Anda di halaman 1dari 3

AKU GENERASI UNGGUL KEBANGGAN BANGSA INDONESIA

Apa yang dimaknai dan dipahami oleh seseorang tentang kata ‘sukses’ adalah relatif. Sebagai
contoh, sukses antara orang kaya dan orang miskin berbeda. Bagi orang kaya, ketika dia bisa
berlibur atau kunjungan ke Singapura, maka baginya bukanlah merupakan sebuah kesuksesan.
Akan tetapi, cerita akan berbeda jika berlibur atau kunjungan ke Singapura dialami oleh
seseorang yang miskin, maka peristiwa itu akan dianggap sebagai suatu kesuksesan yang luar
biasa.

Sedikit gambaran seperti apa yang dipaparkan di atas, menjelaskan kesuksesan terbesar dalam
hidupku yang pernah berkunjung ke Singapura. Mungkin bagi orang lain yang kaya dan
bergelimang harta, hal tersebut bukanlah suatu kesuksesan. Namun demikian, bagi saya yang
berasal dari keluarga sangat sederhana, kunjungan ke Singapura merupakan sukses terbesar
dalam hidupku. Yang membuat kunjungan ini terasa spesial dan istimewa sebenarnya bukanlah
perjalanan ke luar negeri dengan Maskapai Garuda, tetapi esensi kegiatan yang dilakukan selama
kunjungan itu.

Ya, baru-baru ini, yakni 22 November 2015 - 21 Desember 2015 saya memiliki pengalaman
berharga dengan mengikuti Lemhannas Fellowship Program Angkatan I Tahun 2015 di Jakarta
dan Singapura. Lemhannas Fellowship Program (LFP) adalah suatu program yang digagas dan
dilaksanakan oleh Lemhannas RI yang dimulai pada tahun 2015 untuk mensosialisasikan nilai-
nilai kebangsaan bagi komponen bangsa Indonesia yang terpilih. Program yang direncanakan
berkesinambungan pada tahun-tahun mendatang ini memerlukan sumber daya manusia yang
memahami persoalan-persoalan yang sedang berkembang di tingkat nasional, regional, dan
global.

Saya lolos dan terpilih melalui suatu seleksi yang cukup ketat oleh Panitia LFP. Paling
membanggakan lagi bahwa saya sebagai peserta termuda mewakili pemuda dari Kawasan
Indonesia Timur, serta membawa nama institusi, Universitas Sembilanbelas November Kolaka,
Sulawesi Tenggara. Pada Program LFP 2015 ini terpilih 10 Putra Putri Terbaik Bangsa yang
mewakili beberapa Provinsi di Indonesia, yakni: 1) Sarmadan, S.Pd., M.Pd. (Dosen Universitas
Sembilanbelas November Kolaka, Sulawesi Tenggara); 2) Hermadi, S.Pi, MT,M.Sc
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari Biak, Papua); 3) Muhammad Farid, MPA
(Analisis Kebijakan dan Penulis Lepas dari Jakarta); 4) Hastangka, S.Fil, M. Phil (Mahasiswa S3
dari UGM); 5) Himawan Indrajat, S.IP, M.Si (Dosen Universitas Lampung dari Lampung); 6)
Nety Nurda, S.Kom, MT (Lemhannas RI dari Jakarta); 7) Arina Romanina, SE, M.Ec.Dev
(Dosen IPDN Kampus Riau dari Riau; 8) Fajar Sriningsih, S.Sos, M.Si (Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik Provinsi Kalimantan Tengah); 9) Ika Riswanti Putranti, SH, MH, Ph.D (Dosen
UNDIP Semarang); 10) Rudi Andri Syahputra, SS, M.A (Arsiparis di Arsip Nasional RI di
Jakarta).

Adapun kegiatan yang saya lakukan adalah melakukan kajian konseptual terhadap 8 gatra
(Astagrata) Lemhannas RI, yaitu Demografi, Geografi, Sumber Kekayaan Alam, Ideologi,
Ekonomi, Politik, Sosial-Budaya, serta Pertahanan & Keamanan. Hasil kajian kami oleh
Lemhannas kemudian akan diajukan kepada Presiden sebagai bahan masukan dalam
pengambilan kebijakan Presiden RI, Ir. Joko Widodo.

Saya mendapatkan materi pembekalan di Lemhannas RI sebagai lembaga yang sejak tahun 1965
berkecimpung dalam ketahanan nasional. Selain itu, saya juga melakukan pendalaman kajian di
di Singapura dengan mengunjungi Kedubes RI di Singapura, NUS, Perpustakaan Nasional
Singapura, serta objek-objek strategis lainnya di sana. Saya sadari bahwa setelah mengikuti LFP,
saya mendapatkan bekal ilmu yang sangat berharga serta memiliki wawasan untuk melahirkan
ide, pemikiran maupun konsepsi baru terkait masalah ketahanan nasional.

Saya sebagai peserta Lemhannas Fellowship Program angkatan I tahun 2015 merasakan suatu
atmosfir yang luar biasa, khususnya pada saat studi banding dan pemantapan tema kajian di
Singapura. Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari, dimulai dari tanggal 2 Desember 2015 dan
berakhir tanggal 5 Desember 2015. Banyak ilmu dan pengalaman yang dipetik dari kegiatan
tersebut yang kemudian membuka dan memperdalam wawasan berpikir saya. Hal-hal baru yang
belum pernah dilihat di Indonesia, ada di Singapura. Namun, sebaliknya ada sesuatu yang ada di
Indonesia, tetapi di Singapura tidak ada. Pada titik itulah, saya memperoleh manfaat dari studi
banding ini, yaitu untuk melihat perbandingan baik itu sisi positif maupun sisi negatif dari kedua
negara. Perlu dicatat bahwa perbandingan yang saya lakukan tersebut tidak untuk menjelek-
jelekkan negara Indonesia ataupun Singapura, tidak pula untuk menjelek-jelekkan negara lain,
tetapi untuk mempelajari dan mengevaluasi dalam posisi netral dan independen serta dalam
posisi mana Indonesia menghindari situasi-situasi yang negatif, kemudian mempertahankan,
menguatkan, memantapkan, dan meningkatkan keadaan yang positif.

Anda mungkin juga menyukai