Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. Kesenjangan Teori
Dari hasil pengkajian yang dilakukan dari tanggal 21-25 Mei 2019 di ruang cempaka
RSUD Pasar Minggu, kami merumuskan 6 (enam) masalah terkait manajemen keperawatan
yang terdapat di ruang ruang cempaka RSUD Pasar Minggu, yang terdiri dari (1)
managemen cairan dan medikasi yang belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP), (2) Identifikasi pasien, (3) Belum optimalnya dokumentasi keperawatan, (4) Belum
Hand over, dan (5) Resiko Jatuh (6) Pre dan post conference.
Sementara rumusan masalah dari hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri
oleh kepala ruangan, ketua tim serta beberapa pelaksana, disepakati sebanyak tiga masalah
terkait manajemen keperawatan yang terdapat di ruang ruang cempaka RSUD Pasar Minggu.
Ketiga masalah tersebut secara berurutan dengan skoring prioritas masalah dan alternatif
pemecahan masalah tertinggi adalah sebagai berikut : (1) pre dan post conference, (2) Belum
optimalnya pendokumentasian medikasi dan cairan, (3) Hand over. Dari ketiga masalah tersebut
kemudian di susun Plan Of Action (POA) secara bersama dan dilakukan intervensi terhadap
ketiga masalah tersebut. Setelah di lakukan intervensi kami melakukan evaluasi terhadap
ketiga masalah tersebut dengan menggunakan instrumen evaluasi yang sama dengan
instrumen evaluasi saat pengkajian dengan tujuan membandingkan hasil setelah dilakukan
intervensi dengan sebelum dilakukan intervensi.
Adapun gambaran masalah terkait fungsi manajemen keperawatan yang kami lakukan
intervensi adalah sebagai berikut :

1 Pre dan Post Conference


a Definisi Pre dan Post Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
b Jenis Conference
Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1) Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
 Ketua tim atau Pj tim membuka acara
 Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
 Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu.
 Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
 Ketua tim atau Pj tim menutup acara.
Tujuan pre conference adalah:
 Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
 Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
 Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
2) Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Post conference
dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut).
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
 Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
 Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
 Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
 Ketua tim atau Pj menutup acara.
Tujuan post conference adalah: Untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang
dijumpai.
Tujuan Pre dan Post Conference Secara umum tujuan konferensi adalah untuk
menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif
penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang
dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan
cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962).
Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi
asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).
c Syarat Pre dan Post Conference
1) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
4) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
d Pedoman pelaksanaan conference
1) Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2) Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3) Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik
4) Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
5) Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil
tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
6) Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
7) Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan
Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi Adapun panduan bagi
PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau
sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
2) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing – masing.
3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin
dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang disampaikan oleh
perawat pelaksana meliputi :
 Keluhan utama klien
 Keluhan klien
 TTV dan kesadaran
 Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
 Masalah keperawatan
 Rencana keperawatan hari ini.
 Perubahan keadaan terapi medis.
 Rencana medis.
4) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah
yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
 Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
 Ketepatan pemberian infuse.
 Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
 Ketepatan pemberian obat / injeksi.
 Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
 Ketepatan dokumentasi.
 Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
 Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing –masing perawatan asosiet.
 Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.
Hasil pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi terhadap
pelaksanaan pre dan post conference di ruang cempaka RSUD Pasar Minggu,
didapatkan angka sebesar 50%, dimana prosedur yang masih belum optimal.
Kami menyimpulkan bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan prosedur pre dan
post conference MPKP yang ada.

2 Pendokumentasian Medikasi Dan Cairan

2.1. Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya
yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya
dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

2.2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Ginjal.

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnya menyerap semua

poa bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh
ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit.

Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh
yang panas.

3. Paru.

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui
system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:

a) ADH.

Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan


keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis
posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan
cairan ekstrasel.

b) Aldosteron.

Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi
kalium, natrium dan system angiotensin rennin.

c) Prostaglandin.

Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur
pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.

d) Glukokortikoid.

Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan


volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

e) Mekanisme rasa haus.

Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang
hipotalamus untuk rasa haus.
2.3. Cara perpindahan cairan tubuh
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk
hidup, berkembang dan menjalani fungsinya yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostatis.

Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel (CIS) dan ekstrasel (CES), Dimana 67%
dari cairan tubuh berada di intrasel dan 33% berada di ekstrasel. CES dibagi menjadi cairan
intravaskuler dan cairan intersisiel.
Setiap kompartemen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi dimana setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut.

Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi
zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat
tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk
substansi tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan
substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan
energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.

a) Difusi.

Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel
membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui
membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung
pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan
molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil
akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan
dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b) Osmosis.

Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya


terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan
konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya.
Air merupakan solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan


satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda
dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai
kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan
larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan
larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik
mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis
dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang
kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang
berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

c) Transport aktif.

Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses
pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:

1. Tekanan cairan.

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic
juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut
koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat
bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam,
tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara
normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi.
Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan
intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse
intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma
darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke
dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang
konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan
osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan
interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih
besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan
sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah
kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini
penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

2. Membran semipermeable.

Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.


Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang
terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke
jaringan.

2.4. Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara fisiologis proporsi
besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara itu
merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat
dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh
pria dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total
BB, persentase Jumlah cairan tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam
lubuh,dan jenis kelamin jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.

2.5. Pengaturan volume cairan tubuh.

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan
fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan
ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

1. Intake Cairan

Kebutuhan cairan manusia berbeda-beda, untuk menghitung kebutuhan cairan adalah


dengan cara menggunakan patokan berat badan yaitu:

Untuk 10 kg BB pertama : 100 ml/KgBB

Untuk 10 kg BB ke dua : 50 ml/KgBB

Untuk sisa BB selanjutnya 20 ml/kg BB

Misal BB 50 kg kebutuhan cairannya adalah :

10 kg BB I = 10 x 100 = 1000 ml

10 kg BB II = 10 x 50 = 500 ml

Sisa BB berikut adalh 30 x 20 = 600 ml

Maka kebutuhan cairan dari BB 50 kg adalah 2100 ml

Air Metabolisme :

dewasa : 5 ml/kgBB/hari

Anak: usia 12-14 thn = 5-6 ml/kgBB/hari

Usia 7-11 tahun : 6-7 ml/kgBB/hari


Usia 5-7 thn 8 - 8.5 ml/kgBB/hari

Balita = 8 ml/kgBB/hari

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler,sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara
sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.

2. Output Cairan

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a. Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar
1400-1500 ml per 24 jam, atau Diuresis normal dewasa 0.5-1 ml/kgBB/jam pada
orang dewasa dan 2.5 ml-5 ml/kg BB /Jam pada bayi. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.

b. IWL (Insesible Water Loss) :

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 10 -
15 ml/kg BB/24 jam atau sekitar 300-400 ml/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
iniberasal dari anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

d. Feses :

Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.6. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit


a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.

c. Diet

Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :

- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.

f. Tindakan Medis :

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan :

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.

h. Pembedahan :

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan


keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Berdasarkan hasil kuesioner, 50% perawat terkadang masih mempercayakan keluarga pasien
untuk mengawasi kelancaran tetesan infus. 37,5% masih sering melakukan.
3 Hand Over/Operan
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu, imformasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan. (Nursalam, 2015)
Tujuan umum timbang terima yaitu mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting, sementara tujuan khususnya diantaranya adalah,
menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus), menyampaikan hal yang sudah atau
belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien, menyampaikan hal yang paling
penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya, serta menyusun rencana
kerja untuk dinas berikutnya.

Prosedur Operan / Timbang Terima :


1. Kepala Ruangan / Ketua Tim membuka acara dengan mengucapkan salam
2. Kepala ruangan memimpin doa bersama
3. Katim / PJ Shift mengoperkan / menyampaikan :
 Identitas pasien
 Diagnosa medis
 Diagnosa keperawatan
 Tindakan yang sudah dilaksanakan
 Tujuan khusus yang sudah dicapai
 Hasil asuhan/perkembangan pasien
 Tindak lanjut untuk shift berikutnya
4. Perawat shift selanjutnya melakukan klarifikasi terhadap penjelasan yang
disampaikan
5. Kepala ruangan memimpin ronde ke ruangan pasien :
 Memberi salam kepada pasien dan keluarga
 Mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien
 Menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi)
 Menginformasikan kepada pasien dan keluarga nama perawat/petugas shift
berikutnya
6. Kepala ruangan merangkum hasil operan dan memberikan saran tindakan
selanjutnya
7. Kepala ruangan menutup acara
8. Kepala ruangan memberikan motivasi sebelum memulai kegiatan

Hasil pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi terhadap pelaksanaan Hand


Over/operan (timbang terima) di ruang Cempak RSUD Pasar Minggu, didapatkan angka sebesar
86,6%, dimana prosedur yang masih belum optimal dilakukan adalah tidak menanyakan keluhan
pasien dan tidak memperkanalkan perawat yang berdinas. Kami menyimpulkan bahwa hal
tersebut tidak sejalan dengan prosedur operan MPKP yang ada.

B. Analisis (Pembahasan)
1. Pre dan Post Conference
Hasil pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi terhadap pelaksanaan pre
dan post conference di ruang cempaka RSUD Pasar Minggu, didapatkan angka sebesar
50%, dimana prosedur yang masih belum optimal. Kami menyimpulkan bahwa hal
tersebut tidak sejalan dengan prosedur pre dan post conference MPKP yang ada.

Pada saat Focus Group Discussion ketua tim serta pelaksana menyatakan bahwa
pre dan post conference sebenarnya jarang dilakukan dan pelaksanaan belum optimal
sesuai dengan prosedur dikarenakan akan menyita waktu yang lama apabila setiap
kondisi pasien di jelaskan secara lengkap.

2. Dokumentasi Medikasi dan Cairan


Berdasarkan hasil kuesioner, 50% perawat terkadang masih mempercayakan keluarga
pasien untuk mengawasi kelancaran tetesan infus. 37,5% masih sering melakukan.
Pada saat Focus Group Discussion, ditemukan terapi yang seharusnya sudah
stop tetapi masih diberikan dan terapi yang harusnya diberikan sesuai program tetapi
tidak tertera di daftar pemberian obat.

A. Penyelesaian Masalah
1. Pre Dan Post Conference
Implementasi pre dan post conference dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2019. Adapun
hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Menyusun SPO pre dan post conference.
SPO pre dan post conference di buat berdasarkan pedoman MPKP dan kemudain
disosialisasikan kepada perawat.

b. Melakukan Role Play pre dan post conference


Role Play pre dan post conference dilaksanakan tanggal 21 Juni 2019 jam 14.00 WIB di
ruang cempaka dengan melibatkan ketua tim serta perawat pelaksana.

Evaluasi dilaksanakan dari tanggal 24 Juni 2019 dengan menggunakan instrumen


observasi.
Tabel 4.2 Instrumen Observasi Pedoman Pre Conference MPKP
Hari/Tanggal : Senin / 24 Juni 2019
Shift : Pagi
No Kriteria Ya Tidak

1 Apakah katim membuka acara dengan salam 1

2 Apakah katim membagi alokasi pasien.

3 Apakah katim memberikan masukkan dan tindak 1


lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat ini

4 Apakah katim memberikan reinformance 1

5 Apakah katim menutup acara 1


Total 4

Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Pre Confrence:
Jumlah nilai x 100% = 4 x 100% = 100%
5 5

Tabel 2.21 Instrumen Observasi Pedoman Post Confrence MPKP


Hari/Tanggal : Senin 24 Juni 2019
Shift : Pagi
No Kriteria Ya Tidak

1 Apakah katim membuka acara dengan salam 1

2 Apakah katim menanyakan hasil asuhan masing- 1


masing pasien

3 Apakah katim menanyakan kendala dalam asuhan yang 1


diberikan

4 Apakah Katim mendiskusikan masalah yang telah 1


ditemukan dalam memberikan ASKEP pada pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah

5 Apakah katim menanyakan tindak lanjut, asuhan 1


pasien yang harus dioperkan ke perawat shift

6 Menyimpulkan hasil post conference

Total 4

Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Post Confrence:
Jumlah nilai x 100% = 4 x 100% = 100%
6 6

Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan hasil
pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi pre
conference dan post conference hanya mendapatkan angka 50%, sementara hasil evaluasi
keduanya menunjukan angka 100%.
Rencana tindak lanjut untuk masalah pre dan post conference di ruangan cempaka yaitu
Meningkatkan pelaksanaan pre dan post conference terutama dalam hal diterapkan sesuai
prosedur yang telah diberikan untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan
menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan.

2. Dokumentasi Medikasi Dan Cairan


Implementasi Medikasi dan Cairan dilaksanakan mulai pada tanggal 24 Juni 2019.
Adapun hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Sosialisasi tentang ronde keperawatan
Sosialisasi ronde keperawatan dilaksanakan tanggal 24 Juni 2019 jam 13.00 WIB di
lantai 3 ruang Cempaka dengan melibatkan 1 orang ketua tim, 5 orang pelaksana shift
pagi.

Evaluasi dilaksanakan dari tanggal 25 Juni 2019 dengan menggunakan instrumen


kuesioner yang sama pada saat pengkajian. Selain itu evaluasi observasi juga dilakukan
untuk memastikan dokumentaasi cairan dan medikasi dilakukan sesuai prosedur.

Hasil evaluasi dengan metode observasi yang dilaksanakan selama 2 hari di ruang
cempaka didapatkan bahwa pelaksanaan dokumentasi medikasi dan cairan telah
dilakukan sesuai dengan prosedur.
Rencana tindak lanjut untuk masalah dokumentasi medikasi dan cairan harus tetap
dipertahankan dan dioptimalkan agar dapat mencapai tujuan medikasi dan cairan untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis.
3. Hand Over/Operan
Implementasi operan/timbang terima dilaksanakan mulai pada tanggal 25 Juni 2019
Adapun hal-hal yang dilakukan adalah :
c. Melakukan telusur SPO Operan (timbang terima) yang ada di ruang cempaka.
Hasil telusur terhadap SPO Operan sampai dengan tanggal 25 Juni 2019, di
dapatkan bahwa SPO Operan (timbang terima) belum ditemukan
d. Menyusun SPO Operan (timbang terima).
SPO Operan di buat berdasarkan pedoman MPKP
e. Melakukan Role Play operan (timbang terima)
Role Play operan dilaksanakan tanggal 25 Juni 2019 jam di ruang cempaka dengan
melibatkan kepala ruangan, ketua tim serta pelaksana.
Evaluasi dilaksanakan dari tanggal 26 Juni 2019 dengan menggunakan instrumen
observasi.

Tabel 3.2 Instrumen Observasi Pedoman Operan MPKP


Hari/Tanggal : Rabu 26 Juni 2019
Shift : Pagi
No Kriteria Ya Tidak

1 Apakah karu dan katim membuka acara dengan salam 1

2 Apakah katim mengoperkan/menyampaikan :

a. identitas pasien 1
b. diagnosa medis
c. diagnosa keperawatan 1
d. tujuan khusus yang sudah dicapai 1
e. tindakan yang sudah dilaksanakan
f. hasil asuhan/perkembangan pasien 1
g. Tindak lanjut untuk shift selanjutnya
1

3 Apakah perawat selanjutnya mengklarifikasi 1


penjelasan yang sudah disampikan

4 Apakah karu memimpin ronde ke ruangan pasien 1

5 Apakah memberi salam kepada pasien, keluarga, serta 1


mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka
klarifikasi)

6 Apakah menginformasikan kepada pasien / keluarga 1


nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas

7 Apakah karu merangkum hasil operan, memberikan 1


saran tindak selanjutnya

8 Apakah karu memimpin doa bersama dan menutup 1


acara

9 Apakah karu memberikan motivasi sebelum mulai 1


kegiatan

Total 15

Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Operan :
Jumlah nilai x 100% = 15 x 100% = 100%
15 15
Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan
hasil pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi
pedoman operan MPKP hanya mendapatkan angka 86,6 %, sementara hasil evaluasi
menunjukan angka 100 %.
Rencana tindak lanjut untuk masalah hand over/ operan pada ruangan cempaka
diharapakan agar tetap dioptimalkan dan dipertahankan agar informasi yang disampaikan
saat operan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil analisa data dirumuskan 6 permasalahan terkait manajemen keperawatan
yang terdapat di ruang Cempaka RS Kesdam Jaya Cijantung, yang terdiri dari :
a. Belum optimalnya pelaksanaan managemen cairan dan medikasi.
b. Belum optimalnya dokumentasi keperawatan
c. Identifikasi pasien
d. Belum optimalnya hand over
e. Resiko jatuh
f. Belum optimal pelaksanaan pre dan post conference
2. Tiga prioritas masalah dan prioritas pemecahan masalah berdasarkan hasil skoring
terdiri dari :
a. Pre dan post confrence belum optimal
b. Managemen cairan dan medikasi
c. Ronde keperawatan belum berjalan optimal
3. Impelementasi permasalahan pre dan post conference terdiri dari :
a. Menyusun SPO pre dan post conference serta sosialisasi tentang pre dan
post conference
b. Melakukan Role Play pre dan post conference
4. Impelementasi permasalahan manageman medikasi dan cairan terdiri dari :
a. Sosialisasi tentang managemen medikasi dan cairan
5. Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan
hasil pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen
observasi pre conference dan post conference hanya mendapatkan angka 50%,
sementara hasil evaluasi keduanya menunjukan angka 100%.
6. Hasil evaluasi dengan metode observasi yang dilaksanakan selama 2 hari di ruang
cempaka didapatkan bahwa pelaksanaan dokumentasi medikasi dan cairan telah
dilakukan sesuai dengan prosedur.
7. Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan
dengan hasil pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen
observasi pedoman operan MPKP hanya mendapatkan angka 86,6 %, sementara
hasil evaluasi menunjukan angka 100 %
B. Saran
1. Instansi
a. Meningkatkan pengawasan pelaksanaan sasaran patient safety yang sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
b. Meningkatkan penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga keperawatan khususnya
terkait Model Praktik Keperawatan Profesional agar semua tenaga
keperawatan mengetahui konsep dan cara penerapan MPKP di unit nya
masing-masing
c. Meningkatkan pengawasan terhadap pre dan post conference yang di lakukan
di setiap unit
2. Ruangan Cempaka
a. Meningkatkan pelaksanaan pre dan post conference terutama dalam hal
diterapkan sesuai prosedur yang telah diberikan.
b. Mempertahankan pelaksanaan hand over yang sesuai pedoman MPKP.
c. Mempertahankan semua unsur kekuatan (strength) yang di miliki ruangan
cempaka.
3. Instansi pendidikan
Menyediakan Clinical Instructur dan Clinical Teacher yang lebih berkualitas agar
dapat membimbing mahasiswa dalam proses pemberian asuhan keperawatan
ataupun dalam pembuatan/penyusunan laporan keperawatan khususnya, agar
tercipta praktisi-praktisi keperawatan yang berkualitas dan profesional.
4. Mahasiswa
Lebih proaktif, cepat dan tanggap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi
yang dihadapi, melakukan analisa yang lebih dalam terhadap kesenjangan antara
teori dengan praktek dilapangan

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Pengesaha
    Lembar Pengesaha
    Dokumen7 halaman
    Lembar Pengesaha
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • BAB I-V Fiks
    BAB I-V Fiks
    Dokumen89 halaman
    BAB I-V Fiks
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Kin Kak Lina
    Kin Kak Lina
    Dokumen112 halaman
    Kin Kak Lina
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Ona Bab I-V Fix
    Ona Bab I-V Fix
    Dokumen102 halaman
    Ona Bab I-V Fix
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Tugas FGD KLP II
    Tugas FGD KLP II
    Dokumen21 halaman
    Tugas FGD KLP II
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Ona Bab I-V Fix
    Ona Bab I-V Fix
    Dokumen102 halaman
    Ona Bab I-V Fix
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Karya Tulis Ilmiah PDF
    Karya Tulis Ilmiah PDF
    Dokumen20 halaman
    Karya Tulis Ilmiah PDF
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Kin Kak Lina
    Kin Kak Lina
    Dokumen112 halaman
    Kin Kak Lina
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Kak Ona
    Lampiran Kak Ona
    Dokumen9 halaman
    Lampiran Kak Ona
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Assddddd
    Assddddd
    Dokumen3 halaman
    Assddddd
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Assddddd
    Assddddd
    Dokumen3 halaman
    Assddddd
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Jurnal KMB Kelompok 4 RSUD PASMING
    Presentasi Jurnal KMB Kelompok 4 RSUD PASMING
    Dokumen18 halaman
    Presentasi Jurnal KMB Kelompok 4 RSUD PASMING
    Waodesitirahmatia
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesaha
    Lembar Pengesaha
    Dokumen7 halaman
    Lembar Pengesaha
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Riana Pambudi BAB II
    Riana Pambudi BAB II
    Dokumen32 halaman
    Riana Pambudi BAB II
    Aji Prima
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lansia
    Konsep Lansia
    Dokumen28 halaman
    Konsep Lansia
    Isnindiah Triana Dewi
    100% (1)
  • Karya Ilmiah Akhir
    Karya Ilmiah Akhir
    Dokumen70 halaman
    Karya Ilmiah Akhir
    Oris Wicaksono
    Belum ada peringkat
  • Digital 20351496 PR Yunita Safitri
    Digital 20351496 PR Yunita Safitri
    Dokumen143 halaman
    Digital 20351496 PR Yunita Safitri
    waluyo
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lansia
    Konsep Lansia
    Dokumen28 halaman
    Konsep Lansia
    Isnindiah Triana Dewi
    100% (1)
  • PNP Klim Foma
    PNP Klim Foma
    Dokumen15 halaman
    PNP Klim Foma
    Restu Tux
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen16 halaman
    ASKEP
    Benny Berto
    Belum ada peringkat
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Dokumen23 halaman
    Askep Anemia
    Waodesitirahmatia
    Belum ada peringkat
  • Relaksasi Otot
    Relaksasi Otot
    Dokumen14 halaman
    Relaksasi Otot
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pasar Minggu
    BAB I Pasar Minggu
    Dokumen3 halaman
    BAB I Pasar Minggu
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Phbs
    Phbs
    Dokumen112 halaman
    Phbs
    Amalia Utami
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Seminar
    Intervensi Seminar
    Dokumen12 halaman
    Intervensi Seminar
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Gambar
    Gambar
    Dokumen1 halaman
    Gambar
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Seminar
    Intervensi Seminar
    Dokumen12 halaman
    Intervensi Seminar
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat
  • Askep Komunitas
    Askep Komunitas
    Dokumen2 halaman
    Askep Komunitas
    Dewi Arifa
    Belum ada peringkat
  • Gambar
    Gambar
    Dokumen1 halaman
    Gambar
    Zyelia Marsyelia
    Belum ada peringkat