Anda di halaman 1dari 42

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu, serta merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak
awal (fase syok) sampai fase lanjut (Potter & Perry, 2006).
Luka bakar adalah suatu trauma, kerusakan, atau kehilangan jaringan yang disebabkan
oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (IRNA Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2002).

2. EPIDEMIOLOGI
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang
mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar
telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai
disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien
dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera
inhalansi yang berhubungan dengan luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya
karena luka bakar. Lebih separuh dari kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit seharusnya
dapat dicegah. Anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk
mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering
menderita luka bakar dibandingkan yang diperkirakan lewat representasinya dalam total
populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi dirumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan
alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan
industri juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.
The National Institusi of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistik dari
berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagaian besar pasien
(75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak
yang baru belajar berjalan, barmain-main dengan korek api pada anak-anak usia sekolah, cidera
karena arus listrik pada remaja laki-laki, dan penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada
orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusinya pada angka statistik tersebut. Cobb,
Maxwell dan Silverstein (1992) menemukan bahwa sekitar 13% pasien luka bakar yang dirawat
di rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudah pernah dirawat sebelumnya karena luka
bakar (Smeltzer, 2002).

3. ETIOLOGI
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Selain itu luka bakar juga disebabkan oleh ledakan, aliran listrik, api, zat kimia, uap panas,
minyak panas, dan pajanan suhu tinggi dari matahari.
Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar, yaitu :
a. Api : kontak dengan kobaran api.
b. Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.
c. Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan
organik.
d. Luka bakar listrik : tidak terlalu sering terjadi di Indonesia. Bisa timbul dari sambaran
petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab
sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, tetapi kebakaran/kerusakan yang
parah justru terjadi di dalam tubuh.
e. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas
atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering terjadi di Indonesia.

4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR


Berdasarkan berat ringannya luka bakar maka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Luka bakar berat (major burn)
 Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun.
 Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama.
 Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
 Adanya cedera inhalasi tanpa memperhitungkan luas luka bakar.
 Luka bakar listrik tegangan tinggi.
 Disertai trauma lainnya.
 Pasien-pasien dengan resiko tinggi
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
 Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari
10 %.
 Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
 Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar ringan (minor burn)
 Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa.
 Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut.
 Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum.

Luka bakar juga dapat dibagi berdasarkan kedalaman lukanya. Kedalaman luka bakar
ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi
pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam
luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan
sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi,
lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar. Klasifikasi luka bakar
menurut kedalamannya, yaitu:

Pembagian Zona Kerusakan Jaringan


Gambar 1: Zona kerusakan jaringan

a. Zona koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
panas.
b. Zona statis
Daerah yang berada lansgsung di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trobosit dan leukosit, sehingga
terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler
dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera, dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
c. Zona hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler.
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka
bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka serta waktu
penyembuhannya, yakni :

Kedalaman dan
Bagian Kulit Perjalanan
Penyebab Luka Gejala Penampilan Luka
yang terkena Kesembuhan
bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan Memerah; Kesembuhan
(Superfisial) Hiperestesia
menjadi putih lengkap dalam
Tersengat matahari
(supersensitivitas)
Terkena api dengan ketika ditekan waktu satu minggu
akibat iritasi dari Minimal atau Pengelupasan kulit
intensitas rendah
saraf sensorik tanpa edema,
Rasa nyeri mereda
tidak dijumpai
jika didinginkan
bullae

- Kulit kemerahan - tidak ditemukan bula - terasa nyeri


Gambar 2: Luka bakar derajat I
Derajat Dua Epidermis Nyeri Melepuh; dasar Kesembuhan
(Partial Thickness) Hiperestesia
dan bagian luka berbintik- dalam waktu dua
Tersiram air Sensitif terhadap
dermis bintik merah; hingga tiga
mendidih udara yang dingin
Terbakar oleh nyala epidermis retak; minggu
Pembentuka parut
api permukaan luka
dan depigmentasi
basah
Infeksi dapat
Edema, dijumpia
adanya bullae mengubahnya
menjadi derajat
tiga

- Tampak bula – Dasar luka kemerahan (derajat IIA) – Dasar luka pucat keputihan (derajat IIB) –
Nyeri hebat terutama pada derajat IIA
Gambar 3: Luka bakar derajat II
Derajat IIa Kerusakan Gejala luka bakar Penampilan luka Penyembuhan
(superficial) mengenai derajat II bakar derajat II terjadi secara
bagian spontan dalam
superfisial waktu 10-14 hari,
dari dermis. tanpa operasi
Organ-organ penambalan kulit
kulit seperti (skin graft).
folikel
rambut,
kelenjar
keringat,
kelenjar
sebasea
masih utuh.

Gambar 4. Luka bakar derajat II superficial


Derajat IIb (deep) Kerusakan Gejala luka bakar Penampilan luka Penyembuhan
mengenai derajat II bakar derajat II terjadi lebih lama,
hampir tergantung biji
seluruh epitel yang tersisa.
bagian Biasanya
dermis. penyembuhan
Organ-organ terjadi dalam
kulit seperti waktu lebih dari
folikel satu bulan. Bahkan
rambut, perlu dengan
kelenjar operasi
keringat, penambalan kulit
kelenjar (skin graft).
sebasea
sebagian
besar masih
utuh.

Gambar 5. Luka bakar derajat II dalam


Derajat tiga (Full Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Penyembuhan
Thickness) keseluruhan syok, hematuria bakar berwarna terjadi lama karena
Terbakar nyala api
dermis dan dan kemungkinan putih seperti tidak ada proses
Terkena cairan
kadang- hemolisis, bahan kulit atau epitelisasi spontan
mendidih dalam
kadang kemungkinan gosong, kulit dari dasar luka.
waktu yang lama
Pembentukan
Tersengat arus listrik jaringan terdapat luka retak dengan
eskar (koagulasi
subkutan masuk dan keluar bagian lemak
protein pada
(pada luka bakar yang tampak,
epidermis dan
listrik) edema
dermis),
diperlukan
pencangkokan,
pembentukan parut
dan hilangnya
kontour serta
fungsi kulit,
hilangnya satu jari
tangan atau
ekstremitas bisa
terjadi

Gambar : 4. Luka Bakar derajat 3


Sumber : Smeltzer, 2002

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, kemungkinan morbiditas, dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam
persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka
bakar, yaitu:
 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan
individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien
dengan derajat luka II atau III.
 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan’The Rule of Nines’ yang dikembangkan oleh Wallace (1940), dimana
setiap anggota badan dihitung berdasarkan kelipatan sembilan ini, yaitu:kepala 9%, tubuh
bagian depan 18%, tubuh bagian belakang 18%, ekstremitas atas 18%, ekstremitas bawah
kanan 18%, ekstremitas bawah kiri 18%, organ genital 1%.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk
anak.
Korban harus dibawa ke gawat darurat apabila:derajat 1 dengan luas luka lebih dari 15%,
derajat 2 lebih dari 10%, derajat 3 lebih dari 2%, derajat 4, mengenai wajah, alat kelamin,
persendian, tangan, kaki, luka bakar dengan komplikasi patah tulang, gangguan jalan nafas,
luka bakar akibat tegangan listrik, terjadi pada anak anak dan manula.

 Metode Lund and Browder


Metode ini diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak.
Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan luka bakar pada anak. Apabila
tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan
rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:
a. Pada anak di bawah usia 1 tahun : kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan

persentasenya sama dengan dewasa.


b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0,5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
Klasifikasi berdasarkan Fase Penyembuhan Luka
No Fase dan Fisiologi Durasi Implikasi Penatalaksanaan
Fase Luka
1 Respon Inflamasi Akut Terhadap Cidera
Hemostasis 0-3 hari Adanya jaringan yang mengalami
Fase Konstriksi sementara
devitalisasi secara terus menerus,
dari pembuluh darah yang
adanya benda asing,
rusak, terjadi pada saat
pengelupasan jaringan yang luas,
sumbatan trombosit dibentuk
trauma kekambuhan, atau
dan diperkuat juga oleh
penggunaan yang tidak tepat,
serabut fibrin untuk
preparat topical untuk luka
membentuk sebuah bekuan.
sehingga penyembuhan
Respon Jaringan yang
diperlambat dan kekuatan regang
rusak :
Jaringan yang rusak dan sel luka tetap rendah.
mast melepaskan histamine
dan mediator lain sehingga
menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga
kulit menjadi merah dan
hangat. Permiabilitas kapiler
darah menyebabkan edema
local.
2 Fase Dekstruktif
Pembersihan terhadap 1-6 hari Polimorf& makrofag sangat
jaringan mati/yang dipengaruhi oleh turunnya suhu
mengalami devitalisasi dan tempat luka, dihambat agen
bakteri oleh polimorf kimia, hipoksia, dan perluasan
(menelan dan limbah metabolic yang
menghancurkan bakteri) dan disebabkan oleh buruknya perfusi
makrofag (menghancurkan jar.
bakteri & mengeluarkan jar.
Yang mengalami devitalisai
serta fibrin yang berlebih,
membentuk fibroblast &
menghasilkan factor
perangsang angiogenesis
(Fase 3)
3 Fase Proliferatif
Fibroblast meletakkan 3-24 hari Gelung kapiler baru jumlahnya
substansi dasar dan serabut- sangat banyak dan rapuh serta
serabut kolagen serta mudah sekali ruasak karena
pembuluh darah baru mulai penekanan yang kasar sehingga
infiltrasi luka. Kapiler perlu vitamin C yang cukup.
dibentuk oleh tunas Factor sistemik yang
endothelial, suatu proses memperlambat penyembuhan
yang disebut angiogenesis. adalah defisiensi besi,
Jar yang dibentuk dari hipoproteinemia dan hipoksia.
gelung kapiler baru, yang
menopang kolagen dan
substansi dasar disebut
jar.granulasi.
4 Fase Maturasi (Remodeling)
Epitelisasi, Kontraksi, dan 24-356 Epitelisasi terjadi 3x lebih cepat
Reorganisasi jar.ikat hari dilingkungan yang lembab
Sel-sel epitel pada pinggir
(dibawah balutan yang oklusif
luka dan dari sisa-sisa folikel
atau balutan semipermiable)
rambut, serta granula sebasea
daripada dilingkungan yang
dan granula sudorifera
kering. Kadang jar. Fibrosa pada
membelah dan mulai
dermis menjadi sangat hipertropi,
bermigrasi diatas jar.
kemerahan dan menonjol yang
Granula baru. Kontraksi luka
pada kasus ekstrem menyebabkan
disebabkan karena
jar. Parut, koloid tidak sedap
miofibroblast kontraktil yang
dipandang.
membantu menyatukan tepi-
tepi luka. Terjadi suatu
penurunan progresif dalam
vaskularisasi jar. Parut,
penampilan yang merah
kehitaman menjadi putih.
Serabut kolagen mengadakan
reorganisasi dan kekuatan
regang luka meningkat.
Sumber : Marison (2003:2), Manajemen Luka

5. PATOFISIOLOGI
Kulit manusia memiliki banyak fungsi, antara lain menghindari terjadinya kehilangan
cairan. Apabila terjadi luka bakar, maka kulit akan mengalami denaturasi protein, sehingga
kehilangan fungsinya. Semakin banyak kulit yang hilang, semakin berat kehilangan cairan
(Basic Trauma Life Support, 2011).
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (syok hipovolemik)
menurut Smeltzer (2002), merupakan komplikasi yang sering terjadi dengan manisfestasi
sistemik tubuh seperti:
a) Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik
akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung.
b) Respon Renalis
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler
maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun
dan bisa berakibat gagal ginjal.
c) Respon Gastro Intestinal
Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya
peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus
merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung
dan nausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi
lambung (dengan pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi
sekunder akibat stres fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau
vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum
(ulkus curling).
d) Respon Imunologi
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis
mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya
gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam luka.
e) Respon Pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali
lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi
akibat panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk
pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur
oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan
halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup
kegagalan akut respirasi dan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) (Smeltzer,
2002).
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Superficial burn (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
 Luka hanya mengenai lapisan epidermis.
 Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
 Kulit memucat bila ditekan.
 Edema minimal.
 Tidak ada blister.
 Kulit hangat/kering.
 Nyeri dan berkurang dengan pendinginan.
 Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
 Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
b. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
Dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness.
 Luka tampak mengenai epidermis dan dermis.
 Luka tampak merah sampai pink.
 Terbentuk blister
 Edema
 Nyeri
 Sensitif terhadap udara dingin
 Penyembuhan luka : pada superficial partial thickness penyembuhannya14 - 21 hari, pada
deep partial thickness penyembuhannya 21 - 28 hari (penyembuhan bervariasi tergantung
dari kedalaman luka dan ada tidaknya infeksi).
c. Full thickness (derajat III)
 Luka tampak mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga mengenai
permukaan otot, dan persarafan, dan pembuluh darah.
 Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
 Tanpa ada blister.
 Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
 Edema.
 Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
 Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
 Memerlukan skin graft.
 Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.
d. Fourth degree (derajat IV)
 Luka mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.
 Kulit tampak seperti arang, gosong, dan meninggalkan sisa kehitaman bekas bakaran.

7. DIAGNOSIS / KRITERIA DIAGNOSIS


Apabila terjadi kerusakan kulit akibat agen-agen thermal dan kimia , kemudian ditentukan
derajatnya dengan rule of nine untuk mengetahui luas daerah yang terbakar.

8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi:
 Menentukan derajat dan kedalaman luka bakar (baik menggunakan metode telapak
tangan, rule of nine, atau Lund and Browder chart).
 Area kulit yang tidak terbakar mungkin dingin dan pucat.
 Area kulit yang terbakar akan melepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal,
berwarna kemerahan, terdapat bula, atau kerusakan seluruh jaringan kulit.
 Mukosa bibir kering.
 Tanda-tanda inflamasi, seperti lubor, dolor, tumor, kalor, fungsiolesa.
 Klien tampak meringis karena nyeri
 Klien tampak lemah.
 Terdapat edema.
 Klien tampak dispnea
 Klien tampak sedikit berkemih
 Distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
 Perdarahan lambung ditandai dengan feses atau vomitus yang berdarah
b. Palpasi:
 Denyut nadi (frekuensi meningkat dan lemah).
 Suhu pada luka.
c. Perkusi :
 Perkusi abdomen hipertimpani.
 Perkusi paru hipersonor.
d. Auskultasi:
 Auskultasi bunyi nafas pada paru (Stridor, wheezing, ronchi).
 Auskultasi bising usus (BU menurun).

9. INDIKASI RAWAT INAP PASIEN LUKA BAKAR


Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap bila:
1. Luka bakar derajat III > 5%
2. Luka bakar derajat II > 10%
3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki, genitalia,
perineum, kulit di atas sendi utama)  risiko signifikan untuk masalah kosmetik dan
kecacatan fungsi.
4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas.
5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya, atau
adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya.
6. Adanya trauma inhalasi.

10. PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR


Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering, dan comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan
langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
 Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
 Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada
anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan
pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
 Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
 Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada
wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
 Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
 Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
 Paracetamol dan codein (PO-per oral) 20-30mg/kg
 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
(Rosfanty, 2009)
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC yaitu
 Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah
orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke
dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka.
Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
 Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc/kgBB/%TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan
rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan
1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4cc/kgBB/%TBSA)
diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya.
Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu
1cc/kgBB/jam (Rosfanty, 2009).
Menurut Grace dan Borley (2006) penatalaksanaan penting untuk luka bakar dibagi
menjadi tiga penangananan:
a. Penanganan luka bakar umum
1) Mulai resusitasi (ABC, buat jalur intravena, berikan O2).
2) Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari wallen).
b. Penanganan luka bakar berat (luka bakar > 20% pada orang dewasa dan > 10%
pada anak)
1) Pantau nadi, TD, suhu, keluaran urin. Berikan analgesia adekuat melalui IV.
Pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT), berikan profilaksis
tetanus.
2) Berikan cairan melalui IV berdasarkan formula Muir-Barclay: % luka bakar x
berat badan dalam Kg/2 = satu aliquot cairan. Berikan 6 aliquot cairan selama 36
jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6, 6, 12 jam dari waktu terjadinya luka bakar.
Biasanya menggunakan larutan koloid, albumin atau plasma.
3) Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat luka bakar.
c. Luka bakar ringan (luka bakar < 20% pada orang dewasa dan < 10% pada
anak).
Tatalaksana luka bakar minor
 Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat
membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan awal.
 Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut
dan bidai
 Pemeriksaan status tetanus pasien
 Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang
keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan
Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa
sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak
berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu
dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus
dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah
beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.

Tatalaksana luka bakar superfisial / dangkal


Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya
gelembung cairan atau penggarukan dapat ditutup perban untuk proteksi.

Tatalaksana luka bakar sebagian (partial thicknes)


 Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang
mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine
0,1% lalu dengan salin.
 Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak
menempel lalu dibalut atau di plester
 Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak
lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin
Follow up
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-
tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus
dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.

d. Terapi Pengantian Cairan


Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalan 24 jam pertama dihitung berdasarkan luas
luka bakar. Resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit penurunan volume
darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada
nilai yang normal pada akhir periode 48 jam. Beberapa rumus telah dikembangkan
untuk memperbaiki kehilangan cairan berdasarkan estimasi persentase luas permukaan
tubuh yang terbakar dan berat badan pasien.

 Rumus Konsesus
Lartutan ringer laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml x kg berat
badan x % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya.
 Rumus Evans
1. Koloid : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar
2. Elektrolit (Salin) : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar
3. Glukosa (5%dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh diberikan dalam 8 jam
pertama: separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya
Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan kolid yang diberikan pada hari
sebelumnya: seluruh penggantian cairan insesibel
Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang
melebihi 50% luas permukaan tubuh dhitung berdasarkan 50% luas permukaan
tubuh.
 Rumus Brooke Army
1. Koliod : 0,5ml x kg berat badan x % luas luka bakar
2. Elektrolit (RL) : 1,5 ml x kg berat badan x % luas luka bakar
3. Glukosa (5%dalam air): 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertam: separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya
Hari 2 : separuh dari cairan kolid: separuh dari cairan elektrolit: seluruh
penggantian cairan insesibel
Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas permukaan tubuh
dhitungberdasarkan 50% luas permukaan tubuh
 Rumus Parkland/Baxter
Larutan Ringer Laktat: 4 ml kg berat badan x % luas luka bakar
Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya
Hari 2 : Bervariasi. Ditambahkan koloid

 Larutan Salin Hipertonik


Larutan pekat natrium klorida (NaCl) dan laktat dengan konsentrasi 250-300mEq
natrium perliter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk
mempertahankan volume keluaran urine yang diinginkan. Jangan meningkatkan
kecepatan intfus selama 8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar natrium serum
harus dipantau ketat.
Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi
edema dan mencegah komplikasi paru.
e. Pemindahan ke Unit Luka Bakar
Kriteria Perhimpunan Luka Bakar Amerika untuk Rujukan ke Pusat Luka Bakar :
- Luka bakar derajat 3 yang melebihi 5% luas permukaan tubuh pada segala
kelompok usia
- Luka bakar derajat 2 dan 3 yang melebihi 10% luas permukaan tubuh pada pasien <
10 tahun atau < 50 tahun
- Luka bakar derajat 2 dan 3 yang melebihi 20% luas permukaan tubuh pada segala
kelompok usia yang lain.
- Luka bakar derajat 2 dan 3 yang mengenai muka, tangan, kaki, genetalia, perineum,
serta persendian yang besar.
- Luka bakar listrik yang mencakup luka bakar tersambar petir
- Luka bakar kimia dengan ancaman ganguan fungsional atau kosmetik yang serius
- Cedera inhalasi dengan luka bakar
- Luka bakar yang melingkar pada ektremitas dan dada
- Luka bakar pada pasien yang sebelumnya sudah menderita sakit dapat memperumit
penanganan
- Luka bakar dengan trauma dimana luka bakar tersebut menghadapi risiko yang
terbesar.
Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar
Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti :
Pada fase ini diperlukan perhatian khusus pada pengkajian dan pemeliharaan yang
berkesinambungan pada status respirasi, dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, serta fungsi gastrointestinal. Perawatan luka dan pengendalian nyeri menjadi
prioritas dalam fase ini. Untuk pengendalian nyeri biasanya diberikan NSAID atau
golongan narkotik jika terdapat nyeri hebat pada luka bakar yang luas. Selain itu,
meminimalkan rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan teknik non farmakologi seperti
Guidetimageri, teknik relaksasi, dan distraksi, terapi music dan lainnya. Pemberian obat
anlgetik 30 menit sebelum perawatan luka juga sangat penting menigkatkan rasa
nyaman pasien selama perawatan luka bakar. Luka bakar meliputi sejumlah besar
jaringan mati ( eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama.
Eskar pada luka bakar merupakan krusta yang nonviable tanpa memiliki suplai aliran
darah sehingga leukosit PMN atau antibody tidak dapat menjangkau daerah tersebut.
Maka dari itu, luka bakar rentan terinfeksi oleh bakteri dan dapat terjadi sepsis.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pemberian antibiotic topical, perawatan luka
dan penggantian balutan yang khusus dengan teknik steril. Perawatan luka dapat
dilakukan dengan tekni tertutup atau terbka sesuai dengan kebijakan masing-masing
rumah sakit. Pada prinsipnya, perawatan luka dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi. Pemilihan terapi antibiotic topical berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri
agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan
tubuh pasien sendiri bukan untuk mensterilkan luka bakar.( Smeltzer, 2002).
1. Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi rendaman
disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin
bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih
ekstremitas dan membersihkan luka seluruh tubuh. Pembersihan luka dapat
dilakukan degan perendaman total atau disebut hidroterapi. Selama berendam
pasien didorong bergerak aktif untuk melatih ekstremitas dan membersihkan
seluruh tubuh. Hidroterapi hars dibatasi dalam periode 20 -30 menit untuk
mencegah gejala menggigil dan stress metabolic tambahan. Pembersihan luka
biasanya dilakukan sehari sekali pada daerah luka yang tidak menjalani tindakan
pembedahan. Jika ada eskar yang mulai terpish dengan jaringan viable dibawahnya
yang terjadi kurang lebih 11/2 sampai 2 minggu paska luka bakar, maka diperlukan
tindakan pembersihan dan debridement secara berturut-turut harus lebih sering
dilakukan.
2. Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver
nitrat, dan mafenide asetat.
3. Penggantian Balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD. Balutan atau kasa
yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya
dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan berandam selama beberapa
saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati
memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung tangan steril. Kemudian
luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan debris, setiap preparat
topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati. Selama penggantian balutan ini,
harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan karakteristik lain dari luka.
4. Debridemen
Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri
dan benda asing sehingga pasien dilindungi dari invasi bakteri dan untuk
menghilangkan jaringan yang sudah mati.
Debridemen ada 3 yaitu
- Alami : jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan
-Mekanis : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan
mengangkat jaringan mati.
Kaji keadaan luka Pertimbangkan >10% TBSA pd orang dewasa
bakar
-Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan
ukuran luka bakar
eksisi primer seluruh tebal kulit
>5% TBSA pd anak-anak (Total
Body Surface Area)
sampai mengupas kulit yang terbakar.
5. Graft Pada Luka Bakar
Pertimbangkan
lokasi/tipe luka bakar Luka bakar pada wajah, tangan, kaki,
Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka
perineum, permukaan tulangakan terbentuk
atau cedera
yang terjadi bersamaan misalnya
jaringan granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan
frakturatau ditimbulkan oleh luka,
lainnya
Luka bakar akibat elektrik dan bahan
membentuk barier Pertimbangkan
yang merintangi bakteri kimia
dan berfungsi sebagai dasar untk
kedalaman luka
pertumbuhan sel epitel.bakar
6. Dukungan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantuLuka
Luka Bakar Partial
mempercepat
Bakar Full
penyembuhan
Thickness Thickness
luka.

Manajemen
Luka bakar Luka Bakar Luka Bakar Deep <48 jam
Superficial Partial Partial Thickness Gunakan balutan seperti pada luka bakar
Flowchart
Thickness Manajemen Luka Bakar, (NSW Health Departement)
partial thickness
Berikan obat penurun rasa nyeri
<48 jam <48 jam
Bersihkan dengan Bersihkan dengan
Chlorhexidine/NS Chlorhexidine/NS 3-6 hari
Berikan balutan AIVG Berikan Silvazene dan Kaji ulang warna,
(Antibacterial Impregnated balutan kedalaman, infeksi,
Vaselin Gauze) Berikan obat penurun dan nyeri
Berikan obat penurun rasa rasa nyeri Jika ada
sakit Lanjutkan dengan penyembuhan,
Biarkan secara utuh selama perawatan luka tiap lanjtkan perawatan
48 jam hari luka dengan
Tinggikan silvazine
extremitas/tungkai jika
edema
Monitor warna luka dan
3-6 hari infeksi
Setelah 6 hari 12-14 hari
Kaji ulang warna, kedalaman, Jika ada beberapa
Jika ada
infeksi dan nyeri potongan kecil
penyembuhan,
Jika ada penyembuhan, luka tidak sembuh
gunakan balutan
lanjutkan dengan perawatan >1cm,
7-10 hari AIVG (jika tidak
luka, ganti balutan 2-3 hari konsultasikan
Jika ada penyembuhan, tersedia gunakan
sekali dengan spesialis
lanjtkan dengan perawatan kassa vaselin)
Jika ada infeksi, konsultasi ke unit luka bakar.
luka, ganti balutan 3hari Jika tidak sembuh,
spesialis unit luka bakar
sekali lanjutkan dengan
Gunakan sorbolene ketika balutan silvezine.
sembuh
Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada tahap
akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai segera setelah terjadinya luka bakar
sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada perubahan citra diri dan gaya
hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan pemulihan
aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus berlanjut pada
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan status nutrisi.
Pembedahan rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan fungsinya yang terganggu
mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan dapat bekerjasama dengan fisioterapi agar
dapat melatih rentang gerak (Smeltzer, 2002).

11. KOMPLIKASI
 Syok hipovolemik
 Kekurangan cairan dan elektrolit
 Hypermetabolisme
 Infeksi
 Gagal ginjal akut
 Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri,
edema.
 Paru dan emboli
 Sepsis pada luka
 Ilius paralitik
 SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome) bervariasi tergantung etiologi.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada SIRS adalah gagal napas, Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), dan pneumonia nosokomial, gagal ginjal,
perdarahan saluran cerna, dan stres gastritis, anemia, trombosis vena dalam (Deep
Vein Thrombosis/DVT), hiperglikemia, dan Disseminated intravascular
coagulation (DIC).

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a) Pengkajian Luas Luka Bakar
Metode Rule of Nine’s
Gambar 4: Pengkajian Rule of Nine’s
Sistem ini menggunakan prosentase kelipatan sembilan terhadap luas permukaan tubuh.
- Adult: kepala = 9 %, tangan kanan-kiri = 18%, dada dan perut = 18%, genetalia =
1%, kaki kanan-kiri = 36%, dan punggung = 18%
- Child: kepala = 18%, tangan kanan-kiri = 18% , dada dan perut = 18%, kaki kanan-
kiri = 28%, dan punggung = 18%
- Infant: kepala = 18%, tangan kanan-kiri =18%, dada dan perut = 18%, kaki kanan-
kiri = 28%, dan punggung = 18%

b) Pengkajian Awal
Pengkajian ini dibuat dengan cepat selama pertemuan pertama dengan pasien yang
meliputi ABC (Airway, Breathing, dan Circulation)
 Airway
- Data subjektif
pasien mengeluh sesak , pasien mengeluh nyeri .
- Data objektif
terdengar suara krekels dan stridor , terdapat edema pada laring
 Breathing
- Data subjektif
Pasien mengeluh sesak .
- Data objektif
terdapat adanya gerakan otot bantu nafas , RR lebih dari 20 kali permenit,
nampak pernafasan cuping hidung
 Circulation
- Data subjektif
pasien mengeluh pusing
- Data objektif
nadi klien meningkat > 100 x permenit .

c) Pengkajian Berdasarkan 6B
 Breathing
- Data subjektif
Pasien mengatakan susah untuk bernafas.
- Data objektif
Pasien telihat sesak (RR> 20 x/menit), pernafasan cuping hidung, menggunakan
otot bantu pernafasan
 Blood
- Data subjektif
Klien mengeluh pusing .
- Data objektif
Nadi klien meningkat > 100 x permenit , hematokrit meningkat , leukosit
meningkat , trombosit menurun.
 Brain
- Data subjektif
Pasien merasa pusing, pasien mengeluh nyeri kepala.
- Data objektif
Pasien mungkin disorientasi.
 Bladder
- Data subjektif
Pasien mengatakan sedikit kencing
- Data objektif
Haluaran urin menurun.
 Bowel
- Data subjektif
Pasien mengeluh susah BAB .
- Data objektif
Pasien mungkin mengalami penurunan berat badan dan konstipasi.
 Bone
- Data subjektif
Pasien mengeluh letih dan pegal-pegal.
- Data objektif
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai
dengan irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan,
RR : >20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa snoring
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (evaporasi
melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus, wajah pasien tampak
pucat, adanya penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam),
peningkatan frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien.
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka post operasi
skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka bakar yang terletak di
kedua lengan atas sehingga susah untuk digerakkan, dan nyeri pada luka post skin
graft, nyeri skala 7 dari 0-10
4) Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlindungan kulit; jaringan traumatik, pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan
Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
6) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai
dengan kerusakan pada lapisan kulit, gangguan pada permukaan kulit.
7) Keletihan berhubungan dengan anemia ditandai dengan ketidakmampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari
8) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (mengalami luka bakar)
ditandai dengan pasien mengeluh khawatir dengan kondisinya
9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi ditandai
dengan prilaku tidak tepat dan tidak mengikuti arahan tenaga kesehatan
10) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan pada preload ditandai
dengan perubahan dalam bacaan EKG, perubahan dalam tekanan darah
11) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan keterbatasan
dalam ROM dan ambulasi
12) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
ketidakmampuan dalam membasuh, mengeringkan, dan mengambil peralatan mandi
13) Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
ketidakmampuan dalam menuju toileting, dan membersihkan perineum secara
mandiri
14) Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
mengenakan, mengambil pakaian secara mandiri
15) PK Syok hipovolemik
16) PK Anemia
17) PK Hiponatremia

Diagnosa Prioritas:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan
irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, RR :
>20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa snoring
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (evaporasi
melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus, wajah pasien tampak pucat,
adanya penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam),
peningkatan frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien.
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai
dengan kerusakan pada lapisan epidermis dan dermis
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka post operasi skin
graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka bakar yang terletak di kedua
lengan atas sehingga susah untuk digerakkan, dan nyeri pada luka post skin graft, nyeri
skala 7 dari 0-10
3. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan (Outcome) Intervensi Keperawatan


1 Ketidakefektifan pola Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … 1. Auskultasi bunyi
napas berhubungan x… jam, diharapkan pola napas pasien efektif nafas tambahan; ronchi, wheezing.
dengan obstruksi jalan dengan kriteria hasil: 2. Berikan posisi
napas ditandai dengan NOC Label >> Respiratory Status: Airway yang nyaman untuk mengurangi dispnea.
irama napas cepat dan patency 3. Bersihkan sekret
dangkal, dispnea,  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai
penggunaan otot bantu tidak merasa tercekik, irama nafas reguler, keperluan.
pernapasan, RR : frekuensi pernafasan dalam rentang normal, 4. Bantu klien untuk
>20x/mnt, terdapat bunyi tidak ada suara nafas abnormal) batuk dan nafas dalam.
napas tambahan berupa  Tidak terdengar suara napas tambahan: snoring 5. Ajarkan batuk
snoring NOC Label >> Vital Signs efektif.
 Frekuensi napas normal (16 – 20 x/ menit) 6. Anjurkan asupan
NOC Label >> Respiratory status : Ventilation cairan adekuat.
 Tidak ada sianosis dan dyspnea 7. Berikan terapi
 Tidak tampak penggunaan otot bantu napas
nebulizer pada klien.
8. Lakukan suction
sesuai indikasi jika diperlukan.
9. Kolaborasi
pemasangan trakeostomi
10. Kolaborasi
pemberian oksigen
11. Kolaborasi
pemberian broncodilator sesuai indikasi.

NIC Label >> Respiratory Monitoring


1. Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha
pasien saat bernapas
2. Catat pergerakan dada, simetris atau tidak,
menggunakan otot bantu pernapasan atau tidak
3. Monitor pola napas: bradypnea, tachypnea,
hiperventilasi, respirasi kussmaul, respirasi cheyne-
stokes.
NIC Label >> Oxygen Therapy
 Bersihkan area mulut, hidung, jika diperlukan
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Monitor jumlah aliran oksigen
 Monitor efektivitas terapi oksigen
2 Kekurangan volume Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x NIC Label >> Fluid/Electrolyte Management
cairan berhubungan … jam diharapkan ketidakseimbangan volume  Monitor keabnormalitas tingkat elektrolit serum
dengan kehilangan cairan cairan tidak terjadi dengan outcome :  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium yang

aktif (evaporasi melalui NOC Label >> Fluid Balance terkait perubahan cairan atau tingkat elektrolit
 Berikan cairan yang adekuat
luka bakar) ditandai  Tekanan darah dalam batas normal (sistolic  Berikan intake oral
 Monitor status hemodinamik klien
dengan pasien mengeluh 100-130 dan diastolic 70-89 mmHg)  Kaji membran mukosa klien untuk mengindikasikan
 HR dalam batas normal (60-100 x/menit)
haus, wajah pasien adanya perubahan keseimbangan cairan dan
tampak pucat, adanya NOC Label >> Burn Recovery
elektrolit
penurunan turgor kulit,  Granulasi Jaringan baik  Monitor kehilangan cairan
 Persen dari luas luka bakar berkurang NIC Labels >>> Fluid Monitoring
penurunan haluaran urin  Suhu tubuh stabil 1. Kaji riwayat intake & output (eliminasi) cairan
(< 0,5-1cc/kgBB/jam),  Edema di area luka bakar berkurang pada pasien.
 Balance cairan pasien baik 2. Kaji faktor risiko yang memungkinkan
peningkatan frekuensi
NOC Label >> Hydration terjadinya ketidakseimbangn cairan pada pasien,
nadi (> 100 x/menit), dan
 Urin output 0,5-1 cc/kgBB misalnya adanya peningkatan suhu tubuh,
adanya luka bakar pada
 Mukosa membran lembab
kulit pasien. adanya infeksi, pasca tindakan operasi, dll.
NOC Label >> Keseimbangan Asam Basa dan 3. Monitor intake & output cairan.
4. Monitor albumin darah & protein total.
Elektrolit
NIC Labels >>> Vital Sign Monitoring
 RR dalam batas normal (16 – 20 x/menit) 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
 Hematokrit dalam batas normal frekuensi pernapasan jika diperlukan.
 BUN dan Kreatinin dalam batas normal 2. Monitor tanda dan gejala terjadinya peningkatan
 Elektrolit Serum dalam batas normal
 Albumin serum dalam batas normal atau penurunan suhu tubuh
3. Monitor tekanan dan kualitas nadi pasien.
4. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban kulit
pasien.
5. Monitor adanya sianosis perifer.

NIC Labels >>> Feeding


1. Identifikasi pola diet pasien.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman saat pasien
makan, misalnya pindahkan alat-alat seperti
urinal, alat suction, dll.
3. Lakukan oral hygiene sebelum pasien makan.
4. Catat dan pantau intake makanan jika diperlukan
5. Berikan makanan yang hangat untuk mencegah
mual dan meningkatkan nafsu makan
6. Anjurkan pihak keluarga untuk memberikan
makanan kepada pasien.
3 Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x NIC Label >> Bathing
jaringan berhubungan ...jam diharapkan integritas kulit klien mengalami  Siapkan peralatan yang dibutuhkan untuk
dengan suhu ekstrem (air peningkatan dengan kriteria hasil : memandikan pasien seperti peralatan mandi, air
panas) ditandai dengan NOC Label >> Wound Healing : Secondary untuk mandi dengan suhu yang optimal
kerusakan pada lapisan Intention  Gunakan teknik memandikan yang tepat sesuai
epidermis dan dermis  Ukuran lesi pada kulit klien berkurang. dengan usia dan kondisi tubuh pasien
 Inflamasi pada luka berkurang.
 Bersihkan seluruh badan pasien untuk memutuskan
 Granulasi dalam jaringan subkutan klien
rantai perjalanan luka dan panas serta mencegah
meningkat.
 Eritema kulit sekitarnya berkurang terjadinya infeksi pada luka
 Tidak ada blister pada daerah luka bakar  Gunakan pelumas untuk menlubrikasi kulit pasien
NOC Label >> Tissue Integrity : Skin &
 Monitor kondisi kulit setiap memandikan pasien
Mucous Membranes
NIC Label >> Wound Care
 Suhu kulit normal
 Lakukan monitor terhadap karakteristik luka,
 Jaringan parut tidak ada
 Integritas kulit normal termasuk drainase, warna, ukuran, dan aroma.
 Lesi kulit tidak ada  Bersihkan luka dengan normal saline secara tepat.
 Eritema tidak ada  Lakukan wound dressing sesuai tipe luka.
 Pertahankan teknik steril selama melakukan
perawatan luka, secara tepat.
 Lakukan penggantian dressing secara tepat
 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi

NIC Label >> Skin Care : Topical Treatments


 Beri antibiotic topikal pada area yang terkena
 Beri antiinflamasi topical pada area yang terkena
 Memeriksa kulit setiap hari untuk yang berisiko
mengalami kerusakan
 Catat derajat kerusakan kulit

NIC Label >> Skin surveillance


 Periksa kulit dan membrane mukosa terkait adanya
kemerahan, hangat, edema, atau drainase
 Pantau warna dan suhu kulit
 Catat perubahan kondisi kulit dan membrane
mukosa
4 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label >> Pain Management
dengan agen cedera fisik …..x …. jam diharapkan nyeri klien berkurang  Lakukan pengkajian komprehensif nyeri termasuk
(luka bakar dan luka post dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekwensi,
operasi skin graft) NOC Label >> Pain Level kwalitas, intensitas atau derajat nyeri, dan faktor
ditandai dengan Pasien  Klien melaporkan adanya rasa nyeri yang yang menimbulkan.
ringan  Observasi reaksi non verbal terhdapat nyeri
mengeluh nyeri pada luka
bakar yang terletak di  Klien tidak mengerang atau menangis  Pastikan pasien mendapat perhatian mengenai
kedua lengan atas terhadap rasa sakitnya perawatan dengan analgesic
sehingga susah untuk  Klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat  Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
nyerinya menggai informasi terhadap pengalaman nyeri dan
digerakkan, dan nyeri
NOC Label >> Pain Control cara pasien merespon terjadinya nyeri
pada luka post skin graft,
 Gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengenai
 Klien menyadari onset terjadinya nyeri
nyeri skala 7 dari 0-10
nyeri
dengan baik
 Tanyakan pada klien kapan nyeri menjadi lebih
 Klien dapat menjelaskan faktor penyebab
buruk dan apa yang dilakukan untuk
timbulnya nyeri dengan sering
 Klien sering menggunakan tindakan menguranginya
 Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri
pencegahan
 Ajari pasien untuk menggunakan medikasi nyeri
 Sering menggunakan pengobatan non
yang adekuat
farmakologis untuk meredakan rasa sakit
 Kadang-kadang menggunakan analgesic jika NIC Label >> Analgesic Administration
dianjurkan  Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
 Klien mengatakatn nyerinya terkontrol nyeri sebelum memberikan pasien medikasi
 Lakukan pengecekan terhadap riwayat alergi
 Pilih analgesic yang sesuai atau kombinasikan
analgesic saat di resepkan anagesik lebih dari
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah
diberikan analgesic dengan satu kali dosis atau
tanda yang tidak biasa dicatat perawat
 Evaluasi keefektian dari analgesic

4. EVALUASI
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Ketidakefektifan pola napas NOC Label >> Respiratory Status: Airway patency
berhubungan dengan obstruksi  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas reguler,
jalan napas ditandai dengan irama frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
napas cepat dan dangkal, dispnea,  Tidak terdengar suara napas tambahan: snoring

penggunaan otot bantu NOC Label >> Vital Signs


pernapasan, RR >20x/mnt,  Frekuensi napas normal (16 – 20 x/ menit)
:
terdapat bunyi napas tambahan NOC Label >> Respiratory status : Ventilation
berupa snoring  Tidak ada sianosis dan dyspnea
 Tidak tampak penggunaan otot bantu napas

2 Kekurangan volume cairan NOC Label >> Fluid Balance


berhubungan dengan kehilangan  Tekanan darah dalam batas normal (sistolic 100-130 dan diastolic 70-89 mmHg)
cairan aktif (evaporasi melalui  HR dalam batas normal (60-100 x/menit)

luka bakar) ditandai dengan NOC Label >> Burn Recovery


pasien mengeluh haus, wajah  Granulasi Jaringan baik
 Persen dari luas luka bakar berkurang
pasien tampak pucat, adanya  Suhu tubuh stabil
penurunan turgor kulit, penurunan  Edema di area luka bakar berkurang
 Balance cairan pasien baik
haluaran urin (< 0,5-
NOC Label >> Hydration
1cc/kgBB/jam), peningkatan
frekuensi nadi (> 100 x/menit),  Urin output 0,5-1 cc/kgBB
 Mukosa membran lembab
dan adanya luka bakar pada kulit
NOC Label >> Keseimbangan Asam Basa dan Elektrolit
pasien.
 RR dalam batas normal (16 – 20 x/menit)
 Hematokrit dalam batas normal
 BUN dan Kreatinin dalam batas normal
 Elektrolit Serum dalam batas normal
 Albumin serum dalam batas normal

3 Kerusakan integritas jaringan NOC Label >> Wound Healing : Secondary Intention
berhubungan dengan suhu  Ukuran lesi pada kulit klien berkurang.
ekstrem (air panas) ditandai  Inflamasi pada luka berkurang.
 Granulasi dalam jaringan subkutan klien meningkat.
dengan kerusakan pada lapisan  Eritema kulit sekitarnya berkurang
epidermis dan dermis  Tidak ada blister pada daerah luka bakar
NOC Label >> Tissue Integrity : Skin & Mucous Membranes
 Suhu kulit normal
 Jaringan parut tidak ada
 Integritas kulit normal
 Lesi kulit tidak ada
 Eritema tidak ada
4 Nyeri akut berhubungan dengan NOC Label >> Pain Level
agen cedera fisik (luka bakar dan  Klien melaporkan adanya rasa nyeri yang ringan
luka post operasi skin graft)  Klien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya
 Klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat nyerinya
ditandai dengan Pasien mengeluh
NOC Label >> Pain Control
nyeri pada luka bakar yang
 Klien menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik
terletak di kedua lengan atas  Klien dapat menjelaskan faktor penyebab timbulnya nyeri dengan sering
sehingga susah untuk digerakkan,  Klien sering menggunakan tindakan pencegahan
 Sering menggunakan pengobatan non farmakologis untuk meredakan rasa sakit
dan nyeri pada luka post skin  Kadang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan
graft, nyeri skala 7 dari 0-10  Klien mengatakatn nyerinya terkontrol
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2007. Luka Bakar, (online), (http://www.sehatgroup.web.id/, diakses 7 Juli 2013)

Anonim. 2009. Luka Bakar, (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar, diakses 7 Juli


2013).

Anonim. 2009. Askep Combustio (Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka
Bakar/Combustio. (online) (http://nursingbegin.com/askep-combustio/, diakses 7
Juli 2013).

Arixs. 2008. Simulasi Rutin di RSUP Sanglah, (online), (http://www.cybertokoh.com/,


diakses 7 Juli 2013)

Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions Classifications


(NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Doenges, M E. 200. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

NANDA International. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta:EGC

Moorhead, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Prasetyo, Budi. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Luka Bakar (combustio),
(online), (http://nurse-community.socialgo.com/, diakses 7 Juli 2013)

Rosfanty. 2009. Luka Bakar. (online) (http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/03/luka-


bakar.html, diakses 7 Juli 2013).

Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai