Anda di halaman 1dari 5

Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Kasus Kolesistitis Akut

Priyaveda Janitra
Kepaniteraan Dasar
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: priyaveda.2014fk047@civitas.ukrida.ac.id
Abstract
Acute cholecystitis is an acute inflammatory reaction of the gallbladder wall with
accompanying upper right abdominal pain, tenderness, and fever. The main cause of
gallbladder stone that lies in the cystic duct causing stasis of bile. Risk factors for acute
cholecystitis increase in 4F (female, forty, fertile, fat). So to prevent this disease can be done
by taking into account and avoid these risk factors, in addition when already exposed to
acute cholecystitis disease can be done antibiotic therapy or operative therapy. Prognosis
generally resolves spontaneously, but in old age there are frequent complications.
Keyword : acute cholecystitis, risk factor, prevention

Abstrak
Kolesistitis akut merupakan suatu reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang
disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Penyebab utama berupa batu
kandung empedu yang terletak di duktus sistikus sehingga menyebabkan stasis cairan
empedu. Faktor resiko penderita kolesistitis akut meningkat pada 4F
(female,fourty,fertile,fat). Sehingga untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan
memperhatikan dan menghindari faktor resiko tersebut, selain itu bila sudah terkena penyakit
kolesistitis akut maka dapat dilakukan terapi antibiotic ataupun terapi operatif. Prognosis
umumnya dapat sembuh spontan, namun pada usia tua sering terjadi komplikasi.
Kata kunci :kolesistitis akut, faktor resiko, pencegahan

Pendahuluan
Kantung empedu adalah salah satu organ di tubuh manusia yang terletak di bawah hati.
Organ ini sebetulnya tidak memiliki peranan yang terlalu signifikan, sehingga manusia dapat
hidup tanpa kantung empedu. Infeksi dari kantung empedu ini sering dikaitkan dengan
terbentuknya batu di kantung empedu tetapi 10% dari kasus kolesititis akut akalkulus.
Biasanya, pasien dengan batu empedu jarang mempunyai keluhan. Namun, jika terkadang
batu tersebut dapat menimbulkan nyeri kolik yang spesifik, dan risiko untuk mengalami
komplikasi akan terus meningkat. Kolesititis merupakan keadaan yang membuat 10-25%
pasien harus menjalankan pembedahan kantung empedu. Bentuk akut lebih sering diderita
oleh wanita usia muda, sedangkan kronik lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Kolesititis
dengan penanganan yang baik memiliki prognosis yang baik.1

Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan yang terjadi di kantung empedu. Kolesistitis ini ada yang
tipe akut maupun kronik. Kolesistitis kronik biasa terjadi akibat batu dan disebabkan oleh
kolesititis akut berulang yang menyebabkan penebalan dinding kantung empedu. Berbeda
dari tipe kronik, kolesistitis akut adalah reaksi inflamasi akut pada dinding empedu dengan
gejala nyeri di perut kanan bagian atas, disertai dengan adanya nyeri tekan (Murphy sign) dan
demam. Kolesistitis akut ini juga memiliki 2 jenis, adanya disebabkan oleh batu empedu dan
bukan karena batu empedu (kolesistitis akut akalkulus).2

Epidemiologi
Kasus batu empedu sering ditemukan di Amerika Serikat, yaitu sekitar 20% penduduk
dewasa, dan 25% pada orang yang sudah tua. Di barat, hampir semua batu saluran empedu
berjenis batu kolesterol, sedangkan di Asia lebih banyak ditemukan batu berjenis batu
pigmen. Insiden terjadinya batu empedu ini akan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Wanita yang hamil atau meminum obat kontrasepsi oral lebih berisiko untuk menderita
batu empedu. Adanya faktor risiko terbentuknya batu empedu dikenal dengan 4F yaitu
female, fourty, fertile dan fat. Faktor ras dan familial mungkin berkaitan dengan risiko,
sedangkan kondisi klinis seperti diabetes, sirosis hati, pankreatitis, kanker kantung empedu,
dan reseksi ileum meningkatkan faktor risiko terkena batu empedu. Faktor risiko lainnya
berkaitan dengan timbulnya batu empedu, yaitu seperti obesitas, multiparitas, pertambahan
usia, jenis kelamin perempuan, dan makan makanan yang mengandung rendah lemak.3

Etiologi
Kolesistitis akut 90% disebabkan oleh karena batu empedu yang menyebabkan statis
cairan empedu. Selain itu sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesititis
akut akalkulus). 10% kasus kolesistitis akut tanpa obstruksi batu empedu biasanya ditemukan
pada pasien yang sakit berat, misalnya keadaan pasca bedah, luka bakar, trauma berat, sepsis,
kegagalan organ multisistem, atau keadaan postpartum.2,4
Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu, yang terdiri dari
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, fosfolipid (lesitin) dan
elektrolit. Berdasarkan makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu bisa digolongkan
menjadi batu kolesterol, batu kalsium bilirubinat (pigmen coklat), dan batu pigmen hitam.
Batu kolesterol berbetuk oval, multifokal dan mengandung 70% kolesterol. Lalu batu kalsium
bilirubinat berwarna coklat atau coklat tua, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium-
bilirubinat sebagai komponen utama, sedangkan batu pigmen hitam adalah batu empedu yang
berwarna hitam, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tidak
terekstraksi..Batu-batu tersebut sering kali membuat suatu peradangan, yang dapat
menyebabkan kolesistitis akut.2

Gejala Klinis
Sebagian besar batu empedu tidak menimbulkan gejala, terutama bila batu tersebut
menetap pada kantung empedu. Batu yang besar dapat mengikis dinding kantung empedu dan
masuk ke usus halus atau usus besar dan menyebabkan ileus batu empedu. Selain itu, batu
terutama yang berukuran kecil, dapat berjalan keluar dari kantung empedu ke saluran
empedu. Hal ini membuat gangguan aliran empedu, dan menimbulkan gejala seperti nyeri
yang kolik (hilang timbul) yang bersifat tajam dan dapat berlangsung hingga beberapa jam.
Lokasi nyeri dapat berlainan, namun biasanya dirasakan di perut kanan bagian atas dan bisa
menjalar ke bahu kanan. Selain itu, pasien juga dapat merasakan mual dan muntah. Dan jika
disertai dengan adanya infeksi, akan timbul gejala demam, menggigil, dan kuning.2,3,5,6

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sudah dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin, dan tes faal
hepar.Tes faal hepar ini untuk melihat fungsi hati apakah adanya gangguan pada hati. Yang
kita lihat disini adalah enzim dan bilirubinnya. Untuk pemeriksaan enzim, kita khususnya
melihat serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic
transaminase (SGPT). Selain itu, mungkin kita dapat menambahkan dengan pemeriksaan
radiologi seperti foto polos abdomen, ultrasonography (USG), computed tomography scan
(CT-scan), ataupun endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) untuk melihat
adanya batu di kantung empedu.2,3
Diagnosis Banding
Koledokolitiasis
Koledokolitiasis yaitu terbentuknya satu atau lebih batu empedu di saluran empedu.
Terjadinya bisa dengan pembentukan primer, yaitu pada saluran empedunya, maupun
terbentuk di kantung empedu, lalu lewat ke saluran empedu melalui duktus sistikus. Faktor
yang mempengaruhi pembentukan batu ini diantaranya statis cairan empedu, baktibilia,
ketidak seimbangan kimia dan pH, peningkatan ekskresi bilirubin, dan pembentukan lumpur.
Batunya terdapat beberapa jenis seperti batu kolesterol, batu pigmen hitam dan batu pigmen
coklat. Obstruksi pada saluran empedu yang disebabkan oleh batu dapat menyebabkan gejala
seperti nyeri dan ikterus, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti kolangitis, pankreatitis,
dan sepsis.2,3,5,7

Pankreatitis akut bilier


Pankreatitis akut bilier disebabkan karena batu empedu bermigrasi dari kantung empedu
ke duktus koledokus, jika batu tersebut melewati ampula. Batu penyebabnya biasa yang
berukuran kecil, dan dapat keluar melalui tinja. Jika keluar, inflamasi dapat mereda. Jika
tidak keluar, dapat menyebabkan inflamasi dan infeksi pada tempat batu tersebut berada.
Selain itu, lumpur bilier, meningkatnya tekanan di dalam duktus pankreatikus dan saluran
empedu, atau adanya refluks cairan empedu dan isi duodenum ke dalam duktus pankreatikus
juga bisa menyebabkan pankreatitis bilier.8

Perawatan dan Tatalaksana


Untuk infeksi, kita dapat memberikan terapi supportif dengan istirahat total dan
memperbaiki keadaan umumnya, lalu mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi secara
parenteral. Selain itu, kita berikan obat untuk menghilangkan rasa nyeri seperti Meperidine
(Petidin) 50-150 mg per oral setiap 3-4 jam sekali jika perlu, dan antibiotik seperti Ampisilin
250-500 mg per oral tiap 6 jam, Sefadroksil 1 gr per oral per hari, atau Metronidazol 15 mg/
kg BB / hari IV dapat mematikan mikroorganisme umum pada kolesititis akut seperti E.coli,
Streptococcus faecalis dan Klebsiella. Selain itu, terapi definitifnya berupa penanganan batu
empedunya berupa kolesitektomi. Terapi operatif ini dapat dilakukan secepatnya dalam
waktu 2-3 jam atau ditunggu 6-10 minggu setelah selesai terapi pengobatan. Terapi dini biasa
lebih banyak dilakukan untuk menghindari timbulnya gangren atau komplikasi lainnya.
Perawatan di rumah sakit juga hanya jangka waktu pendek, hanya untuk pasien yang
keadaannya tidak stabil saja yang berjangka lama. Terapi operatif lanjut merupakan pilihan
terbaik untuk menghindari penyebaran infeksi ke rongga peritoneum. Tapi kalau curiga
adanya komplikasi seperti empiema, kolesistitis emfisema atau perforasi, sebaiknya langsung
dilakukan tindakan kolesistektomi jika batu di kantung empedu, atau bisa dengan ERCP jika
batu menyumbat saluran empedu.2,6

Daftar Pustaka
1. Huffman JL, Schenker S. Acute acalculous cholecystitis – a review. Clin
Gastroenterol Hepatol. 2009 Sep 9.
2. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UKRIDA;
2013. h.187-203.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-
6. Jakarta: EGC; 2006. h. 329-30, 502-3.
4. Mitchell, et al. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke- 7.
Jakarta: EGC; 2008. h. 539.
5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. h.
663-705.
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. h.718-24.
7. Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: FKUI; 1990. h. 586-88.
8. Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Sjaifoellah. Buku ajar ilmu penyakit hati.
Edisi ke-1. Jakarta: CV Sagung Seto; 2012. h. 171-88.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus 2
    Laporan Kasus 2
    Dokumen12 halaman
    Laporan Kasus 2
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 2
    Laporan Kasus 2
    Dokumen12 halaman
    Laporan Kasus 2
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 2
    Laporan Kasus 2
    Dokumen12 halaman
    Laporan Kasus 2
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 2
    Laporan Kasus 2
    Dokumen12 halaman
    Laporan Kasus 2
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Case Report 2
    Case Report 2
    Dokumen31 halaman
    Case Report 2
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Jurding Priyaveda
    Jurding Priyaveda
    Dokumen22 halaman
    Jurding Priyaveda
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Case Report 3
    Case Report 3
    Dokumen24 halaman
    Case Report 3
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Referat Kulit
    Referat Kulit
    Dokumen24 halaman
    Referat Kulit
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Efek Rumah Kaca
    Efek Rumah Kaca
    Dokumen2 halaman
    Efek Rumah Kaca
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Case Report 1
    Case Report 1
    Dokumen38 halaman
    Case Report 1
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus OA Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Kelurahan Tomang Periode Februari 2020
    Laporan Kasus OA Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Kelurahan Tomang Periode Februari 2020
    Dokumen22 halaman
    Laporan Kasus OA Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Kelurahan Tomang Periode Februari 2020
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Resus
    Resus
    Dokumen36 halaman
    Resus
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Umum
    Anestesi Umum
    Dokumen6 halaman
    Anestesi Umum
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Referat Gbs Fix
    Referat Gbs Fix
    Dokumen17 halaman
    Referat Gbs Fix
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen16 halaman
    Journal Reading
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Status GBS
    Status GBS
    Dokumen8 halaman
    Status GBS
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Case GBS
    Case GBS
    Dokumen11 halaman
    Case GBS
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Referat Gbs Fix
    Referat Gbs Fix
    Dokumen17 halaman
    Referat Gbs Fix
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Pelumpuh Otot
    Pelumpuh Otot
    Dokumen5 halaman
    Pelumpuh Otot
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 1
    Laporan Kasus 1
    Dokumen45 halaman
    Laporan Kasus 1
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 1
    Laporan Kasus 1
    Dokumen45 halaman
    Laporan Kasus 1
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Pelumpuh Otot
    Pelumpuh Otot
    Dokumen5 halaman
    Pelumpuh Otot
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Tipus Orto
    Tipus Orto
    Dokumen16 halaman
    Tipus Orto
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Case Ortho
    Case Ortho
    Dokumen39 halaman
    Case Ortho
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Refarat Intoksikasi Formalin
    Refarat Intoksikasi Formalin
    Dokumen52 halaman
    Refarat Intoksikasi Formalin
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Intravena
    Anestesi Intravena
    Dokumen6 halaman
    Anestesi Intravena
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Status BS
    Status BS
    Dokumen7 halaman
    Status BS
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Case Uro
    Case Uro
    Dokumen41 halaman
    Case Uro
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat
  • Case Onko
    Case Onko
    Dokumen30 halaman
    Case Onko
    Priyaveda Janitra
    Belum ada peringkat