PENDAHULUAN
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau
untuk kehidupan.
drastis, kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut dan
kematian dalam waktu singkat (Junaidi, 2011). Stroke masih menjadi masalah
1
(JAHA, 2016). Meningkatnya jumlah penderita stroke diseluruh dunia dan juga
terdapat lebih dari 1000 penderita stroke yang berusia kurang dari 30 tahun
kematian utama hampir seluruh Rumah Sakit di Indonesia dengan angka kematian
sekitar 15,4%. Tahun 2007 prevalensinya berkisar pada angka 8,3% sementara
pada tahun 2013 meningkat menjadi 12,1%. Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke
dari kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75
tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar
0,2% (Riskesdas, 2013). Menurut penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2013, prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis oleh
pada umur ≥15 tahun 2013 di Sumatera Barat naik dari 7,4% menjadi 12,2%
diamana juga terjadi peningkatan pada usia 15-24 tahun (0,2 % menjadi 2,6%)
usia 25-34 tahun (0,6% menjadi 3,9%) usia tahu 35-44 tahun (2,5% menjadi
penderita stroke pada tahun 2009 menurut dr. Herman Samsudi, Sp.S, seorang
ahli saraf sekaligus ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Cabang DKI
2
(2014) mencatat bahwa jumlah penderita stroke di Indonesia tahun 2013
stroke, ada sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan
maupun berat (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 didapatkan data bahwa stroke
orang tua. Dulu, stroke hanya terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun
meningkatnya penderita stroke usia muda lebih disebabkan pola hidup, terutama
justru stroke di usia produktif sering terjadi akibat kesibukan kerja yang
menyebabkan seseorang jarang olahraga, kurang tidur, dan stres berat yang juga
terjadinya stroke pada usia muda kurang dari 40 tahun dibagi dua
kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat diubah (jenis kelamin, umur,
riwayat keluarga) dan faktor yang dapat di ubah seperti pola makan,
3
jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan gagal jantung. Namun demikian
stroke juga sudah muncul pada kelompok usia muda (15-24 tahun) sebesar 0,3%
di Indonesia dan demikian juga di negara lain. Dalam penelitian Miah (2012)
disimpulkan bahwa pada kelompok usia muda ditemukan faktor risiko yang
pada kelompok usia tua faktor risiko yang signifikan untuk pengembangan stroke
dan dislipidemia.
orang responden yang menderita stroke, 59,52% (25 orang) berusia <55 tahun,
jantung dan DM), menderita hipertensi, menderita DM, tidak obesitas, tidak
Burhanuddin dkk (2013) didapatkan hasil bahwa pada usia dewasa awal yang
memiliki faktor risiko, perilaku atau kebiasaan merokok berisiko 2,68 kali,
riwayat diabetes mellitus berisiko 5,35 kali, riwayat hipertensi berisiko 16,33 kali,
riwayat hiperkolesterolemia berisiko 3,92 kali menderita penyakit stroke dari pada
kasus (<50 tahun) adalah 43 tahun. Faktor risiko jenis kelamin, hipertensi,
muda pada pasien RS Brawijaya Surabaya. Faktor risiko obesitas, sebagai faktor
4
risiko yang mempengaruhi kejadian stroke usia muda pada pasien RS Brawijaya
kejadian stroke tetap tidak berubah di antara mereka yang berusia 20-49 tahun dan
paling umum yaitu merokok (56,4%), diikuti oleh hipertensi arteri (50%),
emboligenic (12,7%).
penyebab paling terkemuka iskemik dan stroke hemoragik di orang dewasa muda
yang di rawat di rumah sakit. Faktor risiko yang dapat di modifikasi sama untuk
kelompok usia muda dan tua namun prevalensi faktor risiko ini tidak sama pada
kedua usia ini. Hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus adalah faktor
risiko yang paling umum pada kalangan orang tua. Sebaliknya pasien stroke pada
usia muda memiliki faktor risiko dislipidemia (60%) merokok (44%) dan
hipertensi (39%). Dalam penelitian lain tiga faktor risiko yang paling banyak
terajadi pada pasien stroke usia muda adalah merokok (49%) dislipidemia (46%)
dan hipertensi (36%) pada pasien stroke iskemik pertama (Smajlovic, 2015).
dimana faktor risiko pada usia muda yaitu dislipidemia (52.7%), merokok
(47.3%), dan hipertensi (39.3%). Berbagai hasil penelitian diatas, faktor risiko
stroke pada usia muda itu tidak jauh berbeda, seperti riwayat stroke pada keluarga,
merokok, hipertensi, diabetes melitus dan aktivitas fisik serta tingkat stres hampir
5
ada di setiap penelitian. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat faktor risiko
diabetes melitus, aktivitas fisik dan tingkat stres. Faktor itu diambil karena dari
Serangan stroke dengan faktor risiko yang terjadi pada usia muda akan
kesulitan bicara, menelan, serta membedakan kanan dan kiri. Stroke tak lagi
muda yang masih produktif. Jika stroke sudah menyerang usia muda yang
produktif, hal itu akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta
harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk pengobatan pasien paska
stroke. Pada keluarga, yang sering terkena stroke biasanya tulang punggung
keluarga karena sering melakukan gaya hidup yang kurang sehat, akibat
Penuaan adalah proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap
manusia. Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang
normal, tetapi pada kenyataannya hal ini menjadi beban bagi setiap manusia yang
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses penuaan
6
biologis yang dialami lansia relatif tidak akan menimbulkan perubahan buruk
tingkat ketergantungan lansia terhadap orang lain sangat tinggi. Hal ini
toleransi aktivitas, kesejajaran tubuh, dan posisi tubuh yang aman saat bekerja.
Mekanika tubuh yang baik yakni yang dapat memelihara dan mempertahankan
kekuatan otot serta memelihara pergerakan sendi, salah satunya dengan ROM
(Range of Motion) yaitu kemampuan klien untuk menggerakan sendi agar tidak
badan dan anggota gerak secara teratur baik dibantu maupun secara mandiri yang
7
Umumnya dimasyarakat apabila ada orang yang sakit, maka ia hanya tidur
atau berbaring saja tanpa melakukan aktivitas yang berguna untuk melatih otot-
otot tubuhnya agar tidak kaku. Orang biasanya takut untuk melakukan gerakan-
gerakan badan ketika sakit, karena khawatir membuat sakitnya semakin parah.
ditempat tidur saja. Salah satu contoh penyakit yang dianjurkan untuk orang
melakukan latihan gerak badan adalah stroke, karena orang yang terkena stroke
darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik
Range Of Motion (ROM) adalah suatu tehnik dasar yang digunakan untuk
menilai gerakan dan untuk gerakan awal kedalam suatu program intervensi
terapeutik. Gerakan dapat dilhat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun
gaya eksternal lain dalam ruang gerakannya melalui persedian. Bila terjadi
gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan
terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah,
dan saraf. Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion
atau ROM. Karena itu, perawat harus dapat mengenali masalah konstipasi sebagai
8
ROM (range of motion) pada klien lansia dengan stroke akibat pembatasan
aktivitas atau bedrest total terbukti mampu mencegah dan mengatasi kelumpuhan.
melakukan latihan ROM pada klien dengan Stroke serta mengidentifikasi apakah
klien.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
9
e. Mampu melakukan evaluasi pada keluarga Tn.I khususnya Tn.I dan
1. Manfaat keilmuan
2. Bagi penelitian
Sebagai sumber informasi pada karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2.1 Defenisi
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
2002).
a. Usia
11
keelastisannya, dengan adanya plak akan semikin memperburuk
keadaan pembuluh darah dan beresiko stroke dari pada usia muda.
b. Herediter
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
aliran darah, suplay darah dan oksigen ke otak juga akan terganggu,
c. Diabetes Milletus
12
Pembuluh darah pada penderita diabetes akan mengalami kekauan.
d. Hiperkolessterolemia
e. Obesitas
f. Merokok
2.2.3 Klasifikasi
a. Stroke Hemoragi,
13
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
1) Perdarahan intraserebra
2) Perdarahan subaraknoid
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi
hemisensorik, dll)
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
14
pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
2.2.4 Etiologi
1. Thrombosis Cerebral
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
15
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
a. Aterosklerosi
dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan
aliran darah.
d. Emboli
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
16
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan
(RHD).
2) Myokard infark
embolus-embolus kecil.
1. Haemorhagi
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat
2. Hipoksia Umum
17
b. Cardiac Pulmonary Arrest
3. Hipoksia Setempat
2.2.5 PATOFISIOLOGI
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme
vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan
18
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti
disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
19
di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit
Muttaqin 2008)
Pathway
20
2.2.6 Manifestasi klinis
21
1. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan),
b. Defisit Motorik
1. Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis
2. Ataksia
3. Disartria
4. Disfagia
c. Defisit Verbal
1. Afasia Ekspresif
22
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu
2. Afasia Reseptif
3. Afasia Global
4. Defisit Kognitif
5. Defisit Emosional
perasaan isolasi.
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan
jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi
23
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya
8. Gangguan persepsi
1. Angiografi serebral
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
pemindaian CT).
3. CT scan
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
24
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
5. EEG
6. Pemeriksaan laboratorium
hiperglikemia.
sendiri.
2.2.8 Penatalaksanaan
25
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
membantu pernafasan.
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
a. Pengobatan Konservatif
arterial.
alteroma.
kardiovaskuler.
26
b. Pengobatan Pembedahan
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat,
Dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau penyalur
(Effendi,1998).
27
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan suatu pendekatan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
(Effendi,1998).
28
2.2.9.3 Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga
meliputi :
a. Keluarga dengan anngota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut :
keturunan.
3. Menderita hipertensi.
4. Primeparaatau multipara.
1. Lahir premature/BBLR
anaknya.
29
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga.
4. Salah satu orang tua (istri/suami) meninggal, cerai, atau lari meninggalkan
keluarga (Effendi,1998).
3. Berpikiran positif
1. Karakteristik pengirim
2. Karakteristik penerima
- Siap mendengarkan
30
- Melakukan validasi
b. Struktur peran.
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan, yang dimaksud posisi atau status adalah posisi yang diberikan,
c. Struktur kekuatan
Nilai meruoakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
a. Fungsi Afektif
31
b. Fungsi sosialisasi
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma, budaya, dan
c. Fungsi reproduksi
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga bencana maka fungsi ini
sedikit terkontrol.
d. Fungsi ekonomi
sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
perubahan yang terjadi pada anggota keluarga dengan stroke. Apakah yang sudah
di lakukan keluarga, apa persepsi keluarga tentang hal yang telah di lakukan
anggota keluarga memenuhi syarat tidur sesuai dengan tuntutan usia. Kebiasaan
32
kopi, teh dan rokok. Apakah keluarga secara reguler menggunakan obat yang di
beli di toko untuk menghilangkan pusing. Peran keluarga dalam perawatan diri :
Apakah yang di lakukan kelurga untuk memperbaiki satus kesehatan. Siapa yang
setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum
yang sah.
33
b. Tahap II : Keluarga “ Child Bearing “ (Keluarga anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama dan berlanjut sampai anak
Tahap ini di mulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
34
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah
Tahap keluarga yang dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun berakhir sampai 6-7
Tahap ini di mulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini tergantung dalam jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang
35
2. Mempertahankan keintiman pasangan istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua.
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
1. Mempertahankan kesehatan.
h. Tahap VIII : Keluarga usia lanjut Pada tahap terakhir perkembangan keluarga
ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun berlanjut saat salah satu pasangan
pendapatan.
36
Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Diagnosa individu :
Intervensi:
4. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi seperti: fungsi bicara jika pasien sadar.
b. Kurangnya pengetahuan.
Intervensi :
2. Jelaskan tentang stroke dan efeknya pada otak, jantung, ginjal dan pembuluh
darah.
Intervensi:
37
2. Diagnosa keperawatan keluarga
Intervensi :
komplikasi,serta penanganannya.
Intervensi :
mengambil keputusan.
2. Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat mereka pilih dan
Intervensi:
38
d. ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat
Intervensi:
rumah.
memelihara kesehatan.
Intervensi:
keluarga.
I. Pengertian ROM
fisik terutama aktivitas gerak (mobilisasi) untuk pasien dengan keterbatasan gerak
39
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
II. Tujuan
3) Menstimulasi persendian
6) Meningkatkan massaotot
1. ROM Pasif
ROM pasif : latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat
Indikasi latihan fasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
40
2. ROM Aktif
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal (klien aktif). (Potter and Perry, 2006). Latihan ROM aktif adalah Perawat
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
5. Nyeri otot, persendian atau tulang, nyeri pinggang, tenggkuk, lutut, bahu
V. Kontraindikasi
1.Hypermobilitas
2.Inflamasi
4.Nyeri hebat
41
VI. Latihan Gerak Aktif dan Pasif
1. Latihan Pasif
1.Pegang lengan atas dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan
meluruskan siku
1.Posisi lengan fleksi, tangan kiri perawat memegang pergelangan yangan kanan
2.Pronasi siku memutar lengan bawah ke arah luar, telapak tangan diarah luar.
3.Gerakan supinasi perawat memutar lengan pasien kearah dalam, telapak tangan
2.Luruskan siku naikan dan turunkan legan dengan siku tetap lurus
1.luruskan dan gerakkan tangan ke arah atas kemudian kembali ke posisi semula.
42
e. Fleksi dan eksensi jari-jari kaki
1.Pegang pergelangan kaki pasien dengan tangan kiri dan kaki pasien dengan
tangan kanan, lakukan gerakan fleksi jari kedepan ke bawah kearah tempat tidur
1.Pegang pergelangan kaki pasien dengan tangan kiri dan telapak tangan dengan
tangan kanan, perawat menggerakan telapak kaki kea rah dalam , lalu
2. Latihan aktif
a. Latihan ROM aktif pada leher: fleksi, ekstensi, hiperkestensi, fleksi kanan
b. Latihan ROM aktif pada bahu: fleksi ke atas, ekstensi, hiperkestensi, fleksi
43
c. Latihan ROM aktif pada siku; fleksi, ekstensi, supinasi, dan pronasi
abduksi, adduksi.
abduksi, adduksi
44
f. Latihan ROM pada kaki: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, eversi dan
inverse
1. Definisi Keluarga
Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
45
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
2008). Sedangkan menurut Depkes RI ( 1988) keluarga adalah inti terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
2. Struktur keluarga
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
46
4. Patrilokal
5. Keluarga kawin
struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada
melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh.
Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga,
misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi
47
3. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut
dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik
arah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
(affective power).
48
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
b. Fungsi psikologis
c. Fungsi sosialisasi
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak. Meneruskan nilai-nilai
budaya.
d. Fungsi ekonomi
hari tua.
49
e. Fungsi pendidikan
50
sendiri. Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
keluarga.
keluarga.
6. Peran Keluarga
(Kozier, 1995). Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga. Berikut ini tugas keluarga
51
tepat, yaitu keluarga mampu membuat keputusan dan merencanakan
7. Kemampuan Keluarga
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom, 1956 dalam Potter dan
(Craven, 2006)
52
8. Stress Dan Koping Keluarga
mode adaptasi yang paling positif sebagai hasil dari penggunaan strategi
b. Koping Keluarga
koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota keluarga sendiri dan
53
c. Strategi adaptasi disfungsional
otoritariansme.
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit
Friedman, 1999) :
54
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
30 bulan :
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
55
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
sangat sibuk :
anggota keluarga
otonominya
56
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada
anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
masa tua
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
1) Mempertahankan kesehatan
57
h. Keluarga usia lanjut
58
BAB III
TINJAUAN KASUS
H. Data Umum
Kasus 1 :
keluarga dengan anggota keluarga yang terdiri dari Ny.H (60 tahun)
sebagai istri, Tn.R (43 tahun) sebagai anak pertama dan Tn.S (37 tahun)
family) yang terdiri dari orang tua yakni Tn.I dan Ny.H dan 2 orang anak
yaitu Tn.R, dan Tn.S. Anak-anak Tn.I dan Ny.H tinggal dalam 1 rumah.
Keluarga Tn.I dan Ny.H berasal dari suku Sunda. Keluarga Tn.I menganut
agama Islam. Sumber pendapatan keluarga Tn.I didapat dari hasil gaji
keluarga Tn.I adalah mereka jarang keluar lebih suka di rumah sambil
menonton tv.
keluarga saat ini berada pada tahap dimana orang tua selalu memberikan
Ny. H mengatakan: Tn.R dan Tn.S yang merupakan anaknya pernah bekerja dan
sudah menikah kemudian berhenti bekerja dan ditinggal oleh istri masing’
sehingga saat ini Ny.H merasa tidak bisa memaksa kedua anaknya untuk kembali
kepada istri bahkan mungkin untuk menikah lagi. Riwayat keluarga inti, Tn.I
59
menderita penyakit stroke sekitar 5tahun yang lalu dan belum pernah berobat ke
RS atau faskes terdekat. Tn.I sudah tidak bisa berjalan kurang lebih 4bulan yang
lalu. Riwayat keluarga sebelumnya adalah Tn.I dan Ny.H memiliki riwayat
berbagi dan membantu satu dengan yang lain. Keluarga Tn.I merupakan
yaitu pola komunikasi terbuka antara Tn.I, istri dan anak-anaknya. Dalam
semenjak Tn.I sakit. Peran keluarga Tn.I sebagai kepala keluarga sudah
tidak berjalan dengan baik ketika sakit yang dialami. Di keluarga Tn.I
tidak ada yang bekerja, mereka hanya mengharapkan uang pensiunan Tn.I
sebagai IRT yang mengurus segala keperluan Tn.I dan keluarga. Fungsi
waktu tidak pernah dilakukan oleh Tn.R dan Tn.S yang merupakan anak,
Fungsi sosial dan budaya dalam keluarga Tn.I adalah mereka dapat
60
berinteraksi namun jarang bergaul dengan orang dilingkungan sekitar.
kurang lebih 4bulan dan mereka tidak tahu penyebabnya yang mereka tahu hanya
stroke. Meskipun mereka telah mengetahui penyakit yang diderita Tn.I tetapi
memberikan rokok untuk dihisap oleh Tn.I, makanan yang sebenarnya dilarang,
pola istirahat yang belum sesuai dan bahkan Ny.H mengatakan belum tahu
pantangan-pantangan apa saja yang ada pada penyakit stroke. Tn.S yang adalah
anak mengatakan setiap pagi selalu membersihkan rumah dan lingkungan rumah.
lainnya.
bisa berjalan lagi. Stressor jangka panjang dalam keluarga Tn.I adalah Tn.I
61
Dalam keluarga Tn.I penulis menemukan ada anggota keluarga yang sakit
2222 2222
62
63
Format Analisa Data
1. DS : Ketidakefektifan
Keluarga mengatakan Tn.I sudah manajemen
lama menderita penyakit stroke kesehatan keluarga
kurang lebih 5tahun yang lalu
Keluarga mengatakan ekstremitas
sebelah kanan Tn.I sudah kaku dan
belum pernah dilakukan terapi atau
latihan
Keluarga mengatakan selama ini tidak
pernah membawa Tn.I ke RS atau
pelayanan kesehatan terdekat
Keluarga mengatakan tahu tentang
penyakit stroke tetapi tidak
memahami lebih jelas informasi
kesehatan tentang penyakit tersebut.
DO :
- TD : 1500/100mmHg
- N : 90x/m
- S : 36,4 C
- RR : 23x/m
64
2. DS:
Keluarga mengatakan Tn.I cemas dan Perilaku kesehatan
khawatir dengan kondisi Tn.I karena cenderung beresiko
akan berdampak ke masalah
kesehatan lainnya.
Keluarga mengatakan sebelumnya
tidak pernah ke rumah sakit
Keluarga Tn.I masih memberikan
makanan yang sama dengan anggota
keluarga lain yang merupakan
pantangan
DO :
- Tn.I tampak makan
berminyak, masih merokok
- Tn.I tampak di bantu ketika
minta sesuatu
- TD : 150/100mmHg
- N: 90x/m
- S : 36,4 C
- RR : 23x/m
65
Kasus II
keluarga dengan anggota keluarga yang terdiri dari Ny.M (58 tahun)
sebagai istri, Tn.R (33 tahun) sebagai anak pertama dan Nn.S (28 tahun)
sebagai anak kedua. Tipe keluarga Ny.M adalah singgle parent. Ny.M
Ny.M berasal dari suku Sunda dan semuanya beragama islam. Sumber
dan Nn.s, dan Tn.S memberi uang sehari kurang lebih 50.000,terkadang
dikirim anaknya yang tua tetapi tidak setiap saat. Aktivitas rekreaksi
keluarga Ny.M adalah mereka jarang keluar lebih suka di rumah sambil
menonton tv.
kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami istri dan saling
M pisah rumah dengan Tn.S sudah semenjak sakit stroke dan tidak bisa
berjalan sekitar 6bulan yang lalu. Suaminya punya istri lagi semenjak dia
sakit seperti ini. Tugas Tahapan perkembangan yang belum terpenuhi, Ny. M
66
mengatakan sudah pisah dengan suaminya, karena sejak Ny.M sakit Tn.S
punya istri lagi, sekarang Tn.S tinggal di rumah istri mudanya. Riwayat
keluarga inti, Ny.M sudah menderita penyakit stroke kurang lebih 4 tahun yang
lalu dan sudah tidak bisa berjalan lagi sekitar 6bulan yang lalu. Serentak
strokenya sejak lama, tetapi tidak dibawa ke Rs atau Faskes terdekat. Riwayat
penyakit keturunan.
menggunakan penerangan lampu PLN. Sumber air berasal dari sumur dengan
kebiasaan mengaji bersama dan jika ada yang sakit mereka selalu saling
membantu. Setiap bulan ada pertemuan dan mereka mengikuti untuk kerja bakti
adalah asli sunda dan bandung tetapi sudah tinggal dan menetap di bogor
kelurahan Mulyaharja sudah cukup lama dan tidak pernah pindah. Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat Ny.M mengatakan setiap hari mereka
selalu berkumpul di rumah dan menonton Tv. Mereka jarang keluar rumah dan
67
dalam keluarga keputusan diambil berdasarkan hasil musyawarah namun tetap
keputusan berada pada Tn.S yang adalah suami meskipun tidak tinggal serumah.
Peran anggota keluarga Ny.M berjalan dengan baik. Tn.S yang merupakan
Ny.M. Sementara Ny.M sudah tidak bisa berperan sebagai IRT dengan
baik semenjak sakit. Fungsi keluarga, fungsi afektif : Ny.M sangat menyayangi
Ny.M tidak mau berkumpul lagi bersama karena Tn.S sudah mempunyai istri
orang disekitanya. Karena kondisi Ny.M yang sudah tidak bisa berjalan lagi.
Fungsi reproduksi Ny.M mengatakan dia sudah tidak mengalami fase menstruasi
lagi karna faktor usia yang sudah lanjut. Suaminya juga sudah punya istri baru
dan mereka sudah tidak tinggal bersama lagi. Fungsi ekonomi : keadaan
perekonomian Ny.M di dapat dari suami yang bekerja sebagai sopir, kadang juga
dikasih oleh anaknya yang telah menikah , namun untuk kebutuhan sehari-hari
anaknya sudah mencari pekerjaan tetapi sampai sekarang belum bekerja. Stressor
jangka panjang keluarga Ny.M mengatakan takut tidak bisa berjalan lagi dan
68
hindari. Dalam keluarga Tn.I penulis menemukan ada anggota keluarga
2222 2222
1. DS : Ketidakefektifan
Keluarga mengatakan Ny.M sudah manajemen kesehatan
lama menderita penyakit stroke keluarga
kurang lebih 4tahun yang lalu
Keluarga mengatakan ekstremitas
bagian bawah Ny.M sudah terganggu
Keluarga mengatakan selama ini tidak
membawa Ny.M ke RS atau fasilitas
kesehatan lainnya
Keluarga mengatakan tahu tentang
penyakit stroke tetapi tidak
memahami lebih jelas informasi
kesehatan tentang penyakit tersebut.
DO :
- TD : 160/100mmHg
- N : 88x/m
- S : 36,2 C
- RR : 22x/m
69
2. DS:
- Keluarga mengatakan
khawatir dengan kondisi
Ny.M yang sudah tidak bisa
berjalan kurang lebih 6bulan
yang lalu
- Keluarga mengatakan masih
memberikan makanan yang
sama dengan anggota Perilaku kesehatan
keluarga yang lain cenderung beresiko
DO :
- Ny.M tampak susah
mengerakkan ekstremitas
bagian bawah
- Ny.M tampak di bantu ketika
meminta sesuatu
- TD : 160/100mmHg
- N : 88x/m
- S : 36,2 C
- RR : 22x/m
70
Intervensi keperawatan
71
Ketidakefektifan b. Keluarga mampu memutuskan Dukungan pengambilan keputusan (5290)
manajemen kesehatan Indikator S T 1. Berikan informasi sesuai permintaan klien
1. Mencari informasi yang
terpercaya 2. Informasikan pada klien mengenai solusi
2. Identifikasi pilihan yang
tersedia alternatif
3. Menyampaikan niat untuk
3. Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan
bertindak terkait dengan
keputusan kerugian dari sikap alternatif
72
Ketidakefektifan c. Keluarga mampu merawat Terapi Latihan : mobilitas sendi (0224)
manajemen kesehatan Indikator S T 1. Jelaskan pada klien dan keluarga manfaat dan
1. Keseimbangan
2. Gerakan otot tujuan melakukan latihan sendi
3. Gerakan sendi
4. Bergerak dengan mudah 2. Monitor lokasi adanya nyeri dan
5. Tidak terganggu
73
d. Keluarga mampu memodifikasi
Ketidakefektifan lingkungan Manajemen lingkungan (6480)
manajemen kesehatan Indikator S T 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
1. Memantau munculnya
gejala mendukung
2. Melakukan tindakan-
tindakan pencegahan 2. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
3. Melakukan tindakan
Modifikasi perilaku (4360)
untuk mengurangi gejala
Ket : 1. Bangun hubungan saling percaya dengan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
74
e. Keluarga mampu memanfaatkan
Ketidakefektifan fasilitas kesehatan Pertukaran data informasi (7960)
manajemen kesehatan Indikator S T 1. Jelaskan terkait dengan riwayat kesehatan masa
1. Berpartisipasi dalam
perencanaan perawatan lalu
2. Memperoleh informasi yang
diperlukan 2. Jelaskan peran keluarga dalam melanjutkan
3. Mengidentifikasi faktor-faktor
perawatan
yang mempengaruhi
Ket :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
75
2 Perilaku kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengajaran kelompok (5604)
cenderung beresiko selama 6x kunjungan diharapkan msalah 1. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
keperawatan dapat teratasi dengan KH : belajar
a. Keluarga mampu mengenal 2. Libatkan keluarga/orang terdekat klien jika
masalah kesehatan diperlukan
Indikator S T Pengajaran individu (5606)
1. Faktor-faktor penyebab dan 1. Bina hubungan saling percaya
faktor yang berkontribusi
2. Faktor resiko 2. Tentukan kemampuan pasien untuk
3. Tanda dan gejala penyakit
4. Potensial komplikasi penyakit mempelajari informasi tertentu (komplikasi
terhadap penyakit)
Ket :
3. Identifikasi tujuan yang perlu dilakukan
1. tidak ada pengetahuan
4. Berikan pamflet instruksional/leaflet untuk
2. pengetahuan terbatas
sumber pembelajaran
3. pengetahuan sedang
4. pengetahuan banyak
5. pengetahuan sangat banyak
76
Perilaku kesehatan b. Keluarga mampu memutuskan
cenderung beresiko Indikator S T Dukungan pengambilan keputusan (5290)
1. Mencari informasi yang
terpercaya 1. Berikan informasi sesuai permintaan klien
2. Identifikasi pilihan yang
tersedia 2. Informasikan pada klien mengenai solusi
3. Menyampaikan niat untuk
alternatif
bertindak terkait dengan
keputusan Dukungan keluarga (7140)
Ket : 1. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan
1. Tidak pernah menunjukkan keluarga
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
77
Perilaku kesehatan c. Keluarga mampu merawat Konseling nutrisi (5246)
cenderung beresiko Indikator S T 1. Kaji asupan makanan dan kebiasaan makan
1. Mencari informasi klien
kesehatan dari segala
sumber 2. Fasilitasi untuk mengidentifikasi perilaku
2. Mendapatkan alasan makan yang harus diubah
untuk melakukan
perilaku kesehatan 3. Diskusikan pengetahuan klien dan keluarga
3. Melakukan monitor mengenai empat makanan dasar, termasuk juga
sendiri mengenai status
kesehatan persepsi tentang modifikasi diit
Ket : 4. Diskusikan makanan yang disukai dan tidak
1. Tidak pernah dilakukan disukai klien
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Dilakukan secara konsisten
78
Perilaku kesehatan d. Keluarga mampu memodifikasi Modifikasi perilaku (4360)
cenderung beresiko lingkungan 1. Identifikasi masalah klien terkait dengan
Indikator S T perilaku
1. Mencari informasi tentang
resiko kesehatan 2. Pilah-pilah perilaku menjadi bagian-bagian
2. Mengidentifikasi faktor resiko
3. Memodifikasi gaya hidup kecil untuk diubah (misalnya berhenti
untuk mengurangi resiko
merokok,makanan yang harus dihindari)
4. Memonitor faktor resiko
individu 3. Dukung pasien untuk memeriksa perilakunya
Ket : sendiri
1. Tidak pernah menunjukkan 4. Dukung untuk menganti kebiasaan yang tidak
2. Jarang menunjukkan diinginkan dengan kebiasaan yang diinginkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
79
Perilaku kesehatan e. Keluarga mampu memanfaatkan Rujukan (8100)
cenderung beresiko fasilitas kesehatan 1. Identifikasi perawatan yang diperlukan
Indikator S T 2. Identifikasi rekomendasi penyedia layanan
1. Sumber perawatan kesehatan
terkemuka kesehatan terkait rujukan yang diperlukan
2. Pentingnya perawatan tindak
lanjut
3. Strategi untuk mengakses
layanan kesehatan
Ket :
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
80
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
P : Intervensi dipertahankan
81
1 18-24 Ketidakefektifan b. Keluarga mampu memutuskan S : keluarga mengatakan tidak pernah membawa klien
Agustus manajemen ke RS untuk diperiksa karena kondisi yang masih lemah
Dukungan pengambilan keputusan (5290)
2019 kesehatan O : - Klien dan keluarga tampak kooperatif saat ditanya
1) Memberikan informasi sesuai - Klien tampak tidak bisa berjalan
A : Masalah keperawatan belum teratasi
permintaan klien
2) Menginformasikan pada klien mengenai Indikator S T
solusi alternatif 1. Mencari informasi yang terpercaya
2. Identifikasi pilihan yang tersedia
3) Membantu klien mengidentifikasi 3. Menyampaikan niat untuk bertindak
keuntungan dan kerugian dari sikap terkait dengan keputusan
alternatif
Dukungan keluarga (7140)
P : Intervensi dilanjutkan
1) Meningkatkan hubungan saling percaya
dengan keluarga
2) Membantu anggota keluarga dalam
mengidentifikasi dan memecahkan
masalah
82
1 18-24 Ketidakefektifan c. Keluarga mampu merawat S :- klien mengatakan merasa lebih baik meskipun
Agustus manajemen Terapi Latihan : mobilitas sendi (0224) merasakan sedikit nyeri
- Klien dan keluarga mengatakan ternyata terapi ROM
2019 kesehatan 1) Menjelaskan pada klien dan keluarga
bisa membantu meningkatkan kekuatan otot kita
manfaat dan tujuan melakukan latihan - Klien mengatakan akan berusaha melatih agar bisa
sendi berjalan kembali
O : - keluarga tampak memperhatikan dan membantu
2) Memonitor lokasi adanya nyeri dan
melatih klien bersama
ketidaknyamanan selama pergerakan - Klien tampak senang ketika dibantu latihan terapi
3) Melakukan latihan ROM Pasif atau ROM
- Klien tampak mulai mengerakkan ekstremitasnya
ROM dengan bantuan sesuai indikasi
perlahan
4) Menginstruksikan klien atau keluarga A : Masalah keperawatan belum teratasi
cara melakukan latihan ROM Pasif Indikator S T
1. Keseimbangan
2. Gerakan otot
3. Gerakan sendi
4. Bergerak dengan mudah
P : Intervensi dilanjutkan
83
1 18-24 Ketidakefektifan d. Keluarga mampu S : - keluarga mengatakan semua biaya kehidupan dari
memodifikasi
Agustus manajemen uang suami
lingkungan
2019 kesehatan - Keluarga mengatakan selalu membersihkan
Manajemen lingkungan (6480) rumah
O : - suasana rumah tamak tenang
1) Menciptakan lingkungan yang tenang
- Rumah tampak bersih dan rapi
dan mendukung A : Masalah keperawatan teratasi
Indikator S T
2) Menyediakan lingkungan yang aman
dan bersih 1) Memantau munculnya gejala
84
1 18-21 Ketidakefektifan e. Keluarga mampu memanfaatkan S : keluarga mengatakan tidak pernah membawa klien ke
Agustus manajemen
fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan terdekat ataupun RS sampai sekarang
2019 kesehatan
Pertukaran data informasi (7960) O : - Klien hanya terbaring lemah dan tidak bisa berjalan
1) Menjelaskan terkait dengan riwayat A : Masalah keperawatan belum teratasi
kesehatan masa lalu Indikator S T
2) Menjelaskan peran keluarga dalam 1) Berpartisipasi dalam perencanaan
melanjutkan perawatan
perawatan
2) Memperoleh informasi yang
diperlukan
3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi
P : Intervensi dilanjutkan
85
2 18-21 Perilaku kesehatan a. Keluarga mampu mengenal S : keluarga mengatakan baru mengetahui akibat lanjut
Agustus cenderung beresiko masalah kesehatan dari penyakit stroke setelah dijelaskan
2019 Pengajaran kelompok (5604) O : - keluarga tampak kooperatif saat diberikan penyuluhan
1) Menyediakan lingkungan yang - Keluarga mampu menyebutkan contoh
kondusif untuk belajar komplikasi dari stroke
2) Melibatkan keluarga/orang terdekat A : Masalah keperawatan teratasi
klien jika diperlukan Indikator S T
Pengajaran individu (5606) 1) Faktor-faktor penyebab dan faktor
1) Membina hubungan saling percaya yang berkontribusi
2) Menentukan kemampuan pasien 2) Faktor resiko
untuk mempelajari informasi 3) Tanda dan gejala penyakit
tertentu (komplikasi terhadap 4) Potensial komplikasi penyakit
penyakit)
3) Mengidentifikasi tujuan yang perlu
dilakukan
4) Memberikan pamflet
instruksional/leaflet untuk sumber
P : Intervensi dipertahankan
pembelajaran
86
2 18-21 Perilaku kesehatan b. Keluarga mampu memutuskan S : keluarga mengatakan sudah mengetahui informasi
Agustus cenderung beresiko Dukungan pengambilan keputusan (5290) kesehatan sekarang namun sampai saat ini belum bisa
2019 1) Memberikan informasi sesuai membawa klien k RS atau fasilitas kesehatan lainnya
permintaan klien untuk diperiksa
2) Menginformasikan pada klien mengenai O : - klien tampak lemah
solusi alternatif - Keluarga tampak kooperatif saat di tnya
Dukungan keluarga (7140) A : Masalah keperawatan belum teratasi
1) Meningkatkan hubungan saling percaya Indikator S T
dengan keluarga 1. Mencari informasi yang terpercaya
2. Identifikasi pilihan yang tersedia
3. Menyampaikan niat untuk bertindak
terkait dengan keputusan
P : Intervensi dipertahankan
87
2 18-24 Perilaku kesehatan c. Keluarga mampu merawat S :- keluarga mengatakan sudah mulai membatasi klien
Agustus cenderung beresiko Konseling nutrisi (5246) dari mengkonsumsi makanan yang merupakan pantangan
2019 1. Mengkaji asupan makanan dan - Keluarga mengatakan belum tahu pantangan
kebiasaan makan klien makanan yag harus dihindari
2. Memfasilitasi untuk O : - keluarga tampak kooperatif
mengidentifikasi perilaku makan A : Masalah keperawatan belum teratasi
yang harus diubah Indikator S T
3. Mendiskusikan pengetahuan klien 1. Mencari informasi
dan keluarga mengenai empat kesehatan dari segala
makanan dasar, termasuk juga sumber
persepsi tentang modifikasi diit 2. Mendapatkan alasan
4. Mendiskusikan makanan yang untuk melakukan perilaku
disukai dan tidak disukai klien kesehatan
3. Melakukan monitor
sendiri mengenai status
kesehatan
P : Intervensi dilanjutkan
88
2 18-24 Perilaku kesehatan d. Keluarga mampu memodifikasi S : keluarga mengatakan akan selalu menciptakan
Agustus cenderung beresiko lingkungan lingkungan yang bersih dan sehat dan akan merubah
2019 Modifikasi perilaku (4360) perilaku klian dan juga keluarga
1) Mengidentifikasi masalah klien terkait O : - Keluarga dan klien tampak kooperatif
dengan perilaku A : Masalah keperawatan teratasi
2) Memilah-milah perilaku menjadi Indikator S T
bagian-bagian kecil untuk diubah 1) Mencari informasi tentang resiko
(misalnya berhenti merokok,makanan kesehatan
yang harus dihindari) 2) Mengidentifikasi faktor resiko
3) Mendukung pasien untuk memeriksa 3) Memodifikasi gaya hidup untuk
perilakunya sendiri mengurangi resiko
4) Mendukung untuk menganti kebiasaan 4) Memonitor faktor resiko individu
yang tidak diinginkan dengan kebiasaan
yang diinginkan P : Intervensi dipertahankan
89
2 18-24 Perilaku kesehatan e. Keluarga mampu memanfaatkan S : keluarga mengatakan kondisi kesehatan yang
Agustus cenderung beresiko fasilitas kesehatan menganggu sehingga sulit untuk dibawa ke fasilitas
2019 Rujukan (8100) kesehatan
1) Mengidentifikasi perawatan yang O : - Keluarga tampak mengerti meskipun tidak
diperlukan memanfaatkan fasilitas kesehatan tetapi bersedia
2) Mengidentifikasi rekomendasi akan memantau pola makan dan pola hidup klien
penyedia layanan kesehatan terkait A : Masalah keperawatan belum teratasi
rujukan yang diperlukan Indikator S T
1) Sumber perawatan kesehatan
terkemuka
2) Pentingnya perawatan tindak lanjut
3) Strategi untuk mengakses layanan
kesehatan
P : Intervensi dilanjutkan
90
BAB IV
PEMBAHASAN
21,56 km², dan jumlah penduduknya 1.030.720 jiwa (2013). Kota Bogor
dikenal sebagai kota hujan karena memiliki curah hujan tahunan yang
lebih tinggi dari daerah lain di Indonesia. Curah hujan rata-rata pertahun di
Bogor adalah 3.500 hingga 4.000 milimeter. Hampir setiap hari turun
hujan di kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki "Kota Hujan".
dan balai-balai penelitian pertanian dan biologi berdiri sejak abad ke-19.
Institut Pertanian Bogor, berdiri sejak awal abad ke-20. Hari jadi
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap tanggal 3 Juni, karena
sebagai salah satu Kota penyangga kota Jakarta. Hal ini disebabkan karena
91
pemerintahan, perdagangan, dan industri. Ada beberapa hal yang
menarik dari Kota Bogor, kota ini ini memiliki sistem government yang
digunakan. Berikut ini adalah rincian Profil Kota Bogor. Dan pada Tahun
2016 Kota Bogor menjadi pemenang "We Love Cities and The Most
Lovable City in The World" oleh WWF (World Wide Fund for Nature)
sebagai salah satu bagian unit kerja organisasi yang merupakan perangkat
92
penduduk asli maupun pendatang memiliki kepercayaan yang dianutnya
puskesmas pembantu, satu unit poliklinik atau balai pengobatan, tiga belas
unit posyandu, satu unit toko obat, satu unit balai pengobatan masyarakat
milik swasta, dan satu unit praktek dokter. Semua fasilitas di bidang
dukun.
kasus terkait
Pola makan dan pola hidup yang salah merupakan faktor pemicu
93
camilan panggang lain biasanya menjadi makanan wajib saat menemani
aktivitas Anda. Padahal semua jenis kudapan itu mengandung lemak trans
ke otak bisa mengalami penyumbatan akibat zat aktif yang terdapat dalam
soda. Makanan kaleng dan cepat saji pada umumnya mengandung kadar
sodium dan garam tinggi. Konsumsi berlebihan dua zat ini dapat
menjalankan pola hidup yang tidak sehat yaitu dengan cara merokok dan
pola makan dan pola hidup yang salah. Pola makan dan pola hidup yang
94
Selain pola makan dan pola hidup yang salah faktor lain yang
stroke, gaya hidup memainkan peranan lebih besar. Dari kedua kasus
1.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
masalah kesehatan pada keluarga Tn.I khususnya Tn.I dan keluarga Tn.S
Kekuatan otot 50 %.
dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis
pasien dengan keterbatasan gerak (Suratun, 2008). Rentang gerak pasif ini
95
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005).
ROM Pasif yang dapat dilakukan oleh keluarga kepada klien, memberikan
membuat pilih, menjelaskan tujuan dan manfaat dari latihan ROM Pasif,
kesehatan keluarga.
96
1.4 Implikasi Asuhan Keperawatan Pada Klien
bersama keluarga dan klien mengenai definisi, penyebab, tanda gejala, dan
cara latihan ROM Pasif yang dapat dilakukan oleh keluarga kepada pasien.
yang dapat dilakukan oleh keluarga kepada Tn.I dan Ny.M dapat
pengajaran latihan ROM pasif yang perlu diberikan dan dilakukan kepada
pasien dan keluarga sebaiknya diberikan dan dilakukan setiap hari 2 pada
saat pertemuan. Edukasi dan terapi yang di berikan dan diajarkan kepada
pasif itu sendiri. Pada dua klien yang dilakukan implementasi latihan
97
pasif memiliki tingkat kekuatan otot yang sangat kecil. Tetapi Kekuatan
98
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
al, 2002).
Pada dua klien yang dilakukan implementasi latihan terapi ROM pasif
terbukti dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien
tingkat kekuatan otot yang sangat kecil. Kekuatan otot ekstremitas atas pada
99
1.2 Saran
latihan ROM pasif dan dilakukan secara dibantu. Diharapkan pada keluarga
anggota keluarganya.
100
DAFTAR PUSTAKA
101
KARYA ILMIAH NERS
Disusun oleh :
Marsyelia Patty
18180000039
JAKARTA
2019
102