Anda di halaman 1dari 4

Pakan merupakan faktor produksi yang sangat penting bagi

pemeliharaan ternak perah karena biaya untuk pakan mencapai 60-70% dari
total biaya. Sering terdapat kejadian bahwa para peternak merugi akibat
produktivitas sapi perah rendah. Salah satu penyebab produktivitas sapi
perah menurun adalah faktor kekurangan pakan atau pemberian hijauan dan
konsentrat tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Bumalim dkk. (2009) mengemukakan bahwa ada beberapa pendekatan yang
perlu menjadi pertimbangan dalam rangka mengembangkan sistem pemberian
pakan pada sapi perah Indonesia.
a. Efesiensi ekonomis rumen tidak dapat dikarakterisasi dengan hanya
menganalisis bahan pakan.
b. Nilai konsumsi bahan pakan sering kali tidak berkorelasi positif dengan nilai
kecernaan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh ada/ tidaknya pakan suplemen
yang disajikan
c. Ketersediaan asam amino tidak dapat diartikan berasal dari kandungan
protein.
d. Nilai energi pakan dan efesiensi pemanfaatannya sangat dipengaruhi oleh
keseimbangan energi, asam lemak berantai panjang, (long chain fatty acids)
dan asam amino yang diserap oleh ternak.
Tujuan utama pemberian pakan pada sapi perah adalah
menyediakan ransum yang ekonomis, tetapi dapat memenuhi kebutuhan
hidup pokok, kebuntingan, produksi susu induk, serta kebutuhan untuk
pertumbuhan bagi ternak yang masth muda. Agar terpenuhi produksi yang
optimal, perlu tersedia cukup pakan, baik kualitas maupun kuantitas. Dalam hal
ini, terpenuhinya kecukupan gizi sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak
kekurangan ataupun berlebihan. Bahan pakan pada ternak sapi digolongkan
menjadi 2 kategori utama, yaitu :
 Bahan pakan yang berserat kasar/hijauan (pakan utama)
 Konsentrat (pakan tambahan)
Komposisi dalam ransum dari 2 kategori tersebut berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan, bahan yang tersedia, musim, dan lain lain.
Bahan yang berserat kasar dibedakan atas 2.
 Bahan pakan yang mempunyai kadar air tinggi seperti hijauan pasture,
rumput potong (soilage), dan silase.
 Bahan pakan dalam bentuk kering seperti hay dan jerami.
A. Pakan yang Berserat Kasar/Hijauan (Pakan Utama)
1. Pasture (Rumput Grazing)
Rumput gajah mini adalah salah satu varietas rumput gajah tang tumbuh
tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai rumput ;razing. Rumput
gajah mini ini adalah hijauan pakan yang berkualitas baik dengan kadar
protein sekitar 12,0-13,2% pada daun dan 9,7-10,3% pada batang, sedangkan
daya cernanya mencapai 67,869,8% pada daun dan 69,1-70,7% pada batang
dengan sistem rotasional grazing masa pertumbuhan hijauan (rest period) selama
4 minggu (Ambo Ako 2006). Rumput gajah mini ini bisa dimanfaatkan sebagai
rumput potong. Beberapa hal berikut perlu diperhatikan dalam pengelolaan
pasture :
 Tipe Pasture. Tipe pasture umumnya digolongkan atas 3: pasture rumput,
pasture legum, dan pasture kombinasi rumput dan legum. Legum
mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi dibanding rumput
pada tingkat pertumbuhan yang sama. Bakteri pada bintil akar legum
dengan fiksasi N dari udara akan meningkatkan protein tanaman. Ternak
yang digembalakan pada pasture legum dapat menyebabkan kembung
perut (bloat). Pasture kombinasi rumput dan legum sangat baik karena
dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pasture dan juga dapat
dihindari terjadinya bloat pada ternak.
 Sistem Grazing pada Pasture. Pengaturan sistem grazing bertujuan agar:
 Dapat diatur umur rumput/legum yang tepat untuk digembalakan.
 R u m p u t / l e gu m tidak terlalu tua atau muda pada saat
digembalakan.
 Tingkat produktivitas pasture tetap tinggi, tetapi palatabilitasnya tetap
dipertahankan.
 Stocking Rate. Stocking rate yang tinggi dapat meningkatkan produktivitas
ternak per satuan luas pasture, tetapi menurunkan produksi ternak per ekor,
begitu juga sebaliknya. Stocking rate yang tepat adalah memaksimalkan
produksi ternak per satuan luas pasture dan produksi per ekor sapi.
2. Rumput Potong (Soilage)
Rumput potong (soilage) merupakan rumput tambahan atau pengganti
dari grazing seperti jagung, sorgum, dan rumput gajah. Soilage harus diatur
sistem pemotongannya agar rumput tersedia sepanjang waktu dan mengatur
umur pemotongan yang tepat sehingga tingkat produktivitas dan kualitasnya
dapat dipertahankan. Rumput potong membutuhkan biaya dan tenaga
untuk memotong dan mengangkutnya dibandingkan dengan rumput grazing.
Soilage yang dipotong saat terlalu tua dapat menurunkan produktivitas ternak
sapi. Rumput potong yang terlalu tua masih lebih baik dibandingkan
dengan rumput grazing karena lebih selektif pada sistem grazing dibandingkan
dengan rumput potong. Hal itu disebabkan rumput potong dapat tercampur
antara bagian rumput yang muda dan tua pada saat dicincang atau di-copper.
3. Silase
Jenis hijauan sebagai sumber hijauan pakan ternak yang dibuat silase
gandum (Silase yang mengandung kadar protein, energi, kalsium, serta
palatabilitas), legume (kandungan protein dan mineralnya tinggi serta juga
dapat menghindari terjadinya bloat pada ternak) dan haylage (rumput atau
legum yang bahan keringnya sekitar 50% untuk dibuat silase).
4. Hay
Hay adalah bahan pakan yang dikeringkan sampai kadar airnya mencapai
10-15%. Hay sebaiknya disimpan dalam bentuk packing.
5. Bahan Pakan yang Berserat Kasar Tinggi Lainnya
Hijauan merupakan pakan utama, tetapi sisa-sisa hasil pertanian seperti
pada digunakan juga sebagai pakan komplementasi hijauan untuk sapi. Perlakuan
fermentasi jerami dapat meningktakan kualitas sehingga dapat menyamai kualitas
hijauan unggul.
B. Konsentrat (Pakan Tambahan)
Konsentrat merupakan pakan tambahan terhadap pakan utama pada sapi
perah. Kualitas konsentrat yang sangat tinggi memiliki nilai TDN >75% dengan
kandungan protein kasar >16%.. Konsentrat adalah jenis pakan yang
mengandung energi dan protein yang tinggi dan serat kasar rendah. Berikut
beberapa sumber bahan konsentrat yaitu Biji-bijian (biji jagung, kedelai, gandum,
padi-padian dan kapok), limbah pangan dan industry (kulit padi, penggilingan
jagung, pabrik gula, pabrik jus, limbah pembuatan alcohol d, limbah pabrik roti,
limbah pembuatan keju, limbah pembuatan tahu dan singkong), bahan konsentrat
sumber energi. Bahan konsentrat sumber protein, tambahan mineral, dan
tambahan vitamin.
C. Ransum Ternak Perah
Makin (2011) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang penting dalam
pemberian ransum pada sapi perah.
a. Penggunaan ransum yang seimbang, ekonomis, dan mengandung zat-zat
makanan yang dibutuhkan.
b. Disusun atas berbagai macam bahan-bahan pakan.
c. Pengaturan jumlah konsentrat untuk setiap ekor ternak dan disesuaikan
dengan tingkat produksinya.
d. Ransum yang palatable.
1. Ransum Pedet Pra-Sapih, pakan utama pedet adalah air susu.
2. Ransum Pengganti Air Susu, bahan pakan pengganti air susu harus yang
mudah dicerna dan kandungan proteinnya tinggi.
3. Ransum Anak Sapi (Lapis Sapih), pada umur 4-8 bulan biasanya anak sapi
tidak diberi lagi air susu. Pakan yang berkualitas tinggi dan cukup jumlah
pemberiannya pada periode ini akan mempercepat pertambahan bobot badan.
4. Ransum Sapi Dara (8 bulan-dewasa), sapi yang telah berumur 8 bulan keatas
daya cernanya sudah sempurna, sehingga mampu mencerna bahan pakan yang
SKnya tinggi.
5. Ransum Sapi Dewasa Laktasi, selain harus mengetahui jumlah kebutuhan, kita
harus memilih bahan-bahan pakan yang tersedia di lokasi dan harganya
murah.
6. Ransum Sapi Masa Kering, saat itu, sapi perah tidak memproduksi susu lagi
karena sel-sel sekretoris atau sel-sel yang menghasilakn air susu dalam
ambing mengalami fase istirahat.

Anda mungkin juga menyukai