Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASPEK HUKUM WABAH PENYAKIT MENULAR

DI SUSUN OELH :

1. Dwi Ajeng Mayzarah ( 141 2018 0113 )


2. A. Nurfadilah Basir ( 141 2018 0115 )
3. Ismawarni ( 141 2018 0116 )
4. Nur Aulia ( 141 2018 0117 )
5. Nurfadila ( 141 2018 0118 )
6. Adyssya Githa Assyahra Syahrir ( 141 2018 0119 )
7. Afifah Zahra Efiansyah ( 141 2018 0120 )

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT , karena atas berkat rahmat dan
karunia-NYA semata makalah mata kuliah Biologi Kesehatan ini dapat diselesaikan. Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada suri tauladan mulia Rasulullah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah kealam terang benderang agama islam.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
dan Hukum Kesehatan. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang Aspek Hukum
Wabah Penyakit Menular. Penyusun berterima kasih kepada Ibu Nurul Hikmah selaku dosen
mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan
juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan makalah ini.
Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Penyusun menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan
penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.
Makasssar, 05 November 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................. 1

D. Manfaat .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Menular dan Wabah Penyakit Menular ........................ 2

B. Aspek Hukum Penyakit Menular ................................................................... 4

C. Undang-Undang Wabah Penyakit Menular .................................................... 4

D. Penyakit Hubungan Seksual .......................................................................... 6

E. Penyakit Hukum PHS ..................................................................................... 7

F. Orang dengan HIV/AIDS ( ODHA ) .............................................................. 8

G. Dasar Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS ....................................... 11

H. Area Prioritas penanggulangan HIV dan AIDS ............................................ 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 15

B. Saran ............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan teknologi kedokteran menyebabkan
diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus sebagai penyebab penyakit hubungan seksual.
Sebagian besar penyakit tersebut bisa disembuhkan kecuali AIDS. Di indonesia penyakit ini
sudah banyak menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat, penyakit ini dapat
melumpuhkan semua kemampuan daya tahan tubuh terhadap berbagai bkateri, protozoa, jamur
dan virus lainnya.
Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin bertambah penyakit yang timbul akibat
hubungan sekssual, dari sudut etimologi ternyata penyakit hubungan seksual berkembang sangat
cepat berkaitan dengan pertambahan dan terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya
kemakmuran, serta terjadi perubahan perilaku seksual yang makin bebas tanpa batas.
Demikian untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan keluarga telah ditemukan lima
penyakit hubungan seksual yang banyak dijumpai sebagai upaya untuk lebih memperhatikan
kesehatan reproduksi sehingga lebih menjamin peningkatan sumber daya manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian penyakit menular dan wabah penyakit menular.
2. Apa undang-undang tentang wabah penyakit menular.
3. Apa Aspek Hukum PHS.

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah etika dan hukum
kesehatan terutama tentang wabah penyakit memnular dan penyakit hubungan seksual serta
aspek hukum yang mengaturnya, agar mahasiswa mampu memahami lebih detail
tentang PHS dan menambah semangat belajar dengan adanya makalah ini.

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk lebih memahami tentang hukum kesehatan
terutama wabah penyakit menular, agar mampu memahami lebih detail tentang PHS dan
memperluas ilmu pengetahuan dan menambah semangat belajar dengan adanya makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Menular dan Wabah Penyakit Menular


Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan
faktor fisik.
Penyakit Menular adalah gangguan terhadap kesehatan yang dapat menyerang seluruh
makhluk hidup, termasuk manusia. Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi
dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti
virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma
benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang
lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang
kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), Jarum suntik dan transfusi darah
(HIV Aids, Hepatitis dll).
UU. No. 4, 1984, Bab I, Pasal 1 :
Wabah Penyakit Menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
a. Penyakit Menular :
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau toksisnya yang berasal dari sumber
penularan atau reservoir, yang ditransmisikan kepa host yang rentan

b. Kejadian Luar Biasa


Kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan
kehebohan atau ketakutan di masyarakat atau menurut pengamatan penyakit dianggap adanya
peningkatan yang bermakna dari kejadian kesakitan atau kematian tersebut pada kelompok
penduduk pada kurun waktu tertentu :

Kriteria KLB :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal disuatu
daerah,menjadi ada
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian dua kali lipat atau lebih dibandingkan
kejadian sebelumnya.
3. Adanya peningkatan kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu ( jam,hari,minggu )

c. Wabah Penyakit Menular


Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi kedaan yang lazim pada waktu da daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetak ( UU. Wabah1984 )
d. Penanggulangan KLB :
1. Pengamatan penyakit tindak lanjut ( penyuluhan, logistik )
2. Pengobatan Posko,obat-obatan,à tenaga dan sarana
3. Pemutusan rantai penularan : Abatisasi, kaporisasi

e. Program Pencegahan Penyakit :


Program ini mencegah agar penyakit menular tidak terjadi penyebaran di masyarakat yang
dilakukan antara lain dengan memberikan kekbalan pad host melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan immunisasi

f. Cara Penularan Penyakit :


1. Penularan secara kontak
Penularan penyakit secara kontak langsung adalah melaui hubungan seks (HIV/AIDS, infeksi
menular seksual (IMS), hepatitis B), kontak kulit (kusta), atau varisela.

2. Penularan melalui benda


Misalnya, Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau semprit secara bergantian:
Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara
penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan
pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau
dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali.
Selain itu, pada penularan hepatitis c bias melalui benda – benda pribadi yang dipergunakan
secara bersamaan misalnya, gunting kuku, silet cukur, sikat gigi, dan benda –benda lain yang
sejenis.

3. Penularan melalui vector.


Vector penularan penyakit yang tersering adalah nyamuk (nyamuk Aedes menularkan DBD dan
chikungunya, nyamuk Anopheles menularkan penyakit malaria), pinjal untuk penyakit pes, dan
anjing, kucing atau kera untuk penyakit rabies.

g. Surveilans Epdemiologi :
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan atau kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secara
sistematik, terus menerus dengan perencanaan suatu program, mengevaliasi hasil program dan
SKD

III Pelaporan Penyakit Menular :


1. Laporan 24 jam
2. Laporan mingguan
3. Laporan Bulanan
IV Penyakjit Menular Potensial mewabah :
1. Diare
2. Demam berdarah
3. Malaria
4. TBC
5. Campak
6. Hepatitis

B. Aspek hukum penyakit menular


Ada dua hal yang perlu disampaikan tentang aspek hukum penyakit menular yaitu :
1. Yang termasuk Undang-undang Wabah penyakit menular.
2. Yang termasuk dalam penyakit hubungan seksual (PHS)/Sexually Trans mullted Diseases
(STD).
Yang pertama lebih banyak berkaitan dengan masalah epidemiologi dan sudah ada beberapa
ketentuan undang- undang yang mengaturnya, sementara yang kedua, hanya dibatasi mengenai
penyakit hubungan seksuil karena penyakit ini yang banyak mengandung permasalahan hukum
bila para dokter dan kalangan kesehatan tidak berhati-hati menghadapinya.
Permasalahan yang timbul seputar PHS ini (termasuk penyakit AIDS) misalnya bagaimana sikap
dokter menghadapi salah seorang pasangan suami isteri (pasutri) atau pasangan tetapnya yang
menderita penyakit kelamin, pembantu rumah tangga/pengasuh anak (baby- sitter) yang
menderita PHS atau menerima dan mengobati pasien penderita HIV positif atau AIDS.

C. Undang-undang Wabah Penyakit Menular

Dahulu kita mengenal adanya undang-undang wabah dan penyakit karantina yang telah
ada sejak lama, bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Sesudah kemerdekaan ketentuan
perundang-undangan tentang wabah diatur dalam undang-undang no.6 tahun 1962 tentang
wabah dan undang no.7 tahun 1968 tentang perubahan pasal 3 undang-undang no.6 tahun 1962
tentang wabah. Kedua undang-undang diatas perlu untuk menangkal mewabahnya beberapa
penyakit tertentu yang ada pada permulaan dan pertengahan abad ke-20 sering sekali terjadi,
yaitu wabah penyakit yang bersifat epidemi bahkan pandemi.
Apa yang dimaksud dengan epidemi, endemi, dan pendemi? Dalam hal ini akan dijelaskan satu
persatu tentang epidemi, endemi, dan pendemi sebagai berikut :

1. Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit
pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar
tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari
bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi
adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit
di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incide rate (laju timbulnya
penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama
dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Misalnya Epidemi pada musim hujan, ada beragam penyakit yang sering menyerang
masyarakat. Bila diidentifikasi, setidaknya ada empat macam penyakit yang penularannya
berlangsung pada musim hujan, seperti penyakit DBD (demam berdarah dengue), demam tifoid
(penyakit tivus), penyakit leptospirosis, dan flu burung. Penyakit DBD disebabkan oleh nyamuk
aides aegypti, sedang demam tifoid ditularkan melalui makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi bakteri. Adapun penyakit leptospirosis disebabkan disebabkan oleh bakteri
Leptospira, sementara penyakit flu burung (Avian Influenza) disebabkan oleh virus influenza
yang menular melalui ternak maupun manusia (zoonosis).

2. Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada
suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya
rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa
adanya pengaruh dari luar.
Contoh penyakit endemik adalah malaria di sebagian Afrika (misalnya, Liberia). Di
tempat seperti itu, sebagian besar populasinya diduga terjangkit malaria pada suatu waktu dalam
masa hidupnya.

3. Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat
berikut telah terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker
menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena
tidak ditularkan.Karena perkembangan teknologi , ilmu pengetahuan dan lalulintas internasional,
serta perubahan lingkungan hidup dan lain-lain, undang-undang diatas ternyata kurang mampu
memenuhi kebutuhan upaya penaggulangan wabah dewasa ini dan perkembagannya dimasa
mendatang.
Contoh wabah yang cukup dikenal termasuk wabah pes yang terjadi di Eropa pada zaman
pertengahan yang dikenal sebagai the Black Death ("kematian hitam"), pandemi influensa
besar yang terjadi pada akhir Perang Dunia I, dan epidemi AIDS dewasa ini, yang oleh
sekalangan pihak juga dianggap sebagai pandemi.
D. Penyakit Hubungan Seksual

Pengertian Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control
(CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan
dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk
tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore
telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes,
AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat
disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya
bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore
seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut
pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai
komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya
pencegahan penting untuk dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat
kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan
seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-benar disebut
sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks aman”
adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana kedua
individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman
sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular
lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga
berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat
berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang
efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil
terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
Istilah PHS yang kita kenal sekarang ini sebenarnya relatif masih baru, juga bagi
kalangan medis di Indonesia. Sebab yang umum kita kenal, juga bagi kalangan
sebelumnya adalah “Penyakit Kelamin” atau yang dalam istilah medis disebut Venereal
Diseases (VD) yang lebih diartikan sebagai bagian dari penyakit kulit. Kemajuan dunia
kedokteran kemudian bisa membuktikan bahwa ternyata penyakit yang bisa ditimb ulkan
dari hubungan seksual terutama yang menyimpang, apalagi hubungan seksual bukan
dengan istri sendiri sehngga lahirlah istilah Sexually Transmitted Disease (STD) yang
kemudian di Indonesia akan menjadi “Penyakit Hubungan Seksual”.

Cara Penularan secara umum, PHS memang bisa ditularkan lewat hubungan seksual. Akan
tetapi, karena hubungan seksual ternyata banyak ragamnya dan setiap cara juga bisa saja
mengundang resiko penyakit yang tersendiri, maka para medis menguraikan sebab -sebab
atau cara-cara yang sering mengakibatkan penularan PHS.
1. Heteroseksual : hubungan seksual antara pria dan wanita (suami-istri)
2. Homoseksual : hubungan seksual antara pria dengan pria
3. Lesbian : hubungan seksual antara wanita dengan wanita
4. Biseksual : hubungan seksual antara sesama jenis dan juga dengan lain jenis
(baik pria dengan pria, pria dengan wanita atau wanita dengan wanita)
Organ yang digunakan :
1.Gento-genital (vagina sex) : antara organ genital (alat kelamin)
2. Oro-genital (oral sex): antar-organ genital dengan mulut
3. Ano-genital sodomi : antar-organ genital dengan anus
Cara-cara kontak atau hubungan seksual tersebut menetukan masuknya kuman ke
dalam tubuh dan juga menentukan kelainan awal pada organ yang sakit, shingga
memudahkan di dalam menentukan diagnosis.

Isitilah lain dalam penyakit hubungan seksual :


a. Promiskuitas adalah sebutan untuk seorang yang melakukan hubungan seksual
dengan banyak paliter.
b. Prostitusi adalah suatu kegiatan seksual dengan banyak padangan tanpa seleksi dan
menerima bayaran, yang di dalam bahasa Indonesia disebut Pekerja Sek Komersil (PSK).

Pada masa kini pasien yang menderita penyakit kelamin makin sering dihadapi dokter. Bahkan
banyak pula yang masih di bawah umur. Bagi dokter, menghadapi pasien penderita PHS dari
aspek kesehatan tidak akan banyak masalah karena banyak pilihan pengobatan dapat diberikan.
Namun sebagai dokter yang diajarkan untuk bertindak holistik, masalahnya menjadi tidak
sederhana apabila yang dihadapi adalah salah satu pasutri, pasangan tetap/pacar.apalagi untuk
pasien yang menderita HIV positif atau AIDS masalahnya akan menjadi lebih rumit, karena
menyangkut masyarakat luas.
Berbeda dengan PHS seperti gonorea, sifilis atau herpes genitalis yang penularannya terutama
karena hubungan seksuil, penularan penyakit AIDS bisa pula karena transfusi darah, melalui
jarum suntik yang terkontaminasi oleh virus dan melalui placenta. Penyebaran penyakit
HIV/AIDS lebih berbahaya karena tidak saja menggangu kesehatan, tetapi mengundang
kematian.
Oleh karena itu dalam menghadapi penderita PHS dan atau HIV/AIDS, para dokter dan kalangan
kesehatan lainya selain memahami aspek medis juga harus memahami aspek hukum yang terkait
dengan penyakit ini, karena perbedaan demikian, pembahasan aspek hukum PHS dan penderita
dengan HIV/AIDS dipisahkan, dalam arti apabila yang dibicarakan tentang aspek hukum PHS,
maka didalamnya sudah termasuk masalah penyakit AIDS. Pembahasan tentang aspek hukum
Penyakit AIDS lainnya dibahas tersendiri lebih jauh.

E. Aspek Hukum PHS


Pada masa kini PHS ini yang lebih sering dihadapi para dokter, terutama penyakit
genorea, sifilis dan herpes genitalis. Bila pasien belum terikat dalam perkawinan, dalam
pengobatan tentu diharapkan pasien tidak memindahkan penyakit ini pada orang lain, begitu pula
bila kita mengetahui profesi pasien wanita tuna susilia.
Sikap para dokter tentu akan berbeda bila yang dihadapi salah satu dari pasutri yang menderita
PHS. Persoalannya menjadi mudah bila pasangannya telah mengetahui pasien penderita PHS.
Bila belum mengetahui, maka harapan dokter pada pasien adalah agar ia tidak memindahkan
penyakit pada pasangannya, sementara penyakitnya diobati. Masalah baru muncul bila
pasangannya ingin mengetahui penyakit pasien dari dokter. Dan bolehkah dokter menyampaikan
penyakit salah seorang pasutri kepada lainnya..?
Berbicara terbuka dihadapan kedua pasutri tanpa mengetahui terlebih dahulu apakah pasien
setuju kalau penyakitnya boleh diketahui oleh pasangannya, bisa membawa persoalan tentang
wajib simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan dan pekerjaan yang menjurus kepada
mallpraktek. Untuk itu para dokter perly berhati-hati menghadapi situasi demikian.
Bila dokter menduga pasangannya telah telah tertular tanpa disadarinya, maka sebaiknya dokter
mengobati tanpa harus menyatakan ia telah tertular, kecuali terpaksa bila pasien mau tahu
tentang penyakitnya.
Membuka rahasia pasien kepada orang lain, biarpun dalam ikatan suami isteri harus dihindari
dokter.
Saknsi hukum terhadap pelanggaran ini terdapat pada KUHP pasal 332,KUH perdata 1366 dan
sanksi administratif seperti dijelaskan dalam UU keshatan pasal 23 tahun 1992 ayat 1:
“ Terhadap tenaga kesahatan yang melekukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin .”
Selain sanksi hukum atau sanksi adminstratif yang bisa menyebabkan dicabutnya izin
menjalankan praktek, masyarakatpun dapat menjatuhi hukuman dengan menjahui dokter yang
tidak hati-hati dalam menjaga rahasia pasien.

F. Orang dengan HIV/AIDS(ODHA)


Penyakit ini diramalkan akan makin sering dihadapi karena belum ada obat
penangkalnya, sementara penyebarannya tidak dapat dibendung.
Menteri kesehatan mengatakan dari jumlah 560 orangpenderita AIDS diindonesia pada tahun
1997, pada tahun 2000 akan mencapai 1000.000 orang, pada waktu yang sama didunia mencapai
30-40.
Untuk menghambat laju penyebaran dan peningkatan ODHA, berbagai usaha perlu ditempuh.
Namun karena belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini dan belum pula
didapati vaksin yang efektif,
Maka untuk sementara upaya pencegahan menjadi tumpuan salah satu usaha ini adalah melalui
pelaporan kasus HIV/AIDS.
Banyak kalangan masih binggung menghadapi penyakit yang berkembang sangat cepat ini,
misalnya adalah apakah ODHA boleh diumumkan(dibocorkan),dikucilkan atau dibiarkan bebas
dan lain-lain , beberapa masalah yang dialami ODHA :
a. Dipecat dari pekerjaan dan jabatan
b. Ditolak masuk sekolah bagi penderita AIDS yang anak-anak
c. Tidak diizinkannya Magic Jhonson pebasket kondang masuk ke beberapa negara
d. Rumah sakit tidak mau merawat
e. Membolehkan tindakan euthanasia bagi penderita AIDS

Semua kebijaksanaan mengatasi masalah dibidang ini mengundang pro dan kontra pada setiap
langkah yang akan diambil.
Khusus mengenai pelaporan penderita ODHA, kebijakan terakhir (1996) pelaporan penderita
HIV/AIDS dari Departemen Kesehatan c/q Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2M & PLP) adalah identitas penderita harus
dirahasiakan, di mana nama penderita cukup ditulis dengan inisial saja, begitu pula alamat
penderita cukup diisi dengan nama kabupatennya saja tampaknya kebijakan yang ditempuh
seperti diatas juga dianut 0leh banyak negara lain dalam mengahadapi dan menangani penderiat
ODHA dimana yang utama adalah pelayanan kesehatan tanpa penderita mengalami deskriminasi
dilingkungan tempat tinggalnya,tempat kerjanya dan dijaga kerahasiannya penyakitnya kepada
orang lain. Dengan menghindari masalah hukum ini, diharapkan kwalitas hidup orang dengan
HIV/AIDS(ODHA) dapat diperbaiki.
Sementara dilain pihak,masyarakat dilindungi terhadap bahaya penularan,terutama melalui
komunikasi, informasi dan edukasi(KIE) tentang masalah AIDS dan HIV.
DiIndonesia kebijaksanaan ini dapat terlihat dari strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS
sebagai berikut :
a. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi yang baru mengenai HIV/AIDS, baik untuk
melindungi diri sendiri maupun mencegah penularan kepada orang lain.

b. Tetap menghormati harkat dan martabat para penderita HIV/AIDS dan keluarganya.

c. Mencegah perlakuan diskriminatif kepada pengidap HIV/ penderita AIDS dan keluarganya.

UNDANG-UNDANG TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR NO.6 TAHUN 1962

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung
dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.
c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
Pasal 2

Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka
yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 4 TAHUN 1984

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung
dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.
c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

Pasal 2
Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka
yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat.
DASAR HUKUM : UNDANG UNDANG KESEHATAN RI NO:23 TAHUN 1992

Pasal 28
Tentang Pemberantasan penyakit
Ayat 1
Pemberantasan Penyakit diselenggarakana untuk menurunkan angkaq kesakitan dan atau
kematian

Ayat 2
Pemeberantasan penyakit dilaksanakan terhadap penyakit menular dan tidak menular
Pemberanatasan penyakit menular yang dapat menimbulkan angka kesakitan dan angka kematian
yang tinggi dilaksanakan sedini mungkin

Pasal 29
Pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mengurangi penyakit
dengan perbaikan dan perubahan perilaku masyarakatdan denganb cara lain

Pasal 30
Pemeberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, pe3nyelidikan,
pengebalan,menghilangkan sumber perantara penmyakit, tindakan karantina dan upaya lain yang
diperlukan

Pasal 31
Pemeberanatasan penyakit menular yang dapat menimbuilkan wabah dan penyakit karantina
dilaksanakan seasuai dengan ketentuan undang undang yang berlaku

G. DASAR KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku beresiko,
oleh karena itu penanggulangan harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS diidap sebagian besar oleh kelompok perilaku
resiko tinggi yang merupakan kelompok yang dimarginalkan, maka program-program
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-
istiadat dan normanorma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan. Perlu
adanya program-program pencegahan HIV dan AIDS yang efektif dan memiliki jangkauan
layanan yang semakin luas dan program-program pengobatan, perawatan dan dukungan yang
komprehensif bagi ODHA maupun OHIDA untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan latar
belakang pemikiran tersebut, maka kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia
disusun sebagai berikut:
· Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan
budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan untuk mempertahankan dan
memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
· Upaya penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat,pemerintah, dan
LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan
pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang
mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV dan AIDS;
· Upaya penanggulangan harus didasari pada pengertian bahwa masalah HIV dan AIDS sudah
menjadi masalah sosial kemasyarakatan serta masalah nasional dan penanggulangannya melalui
“Gerakan Nasional Penanggulangan HIV and AIDS”;
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat berperilaku
risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang
berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap penularan HIV and AIDS;
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS harus menghormati harkat dan martabat manusia serta
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender;
· Upaya pencegahan HIV dan AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum
diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna mendorong
kehidupan yang lebih sehat;
· Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap hubungan
seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV;
· Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan
dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara komprehensif dengan juga mengupayakan
penyembuhan dari ketergantungan pada napza.
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari peningkatan
perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan
fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA.
· Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV and AIDS harus didahuluidengan penjelasan
yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling yang
memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan
diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain.
· Diusahakan agar peraturan perundang-undangan harus mendukung dan selaras dengan
Strategi Nasional Penanggulangan HIV and AIDS disemua tingkat.
· Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada
ODHA dan OHIDA.

H. AREA PRIORITAS PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS


Menilik bahasan-bahasan pada bab-bab terdahulu maka untuk empat tahunmendatang area
prioritas penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia belum perlu diubah dan perlu dilanjutkan
sebagai pokok-pokok program dengan penajaman. Dengan melaksanakan program – program
yang dikembangkan dari setiap area prioritas secara bersungguh – sungguh, penuh tanggung
jawab, terpadu, harmonis dan berkesinambungan maka walaupun dengan sumberdaya yang
terbatas, tujuan penanggulangan HIV AND AIDS akan dapat dicapai dalam kurun waktu yang
telah ditetapkan oleh karena akan terdapat kemampuan untuk:
• Mencegah meluasnya penularan HIV dan menjamin akses terhadap berbagai upaya
pencegahan, perawatan dan pengobatan.
• Berkontribusi untuk menyediakan kebutuhan ODHA untuk meringankan penderitaan sekaligus
meningkatkan kwalitas hidup mereka.
• Menjamin capacity building bagi mereka yang terlibat dalam penanggulangan HIV dan AIDS.
• Mengkoordinasikan dan mempertahankan respon

1. AREA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS


Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-kelompok masyarakat.
Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok masyarakat sesuai dengan perilaku
kelompok dan potensi ancaman yang dihadapi. Kegiatankegiatan dari pencegahan dalam bentuk
penyuluhan, promosi hidup sehat, pendidikan sampai kepada cara menggunakan alat pencegahan
yang efektif dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan. Dalam mengemas program-
program pencegahan dibedakan kelompok-kelompok sasaran sebagai berikut:
• Kelompok tertular (infected people)
Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV. Pencegahan ditujukan untuk
menghambat lajunya perkembangan HIV, memelihara produktifitas individu dan meningkatkan
kwalitas hidup.

• Kelompok berisiko tertular atau rawan tertular (high-risk people)


Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian rupa sehingga sangat
berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok ini termasuk penjaja seks baik perempuan maupun
laki-laki, pelanggan penjaja seks, penyalahguna napza suntik dan pasangannya, waria penjaja
seks dan pelanggannya serta lelaki suka lelaki. Karena kekhususannya, narapidana termasuk
dalam kelompok ini. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan untuk mengubah perilaku
berisiko menjadi perilaku aman.

• Kelompok rentan (vulnerable people)


Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup pekerjaan, lingkungan,
ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang rendah dan status kesehatan yang labil, sehingga
rentan terhadap penularan HIV. Termasuk dalam kelompok rentan adalah orang dengan
mobilitas tinggi baik sipil maupun militer, perempuan, remaja, anak jalanan, pengungsi, ibu
hamil, penerima transfusi darah dan petugas pelayanan kesehatan. Pencegahan untuk kelompok
ini ditujukan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular HIV. ( Menghambat
menuju kelompok berisiko)

• Masyarakat Umum (general population)


Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok terdahulu.
Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan kewaspadaan, kepedulian dan keterlibatan dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di lingkunagnnya.

2. AREA PERAWATAN, PENGOBATAN DAN DUKUNGAN KEPADA ODHA


Peningkatan jumlah penderita AIDS memerlukan peningkatan jumlah dan mutu layanan
perawatan dan pengobatan. Peningkatan juga dilakukan bagi dukungan maksimal kepada
ODHA. Upaya ini dilakukan melalui pendekatan klinis dan pendekatan berbasis masyarakat dan
keluarga. Universal Access yang bertujuan memberikan kemudahan kepada mereka yang
memerlukan untuk akses kepada layanan perawatan dan pengobatan melandasi program –
program pada area ini.
Pemberantasan penyakit HIV-AIDS merupakan serangkaian konsep dan strategi
penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Enrekang guna mewujudkan masyarakat yang
hidup sehat dan melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan khususnya pemerintah di
Kabupaten Enrekang.
Olehnya itu dalam penelitian ini akan diukur atau dioperasionalkan dalam berbagai kosep-
konsep penelitian. Sebagaimana yang telah diuraikan pada rumusan masalah dan tujuan
penelitian, maka mengoperasionalkan konsep-konsep yang terdapat dalam pelaksanaan
penelitian ini. Dalam pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit HIV-AIDS tersebut, dilakukan
dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Mengingat frekuensi HIV-AIDS semakin
meningkat serta dapat mengakibatkan perpindahan yang tinggi, maka perlu dilakukan
penanggulangan.
Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPA Wakil Bupati. Kegiatannya meliputi
pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.
Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.
1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah.
2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di
Indonesia.
3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.
4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk memantapkan
perilaku yang baik dan mengubah perilaku yang berisiko tinggi.
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang
lain terhadap infeksi HIV.
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan
martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya.
7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului dengan penjelasan yang
benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent), sebelum dan sesudahnya
harus diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.
8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan Strategi
Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat.
9. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS berkewajiban memberikan
pelayanan tanpa diskriminasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Menular :
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau toksisnya yang berasal dari sumber
penularan atau reservoir, yang ditransmisikan kepa host yang rentan
Wabah Penyakit Menular
Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi kedaan yang lazim pada waktu da daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetak ( UU. Wabah1984
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain
saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular
penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids ,
Trikomoiasis.Pencegahan penularan infeksi penyakit di komunitas :
Tanyakan kepada wanita yang ada rawat mengenai infeksi penyakit kelamin yang mungkkin
dialaminya atau dialami pasanganny. Mungkin wanita itu merasa malu untuk membicarakannya,
tapi semakin banyak informasi yang anda ketahui, semakin jiwanya tertolong
Undang yang mengatur tentang penyakit emnular yaitu
1. Undang-undang no.6 tahun 1962 tentang wabah.
2. Undang-undang no.7 tahun 1968 tentang perubahan pasal 3 undang-undang no.6 tahun 1962
tentang wabah.
3. Undang-undang RI no.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular.

B. SARAN
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas, saya sebagai penulus
mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit ini, dan dapat mengetahui
dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara penularanya penyakit menular
sseksual. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta kritik dan saranya untuk
menyempurnakan makalah yang saya buat.

DAFTAR PUSTAKA

· http://midwifeipeah.blogspot.com/2009/11/pms-penyakit-menular-seksual.html
· http://books.google.co.id/books?id=3UeW24_pnIkC&pg=PA138&lpg=PA138&dq=etika+dan
+aspek+hukum+penyakit+menular,+wabah+penyakit+menular+seksual&source
· http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular_seksual
· http://www.scribd.com/doc/4819072/Penyakit-Hubungan-Seksual
· www.penyakitmenularseksual.com/
· Buku etika kedokteran dan hukum kesehatan edisi 4.
· Buku etika kedokteran dan hukum kesehatan edesi 3.

Anda mungkin juga menyukai