A. Konsep Perioperatif
1. Definisi Perioperatif
Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif (Brunner
& Suddarth, 2010). Operasi (perioperati) merupakan tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif
(postoperative) yang pada umumya merupakan suatu peristiwa kompleks yang
menegangkan bagi individu yang bersangkutan. Tim operasi terdiri dari dokter ahli,
asisten dokter ahlim anesthesiologist atau perawat anestesi, circulating nurses dan
scrub nurses (Suantika, 2015). Keperawatan perioperatif adalah hasil dari
perkembangan keperawatan kamar operasi (Brunner & Suddarth, 2010).
2. Etiologi Perioperatif
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan seperti :
a) Diagnostik : seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi.
b) Kuratif (ablative) : seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi (appendiktomi).
c) Reparative (constructive) : memperbaiki luka multiple.
d) Rekonstruktif atau kosmetik : mammoplasti, perbaikan wajah.
e) Paliatif : menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomi
ketidakmampuan menelan)
f) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur
tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea). (Suantika, 2015; Safitri, 2018).
3. Fase-Fase Perioperatif
Menurut Brunner dan Suddarth (2010) fase perioperatif mencakup tiga fase dan
pengertiannya yaitu :
a) Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan
untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Menurut Baradero (2009) kegiatan perawatan dalam tahap ini adalah pengkajian
praoperasi mengenai status fisik, psikologis, dan sosial pasien, rencana
keperawatan mengenai persiapan pasien untuk pembedahannya, dan implementasi
keperawatan yang telah direncanakan.
Prioritas pada prosedur pembedahan uang utama adalah informed consent yaitu
pernyataan persetujuan pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan pasien tentang prosedur yang akan
dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit dan petugas kesehatan dari pasien dan
keluarga mengenai tindakan tersebut. Informasi yang perlu dijelaskan antara lain :
kemungkinan resiko, komplikasi, perubahan bentuk tubuh, kecacatan dan
pengangkatan bagian tubuh yang dapat terjadi selama operasi. Kegiatan pra-
operatif yaitu :
Pendidikan pasien (patient teaching)
Menyiapkan area operasi (skin preparation)
Pengelolaan obat-obatan.
Persiapan yang baik akan mempengaruhi tingkat keberhasilan operasi disamping
faktor usia, status nutrisi, penyakit kronis dan sebagainya (Pratiwi, 2014).
b) Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau
pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke
ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi :
memasang infus (IV), memberikan medikasi intravena, dan pemantauan fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Menurut Baradero (2009) dalam tahap ini, tanggung jawab perawat terfokus pada
kelanjutan dari pengkajian fisiologis, psikologis, merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi untuk keamanan dan privasi pasien, mencegah
infeksi luka dan mempercepat penyembuhan. Termasuk intervensi keperawatan
yang spesifik adalah memberi dukungan emosional ketika anestesia dimulai
(induksi anestesia) dan selama prosedur pembedahan berlangsung, mengatur dan
mempertahankan posisi tubuh yang fungsional, mempertahankan asepsis,
melindungi pasien dari bahaya arus listrik (dari alat-alat yang dipakai seperti
electrocautery), membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menjamin ketepatan hitungan kasa dan instrument, membantu dokter bedah,
mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien dan anggota tim kesehatan yang
lain.
c) Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatana klinik atau di rumah. Pada fase
pascaperioperatif berlangsung fokus termasuk mengkaji efek agens anastesia, dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Menurut Baradero (2009)
kegiatan perawatan dalam tahap ini adalah mengkaji perubahan fisik dan
psikologis, memantau kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital, dan status
neurologis secara teratur, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
mengkaji secara akurat serta haluaran dari semua drain. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan. Perawatan post operatif meliputi
beberapa tahapan, diantaranya adalah :
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room)
Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
Transportasi pasien ke ruang rawat
Perawatan di ruang rawat
Bardasarkan tahapan di atas, maka ada beberapa proses keperawatan yang
dilakukan, antara lain:
Pemindahan Pasien setelah pembedahan :
Pertimbangkan letak insisi, perubahan vaskuler, dan pemajanan
Posisi tidur tidak menyumbat drain atau selang drainage
Pemindahan harus dilakukan dengan perlahan dan cermat
Gown yang basah harus segera diganti dengan gown kering
Gunakan selimut yang ringan
Pertimbangkan perlunya pengikat di atas lutut dan siku
Pertahankan keselamatan dan kenyamanan
Pasang pagar pengaman di kedua sisi tempat tidur
Perawatan pasien post operasi di RR
Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar
bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri,
sehingga apabila timbul keadaan gawat pasca-bedah, pasien dapat segera
diberi pertolongan. Selama belum sadar betul, pasien dibiarkan tetap tinggal di
RR. Setelah operasi, pasien diberikan perawatan yang sebaik- baiknya dan
dirawat oleh perawat yang berkompeten di bidangnya (ahli dan
berpengalaman). Tugas perawat di RR adalah :
Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernapasan setiap 15 menit,
lalu setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya. Setelah itu bila keadaan
tetap baik, pemeriksaan dapat diperlambat. Bila tidak ada petunjuk khusus,
lakukan setiap 30 menit. Laporkan pula bila ada tanda-tanda syok,
perdarahan dan menggigil.
Infus, kateter dan drain yang terpasang perlu juga diperhatikan
Jagalah agar saluran pernapasan tetap lancar. Pasien yang muntah
dimiringkan kepalanya, kemudian bersihkan hidung dan mulutnya dari
sisa muntahan. Bila perlu, suction sisa muntahan dari tenggorokan.
Pasien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidak menyumbat
saluran pernapasan. Bila perlu, pasang bantal di bawah punggung,
sehingga kepala berada dalam sikap mendongak. Pada pasien dengan
laparatomi, tekuk sedikit lututnya agar perut menjadi lemas dan tidak
merenggangkan jahitan luka.
Usahakan agar pasien bersikap tenang dan rileks.
Tidak perlu segan untuk melaporkan semua gejala yang perawat anggap
perlu untuk mendapatkan perhatian, termasuk gejala yang “tampaknya”
tidak berbahaya.
4. Prinsip-prinsip Operatif
a) Prinsip kesehatan dan baju operasi
Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi.
Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorokan, infeksi kulit, merupakan sumber
organisme patogenik yang harus dilaporkan.
Hanya baju ruang operasi bersih dan dibenarkan oleh institusi yang
diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi.
Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan
kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak
mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan.
Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut.
Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan
bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan.
Bahaya kesehatan di kontrol dengan pemantuan internal dari ruang operasi
meliputi analisis samper dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik.
Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di
ruang operasi telah ditegakkan.
3. Gangguan pola
AnTujuan : Sleep Enhance
Anxiety reduction
tidur berhubungan Determinasi efek-efek
Comfort level
medikasi terhadap pola tidur
dengan ketakutan Pain level
Jelaskan pentingnya tidur
Rest : Extent and Pattern
menjelang operasi yang adekuat
Sleep : Extent an Pattern
Fasilitas untuk
Kriteria hasil :
mempertahankan aktivitas
Jumlah jam tidur dalam
sebelum tidur (membaca)
batas normal 6-8 jam/hari
Ciptakan lingkungan yang
Pola tidur, kualitas dalam
nyaman
batas normal
Kolaborasikan pemberian
Perasaan segar sesudah
obat tidur
tidur atau istirahat
Diskusikan dengan pasien
Mampu
dan keluarga tentang teknik
mengidentifikasikan hal-
tidur pasien
hal yang meningkatkan
Instruksikan untuk
tidur
memonitor tidur pasien
Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari dan
jam
Baradero, Mary. 2009. Keperawatan Perioperatif : Prinsip dan Praktik. Jakarta : EGC.
Brunner, & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Peioperatif, Konsep,
Proses, Dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Pratiwi, N.N.S.2014. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Perioperatif. Denpasar : Universitas Udayana.
Safitri, Vivi Nur. 2018. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Perioperatif.
Semarang : STIKES Muhammadiyah Kendal.
Suantika, Putu I. R. 2015. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Perioperatif - Debridement. Denpasar : Universitas Udayana.