21 Votes
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis L) dari familia Theaceae.
Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah
pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini
dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari
dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di
perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan
pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar
diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun.
Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar
selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan
secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara
baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah
tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-2.000 m di atas
permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi
hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap
air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200
mm yang merata sepanjang tahun.
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali dengan selang 7
sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah. Cara pemetikan
daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh yang
dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus (fine plucking) dan cara pewmetikan kasar
(coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan
sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu dilakukan
pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya. Ada pula
yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus dari daun ketiga di
bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan bebewrapa perkebunan (rakyat),
yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun di bawahnya, termasuk
batangnya.
Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990 luas perkebunan teh di
Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998 mencapai 136.109 ton. Klasifikasi
botani tanaman teh adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatopyta
Sub : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Transtroemiaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L.
Varietas utama adalah varietas China, Asam dan Cambodia. Klon anjuran Balai Penelitian
Perkebunan Gambung tahun 1878-1988 adalah Seri Gambung: Gmb 1, Gmb 2, Gmb 3 dan
Gmb 4. Varitas lain berasal dari Jepang yang ditanam di perkebunan rakyat seperti di Kebun
Teh hijau Jepang di Garut.
B. MANFAAT TANAMAN
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru dunia. Air teh
yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C, zat yang tidak larut dalam air
seperti serat, protein dan pati serta zat yang larut di dalam air seperti gula, asam amino dan
mineral. Jadi selain sebagai minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga
bisa dijadikan obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan
alkaloida.
Daun teh barbau khan aromatik , rasanya agak sepet . Mengenai uraian makroskopiknya yaitu
sebagai berikut:
1. Helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai sudip
memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai panjang
2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawahnya
berambut sedang telah tua menjadi licin
3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan terbenam
Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak atsiri.
Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan
alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau dibawahnya, digulung dan
difermentasikan untuk kemudian diberikan pada penderita.
C. SYARAT PERTUMBUHAN
1. Iklim
2. Media Tanaman
1. Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh
juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan
Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah,
berlempung sampai berdebu, gembur.
2. Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
3. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh
yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan
(3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat
menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
3. Ketinggian Tempat
Tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai di
ketinggian lebih dari 1.000 m dpl.
1. Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman
diperbanyak dengan stek daun.
Persyaratan Benih/Bibit
a. Persyaratan benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan besar. Biji
disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan segera
disemaikan setelah dipungut.
c. Penanaman
1. Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur, jarak
tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah dibenamkan, ditimbun
tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan ditutupi dengan potongan daun
guatemala, atau alang-alang. Bedengan dinaungi dengan naungan individu.
2. Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman yang sama.
Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam bedengan yang dinaungi.
3. Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan insektisida
Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan, pemupukan 2-3 bulan
setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/10 liter.
4. Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di bedengan
dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3 tahun (stump).
1. Bahan tanaman
1. Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna
coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).
2. Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication plant, MP).
3. Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan memiliki 1 helai
daun.
4. Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal ranting
yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang
tumbuh aktif).
5. Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2 menit.
1. Media stek
1. Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan sisa
akar/tanaman.
2. Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) untuk
mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah
(sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan
saringan 1-2 cm.
3. Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah. Dithane
dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
4. Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak 1/2-1
kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
5. Pemupukan dasar
Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak
500 gram/m3 tanah.
1. Setengah bagian bawah polibag 12 x 25 cm diberi 5-6 lubang dengan diameter
0,5-1 cm.
2. 2. 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) mengisi bagian bawah polibag,
1/2-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) mengisi bagian atas. Tanah
dalam kondisi kering angin.
3. Polibag disusun di dalam bedengan (1 m bedengan untuk 156-168 polibag).
4. Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air.
5. Buat lubang tanah 2-3 cm.
6. Tanamkan stek di lubang tanam dengan posisi daun tegak, searah dan tidak
saling tindih. Padatkan tanah di sekitar stek.
7. Siram bedengan dan tutupi dengan selimut plastik, ujungnya ditimbun tanah
sehingga membentuk parit.
8. Pelihara 3 bulan dalam kelembaban 90%.
1. Penanaman stek
Pemeliharaan Pembibitan
1. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk daun Bayfolan
15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali.
2. Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan,
menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%.
3. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.
Persiapan
1. Persiapan lahan
Karena lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau lahan pertanian lain, maka
perlu dilakukan survey dan pemetaan tanah yang datanya akan menunjang pembuatan peta
kebun dan perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.
1. Pembuatan jalan
Lebar jalan kebun cukup 1 meter.
2. Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.
Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang populasinya
masih cukup banyak 30-50%.
3. Teknik Penanaman
Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai.
1. Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman baris
tunggal lurus
2. 15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris tunggal
lurus
3. > 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai kontur
4. Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon; penanaman baris
berganda
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x40 cm untuk bibit asal stump biji dan 20 x20
x20 cm untuk bibit asal stek
Cara Penanaman
1. Masukkan pupuk dasar ke dalam lubang yaitu 11 gram urea, 5 gram TSP dan kg KCl.
2. Jika pH tanah > 6, masukkan belerang murni 10-15 gram.
3. Jika bibit berasal dari stump biji:
3) Masukkan ke dalam lubang tanam, timbun dan padatkan tanah di sekeliling batang.
Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran
rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam
di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji setelah teh ditanam.
Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak bisa dipertahankan
(2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia
falcata, A. sumatrana, A. procera, A. chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina
subumbrans, Gliricida maculata, Acacia decurens.
4. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman mati diganti tanaman baru dengan bibit yang sama, penyulaman dimulai dua
minggu setelah tanam sampai dua bulan menjelang kemarau. Bibit sulaman yang diperlukan
pada tahun pertama adalah 10% dan tahun kedua 5%. Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai
menghasilkan (Tanaman Menghasilkan/TM).
Pembubunan
Pohon pelindung berfungsi sebagai sumber pupuk hijau, pangkasan daunnya dihamparkan di
antara tanaman teh. Mulsa diberikan pula melalui penanaman rumput Guatemala. Tanaman
pelindung sementara dipertahankan sampai tanaman teh berumur 2 tahun.
Pemupukan
- Andosol/Regosol:N=100;P2O5=50;K2O=30;MgO=20
- Latosol/Podsolik : N=110;P2O5=50;K2O=50;MgO=25
Dosis pemupukan kg/ha/tahun untuk tanaman yang menghasilkan (TM) dengan target
produksi 200 kg teh kering/ha/tahun
b) TSP, PARP (unsur hara P2O5): dosis optimal 60-120 untuk Andosol/Regosoldan 15-40
Latosol/Podsolik untuk, 1-2 kali/tahun
e) Seng sulfit (unsur hara ZnO): dosis optimal 5-10, 7-10 kali/tahun
Hama
1. Helopeltis antonii
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang
diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat
menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan
berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC,
Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat.
Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus
homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis,
hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85
S, Sevin 85S.
Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara
mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah.
Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu
serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis,
pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan
460 EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.
Penyakit
1. Cacar teh
Penyebab: jamurExobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-
bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak
menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon
pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari),
penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
1. Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai
dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke
dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.
Penyebab: jamurPestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan
berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk.
Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang
mengandung tembaga.
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar.
Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati.
Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100
cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000
meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di
bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R.
bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.
1. Jamur akar coklat jamur kanker belah, jamur leher akar, jamur busuk akar , jamur
akar hitam. Menyerang akar, pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.
Gulma
5. Panen
Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang berkualitas dalam
jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan produksi dan kesehatan tanaman.
Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3 tahun. Daun yang dipetik adalah:
1. Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif
2. Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat
3. Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh.
Cara Panen
1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik
agar datar dan rata.
2. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:
1. Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus
diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus
petik dibiarkan.
2. Tunas yang terlalu muda harus diambil.
3. Semua pucuk burung diambil.
4. Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang
pangkas dibiarkan.
5. Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara
memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.
Periode Panen
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan
tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode
antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari
sekali.
Prakiraan Produksi
f. Pascapanen
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan
ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang
bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 x 160 cm
dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan
tidak ditumpuk di tempat teduh (di los).
Perkiraan analisis budidaya teh pada lahan datar s/d 15 derajat dengan penanaman baris
tunggal lurus selama masa tanam 6 tahun dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat
tahun 1999.
Selama ini Indonesia hanya mengekpor teh saja, pengolahan teh untuk mendapatkan citarasa
tertentu dan pengemasannya dilakukan di luar negeri. Dengan demikian, konsumen di luar
negeri tidak mengetahui bahwa teh yang mereka minum ditanam di Indonsia, Pendirian
industri pengemasan teh siap konsumsi merupakan alternatif yang menarik dalam agribisnis
teh.
V. STANDAR PRODUKSI
5.2. Diskripsi
Teh adalah pucuk dan daun muda kering dari tanaman thea sinensis (L) sims yang telah
diolah. Standar mutu teh di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-
3836-1995.
1. Kadar Air
5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dalam sebuah botol
timbang. Lalu keringkan pada 105 derajat C, didinginkan dan timbang hingga
bobotnya tetap
Kadar air=(pengurangan bobot bahan / berat gram contoh) x 100%
2. Abu
5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dan dicampurkan
dengan air sampai menjadi bubur, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, kemudian
panaskan sampai kelebihan asamnya hilang. Sesudah itu dipijar lalu didinginkan dan
dibasahi lagi dengan 2-3 tetes asam sulfat pekat dan dipijarkan lagi. Selam dipijar
tambahkan beberapa butir amonium karbonat untuk mempermudah pengabuan,
dinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap.
Kadar abu=(bobot abu / berat gram contoh ) x 100%
3. Abu dapat larut dengan air
Abu yang terdapat dalam kadar abu diatas ditambah dengan air dan dipanaskan diatas
pemanas air, kemudian disaring dan dicuci dengan air panas 2-3 kali. Kertas saring
(berikut endapannya) dipijarkan dalam cawan petri, lalu didinginkan dan ditimbang
hingga bobotnya tetap.
Kadar abu larut dalam air=(pengurangan bobot masal abu / berat gram contoh ) x
100%
4. Kadar kotoran (pasir, tanah, dsb)
5-10 gram contoh (yang telah dihaluskan) diabukan seperti keterangan diatas tersebut,
kemudian abu ditambah/dilarutkan dalam HCl encer (25%) dan dipanaskan kedalam
penangas air. Setelah selesai disaring dan dicuci dengan air panas hingga tak bereaksi
asam lagi, sisa saringan dipijar, dinginkan ditimbang hingga bobotnya tetap.
Kadar abu=( bobot kotoran / berat gram contoh ) x 100%
5. Kadar ekstrak (sari)
Kertas saring bulat dikeringkan pada suhu 105 derajat C. Dinginkan dan timbang.
Masukan 5 gram contoh kedalam piala 1 liter tambahkan 750 ml air didihkan selama
15 menit, saring dengan kertas saring lalu dinginkan dan ditimbang. Sisa dalam piala
ditambahkan lagi dengan 750 ml air dan didihkan kemudian saring. Pekerjaan serupa
diulangi sampai 4 kali. Pada saringan terakhir dikumpulkan, kemudian dikeringkan
pada suhu 105°, didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Pengurangan
bobot bahan asal dikurangi kadar air adalah kadar ekstrak (sari).
5.5. Pengemasan
Kedua jenis teh tersebut diekspor dalam bentuk daun (leaf) atau serbuk teh (dust). Teh hijau
dikemas dalam kemasan 3 kg baik untuk daun maupun serbuk teh.
VI. REFERENSI
a) M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian
Perkebunan Gambung. Bandung.
b) Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana
Protek Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.
c) Trubus No. 346. 1998. Kebun Teh Jepang di Garut