Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM PENDIDIKAN NERS

FORMAT PORTFOLIO
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH STIKes FALETEHAN

MAHASISWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS

NAMA : Hasunah
GERBONG :C
HARI DAN TANGGAL : 08-12 Oktober 2016 (Sabtu-Rabu)
JAM : 08.00 – 14.00 WIB (menyesuaikan dengan jadwal dinas)

PORTFOLIO DAN EVALUASI


KEGIATAN NARASI REKOMENDASI CATATAN
PEMBIMBING/CI
1. Pelajaran Yang Saya Dapat Lama Menurut saya
Pelajaran yang saya dapat hari ini adalah saya pemasangan perlu dilakukan
berdinas diruang perawatan penyakit dalam. infus pengkajian lebih
Saat saya merawat pasien nama TN.S Usia 55 lanjut untuk
tahun dengan diagnosa medis CHF. Pada saat pasien TN. S usia
dikaji pada tanggal 07 oktober 2016 pasien 55 tahun dengan
mengatakan bahwa pasien datang ke Rumah diagnosa medis
Sakit Dr. Dradjat Prawiranegara Serang pada CHF untuk
tanggal 06 oktober 2016. Dan pasien menjadi dilakukan
pasien kelolaan selama 5 (lima) hari dimulai pergantian infus /
dari tanggal 08 oktober 2016 sampai dengan pemantauan infus
12 oktober 2016. bila perawatan di
Pada saat dirawat oleh saya hari ke 1 yaitu rumah sakit
pada tanggal 8 oktober 2016 (lama rawat dalam jangka
selama di rumah sakit 5 hari), pasien mengeluh waktu lama.
susah istirahat pada malam hari karena
kualitas tidur yang kurang baik akibat
gangguan sesak nafas.
Sesak nafas selalu dirasakan mulai datang pada
tengah malam, dimana pasien merasakan
kantuk tetapi tidak bisa tidur karena terganggu
dengan pernafasnnya.

2. konsep atau evidence based


Identifikasi dan penanganan gangguan
istirahat tidur pasien adalah tujuan penting
bagi perawat. Perawat harus memahami
sifat alamiah dari tidur, faktor yang
mempengaruhi tidur dan kebiasaan tidur
pasien untuk membantu pasien mendapatkan
kebutuhan tidur dan istirahat (Perry &Potter,
2005). Tanpa istirahat dan tidur yang cukup,
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat
keputusan dan berpartisipasi dalam aktivitas
harian atau keperawatan akan menurun dan
meningkatkan iritabilitas. Disamping itu jika
seseorang memperoleh tidur yang cukup,
mereka merasa tenaganya telah pulih.
Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan
tenaga yang pulih dengan kualitas tidur
yang baik akan memberikan waktu untuk
perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh.
Sejak penelitian Framingham tahun 1951
tentang faktor-faktor dan perkembangan
unit perawatan koroner kritis dalam dekade
yang sama, perawat unit kritis telah
memiliki peran utama dalam menurunkan
mortalitas akibat penyakit jantung. Untuk
menanggulangi penyakit kardiovaskuler,
perawat harus mempunyai keterampilan
mengkaji, melakukan intervensi dengan
cepat, dan evaluasi ulang terhadap hasil
intervensi (Hudak & Gallo, 2010). Perawat
mempunyai peran memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien secara holistik
pada kondisi seperti apapun. Pasien dalam
kondisi kritis pun seharusnya mendapatkan
asuhan keperawatan holistik, dengan tetap
memprioritaskan pada aspek
mempertahankan hidup. Proses
keperawatan memberikan suatu pendekatan
yang sistematis, dimana perawat kritis dapat
mengenali masalah pasien dengan cepat
(Talbot, et al, 1997).
Positioning adalah tindakan yang
dilakukan dengan sengaja untuk
memberikan posisi tubuh dalam
meningkatkan kesejahteraaan atau
kenyamanan fisik dan psikologis (Dochterman
& Bulechek, 2000). Aktivitas intervensi
keperawatan yang dilakukan untuk pasien
gagal jantung diantaranya menempatkan
tempat tidur yang terapeutik, mendorong
pasien meliputi perubahan posisi, memonitor
status oksigen sebelum dan sesudah
perubahan posisi, tempatkan dalam posisi
terapeutik, posisikan pasien dalam kondisi
body alignment, posisikan untuk mengurangi
dyspnea seperti posisi semi-fowler, tinggikan
20˚ atau lebih di atas jantung untuk
memperbaiki aliran balik.
Fenomena yang peneliti temukan selama
melakukan studi pendahuluan bahwa di
ruang intensif ternyata masih terdapat
perbedaan pendapat dalam hal memberikan
intervensi sudut posisi tidur pada pasien
gagal jantung, dimana ada yang
menyatakan bahwa pada pasien dengan
PND yang penting diberikan posisi tidur
dengan duduk miring senyamannya pasien
saja, ada yang menyatakan posisi tidur yang
biasa diberikan adalah posisi semi-fowler
(15˚-30˚), namun sebagian besar mengatakan
bahwa posisi tidur yang biasa dilakukan pada
pasien dengan sesak adalah semi-fowler
(20˚-30˚). Di dalam standar asuhan
keperawatan pasien gagal jantung yang
sudah ditetapkan oleh RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung bahwa pengaturan sudut
posisi tidur belum spesifik dijelaskan karena
intervensi keperawatan yang tercantum
hanya memberikan posisi semi-fowler saja
tanpa memperhatikan besaran sudut
kemiringan pada tempat tidurnya. Hal ini
sangat perlu untuk diperhatikan mengingat
PND sangat mempengaruhi kebutuhan
istirahat dan tidur pasien serta proses
penyembuhan.

Saran :
1. menyebarluaskan informasi tentang
pengaruh perubahan sudut posisi tidur
terhadap kualitas tidur pasien CHF
2. menjadikan rujukan dalam menentukan
sudut posisi tidur yang paling sesuai dengan
kebutuhan pasien gagal jantung untuk
meningkatkan kualitas tidur dalam upaya
mengoptimalkan penyembuhan.
3. menjadikan acuan bagi perawat dalam
memberikan intervensi pada pasien gagal
jantung yang mengalami gangguan tidur
sehingga dapat menurunkan komplikasi dan
mortalitas pasien gagal jantung.

Serang, 13 Oktober 2016


Mengetahui,
Ka.Ruang/ CI Mahasiswa ,

(……………………………………….) (………………………………………….)

Anda mungkin juga menyukai