Anda di halaman 1dari 3

MACAM-MACAM RESPIRASI

Respirasi Internal

Istilah respirasi internal atau respirasi sel merujuk kepada proses-proses metabolic intrasel yang dilakukan
di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selagi mengambil energi dari
molekul nutrien. Respiratory quotient (RQ) rasio CO 2 yang dihasilkan terhadap O2 yang dikonsumsi,
bervariasi bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Jika karbohidrat yang digunakan maka RQ
adalah 1 ; yaitu, untuk setiap molekul O2 yang dikonsumsi, satu molekul CO2 diproduksi. Untuk lemak,
RQ adalah 0,7 ; untuk protein, RQnya adalah 0,8. Pada diet khas Amerika Serikat yang terdiri dari
campuran ketiga nutrient ini, konsumsi O2 istirahat adalah sekitar 250 ml/mnt, dan produksi CO 2 rerata
adalah sekitar 200 ml/mnt, untuk RQ rerata 0,8 :

CO 2 yang dihasilkan 200 ml /mnt


RQ= = = 0,8
O 2 yang dikonsumsi 2 50 ml /mnt

Respirasi Eksternal

Istilah respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran O 2 dan CO2 antara
lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi eksternal, yaitu mencakup empat langkah :

 Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga udara dapat
dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus) paru.
Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan mekanis bernapas, atau ventilasi. Kecepatan ventilasi
diatur untuk menyesuaikan aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan metabolik
tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.
 Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler paru melalui
proses difusi.
 Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
 Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses difusi menembus
kapiler sistemik (jaringan).

Sistem respirasi tidak melaksanakan semua tahap atau langkah respirasi; sistem ini hanya berperan dalam
ventilasi dan pertukaran O2 dan CO2 antara paru dan darah.

(SHERWOOD LAURALEE. 2011)

HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI

1. Epiglotis
Permukaan laryngeal dilapisi epitel silindris bertingkat bersilia dan bersel goblet. Permukaan
lingual dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Di dalam lamina propia kedua
permukaan tersebut terdapat kelenjar campur. Kerangka epiglotis berupa lempeng tulang rawan
elastic terdapat di tengah organ ini.
2. Trakea
Mukosa trakea dilapisi epitel silindris bertingkat bersilia bersel goblet. Di dalam lamina propia
terdapat kelenjar campur. Tulang rawan yang menjadi kerangkanya adalah tulang rawan hialin
yang berbentuk huruf “C” ini ditutup oleh jaringan ikat dengan kerangka jaringan otot polos.
Bagian ini disebut pars membranasea. Didalam lamina proprianya juga terdapat kelenjar campur.
Di sekeliling trakea, meliputi bagian luar baik pars kartilaginea maupun pars membranasea,
terdapat selubung jaringan ikat longgar yang disebut tunika adventisia.
3. Paru
Bronkus Intra-pulmonal
Mukosa saluran napas ini biasanya tidak rata, berliku-liku, dan dilapisi epitel bertingkat bersilia
dan bersel goblet. Didalam lamina proprianya terdapat berkas otot polos yang tersusun melingkar.
Dibawah lapisan otot dapat ditemukan penggalan tulang rawan hialin. Diantara penggalan tulang
rawan, dibawah berkas otot polos dapat dilihat kelenjar campur. Permukaan luar dindingnya
disebut tunika adventisia yang merupakan jaringan ikat longgar.
Bronkiolus atau bronkiol
Mukosanya sering terlihat bergelombang. Pada bronkiol besar epitelnya torak selapis. Bersilia
dan bersel piala (goblet). Pada bronkiol yang paling kecil epitelnya lebih rendah, epitelnya kuboid
selapis tak bersilia. Perubahan jenis epitel itu terjadi berangsur. Makin kearah distal, dari bronkiol
besar ke bronkiol kecil, sel epitel makin rendah, dapat ditemukan sel epitel tak bersilia. Di dalam
lamina propria tidak lagi terdapat kelenjar ataupun penggalan tulang rawan.
Bronkiol yang paling kecil
Yang akan menyalurkan udara kedalam sebuah lobules disebut bronkiol pra terminal. Bronkiolus
ini selanjutnya bercabang menjadi 4-5 bronkiol terminal, yang memasok udara napas kepada
asinus, yaitu sebuah unit structural paru.
Bronkiol terminal
Bagian ini dapat dikenali dengan tepat pada tempat dicabangkannya. Ujung bronkiol yang
bercabang, cabangnya lebih dari dua. Selanjutnya cabang itu bercabang lagi tetapi belum
mempunyai alveolus pada dindingnya. Cabang inilah yang disebut bronkiol terminal yang
selanjutnya akan mempercabangkan bronkiol respiratori. Epitelnya serupa dengan bronkiol tetapi
sudah lebih rendah bahkan menjadi kuboid selapis.
Bronkiol respiratori
Epitel torak rendah atau kuboid selapis, sel bersilia masih ada, tetapi sel piala tak ada lagi. Lebih
jauh sedikit, epitelnya sudah tidak bersilia lagi dan menjadi epitel kuboid atau kuboid rendah
selapis. Serat otot polos, kolagen dan elastin masih dapat dikenali disini. Pada dinding bronkiolus
ini sudah terdapat alveolus, yang merupakan cirri khas saluran ini.
Duktus alveolar
Saluran ini dicabangkan dari bronkiol respiratori, berupa saluran yang dindingnya terdiri atas
alveolus. Pada setiap pintu masuk ke alveoli terdapat epitel selapis gepeng. Di dalam lamina
propria masih dapat dilihat serat otot polos yang biasanya terpotong melintang sehingga tampak
sebagai titik-titik kecil.
Sakus alveolar
Dari ujung alveolar terbuka pintu lebar menuju beberapa sakus alveolar. Bangunan ini terdiri atas
beberapa alveoli yang bermuara bersama membentuk satu ruangan serupa rotunda yang disebut
arium.
Alveoli
Dari sakus alveolar terbuka pintu menuju ke setiap alveoli. Alveoli paru ini berupa kantong yang
dibatasi oleh epitel gepeng selapis yang amat tipis. Selain itu, terdapat pula sel epitel yang
bentuknya kuboid yang disebut sel septal. Di dalam lumennya, dapat pula dikenali sel debu. Sel
debu agak besar dan didalam sitoplasmanya biasanya terdapat partikel debu. Pembuluh darah
kapiler banyak terdapat di antar alveolus dan dindingnya berbatasan dengan epitel alveolus.

Anda mungkin juga menyukai