DI SUSUN OELH :
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT , karena atas berkat rahmat dan
karunia-NYA semata makalah mata kuliah Biologi Kesehatan ini dapat diselesaikan. Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada suri tauladan mulia Rasulullah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah kealam terang benderang agama islam.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
dan Hukum Kesehatan. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang Aspek Hukum
Wabah Penyakit Menular. Penyusun berterima kasih kepada Ibu Nurul Hikmah selaku dosen
mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan
juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan makalah ini.
Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Penyusun menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan
penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.
Makasssar, 05 November 2018
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
D. Manfaat .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................. 15
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian penyakit menular dan wabah penyakit menular.
2. Apa undang-undang tentang wabah penyakit menular.
3. Apa Aspek Hukum PHS.
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah etika dan hukum
kesehatan terutama tentang wabah penyakit memnular dan penyakit hubungan seksual serta
aspek hukum yang mengaturnya, agar mahasiswa mampu memahami lebih detail
tentang PHS dan menambah semangat belajar dengan adanya makalah ini.
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk lebih memahami tentang hukum kesehatan
terutama wabah penyakit menular, agar mampu memahami lebih detail tentang PHS dan
memperluas ilmu pengetahuan dan menambah semangat belajar dengan adanya makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Kriteria KLB :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal disuatu
daerah,menjadi ada
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian dua kali lipat atau lebih dibandingkan
kejadian sebelumnya.
3. Adanya peningkatan kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu ( jam,hari,minggu )
g. Surveilans Epdemiologi :
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan atau kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secara
sistematik, terus menerus dengan perencanaan suatu program, mengevaliasi hasil program dan
SKD
Dahulu kita mengenal adanya undang-undang wabah dan penyakit karantina yang telah
ada sejak lama, bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Sesudah kemerdekaan ketentuan
perundang-undangan tentang wabah diatur dalam undang-undang no.6 tahun 1962 tentang
wabah dan undang no.7 tahun 1968 tentang perubahan pasal 3 undang-undang no.6 tahun 1962
tentang wabah. Kedua undang-undang diatas perlu untuk menangkal mewabahnya beberapa
penyakit tertentu yang ada pada permulaan dan pertengahan abad ke-20 sering sekali terjadi,
yaitu wabah penyakit yang bersifat epidemi bahkan pandemi.
Apa yang dimaksud dengan epidemi, endemi, dan pendemi? Dalam hal ini akan dijelaskan satu
persatu tentang epidemi, endemi, dan pendemi sebagai berikut :
1. Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit
pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar
tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari
bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi
adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit
di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incide rate (laju timbulnya
penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama
dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Misalnya Epidemi pada musim hujan, ada beragam penyakit yang sering menyerang
masyarakat. Bila diidentifikasi, setidaknya ada empat macam penyakit yang penularannya
berlangsung pada musim hujan, seperti penyakit DBD (demam berdarah dengue), demam tifoid
(penyakit tivus), penyakit leptospirosis, dan flu burung. Penyakit DBD disebabkan oleh nyamuk
aides aegypti, sedang demam tifoid ditularkan melalui makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi bakteri. Adapun penyakit leptospirosis disebabkan disebabkan oleh bakteri
Leptospira, sementara penyakit flu burung (Avian Influenza) disebabkan oleh virus influenza
yang menular melalui ternak maupun manusia (zoonosis).
2. Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada
suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya
rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa
adanya pengaruh dari luar.
Contoh penyakit endemik adalah malaria di sebagian Afrika (misalnya, Liberia). Di
tempat seperti itu, sebagian besar populasinya diduga terjangkit malaria pada suatu waktu dalam
masa hidupnya.
3. Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat
berikut telah terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker
menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena
tidak ditularkan.Karena perkembangan teknologi , ilmu pengetahuan dan lalulintas internasional,
serta perubahan lingkungan hidup dan lain-lain, undang-undang diatas ternyata kurang mampu
memenuhi kebutuhan upaya penaggulangan wabah dewasa ini dan perkembagannya dimasa
mendatang.
Contoh wabah yang cukup dikenal termasuk wabah pes yang terjadi di Eropa pada zaman
pertengahan yang dikenal sebagai the Black Death ("kematian hitam"), pandemi influensa
besar yang terjadi pada akhir Perang Dunia I, dan epidemi AIDS dewasa ini, yang oleh
sekalangan pihak juga dianggap sebagai pandemi.
D. Penyakit Hubungan Seksual
Pengertian Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control
(CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan
dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk
tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore
telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes,
AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat
disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya
bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore
seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut
pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai
komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya
pencegahan penting untuk dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat
kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan
seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-benar disebut
sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks aman”
adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana kedua
individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman
sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular
lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga
berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat
berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang
efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil
terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
Istilah PHS yang kita kenal sekarang ini sebenarnya relatif masih baru, juga bagi
kalangan medis di Indonesia. Sebab yang umum kita kenal, juga bagi kalangan
sebelumnya adalah “Penyakit Kelamin” atau yang dalam istilah medis disebut Venereal
Diseases (VD) yang lebih diartikan sebagai bagian dari penyakit kulit. Kemajuan dunia
kedokteran kemudian bisa membuktikan bahwa ternyata penyakit yang bisa ditimb ulkan
dari hubungan seksual terutama yang menyimpang, apalagi hubungan seksual bukan
dengan istri sendiri sehngga lahirlah istilah Sexually Transmitted Disease (STD) yang
kemudian di Indonesia akan menjadi “Penyakit Hubungan Seksual”.
Cara Penularan secara umum, PHS memang bisa ditularkan lewat hubungan seksual. Akan
tetapi, karena hubungan seksual ternyata banyak ragamnya dan setiap cara juga bisa saja
mengundang resiko penyakit yang tersendiri, maka para medis menguraikan sebab -sebab
atau cara-cara yang sering mengakibatkan penularan PHS.
1. Heteroseksual : hubungan seksual antara pria dan wanita (suami-istri)
2. Homoseksual : hubungan seksual antara pria dengan pria
3. Lesbian : hubungan seksual antara wanita dengan wanita
4. Biseksual : hubungan seksual antara sesama jenis dan juga dengan lain jenis
(baik pria dengan pria, pria dengan wanita atau wanita dengan wanita)
Organ yang digunakan :
1.Gento-genital (vagina sex) : antara organ genital (alat kelamin)
2. Oro-genital (oral sex): antar-organ genital dengan mulut
3. Ano-genital sodomi : antar-organ genital dengan anus
Cara-cara kontak atau hubungan seksual tersebut menetukan masuknya kuman ke
dalam tubuh dan juga menentukan kelainan awal pada organ yang sakit, shingga
memudahkan di dalam menentukan diagnosis.
Pada masa kini pasien yang menderita penyakit kelamin makin sering dihadapi dokter. Bahkan
banyak pula yang masih di bawah umur. Bagi dokter, menghadapi pasien penderita PHS dari
aspek kesehatan tidak akan banyak masalah karena banyak pilihan pengobatan dapat diberikan.
Namun sebagai dokter yang diajarkan untuk bertindak holistik, masalahnya menjadi tidak
sederhana apabila yang dihadapi adalah salah satu pasutri, pasangan tetap/pacar.apalagi untuk
pasien yang menderita HIV positif atau AIDS masalahnya akan menjadi lebih rumit, karena
menyangkut masyarakat luas.
Berbeda dengan PHS seperti gonorea, sifilis atau herpes genitalis yang penularannya terutama
karena hubungan seksuil, penularan penyakit AIDS bisa pula karena transfusi darah, melalui
jarum suntik yang terkontaminasi oleh virus dan melalui placenta. Penyebaran penyakit
HIV/AIDS lebih berbahaya karena tidak saja menggangu kesehatan, tetapi mengundang
kematian.
Oleh karena itu dalam menghadapi penderita PHS dan atau HIV/AIDS, para dokter dan kalangan
kesehatan lainya selain memahami aspek medis juga harus memahami aspek hukum yang terkait
dengan penyakit ini, karena perbedaan demikian, pembahasan aspek hukum PHS dan penderita
dengan HIV/AIDS dipisahkan, dalam arti apabila yang dibicarakan tentang aspek hukum PHS,
maka didalamnya sudah termasuk masalah penyakit AIDS. Pembahasan tentang aspek hukum
Penyakit AIDS lainnya dibahas tersendiri lebih jauh.
Semua kebijaksanaan mengatasi masalah dibidang ini mengundang pro dan kontra pada setiap
langkah yang akan diambil.
Khusus mengenai pelaporan penderita ODHA, kebijakan terakhir (1996) pelaporan penderita
HIV/AIDS dari Departemen Kesehatan c/q Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2M & PLP) adalah identitas penderita harus
dirahasiakan, di mana nama penderita cukup ditulis dengan inisial saja, begitu pula alamat
penderita cukup diisi dengan nama kabupatennya saja tampaknya kebijakan yang ditempuh
seperti diatas juga dianut 0leh banyak negara lain dalam mengahadapi dan menangani penderiat
ODHA dimana yang utama adalah pelayanan kesehatan tanpa penderita mengalami deskriminasi
dilingkungan tempat tinggalnya,tempat kerjanya dan dijaga kerahasiannya penyakitnya kepada
orang lain. Dengan menghindari masalah hukum ini, diharapkan kwalitas hidup orang dengan
HIV/AIDS(ODHA) dapat diperbaiki.
Sementara dilain pihak,masyarakat dilindungi terhadap bahaya penularan,terutama melalui
komunikasi, informasi dan edukasi(KIE) tentang masalah AIDS dan HIV.
DiIndonesia kebijaksanaan ini dapat terlihat dari strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS
sebagai berikut :
a. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi yang baru mengenai HIV/AIDS, baik untuk
melindungi diri sendiri maupun mencegah penularan kepada orang lain.
b. Tetap menghormati harkat dan martabat para penderita HIV/AIDS dan keluarganya.
c. Mencegah perlakuan diskriminatif kepada pengidap HIV/ penderita AIDS dan keluarganya.
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung
dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.
c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
Pasal 2
Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka
yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat.
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung
dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.
c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
Pasal 2
Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka
yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat.
DASAR HUKUM : UNDANG UNDANG KESEHATAN RI NO:23 TAHUN 1992
Pasal 28
Tentang Pemberantasan penyakit
Ayat 1
Pemberantasan Penyakit diselenggarakana untuk menurunkan angkaq kesakitan dan atau
kematian
Ayat 2
Pemeberantasan penyakit dilaksanakan terhadap penyakit menular dan tidak menular
Pemberanatasan penyakit menular yang dapat menimbulkan angka kesakitan dan angka kematian
yang tinggi dilaksanakan sedini mungkin
Pasal 29
Pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mengurangi penyakit
dengan perbaikan dan perubahan perilaku masyarakatdan denganb cara lain
Pasal 30
Pemeberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, pe3nyelidikan,
pengebalan,menghilangkan sumber perantara penmyakit, tindakan karantina dan upaya lain yang
diperlukan
Pasal 31
Pemeberanatasan penyakit menular yang dapat menimbuilkan wabah dan penyakit karantina
dilaksanakan seasuai dengan ketentuan undang undang yang berlaku
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku beresiko,
oleh karena itu penanggulangan harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS diidap sebagian besar oleh kelompok perilaku
resiko tinggi yang merupakan kelompok yang dimarginalkan, maka program-program
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-
istiadat dan normanorma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan. Perlu
adanya program-program pencegahan HIV dan AIDS yang efektif dan memiliki jangkauan
layanan yang semakin luas dan program-program pengobatan, perawatan dan dukungan yang
komprehensif bagi ODHA maupun OHIDA untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan latar
belakang pemikiran tersebut, maka kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia
disusun sebagai berikut:
· Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan
budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan untuk mempertahankan dan
memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
· Upaya penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat,pemerintah, dan
LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan
pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang
mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV dan AIDS;
· Upaya penanggulangan harus didasari pada pengertian bahwa masalah HIV dan AIDS sudah
menjadi masalah sosial kemasyarakatan serta masalah nasional dan penanggulangannya melalui
“Gerakan Nasional Penanggulangan HIV and AIDS”;
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat berperilaku
risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang
berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap penularan HIV and AIDS;
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS harus menghormati harkat dan martabat manusia serta
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender;
· Upaya pencegahan HIV dan AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum
diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna mendorong
kehidupan yang lebih sehat;
· Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap hubungan
seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV;
· Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan
dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara komprehensif dengan juga mengupayakan
penyembuhan dari ketergantungan pada napza.
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari peningkatan
perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan
fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA.
· Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV and AIDS harus didahuluidengan penjelasan
yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling yang
memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan
diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain.
· Diusahakan agar peraturan perundang-undangan harus mendukung dan selaras dengan
Strategi Nasional Penanggulangan HIV and AIDS disemua tingkat.
· Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada
ODHA dan OHIDA.
B. SARAN
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas, saya sebagai penulus
mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit ini, dan dapat mengetahui
dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara penularanya penyakit menular
sseksual. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta kritik dan saranya untuk
menyempurnakan makalah yang saya buat.
DAFTAR PUSTAKA
· http://midwifeipeah.blogspot.com/2009/11/pms-penyakit-menular-seksual.html
· http://books.google.co.id/books?id=3UeW24_pnIkC&pg=PA138&lpg=PA138&dq=etika+dan
+aspek+hukum+penyakit+menular,+wabah+penyakit+menular+seksual&source
· http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular_seksual
· http://www.scribd.com/doc/4819072/Penyakit-Hubungan-Seksual
· www.penyakitmenularseksual.com/
· Buku etika kedokteran dan hukum kesehatan edisi 4.
· Buku etika kedokteran dan hukum kesehatan edesi 3.