Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI UJIAN TENGAH SEMESTER


MATA KULIAH SEJARAH ASIA II

KOMPARASI MASA PERGOLAKAN


HINGGA KEMERDEKAAN
ANTARA FILIPINA DAN INDONESIA
disusun oleh:
Elisa Obelia Septiana
20/460080/SA/20500

DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3


1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4


2.1 Indonesia dan Filipina dalam Meraih Kemerdekaan (Pemicu Gerak Rakyat) ............ 4
2.2. Tokoh-Tokoh yang Berpengaruh ................................................................................ 7
2.3. Organisasi-Organisasi Pergerakan .............................................................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia dan Filipina adalah negara di wilayah Asia Tenggara yang menarik untuk
dibahas. Selain karena letaknya yang berdekatan dan merupakan bangsa dengan
rumpun yang sama, sejarah mereka juga memiliki kemiripan yang mendorong adanya
rasa persamaan senasib dan seperjuangan.
Baik Indonesia maupun Filipina, keduanya memiliki rekam jejak yang dekat dengan
penguasaan bangsa Barat. Indonesia dalam sejarahnya mengalami beberapa kali
kekuasaan hegemoni Barat. Pertama adalah Portugis (1509-1595), Spanyol (1521-
1692), Belanda (1602-1942), Perancis (1806-1811), Inggris (1811-1816), dan satu
bangsa Asia, yaitu Jepang (1942-1945). Sementara itu, Filipina mengalami kolonisasi
Spanyol (1565-1898) dan Amerika (1898-1946).
Hubungan yang berlangsung cukup lama ini tentunya memicu berbagai
persinggungan budaya, baik di Indonesia maupun Filipina. Peran bangsa-bangsa Barat
cukup besar dalam konteks historis kedua negara ini. Namun, seiring dengan adanya
ketidakpuasan antar masyarakat dengan praktik-praktik yang dijalankan oleh
pemerintah Barat, akhirnya muncul sebuah pergerakan yang menuntut kemerdeakaan
wilayah dan otoritas yang independen.
Indonesia sendiri sarat dengan perjuangannya melawan kolonial Belanda untuk
meraih kemerdekaan. Hal ini dapat dilihat dari munculnya banyak cendekiawan setelah
Belanda sedikit melonggarkan kebijakan untuk membalas budi kepada Indonesia
(politik etis). Hal ini jugalah yang membuat perjuangan Indonesia menarik karena
menunjukkan dua jalur untuk meraih apa yang mereka inginkan, yaitu perjuangan
senjata dan diplomasi.
Sementara itu, perjuangan Filipina dalam melawan Spanyol terlihat dari adanya
perlawanan-perlawanan gerilya yang dilakukan oleh para pejuang. Filipina dalam
sejarahnya juga berhubungan dengan kolonialisme Amerika yang awalnya menjadi
kolonialisme ‘pura-pura’ oleh Spanyol.
Dengan latar belakang yang menunjukkan kedua sisi perjuangan kemerdekaan
antara Filipina dan Indonesia ini, maka akan dirumuskan beberapa permasalahan yang
sekiranya dapat membantu pemahaman proses meraih kemerdekaan kedua negara
tersebut. Pertama adalah apa saja pemicu yang mendesak Filipina dan Indonesia untuk

3
segera meraih kemerdekaanya? Kedua adalah siapa dan bagaimana peran tokoh-tokoh
yang berpengaruh dalam meraih kemerdekaan di Indonesia dan Filipina? Kemudian
yang terakhir adalah apa saja organisasi-organisasi selama masa pergolakan?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Indonesia dan Filipina dalam Meraih Kemerdekaan (Pemicu Gerak Rakyat)
a. Indonesia
Sejarah Indonesia tidak lepas dari hubungan Belanda selama kurang lebih tiga
dekade setengah. Hubungan ini tentunya mengalami pasang surut, beberapa di
antaranya menjadi dampak baik bagi masyarakat. Akan tetapi, tidak jarang terjadi
dampak buruk dan eksploitasi besar-besaran yang dihadapi masyarakat Indonesia.
Hal ini membuat dari kalangan Belanda sendiri merasa harus membalas budi karena
melihat banyaknya masyarakat pribumi yang jauh dari kata ‘sejahtera’ sangat
berbeda dengan orang-orang Eropa.
Politik etis yang digaungkan Belanda ketika awal abad ke-20 merupakan awal
dari perjuangan bangsa Indonesia untuk menempuh otoritas yang independent
sebagai bangsa yang merdeka. Politik etis bergerak dengan tujuan kemanusiaan dan
ekonomi1. Oleh karenanya, fokus politik etis adalah kepada pendidikan, irigasi, dan
migrasi. Politik etis mengawali keterbukaan terhadap pendidikan yang mana
mendorong lahirnya proses berpikir yang lebih terbuka akan segala kemungkinan.
Bentuk dari politik etis adalah hadirnya banyak organisasi-organisasi yang
semakin mendorong ke arah Indonesia yang independen. Organisasi-organisasi
tersebut, di antaranya Budi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1912), Indische Partij
(1912), Perhimpunan Indonesia (1925), Indische Social Democratische Vereeniging
(1914), dan lain sebagainya.
Munculnya organisasi-organisasi ini tak jarang membuat Belanda merasa
terancam, sehingga banyak dari mereka terpaksa dibubarkan secara paksa.
Pembubaran secara paksa ini semakin marak terjadi pada tahun 1930-an hingga
kedatangan Jepang. Gubernur Jenderal B.C. de Jonge (1931) dan A.W.L. Tjarda van

1
Agus Susilo dan Isbandiyah, 2018, Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan Bangsa Indonesia,
Historia, Vol.6, No. 2, hlm.404.

4
Starkenbrog Stachouwer (1936) melakukan tindak resesif kepada organisasi yang
bersifat nasionalis dan mengancam kedaulatan Belanda2.
Dengan adanya kebijakan yang lebih mengekang dari pihak Belanda, maka
bangsa Indonesia saat itu memilih untuk melakukan teknik yang lebih cerdik. Para
nasionalis tidak hanya melawan dengan mengangkat senjata, tetapi menggunakan
strategi tarik-ulur, sehingga tidak terlalu menarik perhatian Belanda.
Kemudian setelah akhirnya terus melakukan teknik seperti demikian, kekalahan
Belanda terhadap Jepang secara tiba-tiba membuat bangsa Indonesia semakin dekat
dalam meraih kemerdekaan. Hal ini menjadi pemicu para pemimpin bangsa
Indonesia untuk memikirkan kemerdekaan secepatnya.
Meskipun Jepang pada dasarnya datang untuk memanfaatkan para kaum
nasionalis untuk mendukung Jepang dalam perang, Jepang membuka kesempatan
yang besar bagi orang-orang Indonesia untuk berdiplomasi dan mereka memberikan
ruang yang cukup besar untuk mendiskusikan tentang kemerdekaan Indonesia.
Jepang mengangkat tokoh-tokoh nasionalis yang memiliki peran di masyarakat
untuk menarik simpati masyarakat3. Tujuan Jepang ini dapat dilihat dari pendirian
Gerakan 3A,Gerakan PUTERA, Masyumi, dan lain sebagainya. Ruang-ruang yang
disediakan oleh Jepang ini digunakan para pemimpin bangsa Indonesia untuk
mendukung tujuan mereka, sehingga dalam hal ini para tokoh nasionalis berpura-
pura berkompromi dengan Jepang untuk meraih kemerdekaan.
Kemudian faktor pemicu lainnya adalah kekalahan Jepang oleh sekutu dan
adanya kekosongan kekuasaan. Hal ini pada awalnya membuat perpecahan di tengah
golongan pemimpin di Indonesia, sehingg dikenal dengan peristiwa
Rengasdengklok. Peristiwa ini dikenal karena golongan tua dan golongan muda
memiliki perbedaan pendapat akan waktu diumumkannya kemerdekaan. Sampai
pada akhirnya terjadi kesepakatan untuk menghubungi Jepang terlebih dahulu.
Ketika dianggap menghubungi pihak Jepang tidak membuahkan hasil, para
golongan tua akhirnya sepakat untuk memproklamirkan kemerdekaan secepat yang
mereka bisa.

2
Muchamad Ali Safa’at, 2009, Pembubaran Partai Politik di Indonesia (Analisis Pengaturan Hukum dan
Praktik Pembubaran Partai Politik, disertasi, Universitas Indonesia: Fakultas Hukum, hlm.122.
3
Yasmis, 2007, Jepang dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Sejarah Lontar, Vol.4, No.2, hlm.25.

5
b. Filipina
Setelah sekian lamanya mengalami kolonialisme Spanyol, Filipina akhirnya
mulai mengalami pergerakan dan pemikiran untuk menuju Filipina yang merdeka
dan berdaulat secara independen. Beberapa faktor yang memicu terjadinya
pergerakan nasional hingga kemerdekaan di Filipina, di antaranya adalah faktor
perdagangan, faktor pendidikan, faktor politik (gubernur jenderal), dan faktor
adanya perang antara Spanyol dan Amerika.
Faktor pertama adalah perdagangan. Perdagangan di Filipina mulai terasa
kemajuannya ketika terjadi kenaikan ekonomi yang signifikan melalui adanya kapal-
kapal dagang yang bernama galleon. Fungsi dari kapal ini sendiri untuk membawa
perak dari pertambangan wilayah koloni Spanyol di Benua Amerika dan kemudian
dijual dengan barang-barang berharaga dari Cina yang didatangakan ke Manila4.
Adanya jalur perdagangan yang dibawa ini tentunya berdampak baik terhadap status
hidup masyarakat kelas menengah di Filipina yang mana menjadi pendukung faktor
pendidikan yang mulai dirasakan semakin menyebar.
Pendidikan ini menyebabkan munculnya kaum-kaum terpelajar di Filipina yang
lambat laun mulai merasakan hal yang janggal dengan pemerintahan Spanyol. Oleh
karena itu, kaum-kaum yang muncul dari cendekiawan atau yang biasa disebut
sebagai ilustradors berusaha membuat perbedaan dengan menunjukkan aksi-aksi
propaganda. Golongan ilustradors ini yang menyebarkan ide dari penindasan
Spanyol kepada masyarakat umum hingga akhirnya ide-idenya populer di kalangan
massa5.
Faktor pencetus berikutnya adalah munculnya organisasi-organisasi massa di
Filipina sebagai wujud dari pengaruh sebelumnya, yaitu pendidikan dan kesadaran
akan kolonialisme Spanyol. Organisasi-organisasi tersebut, di antaranya Comité de
Propaganda (Komite Propaganda, 1888), La Liga Filipina (Liga Filipina, 1892). Dan
Cuerpo de Compromisarios (Korps Berkomitmen, 1893), Katipunan, dan lain

4
Dias Pradadimara, 2013, Pembentukan Masyarakat Kolonial di Kepulauan Filipina Hingga Akhir Abad ke-
19, Mozaik: Jurnal Humaniora, Vol.14. No.2, hlm. 101.
5
Krishna Murthy A/L Chinnakannu Reday, 2002, Perkembangan Idea Nasionalisme di Filipina sehingga
Pembentukan Republik Malolos: Suatu Perjuangan daripada Pasif kepada Aktif, disertasi, Jabatan Sejarah:
Universiti Malaya Kuala Lumpur, hlm.33.

6
sebagainya yang menyebarkan sentimen nasionalis dan mengkampanyekan
reformasi institusi kolonial6.
Kemudian faktor pemicu berikutnya adalah pergantian penguasaan kolonial dari
Spanyol berubah menjadi Amerika Serikat. Hal ini berawal dari maraknya
pemberontakan di Filipina yang berakhir dengan gencatan senjata oleh Spanyol. Di
sisi lain, negara induk Spanyol sendiri tengah berperang dengan Amerika Serikat
dan kemenangan Amerika Serikat terhadap Pertempuran Teluk Manila (1898)
menyebabkan pimpinan revolusi di Filipina, Aguinaldo mempercayai dukungan
Amerika Serikat, sehingga mereka bergerak untuk membebaskan kota-kota sebelah
selatan Manila.
Akan tetapi, hal ini merupakan bentuk kerjasama dari Spanyol dan Amerika.
Spanyol pada 8 Agustus menjanjikan kepada Amerika Serikat bahwa mereka akan
menyerahkan Filipina dengan dua syarat. Pertama adalah melakukan peperangan
palsu dan melarang para pemberontak Filipina masuk ke manila.
Motif Amerika dan Spanyol ini akhirnya diketahui oleh Aguinaldo, sehingga ia
beserta kelompoknya menggelar revolusi kembali melawan Amerika Serikat.
Tokoh-Tokoh yang Berpengaruh

a. Indonesia
• Ir. Soekarno
Ir. Soekarno adalah salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia, terutama
ketika masa-masa pergolakan hingga menuju kemerdekaan. Soekarno sendiri
juga menjadi salah satu bapak proklamator bersama dengan Muhammad Hatta.
Ia lahir pada 6 Juni 1901 sebagai seseorang beretnis Jawa. Dari kepercayaan
etnisnya inilah ia meyakini bahwa tanggal lahirnya akan membawa kepada
prinsip-prinsip hidup yang ia yakini. Soekarno meyakini dari penanggalan
kelahirannya itu, ia akan mampu beradaptasi di segala kelompok perjuangan dan
ia akan menjadi seorang yang radikal sekaligus konservatif dalam menghadapi
masalah7.

6
M.C. Ricklefs... [et al.], 2013, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer, Depok:
Komunitas Bambu, hlm.360.
7
Anwar Sanusi, 2015, Pembaharuan Pemikiran Keislaman Kontemporer Ir Soekarno di Indonesia, Skripsi,
IAIN Syekh Nurjati Cirebon: Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, hlm. 22-23.

7
Untuk masalah perpolitikan sendiri, Soekarno memulai karir politiknya
ketika ia masih berada di klub belajar, di mana ia aktif untuk membahas
pemikiran-pemikiran akan nasib bangsa Indonesia.
Soekarno pada 1923-1924 juga turut berperan dalam penggantian nama Jong
Java menjadi Jong Indonesia serta ia aktif dalam organisasi kepemudaan di
Bandung. Pada 4 Juli 1927 bersama dengan rekan-rekannya mendirikan Partai
Nasional Indonesia (PNI). Kemudian ia melanjutkan kiprahnya dengan
membentuk PPKI yang menjadi propagandanya untuk menantang imperalisme
dan kolonialisme Belanda. Soekarno juga kerap mengalami beberapa kali
pengasingan oleh pemerintah Belanda, tetapi akhirnya dibebaskan.
• Mohammad Hatta
Peran Mohammad Hatta ketika masa pergolakan di Indonesia tidak lain
melalui kemampuan berpikirnya yang kritis. Dengan latar belakang sekolahnya
yang bercorak Eropa, Hatta dalam kiprah organisasi dan politiknya mendukung
kemerdekaan Indonesia agar diakui di mata dunia. Selama karirnya, utamanya
ketika ia bersekolah di Belanda, Hatta menjadi anggota di Indonesische
Vereniging (1922-1925), kemudian menjadi ketua Perserikatan Indonesia
(1925-1930) yang mana di Perserikatan Indonesia inilah propaganda Hatta akan
keinginan Indonesia untuk merdeka digaungkan, dan beberapa kegiatan lainnya
yang bercorak anti imperialisme dan kolonialisme.
Hatta kemudian kembali ke Indonesia tahun 1932 dan menjadi ketua Partai
Nasional Indonesia (1934-1935). Pemikirannya yang non-kooperatif terlihat
jelas dalam menyampaikan pendapatnya terkait demokrasi kerakyatan (yang
nantinya dipakai secara resmi oleh Indonesia) dan penolakan akan volksraad.8
Mohammad Hatta dalam karirnya juga disepadankan dengan Ir. Soekarno dan
disebut sebagai bapak proklamator Indonesia.
b. Filipina
• Jozé Rizal

8
Yuli Sri Lestari, 2011, Pemikiran Politik Mohammad Hatta Dalam Pergerakan Nasional Indonesia Tahun

1922-1941, Skripsi, Universitas Sebelas Maret: Pendidikan Sejarah.

8
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perlawanan masyarakat Filipina pada
dasarnya diawali dengan munculnya cendekiawan. Jozé Rizal merupakan salah
satu dari banyaknya cendekiawan yang muncul pada saat itu. Ia sangat tertarik
dengan sastra, sehingga ia turut menulis buku dengan judul Noli Ma Tangere
(Jangan Singgung Saya). Karyanya ini berisi tentang kritiknya terhadap gereja
dan pemerintah kolonial Spanyol.
Jozé Rizal mendirikan organisasi Liga Filipina pada 1882 yang tujuannya
untuk memerdekakan Filipina lewat jalut peperangan. Namun, ia akhirnya
meninggal dengan akhir dieksekusi oleh Spanyol karena tuduhan
pemberontakan pada 1893 yang sebenarnya dilakukan oleh Andes Banifacio.
Kematian Jozé Rizal pada tahun 1896 ini menyebabkan perlawanan rakyat
Filipina semakin membesar daripada sebelumnya dan cukup membuat Spanyol
kewalahan. Jozé Rizal pada dasarnya dianggap sebagai orang yang sangat
berpengaruh di Filipina. Ia menjadi pelopor melalui karya-karya tulis dan juga
melalui gerakan politik9.
• Emilio Aguinaldo
Emilio Aguinaldo y Famy atau yang biasa dikenal sebagai Emilio Aguinaldo
adalah presiden pertama di Filipina. Terpilihnya ia menjadi presiden merupakan
pencerminan kekuasaan elite terhadap kepemimpinan revolusi 10. Kiprahnya
cukup membawa dampak yang besar terhadap Filipina, terutama dalam
mengusir Spanyol, pembentukan organisasi-organisai anti-kolonial dan perang-
perang lainnya. Meskipun beberapa sejarawan memperdebatkan kelayakan
Aguinaldo menjadi pahlawan Filipina, utamanya karena perannya di dalam
perjanjian Biak-na-Bato11.

2.2. Organisasi-Organisasi Pergerakan

a. Indonesia
Awal perjuangan bangsa Indonesia, seperti yang disebutkan di atas berawal dari adanya
politik balas budi dari Belanda yang disebut sebagai Politik Etis. Setelah politik etis

9
Samad, 2011, Peranan Jose Rizal dalam Pergerakan Nasionalisme Filipina, Skripsi, Universitas Senata
Dharma: Jurusan Pendidikan Sejarah, hlm.31.
10
M.C. Ricklefs... [et al.], Loc.Cit., hlm.362.
11
Perjanjian yang memutuskan akhir dari Revolusi Filipina antara Gubernur Jenderal kolonial Spanyol
Fernando Primo de Rivera dan pemimpin para revolusioner Emilio Aguinaldo.

9
tersebut diresmikan oleh Ratu Wilhelmina, mulai muncul organisasi-organisasi politik,
misalnya saja Budi Oetomo (sebagai tonggak awal), organisasi-organisasi dagang,
organisasi keagamaan, organisasi nasional, bahkan organisasi komunis. Berikut
disediakan tabel yang saya padatkan dan berasal dari buku karangan Ahmadin12.

Partai/Organisasi Deskripsi Singkat


Budi Utomo Dibentuk oleh Dr. Wahidin
Sudirohusodo pada 1908. Organisasi ini
merupakan wujud dari organisasi
pendidikan. Tujuan organisasi ini adalah
untuk membiayayai orang-orang yang
memiliki keinginan untuk bersekolah.
Perhimpunan Indonesia Perhimpunan Indonesia pada awalnya
bernama Indische Vereeniging yang
dibentuk oleh Sutan Kasayangan dan
R.N. Noto Suroto pada 1908 di Leiden,
Belanda. Tujuannya pembentukannya
adalah untuk menarik perhatian
internasional akan Indonesia.
Sarekat (dagang) Islam Didirikan pada 1905 oleh Hj.
Samanhudi. Tujuan awalnya sebagai
organisasi dagang umat muslim untuk
menyaingi pedagang Cina. Sarekat
Dagang Islam kemudian berganti nama
menjadi Sarekat Islam pada 1912.
Indische Partij Dibentuk oleh Douwes Dekker, Ki Hajar
Dewantara, dan dr. Tjipto
Mangunkoesoemo pada 1912.
Tujuannya untuk mengembangkan rasa
nasionalisme di antara masyarakat
bumiputera.

12
Ahmadin, 2015, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Makassar: Rayhan Intermedia.

10
Muhammadiyah Didirikan pada 1912 di Yogyakarta oleh
KH. Ahmad Dahlan. Fokusnya adalah
kepada ajaran-ajaran Islam dan
pendidikan.
Partai Komunis Indonesia Merupakan kepanjangan dari partai
beraliran sama yang dirintis oleh Henk
Sneevliet pada 1914 (saat itu bernama
Indische Sociaal Democratische
Vereeniging-ISDV). Tujuan dari adanya
partai ini adalah untuk menyebarkan
paham komunisme di Hindia. ISDV
kemudian berganti nama menjadi Partai
Komunis di Hindia (PKH) sebelum
berganti menjadi Partai Komunis
Indonesia.
Partai Nasional Indonesia Dibentuk oleh Soekarno pada 1927.
Tujuannya adalah untuk mewadahi
pergerakan di bidang sosial,
ekonomi,politik, dan sosial.
Partindo, PNI Baru dan Gerindo Partindo didirikan pada 1931 sebagai
kepanjangan dari PNI yang terpaksa
bubar karena perbedaan ideologi.
Ketuanya adalah Sartono dan aliran
partai ini lebih kepada radikal.
Akhirnya, partai ini dibubarkan oleh
Belanda.
PNI Baru sama seperti Partindo, partai
ini juga merupakan kepanjangan dari
PNI. Tokoh yang berpengaruh di PNI
Baru adalah Moh. Hatta dan Sutan
Sjahrir. Sayangnya, partai ini dianggap
berbahaya dan dibubarkan oleh
pemerintah kolonial.

11
Gerindo didirikan oleh Amir Syarifudin
pada 1937 sebagai reaksi dari
ketidakamanan pergerakan yang bersifat
radikal. Gerindo lebih kooperatif dan
bergerak dalam bidang-bidang yang
lebih halus.
Petisi Sutarjo Petisi ini digagas oleh Sutardjo
Kartohadikusumo pada 1936 karena
ketidakpuasan akan kebijakan politik
oleh Gubernur de Jonge. Petisi ini
menuntut agar Indonesia dapat menjadi
negara yang berdiri sendiri, tetapi hal ini
ditolak oleh Belanda.
Gabungan Politik Indonesia Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
didirikan pada 1939 oleh Mohammad
Husni Thamrin. Hal ini karena ketakutan
akan penyebaran fasisme di Indonesia,
sehingga dibuat penggabungan beberapa
partai politik, di antaranya Gerindo,
Perindra, Partai Pasundan, Persatuan
Minahasa, PSII dan Persatuan Partai
Katolik.

b. Filipina
Sementara itu, organisasi pergerakan di Filipina dapat dilihat dalam gerakan-gerakan
yang diprakarasai oleh Jozé Rizal dan para pejuang lainnya di Filipina. Berikut
merupakan kumpulan beberapa data yang dikutip penulis dari beberapa sumber terkait
dengan organisasi perrgerakan di Filipina.
Organisasi/Gerakan Deskripsi Singkat

12
La Solidaridad Merupakan wadah media koran yang digunakan
oleh Jozé Rizal untuk membantu menyebarkan
paham propagandanya13.
Katipunan Organisasi atau gerakan ini didirikan di Tondo,
Manila pada 1892 dan dipimpin oleh Andres
Bonifacio. Gerakan ini bersifat rahasia dan
memiliki tiga tujuan penting, yaitu politik,
moral, dan sipil. Politik berhubungan dengan
pemisahan antara Filipina dan Spanyol. Tujuan
moral berakar dari perilaku yang bersih, dan
sipil bertujuan kepada keadilan rakyat14.
La Liga Filipina Didirikan oleh Jozé Rizal dan kawan-kawannya
pada 1892. Liga ini bertujuan untuk menuntut
pembaharuan Filipina di bawah pemerintahan
Spanyol. Kendati demikian, liga ini tidak
bertahan lama karena dianggap membahayakan
dan kemudian dibubarkan oleh pemerintah
Spanyol15.

13
Wildan Sena Utama, 2014, Patriot Ekspatriat: Imajinasi dan Aksi Anti-Kolonialisme dan Nasionalisme Asia
Tenggara, Jurnal Kajian Wilayah, Vol.5, No.2., Hlm, 173.
14
Tony Firman,2019, Lahirnya Katipunan Gerakan Rakyat Filipina melawan Spanyol, Diakses melalui
https://tirto.id/lahirnya-katipunan-gerakan-rakyat-filipina-melawan-spanyol-edqq, Pada 6 April 2022, Pukul
21:57 WIB.
15
Anggita Tiana Rachmawati, 2013, Perjuangan Jose Rizal Menuntut Reformasi Kebijakan Spanyol di
Filipina Tahun 1883-1896, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah, Hlm.65.

13
BAB III
PENUTUP

Di akhir kata dari pembahasan pergerakan kemerdekaan antara Indonesia dengan Filipina,
penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat persamaan di antara keduanya dan juga perbedaan
di antara keduanya. Persamaan dari kedua pergerakan di Indonesia dan Filipina adalah
pentingnya peran pendidikan sebagai modal awal pemikiran hingga menuju kemerdekaan.

Indonesia mengawali perjalanannya menuju kemerdekaan ketika Belanda memulai Politik Etis,
salah satunya adalah mengenai pendidikan. Terbukanya akses pendidikan ini berujung
terhadap tebentuknya organisasi-organisasi untuk berdiskusi. Untuk Indonesia sendiri,
organisasi pertama adalah Budi Utomo yang berdiri tahun 1908 dan merupakan organisasi
pendidikan, barulah setelahnya muncul berbagai macam organisasi dengan perbedaan ideologi
tetapi tetap satu tujuan, yakni kemerdekaan Indonesia.

Sementara itu, pendidikan di Filipina terjadi pertama karena pengaruh perdagangan, sehingga
kesempatan masyarakat untuk mengakses pendidikan semakin terlihat. Hal ini dapat dilihat
dari adanya kaum ilustrador yang mana dari kaum ini, tokoh-tokoh yang berperan sangat
penting muncul.

Tokoh-tokoh yang berperan di Indonesia, di antaranya adalah Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Sedangkan di Filipina tokoh yang memiliki pengaruh cukup besar adalah. Jozé Rizal dan
Emilio Aguinaldo. Ir. Soekarno memiliki pengaruh untuk menyebarkan gagasannya di
kalangan masyarakat dengan pidato-pidatonya dan Moh. Hatta memiliki pengaruh di mata
internasional. Dari sisi Filipina, Jozé Rizal adalah pelopor pergerakan di Filipina dan ia banyak
menulis buku untuk menuliskan gagasannya terhadap pemerintahan Spanyol. Sementara itu,
Emilio Aguinaldo merupakan presiden pertama di Filipina dan memiliki peran yang besar
ketika berperang melawan Spanyol.

Kemudian dari segi perbedaan, baik Indonesia maupun Filipina memiliki sejarah yang panjang.
Namun, organisasi dan pergerakan di Indonesia lebih beragam dan memiliki cukup banyak
organisasi dan partai dibandingkan Filipina. Organisasi di Indonesia, di antaranya Budi Utomo,
Perhimpunan Indonesia, Sarekat (dagang) Islam, Indische Partij, Muhammadiyah, Partai
Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Partindo, PNI Baru, dan Gerindo, Gerakan
petisi Sutarjo, serta Gabungan Politik Indonesia. Sementara itu, di Filipina terkenal beberapa
gerakan, di antaranya La Solidaridad, Katipunan, dan La Liga Filipina.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadin. (2015). Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia. Makassar: Rayhan


Intermedia.

Firman, T. (2019, July 7). Lahirnya Katipunan, Gerakan Rakyat Filipina Melawan Spanyol.
Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/lahirnya-katipunan-gerakan-rakyat-filipina-
melawan-spanyol-edqq
Lestari, Y. S. (2011). Pemikiran Politik Mohammad Hatta Dalam Pergerakan Nasional
Indonesia Tahun 1922-1941 [Doctoral
dissertation]. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/19006/Pemikiran-Politik-
Mohammad-Hatta-Dalam-Pergerakan-Nasional-Indonesia-Tahun-1922-1941
M.C Ricklefs, A. L. (2013). Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai
Kontemporer. Depok: Komunitas Bambu.
Murthy, K., & Reday, C. (2002). Perkembangan Idea Nasionalisme di Filipina sehingga
Pembentukan Republik Malolos: Suatu Perjuangan daripada Pasif kepada
Aktif [Master's thesis]. http://malrep.uum.edu.my/rep/Record/my.um.stud.727/Details
Pradadimara, D. (2013). Pembentukan Masyarakat Kolonial di Kepulauan Filipina Hingga
Akhir Abad ke-19. Mozaik: Jurnal Humaniora, 101.
Rachmawati, A. T. (2013). Perjuangan Jose Rizal Menuntut Reformasi Kebijakan Spanyol di
Filipina Tahun 1883-1896 [Doctoral dissertation]. http://eprints.uny.ac.id/16402/
Safa’at, M. A. (2009). Pembubaran Partai Politik di Indonesia (Analisis Pengaturan Hukum
dan Praktik Pembubaran Partai Politik [Master's thesis].
Samad. (2011). Peranan Jose Rizal dalam Pergerakan Nasionalisme Filipina [Doctoral
dissertation]. https://repository.usd.ac.id/25358/
Sanusi, A. (2015). Pembaharuan Pemikiran Keislaman Kontemporer Ir Soekarno di
Indonesia [Doctoral
dissertation]. http://repository.syekhnurjati.ac.id/3103/1/1.%20eksecutif%20summar
y.pdf
Susilo, A., & Isbandiyah. (2018). Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan
Bangsa Indonesia. Historia, 404.

Utama, W. S. (2014). Patriot Ekspatriat: Imajinasi dan Aksi Anti-Kolonialisme dan


Nasionalisme Asia Tenggara. Jurnal Kajian Wilayah, 173.

15
Yasmis. (2007). Jepang dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Sejarah Lontar, 25.

16

Anda mungkin juga menyukai