A. Kesenjangan Teori
Dari hasil pengkajian yang dilakukan dari tanggal 21-25 Mei 2019 di ruang cempaka
RSUD Pasar Minggu, kami merumuskan 6 (enam) masalah terkait manajemen keperawatan
yang terdapat di ruang ruang cempaka RSUD Pasar Minggu, yang terdiri dari (1)
managemen cairan dan medikasi yang belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP), (2) Identifikasi pasien, (3) Belum optimalnya dokumentasi keperawatan, (4) Belum
Hand over, dan (5) Resiko Jatuh (6) Pre dan post conference.
Sementara rumusan masalah dari hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri
oleh kepala ruangan, ketua tim serta beberapa pelaksana, disepakati sebanyak tiga masalah
terkait manajemen keperawatan yang terdapat di ruang ruang cempaka RSUD Pasar Minggu.
Ketiga masalah tersebut secara berurutan dengan skoring prioritas masalah dan alternatif
pemecahan masalah tertinggi adalah sebagai berikut : (1) pre dan post conference, (2) Belum
optimalnya pendokumentasian medikasi dan cairan, (3) Hand over. Dari ketiga masalah tersebut
kemudian di susun Plan Of Action (POA) secara bersama dan dilakukan intervensi terhadap
ketiga masalah tersebut. Setelah di lakukan intervensi kami melakukan evaluasi terhadap
ketiga masalah tersebut dengan menggunakan instrumen evaluasi yang sama dengan
instrumen evaluasi saat pengkajian dengan tujuan membandingkan hasil setelah dilakukan
intervensi dengan sebelum dilakukan intervensi.
Adapun gambaran masalah terkait fungsi manajemen keperawatan yang kami lakukan
intervensi adalah sebagai berikut :
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya
yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya
dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
2.2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnya menyerap semua
poa bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh
ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh
yang panas.
3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui
system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:
a) ADH.
b) Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi
kalium, natrium dan system angiotensin rennin.
c) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur
pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.
d) Glukokortikoid.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang
hipotalamus untuk rasa haus.
2.3. Cara perpindahan cairan tubuh
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk
hidup, berkembang dan menjalani fungsinya yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostatis.
Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel (CIS) dan ekstrasel (CES), Dimana 67%
dari cairan tubuh berada di intrasel dan 33% berada di ekstrasel. CES dibagi menjadi cairan
intravaskuler dan cairan intersisiel.
Setiap kompartemen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi dimana setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut.
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi
zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat
tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk
substansi tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan
substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan
energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
a) Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel
membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui
membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung
pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan
molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil
akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan
dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b) Osmosis.
c) Transport aktif.
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses
pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
1. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic
juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut
koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat
bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam,
tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara
normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi.
Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan
intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse
intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma
darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke
dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang
konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan
osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan
interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih
besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan
sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah
kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini
penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2. Membran semipermeable.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara fisiologis proporsi
besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara itu
merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat
dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh
pria dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total
BB, persentase Jumlah cairan tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam
lubuh,dan jenis kelamin jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan
fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan
ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
1. Intake Cairan
10 kg BB I = 10 x 100 = 1000 ml
10 kg BB II = 10 x 50 = 500 ml
Air Metabolisme :
dewasa : 5 ml/kgBB/hari
Balita = 8 ml/kgBB/hari
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler,sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara
sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.
2. Output Cairan
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar
1400-1500 ml per 24 jam, atau Diuresis normal dewasa 0.5-1 ml/kgBB/jam pada
orang dewasa dan 2.5 ml-5 ml/kg BB /Jam pada bayi. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 10 -
15 ml/kg BB/24 jam atau sekitar 300-400 ml/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
iniberasal dari anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feses :
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan :
B. Analisis (Pembahasan)
1. Pre dan Post Conference
Hasil pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi terhadap pelaksanaan pre
dan post conference di ruang cempaka RSUD Pasar Minggu, didapatkan angka sebesar
50%, dimana prosedur yang masih belum optimal. Kami menyimpulkan bahwa hal
tersebut tidak sejalan dengan prosedur pre dan post conference MPKP yang ada.
Pada saat Focus Group Discussion ketua tim serta pelaksana menyatakan bahwa
pre dan post conference sebenarnya jarang dilakukan dan pelaksanaan belum optimal
sesuai dengan prosedur dikarenakan akan menyita waktu yang lama apabila setiap
kondisi pasien di jelaskan secara lengkap.
A. Penyelesaian Masalah
1. Pre Dan Post Conference
Implementasi pre dan post conference dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2019. Adapun
hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Menyusun SPO pre dan post conference.
SPO pre dan post conference di buat berdasarkan pedoman MPKP dan kemudain
disosialisasikan kepada perawat.
Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Pre Confrence:
Jumlah nilai x 100% = 4 x 100% = 100%
5 5
Total 4
Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Post Confrence:
Jumlah nilai x 100% = 4 x 100% = 100%
6 6
Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan hasil
pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi pre
conference dan post conference hanya mendapatkan angka 50%, sementara hasil evaluasi
keduanya menunjukan angka 100%.
Rencana tindak lanjut untuk masalah pre dan post conference di ruangan cempaka yaitu
Meningkatkan pelaksanaan pre dan post conference terutama dalam hal diterapkan sesuai
prosedur yang telah diberikan untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan
menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan.
Hasil evaluasi dengan metode observasi yang dilaksanakan selama 2 hari di ruang
cempaka didapatkan bahwa pelaksanaan dokumentasi medikasi dan cairan telah
dilakukan sesuai dengan prosedur.
Rencana tindak lanjut untuk masalah dokumentasi medikasi dan cairan harus tetap
dipertahankan dan dioptimalkan agar dapat mencapai tujuan medikasi dan cairan untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis.
3. Hand Over/Operan
Implementasi operan/timbang terima dilaksanakan mulai pada tanggal 25 Juni 2019
Adapun hal-hal yang dilakukan adalah :
c. Melakukan telusur SPO Operan (timbang terima) yang ada di ruang cempaka.
Hasil telusur terhadap SPO Operan sampai dengan tanggal 25 Juni 2019, di
dapatkan bahwa SPO Operan (timbang terima) belum ditemukan
d. Menyusun SPO Operan (timbang terima).
SPO Operan di buat berdasarkan pedoman MPKP
e. Melakukan Role Play operan (timbang terima)
Role Play operan dilaksanakan tanggal 25 Juni 2019 jam di ruang cempaka dengan
melibatkan kepala ruangan, ketua tim serta pelaksana.
Evaluasi dilaksanakan dari tanggal 26 Juni 2019 dengan menggunakan instrumen
observasi.
a. identitas pasien 1
b. diagnosa medis
c. diagnosa keperawatan 1
d. tujuan khusus yang sudah dicapai 1
e. tindakan yang sudah dilaksanakan
f. hasil asuhan/perkembangan pasien 1
g. Tindak lanjut untuk shift selanjutnya
1
Total 15
Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Operan :
Jumlah nilai x 100% = 15 x 100% = 100%
15 15
Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan
hasil pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen observasi
pedoman operan MPKP hanya mendapatkan angka 86,6 %, sementara hasil evaluasi
menunjukan angka 100 %.
Rencana tindak lanjut untuk masalah hand over/ operan pada ruangan cempaka
diharapakan agar tetap dioptimalkan dan dipertahankan agar informasi yang disampaikan
saat operan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Hasil analisa data dirumuskan 6 permasalahan terkait manajemen keperawatan
yang terdapat di ruang Cempaka RS Kesdam Jaya Cijantung, yang terdiri dari :
a. Belum optimalnya pelaksanaan managemen cairan dan medikasi.
b. Belum optimalnya dokumentasi keperawatan
c. Identifikasi pasien
d. Belum optimalnya hand over
e. Resiko jatuh
f. Belum optimal pelaksanaan pre dan post conference
2. Tiga prioritas masalah dan prioritas pemecahan masalah berdasarkan hasil skoring
terdiri dari :
a. Pre dan post confrence belum optimal
b. Managemen cairan dan medikasi
c. Ronde keperawatan belum berjalan optimal
3. Impelementasi permasalahan pre dan post conference terdiri dari :
a. Menyusun SPO pre dan post conference serta sosialisasi tentang pre dan
post conference
b. Melakukan Role Play pre dan post conference
4. Impelementasi permasalahan manageman medikasi dan cairan terdiri dari :
a. Sosialisasi tentang managemen medikasi dan cairan
5. Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan
hasil pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen
observasi pre conference dan post conference hanya mendapatkan angka 50%,
sementara hasil evaluasi keduanya menunjukan angka 100%.
6. Hasil evaluasi dengan metode observasi yang dilaksanakan selama 2 hari di ruang
cempaka didapatkan bahwa pelaksanaan dokumentasi medikasi dan cairan telah
dilakukan sesuai dengan prosedur.
7. Hasil evaluasi ini menunjukan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan
dengan hasil pengkajian, dimana saat pengkajian dengan menggunakan instrumen
observasi pedoman operan MPKP hanya mendapatkan angka 86,6 %, sementara
hasil evaluasi menunjukan angka 100 %
B. Saran
1. Instansi
a. Meningkatkan pengawasan pelaksanaan sasaran patient safety yang sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
b. Meningkatkan penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga keperawatan khususnya
terkait Model Praktik Keperawatan Profesional agar semua tenaga
keperawatan mengetahui konsep dan cara penerapan MPKP di unit nya
masing-masing
c. Meningkatkan pengawasan terhadap pre dan post conference yang di lakukan
di setiap unit
2. Ruangan Cempaka
a. Meningkatkan pelaksanaan pre dan post conference terutama dalam hal
diterapkan sesuai prosedur yang telah diberikan.
b. Mempertahankan pelaksanaan hand over yang sesuai pedoman MPKP.
c. Mempertahankan semua unsur kekuatan (strength) yang di miliki ruangan
cempaka.
3. Instansi pendidikan
Menyediakan Clinical Instructur dan Clinical Teacher yang lebih berkualitas agar
dapat membimbing mahasiswa dalam proses pemberian asuhan keperawatan
ataupun dalam pembuatan/penyusunan laporan keperawatan khususnya, agar
tercipta praktisi-praktisi keperawatan yang berkualitas dan profesional.
4. Mahasiswa
Lebih proaktif, cepat dan tanggap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi
yang dihadapi, melakukan analisa yang lebih dalam terhadap kesenjangan antara
teori dengan praktek dilapangan