Anda di halaman 1dari 18

Perawat Hat

Caring for your heart

Senin, 28 Januari 2013

Askep Hisprung

A. Definisi Hirschprung

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak
laki – laki dari pada perempuan. (Arief Mansjoeer : 2000 ).

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tdak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau
bagian rektosigmoid Colon. Dan ketdak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tdak adanya
peristaltk serta tdak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden : 2002).

Penyakit Hirscprung (megacolon anganglionik congenital) adalah anomali congenital yang


mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketdakadekuatan motlitas sebagian dari usus. ( Wong, 2003 )

Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tdak adanya sel ganglion parasimpats pada usus, dapat dari
kolon sampai usus halus ( Ngastyah,2005:219)

Jadi megakolon atau hirschprung adalah kelainan tdak adanya sel ganglion dalam rectum atau bagian
rektosigmoid, namun pada intnya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang
disebabkan oleh tdak adekuatnya motlitas pada usus sehingga tdak ada evakuasi usus spontan dan
tdak mampunya spinkter rectum berelaksasi.

B. Klasifikasi Hirschprung

Penyakit Hirscprung tdak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tdak ada dalam colon.

Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tpe yaitu :

1. Penyakit Hirscprung segmen pendek

Segmen agangkionosis mulai dari anus sampai sigmoid


2. Penyakit Hirscprung segmen panjang

Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. (Ngastyah,
1997)

C. Etologi

Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya belum diketahui, tetapi Hirschsprung atau Mega Colon
diduga terjadi karena :

1. Faktor genetk dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down syndrom.

2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

3. Aganglionis parasimpats yang disebabkan oleh lesi primer, sehingga terdapat ketdakseimbangan
autonomik.

D. Patofisiologi

Congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tdak adanya sel
ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan
bagian proksimal pada usus besar. Ketdakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tdak adanya
peristaltk dan tdak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tdak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon.

(Cecily Betz & Sowden, 2002:196).

Berdasarkan panjang segmen yang terkena dapat dibedakan 2 tpe yaitu :

1. Penyakit Hischprung segmen pendek

Segmen agangilonosis mulai dari anus sampai sigmoid.

2. Penyakit hischprung segmen panjang

Daerah agangilonosis dapat melebihi sigmoid malahan dapat mengenai seluruh kolon sampai usus halus.

a. Persarafan parasimpatk colon didukung oleh ganglion. Persarafan parasimpatk yang tdak
sempurna pada bagian usus yang aganglionik mengakibatkan peristaltc abnormal sehingga terjadi
konstpasi dan obstruksi

b. Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel ganglion selama perkembangan
embriologi. Karena sel ganglion tersebut bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestnal
( rectum) kondisi ini akan memperluas hingga proksimal dari anus.
c. Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk control kontraksi dan relaksasi
peristaltc secara normal

d. Penyempitan pada lumen usus, tnja dan gas akan terkumpul dibagian proksimal dan terjadi
obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar ( megacolon)

E. Pathway

F. Manifestasi Klinis

Bayi baru lahir tdak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak
malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson,
2000 : 317).

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen
dan ketdakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikut obstruksi konstpasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstpasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikut
dengan obstruksi usus akut. Konstpasi ringan entrokolits dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah tmbul
enterokolits nikrotskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah.

( Nelson, 2002 : 317 ).

1. Neonatal

a. Kegagalan pengeluaran mekonium (lebih dari 24 jam)

b. Distensi abdomen

c. Karena adanya obstruksi usus letak rendah

d. Obstpasi

e. Muntah yang berwarna hijau

2. Infant

a. Kegagalan dalam pertumbuhan berat badan


b. Konstpasi

c. Distensi abdomen

d. Adanya suatu periode diare dan muntah

e. Kadang muncul tanda enterokolits sepert diare, demam berdarah, letargi

3. Childhood

a. Konstpasi

b. Fases berbau menyengat sepert karbon

c. Distensi abdomen

d. Masa feses teraba

e. Anak biasanya punya nafsu makan yang buruk

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan colok anus

Pada pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan dihubungkan dengan
keluarnya udara dan mekonium atau tnja yang menyemprot.

2. Pemeriksaan Diagnostk

a. Foto polos abdomen

Pada penyakit hirscprung neonatus terlihat gambaran obstruksi usus pada letak rendah dan daerah
pelvis terlihat kosong tanpa udara.

b. Foto enema barium

Pemeriksaan ini ditemukan :

1) Darah transisi dengan perubahan dari segmen sempit ke segmen dilatasi

2) Gambaran kontraksi usus yang tdak teratur di bagian yang menyempit

3) Enterokolits pada segmen yang melebar

4) Terdapat retensi barium setelah 24-28 jam


H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis dan bedah

Bila diagnosis sudah ditegakkan, pengobatan alternatve adalah operasi berupa pengangkatan segmen
usus aganglion, diikut dengan pengembalian kontnuitas usus. Tetapi bila belum dapat dilakukan operasi
biasanya merupakan tndakan sementara dipasang pipa rectum, dengan atau tanpa dilakukan
pembiasaan dengan air garam fisiologis secara teratur.

Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki porton aganglionik di usus besar untuk membebaskan
dari obstruksi dan mengembalikan motlitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani
internal.

Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi
dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.

b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9
Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )

Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan sepert Swenson, Duhamel, Boley & Soave.
Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar
yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 ) \

2. Penatalaksanaan perawat

Perhatkan perawatan tergantung pada umur anak dan tpe pelaksanaanya bila ketdakmampuan
terdiagnosa selama periode neonatal, perhatkan utama antara lain :

a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini

b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang (FKUI, 2000:1135 )

I. Pengkajian yang Dapat Dilakukan

1. Pengkajian Preoperatf

a. Pemeriksaan fisik

1) Abdomen
a) Ukuran lingkaran abdomen

b) Amat adanya distensi abdomen

c) Dengarkan bising usus (4 kuadran)

d) Perkusi abdomen

e) Palpasi abdomen

f) Amat riwayat konstpasi dan diare

b. Kaji status nutrisi

1) Timbang berat badan

2) Amat adanya muntah

3) Kaji kekuatan obat

c. TTV

1) Ukur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan)

2) Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takikardi dan dispnea)

3) Ukur tekanan darah

4) Ukur nadi (terjadi takikardi)

2. Pengkajian pasca operasi

a. Kaji integritas kulit meliput tekstur, warna, suhu, kulit

b. Amat tanda-tanda infeksi

c. Amat apakah ada kebocoran anastomisis

d. Amat pola eliminasi

J. Diagnosa yang Mungkin Muncul

1. Pre operasi

a. Pola nafas tdak efektf berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

b. Konstpasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus


c. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah

d. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas karena mual.

2. Post Operasi

a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

b. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisi

c. Cemas keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga mengenai pengobatan dan
perawatan post operasi

K. Intervensi

Pre operasi

No

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria hasil

Intervensi

Pola nafas tdak efektf b.d penurunan ekspansi paru

Tujuan :

Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 1 x 24 jam pola nafas berangsur efektf

NOC :

Respiratory Status

Kriteria Hasil :

1. Frekuensi pernafasan normal

2. Ekspansi dada optmal dan simetris

3. Bernafas mudah
4. Keadaan inspirasi

Respiratory Monitoring

1. Monitor frekuensi, ritme dan kedalaman pernafasan

2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan

3. Monitor pola nafas sepert, bradipneu, takipneu, hiperventlasi

4. Auskultasi suara pernafasan

Oxygen terapy

1. Pertahankan jalan nafas yang paten

2. Pertahankan posisi pasien dengan kepala lebih tnggi

3. Siapkan peralatan oksigenasi

4. Monitor dan atur aliran oksigen

Konstpasi b.d defek persyarafan terhadap aganglion usus

Tujuan :

Setelah dilakukan tndakan keperawatan 2 x 24 jam konstpasi berangsur teratasi

NOC :

Bowel Eliminaton

Kriteria Hasil :

1. Pola eliminasi dalam batas normal

2. Warna feses dalam batas normal

3. Bau feses tdak menyengat

4. Konstpasi tdak terjadi

5. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik


Bowel Irigaton

1. Tetapkan alasan tndakan membersihkan saluran pencernaan

2. Pilih pemberian enema yang tepat

3. Jelaskan prosedur pada pasien

4. Monitor efek samping dari tndakan pengobatan

5. Catat perkembangan baik

6. Observasi tanda vital dan bising usus setap 2 jam sekali

7. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah

8. Konsultasikan dengan dokter rencana pembedahan

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah

Tujuan :

Setelah dilakukan tndakan keperawatan 1 x 24 jam mual muntah dapat teratasi sehingga resiko tdak
terjadi

NOC :

Status Nutrisi

Kriteria Hasil :

1. Berat badan pasien sesuai umur

2. Stamina

3. Tenaga

4. Kekuatan menggenggam

5. Penyembuhan jaringan

6. Daya tahan tubuh


7. Konjungtva tdak anemis

8. Pertumbuhan

Management Nutrisi

1. Kaji riwayat makanan yang biasa dimakan dan kebiasaan makan

2. Timbang berat badan

3. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan asi rutn

4. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

Monitoring Nutrisi

1. Monitor turgor kulit

2. Monitor mual dan muntah

3. Monitor intake nutrisi

4. Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak

Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah dan pemasukan terbatas karena mual

Tujuan :

Setelah dilakukan tndakan keperawatan 1 x 24 jam resiko kekurangan cairan dapat diatasi

NOC :

Fluid balaKriteria Hasil :

1. Keseimbangan intake dan out put 24 jam

2. Berat badan stabil

3. Mata tdak cekung

4. Membran mukosa lembab


5. Kelembaban kulit normal

NIC :

Fluid Management

1. Timbang popok jika diperlukan

2. Pertahankan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi

4. Monitor vital sign

5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

6. Dorong masukan oral sepert ASI

Post Operasi

Nyeri b.d insisi pembedahan

Tujuan :

Setelah dilakukan tndakan keperawatan 4 x 24 jam nyeri berangsur teratasi

NOC :

Pain Level

Kriteria Hasil :

1. Mengenali faktor dan penyebab nyeri

2. Menggunakan metode pencegahan nyeri

3. Mengenali gejala nyeri

NIC :

Pain Management

1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliput : lokasi , karakteristk dan onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor – faktor presipitasi
2. Observasi isyarat – isyarat non verbal dari ketdaknyamanan, khususnya dalam ketdakmampuan
untuk komunikasi secara efektf

3. Gunakan komunikasi terapeutk agar pasien dapat mengekspresikan nyeri

4. Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketdaknyamanan (ex : temperatur ruangan , penyinaran)

5. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : relaksasi, guided imagery, distraksi, terapi
bermain, terapi aktvitas)

Analgetk Administraton

1. Tentukan lokasi, karakteristk, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

3. Pilih analgetk yang diperlukan / kombinasi dari analgetk ketka pemberian lebih dari satu.

4. Tentukan pilihan analgetk tergantung tpe dan beratnya nyeri.

Resiko infeksi b.d insisi luka post operasi dan imunitas menurun

Tujuan :

Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama proses keperawatan resiko infeksi dapat teratasi dan
luka sembuh sempurna

NOC :

Imune Status

Kriteria Hasil :

1. Pasien bebas dari gejala infeksi

2. Mengetahui proses penularan penyakit

3. Menunjukan kemampuan untuk mencegah tmbulnya infeksi

4. Menunjukan perilaku hidup sehat


NIC :

Infecton Protecton

1. Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan lokal

2. Monitor kerentanan terhadap infeksi

3. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase

4. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah

5. Dorong masukan nutrisi yang cukup

6. Anjurkan banyak istrahat

Cemas keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga mengenai pengobatan dan perawatan luka

Tujuan :

setelah dilakukan tndakan keperawatan 1 x 24 jam, kecemsan keluarga berkurang dan termotvasi untuk
membentu merawat an Kagar cepat sembuh serta dapat merawat di rumah.

Kriteria Hasil :

1. Keluarga klien mampu mengungkapkan kecemasan

2. Keluarga klien mengungkapkan keinginan belajar ikut merawat klien

3. Keluarga klien memahami tujuan pengobatan dan perawatan klien

4. Keluarga klien mampu melakukan perawatan dirumah.

1. Bina hubungan saling percaya

2. Berikan kesempatan keluarga klien untuk mengungkapkan keinginan dan harapan

3. Pertahankan kondisi senyaman mungkin

4. Berikan penjelasan mengenai prosedur pengobatan, perawatan


5. Berikan penjelasan, pelathan bagaimana perawatan klien dirumah dari perawatan kolostomi,
menjaga kebersihan, dan Diit tepat pada An K

Unknown at 17.00.00

Berbagi

7 komentar:

Jelly Gamat Emas Kapsul7 Oktober 2017 07.20

Informasi seputar dunia kesehatannya sangat bermanfaat ... update terus min ...

Penyebab Sering Sakit Sendi Mendadak

Kaki Sering Pegal Tanda Penyakit Apa

Kaki Pegal Pegal Saat Malam Hari

Obat Tradisional Untuk Penyakit Nyeri Sendi

obat nyeri otot paha dan bets

Penyebab Jari Tangan Kaku Setelah Bangun Tidur

Cara Mengobat Radang Sendi Secara Alami Dan Cepat Dengan Obat Alami

Balas

Obat Tradisional Radang Empedu17 Oktober 2017 16.26

Artkel kesehatannya sangat membantu dan sangat bermanfaat , di update terus artkelnya biar bisa
nambah pengetahuan lagi ...
Obat Alami Disentri Untuk Anak

Tanda Tanda Disentri Mau Sembuh Pada Anak

Tanda Dan Gejala Disentri Pada Anak

Diare Bercampur Darah Dan Lendir Pada Anak

Apa Penyebab Disentri Pada Anak

Balas

eros rosita4 Desember 2018 09.14

Thank you for the cooperaton you received, hopefully it will work properly.

Makanan Yang Dilarang Bagi Penderita TB Kelenjar

Gejala TB Kelenjar

Balas

Walatra Herbal5 Desember 2018 07.14

I will never be bored to visit this one site.

Obat Kanker Payudara Tanpa Operasi

Tanaman Obat Untuk Sembuhkan Sirosis Hat

Gejala Kadar Gula Darah Tinggi

Balas
eros rosita14 Desember 2018 13.31

Your artcle is truly amazing, hopefully it will progress.

obat radang tenggorokan

cara menyembuhkan asam urat

Balas

Anonim25 Desember 2018 14.37

Such a diagnosis may explain the disorders of various types. Most often this occurs in children. We can
update the informaton through the popular resorts.

Balas

eros rosita26 Desember 2018 13.03

It's great to be able to share informaton with you

tanaman obat tradisional radang rahim

manfaat jahe untuk infeksi usus besar

gejala dan komplikasi infeksi lambung

Balas

Beranda

Lihat versi web


Diberdayakan oleh Blogger.

Bab baba ..,.........

Bangsa yang maju adalah yang bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tnggi yang merupakan
bagian dari pembangunan nasional yaitu mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera
lahir dan batn. Hal ini diwujudkan dengan adanya paradigma sehat dan visi pembangunan kesehatan
yaitu Indonesia sehat 2010 ( Dep Kes RI 1999 ).

Derajat kesehatan ini tdak hanya dilihat dari status kesehatan orang dewasa tetapi juga status kesehatan
pada anak-anak. Penyakit yang terjadi pada anak-anak bias disebabkan oleh penyakit congenital
( bawaan ) dan non congenital, salah satu penyakit pada anak yang bersifat congenital adalah
Hirschsprung's disease.

Hirschsprung's disease adalah penyakit tdakadanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian
rectosigmoid colon dimana ketdakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tdak adanya peristaltc
serta tdak adanya evakuasi khusus spontan. ( Rusli Arif, 2008 )

Aganglionik megacolon kongenital, atau Hirschsprung's disease, merupakan penyebab tersering dari
obstruksi usus pada neonatus.Penyakit ini ditemukan oleh seorang dokter anak Denmark bernama
Harald Hirschsprung pada tahun 1886. Sejak dikenal pertama kali pada tahun 1886 dan sejak operasi
untuk penyembuhannya diperkenalkan pada tahun 1948, kemajuan yang stabil telah didapatkan dalam
hal etologi dan patofisiologi daripenyakit ini. Penyakit tersebut saat ini hampir selalu dapat didiagnosa
pada awal masa bayi yang memungkinkan intervensi lebih awal dan hasil akhirnya lebih baik, dimana
tngkat mortalitasnya saat ini adalah 1 - 3%.

Hirschsprung's disease terjadi pada sekitar 1 tap 5000 kelahiran hidup. Sekitar 7% pasien lahir secara
prematur. Perbandingan menurut jenis kelamin secara keseluruhan lebih besar pada pria 3.4:1. namun
demikian pada penyakit segmen pendek, rasionya menjadi 4:1, sedangkan pada penyakit segmen
panjang rasionya menurun menjadi 1:1, dan untuk Hirschsprung's disease total kolon rasionya lebih
besar pada wanita 1.6:1. Aganglionosis meluas pada daerah rectosigmoid pada 75% pasien, sampai ke
kolon asenden 17%, dan yang melibatkan keseluruhan colon serta ileum terminal pada 8% pasien.
Aganglionosis keseluruhan usus sangat jarang dilaporkan. Daerah aganglionik terbatas diantara dua
segmen usus yang terganglionisasi, amat sangat jarang. Sekitar 8% pasien memiliki ‘familial'
Hirschsprung's disease. Ryan menemukan bahwa 20% bayi dengan long-segment disease memiliki
keluarga yang terkena dibandingkan dengan hanya 3% pada mereka yang dengan short-segment disease.

Kelainan lainnya yang terkait terjadi pada sekitar 20% pasien, yang tersering adalah Down syndrome,
terjadi antara 8 dan 16% pasien. Pasien dengan Down syndrome memiliki prognosis yang lebih buruk
setelah pengobatan karena adanya peningkatan enterokolits terkait Hirschsprung's (pada sekitar 50%),
hasil fingsional yang lebih buruk dengan berlanjutnya kontnensia feces, dan peningkatan mortalitas
(sampai dengan 38%).
Kelainan lainnya yang terkait termasuk defek jantung kongenital pada 7,8%, kelainan genitourinaria pada
5.6%, dan kelainan gastrointestnal lainnya pada 3.9% pasien. Salah satu kondisi lainnya yang jarang
terjadi, disebut dengan ‘neurocristopathy', adalah hubungan antara Hirschsprung's disease (biasanya
dengan keterlibatan keseluruhan kolon) dengan sindroma hipoventlasi sentral (Ondine's curse) dan
neuroblastoma.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai asuhan
keperawatan pada pasien Hirschsprung's disease.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata tentang:

a. Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien dengan Hirschsprung's disease

b. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Hirschsprung's disease

c. Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan pada pasien dengan


Hirschsprung's disease.

d. Pelaksanaan tndakan keperawatan pada pasien dengan Hirschsprung's disease

e. Pelaksanaan evaluasi pada pasien dengan Hirschsprung's disease

Anda mungkin juga menyukai