Anda di halaman 1dari 37

PANDUAN PELAYANAN KEMOTERAPI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


dr. CHASBULLAH ABDULMADJID
KOTA BEKASI

Jl. Pramuka No.55 Bekasi


Telp. 8841005 (Hunting), Fax. 8853731
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena hanya
atas perkenan-Nya, maka Panduan Pelayanan Kemoterapi di Rumah Sakit Umum
Daerah dr.Chasbullah Abdulmdjid Kota Bekasi ini dapat selesai.

Buku Panduan Pelayanan Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Chasbullah


Abdulmadjid Kota Bekasi akan digunakan sebaga panduan dalam menjalankan kegiatan
pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi.

Diharapkan dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan mutu


pelayanan dalam hal Pelayanan Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dan digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan asuhan pada pasien.

Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
semua pihak dalam penyelesaian Panduan Pelayanan Kemoterapi ini. Kami sangat
menyadari adanya berbagai kekurangan dalam buku ini, namun hal secara
berkesinambungan akan terus diperbaiki seiring dengan peningkatan dan tuntutan
pelayanan dan pengembangan rumah sakit ini.

Kota Bekasi, September 2018

Tim Penyusun

1
PENULIS DOKUMEN POKJA PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN

TANGGAL 20 SEPTEMBER 2018

2
PENGESAHAN DOKUMEN RSUD dr. CHASBULLAH ABDULMADJID
PANDUAN PELAYANAN KEMOTERAPI
TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
Ketua Komite
Medis

Pengendali
Dokumen

Direktur RSUD
dr. Chasbullah
Abdulmajid

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..… 1


PENULIS DOKUMEN …………………………………………………………….. 2
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………... 3
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. 4
BAB I DEFINISI ……………………………………………………………….…. 5
BAB II RUANG LINGKUP ……………………………………………………... 6
BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………………….. 9
BAB IV DOKUMENTASI ……………………………………………………….. 22
LAMPIRAN ……………………………………………………………………..... 23

4
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi
Nomor : 188.4/351-RSUD/X/2018
Tanggal : 20 September 2018

PANDUAN PELAYANAN KEMOTERAPI

BAB I
DEFINISI

1. Latar Belakang

Penderita kanker di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang cukup tajam, hal ini
dapat dilihat dari data-data tentang kasus kanker yang dipublikasikan oleh berbagai lembaga
kanker dan oleh pemerintah sendiri. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2030 akan terjadi
peningkatan hingga mencapai tujuh kali lipat dari kasus yang ada sekarang. Dengan semakin
meningkatnya penderita kanker juga akan meningkatkan kasus kematian yang disebabkan
oleh kanker. Data badan dunia United Nation Against cancer (UICC) menunjukkan
bahwa insiden kanker akan meningkat dengan tajam hingga 200-300% pada beberapa
dekade kedepan, dan 60-70% kanker tersebut akan terdapat di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia.
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi
genetik dari DNA seluler, sel kanker menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke
limfe dan pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel kanker menyebar ke
bagian tubuh yang lain (metastase). Pengobatan kanker harus dilakukan sedini mungkin
untuk mencegah terjadinya metastase.
Pengobatan kanker meliputi operasi, kemoterapi, radiasi dan juga hormonal terapi.
Tindakan kemoterapi dinilai sebagai tindakan yang paling efektif dan akan sangat membantu
kenyamanan pasien bila diberikan dengan tepat (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
cara pemberian dan tepat pemantauan efek obat).
Menurut American Society of Clinical Oncology, kemoterapi adalah agen neoplastik
yang bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang diberikan baik secara oral maupun rute
parenteral (intravena, perifer maupun sentral) atau rute spesifik lainnya

5
BAB II RUANG

LINGKUP

Pelayanan kemoterapi dilaksanakan di poli rawat jalan atau bangsal rawat inap terutama
wajib diketahui oleh dokter, perawat dan ahli farmasi yang berkompeten dalam memberikan
asuhan kepada pasien yang menjalani kemoterapi.
Pelayanan kemoterapi mencakup (1) penentuan diagnosa jenis kanker dan penyebabnya
(2) mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian kemoterapi (3) penentuan tujuan terapi
(4) evaluasi syarat pasien kemoterapi pertama (5) mengetahui mekanisme dan cara kerja obat
kemoterapi (6) mengetahui dan melakukan persiapan pemberian kemoterapi sesuai dengan
prosedur (7) penilaian respon pemberian kemoterapi (8) melakukan monitoring efek samping
kemoterapi (9) menangani komplikasi/efek samping pemberian kemoterapi (10) penentuan
kompetensi perawat kemoterapi
Adapun pelayanan kemoterapi mencakup berbagai jenis penyakit kanker / keganasan
hematologi dan non hematologi. Kanker/keganasan hematologi mencakup yaitu leukemia
akut dan kronis. limfoma malignan dan myeloma multiple, serta keganasan mieloproliferatif.
Keganasan mieloproliferatif terdiri atas polisitemia vera, leukemia granulositik kronis,
trombositosis esensial dan mielofibrosis. Leukemia kronis terdiri atas leukemia granulositik
kronis dan leukemia limfositik kronis. Sedangkan keganasan non-hematologi terdiri atas
kanker/tumor masa padat yaitu kanker payudara, kanker paru, kanker kolorektal, kanker
nasofaring, kanker serviks/ovarium, kanker prostat, kanker hepatobilier dan pankreas, kanker
otak, serta kanker tulang dan jaringan ikat.

A. Tujuan Kemoterapi

Menurut American Society of Clinical Oncology, kemoterapi adalah agen neoplastik yang
bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang diberikan baik secara oral maupun rute
parenteral (intravena, perifer maupun sentral) atau rute spesifik lainnya
Penentuan tujuan dilakukannya kemoterapi tergantung pada kondisi dan stadium kanker
yang diderita pasien saat memutuskan untuk menjalani kemoterapi.

6
a. Cure Cancer
Bila memungkinkan, kemoterapi diberikan dengan tujuan untuk menyembuhkan
penyakit kanker (kuratif) yang artinya tumor hilang dan tidak tumbuh lagi. Namun, sebagian
besar dokter lebih memilih kata survive dibanding ‘sembuh’ karena diperlukan waktu
bertahun-tahun untuk bisa menyatakan pasien telah benar-benar sembuh dari kanker.

b. Control Cancer
Bila sudah tidak mungkin lagi untuk disembuhkan, maka tujuan pemberian kemoterapi
adalah untuk mengontrol pertumbuhan kanker, mencegah penyebaran dan mengecilkan
ukurannya. Hal ini dapat menolong pasien dengan mengurangi keluhannya, memberi rasa
nyaman dan memperpanjang usianya. Sehingga pengobatan kanker dalam hal ini seperti pada
penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi dan sebagainya.

c. Palliative Care
Pada penderita kanker yang berada sudah dalam stadium lanjut maka kemoterapi
dilakukan untuk mengurangi penderitaan yang dialami pasien dan meningkatkan kualitas
hidup pasien namun bukan untuk mengobati. sehingga pada saatnya pasien meninggal bisa
dengan tenang dan bermartabat.

B. Manfaat Kemoterapi

a. Primary Treatment
Yaitu kemoterapi sebagai pengobatan utama pengobatan kanker.
b. Adjuvant
Yaitu kemoterapi sebagai pengobatan tambahan setelah diberikan pengobatan primer.
c. Neoadjuvant
Yaitu kemoterapi sebagai pengobatan awalan sebelum diberikan pengobatan primer.
d. Radiosensitizer
Yaitu kemoterapi yang dilakukan beberapa saat sebelum diberikan radioterapi yang
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas radioterapi.

7
C. Mekanisme Kerja Kemoterapi

Prinsip kerja pengobatan dengan kemoterapi adalah dengan meracuni atau membunuh sel-
sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar
tidak menyebar, atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker.
Kemoterapi kadang-kadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker. Kemoterapi
bersifat sistemik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat, karenanya
kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin suddah menjalar dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain.
Penggunaan kemoterapi berbeda-beda untuk setiap pasien, kadang-kadang sebagai
pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah operasi atau radiasi.
Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Dua atau
lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi. Alasan dilakukannya terapi kombinasi
adalah untuk menggunakan obat yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses
metabolisme sel, sehingga akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel
kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika obat
dengan efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih
rendah dari pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri.
Obat-obat dengan sifat yang berbeda digabungkan, misalnya obat yang membunuh sel-sel
tumor dikombinasikan dengan obat yang merangsang system kekebalan terhadap kanker.
Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Pada umumnya anti kanker
menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat
pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel
germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit.

8
BAB III

TATA LAKSANA

A. Strategi Pemberian Obat

1. Strategi pemberian: dapat sebagai terapi ajuvan, konsolidasi, induksi, intensifikasi,


pemeliharaan, neo adjuvan maupun paliatif.
Tujuan Pemberian Kemoterapi:
a. Kuratif : sebagai pengobatan
b. Mengurangi ukuran tumor selain dengan pembedahan atau radiasi.
c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan kwalitas hidup penderita.
d. Mengurangi komplikasi akibat metastase/penyebaran

2. Cara Pemberian
a. Intra vena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui
jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang
paling banyak digunakan untuk khemoterapi. Dalam pemberian intravena
usahakan jangan ada ekstravasasi obat.
b. Intra arterial
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah
ke daerah tumor dengan cara infus intra arteri menggunakan catheter dan
pompa arteri. Infus intra arteri digunakan untuk memberikan obat selama
beberapa jam atau hari.
c. Intra oral
d. Intra cavitas/intra peritoneal/pleural
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal.
e. Sub kutan
f. Topikal.
3. Kontra Indikasi
a. Kontra Indikasi absolut

9
1) Penyakit stadium terminal.
2) Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
3) Septokemia
4) Koma

b. Kontra Indikasi Relatif.


1) Usia lanjut, terutama untuk tumor yang pertumbuhannya lambat dan
sensitivitasnya rendah.
2) Status performance yang jelek.
3) Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti: hati, ginjal, jantung, sumsum
tulang, dan lain-lain
4) Dementia.
5) Penderita tidak dapat datang ke klinik secara teratur.
6) Pasien tidak kooperatif.
7) Tumor resisten terhadap obat.

4. Syarat Pasien Kemoterapi Pertama

Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan, yang apabila diberikan
kemoterapi dapat terjadi efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sebagai berikut:

a. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status


penampilan ≤ 2 atau indeks karnofsky ≥ 60.
b. Jumlah lekosit ≥ 4000/ml.
c. Jumlah trombosit ≥ 100.000/ul.
d. Cadangan sumsum tulang masih adekuat, misal Hemoglobin ≥ 10ml/dl.
e. Klirens kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) test faal ginjal
f. Bilirubin < 2 mg/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal (test faal hepar).
g. Elektrolit dalam batas normal.
h. Tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa dan Stadium

10
10
1) Diagnosa keganasan harus sudah diketahui pasti (triple diagnostic) berdasarkan
pemeriksaan fisik, pencitraan/Imaging dan patologi atau sitologi.
2) Penentuan stadium: foto thorax, USG abdomen, mamografi kontra lateral, bone
scan dan lain-lain sesuai dengan jenis kankernya.
3) Laboratorium dasar: Darah Lengkap (DL), SGOT, SGPT, BUN.
4) Tinggi badan dan berat badan: mengukur luas permukaan tubuh untuk
menentukan dosis obat.
b. Pemeriksaan Tambahan
Kreatinin klirens, EKG ataupun Echocardiografi, asam urat, elektrolit serum,
tumor marker.
6. Standar Ketenagaan
a. Syarat petugas (Sumber Daya Manusia)
1) Staf harus sudah mendapatkan pendidikan kemoterapi
2) Staf harus mengetahui cara persiapan, pemberian dan pencegahan resiko obat
3) Staf harus mengikuti perkembangan onkologi
b. Staf yang tidak diperbolehkan menangani obat sitostatika
1) Wanita hamil
2) Wanita/ibu yang sedang menyusui.
3) Wanita yang sedang merencanakan kehamilan.
4) Staf yang belum terlatih.
5) Staf yang belum dewasa.
6) Siswa perawat yang sedang praktek
7) Pegawai/staf yang tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD)
c. Hak petugas
1) Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap dan fungsi ginjal.
2) Gejala-gejala yang dirasakan staf harus diketahui oleh Kepala Ruangan dan
medis.
3) Rotasi petugas minimal dua tahun sekali untuk meminimalkan resiko.

B. Prosedur Pemberian Obat

Prosedur pemberian kemoterapi sebenarnya sama dengan pemberian obat-obat yang lain,
yaitu terdiri dari: persiapan penderita, persiapan pemberian obat, penilaian respon dan
monitor efek samping.

11
11
Hal yang menjadikannya berbeda adalah:

1. Kemoterapi diberikan pada penderita kanker, dimana penderita sangat berharap bisa
sembuh dari kankernya.
2. Kemoterapi memiliki tata cara khusus dalam persiapan dan pemberiannya agar
tujuan kemoterapi dapat tercapai dan petugas kesehatan serta lingkungan yang
berhubungan dengan penderita terlindungi dari toksisitas obat tersebut.
3. Efek samping kemoterapi sering bahkan hampir selalu dapat diduga.
4. Harga obatnya yang mahal.

a) Persiapan Penderita
1. Aspek penderita dan keluarga, meliputi :
a. Penjelasan tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan
penyakitnya.
b. Penjelasan mengenai macam dan jenis obatnya, jadwal pemberian dan persiapan
setiap siklus obat kemoterapi.
c. Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita.
d. Pejelasan mengenai harga obat kemoterapi (kalau perlu)
e. Informed consent.
2. Aspek Onkologis, meliputi:
a. Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis (besarnya tumor diukur
dengan kaliper atau penggaris), radiologis dan patologis (triple diagnostic), kalau
memungkinkan diperiksa juga tumor marker.
b. Tentukan stadium (klinis, imaging) dengan sistem TNM.
c. Tentukan tujuan terapi (neoajuvan, ajuvan, terapeutik atau paliatif).
d. Tentukan regimen kombinasi terapi, dosis dan prosedur pemberianya.
3. Aspek Medis
a. Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang
dapat mempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kelainan fungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.
b. Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan
penyakit tersebut di atas ( klinis, imaging dan laboratorium ).
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula
darah puasa dan 2 jam pp (sesuai indikasi), pemeriksaan jantung (EKG) atau

12
12
kalau perlu Echocardiography . Pada pemberian kemoterapi siklus berikutnya bila
tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik cukup diperiksa darah lengkap saja
(Heomoglobin, lekosit, trombosit, netrofil).
c. Penentuan status performance (karnofsky atau ECOG).

b) Persiapan Pemberian Obat (Drug Administration)


Keamanan penanganan obat sitostatika merupakan hal yang penting yang harus
diperhatikan oleh dokter, perawat, farmasi, penderita, gudang/distribusi. Oleh karena itu
persiapannya harus sesuai prosedur khusus.
1. Persiapan Obat
a. Dosis: ditentukan dengan menggunakan luas permukaan tubuh (body surface
area /BSA) yang diketahui dengan mengukur tinggi badan dan berat badan.
b. Storage dan Stability
Baca petunjuk mengenai storage dan stability masing-masing obat sehingga
tetap dalam keadaan baik. Obat yang tidak mengandung preservasi setelah
dibuka/dilarutkan (oplos) harus segera dibuang dalam waktu 8-24 jam.
c. Preparasi (pelarutan)
Pelarut untuk masing-masing obat biasanya disebutkan dalam penjelasan
pemakaian masing-masing obat. Kadang ada pelarut yang incompatible
terhadap obat-obat tertentu. Secara umum pelarut yang biasa dipakai adalah
larutan Dextrose 5% atau NaCl fisiologis. Pelarutan/ preparation dilakukan
dalam tempat tertentu yaitu Bio Safety Cabinet (BSC) dan dilakukan oleh
petugas farmasi atau pharmacist yang mendapatkan pelatihan khusus onkologi.
2. Persiapan provider
a. Memakai gaun yang khusus atau schort.
b. Memakai masker yang dispossible.
c. Memakai handscoon karet.
d. Memakai topi pelindung kepala.
e. Memakai kacamata pelindung terhadap percikan obat, tanpa menghalangi
lapangan penglihatan (kaca goggle).
f. Sudah terlatih (Well trained).
3. Persiapan peralatan dan cairan
a. Jarum suntik yang kecil, abbocath no 20 atau 24 (disesuaikan dengan ukuran
vena).

13
13
b. Spuit disposibel 3cc, 5cc, 20cc.
c. Infus set, pada obat golongan taxane telah disediakan infus set khusus.
d. Larutan NaCl 0,9% 100 cc, NaCl 0,9% 500 cc dan aquadest 25 cc.
e. Syringe pump/infuse pump kalau ada.
f. Alas penyuntikan, untuk menghindari kontak obat dengan laken.

4. Penyuntikan
a. Teliti ulang protokol pemberian obat kemoterapi yang akan diberikan.
b. Cek apakah informed consent sudah ada.
c. Pilih vena yang paling distal dan lurus (biasanya metacarpal bagian distal) dan
kontralateral dengan kankernya. Dipastikan tidak terjadi ekstravasasi yaitu
dengan memasang infus dan drip cepat.
d. Setelah penyuntikan selesai, alat-alat atau botol bekas dan obat sitostatika
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat serta dimasukkan dalam wadah
sampah medis khusus.
e. Buat catatan pada rekam medik penderita, catat semua tindakan.

c) Penilaian Respon Pengobatan (Treatment Outcome)

Pengertian respon pengobatan adalah perubahan yang terjadi pada tumor menurut
kepekaannya terhadap kemoterapi.

Respon kemoterapi dapat didefinisikan sebagai :


1. Respon lengkap (Complete Response)
Tidak ditemukan bukti klinis penyakit dan tidak tampaknya penyakit baru dalam
selang waktu yang ditentukan (biasanya empat minggu).
2. Respon sebagian (Partial Response)
Pengurangan ukuran tumor paling sedikit 50% dari dua diameter terpanjang dari
semua lesi dalam waktu tidak kurang dari empat minggu dan tidak ditemukan adanya
lesi baru.
3. Respon minimal (No Change)
Pengecilan ukuran tumor kurang dari 50%, biasanya tidak dilaporkan dalam uji klinis.
4. Progression (Progressive Disease)

14
14
Didapatkan penambahan ukuran tumor lebih dari 25%, dan adanya pertumbuhan
penyakit atau tampaknya penyakit baru selama kemoterapi.
Pada pemberian kemoterapi neo ajuvan, setelah pemberian siklus ke-3 dilakukan
penilaian respon terapi dan resektibilitasnya. Bila didapatkan respon parsial dan
menjadi resektabel maka dilanjutkan dengan tindakan operasi. Bila respon terapi
menunjukkan respon minimal atau tidak resektable, maka dilanjutkan dengan
radioterapi atau kombinasi kemoterapinya ditingkatkan menjadi second line
chemotherapy.

Penilaian respon kemoterapi meliputi:

1. Penilaian respon obyektif

a. Ukuran tumor.
b. Penanda Tumor (tumor marker)
c. Obyektif kualitatif : adalah perubahan gejala klinis misal pada tumor otak dalam
hal ini gejala neurologis

2. Penilaian respon subyektif

Biasanya ditentukan dengan adanya peningkatan status performance pasien.


Ada dua skala status penampilan pasien yaitu berdasarkan indeks karnofsky dan
ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group).

Skala status penampilan menurut KARNOFFSKY

Skala Derajat Aktifitas Kemampuan Fungsional


100 Normal tanpa keluhan Mampu melaksanakan aktifitas
Tidak ada kelainan normal
90 Keluhan gejala minimal Tidak perlu perawatan khusus
80 Normal dengan beberapa keluhan gejala
70 Mampu merawat diri Tidak mampu bekerja
Tidak mampu melakukan aktifitas Bisa tinggal di rumah
normal atau bekerja Perlu bantuan dalam banyak hal
60 Kadang –kadang perlu bantuan tetapi
umumnya dapat melakukan untuk
keperluan sendiri
50 Perlu bantuan dan umumnya perlu obat-
obatan

15
15
40 Perlu bantuan dan perawatan khusus Tidak mampu merawat diri
Perlu perawatan di rumah sakit
30 Perlu pertimbangan-pertimbangan
masuk rumah sakit
20 Sakit berat, perawatan rumah sakit,
pengobatan aktif suportif sangat perlu
10 Mendeteksi ajal
0 Meninggal

Skala status penampilan menurut ECOG:


Grade ECOG
0 Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas sehari-
hari
1 Hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
2 Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50% waktunya untuk tiduran dan
hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan
pekerjaan lain.
3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50% waktunya
untuk tiduran.
4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya di
kursi atau tiduran terus.

3. Survival

Sebagai pengobatan paliatif yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien,


memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya.

d) Monitor Efek Samping Obat (follow up efek toksik)

Pemantauan efek/respon dan efek samping harus secara benar dilaksanakan dan harus
dilakukan standardisasi. Mendapatkan efek yang maksimal dan efek samping yang
minimal adalah keadaan ideal yang didambakan. Sebagaimana sifat dari obat kemoterapi
maka semakin tinggi dosis akan semakin kuat daya toksisitasnya namun akan semakin
merusak/ menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu harus dicari
dosis tertinggi yang masih dapat ditolerir efek sampingnya sehingga akan didapatkan efek
yang optimal (Maximal Tolerated Dose = MTD).

16
16
Efek samping kemoterapi:

a. Immediate side effects


Efek samping yang segera terjadi timbul dalam 24 jam pertama, misalnya mual dan
muntah, reaksi alergi obat dan ekstravasai (biasanya terjadi selama kemoterapi
berlangsung).
b. Early side effects
Efek samping yang awal terjadi, timbul dalam beberapa hari sampai minggu kemudian,
misalnya: mual dan muntah, stomatitis, dehidrasi, hematologi (anemi, leukopeni,
trombositopeni).
c. Delayed side effects
Efek samping yang timbul beberapa minggu sampai bulan, misalnya: nefropati,
cardiotoxicity, neurotoxicity, alopecia.
d. Late side effects
Efek samping yang timbul beberapa bulan sampai tahun. Misalnya: keganasan
sekunder.
Pemeriksaan Darah Lengkap satu minggu paska kemoterapi untuk mengetahui adanya
efek samping hematologi (neutropeni, leukopeni, anemia) dan untuk memberikan
terapi yang sesuai agar saat kemoterapi berikutnya dapat sesuai jadwal.

e) Penanganan Efek Samping

Prinsip penanganan efek samping:


1. Antisipasi dan prevensi
2. Monitoring efek samping yang berhubungan dengan dosis.
3. Early treatment dari efek samping.

Efek samping yang sering terjadi dan penangananya :

1. Reaksi pada gastrointestinal

a. Stomatitis dan disfagia


Kemoterapi akan menyebabkan iritasi pada mukosa mulut dan dapat
menyebabkan kesulitan menelan (disfagia).

17
17
Penanganannya :
1) Buatlah mulut agar jangan kering dengan menggunakan mouthwash yang
non alkohol atau dengan mengunyah permen karet.
2) Hindari makanan dan minuman yang tinggi kadar asamnya.
3) Hindari makanan yang terlalu dingin atau panas

b. Anoreksia dan perubahan pengecapan


Cara mengatasinya:
1) Jangan makan 1 jam sebelum pemberian dan 2 – 3 jam setelah pemberian
obat.
2) Hindari makanan favorit mendekati waktu pemberian.
3) Cegah terjadinya stomatitis.
4) Hindari mulut dari kekeringan

c. Mual dan Muntah


Cara mengatasinya:
1) Gunakan cara yang efektif yang sudah dikerjakan pada waktu riwayat
terjadinya mual mutah semasa hamil, perjalanan, sakit, atau waktu stres.
2) Makanlah makanan dalam temperatur biasa.
3) Hindari makanan yang terlalu manis, asin, berlemak, dan beraroma kuat.
4) Makanlah dalam porsi kecil tetapi sering.
5) Berikan suasana yang menyenangkan pada waktu pemberian kemoterapi.
6) Berikan obat anti emetik sebelum dan sesudah pemberian obat

d. Diare dan konstipasi

Diare : disebabkan karena destruksi dari sl-sel mukosa gastrointestinal yang aktif
membelah sehingga fungsi pencernaan dan absorpsi terganggu.
Cara mengatasinya :
1) Makan makanan yang low residu /serat, tinggi kalori dan protein.
2) Hindari makanan yang mengiritasi mukosa.
3) Minum paling sedikit 3 liter.
4) Bila diare lebih dari satu hari, segera ke dokter.
Konstipasi: keluarnya tinja secara tidak enak, nyeri, lebih jarang dan keras.

18
18
Cara mengatasinya:
1) Minum jus atau makan buah setiap kali makan.
2) Minum minuman yang hangat sebelum BAB.
3) Minum 3 liter setiap hari, kecuali ada kontra indikasi.
4) Makan tinggi serat

2. Reaksi pada sel darah


3.
Efek samping yang memerlukan intervensi adalah efek samping hematologi.
a. Anemia
Cara penanganan :
1) Catat dan laporkan gejala-gejala anemia, periksa kadar hemoglobin dan
hematokrit penderita.
2) Perhatikan masalah nutrisi, bila perlu tambahkan suplemen zat besi.
Bila diperlukan terapi medikamentosa atau tranfusi Packed Red Cell

b. Leukopenia
Penderita kanker sering mengalami immunosupresed (penurunan imunitas) akibat
dari penyakitnya atau karena pengobatannya. Keadaan tersebut sering ditandai
dengan neutropenia. Pada penderita yang mengalami neutropeni diberikan
Granulocyte-Colony Stimulating Factor (G-CSF)

c. Trombositopenia
Cara penanganan :
1) Atur istirahat yang cukup
2) Usahakan status gizi yang optimal, terutama protein.
3) Bila perlu tranfusi trombosit

4. Reaksi pada kulit dan jaringan lainnya.

Reaksi pada kulit biasanya berupa urtikaria, eritema, hiperpigmentasi, folikulitis.


Untuk penanganan : pemberian kemoterapi sementara di stop, berikan obat anti alergi,
bila berat stop seterusnya. Alopecia : biasanya bersifat sementara dan bervariasi dari
yang ringan sampai botak total.

19
19
5. Kedaruratan pada pemberian kemoterapi

a. Reaksi hipersensitivitas
1) Immediate hypersensitivity reaction
Manifestasinya : reaksi anafilaksis, reaksi sitolitik, reaksi arthus.
2) Delayed hypersensitivity reaction
Terjadi reaksi dengan T-limfosit, manifestasi klinis : dermatitis

b. Ekstravasasi

Adalah terjadinya kebocoran obat yang bersifat vesikan dan iritan ke jaringan
subkutan. Merupakan salah satu komplikasi yang memerlukan perhatian khusus.
Parameter pengkajian ekstravasasi :
1) Nyeri : nyeri sekali atau rasa terbakar
2) Kemerahan : di area penusukan, tidak selalu terjadi pada awal.
3) Luka : terjadi setelah beberapa minggu.
4) Bengkak : terjadi segera.
5) Blood return tidak ada.
6) Perubahan kwalitas tetesan infus.
Faktor resiko terjadinya ekstravasasi :
1) Pembuluh darah yang rapuh dengan diameter kecil
2) Integritas vasculer berkurang
3) Trauma penusukan canul dan jenis kanul
4) Pembengkakan pada ekstrimitas akibat pembedahan atau terapi penyinaran.
5) Jumlah obat terinfiltrasi
6) Ketidak mampuan berkomunikasi.
7) Konsentrasi dari obat.
Pencegahan :
1) Oplos obat dengan jumlah pelarut yang sesuai.
2) Gunakan vena yang tepat.
3) Hindari penusukan berulang pada tempat yang sama.
4) Gunakan penutup yang mudah terlihat.
5) Cek kepatenan vena dengan cairan fisiologis.
6) Observasi daerah yang diinfus.

20
20
7) Komunikasi selama pemberian terutama via bolus.
8) Lakukan pembilasan.
Penatalaksanaan :
1) Stop infus kanul jangan dicabut.
2) Aspirasi darah dari kanul dan jaringan sub kutan sebanyak-banyaknya.
3) Beri antidot sesuai jenis obatnya secara intravena
4) Cabut kanul, beri antidot secara subkutan dengan spuit 1cc searah jarum jam.
5) Berikan korticosteroid zalf di sekitar area ekstravasasi.
6) Hindari perabaan pada area ekstravasasi.
7) Lakukan pemotretan
8) Berikan kompres sesuai dengan jenis obat.
9) Istirahatkan ekstrimitas dan tinggikan selama 48 jam.
10) Observasi secara teratur terhadap nyeri, bengkak, kemerahan, keras atau
nekrose
11) Berikan terapi nyeri.
12) Lakukan dokumentasi: tanggal, waktu, jenis vena, ukuran kateter, urutan
pemberian obat, jumlah obat yang masuk, keluhan pasien, tindakan yang
dilakukan, keadaan area ekstravasasi, segera lapor dokter.

21
21
BAB IV

DOKUMENTASI

Semua tindakan medis dan keperawatan pasien kemoterapi didokumentasikan direkam


medis pasien.
• Form persetujuan tindakan
• Form pengkajian awal pasien kemoterapi
• Form permohonan obat kemoterapi
• Catatan tindakan kemoterapi
• Lembar kendali regimen kemoterapi pasien

Direktur
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi

dr. Kusnanto Saidi, MARS


NIP. 19730618 200312 1001

22
22
LAMPIRAN

A. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PELAKSANAAN KEMOTERAPI


RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
B. ALUR PELAYANAN KEMOTERAPI ORAL DI RAWAT JALAN RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
C. PROTOKOL TERAPI OBAT HEMATOLOGI ONKOLOGI RSUD DR. CHASBULLAH
ABDULMADJID KOTA BEKASI
D. FORM PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK KEMOTERAPI RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
E. KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMADJID TENTANG
PELAYANAN KEMOTERAPI
F. SURAT KEPUTUSAN SUSUNAN TIM KANKER RSUD DR. CHASBULLAH
ABDULMADJID KOTA BEKASI

23
23
LAMPIRAN A. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAKSANAAN KEMOTERAPI

Nomor: 188.4/351- Revisi Halaman


RSUD/X/2018
0 4
Tanggal Terbit Ditetapkan:
Direktur
RSUD dr Chasbullah Abdulmajid,
SPO 20 September 2018

Dr. Kusnanto Saidi


NIP. 19730618 200312 1001
Kemoterapi adalah suatu pengobatan dengan obat sitostatika untuk
PENGERTIAN mematikan sel-sel kanker secara fraksional (fraksi tertentu mati),
sehingga mencapai 90 % (dinyatakan berhasil) atau hanya 10%
(dinyatakan tidak berhasil)
TUJUAN Mencapai keseragaman pemahaman mengenai pelaksanaan kemoterapi

KEBIJAKAN SK Direkur No: 188.4/351-RSUD/X/2018

PROSEDUR 1. Dilakukan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring serta evaluasi


kemoterapi
2. Dipersiapkan lembar persetujuan tindakan khusus seperti
kemoterapi yang disetujui oleh pasien atau keluarga
3. Evaluasi keadaan pasien terlebih dahulu sebagai syarat standar
sebelum dilakukan tindakan kemoterapi (keadaan umum, tanda-
tanda vital pasien, pemeriksaan laboratorium darah,
elektrokardiografi)
4. Pemberian kemoterapi dilakukan di ruangan khusus
5. Pencampuran obat kemoterapi dilakukan oleh staf farmasi

24
24
6. Yang berwenang memberikan kemoterapi adalah DPJP ahli di
bidang Onkologi terkait
7. Dipersiapkan program/protokol kemoterapi oleh telah
disetujui/ditandatangani oleh DPJP ahli di bidang Onkologi

Syarat pemberian obat kemoterapi

Sebelum kemoterapi dimulai, beberapa kondisi harus dipenuhi yaitu:


1. Keadaan umum harus cukup baik (ECOG atau Indeks Karnofsky)
2. Penderita mengerti pengobatan dan mengerti efek samping yang
akan terjadi
3. Faal Ginjal (Ureum < 40 mg/dL dan Kreatinin < 1.5 mg/dL) dan
faal hati baik
4. Diagnosis histopatologik telah diketahui
5. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi
6. Kadar Hemoglobin > 10 g %
7. Jumlah Lekosit 5000/ ml
8. Jumlah Trombosit > 100.000/ml

Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara:

1. PO = Per Oral
2. SC = Sub cutan
3. IM = Intramuscular
4. IV = Intra Vena
5. IT = Intra Thecal
6. IP = Intra Peritoneal / Pleural

Pemilihan vena dan tempat penusukan

Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai
ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan
melalui akses infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur

25
25
serta pemilihan kateter IV yang paling pendek serta ukuran paling kecil
yang sesuai.

Vena yang sering digunakan adalah: Basilic, Cephalica dan


Metakarpal.
Tempat penusukan harus diganti tiap 72 jam dan vena yang cocok
untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol
serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media
kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jaringan lunak.

Prosedur Kemoterapi

1. a. Persiapan

• Persiapkan data tinggi badan, berat badan, luas permukaan


tubuh, pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati,
glukosa sewaktu, urin lengkap, EKG, foto toraks AP/lateral,
echocardiography, BMP
• Periksa protokol dan program kemoterapi yang digunakan, serta
waktu pemberian obat sebelumnya
• Periksa identitas pasien, nama obat, jenis obat, cara pemberian
obat
• Periksa lembar persetujuan tindakan (informed consent) yang
telah ditandatangani/disetujui baik oleh pasien atau keluarga
• Persiapkan obat sitostatika
• Siapkan cairan Nacl 0.9% , Dekstrose 5% atau Intralit
• Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
• Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan,
sepatu
• Spuit disposable 5 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc
• Infus set dan kateter vena (abbocath) ukuran kecil
• Alkohol 70% dengan kapas steril

26
26
• Bak spuit besar
• Label obat
• Plastik tempat pembuangan bahan bekas pakai
• Kardex (catatan khusus)

b. Cara Kerja

• Semua obat dicampur oleh staf Farmasi yang ahli di bagian


Farmasi dengan memakai alat “ Biosafety Laminary Airflow”
• Staf Farmasi kemudian mengirim obat kemoterapi yang telah
dicampur ke ruang khusus kemoterapi atau bangsal rawat inap
menggunakan tempat khusus tertutup yang sudah ditandai
• Obat yang telah dicampur diterima oleh perawat ruang
kemoterapi atau bangsal rawat inap dengan catatan identitas
pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran
• Catat kelengkapan prosedur serah terima obat secara tertulis

2. Prosedur Cara Pemberian Kemoterapi

• Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume


cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian
• Pakai proteksi (APD): gaun lengan panjang, topi, masker, kaca
mata, sarung tangan dan sepatu
• Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
• Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah
daerah tusukan infus
• Berikan obat-obat premedikasi 30 menit sebelum pemberian
obat neoplastik (anti mual, steroid dan anti alergi)
• Lakukan aspirasi dengan larutan Nacl 0.9%
• Berikan obat kemoterapi secara perlahan (bila diperlukan
dengan syringe pump) sesuai program/protokol kemoterapi
• Bila selesai, maka bilas kembali dengan larutan Nacl 0.9%
• Semua alat yang sudah dipakai dimasukan ke dalam kantong

27
27
plastik dan diikat serta diberi etiket
• Buka gaun lengan panjang, topi, kaca mata, masker kemudian
rendam dengan deterjen. Bila disposible (single use) maka
dimasukan ke dalam kantong plastik kemudian diikat dan diberi
etiket, kirim ke incinerator/bakaran
• Catat semua prosedur yang dilakukan
• Awasi keadaan umum pasien, monitor tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu setiap 30 menit dan awasi adanya tanda-tanda
ekstravasasi

UNIT TERKAIT 1. Rawat Jalan


2. Rawat Inap
3. Instalasi Farmasi

28
LAMPIRAN B. ALUR PELAYANAN KEMOTERAPI DI RAWAT JALAN RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI

PASIEN MEMBAWA RUJUKAN


LENGKAP DAFTAR KUNJUNGAN KE
POLI HEMATOLOGI ONKOLOGI

PEMERIKSAAN OLEH DOKTER SUBSPESIALIS HEMATOLOGI


ONKOLOGI MEDIK DI POLIKLINIK (Sp.PD-KHOM): PEMERIKSAAN
TANDA-TANDA VITAL, TINGGI BADAN, BERAT BADAN, BODY
SURFACE AREA, PEMERIKSAAN FISIK, HASIL TINDAKAN BMP DAN
IMMUNOPHENOTYPING

29
29
SKRINING: PEMERIKSAAN DARAH
PASIEN YANG MEMENUHI KRITERIA
(LABORATORIUM), PEMERIKSAAN
AKAN DIBERI RESEP KHUSUS
PENUNJANG (RADIOLOGI), EKG
KEMOTERAPI DAN PROTOKOL TERAPI
KONSULTASI KE POLI SPESIALIS LAIN (BILA
OLEH DPJP DOKTER SUBSPESIALIS
DIPERLUKAN)
HEMATOLOGI ONKOLOGI MEDIK

EVALUASI DAN VERIFIKASI RESEP KHUSUS DAN PROTOKOL TERAPI


OLEH FARMASI DAN PENJAMINAN/ASURANSI (BPJS, DINKES,
ASURANSI LAINNYA)

VERIFIKASI TIDAK BERHASIL


VERIFIKASI BERHASIL (DOKUMEN TIDAK LENGKAP)

PASIEN MENDAPAT OBAT KEMOTERAPI ORAL SESUAI RESEP

KUNJUNGAN BEROBAT SELESAI DAN PASIEN KONTROL


KEMBALI SESUAI ANJURAN DPJP

30
30
LAMPIRAN C. PROTOKOL TERAPI OBAT HEMATOLOGI ONKOLOGI RSUD
DR. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI

30
30
LAMPIRAN D. FORM PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI

31
31
LAMPIRAN E. KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN
PELAYANAN KEMOTERAPI RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA
BEKASI

32
32
33
34
LAMPIRAN F. SURAT KEPUTUSAN SUSUNAN TIM KANKER RSUD DR.
CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI

35

Anda mungkin juga menyukai