Anda di halaman 1dari 10

BATUK & SESAK PADA ANAK

Skenario 1

Seorang anak perempuan 3 tahun diantar ibunya ke Poliklinik Anak RSCB dengan keluhan
demam yang tinggi, anaknya rewel dan tak pernah tidur sejak semalam.

Menurut ibunya dalam 3 bulan terakhir ini sudah berkali-kali ia membawa anaknya ke
Puskesmas dengan keluhan beringus dan batuk yang hilang timbul, dan hampir 1 bulan terakhir
ini batuk dan beringus anaknya tidak berhenti yang kadang disertai sesak.

Pemeriksaan fisik nadi 110 kali/menit, pernapasan 30 kali/menit, suhu 38.5oC, didapatkan
pernapasan cuping hidung. Pemeriksaan toraks ditemukan ronki pada kedua lapang paru, tampak
retraksi dinding dada, dan suara napas melemah. BB anak bulan lalu 10 kg.

Kata Kunci

1. Seorang anak perempuan 3 tahun


2. keluhan demam yang tinggi
3. anaknya rewel dan tak pernah tidur sejak semalam
4. 3 bulan terakhir ini beringus dan batuk yang hilang timbul
5. 1 bulan terakhir ini batuk dan beringus anaknya tidak berhenti yang kadang disertai
sesak.

Pemeriksaan fisik

1. nadi 110 kali/menit


2. pernapasan 30 kali/menit
3. suhu 38.5oC
4. didapatkan pernapasan cuping hidung
5. Pemeriksaan toraks ditemukan ronki pada kedua lapang paru
6. tampak retraksi dinding dada, dan
7. suara napas melemah.
8. BB anak bulan lalu 10 kg

Pertanyaan

1. Jelaskan anatomi fisiologi organ respirasi!


2. Jelaskan bagaimana patomekanisme batuk !
3. Jelaskan definisi sesak dan patomekanisme sesak!
4. Sebutkan DD!
5. Jelaskan DD!

Jawaban:

1. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN


Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina, bronchus
principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis, bronchiolus
respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat Lobus, dextra ada 3 lobus
yaitu lobus superior, lobus media dan lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan
lobus inferior. Pulmo dextra terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus
media, sedangkan fissura oblique membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra
terdapat fissura oblique yang membagi lobus superior dan lobus inferior. Pembungkus paru
(pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan
tersebut terdapat rongga pleura (cavum pleura)

1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindingnya tersusun
atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar
sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet
dan mengandung sel basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina
propria pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh darah.

2. Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan lamina basal yang
tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel basal dan sel olfaktoris.

3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak yang berhubungan
dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.

4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan menyilang. Pada
saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring.
Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Mukosa pada nasofaring sama dengan
organ respirasi, sedangkan orofaring dan laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa
faring tidak memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin.
Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan laringofaring
dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.

5.Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring dan trakea.
Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada
tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan
dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis
gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat
menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara
(lipat suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan
lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi:
A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis superior.

6. Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan ikat fibro
elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia, jaringan limfoid dan
kelenjar.

7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer bercabang menjadi
bronki lobar bronki segmental bronki subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan
trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak teratur. Makin ke distal makin
berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman
dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan
banyak sel goblet dan kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel
mast, eosinophil

8. Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak mengandung
kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar. Epitel kuboid bersilia
dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak mengandung sel goblet.

9. Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan : epitel kuboid, kuboid
rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).

10. Duktus alveolaris


Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermuara.

11. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya
bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus.
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II).
Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar
besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat
septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin,
memilki badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini
fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel
disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis
diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar.
Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi
jumlah sel lainnya.

12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin, fibroblas,
kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada dinding toraks
disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah
cabang n. frenikus dan n. interkostal.

FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN


1) Sistem Respirasi
a. Fisiologi ventilasi paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan udara ke dalam dan
keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding
dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan
untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama
inspirasi normal, pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan
yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
2. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis terbuka dan tidak
ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan nafas
sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas)
yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan
atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru
selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.
3. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar
paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada
setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.

b. Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan


Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.
1. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter. Pusat volunter terletak di cortex
cerebri dan impuls dikirimkan ke neuron motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospinal.
2. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat pernafasan otomatis terletak di
pons dan medulla oblongata, dan keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba medulla
spinalis di antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospinal.

2. Patomekanisme batuk
Batuk dimulai ketika suatu zat atau benda asing mencapai salah satu reseptor batuk di hidung,
tenggorokan, atau dada. Reseptor tersebut kemudian menyampaikan pesan ke pusat batuk di otak
yang memeberi perintah untuk batuk. Lalu hidung menghirup napas, epiglotis dan pita suara
menutup rapat sehingga udara dalam paru-paru terjebak. Otot perut dan dada akan berkontraksi
dengan kuat sambil menekan sekat rongga tubuh. Akhirnya epiglottis akan memebuka dengan
tiba-tiba, dan udara yang terjebak tadi mendadak keluar, terjadilah batuk.
Batuk disertai Pilek (Colds)
Kebanyakan pilek (colds) disertai dengan batuk. Oleh karena itu, dapat dimengerti jika saat anak
anda pilek, ia juga mengalami batuk (kering atau berdahak). Batuk ini biasanya berlangsung
selama 1 minggu ketika gejala pilek (colds) lainnya telah mereda.
Batuk dengan Demam
Jika anak batuk, dengan demam yang tidak tinggi dan hidung beringus, kemungkinannya adalah
ia menderita pilek (colds) biasa. Di lain pihak, batuk yang disertai 39 derajat Celcius atau lebih
tinggi dimana anak tampak lesu dan napasnya cepat, pikirkan kemungkinan pneumonia. Pada
kasus ini, hubungi dokter sesegera mungkin.
3. Jelaskan definisi sesak dan patomekanisme sesak!

Sesak nafas (dyspnea) adalah perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai
ketidaknyamanan atau kesulitan dalam bernapas. Sesak napas dapat disebabkan oleh gangguan
dalam system pernapasan (hidung, tenggorokan, paru-paru) atau ganggaun yang berasal dari luar
paru-paru (jantung).

Patomekanisme sesak

Kesukaran bernapas atau sesak napas adalah simtom tersering pada gagal jantung.
Mekanisme dyspnea secara umum yang di temukan penyakit kardiovaskular bias terjadi dengan
adanya factor pemicu di bawah.

- Bertambahnya beban kerja/ kerja pernapasan -> Overworked otot pernapasan. Dalam
gagal jantung kiri, berlakunya kongesti local pada vena pulmonary dan kapiler. Tekanan
kapiler pulmonary >25 mmhg -> eksudasi cairan dari dinding alveolar -> paru-paru lebih
rigid (tidak elastis) -> > beban kepada otot repiratory
- Berkurangnya kapasitas total disebabkan oleh kongesti vena pulmonary jarang sekali
hydrothorax atau ascites
- Reflex hiperventilasi pulmonary disebabkan oleh spasme atau cairan yang timbul akibat
gagal jantung.
- Hypoxaemia dan retensi CO2
4. Sebutkan DD!

indikator TB anak Pneumoni anak


anak perempuan 3 tahun + +
demam yang tinggi + +

rewel dan tak pernah tidur +


sejak semalam

3 bulan terakhir ini beringus +


dan batuk yang hilang
timbul
1 bulan terakhir ini batuk +
dan beringus anaknya tidak
berhenti yang kadang
disertai sesak

5. Jelaskan DD

Pneumonia pada anak


Ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing. Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah
sangat efisien untuk mencegah infeksi dan terdiri dari :
a. Susunan anatomis rongga hidung
b. Jaringan tifoid di naso-oro farings
c. Silia
d. Refleks batuk
e. Refleks epiglottis mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
f. Drainase sistem limfatik
g. Fagositosis
Pneumonia pada anak
Pneumococcus merupakan penyebab utama pneumonia. Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 thn dan mengurang seiring dengan meningkatnya umur.
Pneumonia pada anak
Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran ke
kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan 30 % dari darah. Urin biasanya
berwarna merah tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit
torakhialin.
Pneumonia pada anak
Penisilin diberikan 50.000 U/kgbb/hari dan ditambah dengan kloramfenikol 50-75 mg/kgbb/hari
atau diberikan antibiotika yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin
Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4-5 hari.
Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan itravena dan oksigen.
PENCEGAHAN
a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan
tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek.
Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot
diantara rusuk (retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan. Dan
segera ke RS jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus
influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive
pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi,
terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat dinikmati oleh
semua anak karena harganya yang cukup mahal.

Pneumonia pada anak


Dengan penggunaan antibiotik, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang
dapat dijumpai ialah : empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis,
perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat

TBC anak
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis ( namun sangat jarang ). Penularannya biasanya melalui udara, hingga
sebagian besar fokus primer tb terdapat dalam paru.
 TBC anak
Uji tuberkulin pada 50 % penduduk menunjukkan hasil positif dengan perincian berdasarkan
golongan umur yakni 1-6 tahun sekitar 35%.
TBC Anak
Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis
tuberkulosis. Uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui adanya
konversi dari negatif. Pada anak di bawah umur 5 tahun dengan uji tuberkulin positif, proses
tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukkan kelainan klinis dan radiologis,
demikian pula kalau terdapat konversi uji tuberkulin. Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan
timbulnya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein karena adanya infeksi.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu cara Moro dengan salep, dengan goresan
disebut patch test cara von Pirquet, cara Mantoux dengan penyuntikan intrakutan dan “ multiple
puncture methode “ dengan 4-6 jarum berdasarakan cara Heaf dan Tine. Sampai sekarang cara
Mantoux masih dianggap sebagai cara yang paling dapat dipertanggungjawabkan karena jumlah
tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui banyaknya.
Reaksi lokal yang terdapat pada uji Mantoux terdiri atas :
a. Eritema karena vasodilatasi primer
b. Edema karena reaksi antara antigen yang disuntikkan dengan antibodi
c. Indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
melintang dari indurasi yang terjadi. Uji tuberkulin akan menjadi negatif untuk sementara pada
penderita tuberkulosis ( anergi ) dengan :
a. Malnutrisi energi protein
b. Tuberkulosis berat
c. Morbili varisela
d. Vaksin virus
e. Penyakit ganas
Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru ialah :
a. Komplek primer dengan atau tanpa perkapuran
b. Pembesaran kelenjar paratrakeal
c. Penyebaran milier
d. Penyebaran bronkogen
e. Atelektasis
f. Pleuritis dengan efusi
Pemerikasaan radiologis paru saja tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis
tuberkulosis, tetapi harus disertai data klinis lainnya.
Pemeriksaan bakteriologis
Penemuan basil tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi tidak ditemukannya basil
tuberkulosis bukan berarti tidak menderita tuberkulosis. Bahan- bahan yang digunakan untuk
pemeriksaan bakteriologis ialah :
a. Bilasan lambung
b. Sekret bronkus
c. Sputum pada anak besar
d. Cairan pleura
e. Likuor serebrospinal
f. Cairan asites
TBC anak
Regimen dasar pengobatan TB adalah kombinasi INH dan RIF selama 6 bulan dengan PZA pada
2 bulan pertama. Pada TB berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan
kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan
o Pemberian obat tuberculostatikum mencegah penyebaran lebih lanjut basil tb dn menyembuhkan
bronkopneumonia tb, tetapi obat tuberculostatikum tdk mmpunyai efek terhadp lesi did lm
bronkus. Anti biotika yg mmpunyai spectrum luas perlu ditambahkn klo ada infeksi nonspesifik
yg sering terjadi berulang-ulang pada endibronkitis. Juga perlu di berikn kortikosteroid.
o Penderita TB dan pengobatanya harus adekuat,pengobatan TB memakan waktu minimal 6 bulan.
o Terdapat du TB alternative terapi pada paru, yaitu :
-Terapi jangka panjang (terapi tanpa rifampsin)
Terapi ini menggunakan isoniazid, etambutol dalam jangka waktu 24 bulan atau 2 tahun
-Terapi jangka pendek
Terapi ini menggunakan regimen rifampisin dan isoniazid dalam jangka waktu minimal 6
Bulan.
PENCEGAHAN
Kemoprofilaksis : sbg kemoprofilaksis bias ax dipakai INH dgn dosis 10 mg/kgbb hr slma 1thn

o Vaksinasi BCG pada bayi / anak


o Terapi pencegahan
o Pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan
o Terapipencegahan
Kemoprofilaksis pada Penderita HIV/AIDS  INH dosis 5 mg/ kg BB ( tdk lebih 300
mg) sehari selama minimal 6 bulan.

TBC anak

Konjungtivitis fliktenularis dapat juga dijumpai pad a anak dengan tuberkulosis, terutama
tuberkulosis tonsil, adenoid dan telingah tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala
hipersensitivitas dan dalam flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau
fokus tuberkulosismasih ada, flikten sering tetap hilang timbul

Anda mungkin juga menyukai