Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

“ASET“

Disusun Oleh :
Jumadil Arsa
Nita Widya Rahayu
Siti Dedeh Kurniati

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
karunia-Nya kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Aset”dalam materi
pembahasan mata-kuliah “Teori Akuntansi”.

Dalam makalah ini, kami menyajikan dengan ringkas materi teori akuntansi
yang berkaitan dengan aset. Dengan penyajian materi yang ringkas, kami harapkan agar
para pembaca dapat dimudahkan dalam memahami isi materi sehingga dapat
direalisasikan dalam kehidupan berbisnis dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan
untuk pembuatan makalah kedepannya.

Namun demikian penulis sangat menyadari sesempurna apapun seseorang dalam


melakukan sesuatu tidak jarang kekhilafan menjadi pendampingnya. oleh karena itu,
penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah
ini.

Penulis sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam


penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat positif bagi para
pembaca.

Pekanbaru, 12 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1. LatarBelakang ................................................................................................................. 1


1.2. RumusanMasalah............................................................................................................ 1
1.3. Tujuanpenulisan.............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

A. Pengertian Aset ............................................................................................................. 2


B. Pengukuran Aset Yang Digunakan ............................................................................... 5
C. Penilaian Aset Yang Dilakukan..................................................................................... 7
D. Pengakuan Yang Digunakan Untuk Aset ...................................................................... 11
E. Penyajian Yang Dilakukan Dalam Melaporkan Aset .................................................... 18

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aset adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha dikemudian
hari. Aset dipahami sebagai harta total. Namun biasanya untuk keperluan bisnis analisis
dirinci menjadi beberapa kategori seperti aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap,
aset tidak berwujud.
Aset merupakan elemen pelaporan keuangan yaitu neraca yang akan membentuk
informasi berupa posisi keuangan perusahaan bila dihubungkan dengan elemen yang lain
yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset mempresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang
memampukan perusahaan untuk menyediakan jasa dan barang.
Bagi manajemen, di dalam membaca neraca, nilai aset perlu dicermati karena menjadi
dasar pengukuran prestasi keuangan perusahaan. Ukuran ini menjadi pembanding prestasi
sesuatu perusahaan dengan prestasi perusahaan yang lain dalam hal yang sama.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Aset?
2. Apa Pengukuran Aset Yang Digunakan?
3. Bagaimana Penilaian Aset Yang Dilakukan?
4. Bagaimana Pengakuan Yang Digunakan Untuk Aset?
5. Bagaimana Penyajian Yang Dilakukan Dalam Melaporkan Aset?
1.3. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar Mengetahui Pengertian Aset.
2. Agar Mengetahui Pengukuran Yang Digunakan Dalam Aset.
3. Agar Mengetahui Penilaian Yang Dilakukan Terhadap Aset.
4. Agar Mengetahui Pengakuan Yang Digunakan Untuk Aset.
5. Agar Mengetahui Penyajian Yang Dilakukan Dalam Melaporkan Aset.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aset
FASB mendefinisikan aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu.
APB dan Ijiri mendefenisi aset sebagai sumber ekonomik Karena adanya unsur
kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak lain
melalui transaksi ekonomik. APB merincikan aset yang tergolong sebagai sumber
ekonomik adalah :
1. Sumber produktif
a. Sumber produktif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik,
perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa dan sumber lain
yang digunakan dalam produksi barang dan jasa.
b. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk
menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan
barang atau jasa dari pihak lain.
2. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha yang meliputi barang jadi yang
menunggu penjualan dan barang dalam proses
3. Uang
4. Klaim untuk menerima uang
5. Hak kepemilikan atau investasi pada perusahaan lain
 Karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat di sebut
aset, yaitu :
1. Manfaat ekonomi
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu obejek harus mengandung manfaat
ekonomik dimasa datang yang cukup pasti. Ini mengisyaratkan bahwa
manfaat tersebut dapat diukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya
untuk mendapatkan pendapatan atau aliran kas dimasa datang.

2
FASB mengajukan dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai
apakah pada saatu tertentu suatu pos atau objek dapat disebut aset, yaitu :
a. Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya
mengandung manfaat ekonomik masa datang.
b. Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada
pada saat penilaian.
2. Dikuasai oleh entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu obejek atau pos tidak harus dimiliki
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Konsep penguasaan lebih penting
daripada konsep pemilikan. Substansi atau tujuan dari pemilikan adalah
penguasaan. Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap
suatu obejek dapat diperoleh dengan cara :
a. Pembelian
b. Pemberian
c. Penemuan
d. Perjanjian
e. Produksi/transformasi
f. Penjualan
g. Lain – lain seperti pertukaran, peminjaman, penjaminan,
pengkonsignaan, dan berbagai transaksi komersial yang diakui hokum
atau kebiasaan bisnis.
3. Akibat transaksi atau kejadian masa lalu
Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB
memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi
atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan
(mengurangi) aset. Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau
keadaan yang sebagian atau keseluruhan diluar kemampuan kesatuan usaha
atau manejemennya untuk mengendalikan.

3
 Karakteristik pendukung
1. Melibatkan kos
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai penghargaan
sepakat. Bila kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat
pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai
aset. Akan tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset.
Kos objek harus tetap ditentukan atau ditaksir secara layak sebagai dasar
pencatatan pertama kali.
2. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, dia memang lebih
kuat untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria
untuk mendefenisikan aset. Most mengajukan tiga test /kriteria untuk
memasukkan suatu pos kedalam aset tak berwujud, yaitu :
a. Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak
independen?
b. Dapatkah manfaat ekonomik masa datang yang diharapkan
diidentifikasi?
c. Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang
diperoleh?
3. Tertukarkan
Untuk memenuhi syarat sebagai aset, suatu sumber ekonomik harus dapat
ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. Hal ini diajukan dengan alasan
bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu
sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai tukar.
4. Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan
suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik
yang lain atau berdiri sendiri.

4
5. Berkekuatan hokum
Penguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal.
Kemampuan suatu entitas untuk menguasai manfaat ekonomik timbul akibat
hak – hak hokum. Meskipun demikian.
B. Pengukuran
Pengukuran bukan merupakan kriteria untuk mendefinisikan aset tetapi merupakan
kriteria pengakuan aset. Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran
manfaat ekonomik masa datang. Yang dimaksud pengukuran adalah penentuan
jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya
yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Sumber
ekonomik akan mengalami tiga tahap perlakuan sejalan dengan kegiatan usaha,
yaitu tahap pemerolehan, pengolahan, dan penjualan/penyerahan. Kos menjadi data
dasar untuk mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomik usaha. Sebagai aliran
informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakukan akuntansi, yaitu pengukuran,
penelusuran, dan pembebanan.
1. Pengukuran kos
Tiap kegiatan biasanya melibatkan pengorbanan sumber ekonomik, oleh sebab
itu besar kecilnya kos yang harus dicatat pertama kali sebagai pengukur suatu
aset pada saat pemerolehan ditentukan oleh dua hal, yaitu :
a. Batas kegiatan (pemerolehan)
Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber ekonomik
(kegiatan) apa saja yang membentuk kos suatu aset. Pembentukan kos suatu aset
(baik berwujud atau tidak) adalah semua pengeluaran (pengorbanan sumber
ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akibat kegiatan pemerolehan suatu
aset sampai dia ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi sesuai
dengan tujuan pemerolehannya. Kos utama merupakan unsur kos yang
merepresentasikan penghargaan sepakat pada waktu suatu aset diperoleh atau
pada saat pengukuran.
b. Jenis penghargaan

5
Masalah ini berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat. Dalam
transaksi pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai
bentuk sumber ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh pemeroleh aset.
Bentuk instrument mempengaruhi dasar penentuan kos utama. Pemerolehan aset
dapat terjadi dari transaksi atau kejadi yang melibatkan kas atau nonkas.
Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam sistem akuntansi,
penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Bila aset diperoleh
tanpa penghargaan, kos aset ditentukan atas dasar setara tunai atau kos tunai
terkandung aset yang diterima pada saat transaksi atau kejadian. Dasar
pengukuran kos untuk transaksi atau kejadian pemerolehan aset selain kas,
adalah :
- Kos dalam barter. Pengukuran aset yang diperoleh bergantung pada
apakah aset yang dipertukarkan sejenis atau tak sejenis. Prinsip – prinsip
penentuan kos aset yang diterima dalam barter atau pertukaran :
 Pertukaran tak sejenis tanpa pembayaran tombok
 Pertukaran tak sejenis dengan pembayaran tombok
 Pertukaran sejenis tanpa pembayaran tombok
 Pertukaran sejenis dengan pembayaran tombok
 Pertukaran sejenis degan penerimaan tombok
- Saham sebagai penghargaan. Pengukuran yang tepat adalah jumlah rupiah
uang tunai yang akan diterima oleh perusahaan seandainya perusahaan
menerbitkan saham – saham yang digunakan untuk penghargaan diatas.
- Kas dalam reorganisasi. Pengukuran kos didasarkan atas keadaan seakan –
akan perusahaan “baru berdiri”
- Hadiah atau hibah. Pengakuan kos yang wajar diperlukan untuk
menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba yang biasanya ditunjukkan oleh tingkat kembalian investasi

6
- Temuan. Diperlukan suatu pengukur baru kos atas dasar jumlah tunai
implisit. Pemerolehan aset melalui sumbangan ataupun temuan akan
menimbulkan tambahan modal pemegang saham.
- Kos dalam pembelian kredit. Dengan sistem kredit, nilai waktu uang
menjadi factor yang sangat penting dalam mengukur kos yang sebenarnya.
Kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit bukanlah berapa nilai kontrak
yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi berapa kos yang
sebenarnya pada saat transaksi. Pengukuran dilakukan dengan jumlah
rupiah uang tunai yang akan diterima seandainya surat berharga
diterbitkan atau dijual secara umum pada saat memperoleh aset.
- Potongan tunai dan keringanan. Mencatat harga yang sesungguhnya yang
harus dibayar dalam suatu transaksi.
- Rugi dalam pemerolehan aset. Kecuali karena hal – hal yang tidak normal
yang mengharuskan kos yang terjadi segera diakui sebagai rugi yang dapat
terjadi pada tahapan kegiatan usaha manapun, semua kos yang terjadi
merupakan aset atau merupakan bagian dari jumlah rupiah total aset
perusahaan paling tidak dalam beberapa aset.
C. Penilaian
Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek untuk menentukan
makna ekonomiknya dimasa lalu, sekarang, atau mendatang. Konsep dasar
kontinuitas usaha menempatkan aset sebagai sisa potensi jasa yang akan menjadi
upaya dalam menghasilkan pendapatan sehingga dasar penilaian yang paling
menggambarkan makna tersebut adalah kos historis.
1. Tujuan penilaian aset
Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi
semantic bagi investor dan kreditor, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan
tujuan pelaporan keuangan. Tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut
pos – pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan
menggunakan basis penilaian yang sesuai.
2. Konsep dan basis penilaian

7
Karena aset merupakan komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu,
basis pengukuran untuk menilai aset pada saat tersebut yang paling valid
adalah harga atau nilai pertukaran. Walaupun penyajian aset adalah untuk saat
tertentu dalam dimensi waktu dapat diletakkan sebagai titik sekarang, nilai
pertukaran yang dapat dijadikan basis penilaian dapat nilai pertukaran masa
lalu atau masa mendatang. Nilai pertukaran itu sendiri dapat dipandang dari
dua sisi yaitu pertukaran dalam pemerolehan (nilai masukan) dan pertukaran
dalam pemanfaat aset (nilai keluaran).
a. Nilai masukan
Nilai masukkan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau
dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk
dalam unit usaha. Beberapa dasar penilaian yang masuk dalam kategori
nilai masukkan adalah :
- Kos historis. Merupakan pengukur potensi jasa yang paling objektif
untuk pos aset yang baru diperoleh. Salah satu keunggulan kos historis
dari sudut konsep penilaian adalah dapat diuji hasil penilaian tersebut
karena kos historis terjadi dari hasil kesepatakan dua pihak yang
independen. Karena banyak factor dan kegiatan yang terlibat dalam
pemerolehan aset, unsur kos masukkan historis mana saja yang akan
membentuk kos yang merepresentasi kos actual ? beberapa konsep
kos masukkan historis diajukan sebagai jawaban atas masalah ini yaitu
kos bijaksana, kos standar, dan kos asal.
- Kos pengganti. Menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau
kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk
memperoleh yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang
setara. Beberapa alternatif penilaian lain yang masuk dalam kategori
nilai pengganti adalah nilai penaksiran, nilai wajar, dan nilai
terealisasi netto dikurangi laba normal.

8
- Kos harapan. Nilai pengorbanan ekonomik dimasa datang seandainya
potensi jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian dan
bukan sekaligus.
b. Nilai keluaran
Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya
(nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi
jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi.
Beberapa dasar penilaian yang dapat digunakan dan tiap – tiap pos aset
dapat dinilai menurut dasar yang paling sesuai dengan tujuan pelaporan
tiap pos tersebut, yaitu :
- Harga jual masa lalu. Merupakan salah satu bentuk khusus penilaian
yang disebut nilai terealisasi neto. Nilai terealisasi neto adalah seluruh
kas yang akhirnya berhasil diperoleh atau konversi piutang atau
penjualan barang dagangan sampai tuntas transaksinya.
- Harga jual sekarang. Didasari oleh konsep setara tunai sekarang. Nilai
ini menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat
direalisasikan dengan cara menjual setiap jenis aset dipasar bebas
dalam kondisi perusahaan melikuidasi (menjual) asetnya secara
normal.
- Nilai terrealisasi harapan. Penerimaan kas atau potensi jasa masa
datang yang jumlah waktunya cukup pasti. Untuk penilaian sekarang
suatu aset, nilai terealisasi harapan harus didiskun menjadi nilai
terealisasi harapan sekarang atau penerimaan kas/potensi jasa masa
datang diskunan.
c. Kos atau pasar yang lebih rendah
Merupakan kombinasi nilai masukan dan nilai keluaran. Penggunaan
konsep ini didasari oleh konsep dasar konservatisma. Konservatisma
dalam penilaian aset mempunyai implikasi konservatisme dalam
penentuan laba dalam statemen laba – rugi. Dengan menurunkan nilai aset
(khususnya sediaan barang) pada akhir suatu periode akibat turunnya

9
harga atau selera, laba bersih akan menjadi lebih kecil. Secara teoritis
penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah mempunyai banyak
kelemahan sehingga banyak mengundang kritik.
3. Penilaian menurut FASB
a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik dan
kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah
rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos
historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah
didepresiasi atau diamortisasi.
b. Current cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau
penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus
dikorbankan kalau aset tertentu yang sejenisnya diperoleh sekarang.
c. Current marker value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga
disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset
tersebut dalam kondisi perusahaan normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai
pasar ini biasanya juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku
dijual dibawah nilai bukunya.
d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan
barang disajikan sebesar nilai terrealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas
atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut
dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi
aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
e. Present value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang
disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas dimasa mendatang sampai
piutang terlunasi (dengan tariff diskun implisit) dikurangi dengan
tambahan kas yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan
tersebut.

10
D. Pengakuan
Satu jumlah rupiah atau kos di akui sebagai asset apabila rupiah tersebut timbul
akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi asset. Pada umumnya
pengakuan asset dilakukan bersama deengan adanya transaksi, kejadian, atau
keadaan tersebut . di samping memenuhi defenisi aset kriteria keterukuran
keberpatuan dan keterandalan harus di penuhi pula. Dengan mengutip sterling,
Belkaoui (1993, hlm. 194-195)menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi
cukup ( sufficient) yang merupakan penguji (tests) yang cukup rinci untuk
mengakui aset yaitu:
1. Deteksi adanya aset (detection of existence test) . untuk mengakui aset, harus
ada transaksi yang menandai timbulnya aset.
2. Sumber ekonomis dan kewajiban ( economic resources and obligation test).
Untuk mengetahui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang
langka, dibutuhkan, dan berharga.
3. Kerkaitan dengan entitas (enityy association test). Untuk mengakuin aset,
kesatuan usaha mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai ( non-zero magnitudetest) untuk mengetahui aset, suatu objek
yang harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui
aset, semua penguji di atas, semua penguji harus di npenihi pada tanggal
pelaporan (tanggal neraca)
6. Verifikasi ( verification test). untuk mengetahui aset , harus ada bukti
pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Apa yang di kemukakan Belkaoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut
dengan kaidah pengakuan ( recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau
prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan ( recognition criteria) FASB
yaitu definisi , keterukuran, keberpatuan dan keterandalan. Kaidah tersebut
diperlukan karna kriteria pengakuaan tempatnya konseptual dan umum. Penerapan
kaidah pengakuan diatas sebenernya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos

11
dikapitalisasi (capitalized) atau biaya ( expensed). Bila kaidah pengakuan diatas
tidak di penuhi, kos harus diperlakukan menjadi beban pendapatan sebagai biaya
atau rugi.
a. Beban tangguhan
Untuk beberapa kasus, pelaksaan kaidah si atas menjadi pelik karena
karakteristik unit kos yang terlibat menyebabkan keraguan . Diperlakukan
sebagai aset meragukan karna manfaat ekonomis masa depan tidak cukup pasti
sememtara diperlukan sebagai biaya atau bdi bebenkan ke pendapatan tahun
terjadinya juga tidak pas karna asosiasi dengan pendapatan sulit untuk
ditentukan. Diperlukakan sebagai rugi juga tidak dapat karna kos
mereprensentasi upaya yang sah dan wajar. Kesulitan semacam ini
menimbulkan praktik bahwa kos-kos semacam itu (kos organisasi, riset dan
pengembangan dan pengembasangan). Paton dan Littleton (1970) sangat
mengkritik penggunaan istilah tangguhan inin karna secara konseptual semua
aset ( yang dipresentasi dengan kos)merupakan beban tangguhan. Lebih baik
kalo pos terebut diberinama yg sesuai dengan sifatnya dan di sajikan secara
terpisah dengan pos-pos aset lainya. Kaidah untuk menetapkan apakah suatu
kos memenuhi syarat untuk ditangguhkan npembebanannya kependapataan
disajikan dalam Gambar 6.8 dihalaman berikut kaidah ini merupakan
penyerdahaan dari enam kaidah yang dijelakan diaatas.
Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menumbulkan masalah
penangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang melibatakan transaksi
kejadian atau keadaan berikut.
 Sewaguna
 Bunga selama masa konstruksi aset tetap
 Riset dan pengembangan
 Eksplorasi minyak dan gas bumu
 Rugi relisih kurs valita asing atau penjabaran valuta asing
 Sumber daya manusia

12
 Kos organisasi.
b. Sewaguna
Sewaguna ( lease) menimbulkan masalah pelik dalam pengakuaan aset karna di
Amerika pada mulanya sewaguna digunakan sebagai sarana pemerolehan aset
tetap atau aset tetap atua fasilitas fisis tanpa harus menunjukan hutang yang
timbul dsari pemerolehan tersebut. Dangan kata lain, sewaguna diperlukan
sebagai sewamenyewa bisa sehingga jumlah rupiah sewa yang dibayarkan
diperlakikan sebagai sewa. Praktik semacam ini disebut dengan pendanaan
lapas-neraca (off-balance-sheet financing), dipandang tidak sehat dari segi
pelapiran keuangan karna dapat utang yang cukup besar yang tidak dilaporkan
dalam neraca.
Oleh karna itu, dengan konsep dasar subtansi diatas bentuk ( substance over
form), FASB mewajibkan untuk mengakui dan melaporkan kewajiban yang
timbul dari sewaguna dan mengakui (mengkapitalisassi) fasilitas yang
disewagu8ma sebagai naset perusahaan kalao secara subtensif perjanjian sewa
guna tersebut sebensarnya merupakan pembelian angsuran. Yang jadi bmasalah
adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinytakan
sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan empat kriteria berikut ini
(SFAS NO. 13, prg. 7)
 Kontrak sewaguna menye butkan adanya transfer hak milik barang atau
properitas ( property) kepada tersewaguna ( lassee) pada akhir sewaguna.
 Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk
membeli np-ada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan
harga tersebut cukup murah sehingga dapat dipastikan dimuka bahwa
tersewaguna akan memilih membeli properitas bersangkutan. Pasal semacam
ini disebut bargain purchaseoption.
 Jangka sewaguna adalah 75% batau lebih dari sisa umur ekononis taksiran
properitas sewagunaan sejak penandatanganan kontrak kurang dari 25%umur
ekonomis total, kriteria ini tidak berlaku.

13
 Pada saat pendatangan kontrak sewaguna. Nilai sekarnag semua pembayaran
sewaguna minimum selama jangka sewaguna minimum selama jangka
sewaaaguna adalah sama atau lebih besar dari 90% nilai wajar bersih dari
pesewaguna adalah nilai wajar dipandang dari sudut pesewaguna setelah
dikurangi dengan kredit pajak investasi (invest meni tax credit), kalau ada,
yang menjadi hak pesewaguna.
c. Kos bunga
Telah disebutkan bahwa kos suatu aset adalah semua pengeluaran (menjadi
unsur kos) yang diperlukan untuk menyiapkan aset tersebut sampai siap dipakai
atau di konsumsi sebagaimana direncanakan (intended use). Maslah yang
berkaitan dengan hal ini adalah perlakuan kos bunga sebagai unsur fasilitas fisis
(gedung atau pabrik) yang dibangun sendiri. Bila kesatuan usaha membangun
sendiri fasilitas fisis dengan dana pinjaman dan pembangunannya memakan
waktu yang cukup lama, masalahnya adalah apakah kos bunga selama masa
pembangunan /kontruksi dapat dikapitalisasi.
FASB mnyebutkan bahwa tujuan mengkapitalisasi kos bunga adalah untuk
mendapatkan angka kos pemerolehan yang paling merefleksi investasi total
kesatuan usaha dalam aset dan untuk membebankan suatu kos yang berkaitan
dengan pemerolehan suatu sumber ekonomis yang akan memberi manfaat
dimasa datang untuk untuk ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan
oleh manfaat tersebut. Tujuan terakhir dimaksudkan agar terjadi penandingan
yang tepat terutama bila waktu pembangunana atau priode pemerolehan
(acquisition period) cukup lama. Akan tetapi, kapitalisasi kos bunga hanya di
lakukan apabila manfaat informasi melebihi kos penyediaan informasi (kos
administrasi dalam mengkapitalisasi bunga).
 Argument pendukung
Beberapa argument diajukan untuk mengajukan kaputalisasi kos bunga.
Argument-argumen tersebut adalah

14
1. Dengan kesiapan pemakaiian atau penggunaan (readiness for intended)
sebagai batas kegiatan batas kegiatan pengukuran kos aset. Kos bunga
jelas merupakan unsur kos set. Hal ini sejalan dengan argumenyang
ditunkan FARB(SFASN0. 34, prg. 40).
2. Bila kesatuan usaha tidak membangun sendiri fasilitas fisis bersangkutan,
penghargaan sepakatan sebagai kos pemerolehan pada umumnya
termasuk pula bunga yang harus dibayar oleh kontraktor selama
pembangunannya.
3. Pembedaan kos bun ga langsung pendapatan selama masa konstruksi
(priode pemerolehan) akan mendistorsi laba terutama kalau kontruksi di
danai ndari pinjaman khusus untuk keperluan tersebut.
4. Kos bunga selama masa pembangunan bukan merupakan kos pendanaan
(financing cost) karna bkalo pendanaan di danai dari penerbitan ekuitas
baru, kos pendanaan secara konseptual tetep terjadi dan digeser ke
pemegang saham dalam bentuk dividen yang pembayaran mungkin
ditunda sampai pembayaran selesai.
 Argument penolak
Beberapa argumean penolak dikapitalisasi bunga. Penolakan tersebut
didasarkan atas argument-argumen tersebut.
1. Bunga lebih merupakan kos pendanaan daripada unsur kos aset karna
perusahaan sebenernys dapat menghindari bunga tersebut dengan
memilih alternatif pendanaan deaangan akuitas. Hal ini ndi bantah
dengan argumen pendukung 4 diatas.
2. Dengan konsep nilaisetara tinai (cash equivalent) atau nilai sekarang
aliran kas diskunan(discounted future cash outflows) dalam mengukur
kos suatu aset. Kos pemerolehan suatu fasilitas fisis seharusnya tidak di
pengaruhi noleh kebijakan pemilihan secara pendanaan
pembangunannya.

15
3. Dengan konsep kesatuan usaha, bunga lebih bermakna sebagai
pembagian laba(setara dengan dividen) daripada sebagai upaya (effort)
untuk bmemperoleh pendapatan.
4. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos
pemerolehan aset, alokasi kos bunga kessemua aset non moneter hannya
akan kecil pengaruhnya terhadap laba priodik karna jumlah yang
dikapitalisasi dalam satu priode akan dikompensasi dengan amortisasi
bunga dikapitalisasi pada priode-priode sebeliumnya
 Alternatif perlakuan
Berbagai argument yang mendukung dan menolak di atas akhirnya
menghasilkan sebagai kemungkinan perlakuan kos bunga selama masa
pembangunan .Beberapa alternatif perlakuan adalah
1. Bunga tidak dikapitalisasi dan diperlukan sebagai biaya priode
2. Bunga dikaputalisasi dan dimasukkan sebagian bagian dari kos fasilitas
fisis yang dibangun dari.
3. Baunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen kos
fasilitas fisis yang dibangun sendiri.
 Jumlah rupiah kaputalisasi
Tiap alternative jumlah rupiah bunga yang harus dikapitalisasi didasrkan atas
argumenatau dasar pikiran yang dibahas dibawah ini
Alternatif (2a) didasarkan pada argument bagwa bunga merupakan elemen
kos konstruksi tetapi hanya bunga yanag memang benar-benar dibayar untukn
dana khusus tersebut yang menunjukkan unsur kos pemorolehan aset
Alternatif (2b) berusaha untuk mengatasi kesulitan dalam usulan pertama.
Dasar pikirannya adalah bahwa semua utang di anggap digunakan untuk
ninvestasi dalam pembangunan sarana fisis
Alternative (2c) mendasarkan ddiri dari asumsi bunga bahawa bunga seluruh
dana yang tertanam dalam perusahaan merupakan kos ekonomik.

16
 Standar yang mengatur
Secara konseptual memang layaklah kalau kos bunga selama konstruksi
dikapitalkisasi tapi perilu ada syarat-syarat yang harus di penuhi nyang
berkaitan dengan jenis aset yang dapat dilekati kos bunga, besaarnya kos
bunga ayag dikapitalisasi dan priode kapitalisasi.
 Aset memenuhi syarat
Salah satu fatkor yang harus pertimbangkan adalah manfaat yang dapat
diproleh dengan adanya kapitalisasi tersebut dibandingkan dengan
mengurangkan langsung kos bunga sebagai biaya priode terjadinya.
Kapitalisasi bunga hendaknya dilakukan hanya untuk aset yang memenuhu
syarat:
1. Aset yang dibangun atau di produksi untuk digunakan sendiri oleh
perusahaan ( termasuk aset yang dibangun atau di produksi oleh pihak lain
atas pesanan atas perusahaan dan untuk pesanan atau kontrak tersebut
perusahaan melakukan pembayaran uang maka atau pembayaran tersebut
atas kemajuan pekerjaan pembangunan aset bersangkutan)
2. Aset dibangun atau diproduksi dengan tujuan untuk menjual sebagai satu
unit atau projek yang berdiri sendiri terpisah dari orijek atau kegiatan
oprasi lainnya(misalnyakapal, kawasan industry, aset areal, jembatan atau
semacamnya).
3. Investasi jangka panjang (akuitas, pinjaman, dan penanaman kas) yang
diperlukan dengan metode akuitas sementara investasi (investee) dengan
melaksanakan kegiatan pembangauanan fasilitas fisis asalkan kegiatan
atersebut menggunakan dana investasi itu untuk memperoleh fasilitas fisis
tersebut.
 Besarnya kapitalisasi bunga
Besar bunga yang harus dikapitalisasi adalah bagian dari kos bunga yang
terjadi selama priode-priode pemerolehan aset yang secara teoretis dapat di

17
hindari seandainya kesatuanusaha tidak membangun fasilitas fisis byang
bersangkuatan.
 Priode kapitalisasi
Priode kapitalisasi dimalai ketika tiga kodisi berikut di penuhi
a. Pengeluaran untuk pembangunana aset telah dilakukan atau terjadi
b. Kegiatan –kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan
sampai siap dipakai masih berlangsung.
c. Kos bunga telah terhimpun (accrued) atau terjadi bersamaan dengan
berjalannya aset.
 Pengungkapan
Standar akuntansi kapitalisasi bunga juga menentukan informasi tambahan
yang harus diungkapkan dalam laopran keuangan. Agar statemen tetap
informatif, hal-hal berikut ini harus di ungkapkan sebagai penjelasan
statemen keuangan.
a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi
selama perioda dan di bebankan sebagai biaya tersebut.
b. Bila sebagai kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang aterjadi dan bagian
yang di kapitalisasi
E. Penyajian
Secara umum prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian
pengungkapan aset sebagai berikut
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca bermanfaat akun atau dibagin
atas dalam neraca bermanfaat laporan
2. Aset diklarifikasi menjadi aset lancar dan tetap
3. Aset diturunken penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya yang
paling lancar dicantumkan pada urutan pertama
4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus di ungkapkan
( misalnya metode depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sedia barang).

18
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi semantik berupa posisi keuangan
dan merepresentasi potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa. Secara resmi aset didefinisi sebagai manfaat ekonomik masa
datang yang cukup pasti yang dikuasai oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau
kejadian masa lalu.
Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya
yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam
upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi,
produksi, dan pertukaran.
Penugasan harus didahului oleh transaksi atas kejadian ekonomik. Bahwa aset harus
timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Manfaat ekonomik dan penugasan atau hak atas
manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha
untuk dilaporkan via statemen keuangan. Kriteria pengakuan yang lain harus dibedakan
dengan pengakuan aset. Kriteria manfaat masa datang yang cukup pasti dalam definis aset
menjadikan terjadinya pengeluaran yang menjadi kos mengalami masalah teknis yaitu
dicatat sebagai aset atau biaya.
Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu pos aset
pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada tanggal tertentu.
Tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan
tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Penilaian
dapat didasarkan pada nilai masukkan atau keluaran bergantung pada tujuan
merepresentasikan aset. Oleh karena itu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan dan
kelemahan serta kondisi keterterapannya.
Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang
mengatur tiap pos aset. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya berkaitan
dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi,
kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi ketiga.


Yogyakarta: BPFE, 2014

20

Anda mungkin juga menyukai