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan tetap atau
meninggal dunia, maka Wakil Ketua atau Sekretaris menjadi pelaksana tugas
Ketua Pengurus Wilayah.
c. Bila PB PDGI membekukan kepengurusan Wilayah, maka selanjutnya
Perkumpulan di tingkat Wilayah tersebut akan dikendalikan oleh
Presidium/caretaker yang ditunjuk oleh PB PDGI yang terdiri dari seluruh Ketua
Cabang di wilayah tersebut.
d. Pembekuan dapat dilakukan bila Pengurus Wilayah tidak menjalankan
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam AD/ART.
e. Ketua Pengurus Wilayah tidak boleh merangkap jabatan.
Pasal 3
PENGURUS CABANG
1. Status
a. Pengurus Cabang adalah badan pengurus di Kabupaten dan/atau Kota.
b. Ketua Pengurus Cabang dipilih oleh Rapat Umum Anggota.
c. Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada Rapat Umum Anggota.
d. Pengurus Cabang dapat dibentuk di Kabupaten dan/atau Kota yang mempunyai
minimal 10 dokter gigi.
Wewenang:
a. Membentuk Kepengurusan Cabang dan menyampaikannya ke PB PDGI untuk
diterbitkan Surat keputusan.
b. Menerbitkan dan mencabut Rekomendasi Surat Izin Praktik.
c. Menerbitkan SKP.
d. Mengeluarkan Surat-Surat Keputusan, menandatangani perjanjian kerjasama
(MOU) dengan pihak lain dalam batas wilayah kerjanya.
4. Masa Kerja
a. Periode kepengurusan Cabang adalah 3 (tiga) tahun.
Pasal 4
DEWAN PENGAWAS
1. Status
a. Dewan Pengawas adalah perangkat PB PDGI, berjumlah 5 orang, dipilih dalam
sidang pemilihan anggota Dewan Pengawas yang dilaksanakan bersamaan
dengan penyelenggaraan Kongres PDGI.
b. Dewan Pengawas dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas yang dipilih dalam
sidang Dewan Pengawas.
c. Dewan Pengawas bertanggungjawab kepada Kongres
3. Tatacara Pemilihan
a. Calon anggota Dewan Pengawas diusulkan oleh Pengurus Wilayah setempat.
b. Masing-masing Pengwil mengusulkan 2 orang dengan syarat berpengalaman
dalam bidang : keorganisasian, pendidikan dan atau keprofesian.
Pasal 5
1. Status
a. MKKGI adalah perangkat PB PDGI, sebagai badan koordinasi antar kolegium-
kolegium disiplin ilmu Kedokteran Gigi.
b. Anggota MKKGI adalah Ketua-ketua Kolegium disiplin ilmu Kedokteran Gigi.
c. Ketua MKKGI adalah salah satu dari para ketua kolegium yang pemilihannya
dilakukan dalam sidang MKKGI, yang dilaksanakan bersamaan dengan
penyelenggaraan Kongres PDGI.
d. Ketua MKKGI terpilih disahkan oleh Ketua PB PDGI.
e. Keputusan MKKGI yang menyangkut tugas dan kewenangannya bersifat
independen.
Tugas:
a. Mengkoordinasi Kolegium-kolegium dalam menjalankan fungsinya sebagai
pengampu ilmu Kedokteran Gigi.
b. Menyelesaikan masalah-masalah yang timbul antar dan di dalam Kolegium yang
berkaitan dengan ruang lingkup tugas pengampuan ilmu Kedokteran Gigi.
c. Menyusun daftar kompetensi dan memberi pengakuan kompetensi profesional
berdasarkan ilmu Kedokteran Gigi dan percabangan ilmu Kedokteran Gigi.
3. Masa Kerja
Masa kerja anggota MKKGI sama dengan masa Kerja PB PDGI.
Pasal 6
1. Status
a. MKEKG adalah perangkat PDGI, merupakan badan otonom untuk menjaga
perilaku etik seluruh anggota PDGI
b. MKEKG berjumlah 5 orang sebagai anggota tetap, dipilih dalam sidang
pemilihan MKEKG yang dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan
Kongres PDGI Comment [A8]:
c. MKEKG dapat menunjuk anggota tidak tetap dalam penatalaksanaan suatu b. MKEKG berjumlah 3 orang sebagai anggota tetap,
dipilih dalam sidang pemilihan MKEKG yang
kasus dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan
d. MKEKG dipimpin oleh Ketua MKEKG yang dipilih dalam sidang anggota MKEKG. Kongres PDGI
Pasal 21
SUMBER KEUANGAN
Comment [A12]:
Kekayaan/ sumber keuangan perkumpulan
1. Kekayaan/ sumber keuangan perkumpulan diperoleh dari: diperoleh dari
Comment [A13]: Iuran wajib berupa iuran
a. Iuran wajib berupa iuran anggota; anggota
b. Bantuan Pemerintah pusat/daerah dan sumbangan masyarakat yang resmi serta
Comment [A14]: Bantuan Pemerintah
tidak mengikat; pusat/daerah dan sumbangan masyarakat yang
c. Hasil usaha; resmi serta tidak mengikat;
d. Perjanjian kerjasama dengan mitra lokal maupun asing yang saling Comment [A15]: Anggaran Pendapatan
menguntungkan. Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah.
e. Pemasukan dari Kegiatan lain yang sah
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 1 9
2. Dana abadi dari usaha-usaha lain dan tata cara memperoleh keuangan serta penataan
administrasi keuangan diatur lebih lanjut.
Bagian Kedua
PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 22
PENGGUNAAN
Pasal 23
PENGENDALIAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN
1. Keuangan dan harta benda Perkumpulan harus terpisah dari keuangan dan harta
kekayaan pribadi pengurus maupun anggota.
2. Pemindahan atau pengalihan keuangan dan harta benda kepada pihak lain serta
investasi dana dan usaha yang hanya dapat dilakukan menurut ketentuan
Perkumpulan.
Pasal 24
PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN
1. Pengurus wajib membuat laporan keuangan dan harta benda Perkumpulan secara
periodik dan memberitahukan kepada anggota dengan mekanisme:
a. PB PDGI kepada Kongres.
b. Pengurus Wilayah kepada Rapat Umum Wilayah.
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Ketentuan Umum
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan :
1. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) adalah organisasi profesi resmi dokter
gigi Indonesia yang diamanahkan Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
2. Dokter gigi adalah dokter gigi lulusan pendidikan kedokteran gigi baik di dalam
maupun luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Badan Pembelaan dan Pembinaan Anggota (BPPA) adalah perangkat PDGI,
sebagai badan khusus PDGI yang menangani masalah pembelaan dan
pembinaan anggota PDGI dalam menjalankan profesinya berupa praktik
kedokteran gigi.
4. Praktik kedokteran gigi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan gigI
5. Surat Tanda Registrasi (STR) dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter gigi yang telah diregistrasi.
6. Surat Ijin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan Pemerintah kepada
dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran gigi setelah memenuhi
persyaratan.
7. Etik Kedokteran Gigi adalah tata perilaku profesional dibidang kedokteran gigi
baik secara perorangan maupun kelompok.
8. Disiplin Kedokteran Gigi adalah aturan penerapan keilmuan kedokteran gigi
dalam pelaksanaan pelayanan
9. Ketentuan Hukum adalah ketentuan hukum kedokteran yang berlaku di
Indonesia
BAB II
KEDUDUKAN, STATUS DAN PEMBENTUKAN BPPA
Pasal 2
Kedudukan
Pasal 3
Status
BPPA adalah perangkat PDGI, sebagai badan khusus PDGI yang menangani masalah
pembelaan dan pembinaan anggota PDGI dalam menjalankan profesinya berupa praktik
kedokteran gigi.
BAB III
ORGANISASI BPPA
Pasal 4
Susunan BPPA
1. Jumlah BPPA tetap terdiri dari 5 orang dengan susunan sebagai berikut :
a) Seorang Ketua
b) Seorang Wakil Ketua
c) Seorang Sekretaris
d) Dua orang anggota Comment [A18]:
2. Ketua BPPA bila diperlukan dapat mengangkat BPPA tidak tetap yang berjumlah HASIL RAKERNAS SURABAYA DIHILANGKAN
2.Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota
paling banyak 2 orang dipilih dan ditetapkan oleh rapat anggota PDGI
3. Anggota tidak tetap seperti pada ayat 2 diatas dapat berprofesi sebagai Sarjana setempat
3.Pemilihan Ketua dilakukan melalui
Hukum musyawarah mufakat, dan apabila tidak
memungkinkan maka dilakukan melalui proses
pemungutan suara
Pasal 5
Dasar Cara Pemilihan Comment [A19]:
Pemilihan anggota dan penyusunan BPPA
1. Ketua dan anggota BPPA ditunjuk oleh Ketua PB PDGI atas mandat kongres.
Ketua dan anggota BPPA Wilayah ditunjuk oleh Ketua PDGI Wilayah atas mandat
Rapat wilayah. Ketua dan anggota BPPA Cabang ditunjuk oleh Ketua Cabang atas
mandat Rapat Umum Anggota
2. Pengurus BPPA disahkan oleh pengurus PDGI yang setingkat
3. Ketua BPPA bila diperlukan dapat menunjuk, mengangkat dan mengesahkan
anggota tidak tetap BPPA
4. Anggota BPPA seyogyanya dipilih berdasarkan latar belakang pribadi yang
beragam dipandang dari sudut pendidikan, usia, pengalaman, asal tempat kerja
dan agama
5. Keanggotaan BPPA diberhentikan apabila yang bersangkutan meninggal dunia,
mengundurkan diri atau tidak memenuhi lagi kriteria sebagai anggota BPPA.
Pasal 6
Kriteria anggota BPPA
Kriteria untuk dapat menjadi anggota BPPA adalah dokter gigi anggota biasa PDGI yang
diyakini :
Pasal 7
Masa Jabatan Anggota BPPA
1. Masa jabatan anggota BPPA sama dengan masa jabatan Pengurus PDGI
2. Masa jabatan anggota BPPA tidak tetap berakhir setelah kasus yang disidangkan
selesai
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG BPPA
Pasal 8
Tugas
Pasal 9
Wewenang
1. Menyampaikan pertimbangan dan usul secara tertulis, diminta atau tidak diminta,
tentang pembelaan dan pembinaan anggota kepada Ketua PDGI
2. Memberikan pertimbangan dan usul kepada yang berwenang atas Pelanggaran
Etika, disiplin dan Hukum, melalui Ketua PDGI
1. Hubungan kerja BPPA Pusat dengan BPPA Wilayah dan atau dengan BPPA
Cabang bersifat pembinaan, pelaporan dan rujukan. Rujukan berupa :
a) Konsultasi dalam menangani kasus pelanggaran etik, disiplin dan hukum
b) Pelimpahan wewenang dalam kasus pelanggaran etik, disiplin dan hukum
Kedokteran Gigi.
2. Hubungan kerja BPPA dengan PDGI
BPPA adalah badan kelengkapan PDGI yang disiapkan bagi anggota yang
membutuhkan Pembelaan dan Pembinaan
3. Hubungan kerja antara BPPA dengan pengurus PDGI yang tidak setingkat
dilakukan melalui Pengurus PDGI yang setingkat
Pasal 12
Pembiayaan BPPA
Pembiayaan untuk kegiatan BPPA menjadi tanggung jawab Pengurus PDGI
BAB V
LAPORAN, PENGADUAN, GUGATAN DAN TUNTUTAN TERHADAP ANGGOTA
Pasal 13
1. Anggota PDGI yang dilaporkan / diadukan / digugat / dituntut dapat sesegera
mungkin memberitahukan kepada pengurus cabang / wilayah dan atau Pusat.
2. Pengurus PDGI bersama-sama dengan BPPA berkoordinasi dan membentuk tim
Pendampingan dan Pembelaan.
3. Tim pendampingan terdiri dari BPPA dan anggota pengurus PDGI yang ditunjuk,
sesegera mungkin melakukan telaahan terhadap kasus yang dilaporkan /
diadukan / digugat / dituntut dalam rangka Pendampingan dan Pembelaan
anggota
BAB VI
PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
Pasal 14
1. Dugaan pelanggaran oleh anggota yang dapat dilakukan pembelaan adalah
dugaan pelanggaran Etik, Disiplin dan Hukum yang berkaitan langsung dengan
praktik kedokter gigi
2. Dugaan Kejahatan atau tindak pidana kriminal yang dilakukan oleh anggota tidak
berhak mendapatkan pembelaan dari BPPA
Pasal 15
BAB VIII
ALTERNATIF PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
Pasal 16
1. Bila permasalahan yang dihadapi melibatkan pihak pasien, maka upaya mediasi
akan diutamakan dalam penyelesaiannya sebelum masuk pada proses litigasi.
2. Tim Pendamping bila mengalami keterbatasan akses dalam pendampingan, bisa
meminta bantuan mediator yang disepakati oleh parapihak.
3. Penyelesaian sengketa dengan pasien tidak menghilangkan kewajiban
pembinaan terhadap anggota yang bersangkutan.
BAB IX
PENDAMPINGAN DI PERSIDANGAN ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
Pasal 17
BAB X
TATA KERJA PEMBINAAN ANGGOTA
1. Tujuan Umum :
Makin meningkatnya kualitas pengabdian profesi Kedokteran Gigi di Indonesia
dalam turut mempercepat tercapainya tujuan progam pembangunan nasional,
khususnya pembangunan kesehatan.
2. Tujuan Khusus :
a) Terciptanya pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan bagi
dokter gigi tentang Etik, disiplin dan hukum yang makin meningkat dalam
penyelenggaraan Pengabdian Profesi Kedokteran Gigi
b) Pembinaan terhadap anggota PDGI dalam rangka upaya pencegahan
terhadap pelanggaran etik, disiplin dan hukum
c) Terciptanya suasana yang makin menguntungkan bagi masyarakat sehingga
dapat menerima penerapan Etik, Disiplin dan hukum Kedokteran Gigi dan
Penyelenggaraan Pengabdian Profesi Kedokteran Gigi di Indonesia
Pasal 19
Pembinaan Anggota
1. Pembinaan terhadap anggota PDGI dilakukan secara rutin minimal 2 kali dalam
setahun dalam rangka upaya pencegahan terhadap pelanggaran etik, disiplin dan
hukum
2. Pembinaan yang dilakukan oleh BPPA dapat dilakukan melalui seminar,
lokakarya,roleplay dan sejenisnya
3. Pembinaan terhadap anggota yang terkena masalah, dilakukan melalui
monitoring, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan sanksi
4. Jenis Pembinaan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis sanksi pelanggaran
yang dijatuhkan
5. Khusus sanksi etik, pembinaan akan dilakukan sesuai dengan hasil keputusan
majelis etik kehormatan kedokteran gigi Indonesia
Pasal 20
Sasaran
Pasal 21
Kegiatan
Pasal 22
Materi Pembinaan
Materi pembinaan Etik, disiplin dan hukum dibidang Kedokteran Gigi meliputi :
a. Lafal Sumpah Dokter Gigi
b. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
c. Ketentuan Konsil Kedokteran Indonesia
d. Peraturan perundangan dibidang Kedokteran Gigi
Pasal 23
Pelaksanaan
BAB XI
PELAPORAN
Pasal 24
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Sejak dimulainya sistem JKN tahun 2014, telah muncul berbagai macam permasalahan
khususnya pada bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Implementasi pembayaran
kapitasi bagi drg dalam program JKN membawa berbagai perubahan dan permasalahan
di lapangan. Diantaranya adalah :
Kondisi daerah dan populasi masyarakat di Indonesia tidak sama, sehingga
kebijakan yang ada tidak dapat berlaku optimal di beberapa daerah,
permasalahan dan keluhan sangat beragam sesuai keunikan dari masing-masing
daerah. Hal ini termasuk dengan penyebaran SDM dokter gigi yang belum merata,
kelengkapan sarana dan prasarana yang tidak sama di beberapa daerah, serta
bervariasinya berbagai obat dan bahan medik habis pakai di berbagai daerah di
Indonesia .
Sistem JKN bidang kedokteran gigi (KG) dirasakan belum cukup memadai pada
pelaksanaannya, masih memerlukan sejumlah perbaikan, namun berbagai
usulan jalan keluar permasalahan yang diajukan oleh PB PDGI belum mendapat
respon positif yang sesuai dari pemegang kebijakan. Hal ini kemungkinan
dikarenakan sistem JKN menemui permasalahan yang lebih diprioritaskan
dibandingkan permasalahan bidang kedokteran gigi.
Paket manfaat yang ditetapkan pada PPK 1 belum sepenuhnya sesuai dengan
kondisi kebutuhan macam penyakit gigi dan mulut yang ada dan kesesuaiannnya
dengan kompetensi dokter gigi . Sebagai contoh kasus yang mempunyai ciri high
case high volume yaitu kasus pulpitis pada gigi sebenarnya masih menjadi
kewenangan dokter gigi pada pelayanan primer, namun karena tidak dimasukkan
dalam paket manfaat pada pelayanan primer (akibat dari minimnya anggaran
untuk penetapan besaran kapitasi bidang kedokteran gigi) mengakibatkan kasus
tersebut harus dirujuk pada pelayanan tingkat lanjut. Disisi lain, penetapan tarif
INA CBG`s rawat jalan bidang kedokteran gigi masih sangat rendah, dan INA
CBGs yang ditetapkan hanya mengcover 5 jenis tindakan kedokteran gigi. Hal ini
mengakibatkan timbulnya berbagai masalah pada proses pelaksanaan pelayanan
bidang kedokteran gigi baik pada pelayanan primer dan meningkatkan rujukan
pelayanan gigi di level sekunder. Di sisi lain provider (drg) di RS (rujukan)
sebagian besar juga drg non spesialistik atau dengan kata lain kompetensinya
sama dengan drg primer..
Belum sesuainya tarif INA CBG untuk pelayanan gigi di RS dan Masih banyaknya
drg (atau bahkan staff BPJS di daerah) yang belum memahami konsep
pembayaran kapitasi , berdampak pada munculnya potensi fraud.
Besaran kapitasi Rp. 2000 dan penetapan INA CBG`s pada pelayanan gigi di RS
yang dirasakan belum mencukupi menyebabkan terjadinya berbagai masalah di
lapangan, antara lain tingginya rujukan pelayanan gigi dan pelayanan gigi tidak
berjalan optimal serta kurangnya pelayanan promotif dan preventif .
Penetapan Jumlah Kepesertaaan yang dapat di cover oleh 1 drg yang belum
sesuai, sehingga mengakibatkan perbedaan dalam pendapatan kapitasi bagi
dokter gigi dan beban kerja drg yang tidak merata.
200
180 171.9
156.8
160
140 133.5
120
100 86.4 87.8 91.2
80
61.3
54
60
38
40
15 19.5
20 9.1
0
2014 2015 2016
Grafik data cakupan total kepesertaan JKN pada tahun 2016 (dlm juta)
Jumlah peserta bertambah sebanyak 50.9 Juta Jiwa atau 42% dari Januari 2014
Pertumbuhan peserta terbanyak pada segmen peserta Pekerja Penerima Upah
(PPU) Badan Usaha sebanyak 24.5 Juta
Cakupan kepesertaan JKN sebanyak 67.6% dari total penduduk Indonesia
1.170
1.166
1.165 1.164
1.164
1.160 1.160
1.155
1.157 Tren Jumlah FKTP Dokter Gigi 1.157
1.154
1.150 S/d Desember1.150
2016
Jumlah Drg
1.150
1.145 1.144
1.142
1.140 1.140
1.135
1.130
1.125
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16
Bulan
209
120
92 95
74
57
47 45
27 23
15 15
Divre 1 Divre 2 Divre 3 Divre 4 Divre 5 Divre 6 Divre 7 Divre 8 Divre 9 Divre 10 Divre 11 Divre 12 Divre 13
FKRTL Kerjasama
S/d 31 Des 2016
2,100 2,068
2,000 1,910
1,900 1,847 1,839
1,783
1,800 1,727
1,700
1,600
1,500
Jun-15
Jun-16
Des-16
Jan-15
Dec-15
Jan-16
FKRTL kerjasama bertambah sebanyak 959 FKRTL atau 86% dibandingkan 1 Januari 2014
DI Yogyakarta
Bengkulu
Maluku Utara
DKI Jakarta
Papua
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Sulawesi Barat
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
KLINIK UTAMA RS D RS C RS B RS A
Total Total
Total Peserta
Peserta thn Peserta
thn 2016:
2014: 133,4 thn 2015:
171,9 Juta
Juta 156,79
Juta
69 T*
50 [VALUE] T
[VALUE] T
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
RERATA JML
DIAGNOSA PRIMER
KASUS PER BULAN
Dental examination 10,073
Diagnosa Gigi Dental caries, unspecified 2,385
Di Layanan Rujukan Retained dental root 1,028
Other dental caries 475
Arrested dental caries 305
Fitting and adjustment of dental prosthetic device 227
Anomalies of dental arch relationship 24
Posteruptive colour changes of dental hard tissues 2
Poisoning, dental drugs, topically applied 1
1. Dasar
a. Perkonsil No 48/KKI/PER/XII/2010
Tentang, Kewenangan Tambahan Dokter dan Dokter Gigi
b. Perkonsil No 6 Tahun 2011
Tentang , Registrasi Dokter dan Dokter Gigi
2. Pengertian
a. Kewenangan Tambahan : Perkonsil No 48 th.2010 Psl 1
Kewenangan Tambahan adalah kewenangan lain yang diberikan kepada dokter
atau dokter gigi untuk melakukan praktik kedokteran tertentu secara mandiri
setelah mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan, dan merupakan tambahan
terhadap kewenangan yang telah dimiliki berdasarkan kompetensi yang
diperoleh dari pendidikan formal.
b. Kompetensi Tambahan : Perkonsil No 48 th.2010 Psl 5
Kompetensi Tambahan adalah kompetensi yang diperoleh dari pendidikan
dan/atau pelatihan yang khusus diadakan untuk itu.
c. Sertifikat Kompetensi Tambahan : Perkonsil No 48 th.2010 Psl 8
Sertifikat yang diberikan kepada dokter atau dokter gigi yang lulus setelah
mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan.
3. Tujuan
Untuk melindungi dokter gigi dalam menjalankan tugas dengan wewenangan
tambahan.
4. Proses Pelaksanaan
a. Setelah mengikuti Kegiatan Ilmiah Terstruktur (KIT) (20 SKS), yang
diselenggarakan oleh Pelaksana Kegiatan bekerja sama dengan Institusi
Pendidikan Dokter Gigi atau RSGM minimal berakreditasi B.
b. Para peserta diwajibkan mengikuti ujian kompetensi yang melibatkan kolegium
terkait .
c. Setelah lulus, kolegium menerbitkan sertifikat kompetensi /kualifikasi
tambahan yang dicantumkan pada STR untuk bidang yang dipelajarinya.
II. Mekanisme Pelaksananaan Ujian Kompetensi bagi Lulusan Baru atau Lulusan Lama
2. Pelaksanaan
a. Lulusan Baru = Dokter gigi baru adalah dokter gigi yang lulus setelah tanggal 27
April 2014.
- Pengurusan Sertifikat Kompetensi dilakukan secara kolektif oleh Institusi
Pendidikan Dokter Gigi (IPDG) tempat dokter gigi tersebut menempuh
pendidikan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari pelaksanaan Uji
Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI) atau ujian lainnya yang telah
direkognisi oleh KDGI sehingga dianggap setara dengan UKDGI
- Dengan demikian maka UKMP2DG disebut sebagai "ujian lain yang telah
direkognisi oleh KDGI sehingga dianggap setara dengan UKDGI"
- Sampai saat ini unsur KDGI sebagai perwakilan organisasi profesi ada dalam
kepanitiaan UKMP2DG sebagaimana dibenarkan oleh Pasal 5 Ayat 3
Permenristekdikti Nomor 15 Tahun 2015,
b. Lulusan Lama adalah
- Dokter gigi yang telah mengikuti UKDGI tetapi belum dinyatakan kompeten
(retaker)
- Dokter gigi yang belum pernah memiliki Sertifikat Kompetensi / Surat Tanda
Registrasi (STR)
- Dokter gigi yang telah habis masa berlaku Sertifikat Kompetensi / Surat
1. Dasar
a. Keputusan KDGI Nomor 08/UKDGI/KDGI/V/2015 tentang Revisi Pedoman
Penyelenggaraan UKDGI
b. Keputusan dari Kolegium Spesialis dan Ikatan Keahlian
2. Pelaksanaan
a. KDGI
Bila Kadaluarsa 1 periode Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 3 = 33 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 30 SKP + 6 = 36 SKP
Denda 3 SKP per semester
c. Ortodonsia
Bila Kadaluarsa 1 periode (5 th) Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 39 SKP + 4 = 43 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 39 SKP + 8 = 47 SKP
Denda 4 SKP per semester
d. Prostodonsia :
Bila Kadaluarsa 1 periode (5 th) Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 33 SKP + 3 = 36 SKP
Bila Kadaluarsa 1 th/ 2 sem 33 SKP + 6 = 39 SKP
Denda 3 SKP per semester
e. Konservasi Gigi :
<1th : denda administrasi
>1th : mengikuti uji kompetensi
f. Penyakit Mulut :
Bila Kadaluarsa 1 periode (5 th) Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 4 = 34 SKP +
+ denda administrasi (jumlahnya diatur kolegium PM)
h. Periodonsia :
Bila Kadaluarsa 1 periode Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 3 SKP (Kegiatan teori &
Ketrampilan Bidang Perio = 33 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 30 SKP + 6 SKP (Kegiatan teori &
Ketrampilan Bidang Perio) = 36 SKP
Denda 3 SKP per semester
i. Radiologi KG :
Bila Kadaluarsa 1 periode Ujian Kompetensi
Bila Kadaluarsa 6 bl/ 1 sem 30 SKP + 3 = 33 SKP
Bila Kadaluarsa 1th/ 2 sem 30 SKP + 6 = 36 SKP
Denda 3 SKP per semester
j. Odontologi Forensik :
1. Dasar
a. Undang Undang no 29 th 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 27-28
b. Pedoman dan Petunjuk Pelaksana P3KGB, ed 3 2014, Bab III
2. Pengertian
RUANG LINGKUP KEGIATAN P3KGB
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (Continuing Education),
Kegiatan Ilmiah Terstruktur (KIT) ialah Kegiatan yang terdiri dari beberapa
pertemuan yang bermodul dan berkesinambungan, mempunyai silabus dan
berakhir dengan ujian kompetensi dan mendapat Sertifikat
Kompetensi/Kualifikasi Tambahan serta Wewenang Tambahan .
Kegiatan Ilmiah Singkat (KIS) : Kegiatan Teori/Lisan dan Kegiatan
Ketrampilan.
Kegiatan Ilmiah Jarak Jauh: e learning
b. Pelayanan Profesional Kesehatan Gigi dan Mulut berupa
Pengabdian Masyarakat termasuk Bakti Sosial dengan Tindakan,
Penyuluh/Pembicara di media elektronik (TV/Radio) dan
3. Tujuan
Bertujuan meningkatkan kompetensi peserta, tetap mengacu pada standar
kompetensi dokter gigi dan standar kompetensi dokter gigi Sp.
4. Penyelenggara
a. Institusi Pendidikan Dokter Gigi (IPDG) yang berakreditasi minimal B.
Penyelenggara kegiatan (unit/kepanitiaan pelaksana dalam IPDG) telah
diakreditasi oleh PB-PDGI cq Tim Akreditasi PB PDGI
b. RSGM di IPDG yang berakreditasi minimal B
Persyaratannya sama dengan butir a
c. Rumah Sakit Pendidikan (RSP) yang berakreditasi minimal B
Bekerjasama dengan IPDG
Persyaratannya sama dengan butir a
d. Diklat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, ABRI &Kepolisian
Bekerjasama dengan IPKG
Persyaratannya sama dengan butir a
e. Lembaga Lain yang bekerja sama dengan IPDG
Persyaratannya sama dengan butir a
Contoh : YPAC/Panti Lansia membuat pelatihan dokter gigi untuk dapat
memberikan pelayanan pada pasien dengan kebutuhan khusus atau pasien
Lansia dengan instruktur dari IPDG
1. Dasar
UUPK, Pasal 27 sebagai komponen akreditasi yang dapat menjamin kualitas tata
laksana dan sumber daya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kompetensi pesertanya
2. Pengertian
Akreditasi adalah penilaian Kegiatan Ilmiah Singkat (KIS) dan Kegiatan Ilmiah
Terstruktur (KIT) penilaian yang intensif tentang kurikulum, sarana dan prasarana,
hasil, evaluasi.
e. Dokumentasi
Penyelenggara/panitia mempunyai dokumen setiap peserta yang berpartisipasi
pada kursus/seminar/pelatihan, dan bertanggung jawab terhadap catatan
partisipasi peserta.
Catatan lengkap meliputi:
1) Nama peserta, NPA, alamat, telp (dokumen ini disimpan penyelenggara)
2) Nama penyelenggara
3) Judul kegiatan/program
4) Tanggal, lokasi dan lama kegiatan program
5) Metode pembelajaran ceramah/partisipasi klinis/simulasi
6) Jumlah SKP (credit hours) yang diperoleh (tidak termasuk Istirahat Sholat dan
makan (ISHOMA)
f. Publikasi Kegiatan
Publikasi kegiatan P3KGB harus informatif, komprehensif dan akurat, tidak
menyesatkan, serta tidak bertentangan dengan kode Etik PDGI.
Tidak mencantumkan jumlah SKP pada Brosur, cukup ditulis dengan:
Terakreditasi oleh PB PDGI, PDGI Wilayah.... atau PDGI Cabang
Yang boleh dicantumkan:
1) Nama penyelenggara
2) Nama sponsor (jika ada)
3) Judul Kursus/Pelatihan
4) Penjelasan materi kursus
5) Tujuan pendidikan
6) Metode pendidikan yang digunakan
7) Biaya kursus dan contact person
8) Nama Pengajar/Pembicara/Instruktur dan kualifikasinya
9) Lokasi, waktu, tanggal, jam pelaksanaan kegiatan
10) Status akreditasi penyelenggara tidak nilai kegiatan(SKP)
11) Perlu disebutkan/dinyatakan level peserta kursus (dokter gigi/ dokter gigi
spesialis) agar efektif hasilnya dalam penerimaan materi kursus
KONGRES PDGI XXVI - 2017 | KOMISI 3 51
g. Perlindungan Terhadap Pasien
1) Pada pelatihan klinis atau demo dengan menggunakan pasien, perlu
diperhatikan perlindungan/proteksi terhadap pasien sebagai berikut:
- Seleksi kasus dari pasien
- Pasien memberi persetujuan. Informed consent mencakup situasi
- pelatihan, manfaat dan risiko yang dapat terjadi, haknya untuk tidak
melanjutkan perawatan.
- Pasien tidak dibebankan biaya perawatan.
2) Pengajar/instruktur harus kompeten dan memenuhi kualifikasi (qualified
basic, skill, expertise) untuk menyampaikan teknik/ prosedur klinis pada
pelatihan
3) Peralatan dan instrumen yang diperlukan lengkap dan dalam keadaan
memenuhi kaidah kaidah pengendalian infeksi penyelenggara bertanggung
jawab sampai prosedur perawatan selesai dan pasca perawatan
4) Pengaturan tata laksana yang adekuat dan sesuai rencana pelatihan, serta
tersedianya fasilitas untuk emergency dan pasca perawat
NA = NKB
30
Ket : NA = Nilai akhir
NKB = Nilai Komponen X Bobot
30 = Jumlah bobot seluruh komponen.
1. Dasar
a. Lafal Sumpah Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia.
b. Panduan Pembimbingan dan Pembinaan Anggota Persatuan Dokter Gigi
Indonesia.
c. Buku Pedoman dan Petunjuk Pelaksana P3KGB.
VII. Batasan Pembiayaan dan Ketentuan Penerapan dalam Kegiatan KIS dan KIT
PROGRAM TINDAK
LANJUT - Himbauan kepada
- Advokasi ke Dikdas cabang-cabang untuk
untuk reinforcement memiliki kader-kader
program kesgimul di kesehatan yang dilatih
sekolah oleh dokter gigi-dokter
- Membuat sarana gigi cabang setempat
pembelajaran/ TOT (TOT) bekerjasama
- Pelatihan kepada drg- dengan Puskesmas
drg cabang oleh setempat
trainer BDN dengan
konsep BDN
menggunakan sarana
audio visual
- TOT kepada kader
kesehatan
TARGET
Masyarakat umum di
tempat-tempat umum
PROGRAM TINDAK
LANJUT
Melaksanakan waktu
sarasehan
TARGET
Konsep terpadu
PROGRAM TINDAK
LANJUT
- Pelaksanaan Advokasi
- Kalibrasi kepada PDGI
pengwilTOT kepada
cabang2
TARGET
- Data status
kesehatans semua
kelompok umur
TARGET
- List permasalahan dari
PDGI Cabang
- Meningkatkan DRG
yang mengikuti
Nusantara Sehat
- IPDG melakukan
sosialisasi tentang
Program Nusantara
Sehat
PROGRAM TINDAK
LANJUT
- Melaksanakan
Advokasi ke Kemkes
dan Dinkes
- Menghimbau dokter
gigi praktik untuk
membina UKGS
- Dukungan CSR
- Kerjasama dengan
Chaerul Tanjung
Fondation
- Kerjasama inter
profesi
- Advokasi kemenkes
agar menjadi target
prioritas masalah
kesehatan
PROGRAM TINDAK
LANJUT
Advokasi ke kemenkes
- Menanyakan konsep
jelas
- Advokasi utk
membentuk komite
tersebut tentukan
pokja lebih dahulu
- Percepatan
pembuatan komite
tersebut
PROGRAM TINDAK
LANJUT
Advokasi kemenkes
untuk menjadi leading
sektor
TARGET
Adanya konsep integrasi
pelaksanaan Indonesia
Bebas karies