Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh yang terletak di jalan Tgk. Daud

Beureueh No. 108, Kota Banda Aceh, Aceh ini dibuka sejak tahun

1979. Fasilitas yang tersedia Instalasi sumber informasi, Instalasi

Pendaftaran, Instalasi pelayanan umum, Ruang STCAN 24 jam,

Ruang Fisiotrapi 24 jam, IGD 24 jam, Laboratorium 24 jam,

Poliklinik, Ruang Operasi 24 jam, Ruang rawat inap lantai 1 yaitu

Aqsa 1, Aqsa 2, Aqsa 3, Arafah 1, Arafah 2, Arafah 3, Bersalin,

Hcu Medical, Mina1, Mina 2, Zamzam 1, Zamzam 2, Nicu. Ruang

rawat inap lantai 2 terdiri dari ruang Raudah 1, Raudah 2 (Bedah

Wanita), Raudah 3 (Bedah Wanita), Raudah 4 (Bedah Pria),

Raudah 5 (Bedah Pria), Raudah 6, Raudah 7, Zamzam 3, zamzam

4, HCU Surgical, Nabawi, Shafa, ICU 1, ICU 2, ICCU, PICU,

Thursina 1, Thursina 2, RHCU, Marwah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Ruang penyakit

dalam yaitu ruang Aqsa 2 bagi laki-laki dewasa yang diterima

langsung setelah pasien datang dari IGD.

38
39

Jumlah pasien yang ada diruang Aqsa 2 berubah setiap

hari karena ruang Aqsa 2 merupakan ruang dimana pasien

kapanpun datang dari IGD dan akan segera di alih untuk di

rawat setelah kondisi pasien mulai stabil. Dengan jumlah

pasien 30 orang dengan diagnosa keperawatan diabetes

mellitus tipe 1 dan 2 berjumlah 15 orang, Gastritis 5 orang,

Gagal Ginjal Kronik 3 orang , Tiroid 1 orang dan Gagal Ginjal

akut 6 orang .

Bangunan Ruang 3 terdiri dari 6 kamar tidur pasien

dengan kapasitas 30 tempat tidur, 6 kamar mandi pasien, 1

kamar mandi perawat, 1 ruang kepala ruangan, 1 ruang untuk

mahasiswa.

2. Gambaran Subjek Penelitian

Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subjek studi

kasus yaitu subjek I dan subjek II, kedua subjek sudah sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan.

a. Subjek l

Subjek l berinisial Tn. M, berusia 39 tahun,

beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan

penjual ikan, alamat Aceh Barat Daya. Subjek l mengalami

diabetes mellitus tipe 2 semenjak 3 tahun yang lalu. Saat

ini subjek l hanya bisa banyak beristirahat, didapatkan


40

pemeriksan kaki pasien sedikit udema karena jarang

digerakkan, kebas dengan skala nyeri 5.

b. Subjek ll

Subjek II berinisial Tn. K, berusia 40 tahun, beragama

Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan petani, alamat

Aceh Timur, subjek ll mengalami diabetes mellitus sejak 5

tahun yang lalu. Saat ini kegiatan sehari-hari adalah

bertani. Subjek mengeluh kaki terasa kebas, sering

kesemutan dan skala nyeri

3. Pemaparan Fokus Studi

a. Hasil Pengkajian Awal Diabetes Mellitus

Berdasarkan tahapan pertama yang harus dilakukan

pada penelitian dengan subjek penderita diabetes mellitus

adalah pengkajian. Dalam studi kasus ini pengkajian awal yang

dilakukan adalah mengkaji riwayat diabetes mellitus pada

kedua subjek.

Subjek I

Berdasarkan hasil studi, didapatkan bahwa saat

pengkajian awal, subjek I mengalami diabetes mellitus

sudah semenjak 3 tahun yang lalu. Dari hasil pemeriksaan

kadar gula darah sewaktu 345 mg/dL, subjek l pun


41

mengatakan sering sekali mengantuk. Hasil pengkajian juga

didapatkan kaki subjek mengalami perubahan bentuk yaitu

udema dikarenakan pasien jarang bergerak karena sakit

harus banyak istirahat, subjek 1 mengatakan kakinya terasa

kebas dan skala nyeri

Subjek ll

Sedangkan subjek ll mengalami diabetes mellitus

sudah semenjak 5 tahun yang lalu. Dari hasil pemeriksaan

kadar gula darah sewaktu 320 mg/dL, subjek sering sekali

merasa haus walaupun sudah minum banyak,

bertambahnnya nafsu makan serta sering nya buang air

kecil terutama di malam hari. Hasil pengkajian juga

didapatkan subjek mengaku kakinya sering kebas,

kesemutan, dan skala nyeri 3.

Setelah dilakukan pengkajian kepada kedua subjek

terkait penyakit diabetes mellitus yang dideritanya, dilakukan

intervensi keperawatan dengan melakukan masase kaki

diabetikum. Masase kaki diabetikum adalah aktivitas yang

rutin dilakukan untuk membatu menurunkan nyeri pada

bagian kaki pasien diabetes mellitus.


42

Diagram 4.1
Skala Nyeri subjek I dan Subjek II Sebelum Dilakukan
Massase Kaki Diabetikum

b. Hasil evaluasi subjek sebelum dan sesudah dilakukan

masase kaki diabetikum.

Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sebelum dan

sesudah dilakukan masase kaki diabetikum maka hasil pada

subjek I dan subjek II yaitu.


43

Diagram 4.2
Hasil Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Masase Kaki Diabetikum
Pada Subjek I

3 Aspek Yang Dinilai Skala


Nyeri Sebelum Tindakan
2 Aspek Yang Dinilai Skala
Nyeri Sesudah Tindakan
1

0
Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, Minggu, Senin,
03 April 03 April 04 April 05 April 06 April 07 April
2019 2019 2019 2019 2019 2019

Hari pertama subjek I mengatakan keluhan yang kakinya terasa

kebas dan nyeri pada skala 5, saat diberikan masase kaki pasien

merasa belum ada perubahan pada kebas dan nyeri di kakinya. Hari

kedua apa yang dirasakan pasien masih sama yaitu kebas dan nyeri

skala 5. Pada hari ketiga pasien mengatakan nyeri masih di skala 5,

penulis melihat kaki pasien masih udema dan kakak pasien

mengatakan bahwa pasien malas untuk mengerakkan kakinya, setelah

dilakukan masase pasien mengatakan sedikit lebih merasa baik, nyeri

berkurang menjadi skala 4. Hari keempat pasien mengatakan nyeri

masih di skala 4. Hari kelima pasien mengatakan nyeri sudah


44

berkurang menjadi skala 3, pasien juga mengatakan sudah sering

menggerakkan kaki dan berjalan walau hanya sebentar karena

keterbatasan fisik. dan pada hari keenam pasien mengatakan nyeri

pada kaki skala 3 tapi kebas yang dirasakan sudah berkurang dari

sebelumnya yang menandakan bahwa sirkulasi darah pada bagian

kaki pasien sudah lancar.

Subjek ll

Tabel 4.1
Hasil Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Masase Kaki Diabetikum
Pada Subjek Il

3.5

2.5

2
Aspek Yang Dinilai Skala
1.5
Nyeri Sebelum Tindakan
1 Aspek Yang Dinilai Skala
0.5 Nyeri Sesudah Tindakan

0
Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, Minggu Senin,
03 April 04 April 05 April 06 April , 07 08 April
2019 2019 2019 2019 April 2019
2019

Hari pertama subjek II mengatakan bahwa keluhan yang dirasakan

adalah kesemutan dan nyeri pada bagian kaki, skala nyeri 3, setelah
45

dilakukan masase kaki, pasien merasakan skala nyeri berkurang menjadi

2. Hari kedua pasien mengatakan nyeri yang dialami seperti di awal hari

pertama yaitu 3, setelah melakukan masase kaki dan dianjurkan untuk

menggerakkan kaki secara perlahan-lahan, nyeri kembali berkurang

menjadi 2. Hari ketiga pasien mengatakan biasa kaki sering merasakan

kesemutan tapi, sekarang sudah jarang, skala nyeri pun berkurang

setelah dilakukan masase menjadi 1. Pada hari keempat pun

perkembangan yang terjadi sangatlah pesat karena setelah dilakukan

masase kaki, pasien mengatakan tidak merasa nyeri lagi sampai pada

hari keenam nyeri dan kesemutan pada kaki pasien hilang.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian penerapan masase kaki diabetikum untuk

menurunkan nyeri kaki pada pasien yang penderita diabetes mellitus

didapatkan hasil adanya perubahan skala nyeri kaki dan antara

sebelum dan sesudah dilakukan masase kaki diabetikum pada kedua

subjek penelitian dimana subjek I dari skala nyeri 5 menjadi 2 dan

subjek II dari skala nyeri 3 menjadi 1.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tappan &

Benjamin dalam Mulyati (2019), menyatakan bahwa efek masase pada

sistem saraf mempengaruhi saraf sensori dan reseptornya. Efek utama

masase pada kulit adalah menstimulasi reseptor sensori. Masase juga


46

mempengaruhi sirkulasi darah sehingga meningkatkan transportasi

zat-zat makanan sekaligus mempermudah pengeluaran sampah

metabolism dari jaringan. Kedua, efek ini akan berpengaruh pada

perbaikan fungsi ujung-ujung saraf sensori sehingga dapat

menyebabkan perbaikan fungsi saraf sensori ditandai dengan

peningkatan sensasi proteksi.

Pada gerakan-gerakan dalam masase kaki diabetikum dapat

dilakukan semua gerakannya kepada kedua subjek tanpa terkendala

apapun.

Pada subjek I, setelah penerapan masase kaki diabetikum

selama 6 hari berturut-turut pada Hari pertama subjek I mengatakan

keluhan yang kakinya terasa kebas dan nyeri pada skala 5, saat

diberikan masase kaki pasien merasa belum ada perubahan pada

kebas dan nyeri di kakinya. Hari kedua apa yang dirasakan pasien

masih sama yaitu kebas dan nyeri skala 5. Pada hari ketiga pasien

mengatakan nyeri masih di skala 5, penulis melihat kaki pasien masih

udema dan kakak pasien mengatakan bahwa pasien malas untuk

mengerakkan kakinya, setelah dilakukan masase pasien mengatakan

sedikit lebih merasa baik, nyeri berkurang menjadi skala 4. Hari

keempat pasien mengatakan nyeri masih di skala 4. Hari kelima

pasien mengatakan nyeri sudah berkurang menjadi skala 3, pasien

juga mengatakan sudah sering menggerakkan kaki dan berjalan walau


47

hanya sebentar karena keterbatasan fisik. dan pada hari keenam

pasien mengatakan nyeri pada kaki skala 3 tapi kebas yang dirasakan

sudah berkurang dari sebelumnya yang menandakan bahwa sirkulasi

darah pada bagian kaki pasien sudah lancar.

Hasil yang didapatkan pada subjek l diatas untuk sebelum dan

sesudah dilakukan masase kaki terdapat hasil yang signifikan hanya

terhambat pada hari pertama sampai hari ketiga skala nyeri pasien

tidak turun karena kurangnya gerak yang dilakukan subjek I, setelah

pasien dianjurkan untuk menggerakan kakinya baru didapatkan hasil

skala nyeri pada pasien berkurang. Dan pada hari seterusnya

walaupun nyeri tidak hilang sampai skala 0 tapi sudah berkurang dari

5 menjadi 3.

Hari pertama subjek II mengatakan bahwa keluhan yang

dirasakan adalah kesemutan dan nyeri pada bagian kaki, skala nyeri

3, setelah dilakukan masase kaki, pasien merasakan skala nyeri

berkurang menjadi 2. Hari kedua pasien mengatakan nyeri yang

dialami seperti di awal hari pertama yaitu 3, setelah melakukan

masase kaki dan dianjurkan untuk menggerakkan kaki secara

perlahan-lahan, nyeri kembali berkurang menjadi 2. Hari ketiga pasien

mengatakan biasa kaki sering merasakan kesemutan tapi, sekarang

sudah jarang, skala nyeri pun berkurang setelah dilakukan masase


48

menjadi 1. Pada hari keempat pun perkembangan yang terjadi

sangatlah pesat karena setelah dilakukan masase kaki, pasien

mengatakan tidak merasa nyeri lagi sampai pada hari keenam nyeri

dan kesemutan pada kaki pasien hilang.

Hasil yang didapatkan pada subjek ll diatas untuk sebelum dan

sesudah dilakukan masase kaki diabetikum, hasilnya sangat

berkembang dari hasil subjek I dikarenakan skala nyeri yang berbeda

tingkatan, subjek II tidak malas untuk menggerakan kakinya dan

sebelumnya kaki pasien tidak udema. Hasil yang sangat bagus dari

nyeri yang dirasakan pada skala 3 menjadi normal (skala 0).

Hasil penelitian Mulyati (2009), ini sesuai dengan pernyataan

yang menjelaskan bahwa efek fisiologis masase yang dilakukan

dengan sempurna terdiri dari efek mekanis dan reflex yang terjadi

simultan atau terpisah. Efek mekanis langsung terjadi dari otot atau

jaringan yang dimanipulasi. Efek masase pada otot adalah

menstimulasi sirkulasi, otot menjadi lembut dan fleksibel. Hal ini terjadi

karena otot yang telah di masase diperkirakan mengalami peningkatan

aliran darah tiga kali lipat dari otot yang istirahat. Masase

mencegah/mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan dan otot

menjadi lebih cepat pulih.


49

C. Keterbatasan peneliti

Dalam studi kasus ini peneliti mengalami hambatan sehingga

menjadi keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Kedua

subjek mengunakan insulin hal ini bisa saja mempengaruhi hasil

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai