Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR/KISTA OVARIUM
STASE KEPERAWATAN MATERNITAS
RSUD ABDUL AZIZ SINGKAWANG

DISUSUN OLEH:

RIZKI NURFITRI
NIM. I4051191043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

A. Konsep Dasar Kista Ovarium


1. Pengertian
a. Kista ovarium merupakan suatu tumor yang dapat berukuran kecil
maupun besar, bersifat kistik maupun solid, jinak maupun ganas
(Wiknjosastro, 2007). Menurut Yatim, 2005 kista ovarium merupakan
suatu rongga yang berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan
ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah
telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005)
b. Kista ovarium (kista indung telur)dapat diartikan sebagai kantung yang
berisi cairan, normalnya berukuran kecil dan terletak di indung telur
(ovarium). Terbentuknya kista indung telur dapat terjadi kapan saja dari
masa pubetas hingga masa menopause. Kista ovarium juga dapat
terbentuk pada saat masa kehamilan (Nugroho, 2010; Bilotta. K, 2012).

2. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab
inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Menurut Nugroho
(2010) kista ovarium disebabkan oleh gangguan pembentukan ataupun
ketidakseimbangan hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang
gagal mereabsorbsi cairan sehingga menyebabkan pertumbuhan folikel
ovarium yang tidak terkontrol. Folikel sendiri merupakan suatu rongga
cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal,
folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk
melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka
sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Kista granulosa lutein dapat terjadi akibat terjadinya penimbunan darah
yang berlebihan saat fase perdarahan pada siklus menstruasi. Kista
granulosa lutoin dapat terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar. Kista granulosa lutein bersifat bilateral
dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain dari kista
granulosa lutein adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di
ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus
luteum ataupun sel telur.

3. Manifestasi klinis

Menurut Nugroho (2010), kebanyakan wanita yang memiliki kista


ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi ada pula kista yang berkembang menjadi
besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium.
Manifestasi Klinis Kista Ovarium yang dapat terjadi diantaranya ada;ah
sebagai berikut :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
7. Perut terasa penuh, berat, kembung
8. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
9. Haid tidak teratur
10. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
11. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
4. Patofisiologi
Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk
FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah- tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
5. Pathway
Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Histerektomi Cistoma ovari Pembesaran ovarium Ruptur ovarium

Oovorektomi
i Risiko perdarahan
Kurang informasi Luka operasi

Kurang informasi Gg. Perfusi jaringan


Diskontinuitas
Jaringan

Ansietas Pembatasan
Pengetahuan Nutrisi Anastesi Resiko cidera
Resiko infeksi

Penurunan Penurunan
Metabolisme Peristaltik usus Nervus vagus

Hipofisis
Absorbsi Reflek menelan
Komplikasi air dikolon menurun
peritonia
Keletihan
Konstipasi Resiko aspirasi
Peritonitis
Gg. Metabolisme

Resiko
Nyeri Akut
Perdarahan Defisit Perawatan
Diri

Pathway Kista Ovarium (Nugroho, 2010)


6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Bilotta, (2012) beberapa cara yang dapat digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis kista ovarium adalah sebagai berikut :
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
b. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat ada nya
gigi dalam tumor.
d. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

7. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan kista ovari yang besar biasanya adalah pengangkatan
melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan
tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,
kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang
memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk
meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70
tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya
kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy.
Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi,
maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista. Prinsip pengobatan kista dengan
pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005) yaitu:
1) Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses
keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan
laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi dimasukkan ke
dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada
dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.
2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam
proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan
saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
b. Prinsip Keperawatan
Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan
keperawatan seperti melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan
sesuai dengan prioritas masalah klien. Jika kista tidak menimbulkan
gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista
fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua
siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker)
(Nugroho, 2010).

Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan


perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intra abdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab
b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri
pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi
yang tidak berhenti-henti.
1) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien
adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan
pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual
dan muntah.
b) Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit
menular/keturunan.
d) Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi
pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
e) Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan
persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh atau
tidaknya suatu kista ovarium.
f) Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-
kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
2) Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas
bawah secara sistematis.
a) Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b) Mata
1) Sklera: ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
c) Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d) Dada
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e) Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f) Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g) Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
3) Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.
4) Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
5) Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang
ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien
yang ingin hamil atau punya keturunan.
6) Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
7) Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
b. Ultrasonografi

2. Diagnosa

Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan


kista ovarium adalah :
1. Risiko cedera berhubungan dengan efek samping terkait agen
farmaseutikal (obat anestesi).
2. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi terkait penyakit dan
efek samping.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri paska pembedahan.
7. Kontipasi berhubungan dengan penyakit yang diderita.
8. Risiko aspirasi berhubungan dengan reflek muntah, penurunan tingkat
kesadaran
3. Perencanaan

No. Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. Risiko cedera berhubungan Setelah dilakukan asuhan Environment management
dengan efek samping terkait keperawatan selama 1x24 jam (manajemen lingkungan)
agen farmaseutikal (obat diharapakan tidak terjadi cedera  Sediakan lingkungan yang
anestesi) pada klien. aman untuk pasien
Kriteria Hasil:  Identifikasi kebutuhan
a. Klien terbebas dari cedera keamanan pasien, sesuai dengan
b. Klien mampu menjelaskan kondisi fisik dan fungsi kognitif
cara/metode untuk mencegah pasien dan riwayat penyakit
injur/cedera terdahulu pasien
c. Klien mampu menjelaskan  Menghindarkan lingkungan
factor risiko dari yang berbahaya (mis,
lingkungan/perilaku personal memindahkan perabotan)
d. Mampu memodifikasi gaya  Menyediakan tempat tisur yang
hidup untuk mencegah injuri bersih dan nyaman
e. Menggunakan fasilitas  Menempatkan saklar lampu
kesehatan yang ada ditempat yang mudah dijangkau
f. Mampu mengenali perubahan oleh pasien
status kesehatan  Membatasi pengunjung
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang barang
yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit
2. Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan NIC:
diagnosis dan rencana keperawatan selama 1x24 jam Anxiety Reduction (penurunan
pembedahan. diharapakan cemasi terkontrol kecemasan)
NOC:  Gunakan pendekatan yang
1. Anxiety control menenangkan
2. Coping  Nyatakan dengan jelas harapan
Kriteria Hasil: terhadap pelaku pasien
a. Klien mampu mengidentifikasi  Jelaskan semua prosedur dan
dan mengungkapkan gejala apa yang dirasakan selama
cemas prosedur
b. Mengidentifikasi,  Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik untuk mengurangi takut
mengontol cemas  Berikan informasi faktual
c. Vital sign dalam batas normal mengenai diagnosis, tindakan
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, prognosis
bahasa tubuh dan tingkat  Dorong keluarga untuk
aktivitas menunjukkan menemani anak
berkurangnya kecemasan  Lakukan back / neck rub
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
 Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
3. Risiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan  Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam perdarahan gastrointestinal
komplikasi terkait penyakit dan diharapakan pasien menunjukkan  Awasi petheciae, ekimosis,
efek samping perdarahan dapat diminimalkan perdarahan dari suatu tempat
 Monitor vital sign
 Catat perubahan mental
 Hindari aspirin
 Awasi HB dan factor
pembekuan
 Berikan vitamin tambahan dan
pelunan feses

4. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pain Management


dengan agen cedera fisik keperawatan selama 3x24 jam  Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri pasien berkurang secara komprehensif termasuk
NOC: lokasi, karakteristik, durasi,
1. Pain Level, frekuensi, kualitas dan ntibi
2. Pain control, presipitasi
3. Comfort level  Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil: ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri  Gunakan teknik komunikasi
(tahu penyebab nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui
menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk  Kaji kultur yang
mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
berkurang dengan  Evaluasi bersama pasien dan
menggunakan manajemen tim kesehatan lain tentang
nyeri ketidakefektifan ntibio nyeri
c. Mampu mengenali nyeri masa lampau
(skala, intensitas, frekuensi  Bantu pasien dan keluarga
dan tanda nyeri) untuk mencari dan menemukan
d. Menyatakan rasa nyaman dukungan
setelah nyeri berkurang  Kontrol lingkungan yang dapat
e. Tanda vital dalam rentang mempengaruhi nyeri seperti
normal suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi ntibi presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan ntibio
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

5. Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol


dengan tindakan invasif dan keperawatan selama 3x24 jam infeksi)
pembedahan diharapakan infeksi terkontrol  Bersihkan lingkungan setelah
NOC: dipakai pasien lain
1. Immune Status  Pertahankan teknik isolasi
2. Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
3. Risk control  Instruksikan pada pengunjung
Kriteria Hasil: untuk mencuci tangan saat
a. Klien bebas dari tanda dan berkunjung dan setelah
gejala infeksi berkunjung meninggalkan
b. Mendeskripsikan proses pasien
penularan penyakit, factor  Gunakan sabun antimikrobia
yang mempengaruhi penularan untuk cuci tangan
serta penatalaksanaannya,  Cuci tangan setiap sebelum dan
c. Menunjukkan kemampuan sesudah tindakan kperawtan
untuk mencegah timbulnya  Gunakan baju, sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
d. Jumlah leukosit dalam batas  Pertahankan lingkungan ntibio
normal selama pemasangan alat
e. Menunjukkan perilaku hidup  Ganti letak IV perifer dan line
sehat central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi ntibiotic bila
perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan ntibiot
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum ntibiotic sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
6. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene management
berhubungan dengan nyeri keperawatan selama 3x24 jam  Kaji keterbatasan pasien dalam
paska pembedahan diharapakan pasien menunjukkan perawatan diri
kebersihan diri  Berikan kenyamanan pada
NOC: pasien dengan membersihkan
1. Kowlwdge: disease process tubuh pasien
2. Kowledge: health behavior (oral,tubuh,genital)
Kriteria Hasil:  Ajarkan kepada pasien
a. Pasien bebas dari bau pentingnya menjaga kebersihan
b. Pasien tampak menunjukkan diri
kebersihan  Ajarkan kepada keluarga
c. Pasien nyaman pasien dalam menjaga
kebersihan pasien
7. Konstipasi berhubungan NOC: NIC:
dengan penyakit yang diderita 1. Bowel elimination hydration Constipation/impaction
Kriteria Hasil: management
a. Mempertahankan bentuk  Monitor tanda dan gejala
feses. konstipasi
b. Lunak setiap 1-3 hari  Monitor bising usus
c. Bebas dari ketidak nyamanan  Monitor feses; frekuensi,
dan konstipasi konsistensi dan volume
d. Mengidentifikasi incatotor  Konsultasi dengan dokter
untuk mencegah konstipasi tentang penurunan dan
peningkatan bising usus
 Monoitor tanda dan gejala
rupture usus atau peritonitis
 Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan terhadap
pasien
 Identifikasi factor penyebab dan
konstribusi konstipasi
 Dukung intake cairan
 Memantau bising usus
 Menyusun jadwal ke toilet
 Timbang pasien secara teratur
 Ajarkan pasien atau keluarga
tentang proses pencernaan yang
normal
 Ajarkan pasien atau keluarga
tentang kerangka waktu untuk
resulusi sembelit
8. Risiko aspirasi berhubungan NOC: NIC:
dengan reflek muntah, 1. Respiratori ststus: ventilation Aspiration precaution
penurunan tingkat kesadaran 2. Aspiration control  Monitor tingkat kesadaran,
3. Swallowing status reflek batuk dan kemampuan
Kriteria Hasil: menelan
a. Klien dapat bernafas dengan  Lakukan suction jika diperlukan
mudah, tidak irama, frekuensi  Haluskan obat sebelum
pernapasan normal pemberian
b. Pasien mampu  Potong makanan menjadi
menelan,mengunyah tanpa potongan-potongan kecil
terjadi aspirasi,dan mampu
melakukan oral hygine
c. Jalan nafas paten mudah
bernapas, tidak merasa
tercekik dan tidak ada suara
napas abnormal

(Bulecheck et al, 2013)


DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.


Edisi 2. Jakarta : EGC
Bulecheck, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2013). Nursing
Intervention Classification. United Kingdom: Elsevier.
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwomo Prawirohardjo
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor

Singkawang, 10 Oktober 2019


Mahasiswa Pembimbing klinik

Rizki Nurfitri (Aprisipa, S.ST)


NIM. I4051191043 NIP. 19880508 201101 2 010

Anda mungkin juga menyukai