HUKUM AGRARIA
Disusun Oleh :
WILLY PRASETIYO
NPM : 17810048
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
2
DAFTAR ISI
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Agraria
2. Untuk mengetahui Pengertian Hak Atas Tanah
3. Untuk mengetahui Subjek Hukum Hak Milik Atas Tanah
4. Untuk mengertahui Cara Memperoleh Hak Atas Tanah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah tanah (agraria) berasal dari beberapa bahasa, dalam bahasas latin
agre berarti tanah atau sebidang tanah . agrarius berarti persawahan, perladangan,
pertanian. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia agraria berarti urusan
pertanahan atau tanah pertanian juga urusan pemilikan tanah, dalam bahasa
inggris agrarian selalu diartikan tanah dan dihubungkan usaha pertanian, sedang
dalam UUPA mempunyai arti sangat luas yaitu meliputi bumi, air dan dalam
batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya.
Hukum agraria dalam arti sempit yaitu merupakan bagian dari hukum
agrarian dalam arti luas yaitu hukum tanah atau hukum tentang tanah yang
mengatur mengenai permukan atau kulit bumi saja atau pertanian. Hukum agraria
dalam arti luas ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga
ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
2
2.2 Definisi Hak Atas Tanah
Hak atas tanah adalah hak atas permukaan bumi, yang berdimensi dua
dengan ukuran panjang dan lebar. Dasar dari pengaturan hukum pertanahan di
Negara kita adalah Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945. Dengan berlakunya Undang-
undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, maka diadakan pembaharuan
hukum bidang Agrariaan termasuk di dalamnya pembaharuan hak atas tanah yang
dapat dipunyai oleh orang-orang baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.
Pengertian Hak Atas Tanah Menurut UUPA Pada pasal 33 ayat (1) UUD
1945, dikatakan bahwa “bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Negara”. Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak menguasai
dari Negara termaksud dalam UUPA (pasal 1 ayat 2) memberi wewenang
kepada negara untuk :
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
memeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
angkasa.
Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal
2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut
tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum
(UUPA, pasal 4 ayat 1). pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan
tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada
diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini
dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
3
2.3 Subjek Hukum Hak Milik Atas Tanah
4
yang luasnya terbatas. Bagi pemilik tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai
subjek Hak Milik atas tanah, maka dalam waktu 1 tahun harus melepaskan atau
Mengalihkan Hak Milik atas tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi syarat.
Apabila hal ini tidak dilakukan, maka tanahnya hapus karena hukum dan tanahnya
kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (Pasal 21 ayat (3) dan
ayat (4) UUPA).
Adapun cara Memperoleh Hak Milik Atas Tanah diatur dalam Pasal 22
UUPA berbunyi:
a. Terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
b. Selain menurut cara sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, hak milik
terjadi karena:
5
1. Penetapan pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
2. Ketentuan undang-undang
6
a. Hak Eigendom kepunyaan badan-badan Hukum yang memenuhi syarat;
b. Hak Eigendom yang pada tanggal 24 September 1960, dipunyai oleh
WNI tunggal dan dalam waktu 6 bulan datang membuktikan
kewarganegaraan-nya di Kantor KPT.
c. Hak Milik Indonesia dan hak-hak semacam itu, yang pada tanggal 24
September 1960, dipunyai WNI atau Badan Hukum yang mempunyai
syarat sebagai subjek Hak Milik.
d. Hak gogolan yang bersifat tetap; Cara terjadinya Hak Milik atas kekuatan
Undang-undang Pokok Agraria ini, tidak melalui suatu pertumbuhan,
tetapi terjadi seketika pada tanggal 24 September 1960. Begitu UUPA
berlaku terciptalah Hak Milik baru.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian hukum agraria mempunyai arti atau makna yang sangat luas.
Pengertian agraria ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu
juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Hukum agraria memberi lebih banyak keleluasaan untuk mencakup pula di
dalamnya berbagai hal yang mempunyai hubungan pula dengannya, tetapi tidak
melulu mengenai tanah.
Hak Milik adalah hak terkuat dan terpenuh, tetapi di atas itu ada hak
pemerintah untuk mempergunakan tanah demi kepentingan umum dan pemilik
hak milik di berikann ganti rugi. Karena bersifat kebendaan, maka hak milik ini
perlu didaftarkan. Satu dan lain supaya dapat bekerja terhadap pihak lain itu.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-agraria-suatu-
pengantar/
http://mangihot.blogspot.com/2017/02/pengertian-dan-pembagian-hak-atas-
tanah.html
https://realmaczman.wordpress.com/2011/06/15/hak-atas-tanah-menurut-uupa/
https://adityoariwibowo.wordpress.com/2014/06/03/sekilas-tentang-hak-milik/