Anda di halaman 1dari 21

SMK NEGERI 2 BISNIS MANAJEMEN JAYAPURA

JL. Kotaraja Dalam, Kotak Pos 1460, Jayapura


Tlp. (0967) 5186800, Fax. (0967) 5186800, email : smkn2djj@yahoo.co.id

MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA

A. Informasi Umum

Nama penyusun : Rianna


Asal Instansi : SMK Negeri 2 Bisnis dan Manajemen Jayapura
Tahun Penyusunan : 2023
Jenjang sekolah : SMK
Kelas : XI (Sebelas)
Kata Kunci : Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
Alokasi waktu : 2 JP x 7 pertemuan (360 menit)

B. Tujuan Pembelajaran
Capaian Pembelajaran Alur Tujuan Pembelajaran
- Fase F, peserta didik di Kelas XI mampu P.3 Menganalisis Serta Mengealuasi Pemerintahan
mengembangkan konsepˇkonsep dasar sejarah untuk Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia,
ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan P.3.1 Menjelaskan pengertian integrasi dan disintegrasi serta
penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan
peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948, DI/TII (Darul Islam/
sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Tentara Islam Indonesia).
Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia,
Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang P.3.2 Menganalisis dan menjelaskan pemberontakan APRA
di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, (Angkatan Perang Ratu Adil), pemberontakan Andi Azis,
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)
Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin, P.3.3 Menganalisis disintegrasi pada Masa Demokrasi
- Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan Liberal (pemberontakan PRRI/ Permesta), pada Masa
sumber primer dan sekunder untuk melakukan Demokrasi Terpimpin (pemberontakan G30S/PKI)
penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara
diakronis atau sinkronis kemudian P.3.4 Menjelaskan tokoh-tokoh pejuang mempertahankan
mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, integrasi bangsa, serta menganalisis perkembangan politik
dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu pada masa awal kemerdekaan
menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis
dan mengevaluasi peristiwa sejarah P.3.5 Menganalisis perkembangan politik dan ekonomi pada
masa demokrasi liberal dan pada masa demokrasi terpimpin

P.3.6 Menganalisis dan membandingkan kebijakan ekonomi


dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin

P.3.7 Menganalisis perbandingan kebijakan politik pada


Masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin.

C. Profil Pelajar Pancasila


Dengan mempelajari sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik diharapkan dapat:
1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
Selalu bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga menjadi bangsa yang terlepas dari
penjajahan dengan memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdiri sejajar dengan bangsa lain di
dunia.
2. Berkebhinekaan Global
Mengambil pelajaran dari peristiwa proklamasi kemerdekaan RI bahwa setiap bangsa di dunia berhak menjadi bangsa
yang merdeka sehingga tidak mentoleransi penjajahan bangsa satu terhadap bangsa lainnya.
3. Mandiri
Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri
Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para tokoh-tokoh di sekitar peristiwa proklamasi yang bertekad ingin
memerdekakan bangsa dari belenggu penjajahan
4. Integritas
Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan tugas-tugas belajarnya.
Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang menyerah, rela berkorban untuk mencapai
kemerdekaan.
5. Kritis
Dapat memetik pelajaran nilai-nilai (value) dari para tokoh-tokoh orang tua dan pemuda di sekitar peristiwa
proklamasi yang berjuang demi bangsanya tanpa pamrih.
6. Kreatif
Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi
dapat dipertanggungjawabkan.
7. Gotong royong
Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan
pendapatnya diterima oleh orang lain. Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan proklamasi kemerdekaan RI
tercipta karena adanya kolaborasi atau kerjasama

D. Sarana Prasarana
1. Jaringan internet yang memadai
2. Komputer/laptop
3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi
4. Peta Indonesia yang memperlihatkan daerah-daerah yang melakukan pemberontakan
E. Target peserta didik
Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk siswa reguler
G. Ketersediaan materi:
1. Materi pengayaan
2. Materi remedial
H. Model Pembelajaran:
Luring
I. Materi ajar, alat dan bahan
1. Materi: Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin

a. Pengertian Integrasi dan Integrasi nasional


Dalam Kamus Bahasa Indonesia integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang
utuh atau bulat. Integrasi bisa juga diartikan penyatuan bangsa atau suku yang berbeda di masyarakat
menjadi satu kesatuan yang utuh untuk menjadi suatu bangsa. Integrasi akan semakin kukuh apabila
tercapai dua hal yaitu pertama, sebagian masyarakat bersepakat mengenai batas-batas teritorial negara
sebagai suatu wilayah politik. Kedua, sebagaian besar masyarakat bersepakat mengenai struktur
pemerintahan serta aturan-aturan proses politik, ekonomi, sosial, yang berlaku di masyarakat.
Sedangkan apabila diteropong dengan kewilayahan muncul istilah integrasi nasional atau integrasi
bangsa. Kata bangsa (nation) merupakan sekelompok manusia yang sifatnya heterogen (majemuk)
tetapi mereka sebenarnya memiliki kehendak yang sama dengan menempati daerah tertentu secara
permanen. Untuk itulah integrasi bangsa dapat diartikan usaha atau proses untuk mempersatukan
perbedaan-perbedaan dalam suatu negara berdasarkan bahasa, sejarah, adat istiadat dengan tujuan
yang sama yang hendak dicapai suatu bangsa.
b. Pengertian Disintegrasi Nasional
Disintegrasi dapat mengancam suatu masyarakat yang sudah mengalami proses integrasi
seperti Indonesia karena Indonesia terdiri dari banyak perbedaan suku, agama, budaya, adat istiadat,
ras, dan lain sebagainya. Faktor yang mengancam integrasi bangsa adalah sikap yang tidak sesuai
dengan masyarakat yang majemuk dan heterogen. Misalnya sikap etnosentrisme, sikap
primordialisme, dan sikap fanatisme yang berlebihan. Bagaimana caranya jika bangsa mengalami
disintegrasi nasioanl? Langkah utama yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat adalah
reintegrasi. Reintegrasi bangsa adalah proses pembentukan integrasi kembali agar sesuai daengan
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan kesepakatan bersama pada suatu bangsa. Reintegrasi bangsa adalah
salah satu cara untuk menyelesaikan atau memecahkan konflik pada bangsa yang mengalami konflik
diantara anggota masyarakatnya.
c. Disintegrasi Pada masa Revolusi Fisik
1.1 Pemberontakan PKI Madiun 1948
Pemberontakan PKI Madiun terjadi di Kabupaten Madiun Jawa Timur. Pemberontakan
ini dipimpin oleh Musso. Dia merupakan tokoh Partai Komunis Indonesia yang pernah belajar di
Uni Soviet untuk mendalami idiologi Komunis. Musso ingin mendirikan Republik Soviet
Indonesia. Selain Musso pemberontakan ini juga melibatkan tokoh nasional mantan perdana
menteri, Amir Syarifuddin.
Pada 10 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia. Dia sebenarnya tokoh PKI yang
pada tahun 1926 melakukan pemberontakan kepada pemerintah Kolonial Belanda. Tetapi karena
pemberontakan itu gagal dia melarikan diri ke Uni Soviet. Kedatangan Musso disambut baik oleh
Amir Syarifuddin sehingga mereka membentuk organisasi Politbiro pada tanggal 1 September
1948. Dalam organisasi itu ketuanya Mussso sedangkan Amir Syarifuddin menempati jabatan
sekretariat pertahanan dan tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam organisasi itu misalnya DN.
Aidit, Lukman dan Nyoto.
Situasi politik dalam negeri memanas karena terjadi pemogokan buruh dimana-mana
karena memang diorganisir oleh PKI. Anggota serikat buruh, pemuda dan rakyat dihasut dan
digerakkan untuk menentang pemerintah yang sah. Pada 19 September 1848 FDR bersama PKI
di bawah pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin mengumumkan berdirinya Negara Republik
Soviet Indonesia. Dengan mengerahkan ribuan anggota satuan TNI yang memihak komunis yang
merupakan korban dari program rasionalisasi kabinet Hatta. Mereka kemudian menduduki
Madiun dan membasmi tokoh-tokoh setempat yang tidak tunduk dan sepaham dengan PKI.
Dalam waktu satu hari saja TNI berhasil dapat memukul mundur PKI/ FDR. Di bawah komando
Kolonel Gatot Subroto yang memimpin divisi Siliwangi, pada 30 September 1948 PKI berhasil
ditumpas. Kota Madiun dan sekitarnya dapat dibebaskan dari para pemberontak. Musso akhirnya
tertembak mati dalam pelariannya pada 31 Oktober 1948 di Samandang, Ponorogo Jawa Timur.
Amir Syarifuddin ditangkap dan ditempak mati di Purwodadi pada tanggal 29 Nopember 1948.
2.1 DI/ TTI (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)
Pemberontakan DI/TTII merupakan pemberontakan yang bukan ingin merebut
kekuasaan dan mengganti ideologi seperti halnya PKI tetapi pemberontakan yang berupaya ingin
memisahkan diri dari NKRI. Mereka ingin mendirikan sendiri negara di bawah bendera Negara
Islam Indonesia. Penggagasnya adalah Kartosuwiryo seorang tokoh Partai Sarikat Islam
Indonesia (PSII). Pada tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya
DI/TII di Jawa Barat, yang kemudian muncul DI/ TII diberbagai daerah di Indonesia. Daerah-
daerah tempat munculnya DI/ TII itu adalah di Jawa Tengah dibawah pimpinan Amir Fatah, Di
Sulawesi Selatan dipimpin Kahar Muzakar, di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh, dan di
Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar.
Setelah terjadi Agresi Belanda II di Yogyakarta yang mengakibatkan Ibukota jatuh
ketangan Kolonial Belanda Kartosuwiryo menganggap bahwa RI sudah habis. untuk itu dia
segera memperkuat tentaranya di Jawa Barat karena menganggap Jawa Barat masuk dalam
wilayahnya. Dengan strategi perang pagar betis akhirnya DI/ TII Kartosuwiryo dapat didesak.
Pada tanggal 4 Juni 1962 Kartosuwiryo dapat ditangkap di Gunung Geber, Majalaya, Jawa barat
oleh pasukan divisi Siliwangi. Pada 5 September 1962 Kartosuworyo dihukum mati.
DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah. Dia adalah komandan laskar
Hisbullah di Tulangan dan Mojokerto. Mereka kecewa dan tidak sepakat dengan hasil perjanjian
Renville yang harus memaksa laskar-laskar dan tentara RI untuk hijrah ke Yogyakarta. Karena
sepaham dengan Kartosuwiryo maka Amir Fatah ditunjuk Kartosuwiryo memimpin Darul Islam
di Jawa Tengah. Pada 23 Agustus 1949 Amir Fatah memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Jawa Tengah sebagai Negara Islam pimpinan Kartosuwiryo. Untuk mengawali gerakannya
pasukan Amir Fatah menyerang pos-pos TNI termasuk juga pos TNI di Pekalongan. Di bawah
komando Letnan Kolonel Sarbini pada tahun 1950 TNI membentuk Gerakan Banteng Negara
(GBN). Operasi ini berhasil memisahkan DI Jawa Tengah dan DI Jawa Barat sehingga pada 22
Desember 1950 Amir Fatah dapat ditangkap.
Setelah Daud Beureuh tidak menjadi gubernur, kemudian dia menghimpun kekuatan
untuk menentang pemerintah. Agar pemberontakan mendapat pengakuan dan legitimasi rakyat,
dia membuat sentimen agama sebagai basis perjuangan yaitu mendirikan Negara Islam. Untuk
memuluskan jalannya dia menjalin komunikasi dengan Kartosuwiryo di Jawa Barat. Pada tanggal
21 September 1953 Daud Beureuh memproklamasikan DI/ TII di Aceh di bawah kekuasaan
Kartosuwiryo. Setelah itu kemudian mereka menguasai kota-kota di Aceh dan melakukan
propaganda kepada rakyat Aceh agar tidak mendukung pemerintahan sah Republik Indonesia.
Pada 17 Desember 1962 diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang digagas pangdam
Kolonel Yasin secara bertahap DI/TII di Aceeh akhirnya dapat diselesaikan dan Aceh kembali
aman. Sedangkan Daud Beureuh kembali ke masyarakat sehingga keamanan Aceh sepenuhnya
aman kembali.
Pada 16 Agustus 1951 karena tuntutan Kahar Muzakkar tidak dipenuhi pemerintah
maka dia mengajak anak buahnya masuk hutan dengan membawa senjata. Selanjutnya dua tahun
berikutnya pada 7 Agustus 1953 dia memperoklamasikan bahwa daerah Sulawesi Selatan bagian
dari wilayah Darul Islam pimpinan Kartosuwiryo dan pasukannya berganti nama menjadi Tentara
Islam Indonesia (TII). Setelah proklamasi itu kemudian pemerintah melakukan operasi militer di
Sulawesi Selatan. Kahar Muzakkar sulit ditangkap karena bersembunyi di hutan-hutan dan
gunung-gunung. Baru pada tanggal 3 Februari 1965 Kahar Muzakkar dapat ditembak dalam
sebuah operasi militer yang dilancarkan TNI.
3.1 APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
Pemberontakan APRA ini sebenarnya pemberontakan yang dilakukan bekas tentara
KNIL yang dikomandoi oleh Raymond Westerling. Tujuannya mempertahankan berdirinya
negara Pasundan dan APRA sebagai pasukan yang resmi. Pada 23 Januari 1950 Westerling
menggerakkan pasukan APRA yang sebagian besar dari KNIL berkekuatan 500 pasukan untuk
menyerang kota Bandung. Selain di Bandung APRA merencanakan serangan di Jakarta. Gerakan
APRA di Jakarta akan dibantu Sultan Hamid II yang akan dilaksaakan pada tangga 24 Januari
1950. Tujuannya menyerang gedung tempat kabinet bersidang. Rencana mereka juga akan
membunuh menteri kabinet seperti menteri pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX. Akhirnya
rencana mereka gagal karena tercium aparat intelejen, operasi militer dilanjutkan di Jakarta
sehingga pada tanggal 4 April 1950 Sultan Hamid II dapat ditangkap. Raimond Westeling dapat
melarikan diri menggunakan pesawat Catalina ke luar negeri pada 2 Februari 1950.
4.1 Pemberontakan Andi Aziz
Pemberontakan Andi Aziz berlangsung di Makassar yang dipimpin oleh Andi Aziz.
Dia merupakan mantan perwira KNIL yang tergabung dalam APRIS. Dia juga mantan ajudan
presiden Negara Indonesia Timur (NIT). Pada tahun 1950 kondisi di Makassar memang tidak
kondusif karena banyak rakyat yang menginginkan kembali menuju NKRI. Mereka sering
melakukan demonstrasi kepada negara federal agar kembali kepangkuan RI. Keadaan semakin
parah karena masyarakat yang setuju negara federal juga melakukan demonstrasi. Pada 5 April
1950 pasukan Andi Azizz yang dibantu pasukan KNIL menyerang markas APRIS di Makassar.
Mereka berhasil menguasai markas APRIS dan juga kota Makassar. Pada 8 April 1950
pemerintah pusat mengultimatum agar pasukan Andi Aziz menyerah dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam waktu 2 x 24 jam. Akhirnya Andi Aizi bersedia
datang ke Jakarta pada 15 April 1950 setelah didesak oleh presdien NIT, Sukawati. Setelah
sampai di Jakarta dia ditangkap dan diadili sebagai pemberontak. Semetara itu pasukan sisa-sisa
Andi Aziz diserang oleh TNI sebagai upaya penumpasan.
5.1 Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS dipimpin oleh Dr. Christian Robert Steven Soumokil, mantana
Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT). Pemberontakan ini menolak bergabung dengan
NKRI dan membentuk negara sendiri yang lepas dari NKRI. Pada 25 April 1950 Soumokil
memproklamasikan berdirinya RMS dan menetapkan Kota Ambon sebagai ibukota RMS.
Proklamasi itu ternyata mendapat sambutan hangat dari orang-orang Maluku yang pro-Belanda
dan para mantan anggota KNIL yang sudah terkena hasutan. Rakyat yang menolak ajakan
mereka dan mendukung NKRI ditangkap dan dipenjarakan. Akhirnya pemerintah melakukan
operasi militer dengan komando Kolonel Kawilarang yang menjabat sebagai panglima tentara
dari teritorium Indonesia Timur. Pada 14 Juli 1950 Kolonel Kawilarang menumpas gerakan
separatis tersebut. Pada pertempuran itu Letkol Slamet Riyadi gugur tetapi pada 28 September
1950 pasukan APRIS dapat menguasai kembali Kota Ambon. Banyak tokoh RMS melarikan diri
ke pulau Seram dan selama beberapa tahun kelompok ini melakukan teror.
d. Disintegrasi Pada Masa Demokrasi Liberal
Pemberontakan PRRI/ Permesta
Pemberontakan ini terjadi pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo II. Pergolakan yang
muncul di Sumatera dan Sulawesi ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap alokasi dana pembangunan
yang diterima dari pemerintah pusat. Ketidak puasan ini memunculkan rasa ketidakpercayaan
terhadap pemerintah. Selain itu mereka susah menyampaikan aspirasinya melalui parlemen dalam
mengubah kebijakan. Sementara itu pimpinan Dewan Manguni di Manado yang bernama Letnan
Kolonel Ventje Sumual memproklamirkan berdirinya Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) pada 2
Maret 1957. Pendirian organisasi yang akan memisahkan diri dari NKRI itu ditandatangani oleh 51
tokoh masyarakat Indonesia Timur. Tidak beberapa lama di Sumatera diproklamasikan juga
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) oleh Kolonel Ahmad Husain yang merupakan
pimpinan Dewan Banteng pada 15 Februari 1958. Untuk menumpas pemberontakan itu pemerintah
melakukan operasi militer yang diberi nama Operasi 17 Agustus itu dipimpin oleh Kolonel Ahmad
Yani. Tujuan operasi adalah menumpas segala bentuk gerakan separatis dan mencegah campur
tangan kekuatan asing yang sering kali berdalih melindungi bisnis warga negaranya di Pekanbaru.
Akhirnya tokoh-tokoh PRRI termasuk Ahmad Husain menyerahkan diri setelah terdesak oleh operasi
militer. Sementara itu untuk menumpas gerakan Permesta pemerintah melancarkan operasi militer
yang diberi nama Operasi Merdeka pada bulan April 1958 di bawah komando Letnan Kolonel
Rukminto Hendraningrat. Satu persatu TNI berhasil merebut daerah yang dikuasai Permesta dan pada
pertengahan tahun 1961 para pemimpin gerakan ini menyerah kepada pemerintah NKRI.
e. Disintegrasi Pada Masa Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan G30S/ PKI
Pada pemilu 1955 PKI ternyata keluar sebagai pemenang bersama dengan PNI, NU dan
Masyumi. Untuk itulah PKI mulai diperhitungkan dalam perpolitikan nasional pada saat itu. Pada
saat itu memang ada 3 kekuatan besar yaitu PKI yang beravialiasi komunis, Masyumi yang
beraviliasi agama dan TNI sebagai alat negara. Ketiganya mempunyai kekuatan yang besar dalam
percaturan politik nasional. PKI melancarkan aksi kudetanya pada 1 Oktober 1965 di bawah
pimpinan Letnan Kolonel Untung. Sasaran dari gerakan itu adalah perwira-perwira Angkatan Darat
yang dianggap sebagai penghalang bagi PKI dalam mencapai tujuannya. Upaya penculikan dan
pembunuhan terhadap perwira itu berjalan sesuai rencana hanya saja satu perwira yang berhasil lolos
yaitu Jenderal AH Nasution. Walaupun AH. Nasution lolos tetapi Ade Irma Suryani putrinya gugur
bersama dengan ajudannya Pierre Tendean. PKI melancarkan serangan tidak hanya di Jakarta tetapi
juga di Yogyakarta. Perwira yang menjadi korban adalah Komandan Korem 072 Kolonel Katamso
dan kepala staf Korem 072 Letnan Kolonel Sugiyono. Setelah berhasil menculik sasarannya
kemudian pada tanggal 1 Oktober PKI menguasai RRI dan kantor negara telekomunikasi di Jakarta.
PKI menyiarkan berita mengenai G30S/ PKI yang telah berhasil menangkap perwira-perwira
Angkatan Darat anggota Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang
sah.
Di bawah komando Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto operasi penumpasan
dilakukan dengan cepat. Adapun dilakukan langkah-langkah: Pada 1 Oktober 1965 pasukan RPKAD
di bawah komando Kolonel Sarwo Edhie Wibowo berhasil merebut kembali studio RRI dan Kantor
Negara Telekomunikasi di Jakarta. Pada 3 Oktober 1965 pasukan RPKAD menemukan sumur yang
menjadi lokasi pembuangan jenazah perwira AD yang diculik atas bantuan seorang perwira polisi
Sukitman. Panjaitan. Sukitman tidak terbunuh karena berhasil lolos dari Lubang Buaya. Pada 4
Oktober 1965 Panglima Kostrad Mayor Jenderal Suharto memerintahkan untuk melakukan
penggalian dan pengangkatan jenazah kepada para perwira AD untuk selanjutnya disemayamkan
dahulu di markas besar Angkatan Darat, Jakarta. Pada 5 Oktober 1965 jenazah para perwira
Angkatan Darat dimakamkan ditaman Makam pahlawan Kalibata. Operasi penumpasan G30S/PKI
terus dilanjutkan dengan menangkap tokoh-tokoh PKI dan membekukan semua kegiatan PKI dan
ormas-ormasnya. Pada 9 Oktober 1965 Kolonel Latief berhasil ditangkap di Jakarta dan pada 11
Oktober 1965 Letnan Kolonel Untung berhasil ditangkap di Tegal Jawa Tengah. Pada tanggal 12
Januari 1966 Front Pancasila mendatangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-
GR) dan mengajuka 3 Tuntutan Rakyat (Tritura) yang berisi: Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
Bersihkan kabinet dan unsur-unsur PKI .Turunnya harga BBM.
Pada 11 Maret 1966, Presiden Sukarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966
(Supersemar). Sebagai pemegang Supersemar Jenderal Suharto bekerja dengan cepat yaitu: Pada 12
Maret 1966 Jenderal Suharto mengumumkan bahwa PKI dan ormas-ormasnya dibubarkan dan
dilarang di wilayah seluruh Indonesia, Pada 18 Maret 1966 dilakukan penangkapan terhadap 15
menteri yang terlibat dalam G30S/ PKI, Jenderal Suharto segera membentuk kabinet Ampera pada 28
Juli 1966 untuk mengganti kabinet 100 menteri. Pada 23 Februari 1967 Presiden Sukarno sebagai
Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia meyerahkan kekuasaan pemerintahan
kepada Jenderal Suharto pemegang ketetapan MPRS NO. IX/MPRS/1966. Dengan demikian berakhir
semua kekuasaan Presiden Sukarno. Peristiwa ini sekaligus manandai berakhirnya demokrasi
terpimpin dan lahirnya orde baru.
f. Tokoh-tokoh Pejuang Mempertahankan Integrasi Bangsa
Berikut tokoh-tokoh pejuang integrasi bangsa:
1. Sukarno
Presiden pertama Republik Indonesia tidak diragukan lagi perannya dalam mempertahankan
keutuhan bangsa. Peran yang sangat fenomenal adalah ketika Sukarno memberlakukan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 sehingga bangsa ini kembali ke UUD 1945. Dengan demikian bangsa ini
tidak terpecah-pecah dalam kepentingan politik dan ideologi. Selama hidupnya Sukarno berpimpi
agar Indonesia bersatu di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga tidak
mengherankan bahwa orang yang berpaham nasionalis ini mengerahkan segala upaya apabila
bangsa Indonesia terancam disintegrasi.
2. Mohammad Hatta
Hatta berjuang untuk Indonesia merdeka sejak menjadi mahasiswa. Dalam peristiwa disekitar
proklamasi Hatta juga ikut dibawa pemuda ke Rengasdengklok bersama Sukarno agar segera
memproklamasikan kemerdekaan. Hatta dikenal sebagai pemimpin yang tenang, bijaksana dan
hati-hati dalam setiap pengambilan keputusan. Hatta juga dikenal sebagai bapak koperasi
Indonesia karena segala pemikiran tentang perekonomian rakyat dituangkan dalam pasal 33 UUD
1945. Tidak itu saja Hatta juga dikenal sebagai bapak peletak dasar politik luar negeri yang bebas
aktif tidak condong ke blok manapun.
3. Abdul Haris Nasution
Nasution merupakan tentara yang profesional. Dia salah satu tokoh pejuang integrasi. Hal ini
terlihat ketika terjadi pemberontakan PKI Madiun 1948. Dengan bergerak cepat di bawah
komandonya selaku Panglima Komando Jawa dapat menumpas pemberotakan hanya butuh
waktu satu hari untuk penumpasan. Nasution juga berjasa dalam penumpasan pemberontakan
PRRI dan Permesta yang ingin menggoyang kewibawaan NKRI.
4. Ahmad Yani
Yani tergabung dalam Peta dalam memulai kiriernya sebagai tentara. Yani sangat berjasa dalam
penumpasan pemberontakan DI/ TII di Jawa Tengah. Keberhasilan itu ikut mengangkat namanya
menjadi perwira tinggi yang diperhitungkan untuk mempertahankan bangsa dari berbagai
ancaman dan gangguan untuk keutuhan NKRI.
5. Sultan Hamengku Buwono IX (9)
Sultan Hamengku Buwono IX tidak diragukan lagi perannya dalam mempertahankan keutuhan
NKRI. Disaat Jakarta kacau balau sejak kedatangan tentara Belanda dan NICA pada 4 Januari
1946 Sultan menawarkan agar ibukota pindah ke Yogyakarta sebagai upaya agar para pemimpin
bangsa dan bangsa selamat dari rongrongan kolonial yang ingin menjajah kembali. Selama
revolusi fisik antara 1946-1950 Sultan dan para pemimpin bangsa seperti Sukarno, Hatta, Syahrir
dll di Yogyakarta berjung bahu membahu agar Indonesia tetap berdiri kokoh tidak tergoyahkan
walaupun terus digempur tentara Belanda. Dalam Serangan 1 Maret 1949 Sultan juga sangat
berperan penting sehingga peristiwa itu dapat menyadarkan dunia Internasional bahwa Indonesia
masih ada karena selama ini digembar-gemborkan Belanda bahwa Indonesia sudah terhapus
karena pemimpinnya sudah ditangkap dan diasingkan. Perannya sebagai menteri pertahanan ikut
memelihara keutuhan bangsa baik memperhankan NKRI dari penjajahan Belanda maupun
keutuhan NKRI dari setiap pemberontakan-pemberotakan yang pernah terjadi di tanah air.
g. Perkembangan Politik Pada Masa Awal Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tanggal 18 Agustus 1945
melalui sidang PPKI Sukarno dan Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Republik
Indonesia. Dalam revolusi fisik antara 1946-1950 itu tantangan politik dan ekonomi masih terasa
sangat berat bangi bangsa Indonesia. Untuk menjaga agar pemerintahan berjalan dengan baik
Sukarno membentuk kabinet yang pertama yang dinamakan kabinet presidensial. Kabinet ini diketuai
oleh Presiden Sukarno dengan masa jabatan 4 September sampai dengan 14 Nopember 1945. Kabinet
pertama tidak berlangsung lama. Pada 14 November 1945 dibentuk kabinet Republik Indonesia yang
kedua dengan Sutan Syahrir sebagai perdana menterinya. Selama ibukota RI dan para pemimpin
bangsa pindah ke Yogyakarta sejak 4 Januari 1946 Sutan Syahrir tetap di Jakarta untuk
mempermudah hubungan dengan dunia Internasional. Kemudian pemerinta membuat kabinet Syahrir
II, kabinet ini berakhir pada 2 Oktober 1946. Selanjutnya dibentuk kabinet keempat yaitu Kabinet
Syahrir III yang berlangsung 2 Oktober 1946 sampai dengan 3 Juli 1947. Pada tanggal yang sama
presiden mengeluarkan maklumat Nomor 6/1947 yang isinya menetapkan kekuasaan sepenuhnya
berada ditangan presiden. Melalui maklumat tersebut akhirnya kabinet Syahrir III masuk masa
demesioner. Pada 3 Juli 1947 dibentuk kabinet yang kelima yang berlangsung 3 Juli 1947 sampai
dengan 11 Nopember 1947 dengan Amir Syarifuddin sebagai perdana menterinya. Program kabinet
ini sebenarnya melanjutkan program kabinet sebelumnya.
Pada 11 Nopember 1947 dibentuk kabinet yang keenam dengan Amir Syarifuddin tetap
sebagai perdana menterinya. Akhirnya kabinet dinyatakan demesioner setelah pada 29 Januari 1948
mundurnya 5 orang menteri dari Masyumi. Pada 29 Januari 1948 dibentuk kabinet ketujuh dengan
Moh. Hatta sebagai perdana menterinya. Kabinet ini akhirnya berakhir pada 4 Agustus 1948. Ketika
terjadi Agresi militer Belanda II di Yogyakarta dan para pemimpin ditangkap dan diasingkam
dibentuk Pemeritahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Bukittinggi. Maka
dibentuklah kabinet PDRI berdasar intruksi presiden kepada Syarifuddin Prawiranegara yang dikirim
dari Yogyakarta sesaat sebelum tentara menawan para pemimpin. Kabinet PDRI ini dipimpin oleh
Syarifuddin Parwiranegara dan berakhir pada 13 Juli 1949.
Pada 13 Juli 1949 dibentuk kabinet yang kedelapan dengan Hatta sebagai perdana
menterinya. Program kabinet ini menyesuikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu yang baru
menghadapi agresifitas Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Pada 20 Desember 1949
sampai dengan 21 Januari 1950 dibentuk kabinet ke sembilan yang dipimpin oleh Mr. Susanto
Tirtiprojo. Dia adalah seorang kepala kabinet yang berperan penting dalam trasisi RI ke RIS. Kabinet
ini bekerja di bawah perdana menteri Moh. Hatta. Ketika Indonesia menjadi bagian dari RIS dibentuk
kabinet yang kesepuluh di bawah kepemimpinan dr. A. Halim. Kabinet ini bertugas 21 Januari
sampai dengan 6 September 1950. Akhirnya usia kabinet ini berakhir seiring dengan kembalinya
negara kesatuan Republik Indonesia pada bulan September 1950.
h. Perkembangan Politik dan ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal
Hasil perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah salah satunya terbentuknya
negara RIS (Republik Indonesia Serikat). Pada 15 Agistus 1950 perdana menteri kabinet RIS, Moh.
Hatta menyerahkan mandatnya sebagai perdana menteri kepada Presiden Sukarno dan pada 17
Agustus 1950 dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Setelah berakhirnya pemerintahan
RIS pada 1950 sebenarnya Indonesia masih menggunakan model pemerintahan demokrasi
parlementer yang liberal. Kabinet dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab
kepada parlemen. Saat itu presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara. Pada kurun waktu
pemerintahan antara tahun 1950 sampai dengan 1959 memang sering terjadi pergantian
kabinet.Adapun kabinet yang pernah memerintah pada masa demokrasi liberal sebagai berikut:
Kabinet Natsir (Masyumi) memerintah 6 September 1950 sd. 21 Maret 1951. Kabinet Sukiman
(Masyumi) memerintah 27 April 1951 sd. 3 April 1952. Kabinet Wilopo (PNI) memerintah 3 April
1952 sd. 3 Juni 1953. Kabinet Ali Sastraamidjojo I (k oalisi PNI dan NU) memerintah 31 Juli 1953
sd. 12 Agustus 1955. Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) memerintah 12 Agustus 1955 sd. 3
Maret 1956. Kabinet Ali Sastraamidjojo II (koalisi PNI,Masyumi, NU) memerintah 20 Maret 1956
sd. 4 Maret 1957. Kabinet Juanda (non politik) memerintah 9 April 1957 sd. 5 Juli 1959.
Demokrasi terpimpin adalah sistem demokrasi yang semua keputusan dan pemikiran
terpusat pada pemimpin yakni Presiden Sukarno. Masa demokrasi terpimpin berlangsung mulai 1959
sampai dengan 1965 saat kekuasaan Sukarno tumbang ditangan Orde Baru. Perkembangan ekonomi
pada masa demokrasi liberal suungguh lambat karena berbagai permasalahan yang dihadapi.
Permasalahan yang muncul tidak lepas dari beberapa hal yaitu: Setelah pengakuan kedaulatan,
bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan yang ckup besar seperti yang
diputuskan dalam Konferensi Meja Bundar diantaranya bangsa Indonesia harus menutup kerugian
perang dari pihak Belanda selama perang revolusi fisik. Ketidakstabilan politik akibat jatuh bagunnya
kabinet menyedot banyak anggaran disamping untuk mengatasi biaya anggaran operasional dalam
penumpasan pemberontakan di daerah-daerah. Ekspor hanya tergantung kepada perkebunan
sedangkan angka pertambahan penduduk semakin tajam.
i. Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin
Landasan adanya demokrasi terpimpin ditafsirkan dari sila ke-empat Pancasila. Menurut
ketetapan MPRS demokrasi terpimpin adalah demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif-revolusioner dengan
berposros pada nasionalisme, agama dan komunis (Nasakom) sebagai kekuatan nasional. Ada tiga hal
yang melatarbelakangi Presiden Sukarno menerapkan demokrasi terpimpin yaitu: Dari sudut pandang
politik, Konstituante dianggap gagal dalam menyusun UU baru untuk menggantikan UUD Sementara
1950. Dari sudut pandang keamanan nasional, pada masa demokrasi liberal banyak terjadi gerakan
sparatis di berbagai daerah yang mengancam integrasi bangsa dan ketidakstabilan keamanan negara.
Dari sudut pandang perekonomian nasional, sering terjadinya pergantian kabinet menyebabkan
program-program yang telah dirancang kabinet tidak bisa dijalankan secara maksimal. Akibatnya
pembangunan ekonomi tidak lancar.
Berdasar dari tiga hal tersebut maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno
membubarkan parlemen sekaligus menyatakan kembali pada UUD 1945. Sukarno kemudian
membentuk kabinet kerja dengan dirinya bertindak sebagai perdana menteri. Kabinet ini kemudian
dilantik pda 10 Juli 1959 dengan program kerjanya tri program kabinet kerja. Tugas kabinet ini
adalah mengatasi masalah sandang, pangan serta meningkatkan keamanan di dalam negeri dan
mengembalikan beberapa wilayah negara ke pangkuan NKRI misalnya Irian Barat. Dalam demokrasi
terpimpin itu, Presiden Sukarno menerapkan sistem politik keseimbangan. Hal ini diterapkan di
lingkungan partai-partai politik dan pertahanan negara. Presiden juga mengambil langsung pimpinan
tertinggi angkatan militer dengan membentuk komando operasi tertinggi (Koti).
Pada masa demokrasi terpimpin perekonomian diatur langsung oleh pemerintah. Kegiatan
perekonomian yang diatur itu banyak mengabaikan prinsip ekonomi. Akibatnya terjadi defisit
keuangan negara yang meningkat tajam dari tahun ketahun. Contohnya pada Januari sampai dengan
Agustus 1965 pengeluaran negara tercatat sebesar 11 miliar rupiah, sedangkan penerimaan negara
sebesar 3,5 miliar rupiah. Bahkan pada tahun 1961 sampai 1962 harga-harga barang pada umumnya
mengalami kenaikan hingga 400%. Kondisi ini semakin diperparah dengan berlangsungnya
konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat yang semakin mempercepat kemerosotan
perekonomian Indonesia. Salah satu solusi pemerintah mengatasi kemerosotan ekonomi diantaranya
menerapkan kebijakan dalam bidang moneter. Pada 13 Desember 1965 melalui penetapan Presiden
Nomor 27 tahun 1965 pemerintah mengambil langkah devaluasi, yaitu kebijakan untuk menekan
inflansi. Pemerintah menggunting uang senilai Rp. 1.000 menjadi Rp.1. Dampak dari kebijakan ini
bukan menambah baik tetapi semakin meningkatkan infansi. Kebijakan ini semakin parah setelah
nilai ekspor rendah sedangkan kegiatan impor dibatasi karena lemahnya devisa negara. Akibatnya
perekonomian menjadi limbung sehingga menambah penderitaan rakya.
j. Perbandingan Kebijakan Politik Pada Masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Ada beberapa perbedaan antara demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin yaitu:
Masalah Kedaulatan Negara, pada masa demokrasi liberal kedaulatan negara ada ditangan DPR atau
parlemen. Bahkan DPR dapat membubarkan dan membentuk pemerintahan dan cabinet (eksekutif).
Sedangkan pada demokrasi terpimpin kedaulatan negara sepenuhnya ditangan presiden. Bahkan
seorang presiden dapat membentuk MPRS dan DPR Gotong Royong. Masalah pembagian kekuasaan,
pada masa demokrasi liberal kekuasan DPR (Legislatif) lebih kuat jika dibandingkan dengan
kekuasaan pemerintah/ kabinet (eksekutif). DPR dapat membubarkan dan menghentikan pemerintah/
kabinet. Sementara itu fungsi presiden hanya sebagai kepala negara. Sedangkan dalam demokrasi
terpimpin kekuasaan presiden (eksekutif) menjadi sangat dominan sehingga mampu membubarkan
dan membentuk DPR. Disamping itu jabatan presiden ditetapkan seumur hidup sehingga tidak dapat
diberhentikan oleh MPRS. Masalah pengambilan keputusan, pada masa demokrasi liberal semua
pengambilan keputusan berada ditangan DPR dengan mekanisme keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin pengambilan keputusan dilaksanakan
oleh MPRS dan DPR-GR serta berdasarkan suara bulat.

2. Alat dan bahan


a. Komputer/laptop
b. Internet
c. Power point
d. Buku

J. Kegiatan pembelajaran Utama:


Pengaturan Peserta Didik Metode
 Diskusi kelompok
Berkelompok  Presentasi
 Ceramah
Individu  Debat
 Tanya jawab

K. Asesmen:
Individu Berkelompok

 Test tertulis PG atau Essay  Diskusi kelompok


 Tes lisan berupa kuis  Presentasi
 Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan  Produk hasil diskusi kelompok dalam bentuk
pembelajaran tulisan/tulisan/ media lain)

L. Urutan kegiatan pembelajaran dalam1 sesi pembelajaran:


Pertemuan ke-1
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

1. Guru memberi salam dan menanyakan kabar para siswa.


2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai
proses KBM (kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media 10 menit
dan alat serta buku yang diperlukan).
Pendahuluan 3. Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik
4. Presensi kehadiran peserta didik
5. Guru memberitahu tentang tujuan yang diharapkan atau gambaran
besar materi yang akan dipelajari

1. Peserta didik mengamati dan menyimak informasi awal tentang


materi pengertian integrasi dan disintegrasi serta keterkaitan antara
kebijakan pemerintah dengan pemberontakan PKI Madiun 1948,
Kegiatan Inti DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia
2. Guru menggunakan metode mind mapping tentang integrasi dan 70 menit
disintegrasi serta keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan
pemberontakan PKI Madiun 1948, DI/TII (Darul Islam/ Tentara
Islam Indonesia

1. Peserta didik diminta untuk menyimpulkan materi hari ini


2. Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini
Penutup 3. Guru memberikan kuis kepada peserta didik 10 menit
4. Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini
Pertemuan ke-2
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

1. Guru memberi salam dan menanyakan kabar para siswa.


2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM 10 menit
(kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku
Pendahuluan yang diperlukan).
3. Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik
4. Presensi kehadiran peserta didik
5. Guru memberitahu tentang tujuan yang diharapkan atau gambaran besar
materi yang akan dipelajari

1. Peserta didik mengamati dan menyimak informasi awal tentang materi


pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), pemberontakan Andi
Kegiatan Inti Azis, pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan).
2. Guru menggunaka metode kartu sejarah mengenai pemberontaka, APRA, 70 menit
Andi Aziz, dan RMS

1. Kesimpulan tentang materi hari ini


2. Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini 10 menit
Penutup 3. Guru memberitaukan materi yang akan di pelajari pada pertemuan
berikutnya

Pertemuan ke-3
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

1. Guru memberi salam dan menanyakan kabar para siswa.


Pendahuluan 2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM
(kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku
yang diperlukan). 10 menit
3. Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik
4. Presensi kehadiran peserta didik
5. Guru memberitahu tentang tujuan yang diharapkan atau gambaran besar materi
yang akan dipelajari
1. Peserta didik mengamati dan menyimak informasi awal tentang materi
disintegrasi pada Masa Demokrasi Liberal (pemberontakan PRRI/ Permesta),
pada Masa Demokrasi Terpimpin (pemberontakan G30S/PKI)
Kegiatan Inti 2. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok, guru menggunakan 70 menit
teknik mengajar teka-teki sejarah, untuk membahas disintegrasi pada Masa
Demokrasi Liberal (pemberontakan PRRI/ Permesta), pada Masa Demokrasi
Terpimpin (pemberontakan G30S/PKI)
1. Kesimpulan tentang materi hari ini
Penutup 2. Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini 10 menit
3. Guru memberitaukan materi yang akan di pelajari pada pertemuan berikutnya

Pertemuan ke-4
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

1. Guru memberi salam dan menanyakan kabar para siswa.


Pendahuluan 2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM
(kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku
yang diperlukan). 10 menit
3. Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik
4. Presensi kehadiran peserta didik
5. Guru memberitahu tentang tujuan yang diharapkan atau gambaran besar
materi yang akan dipelajari

1. Peserta didik mengamati dan menyimak informasi awal tentang materi tokoh-
tokoh pejuang mempertahankan integrasi bangsa, serta menganalisis
perkembangan politik pada masa awal kemerdekaan . 70 menit
Kegiatan Inti 2. Guru menggunakan metode kartu sejarah mengenai materi tokoh-tokoh
pejuang mempertahankan integrasi bangsa, serta perkembangan politik pada
masa awal kemerdekaan.

1. Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja dibahas


2. Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik 10 menit
3. Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini
Penutup 4. Guru memberitaukan materi yang akan di pelajari pada pertemuan
berikutnya

Pertemuan ke-5
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

1. Guru memberi salam dan menanyakan kabar para siswa.


2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM
Pendahuluan (kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku
yang diperlukan). 10 menit
3. Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik
4. Presensi kehadiran peserta didik
1. Peserta didik mengamati dan menyimak informasi awal tentang materi
perkembangan politik dan ekonomi pada masa demokrasi liberal dan pada
masa demokrasi terpimpin
Kegiatan Inti 2. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok, guru menggunakan 70 menit
metode debat tentang materi perkembangan politik dan ekonomi pada masa
demokrasi liberal dan pada masa demokrasi terpimpin.

1. Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan


2. Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik 10 menit
Penutup 3. Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini
4. Guru memberitaukan materi yang akan di pelajari pada pertemuan
berikutnya

Pertemuan ke-6
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

1. Guru memberi salam dan menanyakan kabar para siswa.


2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM
Pendahuluan (kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku
yang diperlukan). 10 menit
3. Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik
4. Presensi kehadiran peserta didik
1. Peserta didik mengamati dan menyimak informasi awal tentang materi
kebijakan ekonomi dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin
Kegiatan Inti 2. Guru menggunakan metode tanya jawab tentang materi kebijakan ekonomi 70 menit
dan politik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin

1. Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan


2. Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik 10 menit
Penutup 3. Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini
4. Guru memberitaukan materi yang akan di pelajari pada pertemuan
berikutnya

Pertemuan ke-7
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

1. Guru memberi salam dan menanyakan kabar para siswa.


2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM
Pendahuluan (kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku
yang diperlukan). 10 menit
3. Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik
4. Presensi kehadiran peserta didik
1. Peserta didik mengamati dan menyimak informasi awal tentang materi
perbandingan kebijakan politik pada Masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Kegiatan Inti 2. Guru menggunakan metode debat untuk membahas perbandingan kebijakan 70 menit
politik pada Masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin
1. Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan
2. Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik 10 menit
Penutup 3. Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini
4. Guru memberitaukan materi yang akan di pelajari pada pertemuan
berikutnya

M. Refleksi guru
 Apakah guru sudah menyampaikan materi ini kepada peserta didik bahwa model demokrasi kita
berganti-ganti untuk menemukan model demokrasi yang sesuai dengan bangsa kita?
 Guru menanamkan karakter kepada peserta didik, bangsa ini cocok dengan demokrasi Pancasila
sehingga guru menyadarkan kepada peserta didik untuk menjaga dan merawat dan berperilaku sesuai
dengan sila-sila Pancasila.
 Guru harus selalu memberi semangat kepada peserta didik untuk selalu semangat belajar sejarah?
 Perlu adanya metode yang cocok untuk menerangkan materi pemberontakan di daerah.
 Apakah peserta didik paham materi yang diberikan guru tentang demokrasi terpimpin/ liberal?

N. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif)
1. Penilain Individu
a. Penilaian Tertulis
Kisi-kisi Soal:

CP ATP Indikator Soal Nos/Bas


Fase F, peserta didik di Kelas XI P.3.1 Menjelaskan pengertian Disajikan beberapa pernyataan 2/PG
mampu mengembangkan konsep- integrasi dan disintegrasi serta tentang pemberontakan PKI 2/ES
konsep dasar sejarah untuk mengkaji keterkaitan antara kebijakan Madiun dan DI/TII, peserta didik
peristiwa sejarah dalam dimensi pemerintah dengan pemberontakan dapat mengidentifikasi sebab-
manusia, ruang, dan waktu. Melalui PKI Madiun 1948, DI/TII (Darul sebab pemberontakan PKI
literasi, diskusi, dan penyelidikan Islam/ Tentara Islam Indonesia).
Madiun 1948 dan DI/TII.
(penelitian) berbasis proyek
P.3.2 Menganalisis dan Disajikan ilustrasi tentang 3/PG
kolaboratif peserta didik mampu
menjelaskan pemberontakan APRA pemberontakan, APRA, 2/ES
menjelaskan berbagai peristiwa
(Angkatan Perang Ratu Adil), pemberontakan Andi Azis,
sejarah yang terjadi di Indonesia dan
pemberontakan Andi Azis, pemberontakan RMS peserta didik
dunia yang meliputi Kolonialisme dan
pemberontakan RMS (Republik dapat menentukan sebab-sebab
Perlawanan Bangsa Indonesia,
Maluku Selatan) pemberontakan
Pergerakan Kebangsaan Indonesia,
P.3.3 Menganalisis disintegrasi Peserta didik dapat mengkaji sebab- 3/PG
Pendudukan Jepang di Indonesia,
pada Masa Demokrasi Liberal sebab pemberontakan PRRI/ 2/ES
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Permesta dan G30S/PKI sehingga
(pemberontakan PRRI/ Permesta),
Perjuangan Mempertahankan dapat mengakibatkan ribuan warga
pada Masa Demokrasi Terpimpin
Kemerdekaan, Pemerintahan negara terbunuh.
(pemberontakan G30S/PKI
Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin, P.3.4 Menjelaskan tokoh-tokoh Disajikan gambar tokoh-tokoh 4/PG
pejuang mempertahankan integrasi nasional , peserta didik dapat 1/ES
bangsa, serta menganalisis mengidentifikasi tokoh pejuang
integrasi bangsa Indonesia, serta
perkembangan politik pada masa
menganalisis perkembangan politik
Peserta didik di Kelas XI mampu Awal Kemerdekaan pada masa Awal Kemerdekaan
menggunakan sumber primer dan P.3.5 Menganalisis perkembangan Disajikan ilustrasi tentang 2/PG
sekunder untuk melakukan penelitian politik dan ekonomi pada masa perkembangan politik dan ekonomi
sejarah nasional dan sejarah lokal demokrasi liberal dan pada masa pada masa demokrasi liberal dan
secara diakronis atau sinkronis Demokrasi Terpimpin pada masa Demokrasi Terpimpin
P.3.6 Menganalisis dan Disajikan beberapa pernyataan 3/PG
kemudian mengomunikasikannya
membandingkan kebijakan ekonomi tentang kebijakan ekonomi dan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau politik pada masa Demokrasi
dan politik pada masa Demokrasi
media lain. Selain itu mereka juga Liberal dan Demokrasi Terpimpin
Liberal dan Demokrasi Terpimpin
mampu menggunakan keterampilan
P.3.7 Menganalisis perbandingan Disajikan beberapa pernyataan 4/PG
sejarah untuk menganalisis dan
kebijakan politik pada Masa tentang perbandingan kebijakan
mengevaluasi peristiwa sejarah Demokrasi Liberal dan Terpimpin. politik pada Masa Demokrasi
Liberal dan Terpimpin.

2. Penilain Berkelompok
a. Penilaian Diskusi Kelompok/ Debat
Rubrik Penilaian:
No Aspek Penilaian Skor
Keaktifan diskusi/ debat 0 1 2 3
1 a. Aktif memberi masukan pemikiran
b. mendengarkan pendapat orang lain
Kreatifitas diskusi/ debat
2 a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi
b. Ide/gagasan adalah original
Kualitas hasil diskusi/ debat
3 a. hasil runtut dan logis
b. Pengumpulan hasil diskusi

Indikator Rubrik Penilaian


N Indikator Rubrik
o

1 Aktif memberi masukan pemikiran 2 = aktif berpendapat


1.= kurang aktif
0 = tidak aktif
2 Mendengarkan pendapat orang lain 1 = Mendengarkan pendapat
0 = Tidak mendengar pendapat
3 Kreatifitas dalam diskusi/ debat 3 = Sangat kreatif
2 = Kreatif
1 = Kurang kreatif
0 = Tidak kreatif
4 Origionalitas gagasan 3 = gagasan sangat orisionil
2 = gagasan orisionil
1 = gagasan kurang orisionil
0 = gagasan tidak orisionil
5 Hasil diskusi runtut dan logis 2 = Sangat runtut dan logis
1 = Runtut dan logis
0 = tidak runtut dan tidak logis
6 Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu 3 = lebih awal
2 = tepat waktu
1= terlambat
0 = tidak dilaksanakan
Jumlah Skor 25

Nilai = Jumlah perolehan skor


X 100 %
Jumlah skor maksimum

b. Penilaian Presentasi dan diskusi


Rubrik Penilaian :
No Aspek Penilaian Skor
0 1 2 3
1 Kelengkapan materi

2 Penulisan materi

Kemampuan presentasi
3
Keaktifan selama kegiatan presentasi
4
Sikap menghargai dan menghormati pendapat
5 orang lain

Indikator Rubrik Penilaian


No Indikator Rubrik

1 Kelengkapan materi 2 = lengkap


1 = kurang lengkap
0 = tidak ada
2 Penulisan materi 2 = sesuai dengan rambu-rambu yang diberikan
1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan
0 = tidak ada
3 Kemampuan presentasi 2 = Komunikatif
1 = Kurang komunikatif
0 =Tidak Komunikatif
4 Keaktifan selama kegiatan presentasi 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/
video/ dll)
1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll)
0 = Tidak menggunakan kreasi digital
5 Sikap menghargai dan menghormati 1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain
pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat
orang lain
Jumlah Skor 20

Nilai = Jumlah perolehan skor


X 100 %
Jumlah skor maksimum

O. Pertanyaan refleksi untuk peserta didik


 Apakah peserta didik sudah memahami tentang demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin?
 Peserta didik perlu mendapat wawasan lebih tentang demokrasi liberal, demokrasi terpimpin dan
demokrasi Pancasila.
 Perlu adanya cara yang tepat untuk peserta didik berdiskusi tentang sebab-sebab terjadi
pemberontakan pada masa awal kemerdekaan.
 Perlu adanya metode yang menyenangkan bagi peserta didik dalam memberikan materi ini.
 Apakah ada peserta didik yang belum memahami dengan benar tentang materi ini?

P. Daftar Pustaka
Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini, Yogyakarta: Diva
Press
Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang.
Yogyakarta: Ombak.
Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 Jilid II. Jakarta: Tira Pustaka
Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973 Jilid III. Jakarta: Tira Pustaka
Ratna Hapsari dan M. Adil. 2016. Sejarah Indonesia Untuk SMA/ MA Kelas XII Kelompok Wajib.
Jakarta: Erlangga
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Link Literasi
https://tirto.id/sejarah-peristiwa-pki-madiun-1948-latar-belakang-tujuan-musso-gad2
https://kelasips.com/pemberontakan-prri-permesta/
https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-g30spki/
https://hallopipel99.blogspot.com/2019/03/tokoh-tokoh-perjuangan-integrasi-bangsa.html
https://www.yousosial.com/2016/10/perkembangan-ekonomi-dan-politik-pada.html
https://www.synaoo.com/perkembangan-politik-ekonomi-dan-sosial-demokrasi-liberal/
https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/
https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/01/demokrasi-liberal-dan-demokrasi-terpimpin/
Q. Lembar kerja peserta didik
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(Diskusi kelompok)
Materi : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Petunjuk Kegiatan Diskusi:
- Bentuklah 3 kelompok dalam kelas!
- Pembagian tema diskusi setiap kelompok:
1. Pemberontaka APRA
2. Pemberontaka Andi Aziz
3. Pemberntakan RMS
- Buatlah perencanan kegiatan kunjungan ke perpustakaan, atau link internet
- Selama diskusi , kalian harus mengerjakan secara kolaboratif dalam kelompok masing-masing.
- Laporan hasil diskusi harus memperhatikan:
1. Keaktifan diskusi
2. Kreatifitas diskusi
3. Mendengarkan pendapat
4. Orisionalitas gagasan
5. Hasil diskusi runtut dan logis
6. Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu
- Hasil diskusi ditulis dalam kertas dan setelah selesai dikumpul disertai nama kelompok dan nomor absen
siswa
Penilaian: Peninilaian terhadap individu meliputi:
1. Keaktifan diskusi
2. Kreatifitas diskusi
3. Mendengarkan pendapat
4. Orisionalitas gagasan
5. Hasil diskusi runtut dan logis

Tugas Pengayaan :
 Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 75
 Setelah membaca materi terkait peserta didik dapat lebih memahami pemberontakan PKI Madiun,
pemberontakan PRRI/ Permesta, pemberontakan G 30S/ PKI, tokoh-tokoh pejuang integrasi
bangsa.
 Berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan
 Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital

Tugas Remedial :
 Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal
 Setelah melihat materi terkait, peserta didik dapat memahami politik dan ekonomi awal
kemerdekaan, politik dan ekonomi demokrasi liberal, politik dan ekonomi demokrasi terpimpin,
perbedaan politik dan ekonomi demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin.
 Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital
Mengetahui, Jayapura, 6 Februari 2023
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

ELIA WAROMI, S.Pd., M.Pd RIANNA, S.Pd


NIP. 19740713 199802 1 001 NIP.

Anda mungkin juga menyukai