Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena hanya
atas perkenan-Nya, maka Panduan Pelayanan Kemoterapi di Rumah Sakit Umum
Daerah dr.Chasbullah Abdulmdjid Kota Bekasi ini dapat selesai.
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
semua pihak dalam penyelesaian Panduan Pelayanan Kemoterapi ini. Kami sangat
menyadari adanya berbagai kekurangan dalam buku ini, namun hal secara
berkesinambungan akan terus diperbaiki seiring dengan peningkatan dan tuntutan
pelayanan dan pengembangan rumah sakit ini.
Tim Penyusun
1
PENULIS DOKUMEN POKJA PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN
2
PENGESAHAN DOKUMEN RSUD dr. CHASBULLAH ABDULMADJID
PANDUAN PELAYANAN KEMOTERAPI
TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
Ketua Komite
Medis
Pengendali
Dokumen
Direktur RSUD
dr. Chasbullah
Abdulmajid
3
DAFTAR ISI
4
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi
Nomor : 188.4/351-RSUD/X/2018
Tanggal : 20 September 2018
BAB I
DEFINISI
1. Latar Belakang
Penderita kanker di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang cukup tajam, hal ini
dapat dilihat dari data-data tentang kasus kanker yang dipublikasikan oleh berbagai lembaga
kanker dan oleh pemerintah sendiri. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2030 akan terjadi
peningkatan hingga mencapai tujuh kali lipat dari kasus yang ada sekarang. Dengan semakin
meningkatnya penderita kanker juga akan meningkatkan kasus kematian yang disebabkan
oleh kanker. Data badan dunia United Nation Against cancer (UICC) menunjukkan
bahwa insiden kanker akan meningkat dengan tajam hingga 200-300% pada beberapa
dekade kedepan, dan 60-70% kanker tersebut akan terdapat di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia.
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi
genetik dari DNA seluler, sel kanker menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke
limfe dan pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel kanker menyebar ke
bagian tubuh yang lain (metastase). Pengobatan kanker harus dilakukan sedini mungkin
untuk mencegah terjadinya metastase.
Pengobatan kanker meliputi operasi, kemoterapi, radiasi dan juga hormonal terapi.
Tindakan kemoterapi dinilai sebagai tindakan yang paling efektif dan akan sangat membantu
kenyamanan pasien bila diberikan dengan tepat (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
cara pemberian dan tepat pemantauan efek obat).
Menurut American Society of Clinical Oncology, kemoterapi adalah agen neoplastik
yang bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang diberikan baik secara oral maupun rute
parenteral (intravena, perifer maupun sentral) atau rute spesifik lainnya
5
BAB II RUANG
LINGKUP
Pelayanan kemoterapi dilaksanakan di poli rawat jalan atau bangsal rawat inap terutama
wajib diketahui oleh dokter, perawat dan ahli farmasi yang berkompeten dalam memberikan
asuhan kepada pasien yang menjalani kemoterapi.
Pelayanan kemoterapi mencakup (1) penentuan diagnosa jenis kanker dan penyebabnya
(2) mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian kemoterapi (3) penentuan tujuan terapi
(4) evaluasi syarat pasien kemoterapi pertama (5) mengetahui mekanisme dan cara kerja obat
kemoterapi (6) mengetahui dan melakukan persiapan pemberian kemoterapi sesuai dengan
prosedur (7) penilaian respon pemberian kemoterapi (8) melakukan monitoring efek samping
kemoterapi (9) menangani komplikasi/efek samping pemberian kemoterapi (10) penentuan
kompetensi perawat kemoterapi
Adapun pelayanan kemoterapi mencakup berbagai jenis penyakit kanker / keganasan
hematologi dan non hematologi. Kanker/keganasan hematologi mencakup yaitu leukemia
akut dan kronis. limfoma malignan dan myeloma multiple, serta keganasan mieloproliferatif.
Keganasan mieloproliferatif terdiri atas polisitemia vera, leukemia granulositik kronis,
trombositosis esensial dan mielofibrosis. Leukemia kronis terdiri atas leukemia granulositik
kronis dan leukemia limfositik kronis. Sedangkan keganasan non-hematologi terdiri atas
kanker/tumor masa padat yaitu kanker payudara, kanker paru, kanker kolorektal, kanker
nasofaring, kanker serviks/ovarium, kanker prostat, kanker hepatobilier dan pankreas, kanker
otak, serta kanker tulang dan jaringan ikat.
A. Tujuan Kemoterapi
Menurut American Society of Clinical Oncology, kemoterapi adalah agen neoplastik yang
bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang diberikan baik secara oral maupun rute
parenteral (intravena, perifer maupun sentral) atau rute spesifik lainnya
Penentuan tujuan dilakukannya kemoterapi tergantung pada kondisi dan stadium kanker
yang diderita pasien saat memutuskan untuk menjalani kemoterapi.
6
a. Cure Cancer
Bila memungkinkan, kemoterapi diberikan dengan tujuan untuk menyembuhkan
penyakit kanker (kuratif) yang artinya tumor hilang dan tidak tumbuh lagi. Namun, sebagian
besar dokter lebih memilih kata survive dibanding ‘sembuh’ karena diperlukan waktu
bertahun-tahun untuk bisa menyatakan pasien telah benar-benar sembuh dari kanker.
b. Control Cancer
Bila sudah tidak mungkin lagi untuk disembuhkan, maka tujuan pemberian kemoterapi
adalah untuk mengontrol pertumbuhan kanker, mencegah penyebaran dan mengecilkan
ukurannya. Hal ini dapat menolong pasien dengan mengurangi keluhannya, memberi rasa
nyaman dan memperpanjang usianya. Sehingga pengobatan kanker dalam hal ini seperti pada
penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi dan sebagainya.
c. Palliative Care
Pada penderita kanker yang berada sudah dalam stadium lanjut maka kemoterapi
dilakukan untuk mengurangi penderitaan yang dialami pasien dan meningkatkan kualitas
hidup pasien namun bukan untuk mengobati. sehingga pada saatnya pasien meninggal bisa
dengan tenang dan bermartabat.
B. Manfaat Kemoterapi
a. Primary Treatment
Yaitu kemoterapi sebagai pengobatan utama pengobatan kanker.
b. Adjuvant
Yaitu kemoterapi sebagai pengobatan tambahan setelah diberikan pengobatan primer.
c. Neoadjuvant
Yaitu kemoterapi sebagai pengobatan awalan sebelum diberikan pengobatan primer.
d. Radiosensitizer
Yaitu kemoterapi yang dilakukan beberapa saat sebelum diberikan radioterapi yang
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas radioterapi.
7
C. Mekanisme Kerja Kemoterapi
Prinsip kerja pengobatan dengan kemoterapi adalah dengan meracuni atau membunuh sel-
sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar
tidak menyebar, atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker.
Kemoterapi kadang-kadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker. Kemoterapi
bersifat sistemik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat, karenanya
kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin suddah menjalar dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain.
Penggunaan kemoterapi berbeda-beda untuk setiap pasien, kadang-kadang sebagai
pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah operasi atau radiasi.
Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Dua atau
lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi. Alasan dilakukannya terapi kombinasi
adalah untuk menggunakan obat yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses
metabolisme sel, sehingga akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel
kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika obat
dengan efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih
rendah dari pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri.
Obat-obat dengan sifat yang berbeda digabungkan, misalnya obat yang membunuh sel-sel
tumor dikombinasikan dengan obat yang merangsang system kekebalan terhadap kanker.
Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Pada umumnya anti kanker
menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat
pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel
germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit.
8
BAB III
TATA LAKSANA
2. Cara Pemberian
a. Intra vena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui
jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang
paling banyak digunakan untuk khemoterapi. Dalam pemberian intravena
usahakan jangan ada ekstravasasi obat.
b. Intra arterial
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah
ke daerah tumor dengan cara infus intra arteri menggunakan catheter dan
pompa arteri. Infus intra arteri digunakan untuk memberikan obat selama
beberapa jam atau hari.
c. Intra oral
d. Intra cavitas/intra peritoneal/pleural
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal.
e. Sub kutan
f. Topikal.
3. Kontra Indikasi
a. Kontra Indikasi absolut
9
1) Penyakit stadium terminal.
2) Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
3) Septokemia
4) Koma
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan, yang apabila diberikan
kemoterapi dapat terjadi efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sebagai berikut:
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa dan Stadium
10
10
1) Diagnosa keganasan harus sudah diketahui pasti (triple diagnostic) berdasarkan
pemeriksaan fisik, pencitraan/Imaging dan patologi atau sitologi.
2) Penentuan stadium: foto thorax, USG abdomen, mamografi kontra lateral, bone
scan dan lain-lain sesuai dengan jenis kankernya.
3) Laboratorium dasar: Darah Lengkap (DL), SGOT, SGPT, BUN.
4) Tinggi badan dan berat badan: mengukur luas permukaan tubuh untuk
menentukan dosis obat.
b. Pemeriksaan Tambahan
Kreatinin klirens, EKG ataupun Echocardiografi, asam urat, elektrolit serum,
tumor marker.
6. Standar Ketenagaan
a. Syarat petugas (Sumber Daya Manusia)
1) Staf harus sudah mendapatkan pendidikan kemoterapi
2) Staf harus mengetahui cara persiapan, pemberian dan pencegahan resiko obat
3) Staf harus mengikuti perkembangan onkologi
b. Staf yang tidak diperbolehkan menangani obat sitostatika
1) Wanita hamil
2) Wanita/ibu yang sedang menyusui.
3) Wanita yang sedang merencanakan kehamilan.
4) Staf yang belum terlatih.
5) Staf yang belum dewasa.
6) Siswa perawat yang sedang praktek
7) Pegawai/staf yang tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD)
c. Hak petugas
1) Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap dan fungsi ginjal.
2) Gejala-gejala yang dirasakan staf harus diketahui oleh Kepala Ruangan dan
medis.
3) Rotasi petugas minimal dua tahun sekali untuk meminimalkan resiko.
Prosedur pemberian kemoterapi sebenarnya sama dengan pemberian obat-obat yang lain,
yaitu terdiri dari: persiapan penderita, persiapan pemberian obat, penilaian respon dan
monitor efek samping.
11
11
Hal yang menjadikannya berbeda adalah:
1. Kemoterapi diberikan pada penderita kanker, dimana penderita sangat berharap bisa
sembuh dari kankernya.
2. Kemoterapi memiliki tata cara khusus dalam persiapan dan pemberiannya agar
tujuan kemoterapi dapat tercapai dan petugas kesehatan serta lingkungan yang
berhubungan dengan penderita terlindungi dari toksisitas obat tersebut.
3. Efek samping kemoterapi sering bahkan hampir selalu dapat diduga.
4. Harga obatnya yang mahal.
a) Persiapan Penderita
1. Aspek penderita dan keluarga, meliputi :
a. Penjelasan tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan
penyakitnya.
b. Penjelasan mengenai macam dan jenis obatnya, jadwal pemberian dan persiapan
setiap siklus obat kemoterapi.
c. Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita.
d. Pejelasan mengenai harga obat kemoterapi (kalau perlu)
e. Informed consent.
2. Aspek Onkologis, meliputi:
a. Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis (besarnya tumor diukur
dengan kaliper atau penggaris), radiologis dan patologis (triple diagnostic), kalau
memungkinkan diperiksa juga tumor marker.
b. Tentukan stadium (klinis, imaging) dengan sistem TNM.
c. Tentukan tujuan terapi (neoajuvan, ajuvan, terapeutik atau paliatif).
d. Tentukan regimen kombinasi terapi, dosis dan prosedur pemberianya.
3. Aspek Medis
a. Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang
dapat mempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kelainan fungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.
b. Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan
penyakit tersebut di atas ( klinis, imaging dan laboratorium ).
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula
darah puasa dan 2 jam pp (sesuai indikasi), pemeriksaan jantung (EKG) atau
12
12
kalau perlu Echocardiography . Pada pemberian kemoterapi siklus berikutnya bila
tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik cukup diperiksa darah lengkap saja
(Heomoglobin, lekosit, trombosit, netrofil).
c. Penentuan status performance (karnofsky atau ECOG).
13
13
b. Spuit disposibel 3cc, 5cc, 20cc.
c. Infus set, pada obat golongan taxane telah disediakan infus set khusus.
d. Larutan NaCl 0,9% 100 cc, NaCl 0,9% 500 cc dan aquadest 25 cc.
e. Syringe pump/infuse pump kalau ada.
f. Alas penyuntikan, untuk menghindari kontak obat dengan laken.
4. Penyuntikan
a. Teliti ulang protokol pemberian obat kemoterapi yang akan diberikan.
b. Cek apakah informed consent sudah ada.
c. Pilih vena yang paling distal dan lurus (biasanya metacarpal bagian distal) dan
kontralateral dengan kankernya. Dipastikan tidak terjadi ekstravasasi yaitu
dengan memasang infus dan drip cepat.
d. Setelah penyuntikan selesai, alat-alat atau botol bekas dan obat sitostatika
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat serta dimasukkan dalam wadah
sampah medis khusus.
e. Buat catatan pada rekam medik penderita, catat semua tindakan.
Pengertian respon pengobatan adalah perubahan yang terjadi pada tumor menurut
kepekaannya terhadap kemoterapi.
14
14
Didapatkan penambahan ukuran tumor lebih dari 25%, dan adanya pertumbuhan
penyakit atau tampaknya penyakit baru selama kemoterapi.
Pada pemberian kemoterapi neo ajuvan, setelah pemberian siklus ke-3 dilakukan
penilaian respon terapi dan resektibilitasnya. Bila didapatkan respon parsial dan
menjadi resektabel maka dilanjutkan dengan tindakan operasi. Bila respon terapi
menunjukkan respon minimal atau tidak resektable, maka dilanjutkan dengan
radioterapi atau kombinasi kemoterapinya ditingkatkan menjadi second line
chemotherapy.
a. Ukuran tumor.
b. Penanda Tumor (tumor marker)
c. Obyektif kualitatif : adalah perubahan gejala klinis misal pada tumor otak dalam
hal ini gejala neurologis
15
15
40 Perlu bantuan dan perawatan khusus Tidak mampu merawat diri
Perlu perawatan di rumah sakit
30 Perlu pertimbangan-pertimbangan
masuk rumah sakit
20 Sakit berat, perawatan rumah sakit,
pengobatan aktif suportif sangat perlu
10 Mendeteksi ajal
0 Meninggal
3. Survival
Pemantauan efek/respon dan efek samping harus secara benar dilaksanakan dan harus
dilakukan standardisasi. Mendapatkan efek yang maksimal dan efek samping yang
minimal adalah keadaan ideal yang didambakan. Sebagaimana sifat dari obat kemoterapi
maka semakin tinggi dosis akan semakin kuat daya toksisitasnya namun akan semakin
merusak/ menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu harus dicari
dosis tertinggi yang masih dapat ditolerir efek sampingnya sehingga akan didapatkan efek
yang optimal (Maximal Tolerated Dose = MTD).
16
16
Efek samping kemoterapi:
17
17
Penanganannya :
1) Buatlah mulut agar jangan kering dengan menggunakan mouthwash yang
non alkohol atau dengan mengunyah permen karet.
2) Hindari makanan dan minuman yang tinggi kadar asamnya.
3) Hindari makanan yang terlalu dingin atau panas
Diare : disebabkan karena destruksi dari sl-sel mukosa gastrointestinal yang aktif
membelah sehingga fungsi pencernaan dan absorpsi terganggu.
Cara mengatasinya :
1) Makan makanan yang low residu /serat, tinggi kalori dan protein.
2) Hindari makanan yang mengiritasi mukosa.
3) Minum paling sedikit 3 liter.
4) Bila diare lebih dari satu hari, segera ke dokter.
Konstipasi: keluarnya tinja secara tidak enak, nyeri, lebih jarang dan keras.
18
18
Cara mengatasinya:
1) Minum jus atau makan buah setiap kali makan.
2) Minum minuman yang hangat sebelum BAB.
3) Minum 3 liter setiap hari, kecuali ada kontra indikasi.
4) Makan tinggi serat
b. Leukopenia
Penderita kanker sering mengalami immunosupresed (penurunan imunitas) akibat
dari penyakitnya atau karena pengobatannya. Keadaan tersebut sering ditandai
dengan neutropenia. Pada penderita yang mengalami neutropeni diberikan
Granulocyte-Colony Stimulating Factor (G-CSF)
c. Trombositopenia
Cara penanganan :
1) Atur istirahat yang cukup
2) Usahakan status gizi yang optimal, terutama protein.
3) Bila perlu tranfusi trombosit
19
19
5. Kedaruratan pada pemberian kemoterapi
a. Reaksi hipersensitivitas
1) Immediate hypersensitivity reaction
Manifestasinya : reaksi anafilaksis, reaksi sitolitik, reaksi arthus.
2) Delayed hypersensitivity reaction
Terjadi reaksi dengan T-limfosit, manifestasi klinis : dermatitis
b. Ekstravasasi
Adalah terjadinya kebocoran obat yang bersifat vesikan dan iritan ke jaringan
subkutan. Merupakan salah satu komplikasi yang memerlukan perhatian khusus.
Parameter pengkajian ekstravasasi :
1) Nyeri : nyeri sekali atau rasa terbakar
2) Kemerahan : di area penusukan, tidak selalu terjadi pada awal.
3) Luka : terjadi setelah beberapa minggu.
4) Bengkak : terjadi segera.
5) Blood return tidak ada.
6) Perubahan kwalitas tetesan infus.
Faktor resiko terjadinya ekstravasasi :
1) Pembuluh darah yang rapuh dengan diameter kecil
2) Integritas vasculer berkurang
3) Trauma penusukan canul dan jenis kanul
4) Pembengkakan pada ekstrimitas akibat pembedahan atau terapi penyinaran.
5) Jumlah obat terinfiltrasi
6) Ketidak mampuan berkomunikasi.
7) Konsentrasi dari obat.
Pencegahan :
1) Oplos obat dengan jumlah pelarut yang sesuai.
2) Gunakan vena yang tepat.
3) Hindari penusukan berulang pada tempat yang sama.
4) Gunakan penutup yang mudah terlihat.
5) Cek kepatenan vena dengan cairan fisiologis.
6) Observasi daerah yang diinfus.
20
20
7) Komunikasi selama pemberian terutama via bolus.
8) Lakukan pembilasan.
Penatalaksanaan :
1) Stop infus kanul jangan dicabut.
2) Aspirasi darah dari kanul dan jaringan sub kutan sebanyak-banyaknya.
3) Beri antidot sesuai jenis obatnya secara intravena
4) Cabut kanul, beri antidot secara subkutan dengan spuit 1cc searah jarum jam.
5) Berikan korticosteroid zalf di sekitar area ekstravasasi.
6) Hindari perabaan pada area ekstravasasi.
7) Lakukan pemotretan
8) Berikan kompres sesuai dengan jenis obat.
9) Istirahatkan ekstrimitas dan tinggikan selama 48 jam.
10) Observasi secara teratur terhadap nyeri, bengkak, kemerahan, keras atau
nekrose
11) Berikan terapi nyeri.
12) Lakukan dokumentasi: tanggal, waktu, jenis vena, ukuran kateter, urutan
pemberian obat, jumlah obat yang masuk, keluhan pasien, tindakan yang
dilakukan, keadaan area ekstravasasi, segera lapor dokter.
21
21
BAB IV
DOKUMENTASI
Direktur
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
22
22
LAMPIRAN
23
23
LAMPIRAN A. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
24
24
6. Yang berwenang memberikan kemoterapi adalah DPJP ahli di
bidang Onkologi terkait
7. Dipersiapkan program/protokol kemoterapi oleh telah
disetujui/ditandatangani oleh DPJP ahli di bidang Onkologi
1. PO = Per Oral
2. SC = Sub cutan
3. IM = Intramuscular
4. IV = Intra Vena
5. IT = Intra Thecal
6. IP = Intra Peritoneal / Pleural
Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai
ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan
melalui akses infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur
25
25
serta pemilihan kateter IV yang paling pendek serta ukuran paling kecil
yang sesuai.
Prosedur Kemoterapi
1. a. Persiapan
26
26
• Bak spuit besar
• Label obat
• Plastik tempat pembuangan bahan bekas pakai
• Kardex (catatan khusus)
b. Cara Kerja
27
27
plastik dan diikat serta diberi etiket
• Buka gaun lengan panjang, topi, kaca mata, masker kemudian
rendam dengan deterjen. Bila disposible (single use) maka
dimasukan ke dalam kantong plastik kemudian diikat dan diberi
etiket, kirim ke incinerator/bakaran
• Catat semua prosedur yang dilakukan
• Awasi keadaan umum pasien, monitor tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu setiap 30 menit dan awasi adanya tanda-tanda
ekstravasasi
28
LAMPIRAN B. ALUR PELAYANAN KEMOTERAPI DI RAWAT JALAN RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
29
29
SKRINING: PEMERIKSAAN DARAH
PASIEN YANG MEMENUHI KRITERIA
(LABORATORIUM), PEMERIKSAAN
AKAN DIBERI RESEP KHUSUS
PENUNJANG (RADIOLOGI), EKG
KEMOTERAPI DAN PROTOKOL TERAPI
KONSULTASI KE POLI SPESIALIS LAIN (BILA
OLEH DPJP DOKTER SUBSPESIALIS
DIPERLUKAN)
HEMATOLOGI ONKOLOGI MEDIK
30
30
LAMPIRAN C. PROTOKOL TERAPI OBAT HEMATOLOGI ONKOLOGI RSUD
DR. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
30
30
LAMPIRAN D. FORM PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
31
31
LAMPIRAN E. KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN
PELAYANAN KEMOTERAPI RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA
BEKASI
32
32
33
34
LAMPIRAN F. SURAT KEPUTUSAN SUSUNAN TIM KANKER RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
35