Anda di halaman 1dari 12

Laporan Magang

“Implemenrasi Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta”


Disusun guna Memenuhi Tugas Pembelajaran Nilai Karakter
Dosen Pengampu : Dr. Musa Pelu S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :
1. Riska Ayu Nourmawati K4417058
2. Yahya As Syafi’i K4417048
3. Yosnam Rio Andika K4417050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019/2020

KATA PENGANTAR

Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur ke hadirat
Allah SWT, yang dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, telah memberikan kemudahan

1
dan kelancaran dari persiapan, proses observasi, hingga terselesaikannya penyusunan laporan
observasi ini.
Observasi ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta. Sebagaimana telah
ditugaskan oleh dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Nilai Karakter untuk membuat
sebuah potret mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di tempat bekerja masing-masing.
Penulis memutuskan untuk melakukan observasi terhadap pelaksanaan pendidikan karakter di
SMP Muhammadiyah 7 Surakarta. Dengan demikian, penulis telah mengambil posisi pula
sebagai seorang observer. Dalam menjabarkan hasil pengamatan, diakui bahwa narasi
maupun deskripsi observer tidak terlepas dari subjektivitas observer sendiri. Hal ini
dikarenakan, observer juga merupakan bagian dari subjek observasi. Keterlibatan observer
dikarenakan observer merupakan guru di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.
Sebenarnya banyak hal yang dapat diamati terkait dengan pelaksanaan pendidikan
karakter di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta. Meski diakui pula bahwa dalam penyusunan
hasil observasi justru tidak terlalu banyak yang mampupenulis deskripsikan secara terinci dan
sistematis. Penulis sekaligus observer berharap agar penyusunan laporan observasi ini dapat
memberikan sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan
karakter di lingkup persekolahan. Sebagaimana hal ini diupayakan secara nyata dan
berkelanjutan demi terciptanya generasi muda Indonesia yang tangguh dan berkarakter
kebangsaan yang luhur dan kuat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan observasi ini
masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengundang saran, kritik, serta masukan dari
pembaca sekalian.

Surakarta, 10 Desember 2019

Peyusun

2
DAFTAR ISI

LAPORAN MAGANG 2 ............................................ Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI................................................................................................................. 1
DAFTAR LAMPIRAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II METODE PENELITIAN ............................... Error! Bookmark not defined.
BAB III HASIL PENELITIAN .................................................................................... 8
BAB III PENUTUP .................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ...................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Kesan/Pesan ..................................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ................................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Upaya pembentukan karakter bangsa menjadi tuntutan realistis yang harus
diselenggarakan dalam sebuah sistem yang termanagemen secara mantap. Perlunya
managemen pembentukan karakter bangsa dimaksudkan agar upaya pembentukan karakter
bangsa dilakukan secara formal dan melembaga, tidak sebatas pada sosialisasi saja.
Pembentukan karakter selain harus disosialisasikan juga harus ditanamkan, diajarkan,
dibiasakan, dan diterapkan mulai usia dini. Oleh karenanya, pembentukan karakter harus
diselenggarakan dalam sebuah paket pendidikan karakter yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan formal, yakni persekolahan. Pendidikan karakter yang diselenggarakan di sekolah
terintegrasi dan berinteraksi dengan berbagai aktivitas di sekolah. Berikut ini adalah empat
ranah penerapan pendidikan karakter menurut Puskurbuk (Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang Diknas, Kementerian Pendidikan Nasional sebagai berikut:: (1) pengajaran dan
pembelajaran; (2) pengembangan budaya sekolah; (3) ko – kurikuler dan ekstra kurikuler;
serta (4) kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
Pendidikan karakter sebenarnya merupakan wujud tindakan penegasan karakter
bangsa Indonesia yang hakekatnya memang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia, sejak
bangsa ini ada. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah bertujuan agar nilai-nilai karakter
budaya bangsa dapat lebih terinternalisasi dalam diri insan Indonesia. Setiap lembaga
pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam membangun dan membentuk sumber daya
manusia Indonesia yang tidak hanya unggul dalam bidang akademis, tetapi memiliki dasar
karakter bangsa Indonesia yang luhur.
SMP Muhammadiyah 7 Surakarta sebagai lembaga pendidikan tingkat sekolah
menengah pertama telah melaksanakan pendidikan karakter yang termanagemen dengan baik.
Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta menjadi objek
observasi dalam penulisan laporan ini. Dalam mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan
karakter di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta, penulis menggunakan metode observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Tujuannya, untuk menjaring informasi yang dibutuhkan
mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apakah metode penelitian yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta?
2. Bagaimana Hasil Observasi Terkait Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta ?
3. Bagaimana Pandangan Observer Sebagai Seorang Pendidik Mengenai Pelaksanaan
Pendidikan Karakter di Sekolah?

4
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami metode yang dilakukan dalam penelitian di SMP Muhammadiyah 7
Surakarta.
2. Untuk memahami hasil observasi terkait pelaksanaan pendidikan karakter di SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta.
3. Untuk menjelaskan Pandangan Observer Sebagai Seorang Pendidik Mengenai
Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian
1) Waktu dan Tempat Penelitian
Kami mengadakan observasi dan wawancara pada hari Kamis dan Jum’at,
tanggal 21 – 22 November 2019. Dalam kepengurusan surat izin dan pengamatan kami
lakukan dari tanggal 15 November 2019.
Tempat Penelitian yang kami gunakan ialah SMP Muhammadiyah 7 Surakarta,
beralamat di Jl. Tentara Pelajar No.1, Jebres, Surakarta.
2) Metode Penelitian
Dalam laporan penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Pada pendekatan ini, prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif
dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
3) Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Pada metode pengumpulan data secara observasi, penulis telah melakukan penelitian
langsung ke lapangan.
2. Wawancara
Dalam pelaksanaan wawancara kami mengambil beberapa narasumber di antaranya
a. Ibu Utami, selaku Guru Mata Pelajaran PKN di SMP Muhamadiyah 7 Surakarta
b. Jody, siswa kelas 8A Global yang sekaligus menjabat sbagai ketua IPM (Osis) di
SMP Muhammadiyah 7 Surakarta
c. Bapak Tri Wijaya, selaku karyawan yang bertugas membersihkan masjid di SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta
d. Warga sekolah lainnya

B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.


Dalam penanaman pendidikan karakter di sekolah ini memiliki beberapa instrumen
yang bisa digunakan di antaranya tata tertib, visi dan juga misi sekolah.
Visi dan misi SMP Muhammadiyah 7 Surakarta di anataranya :
a) Visi Sekolah “Terwujudnya insan berwawasan global berkarakter serta berakhlaqul
karimah untuk terciptanya sekolah unggul dan bermartabat”.

6
b) Misi Sekolah
a. Mengamalkan ajaran Islam, sebagai pencerminan keunggulan perilakuserta
keunggulan budi pekerti
b. Menciptakan sumber daya insan yang berwawasan global, berdaya ga melalui
pengembangan iptek dan imtaq (iman dan taqwa)
c. Meningkatkan budaya kearifan lokal guna membentuk insan yang unggul,
berkarakter, bermartabat
Dari visi dan misi itulah yang nantinya akan dijadikan tolak ukur pendidikan
karakter yang diterapkan di sekolah.
Sekolah ini memiliki tiga kategori kelas, yaitu kelas Global, Khusus dan juga
Reguler. Ketiga kelas ini sebenarnya tidak dibedakan berdasarkan prestasi siswa, namun
berdasarkan fasilitas dan layanan yang diberikan oleh sekolah. Seperti di kelas Global dan
Khusus ada study tour ke Pare, Malaysia dan Singapura. Serta ada program beruba dialog
bahasa Inggris dengan menerima kunjungan dari manca negara dan ada juga English Day
bagi kedua kelas tersebut.
Dalam penanaman karakternya sendiri sekolah ini juga menerapkan nilai-nilai Islam,
mengingat sekolah ini juga merupakan sekolah swasta dari Lembaga Muhammadiyah,
tentunya dalam pelaksanaan kebijakan di sekolah juga menyesuaikan dari adanya kebijakan
Muhammadiyah pusat. Seperti ketika observasi kemarin kami melihat adanya simulasi ujian
akhir sekolah menggunakan gadget milik siswa sendiri. Ini merupakan contoh terobosan baru
dari adanya perkembangan teknologi 4.0 di Indonesia.
Sekolah ini juga memiliki banyak diadakan ektrakurikuler yang turut
mengembangkan pendidikan karakter di sekolah. Selain itu ada juga organisasi IPM seperti
Osis hanya saja dalam lingkup lembaga Muhammadiyah, yang mana dalam organisasi ini
siswa juga bisa melatig kemampuan leadership di sekolah.
Secara keseluruhan siswa yang ada di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta ini baik.
Ketika kami mewawancarai Guru PKN yaitu Ibu Utami beiau menjelaskan bahwa kenakalan
siwa yang ada di sini terbilang masih dianggap wajar, karena masa SMP sendiri merupakan
masa peralihan dari sekolah dasar ke sekolah menengah atas. Yaitu peralihan dari usia anak-
anak menjadi remaja.
Budaya sosial yang ada dalam sekitar sekolah juga ikut mendukung. Seperti ketika
kami mewawancarai Bapak Tri Wijaya, selaku karyawan yang ada di sekolah ini mengatakan
bahwa, pernah ada salah satu siswa yang suka membolos tapi berhasil diketahui oleh warga

7
sekitar sekolah. Dari adanya kepedulian warga sekitar itulah, kami bisa menyimpulkan bahwa
budaya sosial yang ada di sekitar sekolah ini baik.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, terdapat delapan belas karakter
yang harus dikembangkan pada peserta didik. Adapun delapan belas karakter tersebut, antara
lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta tanggung-jawab. Pola
keseharian di sekolah harus diciptakan sedemikian rupa agar delapan belas nilai karakter
luhur tersebut dapat tertanam dalam setiap individu warga sekolah. Segenap elemen yang ada
di lingkungan sekolah harus mendukung agar suasana demikian tercipta secara mantap dan
berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter sendiri sekarang ini diwujudkan melalui
pembelajaran di kelas yang ada pada di kurikulum 2013. Ibu Utami sendiri menjelaskan
bahwa, sebenarnya pendidikan karakter baiknya diberikan dalam mata pelajaran terpisah agar
siswa lebih memahami dari makna pendidikan karakter. Pendidikan karakter di SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta ini diintegrasikan dalam mata pelajaran di sekolah, terutama di
dala kurikulum 2013 sendiri juga diterapkan pendidikan karakter tersebut. Persiapan dan
Perencanaan pendidikan karakter di sekolah tersebut, guru menerapkan nilai-nilai karakter
melalui penyusunan Rancangan Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang sudah di buat
sedemikian baik.
Dalam langkah persiapan pendidikan karakter di sekolah tersebut selain mengacu
kepada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Ibu Utami sebagai guru model terkait
yang kami wawancara beliau mengutarakan bahwa dalam menanamkan nilai karakter di
sekolah tersebut, beliau juga melihat bagaimana situasi kultur wilayah di sekitar. Karena
kultur masyarakat wilayah tersebut juga sangat bisa mempengaruhi bagaimana karakter dari
para siswa, oleh karena itu beliau dalam pembuatan dan penyusunan RPP juga melihat
bagaimana kepribadian anak di lingkungan sekitar dengan maksud dan tujuan supaya
penanaman nilai karakter di sekolah tersebut dapat berjalan dengan maksimal.
Untuk menciptakan siswa selain dengan nilai religius dan nasionalisme, pihak
sekolah juga ingin menciptakan siswa yang memiliki nilai moral, nilai sosial, dan nilai
kepedulian terhadap teman, orang tua, maupun guru. Dalam hal ini penulis dan tim
mengamati bahwa guru disana berusaha mengajarkan kepada para siswa bagaimana di setiap
kita hidup harus tolong menolong, salah satu contoh kecil adalah budaya piket kelas, guru
membuat jadwal piket kelas dengan tujuan mengajarkan dari dini budaya gotong royong,

8
kebersihan, dan juga budaya tolong menolong antar sesama, lalu hal lain adalah guru
mengajarkan siswa untuk saling menghormati kepada yang lebih tua, , lalu menjaga tutur kata
bicara hal itu dilakukan melatih siswa untuk dari dini sudah terbiasa untuk berkepribadian
yang bermoral dan bersopan santun yang tinggi entah kepada lingkungan keluarga,
masyarakat atau pun lingkungan sekolah.
Walaupun dalam praktek dan realita nya bahwa tidak mungkin seratus persen
penanaman nilai karakter bisa tepat sasaran dengan baik , pasti akan ada salah satu siswa
yang butuh penangan khusus dari guru dalam pembentukan nilai karakter di sekolah tersebut.
Dalam setiap perencenaan, persiapan, dan pelakasaan pasti tidak akan berjalan mulus dan
disitu di butuhkan evaluasi yang dilakukan pihak guru dan seluruh elemen sekolah. Dalam
mengevaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah tersebut, salah bentuk yang
dilakukan pihak sekolah adalah mengevaluasi bagaimana kinerja pelayanan yang dilakukan
guru kepada para siswa apakah sudah maksimal dalam menanamkan nilai karakter apa
belum, lalu mengevaluasi melalui perangkat pembelajaran dalam hal ini RPP dan sebagainya,
apakah peran perangkat pembelajaran yang di susun guru sudah dapat terarah dengan baik
dan benar dalam hal pendidikan karakter peserta didik.
Lalu pihak sekolah bersama seluruh elemen yang terkait mengevaluasi penanaman
nilai karakter di sekolah tersebut , melihat apakah prasarana yang terdapat disana juga sudah
maksimal dalam hal sebagai media untuk penanaman nilai karakter jika terasa pra sarana
dalam hal ini belum menunjang maka pihak sekolah segera menyusun laporan yang akan di
serahkan kepada dinas pendidikan yang terkait.

C. Pandangan Observer Sebagai Seorang Pendidik Mengenai Pelaksanaan Pendidikan


Karakter di Sekolah
Akhir-akhir ini dunia pendidikan sedang gencar dengan upaya mengintegrasikan
pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Mulai dari himbauan sampai pada keharusan
bagi guru untuk menyusu RPP yang didalamnya memuat aktivitas pembelajaran yang mampu
memunculkan 18 nilai karakter dan budaya bangsa memang merupakan langkah positif untuk
menanamkan nilai-nilai luhur bagi generasi muda. Namun upaya tersebut tidak boleh
menjadikan pemerhati pendidikan untuk ‘stuck’ atau terjebak dalam paradigm
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran yang dilangsungkan.
Hakikatnya, pendidikan karakter tidak sebatas pada pengejawantahan pada saat
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan pedidikan karakter sebenarnya telah dan dapat
diintegrasikan dalam berbagai bentuk interaksi pendidikan, baik yang bersifat formal maupun

9
non formal. Oleh karenanya, upaya untuk menanamkan karakter bangsa yang luhur harus
lebih diperluas lagi secara nyata dalam pola keseharian semua warga sekolah. Di lingkungan
sekolah, setiap orang dewasa sangat dimungkinkan dianggap dan ditempatkan sebagai role
model oleh peserta didik. Menjadi seorang teladan tentu merupakan tanggung jawab moral
yang berat, karena tidak ada manusia yang serba sempurna. Demikian halnya seorang
pendidik. Menjadi seorang teladan bukan masalah pilihan atau bukan pilihan, tetapi
berprofesi sebagai seorang guru, akan secara otomatis menjadikan guru mau tidak mau
dijadikan sebagai teladan, terutama bagi murid-muridnya.
Hal ini menuntut guru untuk bersikap profesional. Penanaman pendidikan karakter
oleh guru, selain dapat diintegrasikan melalui penyelenggaraan pembelajaran di kelas, juga
dapat diinteraksikan dengan profesionalisme guru dalam mengemban amanah sebagai
seorang pendidik. Kedisiplinan, kejujuran, ketegasan, kemampuan akademis merupakan
aspek-aspek yang ternyata sangat diperhatikan oleh banyak pihak, terutama peserta didik.
Tidak berlebihan rasanya jika guru seringkali medapatkan tanggapan yang beragam dari
peserta didiknya. Baik yang menyatakan kritik maupun memperoleh kepercayaan dari peserta
didik sebagai seorang guru yang professional dan berkualitas.
Pendidikan karakter yang terintegrasi dan terinteraksi dalam setiap aspek dan
kegiatan yang berada di lingkungan sekolah akan lebih terjamin pelaksanaannya manakala
diselenggarakan oleh sekolah secara rapi atau termanagemen. Managemen pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah merupakan kerja bersama, sehingga harus melibatkan secara
aktif semua warga sekolah, agar tercipta atmosfer kehidupan kampus yang erat dengan nilai-
nilai karakter bangsa. Bila hal ini dapat dilaksanakan, tidak menutup kemungkinan nilai-nilai
karakter bangsa mampu terinternalisasi dalam diri setiap peserta didik.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap lembaga pendidikan diwajibkan untuk melaksanakan pendidikan
karakter bagi peserta didiknya. Merebaknya degradasi moralitas bangsa menjadikan
pendidikan sekali lagi dituding belum mampu menjalankan fungsinya untuk
menghasilkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cakap secara kemampuan
akademis dan keterampilan saja, namun juga memiliki sikap dan karakter yang cakap.
Menanamkan nilai-nilai karakter bangsa yang luhur bukanlah sebuah langkah instan
yang mudah dilakukan dan hasilnya langsung dapat dilihat.
Pelaksanaan observasi tersebut telah menambah wawasan observer mengenai
unit-unit pelaksana seperti kesiswaan dan Bimbingan Konseling di sekolah, yang
ternyata memiliki tugas yang berat sekaligus fungsi yang vital dalam upaya
penanaman karakter di lingkungan sekolah, terutama peserta didik sebagai targetnya.
Upaya tersebut tidak akan optimal jika segenap elemen lainnya tidak bekerja secara
solid dan sinergis dalam pelaksanaan penanaman karakter bagi peserta didik.
B. Saran
Harapannya, pendidikan karakter yang dimulai dari lingkungan keluarga,
maka akan ditambah dan diperkuat melalui sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal. Modal membangun dan memajukan bangsa tidaklah cukup dengan berbekal
pengetahuan saja. Menjadi insan yang berkepribadian mantap dan memiliki karakter
yang kuat merupakan asset utama dalam pembangunan dan kemajuan bangsa. Krisis
degradasi moral akan terus berlanjut, tetapi upaya-upaya untuk mencegah dan
mengatasinya pun tidak akan pernah berhenti. Salah satunya dalah dengan
pelaksanaan pendidikan karakter bangsa yang luhur.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai