PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana definisi dari kehamilan ektopik terganggu ?
2. Bagaimana etiologi dari kehamilan ektopik terganggu ?
3. Bagaimana manifestasi dari kehamilan ektopik terganggu ?
4. Seperti apa patofisiologi dari kehamilan ektopik terganggu ?
5. Apasaja manifestasi dari dari kehamilan ektopik terganggu ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang nya dari kehamilan ektopik terganggu
?
7. Apaaja penatalaksaan dari kehamilan ektopik terganggu ?
8. Apasaja komplikasi dari kehamilan ektopik terganggu ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari kehamilan ektopik terganggu ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari kehamilan ektopik terganggu
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari kehamilan ektopik terganggu
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi dari kehamilan ektopik
terganggu
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa patofisiologi dari kehamilan ektopik
terganggu
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi dari dari kehamilan ektopik
terganggu
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang nya dari kehamilan
ektopik terganggu
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan dari kehamilan ektopik
terganggu
8. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari kehamilan ektopik
terganggu
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dari kehamilan ektopik
terganggu
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teorikonsep
2.1.1 Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik
terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebutmakakehamilaninidisebutkehamilanektopikterganggu.Kehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi
implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus
yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2011)
3
2.1.2 Etiologi
1. Factor uterus
a. Tumor rahim yang menekan
b. Uterus hipoplatis
2. Factor tuba
a. Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
b. Tuba sempit panjang dan berlekuk – lekuk
c. Operasi dan sterisasi tuba yang tidak sempurna
d. Endometriosis tuba
e. Tumor lain yang menekan tuba
3. Factor ovum
a. Perlekatan membrane granulose
b. Migrasi eksterna dari ovum
c. Migrasi internal dari ovum
4. Factor hormonal
Pemakaian pil KB yang hanya mengandung progesterone dapat
mengakibatakan gerakan tuba yang lambat
5. Factor abnormal dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh terlalu cepat atau
tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, dan tumbuh di saluran tuba .
2.1.3 Klasifikasi KET
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
4
e. Fimbrae
2. Uterus
f. Kanalis servikalis
g. Divertikulum
h. Kornu
i. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
a. Intraligamenter
b. Abdominal
c. Primer
d. Sekunder
e. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
2.1.4 Patofisiologi
5
kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan.
Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel
epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi
lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut
sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan
ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan
akan terkompromi.Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik
adalah :
6
Pathway
Terjadi
Faktorpresdisposisi Proses pembuahan menstruasi haid
1. Faktor tuba
2. Faktor uterus Hasil konsepsi mati di di
Tumbuh di
3. Faktor ovum
saluran tuba reabsorbsi
4. Faktorhormon
Rupture dinding
tuba
Abortus kedalam
lumen
Trauma ringan koetus
dan pemeriksaan vaginal
Terjadi perdarahan
karena pembukaan Terjadi perdarahan Operasi Ansietas
pembuluh darah
lehvilikurialis
Resikosyok
Pelepasan tidak
sempurna
Tuba membesar
dan kebiruan
Kekurangan
volume cairan
Nyeri
7
2.1.5 Manifestasi klinis
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10. Pembesaran uterus
2.1.6 Penatalaksanaan
Pembedahan
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih
besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.Bila kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi
definitif adalah pembedahan:
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-
hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung
8
gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
2.1.7 Komplikasi
1 Perdarahan
2 Infeksi
3 kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah
besar)
2.1.8 Pencegahan
9
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
2.2.1 Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
a. Riwayat terlambat haid
b. Gejala dan tanda kehamilan muda
c. Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d. Terdapat aminore
e. Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Mulut :bibir pucat
Payudara :hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen :terdapat pembesaran abdomen.
Genetalia :terdapat perdarahan pervaginam
Ekstremitas :dingin
2. Palpasi
Abdomen : Uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK,nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
4. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
10
3. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
4. Daerah ujung (ekstremitas) dingin
5. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya
tandatanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri
tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
6. Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
7. Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah,
nyeri saat perabaan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemi b.d perdarahan
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasif d.d tindakan infasif
2.2.3 Intervensi
11
infeksi penyembuhandidaerahsyat
2. Mengidentifikasi an
factor resikoinfeksi 3. Bersihkandaerahsekitarsay
3. Mengetahuiperilak atandenganpembersihan
u yang yang tepat,
berhubungandenga 4. Bersihkanmulaidari area
nresikoinfeksi yang bersihkearea yang
4. Mengidentifikasire kurangbersih
sikoinfeksidalamak 5. Monitor
tivitassehari-hari sayatanuntuktandadangeja
5. Monitor factor lainfeksi
dilingkungan yang
berhubungandenga
nresikoinfeksi
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Faktor mekanis
2. Faktor fungsional
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum
ydibuahi.
4. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I.
Media Aesculapius FKUI
14