Anda di halaman 1dari 9

Proposal Penelitian Historis

“Eksistensi Ekonomi Masyarakat Tionghoa di Surakarta Masa


Orde Baru”

Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi dan Historiografi

Drs. Tri Yuniyanto, M.Hum

Oleh:

Riska Ayu Nourmawati (K4417058/B)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019/2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa penjajahan selama berabad-abad tidak mewariskan kepada suatu struktur
perekonomian yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing dan para pedagang Cina.
Tidak lain dan tidak bukan karena selama penjajahan Belanda, bangsa Indonesia dididik
untuk menjadi buruh dan pegawai negeri saja, sedangkan yang diberi kesempatan dan
dipupuk sebagai pedagang dan pengusaha ialah golongan Cina.Perkembangan dan
pertumbuhan bisnis etnis Cina juga tidak lepas dari tarik-menarik kebijakan pada masa orde
baru, salah satunya adalah penerapan kebijakan nondiskriminatif. Salah satu bentuk kebijakan
ini adalah penggunaan-penggunaan istilah antara lain, pribumi-nonpribumi, pengusaha kuat-
pengusaha lemah, pengusaha besar-pengusaha kecil, yang pada dasarnya memang
membedakan antara etnis Cina dan pribumi. Dengan kata lain, pengusaha etnis Cina memang
sengaja ditempatkan dalam posisi yang rawan. Di satu sisi, mereka dijadikan “sapi perah”
dalam arti dibiarkan tumbuh besar dan kemudian dalam setiap kesempatan mereka
dipergunakan sebagai salah satu sumber finansial yang sangat potensial.
Etnis Cina memang sudah menjadi sasaran dalam setiap kerusuhan dan secara
ekonomi juga menjadi kambing hitam dari kegagalan pemerintah mengatasi kesenjangan
sosial, kemiskinan dan pemberian kesempatan usaha yang sama, tidak hanya terbatas pada
kroni penguasa semata. Artinya, untuk kepentingan usaha dan keamanan usaha, pengusaha
etnis Cina memang harus selalu adaptif terhadap sistem pemerintah ataupun sistem usaha
yang ada. Sepanjang pemerintahan orde baru, adaptabilitas ini memang banyak terwujud
lewat praktek KKN.
Di samping itu, untuk menghindari kesulitan birokrasi dan untuk pengamanan,
banyak pengusaha etnis Cina berkolaborasi dengan elit Indonesia, terutama dengan pihak
militer. Kolaborasi tidak resmi yang sangat umum pada waktu itu adalah pengusaha etnis
Cina memberikan dukungan modal dan mengelola usaha, sedangkan elit Indonesia
memberikan lisensi atau konsesi monopoli. Keduanya sangat diuntungkan oleh kerjasama
semacam ini, yang dikenal sebagai “Cukongisme”.Sikap tidak puas masyarakat pribumi
terhadap situasi yang ada menjadikan komunitas Cina sasaran kecurigaan dan tuduhan.
Misalkan peristiwa Tragedi Nasional 13-15 Mei 1998 di Jakarta, Solo dan Medan. Peristiwa
itu bukanlah tragedi pertama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, telah terjadi
kerusuhan di Solo (1912) dan kemudian di Kudus (1916). Dalam peristiwa Malari (1974),
etnis Cina banyak yang menjadi korban. Kemudian di Solo terjadi kerusuhan anti Cina yang

2
menjalar ke Semarang dan kota-kota lain di Jawa Tengah bahkan merembet ke beberapa kota
di Jawa Timur. Dapat dikatakan Surakarta merupakan kota di Indonesia yang paling banyak
terjadi kerusuhan massa yang melibatkan etnis Cina sebagai sasaran.
Untuk itu penulis menulis tentang eksistensi ekonomi etnis Cina di Surakarta yang
merupakan salah satu faktor berpengaruh terhadap refleksi sikap masyarakat pribumi
setempat terhadap keberadaan mereka, dan sekaligus untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh kebijakan-kebijakan pemerintah orde baru mengenai masalah Cina di bidang
ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengusaha Cina di Surakarta beradaptasi terhadap kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah orde baru?
2. Bagaimanakah dominasi ekonomi etnis Cina di Surakartapada masa orde baru?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara-cara pengusaha Cina di Surakarta beradaptasi terhadap
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah orde baru.
2. Untuk mengetahui dominasi ekonomi etnis Cina di Surakarta pada masa orde baru
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Melatih kemampuan menulis, Memperluas cakrawala berpikir secara komprehensif,
dan menambah pemahaman berbagai ilmu yang terkait di dalamnya tentang eksistensi
masyarakat Tionghoa di Surakarta masa Orde Baru.
2. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
tentang eksistensi masyarakat Tionghoa di Surakarta masa Orde Baru.

3
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran
yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007:16) eksistensi
adalah :
“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini
sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari,
melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur
atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada
kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.
Sedangkan pengertian Ekonomi adalah, aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Ekonomi secara umum atau
secara khusus adalah aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga . Ekonomi juga
dikatakan sebagai ilmu yang menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi
serta memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat
dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat adalah mengatur
urusan harta kekayaan baik yang menyangkut kepemilikkan, pengembangan maupun
distribusi.
Eksistensi Ekonomi Masyarakat Tionghoa di Surakarta Masa Orde Baru dalam
tulisan ini bermaksud membahas keberadaan Masyarakat Cina khusunya para pengusaha di
Surakarta pada Masa Orde Baru dimana pada masa ini Pemerintah berlaku diskriminasi
dalam bidang sosial. Di bidang ekonomi memberikan keleluasaan, namun itu semua hanya
dilakukan demi kepentingan kekuasaan atau politik.
B. Hasil Penelitian Relevan
1. Hasil Penelitian karya Guntur Arie Wibowo, Ekonomi Etnis Cina di Surakarta
Selama Orde Baru. 2017. Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Samudra. Di
simpulkan dalam penelitian ini, untuk kepentingan usaha dan keamanan usaha,
pengusaha Cina memang harus selalu adaptif terhadap sistem pemerintahan ataupun
sistem usaha yang ada. Sepanjang pemerintahan orde baru, adaptabilitas ini memang
banyak terwujud lewat praktek KKN. Baik itu di tingkat pusat, maupun di tingkat
regional seperti di Surakarta.
2. Hasil Penelitian karya Daud Ade Nurcahyo, Kebijakan Orde Baru Terhadap Etnis
Tionghoa. 2016. Prodi Pendidikan Sejarah, Univeristas Sanata Dharma. Hasil

4
penelitiannya dijelaskan bahwa, meski di bidang ekonomi pemerintah Orde Baru
memberikan keleluasaan namun itu semua hanya sebagai kepentingan kekuasaan
(politik).
3. Hasil Peneilitian Laylatul Fittrya, Tionghoa Dalam Diskriminasi Orde Baru Tahun
1967-2000. 2013. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya. Hasil
penelitiannya dijelaskan bahwa, Khong Hu Chu yang merupakan agama mayoritas
Cina di Indonesia, tidak diakui pemerintah sebagai salah satu agama resmi yang ada
di Indonesia. Selain itu karena beragama Khong Hu Chu sebagian dari mereka
mengalami kesulitan dalam pengurusan administrasi, salah satunya KTP,KK dan
pernikahan yang tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah karena melakukan
pernikahan secara agama Khong Hu Chu.
C. Kerangka Berpikir

Wawancara dengan
Masalah
Etnis Tionghoa dan
Diskriminasi Etnis
Mencari Sumber
Tionghoa Orde Baru
Literasi Terkait

Didapatkan Bahan Ajar Didapat hasil Penelitian


Pendidikan Terkait Eksistensi Ekonomi
Multikultural dalam Etnis Cina di Surakarta Masa
Pendidikan Sejarah Orde Baru

5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Surakarta, Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan penelitiannya
diperlukan waktu sekitar kurang lebih 4 Bulan.
Waktu (2019)
Tahap Penelitian
September Oktober November Desember
Persiapan
Studi Pustaka
Wawancara
Analisis Data
Penyusunan
Laporan
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah karena ditinjau dari segi tujuan
bahwa penelitian ini berusaha untuk merekonstruksikan kondisi ekonomi etnis Cina di
Surakarta masa Orde Baru. Setelah mengkaji dan memilih untuk dijadikan sebagai pijakan
yang tepat yaitu dengan menggunakan metode historis, maka prosedur penelitian yang
penulis lakukan adalah dengan menggunakan langkah-langkah yakni Heuristik, Kritik,
Interpretasi dan Historiografi.
C. Sumber Data
1. Wawancara dengan beberapa etnis Tionghoa di Surakarta yang bisa dijadikan saksi
Sejarah masa Orde Baru, yaitu pengusaha atau pedagang Cina.
2. Sumber Literasi
a. Hasil Penelitian karya Guntur Arie Wibowo, Ekonomi Etnis Cina di Surakarta
Selama Orde Baru. 2017. Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Samudra.
b. Hasil Penelitian karya Daud Ade Nurcahyo, Kebijakan Orde Baru Terhadap Etnis
Tionghoa. 2016. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Hasil Peneilitian Laylatul Fittrya, Tionghoa Dalam Diskriminasi Orde Baru
Tahun 1967-2000. 2013. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Kepustakaan

6
Teknik studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menelusuri
literature yang ada serta menelaahnya secara tekun (Mohammad Nasir, 2003: 93).
Dengan studi literatur sipeneliti dapat belajar lebih sistematis tentang cara-cara
mengungkapkan buah pikiran dan peneliti lebih kritis dalam analisis data
penelitiannya. Penggunaan teknik studi kepustakaan dilakukan dengan membaca
literatur, mencatat dan mengolah bahan penelitian. Dengan literature peneliti dapat
data-data yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Teknik Dokumentasi
Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dilakukan tidak hanya terbatas pada
literature-literatur ilmiah, tetapi rujukan lain yang memenuhi syarat sebagai sumber
data dan sesuai dengan masalah penelitian juga diambil, antara lain majalah, internet,
koran.
3. Teknik Wawancara
Pengumpulan data melalui Wawancara dengan beberapa etnis Tionghoa di Surakarta,
bisa kita jumpai di dekat Pasar Gede atau Pasar Legi.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknis analisis data kualitatif,
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawan
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snow ball, teknik pengumpulan data dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,2009: 14). Tahapan-
tahapan yang dilakukan dalam proses analisis data adalah sebagai berikut:
1) Reduksi Data, Merupakan sebuah proses pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan di lapangan. Kegiatan
yang dilakukan dalam proses reduksi data adalah membuat analisis yang tajam,
menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu serta mengorganisasi
data sampai akhirnya bisa menarik sebuah kesimpulan.
2) Penyajian Data, Merupakan data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun,
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam tahap penyajian data, peneliti mencoba menyajikan data tersebut agar mudah
dipahami tentang apa yang terjadi dan yang harus dilakukan sehingga tindakan yang
diambil sesuai dengan pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.

7
3) Verifikasi data, Merupakan tahapan akhir dalam proses penelitian, yaitu menarik
kesimpulan secara utuh setelah semua makna-makna yang muncul dari data-data yang
berkaitan dengan tema penelitian yang didapat telah diuji kebenarannya, kekokohannya
serta kecocokannya sehingga dengan demikian akan diperoleh kesimpulan yang
kegunaan dan kebenarannya. (Miles dan Huberman, 1992: 28).
F. Prosedur Penelitian
Penelitian mengenai “Eksistensi Ekonomi Masyarakat Tionghoa di Surakarta Masa
Orde Baru”,merupakan suatu penelitian historis karena penelitian ini diarahkan untuk
meneliti, mengungkapkan dan menjelaskan peristiwa masa lampau sehingga jelas diarahkan
kepada metode sejarah yang bersifat kualitatif. Tujuan dari penelitian historis ini yaitu
menemukan dan mendeskripsikan secara analisis serta menafsirkan tentang Peristiwa
Penulisan peristiwa masa lampau dalam bentuk peristiwa atau kisah sejarah yang dapat di
pertanggung jawabkan secara ilmiah, harus melalui prosedur kerja sejarah. Pengisahan masa
lampau tidak dapat dikerjakan tanpa ada sumber yang menyangkut masa lampau tersebut,
sumber yang dimaksud adalah berupa data yang melalui proses analisis menjadi sebuah fakta
atau keterangan yang otentik yang berhubungan dengan tema permasalahan, dalam ilmu
sejarah dikenal sumber-sumber itu baik tertulis maupun tidak tertulis yang meliputi legenda,
folklore, prasasti, monument, alat-alat sejarah, dokumen, surat kabar dan surat-surat.
Proses awal yang dilakukan oleh peneliti untuk menulis sejarah dengan menentukan
tema sesuai dengan minat dan keyakinan penulis. Hal ini diharapkan dapat memacu semangat
penulis untuk meneliti secara sungguh-sungguh. Dalam menjawab permasalahan penelitian
ini penulis menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah yaitu :
a. Heuristik
Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah Heuristik (pengumpulan sumber).
Sumber sejarah dapat berupa evidensio (bukti) yang ditinggalkan manusia
yang menunjukan segala aktivitasnya di masa lampau baik berupa peninggalan-
peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan
daerah Surakarta, dari internet, dan untuk arsip dapat di peroleh di kantor-kantor atau
instansi-instansi tertentu. Serta penulis melakukan wawancara secara langsung dengan
informan (sumber lisan).
b. Kritik sumber/Verifikasi
Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu pengujian kebenaran atau ketepatan
dari sumber sejarah. Kritik sumber ada dua macam yaitu kritik ekstern dan kritik intern
untuk menguji kredibilitas sumber. Kritik ekstern dalam penelitian ilmu sejarah

8
umumnya menyangkut keaslian atau keautentik bahan yang digunakan dalam
pembuatan sumber sejarah. Bentuk penelitian yang dilakukan peneliti misalnya tentang
waktu pembuatan dokumen (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi)
pembuatan dokumen itu sendiri.
Kritik Intern merupakan penilaian keakuran atau keautentik terhadap materi sumber
sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, peneliti harus
selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara
menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling
dekan dengan apa yang telah terjadi, sejauh mana dapat diketahui berdasarkan suatu
penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.
c. Interpretasi/ Analisis
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai,
kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan
antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap
obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional,
jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah
yang benar atau mendekati kebenaran.
d. Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta
berikut maknanya secara kronologis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai
kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan
bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua
hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus
memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.

Anda mungkin juga menyukai