MAKALAH
PENGELOLAAN TULANG, DARAH, DAN ISI RUMEN SEBAGAI
PAKAN DAN KOMPOS
OLEH:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PENDAHULUAN
banyak manfaat banyak. Pada satu sisi, pengolahan limbah dapat mengurangi
Limbah peternakan adalah bahan buangan yang dihasilkan dari sisa semua
adalah bahan buangan yang dihasilkan dari sisa kegiatan metabolisme ternak,
yang terdiri atas feses, urin, keringat dan sisa metabolisme yang lain.
Limbah adalah sisa proses produksi atau air buangan pabrik. Limbah
ternak menurut Chalik (2009) adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
produksi ternak dan lain sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan
limbah cair seperti feses, urine, sisa pakan darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi
spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Limbah ternak dalam
jumlah yang besar akan menimbulkan polusi jika tidak di kelola dengan baik.
berbagai manfaat seperti untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, sumber
sebagai sumber mineral, terutama kalsium dan fosfor. Tepung tulang banyak
karbonat 1,0%, magnesium posfat 2,1% dan kalsium klorida 1,9% (Eniza, 2004
dalam Sinaga, dkk., 2018). Tepung tulang merupakan salah satu bahan baku
pembuatan pakan ternak yang terbuat dari tulang hewan. Tulang yang akan
dijadikan tepung haruslah tulang yang berasal dari hewan ternak dewasa dan
biasanya berasal dari tulang hewanberkaki empat seperti tulang sapi, kerbau, babi,
Tepung tulang dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan pakan
karena mengandung mineral makro yakni kalsium dan posfor serta mineral mikro
lainnya. Kalsium dan fosfor sangat diperlukan oleh hewan karena memiliki
mineral bagi hewan ternak antara lainmenjaga keseimbangan asam basa dalam
cairan tubuh, sebagai khelat, sebagai zat pembentuk kerangka tubuh, sebagai
bagian aktif dalam struktur protein, sebagai bagian dari asam amino, sebagai
dkk., 2018).
yang sedang bertumbuh dan unggas petelur. Kegunaan tepung tuang didalam
ransum sebagai sumber calcium kerap kali dikombinasikan dengan tepung kerang.
Hal ini dilakukan untuk menjaga palatabilitas ransum. Sebagai sumber kalsium
dan fosfor, tepung tulang mengandung fosfor 12% hingga 15% dan calcium 24%
hingga 30%; jumlah yang jauh lebih besar dari pada kandungan Ca dan P pada
tekstur yang kasar jika dirasakan, dengan aroma yang khas sesuai dengan bahan
yang digunakan, tetapi ada juga yang tidak berbau. Sekilas memang mirip dengan
tepung MBM tetapi kandungan nutrisi yang jelas berbeda. Berasal dari tulang
hewan ternak yang sehat (tidak memiliki virus atau rabies, anthraks, dan penyakit
coklat dengan tekstur kasar. Dalam pembuatan pakan, tepung tulang tidak perlu
banyak digunkan, dengan kata lain tepung tulang merupakan suatu pelengkap
dalam pembuatan pakan guna melengkapi mineral yang ada dalam pakan.
Biasanya tepung tulang digunakan sebagai pendamping bagi tepung ikan yang
kaya protein karena mineral merupakan bagian yang tidak dibutuhkan terlalu
banyak tetapi harus ada dalam ransum pakan (Retnani, 2011 dalam Sinaga, dkk.,
2018).
serpihan tulang tadi direndam dalam air kapur 10% selama semalam, kemudian
dicuci dengan air tawar. Hasil perendaman dikeringkan sampai kadar air 5%
sehingga menghasilkan tepung tulang yang berkualitas (Satria, dkk., 2012 dalam
alternative inovasi teknologi baru yang dapat menjadi referensi para petani
sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman dapat maksimal, selain itu ramah
lingkungan dan biaya yang dikeluarkan tidak banyak. Berdasarkan hasil penelitian
pemberian dosis yang tinggi maka hasil pertumbuhannya semakin meningkat hal
ini juga diduga tepung tulang telah mampu berperan sebagai suplai Ca dalam
tanah tetapi tanaman masih kekurangan unsur hara N, P dan K (Lestari, 2015).
Tepung darah merupakan bahan pakan ternak yang berasal dari darah
segar (sapi, kerbau, kambing dan domba) yang diperoleh dari Rumah Potong
Hewan (RPH) (Padmono, 2005 dalam Ramadhan, dkk., 2015). Tepung darah
merupakan salah satu bahan pakan alternatif sebagai sumber protein, tetapi
meningkatkan pemanfaatan tepung darah dalam ransum ternak yaitu dengan cara
variasi dari kandungan tepung darah tersebut disebabkan perbedaan dalam metode
pembuatan tepung darah (McDonald et al., 1998 dalam Ramadhan, dkk., 2015).
Tepung darah mengandung protein kasar sebesar 80%, lemak 1,6%, serat kasar
1%, tetapi miskin kalium dan phospor (Rasyaf, 1994 dalam Ramadhan, dkk.,
2015). Darah sangat sulit untuk dikeringkan dan merupakan medium yang bagus
untuk pertumbuhan mikroba karena kandungan air yang tinggi (Donkoh et al.,
1999 dalam Ramadhan, dkk., 2015). Kandungan air darah segar sekitar 80% dan
kandungan air tepung darah sekitar 16,5% (Setiowati et al., 2014 dalam
Tepung darah kaya akan asam amino lysine, arginine, methionine, cystine,
dan leucine tetapi sangat miskin asam amino isoleusine dan mengandung glycine
lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan (NRC, 1994). Odukwe dan Njoku
(1987) menyatakan tepung darah kaya akan asam amino lysine. Dari penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya suplementasi 1,5% tepung darah lebih baik
dengan protein tumbuhan untuk pakan unggas cukup tinggi nilai biologisnya,
protein tumbuhan umumnya kekurangan dua asam amino esensial yaitu lysine dan
methionine sementara tepung darah kaya akan dua asam amino tersebut
al., 1986 dalam Ramadhan, dkk., 2015), hal ini dikarenakan kecernaan dari
tepung darah tidak efisien seperti kecernaan tepung ikan (Haq et al., 2004 dalam
tepung darah mengandung zat besi yang cukup tinggi sehingga keberadaannya
dapat mengganggu kecernaan dari zat nutrisi lainnya dalam ransum. Tepung darah
juga mengandung asam amino terbatas yaitu asam amino isoleusin, yang apabila
pertumbuhan tanaman yakni tepung darah sapi, tepung darah sapi mengandung
unsur hara yang tinggi yakni nitrogen 12,18%, P2O5 28%, K2O 0,15% dan C-
organik 19,01%, dengan unsur hara yang dimiliki tepung darah sapi diharapkan
Limbah darah sapi yang berasal dari rumah potong hewan sering kali tidak
dimanfaatkan dengan maksimal atau terbuang begitu saja, padahal 3,5-7% dari
berat tubuh hewan adalah darah. Limbah rumah potong hewan (RPH) tersebut
sebenarnya masih memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, bila diolah menjadi
tepung darah dan digunakan sebagai pakan ternak atau pupuk tanaman (Wiyono,
mikrobia karena mengandung karbohidrat, serat kasar, dan protein kasar. Adanya
memperbaiki kualitas pakan (Arlini, 2014 dalam Basri, 2017). Nutrisi rumen sapi
terdiri dari : protein 8,42 %, lemak 2,6 %, serat kasar 28,78 %, Ca 0,53 %, P :
0,55 %, BETN : 44,24 %,abu : 18,54 %, dan air 10,92 %. Komposisi kimia isi
rumen sapi (% BK) (Basri, 2017). Menurut Darsono, 2011 adalah sebagai
pakan ayam pedaging dan mampu menekan konversi pakan ayam pedaging.
Jumlah mikroba di dalam isi rumen sapi bervariasi meliputi: mikroba proteolitik
2,5 x 10 pangkat 9 sel/g isi rumen, mikroba selulolitik 8,1 x 10 pangkat 4 sel/gram
isi rumen, amilolitik 4,9 x 10 pangkat 9 sel/g isi, mikroba pembentuk asam 5,6 x
10 pangkat 9 sel/g isi, mikroba lipolitik 2,1 x 10 pangkat 10 sel/g isi dan fungi
tersebut dapat mencerna pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan proein
Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah (a)
proteolitik (Sutrisno dkk, 1994). Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi
rumen sapi meliputi: air (8,8%), protein kasar (9,63%), lemak (1,81%), serat kasar
(24,60%), BETN (38,40%), Abu (16,76%), kalsium (1,22%) dan posfor (0,29%)
dan pada domba meliputi: air (8,28%), protein kasar (14,41%), lemak (3,59%),
serat kasar (24,38%), Abu (16,37%), kalsium (0,68%) dan posfor (1,08%)
(Suhermiyati, 1984).
Cairan rumen merupakan limbah dari rumah potong hewan yang tidak
sebagai pakan ruminansia, memiliki kandungan protein dan polifenol yang tinggi.
Protein kasar mensuplai N untuk sintesis protein mikroba rumen dan polifenol
Kandungan isi rumen kaya akan nutrisi, maka isi rumen sangat baik
digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan feed suplemen ternak berupa
bioplas. Bioplus ada suplemen ternak terbuat dari limbah ternak, yaitu isi rumen
dengan penambahan bahan pakan lain, seperti bekatul atau dedak, molases dan
rumen, sangat baik untuk para petani organik. Limbah dari Rumah Pemotongan
Hewan Ruminansia (RPH-R) seperti sapi dan kambing biasanya membuang isi
rumen begitu saja. Isi rumen yang diperoleh dari rumah potong hewan kaya akan
nutrisi, limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Dalam proses pembuatan pupuk organik cair sangat dibutuhkan berbagai
bahan-bahan alami yang kaya akan nutrisi, seperti isi dari limbah rumen untuk
pertanian di Indonesia dengan pola Organik (Joko Samudro, 2014 dalam Basri,
2017).
parasit dan bahan makanan yang tidak tercerna. Kandungan nutrisi dan bahan–
bahan makanan yang tidak tercerna inilah yang menyebabkan rumen sapi dapat
seperti bakteri, protozoa, ragi dan fungi. Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi
mikrba yang terkandung dalam cairan rumen diperoleh bakteri xilanolitik yaitu :
Bacillus sp, Cellumonas sp, Lactobacillus sp, Pseudomonas sp, dan Acinetobacter
organik cair, dan sekaligus mampu memperbaiki tingkat kesuburan tanah dan
bakteri rumen sapi dapat meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik,
meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta menekan aktifitas
serangga, hama dan mikroorganisme patogen (Abadi, 2010 dalam Basri, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Bagau, B. 2012. Bioavaibilitas Kalsium dan Fosfor Special Bone Meal Produk
Hidrolisis Alkali Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L.) pada
Ayam Broiler. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Basri, E. 2017. Potensi dan pemanfaatan rumen sapi sebagai bioaktivator.
Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk
Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal :
1053-1059.
Lestari, S. U. 2015. Efikasi dosis pupuk tepung tulang (tulag sapi dan tulang
ayam) terhadap pertumbuhan tanaman sorghum (sorghum bicolor (L)
moench) pada tanah PMK. Jurnal Ilmiah Pertanian. Hal : 19-26.
Lianis, J. H., E. Zuhry, H. Yetti. 2017. Respon tanaman kedelai (glycine max (L.)
Merril) yang diberi tepung darah sapi. JOM Faperta. 4 (1) : 1-10.