Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.

1, Januari – Juni 2017

EKONOMI ETNIS CINA DI SURAKARTA


SELAMA ORDE BARU

Guntur Arie Wibowo


Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Samudra
guntur.fkip@unsam.ac.id

Abstraksi

Perkembangan dan pertumbuhan bisnis etnis Cina lepas dari tarik-menarik kebijakan pada
masa orde baru, salah satunya adalah penerapan kebijakan nondiskriminatif dengan cara
mengeluarkan UU PMDN. Pemerintah orde baru memiliki keinginan untuk memobilisasi
dan memanfaatkan modal etnis Cina WNA dengan memasukkannya dalam kategori
”modal asing dalam negeri” dan menyatakannya sebagai kekayaan nasional Melalui UU
PMDN yang dikeluarkan oleh pemerintah orde baru pada tahun 1968, pengusaha etnis
Cina (baik WNA maupun WNI) diberikan insentif oleh pemerintah. Dengan adanya UU
PMDN ini, pemerintah orde baru memang memberikan kesempatan dan memiliki harapan
atas partisipasi etnis Cina dalam menunjang program pembangunan ekonomi. Pengusaha
etnis Cina memang sengaja ditempatkan dalam posisi yang rawan yakni mereka dijadikan
“sapi perah” dalam arti dibiarkan tumbuh besar dan kemudian dalam setiap kesempatan
mereka dipergunakan sebagai salah satu sumber finansial yang sangat potensial untuk
menghindari kesulitan birokrasi dan untuk pengamanan, Banyak pengusaha etnis Cina
berkolaborasi dengan elit Indonesia, terutama dengan pihak militer. Dari hal tersebut
maka pada periode awal orde baru hingga pertengahan tahun 70-an merupakan masa serba
menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan sektor modern Cina di Indonesia, termasuk
di Surakarta

Kata Kunci : Etnis Cina, Ekonomi, Kebijakan, Orde Baru, Surakarta.

A. PENDAHULUAN
Masa penjajahan selama berabad-abad penggunaan istilah antara lain, pribumi-
tidak mewariskan kepada suatu struktur nonpribumi, pengusaha kuat-pengusaha
perekonomian yang didominasi oleh lemah, pengusaha besar-pengusaha kecil,
perusahaan-perusahaan asing dan para yang pada dasarnya memang
pedagang Cina. Tidak lain dan tidak membedakan antara etnis Cina dan
bukan karena selama penjajahan pribumi. Dengan kata lain, pengusaha
Belanda, bangsa Indonesia dididik untuk etnis Cina memang sengaja ditempatkan
menjadi buruh dan pegawai negeri saja, dalam posisi yang rawan. Di satu sisi,
sedangkan yang diberi kesempatan dan mereka dijadikan “sapi perah” dalam arti
dipupuk sebagai pedagang dan dibiarkan tumbuh besar dan kemudian
pengusaha ialah golongan Cina. dalam setiap kesempatan mereka
Perkembangan dan pertumbuhan dipergunakan sebagai salah satu sumber
bisnis etnis Cina juga tidak lepas dari finansial yang sangat potensial.
tarik-menarik kebijakan pada masa orde Etnis Cina memang sudah
baru, salah satunya adalah penerapan menjadi sasaran dalam setiap kerusuhan
kebijakan nondiskriminatif. Salah satu dan secara ekonomi juga menjadi
bentuk kebijakan ini adalah penggunaan- kambing hitam dari kegagalan

57
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

pemerintah mengatasi kesenjangan pribumi setempat terhadap keberadaan


sosial, kemiskinan dan pemberian mereka, dan sekaligus untuk mengetahui
kesempatan usaha yang sama, tidak sejauh mana pengaruh kebijakan-
hanya terbatas pada kroni penguasa kebijakan pemerintah orde baru
semata. Artinya, untuk kepentingan mengenai masalah Cina di bidang
usaha dan keamanan usaha, pengusaha ekonomi dalam menciptakan iklim yang
etnis Cina memang harus selalu adaptif kondusif bagi keberhasilan mereka di
terhadap sistem pemerintah ataupun bidang ekonomi.
sistem usaha yang ada. Sepanjang
pemerintahan orde baru, adaptabilitas ini Dari latar belakang di atas, maka
memang banyak terwujud lewat praktek rumusan masalah yang akan dikaji
KKN. adalah :
Di samping itu, untuk 1. Kebijakan-kebijakan ekonomi
menghindari kesulitan birokrasi dan pemerintah orde baru apakah
untuk pengamanan, banyak pengusaha yang membantu keberhasilan
etnis Cina berkolaborasi dengan elit ekonomi pengusaha etnis Cina?
Indonesia, terutama dengan pihak 2. Bagaimana pengusaha etnis Cina
militer. Kolaborasi tidak resmi yang di Surakarta beradaptasi terhadap
sangat umum pada waktu itu adalah kebijakan-kebijakan yang
pengusaha etnis Cina memberikan dikeluarkan pemerintah orde
dukungan modal dan mengelola usaha, baru?
sedangkan elit Indonesia memberikan 3. Bagaimanakah dominasi
lisensi atau konsesi monopoli. Keduanya ekonomi etnis Cina di Surakarta
sangat diuntungkan oleh kerjasama pada masa orde baru?
semacam ini, yang dikenal sebagai
“Cukongisme”. Tujuan yang ingin dicapai dari
Sikap tidak puas masyarakat penulisan ini adalah :
pribumi terhadap situasi yang ada 1. Untuk mengetahui kebijakan-
menjadikan komunitas Cina sasaran kebijakan ekonomi pemerintah
kecurigaan dan tuduhan. Misalkan orde baru yang membantu
peristiwa Tragedi Nasional 13-15 Mei keberhasilan ekonomi mereka.
1998 di Jakarta, Solo dan Medan. 2. Untuk mengetahui cara-cara
Peristiwa itu bukanlah tragedi pertama, pengusaha Cina di Surakarta
bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, beradaptasi terhadap kebijakan-
telah terjadi kerusuhan di Solo (1912) kebijakan yang dikeluarkan
dan kemudian di Kudus (1916). Dalam pemerintah orde baru.
peristiwa Malari (1974), etnis Cina 3. Untuk mengetahui dominasi
banyak yang menjadi korban. Kemudian ekonomi etnis Cina di Surakarta
di Solo terjadi kerusuhan anti Cina yang pada masa orde baru.
menjalar ke Semarang dan kota-kota lain
di Jawa Tengah bahkan merembet ke B. METODE
beberapa kota di Jawa Timur. Dapat Dalam penelitian ilmiah peranan
dikatakan Surakarta merupakan kota di metode penelitian sangat penting, karena
Indonesia yang paling banyak terjadi keberhasilan yang akan dicapai
kerusuhan massa yang melibatkan etnis tergantung dari metode yang tepat. Kata
Cina sebagai sasaran. metode berasal dari bahasa Yunani yaitu
Untuk itu penulis menulis tentang “Metodos” yang berarti cara atau jalan.
ekonomi etnis Cina di Surakarta yang Karena berhubungan dengan hal ilmiah,
merupakan salah satu faktor berpengaruh maka yang dimaksud metode yaitu cara
terhadap refleksi sikap masyarakat kerja yang sistematis yang mengacu pada

58
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

aturan buku yang sesuai dengan Dalam penelitian ini digunakan


permasalahan ilmiah yang bersangkutan metode sejarah karena ditinjau dari segi
dan hasilnya dapat dipertanggung tujuan bahwa penelitian ini berusaha
jawabkan secara ilmiah untuk merekonstruksikan kondisi
(Koentjaraningrat, 1974: 12). Dalam ekonomi etnis Cina di Surakarta masa
usaha mendapatkan data yang diperlukan Orde Baru. Setelah mengkaji dan
pada suatu penelitian, maka harus memilih untuk dijadikan sebagai pijakan
menggunakan metode yang sesuai yang tepat yaitu dengan menggunakan
dengan tujuan dan sifat penelitian itu metode historis, maka prosedur
sendiri. Berdasarkan masalah yang penelitian yang penulis lakukan adalah
hendak dikaji dalam penelitian ini, maka dengan menggunakan langkah-langkah
metode penelitian yang digunakan yakni Heuristik, Kritik, Interpretasi dan
adalah metode historis atau metode Historiografi.
sejarah. Menurut Dudung Abdurrahman
(1999: 43) metode sejarah adalah C. PEMBAHASAN
perangkat aturan dan prinsip sistematis
untuk mengumpulkan sumber-sumber 1. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
sejarah secara efektif, menilainya secara ORDE BARU
kritis dan sintesis dari hasil-hasil yang Rezim orde baru pada tanggal 12
dicapai dalam bentuk tertulis. April 1966, mengumumkan masalah-
Sartono Kartodirdjo (1992: 37), masalah yang dihadapi Indonesia dan
berpendapat bahwa metode penelitian cara penyelesaiannya :
sejarah adalah prosedur dari cara kerja 1. Indonesia menghadapi masalah-
para sejarawan untuk menghasilkan masalah inflasi, defisit neraca
kisah masa lampau berdasarkan jejak- pembayaran dan hutang luar
jejak yang ditinggalkan oleh masa negeri yang gawat. Jika harus
lampau tersebut. Penelitian sejarah harus membayar hutang pada tahun itu
membuat rekonstruksi suatu kegiatan seperti dijadwalkan, maka tidak
yang disaksikan sendiri, karena secara ada lagi devisa yang tersisa
mutlak tidak mungkin mengalami lagi untuk membiayai impor
fakta yang diselidikinya. Sedangkan kebutuhan pokok. Karena itu
Hadari Nawawi (1993: 67), menyatakan pemerintah akan mendekati para
bahwa metode sejarah adalah prosedur kreditornya untuk membicarakan
pemecahan masalah dengan penundaan dan penjadwalan
menggunakan data peninggalan masa kembali hutang-hutangnya.
lampau untuk memahami masa sekarang 2. Rehabilitasi infrastruktur
dalam hubungannya dengan masa ekonomi akan ditekankan
lampau. Mohammad Nazir (1985: 33), terutama melalui impor suku
mengatakan bahwa: cadang.
”Metode penelitian sejarah 3. Rasionalitas ekonomi menjadi
merupakan suatu usaha untuk dasar kebijaksanaan pemerintah
memberikan interaksi dari bagian dalam dan luar negeri.
trend yang naik turun dari suatu Pernyataan itu juga menekankan
status generalisasi yang berguna bahwa pemerintah akan
untuk memahami kenyataan menerima bantuan luar negeri
sejarah, membandingkan dengan tanpa syarat-syarat politik.
keadaan sekarang dan dapat 4. Guna melibatkan daerah-daerah
meramalkan keadaan yang akan secara lebih aktif dalam proses
datang”. pengambilan keputusan
ekonomi, pemerintah

59
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

mengijinkan daerah stabilisasi dan tahap awal


memanfaatkan sumber-sumber pembangunan.
mereka untuk kepentingan 5. Penekanan pada ekspor produksi
sendiri sepanjang tetap primer dipandang penting sebagai
mematuhi kebijaksanaan jalan pintas untuk
pemerintahan pusat. mengakumulasi modal selama
5. Subsidi pada perusahaan negara tahap awal pembangunan.
akan dihentikan. 6. Peranan daerah dalam ekonomi
6. Penarikan pajak akan digalakkan tidak otonom.
melalui pembaharuan sistem Sedangkan pendekatan ekonomi
pajak. yang berorientasi ke dalam dapat
7. Tindakan jangka pendek untuk diringkaskan sebagai berikut :
untuk stabilisasi dan rehabilitasi 1. Pendekatan stabilisasi bertahap
ekonomi akan segera diambil. dengan menggalakkan
Untuk itu perusahaan- pembukaan lapangan kerja.
perusahaan swasta akan diberi 2. Pro bisnis nasional, pribumi.
kesempatan mengembangkan 3. Peranan dominan negara dalam
dan mengatur diri sendiri, sistem ekonomi campuran.
kendati pemerintah tetap akan 4. Pemanfaatan faktor-faktor
memberikan bimbingan secara produksi dari luar negeri secara
umum. hati-hati dalam sektor-sektor
Pemerintah orde baru membentuk dimana bangsa Indonesia belum
sebuah badan khusus yang dikepalai mampu, dengan tujuan membina
sendiri oleh Jenderal Soeharto, yaitu milik sendiri.
Dewan Stabilisasi Ekonomi, untuk 5. Para eksportir produk primer
merumuskan dan menerapkan peraturan harus diarahkan untuk
pemerintah mengenai stabilitas ekonomi mengekspor barang jadi setengah
dan mengamati perkembangan pasar jadi.
sehari-hari. 6. Daerah-daerah harus diberi
Kesepakatan tentang tujuan otonomi.
stabilisasi pembangunan ekonomi pecah Secara umum pada masa itu memilih
ketika sampai pada tahap penerapan. kebijakan yang berorintasi keluar
Pada saat itu terdapat dua strategi yang karena keperluan akan dukungan
bertentangan untuk mencapai tujuan itu, modal asing. Kemenangan strategi
yaitu strategi yang berorientasi ke luar pertama atas strategi kedua sangat
melawan strategi yang berorientasi ke penting akibatnya dalam membentuk
luar melawan strategi yang berorientasi masa depan ekonomi Indonesia.
ke dalam. Pendekatan ekonomi yang Dari pendekatan yang dipilih
berorientasi ke luar dapat diringkaskan orde baru, yang memandang masalah-
sebagai berikut : masalah ekonomi dari segi kuantitatif
1. Pendekatan stabilitas drastis dan kebutuhan akan modal dan
untuk mengurangi inflasi secepat teknologi, tersirat anggapan bahwa
mungkin. pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan
2. Pro bisnis efisien. oleh suntikan modal dan teknologi akan
3. Perusahaan swasta sebagai unit me”luber” secara spontan ke seluruh
ekonomi dominan dalam sistem lapisan masyarakat. Salah satu implikasi
pasar bebas. terpenting dari ”tetesan ke bawah” atau
4. Sangat menggantungkan diri ”luberan” ini adalah penyebaran
pada modal asing selama pertumbuhan sosial dan ekonomi secara
spontan melalui penanaman modal dan

60
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

itu berarti bahwa pemerintah harus penting adalah modal investasi milik
menumbuhkan dan melindungi borjuasi Cina WNA akan diberikan legalisasi
nasional. apabila diinvestasikan di sektor produksi
Dengan adanya persepsi seperti di luar sektor perdagangan. Seperti apa
ini, dapat dimengerti bahwa pemerintah yang dicantumkan dalam pasal 9 UU
orde baru merasa perlu untuk berpaling PMDN yang menyatakan bahwa modal
kepada sumber-sumber asing untuk investasi yang dipergunakan untuk
memperoleh sarana yang diperlukan rehabilitasi, renovasi, ekspansi dan
guna menanggulangi masalah investasi baru di bidang pertanian,
kemandegan ekonomi, inflasi, dan perkebunan, kehutanan, perikanan,
kekacauan infrastruktur. Strateginya peternakan, pertambangan, industri,
adalah dengan merundingkan kembali transportasi, perumahan umum, turisme,
hutang luar negeri dengan para kreditor infrastruktur dan sektor produktif lainnya
melalui IGGI (Intern Goverment Group sejalan dengan program pemerintah tidak
on Indonesia, sebuah organisasi yang akan dipertanyakan asal-usulnya oleh
dibentuk oleh negara-negara kreditor instansi pajak dan tidak akan dikenai
untuk menjadwalkan kembali hutang pajak selama dua tahun.
Indonesia dengan pemerintahan orde Pemerintah juga menganjurkan
baru). Strategi lainnya adalah dengan Cina WNA untuk melakukan kerjasama
menanggulangi inflasi melalui suatu usaha dengan perusahaan swasta
program impor komoditi secara besar- nasional ataupun pemerintah. Hal ini
besaran, yang dibiayai dengan pinjaman- diklarifikasikan dalam pasal 3 UU
pinjaman hasil renegoisasi itu. PMDN 1968 yang berisi penjelasan
Pendekatan ketiga adalah dengan perbedaan antara ”perusahaan nasional”
suntikan modal melalui Undang-Undang dan ”perusahaan asing”. Dalam pasal 3
Penanaman Modal Baru, yang dikatakan bahwa ”perusahaan domestik
dimaksudkan untuk mendorong investasi nasional” adalah perusahaan yang paling
dengan fokus utama investasi modal sedikit 51% dari modal domestiknya
asing. dimiliki negara dan atau swasta nasional,
Pemerintah orde baru memiliki dan persentase kepemilikan modal itu
keinginan untuk memobilisasi dan harus ditingkatkan menjadi 75% pada
memanfaatkan modal etnis Cina WNA bulan Januari 1974. Semua perusahaan
dengan memasukkannya dalam kategori yang tidak memenuhi persyaratan
”modal asing dalam negeri” dan tersebut dikategorikan sebagai
menyatakannya sebagai kekayaan perusahaan asing domestik. Untuk jenis
nasional. Seperti apa yang termaktub di perusahaan asing domestik ini, diberikan
dalam instruksi Soeharto. batasan waktu beroperasi. Perusahaan
Instruksi ini kemudian di yang bergerak di sektor perdagangan
klarifikasikan di dalam UU Penanaman diberi waktu sampai tahun 1977, di
Modal Dalam Negeri (UU PMDN) tahun sektor industri dibatasi sampai tahun
1968 yang menyatakan bahwa ”modal 1997 dan untuk sektor lain dibatasi
asing dalam negeri” memiliki status yang antara sepuluh sampai tiga puluh tahun.
sama dengan modal nasional (milik Untuk mengundang investor
WNI) dan modal negara, dan disebut asing membuka usaha di Indonesia,
”modal dalam negeri”. Oleh karena itu, pemerintah telah siap menawarkan
etnis Cina WNA dapat menanamkan beberapa insentif kepada mereka, seperti
modalnya dan mendapat perlakuan yang keistimewaan pajak, demi memberi
sama dengan modal WNI dan negara. mereka keuntungan yang lebih baik
Modal itu akan diberi keringanan dan dibandingkan dengan yang ditawarkan
pembebasan pajak. Dan yang sangat oleh negara-negara lain.

61
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

Dari sudut pandang penanam pribumi selama akhir 1960-an dan awal
modal asing, UU PMA dan UU PMDN 1970-an. Sebagian besar yang berhenti
itu mungkin mengandung banyak berusaha adalah pengusaha pribumi. Dan
pembatasan. Kegiatan komersial harus untuk sebagian besar, hal itu tampaknya
dialihkan kepada perusahaan-perusahaan merupakan akhir karir mereka dalam
yang mayoritas pemiliknya berada di bisnis. Ketika pemerintah mendorong
tangan orang Indonesia menjelang tahun jenis investasi patungan (joint-venture)
1977 dan untuk kegiatan manufaktur antara modal asing dan dalam negeri,
menjelang akhir tahun 1977 ada tekanan kebanyakan mereka tidak dapat ikut serta
untuk membentuk usaha patungan, karena : pertama, mereka tidak punya
pembatasan-pembatasan di sektor jaminan/kolateral yang diperlukan.
tertentu dan kendala-kendala khusus Kedua, investor asing lebih suka
untuk proyek-proyek di sektor bekerjasama dengan Cina dalam
perbankan, pertambangan mineral dan menjalankan usaha di Indonesia. Bahkan
kehutanan. Akan tetapi dari sudut kalaupun mereka hanya ingin menjadi
pandang Indonesia UU PMA dan UU agen atau perwakilan suatu perusahaan
PMDN itu terlalu bermurah hati terhadap internasional, mereka menghadapi
orang-orang asing. masalah yang sama. Sebagai pengusaha,
Program PMDN yang antara lain Cina selalu dipandang lebih dapat
mensyaratkan dana kolateral sebesar dipercaya daripada orang Indonesia
25% dari keseluruhan investasi yang sendiri.
diterima dalam program tersebut Terungkap bahwa 58,75% dari
menyebabkan kebanyakan pengusaha 2061 perusahaan yang beroperasi
pribumi tidak dapat memenuhi berdasarkan UU PMDN merupakan
persyaratan tersebut. Dan tanpa milik negara, 26,95% milik pengusaha
dukungan program PMDN yang etnis Cina, 11,20% milik pribumi dan
menguntungkan, para pengusaha pribumi sisanya yang 3,10% dimiliki oleh orang-
yang menjalankan industri usaha skala orang dari golongan lain (India, Arab).
menengah, seperti tekstil, harus Dominasi ekonomi Cina juga dirasakan
menghadapi persaingan dari produk di tingkat regional seperti di Surakarta
impor. Membanjirnya tekstil impor yang ini.
bermutu lebih baik merupakan akibat
yang disengaja oleh kebijaksanaan B. CARA-CARA ADAPTASI CINA
pemerintah untuk menstabilkan harga Melalui UU PMDN yang
dalam negara. Gejala yang sama juga dikeluarkan oleh pemerintah orde baru
dapat ditemukan di dalam industri skala pada tahun 1968, pengusaha etnis Cina
kecil lainnya seperti minuman ringan, (baik WNA maupun WNI) diberikan
kulit, karet, perabot rumah tangga dan insentif oleh pemerintah. adanya UU
sebagainya. Dengan demikian, para PMDN ini, pemerintah orde baru
industrialis pribumi terutama yang memang memberikan kesempatan dan
berukuran menengah dan kecil, terpukul memiliki harapan atas partisipasi etnis
oleh kebijaksanaan pemerintah secara Cina dalam menunjang program
keras oleh dua arah. Sementara sumber pembangunan ekonomi. Bagi etnis Cina
kredit mereka dipersempit, mereka juga sendiri, insentif dalam UU PMDN itu
harus menghadapi akibat buruk memberikan landasan bagi kegiatan
liberalisasi perdagangan dan mereka di sektor usaha. Walaupun dalam
berlanjutnya kenaikan biaya produksi. prakteknya mereka harus berhadapan
Kesemuanya itu menjadikan dengan birokrasi dan masalah bagaimana
penutupan usaha sebagai suatu gejala mengamankan usaha mereka.
biasa di kalangan masyarakat pengusaha

62
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

Kesulitan birokrasi yang Alasan dari kerjasama antara


dimaksud juga dirasakan oleh pengusaha etnis Cina dengan pemegang
pengusaha-pengusaha etnis Cina di kekuasaan ataupun militer itu amat
tingkat regional seperti di Surakarta. kompleks. Lingkungan usaha di
Misalnya mereka diharuskan membayar Indonesia ditambah dengan UU dan
“pajak” di luar pajak-pajak resmi. praktek-praktek yang diskriminatif
Akibatnya untuk menghindari kesulitan terhadap orang Cina, mengakibatkan
birokrasi dan untuk pengamanan, banyak mereka memandang bahwa kerjasama
pengusaha etnis Cina mendekati para dengan pribumi yang berkuasa
birokrat. Bahkan ada pula yang merupakan cara terbaik untuk
berkolaborasi dengan mereka dalam mendapatkan perusahaan yang bisa
menjalankan usaha. Kolaborasi tidak memperoleh keuntungan. Sebaliknya,
resmi yang sangat umum adalah para pejabat Indonesia yang memiliki
pengusaha etnis Cina memberikan fasilitas dan sering juga uang, tetapi
dukungan modal dan mengelola usaha tidak mempunyai pengalaman berusaha,
atau menjual ide-ide dagang, proyek- bersedia menggunakan orang Cina untuk
proyek investasi, dsb, dengan menjalankan perusahaannya untuk
memberikan atau menjanjikan mereka. Keduanya sangat diuntungkan
keuntungan yang luar biasa untuk oleh kerjasama semacam ini yang
kepentingan pejabat yang bersangkutan dikenal sebagai cukongisme (sistem
dan untuk kepentingan-kepentingan yang cukong). Praktek semacam ini pernah
lebih umum seperti kepentingan terjadi pada masa orde lama sebagai
yayasan-yayasan. Harus ditekankan akibat dari diberlakukannya Program
disini bahwa ide-ide dagang, proyek- Banteng dan dikenal dengan nama
proyek investasi dan sebagainya itu “sistem Ali-Baba”. Kendatipun
haruslah terdiri dari jenis-jenis yang demikian, cukong-cukong itu pun masih
hanya dapat dilaksanakan dengan mengalami tekanan budaya, sosial, dan
mendapatkan fasilitas-fasilitas di luar politik yang sama dengan etnis Cina
ketentuan-ketentuan resmi, bahkan bila yang lain.
perlu dengan berbagai peraturan- Selain kerjasma atau kolaborasi
peraturan yang akan dikeluarkan secara seperti diterangkan di depan, banyak
khusus yang bisa menjamin pengusaha etnis Cina yang menggunakan
terlaksananya proyek-proyek pada pendekatan dengan cara memberikan
tingkat keuntungan yang luar biasa itu, uang suap yang jumlahnya disesuaikan
tanpa menghiraukan pengaruh-pengaruh dengan tingginya posisi pejabat yang
dan akibat-akibatnya pada ketentuan- bersangkutan untuk melicinkan usaha
ketentuan resmi yang telah ada yang mereka.
mungkin sudah dilaksanakan pula.
Selain unsur penguasa/birokrat, C. DOMINASI EKONOMI ETNIS
ada satu unsur lagi yang digandeng oleh CINA
pengusaha etnis Cina, yakni unsur Periode awal orde baru hingga
militer/tentara. Hal ini dilakukan semata- pertengahan tahun 70-an merupakan
mata hanya untuk melindungi diri dan masa serba menguntungkan bagi
usahanya. Model pendekatan ini perusahaan-perusahaan sektor modern di
biasanya dilakukan oleh pengusaha etnis Indonesia, termasuk di Surakarta. Hal ini
Cina yang membuka usaha di pinggir disebabkan oleh :
jalan, seperti pertokoan, untuk 1. Pada akhir tahun 60-an di satu
menghindari pungutan liar atau sisi masih terdapat kelangkaan
pemerasan. hasil-hasil industri (misalnya :
produk tekstil di Surakarta

63
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

kurang dari 0,02% untuk periode Kemudian terdapat 4 PMDN


1966-1968) dan di sisi lain yang memperbesar perusahaannya terdiri
menghadapi permintaan yang dari 3 perusahaan tekstil yakni PT.
besar sehingga para produsen Sangidoe memiliki 200 alat tenun mesin
dalam negeri dapat menjual hasil- dengan kapasitas 2.700.000 m/tahun
hasil produksinya dengan mudah menyediakan lapangan pekerjaan bagi
(meningkat menjadi 9,5% dari 540 buruh, Koperasi Batik Batari
kapasitas terpasang pada tahun memiliki 300 alat tenun mesn dengan
1971). kapasitas 2.548.260 m/tahun
2. Dalam tahun 1966 dan 1967 menyediakan pekerjaan bagi 544 buruh
banyak kapasitas di sektor dan PT. Kasigit Tex memiliki 1000 alat
industri yang menganggur, tenun mesin dengan kapasitas 4.275.000
sehingga produksi dapat m/tahun menyediakan pekerjaan bagi
ditingkatkan dalam jumlah yang 320 buruh. Kemudian 2 perusahaan
cukup besar dan dalam kurun rokok, yaitu PT. Dewan Daru
waktu yang singkat tanpa memproduksi rokok putih dengan
menghadapi hambatan dari segi kapasitas 1.058.000.000 batang/tahun
kapasitas. yang menyediakan lapangan pekerjaan
3. Timbulnya kegiatan-kegiatan bagi 130 buruh dan PT. Djitoe
investasi secara pesat berkat memproduksi rokok kretek
adanya UU PMA dan UU 1.580.000.000 batang/tahun yang
PMDN, karena UU tersebut menyediakan lapangan pekerjaan bagi
menjamin adanya hak 250 buruh.
memperoleh berbagai fasilitas di Menurut catatan tahun
bidang impor dan keringanan- 1996/1997, di Surakarta dan sekitarnya
keringanan pajak. terdapat 276 perusahaan industri pabrik
Awal Pelita I di Surakarta skala menengah dan besar, yang
ditandai dengan mulai masuknya berusaha dalam beberapa komoditi.
investor, baik PMA maupun PMDN. Pabrik tekstil menduduki peringkat
Pada tahun 1971 tercatat 9 perusahaan terbanyak yaitu 65 perusahaan,
yang telah melakukan investasi di kemudian pabrik batik tradisional dan
Surakarta, baik yang melakukan printing sebanyak 42 perusahaan, pabrik
investasi baru atau mempebesar skala makanan (tahu, bihun, gula, kecap, sirup,
usahanya. Terdapat 4 PMA yang terdiri MSG, sakarin, pengolahan makanan,
dari satu perusahaan tinta cetak, ialah mete, minyak goreng dan roti) sebanyak
PT. Menara Dai Kichi dengan kapasitas 28 perusahaan; pabrik plastik sebanyak
240 ton/tahun menyediakan lapangan 19 perusahaan; pabrik rokok tembakau
pekerjaan bagi 340 buruh, satu dan kertas rokok sebesar 14 perusahaan;
perusahaan Mono Sodium Glutamat pabrik farmasi sebesar 12 perusahaan,
(MSG) ialah PT. Indo Vitsin dengan usaha perbengkelan/permesinan sebesar
kapasitas 100 ton/tahun menyediakan 12 perusahaan; pabrik kimia, alkohol dan
lapangan pekerjaan 127 buruh, dan dua cat sebesar 9 perusahaan; pabrik jamu
perusahaan di bidang tekstil yakni PT. tradisional sebesar 5 perusahaan; agen
Batik Keris dengan kapasitas 1.425.000 kayu/glondongan 3 perusahaan; 2 pabrik
m/tahun menyediakan lapangan bergerak di bidang logam dan kaca;
pekerjaan bagi 130 buruh dan PT. sebuah pabrik penyamakan kulit dan 4
Garuda Tex dengan kapasitas 1.485.000 perusahaan pengembang (real estate)
m/tahun menyediakan lapangan besar.
pekerjaan bagi 200 buruh. Dari 65 pabrik tekstil tersebut,
sebanyak 26 perusahaan berada di

64
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

wilayah Surakarta sebanyak 24 Sutami, Kol. Sutarto, Slamet Riyadi, Dr.


perusahaan berada di wilayah Rajiman, Veteran, Sutan Syahrir, Ir.
Karanganyar; 7 perusahaan di kabupaten Juanda, RE. Martadinata, Urip
Sukoharjo; dan masing-masing 3 Sumoharjo, Jenderal Sudirman, Kapten
perusahaan di wilayah kabupaten Sragen, Mulyadi, Yosodipuro, Diponegoro,
dan Boyolali. Honggowongso, S. Parman, Gatot
Jika dilihat dari kepemilikan Subroto, Yos Sudarso, A. Yani, Gajah
pabrik tekstil dan produk tekstil tersebut Mada, dan Brigjen Sudiarto. Dari jalan-
sebanyak 38 perusahaan dimiliki oleh jalan tersebut dapat dikelompokkan
etnis Cina, 13 perusahaan dimiliki oleh menjadi :
etnis Jawa, 8 perusahaan oleh etnis Arab 1. Honggowongso, Gatot Subroto, Yos
dan masing-masing sebuah perusahaan Sudarso
dimiliki oleh orang Hongkong (PMA) 2. Radjiman, Veteran, Brigjen Sudiarto,
serta patungan seorang etnis Arab dan Kapten Mulyadi
Cina. Untuk menentukan kepemilikan 3. Yosodipuro, Gajah Mada,
saham perusahaan-perusahaan tersebut Diponegoro, S. Parman, RE.
sebenarnya tidaklah mudah, karena Martadinata
kebanyakan perusahaan-perusahaan 4. Kol. Sutarto, Ir. Juanda, Urip
tersebut merupakan usaha kongsi. Sumoharjo, Ir. Sutami, A.Yani
Misalnya kongsi sesama anggota Untuk kelompok I dan II berada di
keluarga, kongsi sesama etnis maupun sebelah selatan jalan protokol Slamet
antar etnis, sementara pemilik Riyadi, sedangkan kelompok III dan IV
perusahaan tersebut ada pula yang berada di sebelah utaranya. Tetapi
tinggal di Jakarta. Adapun dari 42 wilayah paling strategis ádalah jalan-
perusahaan batik tradisional dan printing, jalan yang berada dalam areal Pasar
sebanyak 20 perusahaan adalah etnis Besar, Pasar Klewer serta Pasar Legi.
Jawa, 17 perusahaan milik etnis Cina dan Dari 18 jalan yang memiliki
5 perusahaan pemiliknya adalah etnis posisi strategis dan secara finansial
Arab. bernilai sangat tinggi tersebut, terdapat
Perebutan lahan usaha di 1.795 tempat usaha, dengan distribusa
perkotaan terutama di jalan-jalan berdasarkan etnis pemilik sebesar 1.046
strategis, kurang lebih sama halnya tempat usaha milik etnis Cina, 613
dengan di suatu daerah yang sedang tempat usaha milik etnis Jawa, 38 tempat
berkembang industrinya. Kondisi usaha milik etnis Arab, 10 tempat usaha
jaringan perdagangan di Surakarta, tidak milik etnis Madura, 5 tempat usaha milik
jauh berbeda bila dibanding degan kota- etnis Padang, 3 tempat usaha milik etnis
kota lain yang terdapat di Indonesia. Sunda dan masing-masing 1 tempat
Cukup banyak jalan strategis yang usaha milik etnis India dan Pakistan.
melintas di kota Surakarta dan Untuk jalan Slamet Riyadi
merupakan lokasi strategis untuk usaha terdapat 320 tempat usaha. Sebanyak 69
atau kegiatan bisnis. Dengan mengambil toko, 8 agen, 6 grosir dan 67 pengecer, 2
daerah-daerah tertentu, maka deskrpsi buah plasa, 29 kantor bank (cabang,
peta kekuatan jaringan bisnis antar etnis cabang pembantu, kas pembantu) dan 2
di kota Surakarta dapat diambil beberapa ATM, 9 rumah makan besar dan 26
kondisi. Jalur protokol jalan Slamet rumah makan sederhana, 2 tempat
Riyadi menjadi barometer tingkat hiburan, 6 hotel berbintang, 9 hotel kelas
akselerasi bisnis modern dengan jalur melati, sebuah pabrik, 15 showroom
bisnis alternatif jalan-jalan yang menjadi sepeda motor dan mobil, 19 tempat
penyaluran dari jalur protokol. Jalur-jalur usaha meubel, dan 86 tempat usaha lain-
yang dideskripsikan adalah jalan Ir. lain. Adapun distribusi berdasarkan etnis

65
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

pemilik, sebanyak 158 tempat usaha KESIMPULAN


milik etnis Cina, 129 tempat usaha milik Dalam pandangan sebagian besar
etnis Jawa, 4 tempat usaha milik etnis pemimpin Indonesia, etnis Cina
Arab, masing-masing 3 tempat usaha merupakan satu kelompok ekonomis
milik etnis Madura dan Padang, 24 yang kuat. Mereka sangat berpengaruh
tempat usaha milik etnis Sunda dan 21 pada masa kolonial dan masih tetap
tempat usaha milik lain-lain (misal : demikian setelah kemerdekaan
BUMN). Indonesia. Bahkan meski pemerintah
Di jalan Dr. Radjiman terdapat kolonial maupun pemerintah Indonesia
245 tempat usaha : sebanyak 1 toko, 2 sendiri (setelah kemerdekaan) senantiasa
buah plasa, 8 agen, 1 grosir, dan 188 mengadakan pembatasan-pembatasan
pengecer, 1 kantor bank kas pembantu, 5 bagi ruang gerak mereka di segala
rumah makan, 2 rumah makan besar, 2 bidang.
rumah makan sederhana, 1 tempat Tindakan diskriminatif yang
hiburan bilyard, 3 hotel kelas melati, pertama-tama dilakukan oleh pemerintah
sebuah pabrik, dan 23 tempat usaha lain- Indonesia terhadap mereka dikenal
lain. Adapun distribusi berdasarkan etnis dengan sebutan Sistem Benteng, yang
pemilik, sebanyak 184 tempat usaha diperkenalkan pada awal tahun 1950
milik etnis Cina, 52 tempat usaha milik setelah berdirinya Republik Indonesia
etnis Jawa, 2 tempat usaha milik etnis Serikat (RIS). Sistem ini
Arab dan 7 tempat usaha milik lain-lain. mengkonsentrasikan sumber-sumber
Di jalan Yos Sudarso terdapat finansial lewat subsidi kredit dan
211 tempat usaha : sebanyak 10 agen, 17 pemberian lisensi dagang bagi
grosir dan 153 pengecer, 1 kantor bank, pertumbuhan perusahaan pribumi. Ini
4 kantor bank cabang pembantu, 8 rumah mencapai puncaknya lewat pelarangan
makan, 8 showroom sepeda motor dan bagi pedagang etnis Cina untuk
17 tempat usaha lain-lain. Adapun berdagang di daerah pedesaan dan
distribusi berdasarkan etnis pemilik, program nasionalisasi perusahaan-
sebanyak 193 tempat usaha milik etnis perusahaan asing pada tahun 1959.
Cina, 14 tempat usaha milik etnis Jawa, Kondisi semacam ini ditambah situasi
2 tempat usaha milik etnis Arab, dan 2 politik masa itu yang juga mulai tidak
tempat usaha milik lain-lain. stabil menyebabkan banyak perusahaan
Di jalan A.Yani terdapat 148 milik etnis Cina mengalami kesulitan
tempat usaha : 49 toko, 8 agen dan 23 mendapatkan modal dan kesempatan
pengecer, 7 rumah makan, 2 tempat usaha.
usaha hiburan diskotik, 1 tempat usaha Akan tetapi, lebih dari 20 tahun
hiburan bilyard, 1 hotel berbintang, 3 kemudian keadaan berubah total.
hotel melati, 4 pabrik, 19 bengkel dan 49 Kebijakan ekonomi orde baru yang
tempat usaha lain-lain. Adapun distribusi mengintegrasikan ekonomi domestik
berdasarkan etnis pemilik, sebanyak 40 pada ekonomi global dengan plat form.
tempat usaha milik etnis Cina, 97 tempat Pertumbuhan industri yang cukup tinggi
usaha milik etnis Jawa, 2 tempat usaha dengan memberikan kebebasan pada
milik etnis Arab, dan 9 tempat usaha investor dalam dan luar negeri untuk
milik lain-lain. menanamkan modalnya, telah
Dari contoh kondisi usaha yang mengembalikan kejayaan mereka. Pada
diuraikan di atas, bisa dilihat betapa akhir tahun 1980-an, bisnis etnis Cina
besar dominasi ekonomi etnis Cina di dapat dikatakan menjadi salah satu
Surakarta yang notabene hanyalah sumber menunjang pertumbuhan
sebuah kota kecil di Indonesia. ekonomi di masa orde baru. Lewat
investasi di sektor non migas, ekspor

66
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

barang-barang, manufaktur, dan tak lepas dari kedekatannya dengan


pelampungan tenaga kerja, bisnis etnis birokrat dan militer.
Cina banyak membantu program Mereka menganggap birokrat
pembangunan pemerintah Orde Baru. adalah pintu utama kesuksesan usaha
Industrialisasi secara besar- mereka. Lingkungan usaha di Indonesia
besaran praktis baru mulai lewat jendela ditambah dengan UU dan praktek-
UU PMA (1967) dan UU PMDN (1968) praktek yang diskriminasi terhadap
yang merupakan realisasi dari kebijakan orang Cina, mengakibatkan mereka
awal Orde Baru. Sayangnya hanya memandang bahwa kerjasama dengan
pengusaha etnis Cina, baik WNI maupun orang pribumi yang berkuasa merupakan
asing, yang mampu optimal cara terbaik untuk mendapatkan
memanfaatkan kesempatan yang dibuka perusahaan yang bisa memperoleh
oleh pemerintahan baru tersebut. keuntungan. Sebaliknya, para pejabat
Sementara pengusaha pribumi yang Indonesia yang memiliki fasilitas dan
mengalami kesulitan memperoleh modal sering juga uang, tetapi tidak mempunyai
yang diperlukan agar investasi mereka pengalaman berusaha, bersedia
diterima oleh program PMDN, tertinggal menggunakan orang Cina untuk
oleh gerak cepat bisnis pengusaha Cina menjalankan perusahaannya untuk
yang memang memiliki jaringan mereka. Di samping cara kolaborasi
keluarga plus bisnis yang kuat dan seperti yang dimaksud, ada pula yang
meluas. menggunakan cara pemberian uang suap
Etnis Cina dikenal mempunyai yang disesuaikan dengan tingginya
etos kerja tinggi dibanding kelompok posisi pejabat yang bersangkutan untuk
etnis lainnya di Indonesia, di samping melicinkan usaha mereka.
juga hemat serta piawai dalam menyusun Pendeknya, untuk kepentingan
jaringan pasar. Mereka tipe pekerja yang usaha dan keamanan usaha, pengusaha
ulet dan gigih dalam berbagai sektor, Cina memang harus selalu adaptif
lebih-lebih pada sektor ekonomi. Maka terhadap sistem pemerintahan ataupun
tak heran mereka bisa tampil dan survive sistem usaha yang ada. Sepanjang
di negara manapun mereka berada. pemerintahan orde baru, adaptabilitas ini
Selain etos kerja, banyak pihak memang banyak terwujud lewat praktek
beranggapan bahwa kunci sukses bisnis KKN. Baik itu di tingkat pusat, maupun
pengusaha keturunan Cina di Indonesia di tingkat regional seperti di Surakarta
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anne Booth dan Peter McCawley. Sejarah. Jakarta: Logos


Ekonomi Orde Baru. Jakarta : Wacana Ilmu.
LP3ES. 1990.
Hadari Nawawi. 1993. Metodologi
Bambang Siswoyo. Huru Hara Solo- Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Semarang. BP. Bhakti Pertiwi. UGM.
1981.
I. Wibowo. Retrospeksi dan
Dudung Abdurrahman. 1999. Rekontekstualisasi Masalah
Metodologi Penelitian Cina. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama. 1999.
67
Jurnal Seuneubok Lada, Vol.4,No.1, Januari – Juni 2017

Mohtar Mas’oed. Ekonomi dan


Junus Jahja. Nonpri di Mata Pribumi. Struktur Politik Orde Baru
Jakarta : Yayasan Tunas Bangsa. 1991. 1966-1971. Jakarta : LP3ES.
1989.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan,
Mentalitas dan Pembangunan. Moh. Nazir. 1985. Metode Penelitian.
Jakarta: Gramedia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Leo Suryadinata. Dilema Minoritas Sartono Kartodirjo . 1992. Pendekatan


Tionghoa. Jakarta : Grafiti Press. 1984. Ilmu Sosial dalam
Metodologi Sejarah. Jakarta:
M. Hari Mulyadi. Runtuhnya Gramedia.
Kekuasaan ”Kraton Alit” :
Studi Radikalisasi Sosial Yahya A. Muhaimin. Bisnis dan
”Wong Sala” dan Kerusuhan Politik : Kebijaksanaan
Mei 1998 di Surakarta. Ekonomi Indonesia 1950-1980.
Surakarta : LPTP.1999. Jakarta : LP3ES. 1991.

68

Anda mungkin juga menyukai