SUBCONJUNGTIVITIS BLEEDING OD
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr.
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Shortcase
Subconjungtivitis Bleeding OD
Oleh:
Ayu Aprilisa Dahni Putri, S. Ked
04084821820010
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 7 Oktober – 11 November 2019.
dr.
STATUS PASIEN
I. Status Pasien
Nama : Ny. NY
Tanggal Lahir : 19 Agustus 1953 / 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Perintis Kemerdekaan, Kab. Banyuasin
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 18 Oktober 2019
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit, thorakoabdominal
Suhu : 36,5o C
Status Gizi : Baik
b. Status Oftalmologis
Tekanan
P=N+0 P=N+0
intraocular
KBM
(Hirschberg Ortoforia
test)
GBM 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
Segmen Anterior
Palpebra Tenang Tampak benjolan palpebra
superior bagian lateral,
dengan ukuran 2x6x2mm
berwarna merah, konsistensi
lunak, berbatas tegas,
terfiksir dan permukaan rata
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, central, refleks cahaya Bulat, central, refleks
(+), diameter 3 mm cahaya (-), diameter 3 mm
Fundus
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
oranye, c/d rasio 0.3, a:v 2:3 oranye, c/d rasio 0.3, a:v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Retina Kontur pembuluh darah baik, Kontur pembuluh darah
perdarahan (-) baik, perdarahan (-)
4. Pemeriksaan Penunjang
-
5. Diagnosis banding
Hordeolum internum palpebra superior OS
Hordeolum eksternum palpebra superior OS
Kalazion palpebra superior OS
Selulitis preseptal palpebra superior OS
6. Diagnosis Kerja
Hordeolum internum palpebra superior OS
7. Tatalaksana
1. Informed consent
2. Non Farmakologi
a. KIE
Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan pada pasien adalah
peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri.
Menjelaskan kepada pasien untuk memberikan kompres hangat 2-3
kali sehari selama 15 menit tiap kalinya.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mata dan
tidak menggosok mata ketika terasa mengganjal, perih ataupun gatal.
b. Kompres hangat 3-4 kali selama 15 menit
3. Farmakologi
a. Doksisiklin 2 x 100 mg PO
b. Kloramfenikol Eye Ointment 3 x OS
4. Non Farmakologi
a. Pro Insisi Kuretase Hordeolum
8. Prognosis
• Okuli Sinistra
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad sanationam : Bonam
LAMPIRAN
ANALISIS MASALAH
Tn. AT, 45 tahun, datang karena terdapat benjolan berwarna kemerahan pada
kelopak mata kiri yang dirasakan sejak 3 minggu bulan yang lalu. Benjolan dirasakan
semakin lama semakin membesar dan menetap. Pasien mulai merasa tidak nyaman
pada mata kirinya karena terasa mengganjal saat berkedip. Pasien juga mengeluhkan
banyak kotoran mata saat bangun tidur. Riwayat nyeri pada mata (+), mata merah (-),
gatal (+), banyak keluar air mata (+), penglihatan menurun (-). Kemudian pasien
berobat ke Rumah Sakit Khusus Mata Palembang
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit,
Respiratory rate 20x/menit, suhu 36,5oC, status gizi baik. Pada pemeriksaan
oftalmologi visus mata kanan 6/6 dan mata kiri 6/6. Pada palpebral mata kiri tampak
benjolan di palpebra superior bagian lateral, dengan ukuran 2x6x2mm berwarna
merah, konsistensi lunak, berbatas tegas, terfiksir dan permukaan rata. Pupil tampak
bulat, central, refleks cahaya (-), diameter 3 mm. Pemeriksaan segmen anterior lain
dan segmen posterior dalam batas normal.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan berupa benjolan
pada kelopak mata kiri berwarna merah dan nyeri. Benjolan pada kelopak mata dapat
didiagnosis banding dengan hordeolum, kalazion, dan selulitis preseptal. Diagnosis
banding dapat disingkirkan satu per satu dengan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologi.
Pada anamnesis didapatkan keluhan ada benjolan pada kelopak mata kiri yang
berwarna kemerahan, nyeri, gatal, bengkak dan mata berair. Sedangkan pada
pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada kelopak mata kiri tampak benjolan
palpebra superior bagian lateral, dengan ukuran 2x6x2mm berwarna merah,
konsistensi lunak, berbatas tegas, terfiksir dan permukaan rata. Temuan ini mengarah
pada diagnosis hordeolum. Untuk diagnosis penunjang tidak dibutuhkan, karena
diagnosis hordeolum dapat ditegakkan secara kliniks yaitu berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
Kalazion adalah radang granulomatosa kronik pada kelenjar meibom.
Umumnya ditandai oleh pembengkakkan setempat yang tidak terasa sakit dan
berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai
nyeri tekan yang mirip hordeolum. Kalazion dapat disingkirkan pada kasus ini karena
pada kalazion memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemis,
tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Terkadang pula dapat mengakibatkan
perubahan bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tersebut.
Selulitis preseptal merupakan infeksi pada kelopak mata dan jaringan lunak
periorbital yang ditandai dengan adanya edema luas dan eritema pada kelopak mata,
penurunan penglihatan dan konjungtivitis. Pada kasus tidak terdapat infeksi yang
meluas ke palpebral bagian dalam dan jaringan periorbital. Serta tidak ditemukan
edema luas periorbita dan gangguan penglihatan sehingga diagnosis banding seluitis
preseptal dapat disingkirkan.
Dari pemaparan di atas, tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah
pemberian mengenai penyakit hordeolum, kompres hangat pada mata 3 kali selama
15 menit, pemberian antibiotic peroral berupa doksisiklin dan antibiotik lokal berupa
kloramfenikol eye ointment. Maksud pemberian kompres hangat yaitu untuk
melunakkan jaringan granulomatosa agar pus dapar keluar dari kelenjar yang
terinfeksi. Pemberian antibiotika peroral adalah untuk mengobati infeksi akibat
kuman stafilokokus atau streptokokus. Sedangkan antibiotik lokal biasanya diberikan
pada pasien yang memiliki risiko rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar
preurikel. Pada pasien ini juga akan dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk
mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang
di dalam kantongnya.
Prognosis quo ad vitam pada mata kiri pasien ini adalah bonam karena
hordeolum tidak mengancam nyawa. Prognosis quo ad functionam pada mata kiri
pasien ini adalah baik (bonam) karena fungsi penglihatan tidak terganggu (visus tidak
menurun). Prognosis quo ad sanationam pada mata kiri pasien ini adalah dubia ad
bonam, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
2. Bragg KJ, Le JK. Hordeolum. In: StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing;
2017
3. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age
International Limited; 2007.
4. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi
17. KDT : Jakarta. 2009.