Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Pengembangan Masyarakat dan Pengorganisasian Masyarakat

“DIFUSI INOVASI ”

Dosen Pengampu: Restu Yuliani, M.Kes

Disusun Oleh

Kelompok 7

Fanny Van Deyli (0801172232)


Fikha Syra Utami (0801172225)
Hasri Ainun Lubis (0801172224)
Tiva Saptari (0801172218)
Winni Azwan Pratama (0801172231)

5 – IKM 5

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Tahun Ajaran 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas penyertaan-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah
Sosiobudaya Masyarakat Pesisir dan membahas tentang “Difusi Inovasi” yang sering
dijumpai dalam kehidupan kita.
Makalah ini kami harapkan dapat memberikan ilmu atau pengetahuan tentang
kelompok-kelompok sosial, juga kami harapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, rekan
mahasiswa, serta Dosen.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
terutama dari segi penulisan, kata-kata. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih.

Medan, 20 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3


A. Pengertian Difusi Inovasi .................................................................................................. 3
B. Sejarah Perkembangan Difusi Inovasi ............................................................................. 3
C. Proses Difusi Inovasi ........................................................................................................ 4
D. Elemen – elemen Pokok Difusi Inovasi .......................................................................... 6
E. Tahapan – tahapan Proses Pengambilan Keputusan Inovasi ..................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12


A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

BAB IV LAMPIRAN ............................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia dengan akalnya telah dapat menunjukkan kelebihan anugrah Tuhan dengan
kemampuannya menciptakan berbagai macam sarana yang dapat digunakan untuk
menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan lingkungannya untuk kemajuan dan
kesejahteraan hidupnya.
Pada mulanya ada tiga hal yang menjadi dasar kebangkitan kemajuan kehidupan umat
manusia yaitu diciptakannya bahasa tulis kira-kira lima atau enam ribu tahun yang lalu,
disusul dengan kemampuan mengoperasikan hitungan sederhana kira-kira seribu tahun
kemudian dan diciptakannya mesin cetak sekitar lima ratus tahun yang lalu.
Media merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan
komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada
pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya.
Efek Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan
unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta
berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada massa lampau. Tanpa sadar media massa
telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang baru dan mulai menentukan
pola pikir serta perilaku masyarakat.
Hasil kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia, tetapi kemajuan dan perubahan ini terkadang banyak orang
yang masih belum mau menerima apalagi melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang
menyadari bahwa sesuatu yang baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau
menerima dan mau menggunakan atau menerapkannya.
Dari permasalahan ini ternyata memang ada jarak antara mengetahui dan mau
menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut. Maka dalam
proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana cara untuk mempercepat
diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran penyebaran inovasi). Untuk memecahkan
masalah tersebut maka difusi inovasi menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat
dan dipelajari secara mendalam.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan diatas, rumusan masalah dari difusi inovasi adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari difusi inovasi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan difusi inovasi ?
3. Bagaimana proses difusi inovasi ?
4. Apa saja elemen-elemen difusi inovasi ?
5. Bagaimana tahapan dan proses pengambilan keputusan difusi dan inovasi ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan dari makalah difusi inovasi adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari difusi inovasi
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan difusi inovasi
3. Untuk mengetahui bagaimana proses difusi inovasi
4. Untuk mengetahui apa saja elemen-elemen difusi inovasi
5. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dan proses pengambilan keputusan difusi dan
inovasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Difusi Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983)
mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran
tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process
by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the
members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis
perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial.

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu
atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau
benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya
tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda
tersebut.

Dari kedua padanan kata di atas, maka Difusi Inovasi adalah suatu proses penyebar serapan
ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi
secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun
waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok
anggota dari sistem sosial.

Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan,
tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem
sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat.1

2.1 Sejarah Perkembangan Difusi Inovasi

Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903,
ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S
(S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu

1
S. Dilla. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Simbiosa. Bandung.hlm 74

3
inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu.2 Pada kurva
ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang
lainnya menggambarkan dimensi waktu.

Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan


kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s
S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-
shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus
kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil
penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil
penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah
satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the
agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative
basis over time.”

Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi
atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti
dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori
Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation
(1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A
Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation
Diffusion: A New Perpective (1981).3

2.3 Proses Difusi Inovasi

Proses Difusi Inovasi

Difusi inovasi didefinisikan sebagai suatu proses dikomunikasikannya inovasi kepada


petani dalam suatu sistem sosial tertentu, melalui saluran tertentu, dalam suatu dimensi waktu
tertentu pula. Difusi inovasi merupakan salah satu bentuk proses komunikasi antara pihak
pengirim dan penerima informasi, sehingga dicapai pengertian yang sama mengenai

2
Totok Mardikanto. 2010. Komunikasi pembangunan. Surakarta: UNS Press hlm 149
3
Ibid hal 149

4
informasi yang dikomunikasikan. Dalam hal difusi inovasi informasi yang dikomunikasikan
mengacu kepada adanya pemikiran baru yaitu inovasi sendiri.4

Proses difusi dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk perubahan sosial, apabila
suatu ide baru ditemukan , didifusikan, diterima/ditolak oleh petani, mengakibatkan
munculnya akibat-akibat tertentu, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi perubahan sosial
pada sistem sosial ditempat tinggal petani.

Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit yang pada
dasar dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : Invensi, difusi, dan konsekuensi-
konsekuensi Wayne Romable (1984) menyatakan bahwa difusi inovasi dapat dipandang
sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu
penyuluh pertanian dan pemimpin.

Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku,
faktor yang mendorong dan menghambat perubahan. Perolehan sesuai pendapat Leagans
(1971) tertera pada gambar berikut :

Pengambilan Keputusan Difusi

Dari segi pengambil keputusan proses difusi, dikenal dua sistem difusi :

1. Sistem difusi tersentralisasi.

Keputusan mengenai dilakukannya proses difusi, siapa yang harus melalukan evaluasi
proses difusi, serta saluran apa yang digunakan, dilakukan sekelompok orang yang
merupakan bagian dari pihak atau instansi yang menghendaki adanya perubahan.

2.Sistem difusi desentralisasi

Keputusan-keputsan tersebut diambil oleh para petani. Pilihan sistem mana yang akan
diambil tergantung pada tujuan difusi, ciri inovasi yang akan didifusikan, serta tingkat
kemampuan petani dalam mengambil keputusan5

Menurut Rogers, proses difusi inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu:

4
Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm : 34
5
Ibid hal 36

5
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge), tahap ini berlangsung, bila seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, membuka diri terhadap adanya suatu inovasi serta
ingin mengetahui bagaimana fungsi inovasi tersebut.
2. Tahap Bujukan (Persuasion), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap menyenangi atau tidak
menyenangi terhadap inovasi.
3. Tahap Keputusan (Decision), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, melakukan aktivitas yang mengarah kepenetapan
untuk memutuskan menerima atau menolak inovasi.
4. Tahap Implementasi (Implementation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau
unit pengambil keputusan yang lain, menerapkan atau menggunakan inovasi.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang
telah dibuatnya. Pengambil keputusan dapat menarik kembali keputusannya jika
ternyata diperoleh informasi tentang inovasi yang bertentangan dengan informasi
yang diterima terdahulu.6
7

2.4 Elemen Elemen Difusi Inovasi

Menurut Rogers (Ibrahim, 1988:60 ) terdapat 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu :

6
Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm : 36
7
Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta

6
1. Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil discovery maupun invensi diadakan guna
mencapai tujuan. Sesuatu yang baru, kata Baru disini mengandung ketidaktentuan
(uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu
yang tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan
sebagainya.
Dengan adanya informasi, maka akan mengurangi ketidaktentuan tersebut, karena
dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu. Contoh : inovasi
KB, maka orang yang mengamati KB sebagai sesuatu yang baru, berarti KB bagi orang itu
masih serba tidaktentu. Dengan memperoleh informasi tentang KB, maka informasi tersebut
mengurangi ketidaktentuan bagi orang tersebut. Sehingga, orang tersebut makin mempunyai
kepastian tentang KB.
Suatu inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-
invention) atau modifikasi, dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya
sekedar menerima apa yang diberikan. Komunikasi merupakan salah satu elemen yang tidak
dapat ditinggalkan dalam proses difusi inovasi.8
2. Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar warga
masyarakat, sehingga terjadi saling pengertian satu sama lain. Komunikasi dengan tipe
khusus yaitu difusi, yang menggunakan sesuatu hal baru (inovasi) sebagai bahan informasi.
Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencangkup : a) suatu inovasi; b) individu atau
kelompok yang telah mengetahui dna berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau
kelompok yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang menggabungkan antara
kedua belah pihak tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya
mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada
seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi
itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
Saluran komunikasi sebagai media/alat untuk menyampaikan pesan dari satu orang ke
orang lain. Diperlukan ketepatan dalam pemilihan atau penggunaanya, sehingga proses

8
Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta

7
komunikasi menjadi efektif. kondisi kedua belah pihak yang berkomunikasi akan
mempengaruhi pemilihan dan penggunaan saluran komunikasi. Contoh : saluran media massa
seperti televise, radio, surat kabar, dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan
informasi dari seseorang kepada sekelompok orang tertentu. Sedangkan saluran interpersonal
(antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga agar
menerima inovasi. Saluran interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah kelompok.
Komunikasi interpersonal dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu kesamaan (asal
daerah, bahasa, kepercayaan, dsb) antar orang yang berkomunikasi, akan lebih efektif untuk
membujuk atau mempengaruhi seseorang untuk menerima sebuah inovasi. Karena
berdasarkan hasil kajian dalam proses difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara
obyektif berdasarkan kajian ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective berdasarkan
informasi yang diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu mengetahui dan menerima
inovasi. Pada kenyataanya dalam proses difusi justru keadaanya berlawanan (heterophily).
Perlawanan-perlawanan antar individu tersebut dapat diatasi jika ada emphaty yaitu
kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan
orang lain.9
3. Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi, karena waktu adalah aspek
utama dalam komunikasi. Waktu merupakan aspek dari Setiap kegiatan yang dilakukan.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu :
a. Proses keputusan inovasi
Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan
untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam proses keputusan inovasi,
yaitu : i) pengetahuan tentang inovasi; ii) bujukan atau himbauan; iii) penetapan atau
keputusan; iv) penerapan (implementasi); v) konfirmasi (confirmation). Dimana peranan
elemen waktu tampak dengan adanya urutan waktu pelaksanaan dari ke 5 tahap diatas.
Periode waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses
keputusan inovasi berlangsung, melalui 5 tahap diatas. Namun, ke- 5 tahap tersebut tidak
semunya terlalui, karena mungkin terjadi perkecualian. Contoh, seseorang memutuskan
menerima inovasi tanpa melalui tahap himbauan.
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi

9
Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta

8
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima inovasi dalam
waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu, artinya ada yang dahulu
ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu secara relative lebih peka terhadap
inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir.
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan terlambatnya
menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori penerima inovasi dalam
suatu sistem sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas
akhir, dan (e) terlambat (tertinggal).
Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk ideal, berdasarkan
observasi dari kenyataan dan didesain sebagai bahan perbandingan antar warga masyarakat
(anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk ideal tersebut sebagai petunjuk perencanaan
kegiatan penelitian serta dapat juga dipakai sebagai bahan kerangka acuan analisa hasil
penelitian.
c. Kecepatan penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi oleh
warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga masyarakat menerima
suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif berdasarkan waktu, maka hasilnya
akan berupa kurva yang berbentuk – S ( bentuk kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65).
Bagan tersebut menunjukkan bahwa pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima
inovasi dalam tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah
innovator. Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin banyak
orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi mendatar,
menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses difusi selesai, artinya
semua warga masyarakat telah menerima inovasi.
Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan
untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima
inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan
tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi
secara individual. Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan
kecepatan penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan kecepatan
penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi sistem sosial tertentu.10

10
Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta

9
4. Sistem Sosial
System social adalah hubungan (interaksi) anatr individu atau unit dengan bekerja
sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan. anggota system social dapat
individu, organisasi, kelompok, dan sub system lainya yang saling pengertian dan memberi
hubungan timbale balik. Misalnya : petani di desa, para dosen dan karyawan di perguruan
tinggi, dan sebagainya. Individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi
sebuah difusi inovasi.11

2.5 Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Difusi Inovasi

Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat


seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses
pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang/individu berlalu dari
pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap
inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan
mengukuhkan terhadap keputusan inovasi. Pada awalnya Rogers (1983) menerangkan bahwa
dalam upaya perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu perilaku yang baru, terjadi
berbagai tahapan pada seseorang tersebut, yaitu:
1. Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat suatu
inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
2. Tahap Interest (Keinginan), yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang
membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai
tertarik pada hal tersebut.
3. Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak
atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi.
4. Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah
dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
5. Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan
putusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut.
Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera setelah suatu
inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh
lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers (1983) merevisi kembali teorinya

11
Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta

10
tentang keputusan tentang inovasi yaitu: Knowledge (pengetahuan), Persuasion (persuasi),
Decision (keputusan), Implementation (pelaksanaan), dan Confirmation (konfirmasi).
1. Tahap pengetahuan.
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu
informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran
komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media cetak, maupun komunikasi
interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Karakteristik sosial-ekonomi, (2)
Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola komunikasi.
2. Tahap persuasi.

Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail mengenai
inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna.
Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1)
Kelebihan inovasi, (2) Tingkat keserasian, (3) Kompleksitas, ( 4) Dapat dicoba dan (5)
Dapat dilihat.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang keuntungan/kerugian
dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak
inovasi.
4. Tahap implementasi.
Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda tergantung pada
situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari
informasi lebih lanjut tentang hal itu.
5. Tahap konfirmasi.
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas
keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah
keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.12

12
Totok Mardikanto. 2010. Komunikasi pembangunan. Surakarta: UNS Press hlm 149

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Dilla, S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Simbiosa. Bandung.


2. Mardikanto, Totok. 2010. Komunikasi pembangunan. Surakarta: UNS Press
3. Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan
Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta.
4. Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.

13
BAB IV
LAMPIRAN

STUDY KASUS

DIFUSI INOVASI PROGRAM E-HEALTH DI PUSKESMAS

KALIJUDAN SURABAYA

E-health merupakan penerapan e- government dalam pelayanan publik dibidang


kesehatan. Diadopsikannya e- government dalam pelayanan kesehatan ini bertujuan untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi. Dimana pengguna pelayanan
kesehatan terus meningkat setiap tahunnya dan semakin banyaknya hambatan serta
permasalahan yang terjadi di pelayanan kesehatan.

Permasalahan utama yang mendasari munculnya E-Health adalah:

1. Volume antrean di puskesmas maupun rumah sakit selalu padat setiap hari kerja,
jumlah pasien puskesmas rata-rata per hari 100 s.d. 300 pasien dan jumlah pasien
rumah sakit rata-rata per hari 500s.d. 1000 pasien;

2. Untuk sekali pendaftaran di loket puskesmas dan rumah sakit, pasien memerlukan
waktu rata-rata 1,5 menit, sementara untuk sekali tindakan di puskesmas dan
rumah sakit waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 5 s.d. 30 menit
tergantungtindakan yang dibutuhkan; dan

3. Pelayanan rujukan pasien kurang maksimal dari segi waktu karena masalah
administrasi seperti data pasien, dan validasi data. Kelompok yang terpengaruh
umumnya adalah orang miskin, buta huruf, penyandang cacat, dan manula yang
membutuhkan pelayanan kesehatan murah.

E-Health adalah solusi bagi permasalahan volume antrean pasien pada setiap hari
kerja. Selama ini warga harus mengantre lama, sebelum dimulainya jam kerja di
puskesmas maupun rumah sakit. Tak jarang warga meletakkan barang- barangnya seperti
helm sebagai penanda urutan antrean mereka. Melalui e-Health, warga tidak perlu lagi
repot mengantre terlalu dini di puskesmas maupun rumah sakit. Cukup terhubung dengan
koneksi internet dan mengakses aplikasi e- Health, warga bisa mendaftar ke puskesmas
atau rumah sakit dan bisa datang berobat sesuai jam yang tertera di nomor antrean. Hal

14
tersebut lebih efisien terutama untuk masyarakat kurang mampu, buta huruf, penyandang
cacat, dan manula yang memiliki akses kesehatan dan akses informasi terkait kesehatan
yang terbatas. Warga yang tergolong kelompok tersebut tinggal mendatangi kantor
kecamatan/kelurahan terdekat dengan lokasi tempat tinggal untuk menghubungi petugas
yang memang sudah disiagakan membantu warga yang ingin melakukan registrasi melalui
aplikasi e-Health. Pelayanan e-Health digagas oleh Pemko Surabaya melalui SKPD, yaitu
Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit dan Dinas Kominfo selaku leading sector di
bidang pengembangan dan pemanfaatan TIK.

Inisiatif ini kreatif dan inovatif.


Meskipun memanfaatkan TIK, e- Health tetap menggunakan
pendekatan humanis. Aplikasi e-Health memiliki 3 bahasa untuk berkomunikasi dengan
warga yang memanfaatkan layanan baik teks maupun audio, yaitu Bahasa Indonesia,
Bahasa Jawa (Surabaya), dan Bahasa Madura. Pemilihan 3 bahasa tersebut dilatarbelakangi
selain karena warga Kota Surabaya banyak didiami oleh suku Jawa dan Madura, juga untuk
lebih mendekatkan aplikasi e-Health kepada warga, karena warga familiar dengan bahasa
yang dipergunakan di aplikasi e- Health tersebut.

Inisiatif e-Health digagas Walikota Surabaya saat meninjau kondisi di lapangan,


yaitu rumah sakit dan puskesmas di mana setiap hari kerja volume antrean di rumah sakit dan
puskesmas sangat padat yang kemudian didiskusikan oleh Walikota Surabaya dengan para
pejabat SKPD yang menjadi leading sector permasalahan ini, yaitu Dinas Kesehatan,
Puskesmas, dan Rumah Sakit selaku pelaksana kegiatan pelayanan, Dinas Dukcapil untuk
integrasi data kependudukan, dan Dinas Kominfo selaku leading sector di bidang TIK. Pada
tataran perancangan sistem, para pejabat dan penyelenggara teknis pada SKPD tersebut
berkoordinasi untuk membuat aplikasi e-Health. Pada tataran implementasi, bekerja
sama dengan Kantor Kecamatan/Kelurahan dan petugas puskesmas dan rumah sakit selaku
pelaksana di lapangan.

Sumber daya meliputi keuangan, SDM, dan teknis. Pembiayaan berasal dari alokasi
APBD Kota Surabaya. Sementara untuk teknis perancangan sistem, aplikasi, dan sumber
daya manusia berasal dari para pegawai Pemko Surabaya di Dinas Kesehatan, Dinas Kominfo
Kota Surabaya, Dinas Dukcapil, Puskesmas, Rumah Sakit, Kecamatan dan Kelurahan.

15
Sistem pemantuan dan evaluasi, meliputi

Monitoring dilakukan by sistem oleh Dinas Kesehatan melalui dashboard


aplikasi yang memonitor (jumlah rujukan online, 10 penyakit terbanyak, tipe pembayaran
pasien, poli yang paling banyak dikunjungi, per tenaga kesehatan melayani berapa orang, dan
real time monitoring pendaftaran di puskesmas); dan

Di samping monitoring by sistem, monitoring juga dilakukan oleh Dinas


Kesehatan dan Dinas Kominfo dengan supervisi di lapangan dan melalui pengaduan
masyarakat yang masuk ke Media Center Pemko Surabaya yang dikelola oleh Dinas
Kominfo, pengaduan yang masuk ke Dinas Kesehatan, ataupun langsung di Puskesmas dan
Rumah Sakit terkait.

Dampak positif yang dapat diambil adalah kepercayaan masyarakat terhadap


pelayanan kesehatan di kota Surabaya menjadi positif, sehingga dengan mind set yang
positif tersebut warga nantinya bisa ikut membantu pemerintah dengan berkontribusi baik
ide, pemikiran, maupun tenaga menuju pelayanan kesehatan yang ideal untuk warga kota
Surabaya. Selain itu melalui inisiatif ini dapat diperoleh gambaran database kesehatan
penduduk Surabaya yang nantinya data tersebut dapat diintegrasikan dengan data lainnya
untuk menuju Surabaya yang semakin baik.

16

Anda mungkin juga menyukai